Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

DRAMATURGI DIBALIK KEHIDUPAN SOCIAL CLIMBER

Alvita
Wiratri Anindhita1
Program Studi Ilmu Komunikasi, Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie,
Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta 14350

ABSTRACT
Life is like a two parts of coins, which every part of life has a front stage and a back stage. This study
purpose to know about how the front stage side of social climber, the back stage side of social climber, and
how the experience as a social climber. This study uses dramaturgy theories. In dramaturgy study will be
seen about the difference in actor’s behavior while on the frontstage and backstage. Concepts that used in
this research is social climber and social media. This research uses qualitative descriptive research method.
Data collection through in depth interview with informant, non-participant observation, and literature
study. Data analysis techniques in this research using data analysis techniques from Miles and Huberman.
The result of this study, actually the three of informan were not came from rich family that have a high
economic status. If they are in front stage side, they will show a very good performance, like wearing many
branded things. But, if they are not in the front stage side, they will be preferring to do many things of
homework, wearing a simple clothes, not wearing a branded product, and also do the activity like a normal
student.

Key words: dramaturgy, social climber, social media

ABSTRAK
Kehidupan ini bagaikan dua sisi uang logam yang berbeda, dimana masing-masing kehidupan mempunyai
panggung depan dan panggung belakang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
kehidupan social climber di panggung depan (front stage) dalam studi dramaturgi, untuk mengetahui
bagaimana kehidupan social climber di panggung belakang (back stage) dalam studi dramaturgi, dan untuk
mengetahui bagaimana pengalaman hidup menjadi social climber. Penelitian ini menggunakan teori
dramaturgi. Pada studi dramaturgi akan dilihat mengenai perbedaan perilaku aktor tersebut saat berada di
front stage dan back stage. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu konsep social climber dan
media sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ketiga informan tersebut pada kehidupan nyatanya bukanlah orang yang berasal dari
keluarga yang memiliki status ekonomi yang baik atau golongan menengah keatas. Jika mereka sedang di
panggung depan, maka penampilan yang mereka tunjukkan kepada orang-orang disekitanya adalah
penampilan kelas atas yang melumuri dirinya dengan barang-barang mewah dan berkelas. Namun, jika
ketiga orang informan ini tidak sedang berada di panggung depan, maka dalam kehidupan sehari-harinya
mereka lebih sering mengerjakan pekerjaan rumah, berpenampilan apa adanya, tidak menggunakan barang
mewah, dan juga menjalankan aktifitasnya sebagai seorang mahasiswa biasa.

Kata Kunci: dramaturgi, social climber, media sosial.

1
Alamat Kini: Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta 14350
Penulis untuk Korespondensi: Telp. (021) 65307062, e-mail: dhita@kwikkiangie.ac.id

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 1
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

