Anda di halaman 1dari 51

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

Bab VII
Arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan komponen penataan ruang yang memiliki peran
penting dalam mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang yang
diinginkan. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, beberapa perangkat
dan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi ketentuan umum peraturan zonasi,
arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif serta arahan pengenaan sanksi.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan yang


diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi ketentuan umum peraturan
zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan
pengenaan sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah kabupaten.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:

1. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;

2. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang;

3. Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang telah
sesuai dengan rencana tata ruang;

4. Meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan

5. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan:

a. Rencana struktur ruang dan pola ruang;

b. Tingkat masalah, tantangan, dan potensi yang dimiliki wilayah kabupaten;

VII-1
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan

d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria:

a. Terukur dan realistis; dan

b. Dapat diterapkan dan penetapannya melalui kesepakatan antar pemangku kepentingan.

Ketentuan Pengendalian pemanfaatan ruang, meliputi:

 ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten;

 ketentuan perizinan;

 ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan

 arahan sanksi.

7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum peraturan zonasi kabupaten berdasarkan UU No.26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang adalah “ketentuan yang mengatur tentang pemanfaatan setiap fungsi yang
sudah ditetapkan di dalam rencana pola ruang wilayah kabupaten.

Ketentuan Umum peraturan zonasi memiliki beberapa fungsi :

1. Sebagai proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang dan penetapan (legalisasi)
rencana tata ruang

2. Sebagai proses penyusunan rencana tata ruang, berlandaskan atas asas : keterpaduan;
keserasian; keselarasan dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan
umum; kepastian hukum dan keadilan; serta akuntabilitas.

3. Sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, memuat ketentuan tentang kegiatan-


kegiatan yang diperkenankan,yang tidak diperkenankan, yang diperkenankan bersyarat
atau diperkenankan secara terbatas untuk berada pada suatu pola pemanfaatan ruang
tertentu.

VII-2
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

4. Sebagai rujukan utama bagi penyusunan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi di tingkat
kabupaten.

5. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfataan ruang untuk pola ruang yang kewenangan
pemberian izin pemanfaatan ruangnya berada pada pemerintah daerah kabupaten.

6. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfaatan ruang pada kawasan yang berada di sekitar
sistem jaringan prasarana wilayah abupaten.

Gambar 7.1.
Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Penataan Ruang

Penyelenggaraan Penataan
Ruang

Pengturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan

Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian

Peraturan zonasi

UU No.26 tahun 2007 pasal 35 : Perizinan


Pengendalian pemanfaatan ruang
dilakukan melalui penetapan Peraturan Insentif &
zonasi, Perizinan, Insentif dan Disinsentif
disintensif, serta Pengenaan sanksi
Pengenaan sanksi

Ketentuan umum peraturan zonasi mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif, ketentuan umum
peraturan zonasi meliputi:

a. sistem pusat kegiatan;

b. kawasan sekitar jaringan prasarana;

VII-3
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

c. kawasan lindung;

d. kawasan budidaya; dan

e. kawasan strategis

7.1.1 Ketentuan Zonasi Sistem Pusat Kegiatan

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan disusun dengan ketentuan sebagai
berikut:

(1) Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) disusun dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak


termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum pengembangan
35 (tiga puluh lima) persen;

b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;

c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi


sebagai kawasan perkotaan; dan

d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana sesuai
skala kegiatan.

(2) Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) disusun dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak


termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum pengembangan
30 (tiga puluh) persen;

b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;

c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi


sebagai kawasan perkotaan; dan

d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana sesuai
skala kegiatan.

(3) Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) disusun dengan ketentuan:

VII-4
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak


termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum pengembangan
25 (dua puluh lima) persen;

b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;

c. tidak boleh dilakukan penambahan fungsi tertentu yang bertentangan; dan

d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana sesuai
skala kegiatan.

7.1.2 Peraturan Zonasi Kawasan Sekitar Jaringan Prasarana

Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana meliputi :

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana jalan bebas hambatan
disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat


kegiatan;

 pembatasan intensitas bangunan di sepanjang jalan bebas hambatan;

 pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan bebas
hambatan;

 pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan;

 penetapan batas lahan ruang pengawasan jalan serta jalan akses yang tidak
mengganggu fungsi jalan bebas hambatan;

 pembatasan ketinggian bangunan maksimum 2 (dua) lantai; dan

 pembatasan alih fungsi lahan budidaya disepanjang jalan bebas hambatan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana jalan sistem arteri primer
disusun dengan ketentuan:

 Jalan Arteri Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan arteri primer tidak kurang dari 8
(delapan) meter;

VII-5
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 ruang pengawasan jalan arteri primer dengan lebar 8 (delapan) meter merupakan
ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan;

 setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang mengakibatkan


terganggunya fungsi jalan;

 diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-pusat


kegiatan;

 diperbolehkan pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan arteri primer untuk


kegiatan skala Kabupaten dan Kecamatan;

 diperbolehkan pemanfaatan bagi pergerakan lokal dengan tidak mengurangi fungsi


pergerakan antar pusat-pusat kegiatan dalam wilayah tersebut;

 pelarangan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan arteri primer;

 pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan yang


terletak ditepi jalan arteri Primer;

 pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan arteri primer;
dan

 ketentuan garis sempadan bangunan sebesar ½ Rumija + 1.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana jalan kolektor primer,
disusun dengan ketentuan:

 Jalan Kolektor Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40


(empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan)
meter;

 ruang pengawasan jalan kolektor primer dengan lebar 10 (sepuluh) meter merupakan
ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan;

 setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang mengakibatkan


terganggunya fungsi jalan;

VII-6
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-pusat


kegiatan;

 diperbolehkan pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan kolektor primer untuk


kegiatan skala provinsi dan Kabupaten;

 pembatasan pengembangan pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan kolektor


primer untuk kegiatan skala Kecamatan dan atau lebih rendah;

 pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan kolektor
primer;

 pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan yang


terletak ditepi jalan kolektor primer;

 pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan kolektor primer;
dan

 ketentuan garis sempadan bangunan sesuai peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana jalan lokal primer,
disusun dengan ketentuan:

 Jalan Lokal Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6
(enam) meter;

 ruang pengawasan jalan lokal primer dengan lebar 6 (enam) meter merupakan ruang
tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan;

 setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang mengakibatkan


terganggunya fungsi jalan;

 diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-pusat


kegiatan;

 diperbolehkan pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan lokal primer untuk


kegiatan skala Kabupaten dan Kecamatan;

VII-7
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 diperbolehkan pemanfaatan bagi pergerakan lokal dengan tidak mengurangi fungsi


pergerakan antar pusat-pusat kegiatan dalam wilayah tersebut;

 pelarangan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan lokal primer;

 pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan yang


terletak ditepi jalan lokal Primer;

 pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan Lokal primer;
dan

 ketentuan garis sempadan bangunan sebesar ½ Rumija + 1.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana terminal penumpang
disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan untuk prasarana terminal, bagi pergerakan orang, barang dan


kendaraan;

 pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja terminal;

 pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja terminal; dan

 dibedakan jalur sirkulasi terminal penumpang dan jalur sirkulasi terminal barang.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana moda angkutan barang
disusun dengan ketentuan:

 Moda kendaraan angkutan besar/truk melalui jaringan jalan sistem primer; dan

 Moda angkutan kendaraan kecil atau pick-up diperbolehkan melalui jaringan jalan
sistem sekunder.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana Jaringan Jalur Kereta Api
disusun dengan ketentuan:

 pembatasan pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dengan
tingkat intensitas menengah hingga tinggi;

 pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api;

 pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan;

