Alvita
Wiratri Anindhita1
Program Studi Ilmu Komunikasi, Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie,
Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta 14350
ABSTRACT
Life is like a two parts of coins, which every part of life has a front stage and a back stage. This study
purpose to know about how the front stage side of social climber, the back stage side of social climber, and
how the experience as a social climber. This study uses dramaturgy theories. In dramaturgy study will be
seen about the difference in actor’s behavior while on the frontstage and backstage. Concepts that used in
this research is social climber and social media. This research uses qualitative descriptive research method.
Data collection through in depth interview with informant, non-participant observation, and literature
study. Data analysis techniques in this research using data analysis techniques from Miles and Huberman.
The result of this study, actually the three of informan were not came from rich family that have a high
economic status. If they are in front stage side, they will show a very good performance, like wearing many
branded things. But, if they are not in the front stage side, they will be preferring to do many things of
homework, wearing a simple clothes, not wearing a branded product, and also do the activity like a normal
student.
ABSTRAK
Kehidupan ini bagaikan dua sisi uang logam yang berbeda, dimana masing-masing kehidupan mempunyai
panggung depan dan panggung belakang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
kehidupan social climber di panggung depan (front stage) dalam studi dramaturgi, untuk mengetahui
bagaimana kehidupan social climber di panggung belakang (back stage) dalam studi dramaturgi, dan untuk
mengetahui bagaimana pengalaman hidup menjadi social climber. Penelitian ini menggunakan teori
dramaturgi. Pada studi dramaturgi akan dilihat mengenai perbedaan perilaku aktor tersebut saat berada di
front stage dan back stage. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu konsep social climber dan
media sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ketiga informan tersebut pada kehidupan nyatanya bukanlah orang yang berasal dari
keluarga yang memiliki status ekonomi yang baik atau golongan menengah keatas. Jika mereka sedang di
panggung depan, maka penampilan yang mereka tunjukkan kepada orang-orang disekitanya adalah
penampilan kelas atas yang melumuri dirinya dengan barang-barang mewah dan berkelas. Namun, jika
ketiga orang informan ini tidak sedang berada di panggung depan, maka dalam kehidupan sehari-harinya
mereka lebih sering mengerjakan pekerjaan rumah, berpenampilan apa adanya, tidak menggunakan barang
mewah, dan juga menjalankan aktifitasnya sebagai seorang mahasiswa biasa.
1
Alamat Kini: Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta 14350
Penulis untuk Korespondensi: Telp. (021) 65307062, e-mail: dhita@kwikkiangie.ac.id
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 1
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 2
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
(back stage) dalam studi dramaturgi, dan untuk berbeda yang dimilikinya. Karakter atau tingkah
mengetahui bagaimana pengalaman hidup laku seorang pemuda tidak akan sama ketika ia
menjadi social climber. berinteraksi dengan kawan akrabnya dengan saat
Teori yang kita gunakan untuk mengkaji ia berkomunikasi dengan orang tuanya di rumah.
permasalahan tersebut dan untuk melihat Begitu pula tingkah laku seorang mahasiswa akan
bagaimana kehidupan yang dilalui social climber berbeda ketika ia berhadapan dan berbicara
adalah dengan menggunakan teori dramaturgi. dengan dosennya dibandingkan tingkah lakunya
Menurut Burke (dalam West dan Turner, ketika menghadiri pesta ulang tahun temannya.
2008:27), Dramatisme membandingkan Pada setiap situasi di mana Anda berada maka
kehidupan dengan sebuah pertunjukkan dan Anda akan memilih suatu peran atau karakter
menyatakan bahwa, sebagaimana dalam sebuah tertentu dan memainkannya (Morissan, 2014:
karya teatrikal, kehidupan membutuhkan adanya 124).