PENDAHULUAN sosial, seperti menggalang dana atau melakukan


kegiatan amal bagi orang-orang yang memang
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial membutuhkan bantuan walaupun memang
yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi kehidupan pribadi dari sosialita tersebut pada
atau berhubungan dengan manusia lainnya untuk dasarnya memiliki kehidupan yang mewah.
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, saat ini Kebanyakan orang-orang yang salah
sering terjadi fenomena dimana suatu pertemanan mempersepsikan arti kata sosialita ini ke dalam
itu sering dikotak-kotakkan, seperti contoh arti yang sebenarnya, dimana mereka masih
kecilnya adalah orang yang berasal dari keluarga berpatokan dengan kehidupan yang mewah
yang memiliki ekonomi menengah keatas tersebut. Banyak orang-orang zaman sekarang
seringkali memilih-milih pertemanan. Tapi, yang berusaha mencapai tingkat kemewahan
disatu sisi orang yang berasal dari keluarga yang tersebut dengan cara mengubah gaya hidupnya
memiliki ekonomi menengah kebawah pun juga agar status sosial mereka diakui dan di pandang
membutuhkan orang lain untuk dijadikan teman tinggi oleh orang lain yang berada dilingkungan
atau relasi, serta mereka juga ingin diakui sekitarnya. Mereka ingin menampilkan atau
keberadaan dan status sosialnya. Maka dari itu, menunjukkan kepada teman-temannya tentang
biasanya mereka yang berasal dari golongan sisi kehidupannya yang mewah dengan semua
menengah kebawah rela untuk melakukan penampilan dan gaya kehidupan mereka yang
apapun untuk mencapai keinginan dan serba berkecukupan atau bahkan lebih dari
kebutuhannya, terutama untuk kepentingan status cukup, namun disisi lain belum tentu apa yang
sosialnya. berusaha mereka tampilkan didepan itu sama
Gaya sosialita yang dilihat dari sisi seperti yang ada dibelakang kehidupan aslinya,
kemewahannya inilah yang menyebabkan misalnya dari segi ekonomi. Fenomena inilah
munculnya berbagai macam gaya kehidupan yang disebut dengan social climber.
yang sangat mempengaruhi diri dan pola perilaku Kehidupan ini bagaikan dua sisi uang logam
manusia. Perilaku manusia yang khususnya yang berbeda, dimana masing-masing kehidupan
tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta ini mempunyai panggung depan dan panggung
memiliki ketertarikan gaya hidup yang lebih belakang. Panggung depan yang sering
mewah layaknya kehidupan seorang sosialita digambarkan oleh social climber adalah
karena sering terpengaruh oleh faktor kehidupan yang serba mewah dengan berbagai
lingkungannya, misal seperti melihat kehidupan macam tujuan yang ingin ia capai, salah satunya
teman-teman sekelilingnya yang dibalut dengan adalah status sosial yang tinggi. Namun, untuk
kemewahan. Mereka akan mengubah gaya hidup panggung belakang dari social climber ini belum
mereka menjadi lebih baik dari keadaan tentu dalam kehidupan sehari-harinya ia adalah
kehidupannya semula mulai dari cara berpakaian, orang yang memang benar-benar memiliki
cara berbicara, cara berperilaku, cara mereka ekonomi yang cukup atau bahkan berlebih, bisa
menempatkan diri, atau bahkan cara mereka saja ia adalah seseorang yang hidup dalam
berkomunikasi dalam suatu kelompok agar bisa kesederhanaan. Dari sinilah peneliti tertarik
diterima dimasyarakat luas demi menyandang untuk melihat bagaimana kehidupan yang dilalui
status sosialnya. social climber sehari-hari.
Sering terjadi kesalahpahaman Berdasarkan hal-hal di atas maka tujuan
mempersepsikan makna dari sosialita tersebut. penelitian ini akan diarahkan dalam
Dipikiran banyak orang, sosialita adalah mengumpulkan informasi-informasi untuk
seseorang yang memang memamerkan harta mengetahui bagaimana kehidupan social climber
kekayaannya dan hidup serba mewah, namun di panggung depan (front stage) dalam studi
yang terjadi tidaklah demikian. Pada dramaturgi, untuk mengetahui bagaimana
kenyataannya kaum sosialita melakukan aktivitas kehidupan social climber di panggung belakang

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 2
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

(back stage) dalam studi dramaturgi, dan untuk berbeda yang dimilikinya. Karakter atau tingkah
mengetahui bagaimana pengalaman hidup laku seorang pemuda tidak akan sama ketika ia
menjadi social climber. berinteraksi dengan kawan akrabnya dengan saat
Teori yang kita gunakan untuk mengkaji ia berkomunikasi dengan orang tuanya di rumah.
permasalahan tersebut dan untuk melihat Begitu pula tingkah laku seorang mahasiswa akan
bagaimana kehidupan yang dilalui social climber berbeda ketika ia berhadapan dan berbicara
adalah dengan menggunakan teori dramaturgi. dengan dosennya dibandingkan tingkah lakunya
Menurut Burke (dalam West dan Turner, ketika menghadiri pesta ulang tahun temannya.
2008:27), Dramatisme membandingkan Pada setiap situasi di mana Anda berada maka
kehidupan dengan sebuah pertunjukkan dan Anda akan memilih suatu peran atau karakter
menyatakan bahwa, sebagaimana dalam sebuah tertentu dan memainkannya (Morissan, 2014:
karya teatrikal, kehidupan membutuhkan adanya 124).
seorang aktor, sebuah adegan, beberapa alat Erving Goffman adalah tokoh yang paling
untuk terjadi adegan itu, dan sebuah tujuan. berpengaruh dan paling menonjol dalam
Penelitian ini juga akan menggunakan metode pendekatan teori dramaturgi. Dalam perspektif
penelitian kualitatif deskriptif. dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi
Berdasarkan latar belakang yang telah sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas
dikemukakan peneliti diatas, peneliti tertarik panggung, yang menampilkan peran-peran yang
untuk melakukan penelitian dengan judul dimainkan para aktor. Untuk memainkan peran
Dramaturgi Dibalik Kehidupan Social Climber. sosial tersebut, biasanya sang aktor menggunakan
bahasa verbal dan menampilkan perilaku
nonverbal tertentu serta mengenakan atribut-
TINJAUAN PUSTAKA atribut tertentu (Mulyana, 2013: 114).
Teori Dramaturgi Menurut Goffman kehidupan sosial
Erving Goffman adalah seorang sosiolog mempunyai 2 bagian, yaitu:
terkenal pada abad ke-20 yang menggambarkan a. Front stage (Panggung Depan)
kehidupan sebagai perumpamaan pentas Front stage adalah wilayah depan yang
pertunjukan drama (theatrical). Situasi atau merujuk pada kepada peristiwa sosial yang
setting dalam kehidupan sehari-hari dapat memungkinkan individu bergaya atau
diumpamakan sebagai panggung pertunjukan dan menampilkan peran formalnya. Mereka seperti
manusia adalah para aktor yang menggunakan sedang memainkan suatu peran di atas panggung
pertunjukan drama itu untuk memberikan kesan sandiwara di hadapan khalayak penonton.
kepada para penonton, inilah yang disebut Goffman membagi front stage menjadi dua
dengan dramaturgi. Jika kita sedang berada pada bagian, yaitu:
suatu situasi, maka sebenarnya kita sedang (1) Setting (Tata Ruang)
melakukan pertunjukan. Anda harus memutuskan Setting mengacu pada pemandangan fisik
bagaimana Anda menempatkan diri Anda, apa yang biasanya harus ada di situ jika aktor
yang harus dikatakan dan bagaimana bertindak memainkan perannya. Tanpa setting, aktor tidak
(Morissan, 2014: 122). dapat memainkan perannya. Setting menjadi
Menurut Goffman, orang yang terlibat dalam tempat dimana aktor tersebut akan berperan.
suatu percakapan tatap muka pada dasarnya (2) Front personal (Pribadi Depan)
menyajikan drama kepada lawan bicaranya. Front personal yang terdiri dari berbagai
Mereka memilih karakter tertentu dan macam barang perlengkapan yang bersifat
menunjukkan karakter itu pada situasi dan lawan menyatakan perasaan yang memperkenalkan
bicara yang sesuai. Dalam hal ini, seseorang penonton dengan aktor dan perlengkapan itu
harus membuat daftar dari berbagai situasi di diharapkan penonton dipunyai oleh aktor.
mana ia akan menyajikan bermacam karakter