VII-8
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan;

 penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api;

 pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan;
dan

 penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api minimal 30 m
dari as jalur kereta api.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar stasiun kereta api disusun dengan
ketentuan:

 diperbolehkan untuk peningkatan pelayanan sarana dan prasarana stasiun kereta api;

 pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja stasiun kereta


api; dan

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana pelabuhan umum
disusun dengan ketentuan:

 penetapan batas daerah lingkungan kerja pelabuhan dan daerah lingkungan


Pelabuhan sesuai ketentuan;

 diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan


kawasan pelabuhan;

 pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air, dan

 pelarangan untuk membuang limbah dan limbah B3 pada media lingkungan hidup
lautan.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar alur pelayaran disusun dengan
ketentuan:

 penetapan alur pelayaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

 pembatasan pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran;

 pelarangan aktivitas yang dapat mengganggu aktivitas jalur pelayaran umum; dan

 pelarangan untuk membuang limbah dan limbah B3 pada media lingkungan hidup
lautan

VII-9
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana sistem jaringan energi
disusun dengan ketentuan:

 pemanfaatan ruang di sekitar gardu induk listrik harus memperhatikan jarak aman
dari kegiatan lain;

 pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)


dan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) diarahkan sebagai ruang terbuka hijau;

 pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan;

 lapangan terbuka pada kawasan luar kota sekurang-kurangnya 7,5 meter dari SUTT;

 lapangan olah raga sekurang-kurangnya 13,5 meter dari SUTT;

 jalan raya sekurang-kurangnya 9 meter dari SUTT;

 pohon/tanaman sekurang-kurangnya 4,5 meter dari SUTT;

 bangunan tidak tahan api sekurang-kurangnya 13,5 meter dari SUTT;

 bangunan perumahan, perdagangan jasa, perkantoran, pendidikan dan lainnya


sekurang-kurangnya 4,5 meter dari SUTT;

 SUTT lainnya, penghantar udara tegangan rendah dan jaringan telekomunikasi


sekurang-kurangnya 4,5 meter dari SUTT;

 jembatan besi, rangka besi penghantar listrik dan lainnya sekurang-kurangnya 4


meter dari SUTT;

 pompa bensin/tangki bensin sekurang-kurangnya 20 meter dari SUTT dengan


proyeksi penghantar paling luar pada bidang datar yang melewati kaki tiang; dan

 tempat penimbunan bahan bakar sekurang-kurangnva 50 meter dari SUTT dengan


proyeksi penghantar paling luar pada bidang datar yang melewati kaki tiang.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana sistem pipa minyak dan
gas disusun dengan ketentuan:

 pelarangan jarak 10 meter bagi pemanfaatan bangunan disisi kiri dan kanan jaringan
pipa; dan

VII-10
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 diizinkan bersyarat pemanfaatan sekitar sisi kiri dan kanan jaringan pipa bagi
petunjuk rambu jalan, papan reklame dengan tidak mengganggu jalur pipa.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana sistem jaringan
telekomunikasi disusun dengan ketentuan:

 menetapkan sempadan menara telekomunikasi;

 diizinkan pembuatan jaringan kabel yang melintasi tanah milik atau dikuasai
Pemerintah;

 mengarahkan penggunaan menara telekomunikasi bersama;

 menerapkan secara bersama beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan


secara bersama sesuai peraturan perundang-undangan;

 pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama pada pusat sistem
pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan sistem jaringan bawah tanah
atau jaringan tanpa kabel, pembangunan jaringan telekomunikasi harus mengacu
pada rencana pola ruang dan arah perkembangan pembangunan;

 penempatan menara telekomunikasi atau tower wajib memperhatikan keamanan,


keselamatan umum, dan estetika lingkungan serta diarahkan memanfaatkan tower
secara terpadu pada lokasi yang telah ditentukan;

 jarak antara tiang telepon tidak melebihi 40 (empat puluh) meter; dan

 dilarang mendirikan bangunan di sekitar menara telekomunikasi atau tower dalam


radius bahaya keamanan dan keselamatan sesuai ketentuan peratutan perundang-
undangan.

(14) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana sistem jaringan sumber
daya air disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan pemanfaatan ruang daerah aliran sungai lintas kabupaten, termasuk


daerah hulunya, yang dilakukan oleh kabupaten yang berbatasan dan sejalan dengan
arahan pola ruang wilayah;

VII-11
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 dilarang membangun bangunan maupun melakukan kegiatan sekitar prasarana


sumber daya air yang dapat mengganggu, mencermarkan, dan merusak fungsi
prasarana sumber daya air

 penetapan garis sempadan jaringan irigasi sesuai ketentuan dan perundangan yang
berlaku;

 kegiatan pertanian yang diperbolehkan sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan


dan bentang alam;

 pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber daya air,
Daerah Irigasi, waduk, sekitar pengendali banjir;

 pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai, waduk,


pengendali banjir agar tetap dapat dijaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung
kawasan; dan

 diperbolehkan kegiatan perikanan sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan


bentang alam yang akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air.

(15) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana sistem jaringan
persampahan disusun disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan kegiatan daur ulang sampah sepanjang tidak merusak lingkungan dan
bentang alam maupun perairan setempat;

 pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar persampahan;

 pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar persampahan;

 tidak diperbolehkan lokasi TPA berdekatan dengan kawasan permukiman; dan

 diperbolehkan penyediaan prasarana penunjang pengelolaan sampah.

(16) Ketentuan umum peraturan zonasi drainase kota disusun dengan ketentuan:

 diizinkan bangunan yang mendukung fungsi drainase;

 dilarang mendirikan bangunan diatas jaringan drainase;

 diizinkan pembuatan jalan inspeksi disepanjang jalur drainase;

VII-12
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau


sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai ketentuan
teknis yang berlaku;

 tidak memanfaatkan saluran drainase pembuangan sampah, air limbah atau material
padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran;

 tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan;

 kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pembangunan dan pemeliharaan


jaringan; dan

 kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan yang menimbulkan pencemaran


saluran dan kegiatan yang menutup dan merusak jaringan drainase.

(17) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana sumber air minum
perkotaan disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan kegiatan pertanian sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan


bentang alam;

 pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber air minum;
dan

 pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar sumber air minum agar.

(18) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air limbah dan limbah beracun
disusun dengan ketentuan:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan limbah domestik yang terdiri
atas:

 zona limbah domestik terpusat terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang
penyangga;

 zona ruang manfaat adalah untuk bangunan penunjang dan instalasi pengolahan
limbah;

 zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu fungsi pengolahan
limbah hingga jarak 10 m sekeliling ruang manfaat;

 persentase ruang terbuka hijau di zona manfaat minimal 20 %;