seorang aktor, sebuah adegan, beberapa alat Erving Goffman adalah tokoh yang paling
untuk terjadi adegan itu, dan sebuah tujuan. berpengaruh dan paling menonjol dalam
Penelitian ini juga akan menggunakan metode pendekatan teori dramaturgi. Dalam perspektif
penelitian kualitatif deskriptif. dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi
Berdasarkan latar belakang yang telah sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas
dikemukakan peneliti diatas, peneliti tertarik panggung, yang menampilkan peran-peran yang
untuk melakukan penelitian dengan judul dimainkan para aktor. Untuk memainkan peran
Dramaturgi Dibalik Kehidupan Social Climber. sosial tersebut, biasanya sang aktor menggunakan
bahasa verbal dan menampilkan perilaku
nonverbal tertentu serta mengenakan atribut-
TINJAUAN PUSTAKA atribut tertentu (Mulyana, 2013: 114).
Teori Dramaturgi Menurut Goffman kehidupan sosial
Erving Goffman adalah seorang sosiolog mempunyai 2 bagian, yaitu:
terkenal pada abad ke-20 yang menggambarkan a. Front stage (Panggung Depan)
kehidupan sebagai perumpamaan pentas Front stage adalah wilayah depan yang
pertunjukan drama (theatrical). Situasi atau merujuk pada kepada peristiwa sosial yang
setting dalam kehidupan sehari-hari dapat memungkinkan individu bergaya atau
diumpamakan sebagai panggung pertunjukan dan menampilkan peran formalnya. Mereka seperti
manusia adalah para aktor yang menggunakan sedang memainkan suatu peran di atas panggung
pertunjukan drama itu untuk memberikan kesan sandiwara di hadapan khalayak penonton.
kepada para penonton, inilah yang disebut Goffman membagi front stage menjadi dua
dengan dramaturgi. Jika kita sedang berada pada bagian, yaitu:
suatu situasi, maka sebenarnya kita sedang (1) Setting (Tata Ruang)
melakukan pertunjukan. Anda harus memutuskan Setting mengacu pada pemandangan fisik
bagaimana Anda menempatkan diri Anda, apa yang biasanya harus ada di situ jika aktor
yang harus dikatakan dan bagaimana bertindak memainkan perannya. Tanpa setting, aktor tidak
(Morissan, 2014: 122). dapat memainkan perannya. Setting menjadi
Menurut Goffman, orang yang terlibat dalam tempat dimana aktor tersebut akan berperan.
suatu percakapan tatap muka pada dasarnya (2) Front personal (Pribadi Depan)
menyajikan drama kepada lawan bicaranya. Front personal yang terdiri dari berbagai
Mereka memilih karakter tertentu dan macam barang perlengkapan yang bersifat
menunjukkan karakter itu pada situasi dan lawan menyatakan perasaan yang memperkenalkan
bicara yang sesuai. Dalam hal ini, seseorang penonton dengan aktor dan perlengkapan itu
harus membuat daftar dari berbagai situasi di diharapkan penonton dipunyai oleh aktor.
mana ia akan menyajikan bermacam karakter
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 3
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 4
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 5
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
subjek dalam penelitian ini. Pemilihan tiga orang partisipan. Jenis wawancara yang digunakan
informan ini akan peneliti pertimbangkan dari dalam penelitian ini adalah wawancara
berbagai faktor, misalnya seperti dari latar mendalam (depth interview). Menurut
belakang keluarganya, barang-barang bermerek Kriyantono (2015: 102), wawancara mendalam
yang mereka gunakan, gaya hidup yang mewah, adalah suatu cara mengumpulkan data atau
pertemanan yang mewah, dan lain sebagainya. informasi dengan cara langsung bertatap muka
Dalam penelitian ini, identitas para informan dengan informan agar mendapatkan data yang
dirahasiakan dan disamarkan terkait dengan lengkap dan mendalam. Observasi non-partisipan
menjaga hak privat seseorang. merupakan metode observasi di mana periset
Informan yang akan dijadikan oleh peneliti hanya bertindak mengobservasi tanpa ikut terjun
sebagai subjek penelitian adalah tiga orang yang melakukan aktivitas seperti yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-harinya sebagai kelompok yang diriset, baik kehadirannya
mahasiswa di Institut Bisnis dan Informatika diketahui atau tidak (Kriyantono, 2015: 112).