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 3
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

Goffman membagi front personal menjadi 2, kelompok. Konstruksi pemikiran mereka


yaitu: terbentuk karena setiap orang memiliki motif
(a) Penampilan sosiogenis yang berarti bahwa karena adanya
Penampilan meliputi berbagai jenis barang lingkungan sosial, muncul kebutuhan yang harus
yang digunakan oleh sang aktor yang akan dipenuhi untuk dapat mempertahankan hubungan
mengenalkan status sosial aktor tesebut kepada dengan orang lain dan lingkungan sosialnya.
penonton. Barang tersebut bisa merupakan Berada di budaya yang baru bisa menjadi salah
seragam atau atribut lain seperti aksesoris atau satu faktor yang mendorong seseorang atau
barang bawaan lainnya yang secara tidak kelompok untuk melakukan perubahan sosial.
langsung merupakan komunikasi non-verbal Kontak dengan kebudayaan luar di era globalisasi
aktor tersebut kepada penonton. seperti saat ini menjadi salah satu alasan mengapa
(b) Gaya social climber membutuhkan gaya hidup yang
Gaya seorang aktor mengenalkan aktor lebih tinggi dibandingkan dengan individu atau
tersebut kepada penonton, peran apa yang kelompok lain.
dimainkan oleh aktor tersebut dalam situasi Kehidupan dari social climber sangatlah
tertentu. Umumnya penonton mengharapkan berbeda dengan orang pada kebanyakannya.
penampilan dan gaya yang saling bersesuaian. Mereka memiliki budaya tersendiri yang meliputi
b. Back stage (Panggung Belakang) seluruh perangkat tata nilai dan perilaku mereka
Back stage adalah wilayah belakang yang yang unik. Adanya keyakinan bahwa status sosial
merujuk pada tempat pemain sandiwara bersantai merupakan suatu pandangan yang bisa membuat
dan peristiwa yang memungkinkan individu mereka dikenal oleh orang lain sehingga
tersebut mempersiapkan perannya atau tempat cenderung mereka akan memiliki motivasi untuk
berlatih untuk memainkan perannya di panggung mendapatkan status sosial yang lebih tinggi dan
depan. Pada back stage akan bisa dilihat banyak akan menjadi seseorang yang pemilih dalam hal
hal-hal yang tidak bisa dilihat saat seorang aktor pertemanan Jayanti (2015: 6).
berada di front stage, bisa dikatakan bahwa back Menurut Kadek (2017, diakses pada 21
stage merupakan jati diri sebenarnya dari seorang November 2017), Social climber merupakan
aktor. Panggung belakang biasanya berbatasan orang-orang yang selalu memamerkan barang-
dengan panggung depan, tetapi tersembunyi dari barang mewah yang dimilikinya melalui media
pandangan khalayak. Ini dimaksudkan untuk sosial. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
melindungi rahasia pertunjukan, dan oleh karena mendapatkan status sosial yang tinggi dari orang
itu, khalayak biasanya tidak diizinkan memasuki lain dan juga agar terlihat di mata orang lain
panggung belakang, kecuali dalam keadaan bahwa ia adalah orang yang kaya. Selain itu,
darurat. social climber juga memiliki tujuan lain yaitu
Goffman berpendapat bahwa umumnya menjadi orang yang terkenal. Hal apapun rela
orang-orang cenderung berusaha menyajikan diri dilakukan oleh social climber meskipun itu
mereka yang diidealisasikan dalam pertunjukan bukanlah kepribadian asli yang dimilikinya.
mereka di pangung depan, dan mereka merasa Para social climber cenderung untuk
bahwa mereka harus menyembunyikan hal-hal menggunakan barang-barang mewah mulai dari
tertentu dalam pertunjukan mereka (Mulyana, baju bermerek, tas bermerek, sepatu bermerek
2013: 116). sampai aksesoris yang bermerek. Mereka tidak
peduli apakah barang yang mereka gunakan asli
Social Climber atau palsu, satu hal yang paling terpenting adalah
Menurut Jayanti (2015: 5), social climber dipandang oleh orang lain sebagai seseorang
adalah hal yang dapat diusahakan untuk yang memiliki status sosial yang tinggi.
mendapatkan posisi yang lebih kuat dalam Menurut Matali (2017, diakses pada 29
sebuah partisipasi baik secara individu maupun November 2017), terdapat 6 ciri-ciri yang