VII-13
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran
manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat
agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku;

 permukiman dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah wajib dilengkapi
dengan system pembuangan air limbah setempat atau individual yang berjarak
minimal 10 m dari sumur;

 permukiman dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan system pembuangan


air limbah terpusat atau komunal, dengan skala pelayanan satu lingkungan, hingga
satu kelurahan serta memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan SPAM(Sistem
Penyediaan Air Minum) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat;
dan

 sistem pengolahan limbah domestik pada kawasan dapat berupa IPAL (Instalasi
Pengolah Air Limbah) system konvensional atau alamiah dan pada bangunan tinggi
berupa IPAL dengan teknologi modern.
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan limbah industri, dengan ketentuan :

 zona limbah Industri terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;

 zona ruang pemanfaatan adalah untuk instalasi pengolahan;

 zona ruang penyangga adalah untuk kegiatan budidaya pada radius minimal 300m
untuk fasilitas umum; pantai; sumber air; kawasan lindung dan jalan serta dilarang
untuk permukiman dan pariwisata;

 persentase ruang terbuka hijau di zona manfaat minimal 20 %;

 dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa wadah atau pelataran
penampungan limbah; tempat parkir kendaraan angkutan dan pagar tembok keliling;

 setiap kawasan industri harus menyediakan sarana IPAL dengan teknologimodern;


dan

 limbah industri yang berupa limbah B3 harus diangkut ke lokasi penampungan dan
pengolahan B3 yang telah ada oleh Pemerintah daerah.
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) diarahkan dengan ketentuan:
VII-14
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 zona ruang limbah B3 terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;

 zona ruang pemanfaatan adalah untuk instalasi pengolahan limbah B3;

 zona ruang penyangga adalah untuk kegiatan budidaya pada radius minimal 300m
untuk fasilitas umum; pantai; sumber air; kawasan lindung dan jalan serta dilarang
untuk permukiman dan pariwisata;

 persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 20 %;

 dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa tempat penyimpanan dan
pengumpulan limbah B3; tempat parkir kendaraan angkutan dan pagar tembok
keliling lengkap;

 setiap pelabuhan umum dan pelabuhan khusus wajib menyediakan fasilitas


pengumpulan dan penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun yang berasal
dari kegiatan kapal;

 lokasi di pelabuhan dapat berada di dalam atau di luar Daerah Lingkungan


Kepentingan dan Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan Laut; dan

 ijin lokasi penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 di darat dan pelabuhan


dikeluarkan oleh Bupati.

(19) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana sumber air minum
perkotaan disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan pengembangan prasarana dan sarana penunjang pada kawasan


instalasi pengolahan air minum;

 tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber air
minum;

 dilarang mendirikan bangunan diatas jaringan air minum;

 diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan sumber air minum; dan

 pembangunan instalasi pengolahan air minum tidak diizinkan dibangun langsung


pada sumber air baku.

VII-15
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

(20) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar jalur evakuasi bencana disusun
dengan ketentuan:

 diperbolehkan keberadaan ruang terbuka sepanjang tidak merusak tatanan


lingkungan dan bentang alam yang akan mengganggu kualitas lingkungan;

 pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di ruang terbuka; dan

 pembatasan terhadap penggunaan pemanfaatan ruang di sekitar ruang terbuka.

(21) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar jalur evakuasi bencana disusun
dengan ketentuan:

 diperbolehkan keberadaan ruang terbuka sepanjang tidak merusak tatanan


lingkungan dan bentang alam yang akan mengganggu kualitas lingkungan;

 pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di ruang terbuka; dan

 pembatasan terhadap penggunaan pemanfaatan ruang di sekitar ruang terbuka

7.1.3 Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Peraturan zonasi untuk kawasan lindung sampai terdiri dari :

 Kawasan hutan lindung;

 Kawasan yang dapat memberikan perlindungan kepada kawasan bawahannya;

 Kawasan perlindungan setempat;

 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

 Kawasan rawan bencana alam;

 Kawasan lindung geologi; dan

 Kawasan lindung lainnya.

Sesuai peruntukan kawasan lindung tersebut, maka ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan lindung ditetapkan sebagai berikut :

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Hutan Lindung disusun dengan ketentuan:

 diizinkan pemanfaatan kawasan melalui kegiatan usaha :

VII-16
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

- budidaya tanaman obat;

- budidaya tanaman hias;

- budidaya jamur;

- budidaya lebah;

- penangkaran satwa liar;

- rehabilitasi satwa; atau

- budidaya hijauan makanan ternak.

 diizinkan pemanfaatan jasa lingkungan, meliputi;

- pemanfaatan aliran air;

- pemanfaatan air;

- wisata alam;

- perlindungan keanekaragaman hayati;

- penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau

- penyerapan dan / atau penyimpan karbon.

- usaha olah raga tantangan;

 diizinkan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu;

- rotan;

- madu;

- getah;

- buah;

- jamur; atau

- sarang burung walet.

- perburuan satwa liar yang tidak dilindungi dan dilaksanakan secara tradisional.

VII-17
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 diizinkan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar


kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis yang tidak dapat dielakkan, meliputi:

- religi;

- pertambangan;

- instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru
dan terbarukan;

- pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun relay


televisi;

- jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;

- Sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum


untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;

- sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan
saluran air bersih dan/atau air limbah;

- fasilitas umum;

- industri terkait kehutanan;

- pertahanan dan keamanan;

- prasarana penunjang keselamatan umum; atau

- penampungan sementara korban bencana alam.

 dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan air disusun dengan ketentuan:

 tidak diperbolehkan adanya kegiatan budidaya;

 pelarangan kegiatan dan pemanfaatan kawasan yang mengurangi fungsi resapan air
dan daya serap tanah terhadap air;

 permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum


ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperbolehkan, dengan syarat:

VII-18
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

- tingkat kerapatan bangunan rendah dengan KDB maksimum 20% dan KLB
maksimum 40%;

- perkerasan permukiman menggunakan bahan yang memiliki daya serap tinggi;


dan

- dalam kawasan resapan air apabila diperlukan disarankan dibangun sumur-sumur


resapan dan/atau waduk sesuai ketentuan yang berlaku.

 wajib dibangunsumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Sempadan Pantai disusun dengan ketentuan:

 penetapan lebar sempadan minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat;

 pengoptimalan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau;

 pelarangan pemanfaatan dan kegiatan pada kawasan yang mengurangi fungsi


kawasan;

 diperkenankan kegiatan fisik buatan untuk perlindungan kawasan;

 diperbolehkan dilakukan kegiatan budidaya pesisir, dan ekowisata pada kawasan


sempadan pantai yang termasuk zona pemanfaatan terbatas dalam wilayah pesisir;

 diperbolehkan di dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk zona lain dalam
wilayah pesisir sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

 pelarangan membuang limbah secara langsung; dan

 lahan milik negara dan merupakan lahan bebas diperuntukkan bagi perluasan
kawasan lindung;

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Sempadan Sungai disusun dengan
ketentuan:

 penetapan lebar sempadan sesuai ketentuan yang berlaku;

 pengoptimalan pemanfaatan ruang untuk Ruang Terbuka Hijau;

 pelarangan pemanfaatan dan kegiatan pada kawasan;

VII-19
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 diperkenankan kegiatan fisik buatan untuk perlindungan kawasan;

 pelarangan membuang limbah secara langsung;

 lahan milik negara dan merupakan lahan bebas diperuntukkan bagi perluasan
kawasan lindung; dan

 diperbolehkan pengembangan kegiatan budidaya perikanan air tawar.

(5) Ketentuan zonasi untuk RTH perkotaan disusun dengan ketentuan:

 ketentuan peraturan zonasi untuk RTH ditetapkan sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan;

 diperbolehkan izin pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai konservasi lingkungan,


peningkatan keindahan kota, rekreasi, dan sebagai penyeimbang guna lahan industri
dan permukiman;

 diperbolehkan pendirian bangunan yang menunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas


umum lainnya;

 diperbolehkan penyediaan tanah pemakaman dengan ketentuan minimal seluas 1


(satu) hektar pada masing-masing desa/kelurahan; dan

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Taman Wisata Alam disusun dengan
ketentuan:

 Dapat dimanfaatkan untuk keperluan :

- pariwisata alam dan rekreasi;

- penelitian dan pengembangan;

- pendidikan;

- kegiatan penunjang budidaya.