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 4
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

menandakan bahwa seseorang termasuk dalam adalah twitter.


kategori social climber. Ciri-ciri tersebut adalah c. Konten
selalu memposting liburan dan traveling mewah Para user dari pengguna website ini saling
di media sosialnya, “Melumuri” seluruh membagikan konten-konten media, baik seperti
tubuhnya dengan merek terkenal mulai dari video, ebook, gambar, dan lain-lain. Contohnya
kepala sampai ujung kaki, hanya mau menjadi adalah youtube.
teman ketika berada di “puncak”, memaksakan d. Situs Jejaring Sosial
diri bertingkah laku elegan, menutup rapat-rapat Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat
informasi mengenai pribadi dirinya dari terhubung dengan cara membuat informasi
siapapun, dan berusaha meyakinkan orang lain pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang
bahwa ia merupakan pribadi yang mengagumkan lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto.
dan mampu menginspirasi orang lain. Contohnya adalah facebook.
e. Virtual Game World
Social Media Dunia virtual dimana mereplikasikan
Media sosial adalah sebuah media online, lingkungan tiga dimensi, dimana user bisa
dimana para penggunanya bisa dengan mudah muncul dalam bentuk avatar-avatar yang
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi atau diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain
konten meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum selayaknya di dunia nyata. Contohnya adalah
dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki game online.
merupakan bentuk media sosial yang paling f. Virtual Social World
umum digunakan oleh masyarakat di seluruh Dunia virtual yang dimana penggunanya
dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media merasa hidup di dunia virtual, sama seperti
sosial adalah media online yang mendukung virtual game world, berinteraksi dengan yang
interaksi sosial dan media sosial menggunakan lain. Namun, virtual social world lebih bebas, dan
teknologi berbasis web yang mengubah lebih ke arah kehidupan. Contohnya adalah
komunikasi menjadi dialog interaktif (Cahyono, second life.
2016, diakses pada 29 November 2017).
Menurut Kaplan dan Haenlein (dalam METODE PENELITIAN
Cahyono, 2016, diakses pada 29 November
2017), mereka mendefinisikan media sosial Sesuai dengan judul penelitian ini, subjek
sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis dalam penelitian ini adalah individu-individu
internet yang membangun di atas dasar ideologi atau informan yang memiliki gaya kehidupan
dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan mewah, namun jika dilihat kesehariannya mereka
penciptaan dan pertukaran user-generated hanyalah orang yang biasa-biasa saja. Peneliti
content”. mengambil individu-individu atau informan ini
Menurut Kaplan dan Haenlein (dalam sebagai subjek penelitian karena mereka adalah
Cahyono, 2016, diakses pada 29 November 2017) individu-individu yang memiliki gaya kehidupan
terdapat enam jenis media sosial yaitu: dan gaya pertemanan yang mewah serta barang-
a. Proyek Kolaborasi barang yang mereka gunakan lebih kepada
Website mengijinkan usernya untuk dapat barang-barang bermerek. Masing-masing dari
mengubah, menambah, ataupun menghilangkan setiap individu tersebut selalu melakukan
konten-konten yang ada di website ini. persiapan dipanggung belakangnya sebelum pada
Contohnya adalah Wikipedia. akhirnya mereka masing-masing memainkan
b. Blog dan Microblog perannya sebagai social climber dipanggung
User lebih bebas dalam mengekspresikan depannya dalam kehidupan sehari-harinya.
sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun Peneliti akan mengambil tiga orang
mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya informan yang akan peneliti jadikan sebagai