 Dilarang melakukan kegiatan:

- berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagian-bagiannya


di dalam dan ke luar kawasan, serta memusnahkan sumber daya alam di dalam
kawasan;

VII-20
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

- usaha yang menimbulkan pencemaran kawasan;

- usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana
pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.

 Pemanfataan tidak bertentangan dengan ketentuan berlaku.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Alam
disusun dengan ketentuan:

 diperkenankan pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan dan pariwisata tanpa


merusak kawasan;

 pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai atau pendukung
fungsi kawasan;

 pelarangan kegiatan yang dapat merusak kekayaan budaya;

 pelarangan kegiatan yang dapat mengubah bentukan geologi tertentu;

 pelarangan pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar


kawasan; dan

 pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat


setempat.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Mangrove disusun dengan ketentuan:

 diperkenankan pemanfaatan ruang untuk pendidikan, penelitian, dan wisata alam


tanpa merusak fungsi kawasan;

 pelarangan pemanfaatan kayu bakau;

 pelarangan kegiatan yang dapat mengubah dan mengurangi luas dan/atau


mencemari ekosistem bakau; dan

 pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi kawasan.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Rawan Banjir disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan untuk kegiatan RTH;

 tidak diperbolehkan kegiatan untuk fasilitas umum pada kawasan rawan banjir;

VII-21
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 dilarang mengembangkan kegiatan pemukiman dan fasilitas umum penting;

 diizinkan untuk kegiatan wisata Sosio-Kultural dan berbagai macam pola agroforestry;

 diizinkan untuk jenis usaha sawah yang beririgasi dengan kerentanan tinggi;

 diizinkan untuk jenis usaha ladang dengan kerentanan sedang; dan

 diizinkan untuk jenis usaha perkebunan, hutan produksi, hutan rakyat dengan
kerentanan rendah.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Dengan Tingkat Kerawanan Gempa Bumi
Tinggi, disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan untuk kegiatan RTH;

 diwajibkan penyediaan jalur evakuasi terhadap permukiman yang sudah ada pada
kawasan dengan tingkat kerawanan gempa bumi tinggi;

 diperbolehkan pengembangan kegiatan budidaya dengan mempertimbangkan


konstruksi yang sesuai; dan

 tidak diperkenankan untuk kegiatan strategis

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Gerakan Tanah Tinggi, disusun dengan
ketentuan:

 diperbolehkan untuk kegiatan RTH;

 diwajibkan penyediaan jalur evakuasi terhadap permukiman yang sudah ada pada
kawasan gerakan tanah tinggi; dan

 tidak diperkenankan untuk kegiatan strategis.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Rawan Tsunami disusun dengan ketentuan:

 lebih diperkenankan untuk RTH;

 pemukiman terbatas yang dilengkapi dengan mitigasi kebencanaan;

 tidak diizinkan untuk pengembangan kawasan pemukiman baru;

 tidak diperkenankan untuk kegiatan strategis; dan

 diizinkan untuk kegiatan pariwisata yang dilengkapi dengan mitigasi kebencanaan.

VII-22
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

7.1.4 Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

Peraturan zonasi Kawasan budidaya yang ditetapkan meliputi :

 Kawasan hutan produksi;

 Kawasan perkebunan;

 Kawasan pertanian;

 Kawasan perikanan;

 Kawasan pertambangan;

 Kawasan industri;

 Kawasan pariwisata;

 Kawasan permukiman;

 Kawasan peruntukan lainnya.

Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan budidaya disusun dengan ketentuan sebagai
berikut :

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi disusun dengan ketentuan:

 diizinkan pemanfaatan kawasan, melalui kegiatan usaha :

- budidaya tanaman obat;

- budidaya tanaman hias;

- budidaya jamur;

- budidaya lebah;

- penangkaran satwa; dan

- budidaya sarang burung walet.

 diizinkan pemanfaatan jasa lingkungan, meliputi:

- pemanfaatan aliran air;

- pemanfaatan air;

VII-23
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

- wisata alam;

- perlindungan keanekaragaman hayati;

- penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau

- penyerapan dan / atau penyimpan karbon.

- usaha olah raga tantangan;

 diizinkan pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu

 diizinkan pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.

 diizinkan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar


kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis yang tidak dapat dielakkan meliputi:

- religi;

- pertambangan;

- instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru
dan terbarukan;

- pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun relay


televisi;

- jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;

- Sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum


untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;

- sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan
saluran air bersih dan/atau air limbah;

- fasilitas umum;

- industri terkait kehutanan;

- pertahanan dan keamanan;

- prasarana penunjang keselamatan umum; atau

- penampungan sementara korban bencana alam.

VII-24
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 tidak bertentatangan dengan ketentuan berlaku.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan rakyat disusun dengan ketentuan:

 pengoptimalan pemanfaatan hasil hutan;

 pembatasan pendirian bangunan;

 diperbolehkan kegiatan pengusahaan hutan rakyat terhadap lahan-lahan yang


potensial dikembangkan;

 tidak diperbolehkan kegiatan yang menimbulkan gangguan lingkungan; dan

 diperbolehkan ketentuan kegiatan lainnya sesuai dengan peraturan perundang -


undangan.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian lahan basah disusun dengan
ketentuan:

 tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B);

 pengendalian secara ketat konversi lahan sawah beririgasi non teknis;

 pelarangan tumbuhnya kegiatan perkotaan di sepanjang jalur transportasi yang


menggunakan lahan sawah yang dikonversi;

 pelaksanaan konservasi berkaitan dengan vegatatif dan mekanis;

 diperbolehkan permukiman perdesaan di kawasan pertanian lahan basah non irigasi


teknis khususnya bagi penduduk yang bekerja disektor pertanian;

 tidak diperbolehkan menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan


kelestarian lingkungan;

 tidak diperbolehkan pemborosan penggunaan sumber air;

 boleh dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

 boleh adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan pertanian; dan

 boleh melakukan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan pendidikan;

VII-25
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian lahan kering disusun dengan
ketentuan:

 diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian lahan kering yang tidak produktif menjadi
peruntukan lain secara selektif;

 diwajibkan pelaksanaan konservasi lahan;

 tidak diperbolehkan menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan


kelestarian lingkungan;

 boleh dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

 diperbolehkannya permukiman perdesaan khususnya bagi penduduk yang bekerja


disektor pertanian;

 boleh adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan pertanian; dan

 boleh melakukan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan pendidikan.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hortikutura disusun dengan ketentuan:

 tidak diperbolehkan menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan


kelestarian lingkungan;

 boleh dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

 diperbolehkannya permukiman perdesaan khususnya bagi penduduk yang bekerja


disektor pertanian;

 boleh adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan pertanian; dan

 boleh melakukan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan pendidikan.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan disusun dengan ketentuan:

 diwajibkan pelaksanaan konservasi lahan;

 diperbolehkan lahan perkebunan besar swasta yang terlantar beralih fungsi untuk
kegiatan non perkebunan;

VII-26
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 diperbolehkannya permukiman perdesaan khususnya bagi penduduk yang bekerja


disektor perkebunan;

 tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan
perizinan yang diberikan;

 diperbolehkan adanya bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perkebunan dan


jaringan prasarana wilayah;

 diperbolehkan alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya sepanjang


sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peternakan disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang mendukung


kegiatan peternakan;

 diperkenankan pengembangan sarana dan prasarana perikanan;

 tidak boleh merusak fungsi pariwisata pada kawasan peternakan yang dibebani fungsi
pengembangan pariwisata; dan

 tidak boleh mengakibatkan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan


lainnya.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perikanan tangkap dan budidaya
perikanan disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat


mendukung kegiatan perikanan;

 diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana perikanan.

 pembatasan pemanfaatan sumber daya perikanan tidak melebihi potensi lestari.

 tidak boleh merusak fungsi pariwisata pada kawasan perikanan yang juga dibebani
fungsi pengembangan wisata; dan

 tidak boleh mengakibatkan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan


lainnya.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan disusun dengan ketentuan:

VII-27
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 pelarangan kegiatan penambangan di luar kawasan pertambangan;

 pelarangan kegiatan penambangan yang menimbulkan kerusakan lingkungan;

 tidak boleh dilakukan penambangan di dalam kawasan lindung, kecuali untuk


kepentingan penelitian;

 pelarangan kegiatan penambangan terbuka di dalam kawasan lindung;

 pelarangan kegiatan penambangan di kawasan rawan bencana dengan tingkat


kerentanan tinggi;

 diwajibkan menjamin segi-segi keselamatan pekerja dan keamanan lingkungan dalam


penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan penambangan;

 diwajibkan pemulihan rona bentang alam pasca penambangan, sesuai ketentuan


yang berlaku bagi kawasan pertambangan; dan

 tidak diperkenankan membangun kawasan permukiman eksklusif dalam kawasan


pertambangan yang tidak diintegrasikan dengan rencana struktur ruang Kabupaten.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri disusun dengan
ketentuan:

 diperbolehkan kegiatan industri yang mempunyai kemampuan penggunaan teknologi,


potensi sumberdaya alam dan SDM di sekitarnya;

 diizinkan kegiatan industri yang hemat dalam penggunaan air dan non-polutif;

 diizinkan kegiatan industri yang tidak mengakibatkan kerusakan atau alih fungsi
kawasan lindung;

 pelarangan bentuk kegiatan yang dapat memberikan dampak merusak dan


menurunkan kualitas lingkungan;

 diwajibkan dalam kegiatan pengelolaan industri memiliki sistem pengolahan limbah


cair dan padat yang tidak mengganggu kelestarian lingkungan;

 diwajibkan pengaturan pengelolaan limbah padat dan cair B3 bagi industri yang
berindikasi menimbulkan limbah B3 atau juga mengelola limbah B3 sebagaimana
peraturan pengelolaan limbah B3;

VII-28
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 diwajibkan pengelolaan limbah terpadu sesuai standar keselamatan internasional bagi


industri yang lokasinya berdekatan;

 diizinkan kegiatan industri yang memiliki sumber air baku memadai dan menjaga
kelestariannya;

 diizinkan kegiatan industri yang memiliki sarana prasarana pengelolaan sampah,


termasuk pengeloaan akhir sampah

 diizinkan kegiatan industri yang memiliki sistem drainase yang memadai sehingga
tidak menimbulkan banjir secara internal dan eksternal;

 diizinkan kegiatan industri yang memiliki sumber energi untuk memenuhi kebutuhan
industri dengan tetap memperhatikan daya yang tersedia sehingga suplai energi
listrik untuk pelayanan penduduk dan kegiatannya yang sudah berjalan tidak
terganggu; dan

 diperbolehkan pengembangan kawasan peruntukan industri yang terletak pada di


sepanjang jalan arteri atau kolektor dengan syarat harus dilengkapi dengan jalur
lambat untuk kelancaran aksesibilitas.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan
ketentuan:

 kegiatan wisata, sarana dan prasarana tidak mengganggu fungsi kawasan lindung,
bentuk bangunan arsitektur setempat, bentang alam dan pandangan visual dan
mengikuti prinsip-prinsip pemugaran;

 pemanfaatan kawasan fungsi lindung untuk kegiatan wisata dilaksanakan sesuai azas
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan terhadap situs
peninggalan kebudayaan masa lampau;

 pengharusan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap bangunan
hotel dan fasilitas penunjang pariwisata;

 pengharusan penyediaan fasilitas parkir;

 dihimbau penggunaan tata busana adat daerah pada petugas jasa pariwisata sesuai
dengan jenis jasa yang disediakan;

VII-29
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 diperbolehkan dilakukan penelitian dan pendidikan.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman disusun dengan ketentuan:

 penetapan garis sempadan bangunan sesuai dengan fungsi jalan atau ketentuan
yang berlaku;

 pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan lingkungan;

 pengharusan penetapan jenis dan penerapan syarat-syarat penggunaan bangunan;

 pengharusan penyediaan drainase yang memadai, pembuatan sumur resapan yang


memadai, pembuatan tandon- tandon air hujan;

 pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi bangunan untuk kegiatan usaha;

 kepadatan penghunian satu unit hunian untuk satu rumah tangga dalam kawasan
permukiman setinggi-tingginya sama dengan standar kepadatan layak huni, tidak
termasuk bangunan hunian yang terletak di dalam kawasan permukiman tradisional;

 peruntukan kawasan permukiman diperbolehkan untuk dialihfungsikan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan;

 diperbolehkan dibangun prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan yang


berlaku;

 boleh adanya kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi
lainnya dengan skala pelayanan lingkungan; dan

 dalam kawasan permukiman tidak diperbolehkan dikembangkan kegiatan yang


menganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial masyarakat.

(13) Ketentuan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan disusun dengan ketentuan:

 penetapan untuk kawasan pertahanan dan keamanan sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan;

 pembatasan kegiatan budidaya di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan; dan

 diperkenankan penyediaan infrastruktur pendukung kawasan pertahanan dan


keamanan ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

VII-30
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

7.1.5 Peraturan Zonasi Kawasan Strategis

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis meliputi:

(1) Peraturan zonasi untuk kawasan strategis nasional disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan dilakukan pengembangan untuk mendukung kegiatan kawasan;

 tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya; dan

 diperbolehkan untuk penyediaan fasilitas dan prasarana.

(2) Peraturan zonasi untuk kawasan strategis provinsi disusun dengan ketentuan:

 diperbolehkan dilakukan pengembangan untuk mendukung kegiatan kawasan;

 tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya; dan

 diperbolehkan untuk penyediaan fasilitas dan prasarana.

(3) Peraturan zonasi untuk kawasan strategis Kabupaten disusun dengan ketentuan:

 penetapan kawasan strategis Kabupaten;

 diperbolehkan dilakukan pengembangan untuk mendukung kegiatan kawasan;

 tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya; dan

 diperbolehkan untuk penyediaan fasilitas dan prasarana.

7.2 Ketentuan Perizinan

Kegiatan perizinan disini merupakan kegiatan yang terkait dengan pemanfaatan ruang yang
dilakukan dalam upaya pemantauan perkembangan penggunaan lahan yang disesuaikan
dengan rencana tata ruang yang telah disepakati. Dalam pelaksanaan perizinan hal-hal yang
perlu dilakukan adalah menyusun mekanisme perizinan dan kelembagaan yang terkait dalam
pelaksanaan perizinan.

7.2.1 Arahan Perizinan

Arahan perizinan pemanfaatan ruang merupakan acuan bagi penertiban pemanfaatan ruang
pada tingkat operasional, yaitu yang diberikan pada pemanfatan ruang di tingkat
kabupaten/kota dan kecamatan, seperti izin prinsip, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin

VII-31
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

gangguan (HO), dan Izin Tempat Usaha. Semua jenis perizinan pemanfaatan ruang pada
prinsipnya harus diintegrasikan dan sesuai dengan tujuan penataan ruang provinsi yang
dijabarkan secara rinci ke dalam RTRW Kabupaten/kota dan rencana yang lebih rinci lainnya.
Secara umum perizinan pemanfaatan ruang dapat diberikan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Perizinan diberikan terhadap kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan rencana pola ruang
dan merujuk pada arahan indikasi peraturan zonasi.