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 5
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

subjek dalam penelitian ini. Pemilihan tiga orang partisipan. Jenis wawancara yang digunakan
informan ini akan peneliti pertimbangkan dari dalam penelitian ini adalah wawancara
berbagai faktor, misalnya seperti dari latar mendalam (depth interview). Menurut
belakang keluarganya, barang-barang bermerek Kriyantono (2015: 102), wawancara mendalam
yang mereka gunakan, gaya hidup yang mewah, adalah suatu cara mengumpulkan data atau
pertemanan yang mewah, dan lain sebagainya. informasi dengan cara langsung bertatap muka
Dalam penelitian ini, identitas para informan dengan informan agar mendapatkan data yang
dirahasiakan dan disamarkan terkait dengan lengkap dan mendalam. Observasi non-partisipan
menjaga hak privat seseorang. merupakan metode observasi di mana periset
Informan yang akan dijadikan oleh peneliti hanya bertindak mengobservasi tanpa ikut terjun
sebagai subjek penelitian adalah tiga orang yang melakukan aktivitas seperti yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-harinya sebagai kelompok yang diriset, baik kehadirannya
mahasiswa di Institut Bisnis dan Informatika diketahui atau tidak (Kriyantono, 2015: 112).
Kwik Kian Gie. Dalam penelitian ini, teknik analisis data
Metode penelitian yang digunakan dalam yang digunakan adalah analisis data Miles dan
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono,
yang memiliki karakteristik bersifat deskriptif. 2010: 91), mengatakan bahwa aktivitas dalam
Menurut Kriyantono (2015: 56), riset kualitatif analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan dan berlangsung secara terus menerus sampai
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
sedalam-dalamnya. Riset ini tidak dalam analisis data, yaitu data reduction, data
mengutamakan besarnya populasi atau sampling display, dan conclusion drawing atau
bahkan populasi atau sampling-nya sangat verification.
terbatas. Jika data yang terkumpul sudah
mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang
diteliti, maka tidak perlu mencari sampling HASIL DAN PEMBAHASAN
lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah
persoalan kedalaman (kualitas) dan bukan Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
banyaknya (kuantitas) data. mewawancarai tiga orang informan. Ketiga
Penelitian ini memiliki tipe deskriptif informan ini dipilih peneliti berdasarkan kriteria
kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian yang telah peneliti tentukan, seperti berasal dari
yang berjenis deskriptif untuk mengetahui uraian keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi
mendalam mengenai masalah yang diteliti. menengah kebawah, eksis atau sering
Kriyantono (2015: 69), menyatakan bahwa, mengunggah foto di akun sosial media Instagram,
tipe riset deskripsi kualitatif bertujuan untuk memiliki barang-barang bermerek baik asli
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan ataupun tidak, dan sering mengunjungi tempat-
akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tempat elit di Jakarta. Hal ini dilakukan oleh
atau objek tertentu. Periset sudah mempunyai peneliti agar peneliti mengetahui secara lebih
konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka dalam dan mendapatkan informasi yang lengkap.
konseptual. Melalui kerangka konseptual Hasil yang peneliti temukan dalam penelitian
(landasan teori), periset melakukan dengan tiga orang informan ini adalah:
operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan 1. Front Stage (Panggung Depan)
variabel beserta indikatornya. Riset ini untuk Ketiga informan tersebut memiliki
menggambarkan realitas yang sedang terjadi panggung depan yang sama, yaitu bergaya
tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel. dan bertingkahlaku layaknya orang-orang
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang memang memiliki kemampuan
ini menggunakan wawancara dan observasi non- ekonomi menengah keatas sehingga dapat

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 6
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