2. Proses perizinan untuk setiap kegiatan merujuk pada peraturan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku pada masing-masing sektor.

3. Pemberi izin pemanfaatan ruang diberikan oleh instansi pemerintah yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam PP No. 38 tahun 2007 dan peraturan
perundangan lain yang berlaku

7.2.2 Mekanisme Perizinan

Mekanisme perizinan merupakan prosedur penting dalam upaya penyelarasan pemanfaatan


ruang dengan ketentuan indikasi arahan peraturan zonasi yang tertuang dalam penataan ruang
wilayah. Prosedur proses yang perlu dilakukan dalam perizinan pemanfaatan ruang adalah :

1. Pendaftaran

Dilakukan untuk lokasi ruang yang akan dimintakan izin pemanfaatan ruang. Data yang
disampaikan meliputi status kepemilikan tanah, rencana penggunaan yang disertai denah
lokasi, rencana bangunan yang disertai peta rencana, persetujuan dari dinas terkait dan
warga sekitar lokasi yang akan digunakan. Data tersebut diserahkan kepada pihak atau
lembaga yang berwenang mengurus dan/atau memberi izin pemanfaatan ruang.

Khusus bagi rencana pemanfaatan ruang yang dapat menimbulkan dampak lingkungan
seperti kebisingan, limbah, dan perubahan lingkungan secara signifikan, wajib disertakan
hasil studi AMDAL yang telah disetujui oleh tim atau Komisi AMDAL.

2. Advis Planning

Setelah proses pendaftaran selesai, selanjutnya dilakukan konfirmasi atas izin yang
diajukan terhadap rencana pola ruang dan indikasi arahan peraturan zonasi yang
diberlakukan oleh Tim Advis Planning yang berwenang. Selain itu Tim Advis Planning juga

VII-32
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

melakukan cek lapangan atas lokasi yang dimintakan izin pemanfaatan ruang dan proses
perizinan akan dilanjutkan apabila permintaan izin memenuhi ketentuan pola ruang dan
indikasi arahan peraturan zonasi.

3. Penetapan Izin

Hasil dari tim Advis Planning diberikan kepada Lembaga yang berwenang memberikan izin
pemanfaatan ruang sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal ini tentunya disertai dengan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon sesuai ketentuan yang diberlakukan pada
kawasan/lokasi yang bersangkutan.

7.2.3 Kelembagaan Perizinan

Kelembagaan perizinan merupakan suatu organisasi yang berwenang memberikan pelayanan


khususnya perizinan pemanfaatan ruang kepada masyarakat. Anggota dalam lembaga ini dapat
berbeda antar daerah tergantung dari susunan kerja perangkat daerah masing-masing dan
memperhatikan keotonomian daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Namun
demikian pada prinsipnya lembaga ini mencakup beberapa unsur sebagai berikut :

1. Masyarakat sebagai pihak yang akan merasakan langsung akibat dari pemanfaatan ruang,
terutama pemanfaatan ruang berskala menengah sampai besar/luas.

2. Tim advisory pembangunan daerah yang memiliki kompetensi di bidang penataan ruang.
Instansi tersebut diantaranya Dinas PU, Bappeda, Bapedalda dan instansi yang terkait
langsung dengan izin yang disampaikan oleh pemohon, misalnya Dinas Kehutanan apabila
kegiatan yang dimohonkan izin untuk sektor kehutanan, Dinas perindustrian apabila izin
pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri.

7.2.4 Jenis-jenis Perizinan Terkait Penataan Ruang

Jenis-jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang meliputi:

 izin Prinsip;

 izin Lokasi;

 izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT);

 izin Mendirikan Bangunan; dan

VII-33
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

 izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

a. Izin prinsip meliputi:

 sebagai dasar rekomendasi untuk beroperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
dan

 Sebagai dasar dari pemberian ijin lokasi.

b. Izin lokasi meliputi:

 sebagai dasar untuk pembebasan lahan dalam rangka pemanfaatan ruang; dan

 sebagai dasar ijin penggunaan pemanfaatan tanah.

c. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) meliputi:

 diberikan kepada untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada lahan yang sudah
dikuasai;

 berlaku selama lokasi tersebut digunakan sesuai dengan peruntukannya dan tidak
bertentangan dengan kepentingan umum;

 sebagai dasar Ijin Mendirikan Bangunan;

d. Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana sebagai dasar mendirikan bangunan; dan

e. Ketentuan dan tata cara perizinan diatur dalam peraturan Bupati.

f. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang
menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten.

g. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar dan
atau tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten, dibatalkan oleh pemerintah menurut
kewenangan masing-masing sesuai ketentuan perundang-undangan.

h. Izin pemanfaatan ruang yang telah diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten, termasuk akibat adanya
perubahan RTRW Kabupaten, dapat dibatalkan dan dapat dimintakan penggantian yang
layak kepada instansi pemberi izin.

VII-34
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

7.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Arahan insentif dan disinsentif meliputi arahan umum dan arahan khusus. Arahan umum
berisikan arahan pemberlakuan insentif dan disinsentif untuk berbagai pemanfaatan ruang
secara umum. Sedangkan arahan khusus ditujukan secara langsung pada jenis-jenis
pemanfaatan ruang atau kawasan tertentu di daerah.

Ketentuan insentif dan disintensif menjadi alat yang paling efektif dalam rangka mencapai
tujuan perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan serta dalam mewujudkan struktur dan
pola ruang yang telah direncanakan. Insentif diberikan kepada pihak calon pemanfaat lahan
yang bersesuaian dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan disinsentif diberikan
pada pemanfaat lahan yang tidak bersesuaian dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan, selama tidak membawa dampak penting terhadap lingkungan fisik dan sosial.

Insentif yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, dapat berupa:

1. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun
saham;

2. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

3. Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

4. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah

Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi


kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang dapat berupa :

1. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau.

2. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Dalam pemberian insentif dan disinsentif seyogyanya dengan tetap menghormati hak
masyarakat. Sedangkan Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:

a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;

b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan

VII-35
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

c. pemerintah kepada masyarakat.

A. Arahan Umum Insentif-Disinsentif

Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang didorong perkembangannya


dan sesuai dengan rencana tata ruang, sedang disinsentif diberlakukan bagi kawasan yang
dibatasi atau dikendalikan perkembangannya bahkan dilarang dikembangkan untuk kegiatan
budidaya.

1. Memberikan keringanan atau penundaan pajak (tax holiday) dan kemudahan proses
perizinan.

2. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk memperingan biaya
investasi oleh pemohon izin.

3. Pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum rencana tata ruang
ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan.

4. Kegiatan yang menimbulkan dampak positif akan diberikan kemudahan dalam perizinan.

Sedangkan pemberian disinsentif diberlakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan ketentuan penataan ruang dan peraturan zonasi. Adapun arahan pemberian disinsentif
adalah sebagai berikut :

a. Pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang berlokasi di daerah yang memiliki
nilai ekonomi tinggi, seperti pusat kota, kawasan komersial, daerah yang memiliki tingkat
kepadatan tinggi.

b. Tidak memberikan izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna bangunan terhadap
kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

c. Tidak menyediakan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak dipacu
pengembangannya, atau pengembangannya dibatasi

d. Tidak menerbitkan izin pemanfaatan ruang budidaya yang akan dilakukan di dalam
kawasan lindung.

e. Pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya perubahan pemanfaatan ruang
budidaya mernjadi lindung.

VII-36
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

Secara terstruktur insentif dan disinsentif pola ruang di wilayah perencanaan sesuai dengan
kondisi wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1 Insentif dan Disinsentif Pemanfaatan Ruang

No Kegiatan Insentif Disinsentif

 Kemudahan perizinan
 Pemberian pajak yang ringan
1 Pemanfaatan Sesuai RTR  Subsidi pembangunan -
infrastruktur
 Kemudahan perizinan

Pemanfaatan Ruang di  Pemberian pajak yang ringan


2  Subsidi pembangunan -
Kawasan non produktif
infrastruktur
 Kemudahan perizinan
Kegiatan yang menyerap
3  Pemberian pajak yang ringan -
tenaga kerja
 Penolakan atau mempersulit
perizinan
 Pengenaan pajak yang tinggi
Pemanfaatan Tidak  Kewajiban menyusun AMDAL
4 -
Sesuai RTR dan Normalisasi kawasan
yang rusak akibat kegiatan
yang dilakukan
 Pengenaan pajak yang tinggi
Kegiatan di Pusat Kota
5 atau Kawasan Kepadatan -  Kewajiban memberi subsidi
Tinggi pembangunan infrastruktur
Sumber : UU 26 Tahun 2007

B. Arahan Khusus Insentif-Disinsentif

Arahan khusus insentif-disinsentif ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai harus
dilindungi fungsinya dan dihindari pemanfaatannya. Ada dua jenis pola ruang yang harus
dilindungi dan dihindari pemanfaatannya, yaitu pemanfaatan ruang pertanian pangan,
khususnya pertanian lahan pangan berkelanjutan dan kawasan-kawasan rawan bencana alam.

1. Pertanian Pangan

Pemanfaatan ruang pertanian lahan pangan berkelanjutan tersebar di seluruh wilayah


kabupaten. Untuk melindungi eksistensinya semua pemanfaatan ruang pertanian pangan
harus diberi insentif fiskal dan non-fiskal agar pemilik lahan tetap mengusahakan kegiatan
pertanian pangan. Insentif fiskal yang diarahkan untuk diberikan dapat berupa :

a. Penghapusan semua retribusi yang diberlakukan di kawasan pertanian pangan.

VII-37
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

b. Pengurangan atau penghapusan sama sekali PBB kawasan pertanian pangan produktif
melalui mekanisme restitusi pajak oleh dana APBD.

Insentif non-fiskal dapat diberikan dalam bentuk penyediaan prasarana pendukung


produksi dan pemasaran produk. Selain itu untuk mencegah atau mempersulit
pengalihfungsian lahan pertanian pangan ke fungsi lain, semua kawasan pertanian pangan
diberi insentif non-fiskal, berupa tidak diberikannya sarana dan prasarana permukiman
yang memungkinkan pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau kegiatan
komersial.

2. Kawasan Rawan Bencana Alam

Daerah ini merupakan daerah rawan bencana yang meliputi kawasan rawan gempa bumi,
kawasan rawan tanah longsor atau gerakan tanah, kawasan rawan banjir, serta kawasan
rawan bencana lainya. Kawasan-kawasan tersebut umumya sudah dihuni penduduk. Untuk
mencegah perkembangan permukiman lebih lanjut, pada kawasan-kawasan tersebut harus
diberlakukan disinsentif non-fiskal berupa pembatasan penyediaan prasarana dan sarana
permukiman hanya untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang sudah ada saja.
Sedangkan untuk kawasan rawan bencana yang belum dihuni penduduk, tidak dilakukan
pembangunan prasarana dan sarana permukiman.

7.3.1 Ketentuan Pemberian Insentif

Ketentuan pemberian insentif, meliputi:

(1) Insentif dapat diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya,
pemerintah desa dan masyarakat umum yang melaksanakan pembangunan sesuai
dengan RTRWK;

(2) Insentif kepada pemerintah daerah lainnya dan pemerintah desa dapat diberikan dalam
bentuk:

a. pemberian kompensasi;

b. subsidi silang;

c. penyediaan sarana dan prasarana;

d. dukungan program serta kegiatan pembangunan;

VII-38
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

e. kerjasama pendanaan;

f. penghargaan; dan

g. publisitas atau promosi daerah.

(3) Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat umum dapat diberikan
dalam bentuk:

a. pemberian kompensasi;

b. pengurangan retribusi;

c. imbalan;

d. sewa ruang dan urun saham;

e. penyediaan sarana dan prasarana;

f. penghargaan; dan

g. kemudahan perizinan.

(4) Tata cara dan mekanisme pemberian insentif, diatur lebih lanjut diatur oleh Peraturan
Bupati.

7.3.2 Ketentuan Pemberian Disinsentif

Ketentuan pemberian disinsentif meliputi:

(1) Disinsentif dapat diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada pemerintah daerah
lainnya, dunia usaha, dan masyarakat yang dalam melaksanakan pembangunan tidak
sesuai dengan RTRWK;

(2) Disinsentif kepada pemerintah daerah lainnya dan pemerintah desa dapat diberikan dalam
bentuk:

a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan

b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.

(3) Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat umum dapat
diberikan dalam bentuk:

VII-39
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

a. pengenaan retribusi yang tinggi;

b. pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; dan

c. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur.

(4) Tata cara dan mekanisme pemberian disinsentif, diatur oleh Peraturan Bupati.

7.4 Arahan Sanksi

7.4.1 Sanksi

Arahan sanksi merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pengenaan sanksi kepada
pelanggar pemanfaatan ruang, sanksi dikenakan kepada setiap orang yang melakukan
pelanggaran penataan ruang.

Ketentuan pemberian sanksi meliputi:

a. terhadap aparatur pemerintah yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi administratif


sesuai ketentuan perundang-undangan;

b. mekanisme pemanggilan, pemeriksaan, dan penjatuhan sanksi administratif dilakukan


sesuai ketentuan perundang-undangan; dan

c. penertiban dengan mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan


atau perdesaan yang direncanakan dapat terwujud dengan memberikan sanksi
administratif, sanksi pidana, dan sanksi perdata.

Pelanggaran pemanfaatan ruang meliputi:

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;

b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan;

c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan; dan

d. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan dinyatakan oleh


peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.

VII-40
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

7.4.2 Sanksi Administratif

Pelanggaran pemanfaatan ruang dikenakan sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau

i. denda administratif.

(1) Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3
(tiga) kali.

(2) Penghentian sementara kegiatan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang


berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara, pejabat


yang berwenang melakukan penerbitan dengan menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan


kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan
ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan


penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian kegiatan
pemanfaatan ruang secara paksa; dan
VII-41
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

e. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang melakukan


pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak beroperasi
kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.

(3) Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui langkah-langkah sebagai


berikut:

a. penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari


pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
(membuat surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum);

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat


yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan memuat
rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputus;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada


pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum
yang akan segera dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan umum yang
akan diputus;

d. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa pelayanan


umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan
secukupnya;

e. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar; dan

f. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum


dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar
sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.

(4) Penutupan lokasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan

VII-42
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang


berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi kepada
pelanggar;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan


kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera
dilaksanakan;

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang dengan


bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan

e. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi


yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya
untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan
ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(5) Pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat yang


berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat


yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin
pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan


sanksi pencabutan izin;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan


pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pencabutan izin;

e. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin menerbitkan


keputusan pencabutan izin, dan memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai
status izin yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan
pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan

VII-43
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

f. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan


yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan penertiban kegiatan
tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Pembatalan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang


menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana
tata ruang yang berlaku;

b. memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana


pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin;

c. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang


melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

d. memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin;

e. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki kewenangan
untuk melakukan pembatalan izin; dan

f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah


dibatalkan.