dipandang tinggi oleh orang lain. Mereka Ketiga informan tersebut


dengan sengaja mengatur semua perilaku memiliki perbedaan dalam
dan penampilan mereka sekaligus juga penampilan. Ada yang hanya lebih
tempat-tempat yang sering mereka kunjungi mengutamakan kepentingan
agar terlihat mewah dan dapat dipandang penampilan pada wajah yang harus
oleh orang lain bahwa mereka memang penuh dengan make up sehari-hari
bergaul dengan elegan dan memiliki status yang ia gunakan, ada yang memang
sosial yang tinggi. hanya mementingkan penampilan
a. Setting pada bagian pakaian yang harus
Tempat yang mereka gunakan untuk selalu tren disetiap harinya, dan
biasanya berkumpul dan pergi jalan-jalan bahkan ada juga yang
bersama teman sekelompoknya adalah mementingkan keduanya yaitu
tempat-tempat yang memang terkenal bagian pakaian dan make up yang
dengan golongan elit atau menengah harus selalu lengkap disetiap hari
keatas gunakan juga untuk hal-hal penampilannya. Namun, untuk
serupa. Mereka mengaku bahwa di halnya penampilan, walaupun
Jakarta ini tempat-tempat yang hits yang mereka memang memiliki
mereka gunakan untuk bergaul adalah konsentrasi yang dominan pada tiap-
tempat-tempat yang berada di daerah tiap bagian penampilan mereka, tapi
Jakarta Utara dan Jakarta Pusat, mereka memiliki tujuan yang sama
contohnya seperti Pantai Indah Kapuk dalam hal penampilan, yaitu agar
dan Mal Grand Indonesia yang memang apa yang mereka tampilkan dapat
mayoritas pengunjungnya adalah orang- memberikan kesan bahwa mereka
orang yang memiliki golongan ekonomi berasal dari orang-orang golongan
menengah keatas. Kegiatan yang biasa menengah keatas. Barang-barang
mereka lakukan disana adalah sekedar yang mereka gunakan pun juga
jalan-jalan, nongkrong, makan, foto-foto, adalah barang-barang yang
dan lain-lain yang tujuan akhirnya akan bermerek. Walaupun tidak
mereka unggah di akun media sosial semuanya adalah barang yang asli,
Instagram mereka masing-masing agar tapi mereka akan tetap mengejar dan
orang lain yang melihatnya dapat membeli barang-barang dengan
memiliki persepsi bahwa memang benar merek ternama yang terkenal
pribadinya adalah orang yang memiliki dengan harga yang mahal dan
latar belakang ekonomi menengah keatas kemewahannya. Bahkan bagi
dan akan selalu dipandang tinggi oleh pecinta make up pun, mereka akan
orang lain. membeli make up dengan harga
b. Front Personal yang mahal sekalipun setelah
Front personal yang terdiri dari diaplikasikan ke wajah mereka tidak
berbagai macam barang perlengkapan ada orang yang mengetahui merek
yang bersifat menyatakan perasaan yang make up apa yang mereka gunakan.
memperkenalkan penonton dengan aktor Mereka membeli dan menggunakan
dan perlengkapan itu diharapkan semua barang bermerek tersebut di
penonton dipunyai oleh aktor. seluruh tubuhnya dengan alasan
Front personal dibagi menjadi dua agar mereka selalu dipandang tinggi
bagian, yaitu penampilan dan gaya. oleh orang-orang disekitar mereka,
(1) Penampilan termasuk teman-temannya.
(2) Gaya

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 7
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

Gaya juga diperlukan untuk kecuali dalam keadaan darurat.


mendukung mereka sebagai social Panggung belakang dari ketiga
climber yang ingin memiliki status informan ini adalah sebagai mahasiswa yang
sosial yang tinggi. Gaya yang memiliki kondisi ekonomi keluarga yang
mereka aplikasikan dalam menengah kebawah. Ada yang hanya ibunya
kehidupan sehari-hari adalah saja yang bekerja mencari nafkah untuk
dengan menjaga tutur bicara dan membiayai keluarganya, ada yang ayahnya
perilaku. Mereka harus lebih terlihat hanay sebatas karyawan biasa sedangkan
lembut dan berwibawa ibunya tidak bekerja lagi dan hanya menjadi
dibandingkan orang-orang biasanya. ibu rumah tangga, dan ada juga yang ayah
Seperti yang mereka katakan juga dan ibunya memiliki usaha kecil-kecilan
bahwa ketika mereka sedang toko klontong, namun penghasilannya masih
berkumpul, mereka akan lebih tergolong kurang karena daya beli
sering membicarakan barang-barang masyarakat sekitar yang menurun.
mewah, dan ketika mereka akan Kehidupan asli yang mereka miliki tidak
makan bersama, gaya yang mereka sama seperti kehidupan di panggung depan
bawakan akan lebih terkesan cantik yang mereka jalani sebagai seorang social
dan mewah, misalnya seperti tren climber. Pada kehidupan asli mereka,
anak muda masa kini dengan ritual mereka hanyalah seorang anak-anak biasa
makan cantiknya. Selain itu ketika yang mendapatkan uang jajan pas-pasan
duduk pun juga menunjukkan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari
wibawa seperti wanita elegan, sama mengingat latar belakang ketiga informan
halnya ketika sedang jalan di pusat tersebut berasal dari keluarga yang biasa-
perbelanjaan mewah, mereka akan biasa saja atau dapat dikatakan memiliki
membawa gaya diri mereka kondisi ekonomi menengah kebawah. Untuk
semewah mungkin agar dilayani mempersiapkan penampilan mereka dan
dengan sebaik mungkin bak tamu untuk berteman dengan teman-teman
kehormatan yang memiliki status mereka yang berasal dari kalangan
sosial yang tinggi. menengah keatas, mereka berusaha
2. Back Stage (Panggung Belakang) mendapatkan barang-barang mewah dengan
Back stage adalah wilayah belakang cara apapun, misalnya seperti memaksakan
yang merujuk pada tempat pemain orang tua untuk membelikan, bohong
sandiwara bersantai dan peristiwa yang kepada orang tua dalam hal penggunaan
memungkinkan individu tersebut uang, meminjam uang atau barang mewah
mempersiapkan perannya atau tempat teman, atau bahkan jika memang sudah
berlatih untuk memainkan perannya di kepepet, mereka akan membeli barang-
panggung depan. Pada back stage akan bisa barang palsu yang mirip dengan aslinya
dilihat banyak hal-hal yang tidak bisa dilihat dengan merek terkenal yang mereka
saat seorang aktor berada di front stage, bisa inginkan. Kegiatan sehari-hari yang mereka
dikatakan bahwa back stage merupakan jati lakukan jika tidak sedang dengan teman-
diri sebenarnya dari seorang aktor. teman mereka yang berasal dari kalangan
Panggung belakang biasanya berbatasan atas, mereka hanya diam di rumah atau
dengan panggung depan, tetapi tersembunyi tempat kos dimana mereka tinggal dan
dari pandangan khalayak. Ini dimaksudkan hanya menggunakan pakaian seadanya,
untuk melindungi rahasia pertunjukan, dan bahkan ada yang mengaku bahwa ia juga
oleh karena itu, khalayak biasanya tidak tidak sungkan untuk menggunakan pakaian
diizinkan memasuki panggung belakang, yang robek jika sedang berada dirumah. Ada

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 8
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

juga informan yang bercerita bahwa jika jika dilihat dari kesehariannya. Mereka memiliki
memang sedang berada di kos, maka kehidupan bagaikan dua sisi uang logam yang
makanan yang ia makan hanyalah nasi berbeda, yaitu kehidupan di panggung depan
bungkus. Hal ini sangat terbalik dengan yang bagaikan panggung tempat sandiwara
keseharian yang menunjukkan bahwa ia menampilkan peran dalam suatu teater dan
adalah seseorang yang memiliki status sosial menjadi aktor yang siap memainkan perannya.
yang tinggi. Pada panggung depan ini, ketiga informan
tersebut menampilkan perannya sebagai seorang
3. Pengalaman Hidup Menjadi Social Climber social climber.
Mereka terkesan memiliki pengalaman Social climber itu sendiri adalah orang yang
hidup yang menyenangkan dan puas memang dalam kehidupan aslinya memiliki kelas
menjadi social climber. Namun, hal yang ekonomi menengah kebawah namun ingin
terjadi sebenarnya bukanlah demikian, bergaya hidup mewah agar dipandang memiliki
mereka mengatakan bahwa ada suka dan status sosial yang tinggi. Sedangkan pada
dukanya menjadi seorang social climber. panggung belakangnya, mereka hanyalah
Hal sukanya adalah keinginan dan seorang anak dari keluarga yang memiliki latar
kebutuhan mereka terpenuhi akan status belakang ekonomi menengah kebawah dan hidup
sosial yang tinggi, selain itu mereka juga dalam keadaan yang sederhana. Ketiga informan
puas memiliki teman-teman dari kalangan ini terlihat sangat lelah dari kehidupan
menengah keatas yang bisa sedikit banyak sebenarnya dan ingin memperbaiki keadaan pada
menjamin kehidupan mereka dalam hal dirinya bahwa mereka harus terlihat memiliki
eksistensi dan status sosial. Selain itu ada status sosial yang tinggi. Mereka ingin memiliki
juga kepuasan tersendiri karena memiliki teman-teman dari kalangan menengah keatas
banyak pengalaman menyenangkan yang yang juga dapat mendukung dirinya agar terlihat
biasa dilakukan oleh kelompok elit, sebagai kelompok elit. Berbagai macam carapun
misalnya jalan-jalan atau makan ditempat dilakukan demi bisa bergabung dalam kelompok
elit, kebutuhan konten media sosial pertemanan yang elit tersebut demi mengejar
terpenuhi dengan hal-hal yang diinginkan, status sosial yang tinggi dan tentunya eksistensi
dan lainnya. Tapi tak dapat dipungkiri oleh diri baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
ketiga informan ini, bahwa disetiap Cara-cara yang dilakukan antara lain, membeli
pengorbanan yang mereka jalankan demi barang-barang mewah baik yang asli maupun
memiliki teman-teman dan status sosial yang palsu dengan merek ternama, uang yang
yang tinggi juga terdapat duka atau digunakan untuk keperluan membeli barang
kesulitannya. Mereka harus berbohong mewah dan makan saat berkumpul dengan
setiap harinya demi bisa diterima dalam teman-temannya seringkali didapatkan dari cara
kelompok pertemanan mereka sehari-hari. yang negatif, misalnya seperti pinjam uang
Mereka harus rela membeli barang mewah kepada temannya dan berbohong kepada orang
demi eksistensinya walaupun mereka tahu tua.
bahwa uang yang dikeluarkan untuk Penampilan yang mereka tunjukkan kepada
kebutuhan gaya hidup yang seperti itu orang-orang disekitanya juga menunjukkan
sangatlah besar. penampilan kelas atas yang melumuri dirinya
dengan barang-barang mewah dan berkelas. Tak
hanya itu saja, gaya yang mereka bawakan juga
SIMPULAN mendukung penampilan mereka agar lebih
meyakinkan teman-temannya dan orang
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, disekitarnya bahwa memang benar ia adalah
dapat disimpulkan bahwa ketiga informan orang kelas atas yang memiliki status sosial yang
tersebut termasuk dalam kategori social climber