(7) Pembongkaran bangunan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari pejabat


yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat


yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan
sanksi pembongkaran bangunan;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada


pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera
dilaksanakan; dan

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan


tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan pembongkaran

VII-44
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

bangunan secara paksa.

(8) Pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus
dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;

b. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang


menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang;

c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat


yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan
sanksi pemulihan fungsi ruang;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan kepada


pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu;

e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan pengawasan


pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;

f. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum melaksanakan

g. pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab melakukan tindakan


penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi
ruang; dan

h. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan
fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan
dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari.

(9) Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administratif sebesar 10 kali Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

7.4.3 Sanksi Pidana

1. Pidana pokok, yaitu penjara dan denda

Sanksi Pidana Pokok dilakukan disebakan hal-hal berikut :

VII-45
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

a. Sanksi akibat kesalahan pengguna lahan melakukan proses pembangunan tanpa


memiliki izin .

b. Sanksi kesalahan pengguna lahan dalam melaksanakan pembangunan, tidak sesuai


dengan izin yang telah diterbitkan.

c. Sanksi terhadap kesalahan pemberi advis planning yang tidak sesuai dengan tata
ruang.

d. Sanksi terhadap kesalahan pemberi ketetapan izin pengguna lahan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang.

e. Sanksi terhadap perencana tata ruang yang salah merencanakan wilayah kota, dan
timbul permasalahan kerusakan lingkungan.

f. Sanksi terhadap badan perencana daerah dan pihak legislatif dalam menentukan
perencanaan tata ruang kota yang salah, menimbulkan kerusakan lingkungan

2. Pidana tambahan, yaitu Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya.

Sanksi pemberhentian tidak hormat pada pemberi advis planning, Institusi terkait
perencanaan dan pihak legislatif yang menyetujui recana tata ruang dan pemberian izin
yang tidak sesuai tata ruang.

7.5 Kelembagaan

Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang di wilayah Kabupaten,


yang meliputi koordinasi dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan
penataan ruang, dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut
BKPRD.

Tugas, susunan keanggotaan dan tata kerja BKPRD diatur sesuai ketentuan dan ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.

7.5.1 Susunan Organisasi dan Tugas Kelembagaan BKPRD

Tanggungjawab dalam penataan ruang kabupaten berada ditangan Bupati (pasal 13


Permendagri No.50 Tahun 2009). Selaku pelaksana tugas sehari-hari Bupati dibantu oleh Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).

VII-46
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

Susunan keanggotaan BKPRD menurut Permendagri No.50 Tahun 2009, yaitu:

Penanggungjawab : Bupati dan Wakil Bupati

Ketua : Sekretaris Daerah

Sekertaris : Kepala Bappeda Kabupaten

Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan


dan kemampuan daerah

Tugas dari BKPRD Kabupaten, adalah:

a. Perencanaan Tata Ruang, meliputi:

1. Mengkoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata ruang kabupaten;

2. Memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah dengan


rencana tata ruang kabupaten serta mempertimbangkan pengarusutamaan
pembangunan berkelanjutan melalui instrument Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS);

3. Mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmoniskan rencana tata ruang


kabupaten dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang
pulau/kepulauan, rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang kawasan
strategis provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan;

4. Mengsinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten dengan provinsi dan antar
kabupaten/kota yang berbatasan;

5. Mengkoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan daerah tentang


rencana tata ruang kabupaten kepada BKPRD Provinsi dan BKPRN;

6. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana rencana tata ruang kabupaten ke


provinsi;

7. Mengkoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang kabupaten; dan

8. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

VII-47
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

b. Pemanfaatan Ruang, meliputi:

1. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam pemanfaatan


ruang di kabupaten, dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;

2. Memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan dalam pemanfaatan ruang


kabupaten;

3. Memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait rencana tata ruang
kabupaten;

4. Menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan kepada jajaran pemerintah,


swasta, dan masyarakat;

5. Melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota;


dan

6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.

c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang, meliputi:

1. Mengkoordinasikan penetapan peraturan zonasi kabupaten;

2. Memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang kabupaten;

3. Melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan


pemanfaatan ruang kabupaten dengan provinsi dan kabupaten/kota terkait;

4. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan


penyelenggaraan penataan ruang;

5. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjaga


konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang, dan

6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

7.5.2 Pelaksana Harian BKPRD

Dalam melaksanakan tugasnya BKPRD membentuk Sekretariat, Kelompok Kerja Perencanaan


Tata Ruang, Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Sekretariat
BKPRD Kabupaten bertanggungjawab kepada Sekretaris BKPRD Kabupaten.

VII-48
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

A. Sekertariat BKPRD

Sekertariat BKPRD Kabupaten dipimpin oleh Sekretaris Bappeda.

Tugas Sekretariat BKPRD Kabupaten, adalah:

a. Menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Kabupaten;

b. Menyusun jadwal dan agenda kerja BKPRD Kabupaten;

c. Melakukan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan BKPRD Kabupaten;

d. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pada kelompok kerja dalam BKPRD Kabupaten;

e. Mengolah data dan informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRD


Kabupaten;

f. Menyiapkan dan mengembangkan informasi tata ruang kabupaten;

g. Menyiapkan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang kabupaten; dan

h. Menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaraan dalam


penyelenggaraan penataan ruang.

B. Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang

Susunan keanggotaan:

Ketua : Kepala Bidang pada Bappeda yang membidangi tata ruang

Wakil Ketua : Kepala Bidang/Sub Dinas pada Dinas yang membidangi tata ruang

Sekretaris : Kepala Sub Bidang yang membidangi tata ruang pada Bappeda

Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah

Tugas Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang BKPRD Kabupaten, adalah:

a. Memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten dalam rangka pelaksanaan kebijakan


penataan ruang kabupaten;

b. Melakukan fasilitasi penyusunan rencana tata ruang dengan mempertimbangkan


instrument Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

VII-49
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

c. Melakukan fasilitasi penyusunan program dan pembiayaan dalam rangka penerapan


rencana tata ruang;

d. Melakukan fasilitasi pengintegrasian program pembangunan yang tertuang dalam rencana


tata ruang dengan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah;

e. Menyiapkan bahan dalam rangka memperoleh persetujuan substansi teknis rencana tata
ruang kabupaten; dan

f. Menginventarisasi dan mengkaji permasalahan dalam perencanaan serta memberikan


alternatif pemecahannya untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten.

C. Kelompok Kerja Pemanfaatan Dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Susunan keanggotaan:

Ketua : Kepala Bidang/Sub Dinas pada Dinas yang membidangi tata ruang

Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum

Sekretaris : Kepala Seksi/Sub Bidang yang membidangi tata ruang pada Bappeda

Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah

Tugas Kelompok Kerja Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten,
adalah:

a. Memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijakan


permasalahan dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang kabupaten;

b. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan terhadap penegakan peraturan daerah


tentang rencana tata ruang;

c. Melakukan fasilitasi pelaksanaan evaluasi terhadap penegakan peraturan daerah tentang


rencana tata ruang;

d. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pelaporan terhadap penegakan peraturan daerah tentang


rencana tata ruang;

e. Melakukan fasilitasi pelaksanaan perizinan pemanfaatan ruang;

f. Melakukan fasilitasi pelaksanaan penertiban pemanfaatan ruang;


VII-50
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

g. Menginventarisasi dan mengkaji permasalahan dalam pemanfaatan ruang dan


pengendalian pemanfaatan ruang serta memberikan alternatif pemecahannya untuk
dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten.

VII-51

Anda mungkin juga menyukai