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 9
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

tinggi. Gaya yang dilakukan untuk mendukung DAFTAR PUSTAKA


penampilan dan status sosialnya adalah seperti
menjaga gesture, gaya bicara, bahasa yang Buku:
digunakan, dan lain sebagainya. Kriyantono, Rachmat (2015), Teknik Praktis
Tempat yang sering mereka datangi atau Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
kunjungi untuk berkumpul dengan teman- Riset Media, Public Relations, Advertising,
temannya pun juga adalah tempat yang memang Komunikasi Organisasi, Komunikasi
mayoritas dikunjungi oleh kaum elit atau kelas Pemasaran, Cetakan ke-5, Jakarta:
atas. Hal tersebut tentu dilakukan oleh para Kencana.
informan juga demi mendukung status sosialnya. Morissan (2014), Teori Komunikasi: Individu
Ketiga informan tersebut pada kehidupan Hingga Massa, Edisi Pertama, Jakarta:
nyatanya bukanlah orang yang berasal dari Kencana.
keluarga yang memiliki status ekonomi yang baik Mulyana, Deddy (2013), Metode Penelitian
atau golongan menengah keatas sehingga status Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
sosial yang mereka miliki juga mengikuti status Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya,
ekonomi yang mereka punya. Jika ketiga orang Cetakan kedelapan, Bandung: PT Remaja
informan ini tidak sedang berada di panggung Rosdakarya.
depan, maka dalam kehidupan sehari-harinya Sugiyono (2010), Memahami Penelitian
mereka lebih sering mengerjakan pekerjaan Kualitatif, Cetakan keenam, Bandung:
rumah, berpenampilan apa adanya, tidak Alfabeta.
menggunakan barang mewah, dan juga West, Richard dan Lynn H. Turner (2008), Teori
menjalankan aktifitasnya sebagai seorang Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,
mahasiswa biasa. Terjemahan oleh Maria Natalia Damayanti
Pengalaman hidup mereka sebagai social Maer, Edisi 3, Jakarta: Salemba Humanika.
climber memang terdiri dari suka dan duka.
Sukanya karena mereka merasa puas bahwa Sumber dari Internet:
keinginan dan kebutuhan mereka akan status Matali 2017, 6 Ciri ‘Social Climber’ Orang Yang
sosial yang tinggi sudah tercapai, sedangkan Pengen Terlihat Kaya di Medsos, Mata
dukanya adalah disaat mereka berusaha Liputan, diakses 29 November 2017,
melakukan terus menerus hal-hal yang memang http://mataliputan.net/2017/05/6-ciri-
menjadi syarat agar mereka dapat diterima social-climber-orang-yang-pengen-
dilingkungan bermainnya dan tetap dipandang terlihat-kaya-di-medsos.html.
memiliki status sosial yang tinggi. Mereka harus Luxiana, Kadek Melda 2017, Social Climber dan
rela berbohong menempuh berbagai cara demi Ciri-Ciri Pengidapnya, CNN Indonesia,
bisa membeli barang mewah, memenuhi diakses 21 November 2017,
kebutuhan jalan-jalan dan makan bersama teman- https://student.cnnindonesia.com/inspirasi
teman kelompok elit mereka, dan sebagainya. /20170806224128-454-232840/social-
Menurut peneliti, hendaknya mereka tidak climber-dan-ciri-ciri-pengidapnya/.
terobsesi menjadi orang yang selalu dipandang
tinggi dan dihormati hanya karena status sosial, Jurnal:
apalagi cara yang mereka tempuh untuk Cahyono, Anang Sugeng 2016 ‘Pengaruh Media
mendapatkan hal tersebut adalah hal-hal yang Sosial Terhadap Perubahan Sosial
negatif yang memang terlalu dipaksakan. Lebih Masyarakat di Indonesia’ Jurnal Ilmu
baik mereka menjadi orang-orang apa adanya Sosial dan Ilmu Politik Universitas
karena bukan status sosial yang terpenting, Tulungagung, vol. 9, no. 1, diakses 29
namun perilaku yang membuat orang lain benar- November 2017, http://www.jurnal-
benar menghargai kita. unita.org/index.php/publiciana/article/vi
ew/79/73.

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 10
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS

Volume VI No. 1 Mei 2018 ISSN 2355-5181

Jayanti, Nadia Ayu 2015, ‘Komunikasi


Kelompok “Social Climber” Pada
Kelompok Pergaulan di Surabaya
Townsquare (Sutos)’ Jurnal E-
Komunikasi, vol. 3, no. 2, diakses 21
November 2017,
https://drive.google.com/file/d/0ByGtVhF
1s0pwbThXT0FhanV6X2M/view.

Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 11

Anda mungkin juga menyukai