Kwik Kian Gie. Dalam penelitian ini, teknik analisis data
Metode penelitian yang digunakan dalam yang digunakan adalah analisis data Miles dan
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono,
yang memiliki karakteristik bersifat deskriptif. 2010: 91), mengatakan bahwa aktivitas dalam
Menurut Kriyantono (2015: 56), riset kualitatif analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan dan berlangsung secara terus menerus sampai
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
sedalam-dalamnya. Riset ini tidak dalam analisis data, yaitu data reduction, data
mengutamakan besarnya populasi atau sampling display, dan conclusion drawing atau
bahkan populasi atau sampling-nya sangat verification.
terbatas. Jika data yang terkumpul sudah
mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang
diteliti, maka tidak perlu mencari sampling HASIL DAN PEMBAHASAN
lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah
persoalan kedalaman (kualitas) dan bukan Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
banyaknya (kuantitas) data. mewawancarai tiga orang informan. Ketiga
Penelitian ini memiliki tipe deskriptif informan ini dipilih peneliti berdasarkan kriteria
kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian yang telah peneliti tentukan, seperti berasal dari
yang berjenis deskriptif untuk mengetahui uraian keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi
mendalam mengenai masalah yang diteliti. menengah kebawah, eksis atau sering
Kriyantono (2015: 69), menyatakan bahwa, mengunggah foto di akun sosial media Instagram,
tipe riset deskripsi kualitatif bertujuan untuk memiliki barang-barang bermerek baik asli
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan ataupun tidak, dan sering mengunjungi tempat-
akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tempat elit di Jakarta. Hal ini dilakukan oleh
atau objek tertentu. Periset sudah mempunyai peneliti agar peneliti mengetahui secara lebih
konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka dalam dan mendapatkan informasi yang lengkap.
konseptual. Melalui kerangka konseptual Hasil yang peneliti temukan dalam penelitian
(landasan teori), periset melakukan dengan tiga orang informan ini adalah:
operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan 1. Front Stage (Panggung Depan)
variabel beserta indikatornya. Riset ini untuk Ketiga informan tersebut memiliki
menggambarkan realitas yang sedang terjadi panggung depan yang sama, yaitu bergaya
tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel. dan bertingkahlaku layaknya orang-orang
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang memang memiliki kemampuan
ini menggunakan wawancara dan observasi non- ekonomi menengah keatas sehingga dapat
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 6
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 7
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 8
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
juga informan yang bercerita bahwa jika jika dilihat dari kesehariannya. Mereka memiliki
memang sedang berada di kos, maka kehidupan bagaikan dua sisi uang logam yang
makanan yang ia makan hanyalah nasi berbeda, yaitu kehidupan di panggung depan
bungkus. Hal ini sangat terbalik dengan yang bagaikan panggung tempat sandiwara
keseharian yang menunjukkan bahwa ia menampilkan peran dalam suatu teater dan
adalah seseorang yang memiliki status sosial menjadi aktor yang siap memainkan perannya.
yang tinggi. Pada panggung depan ini, ketiga informan
tersebut menampilkan perannya sebagai seorang
3. Pengalaman Hidup Menjadi Social Climber social climber.
Mereka terkesan memiliki pengalaman Social climber itu sendiri adalah orang yang
hidup yang menyenangkan dan puas memang dalam kehidupan aslinya memiliki kelas
menjadi social climber. Namun, hal yang ekonomi menengah kebawah namun ingin
terjadi sebenarnya bukanlah demikian, bergaya hidup mewah agar dipandang memiliki
mereka mengatakan bahwa ada suka dan status sosial yang tinggi. Sedangkan pada
dukanya menjadi seorang social climber. panggung belakangnya, mereka hanyalah
Hal sukanya adalah keinginan dan seorang anak dari keluarga yang memiliki latar
kebutuhan mereka terpenuhi akan status belakang ekonomi menengah kebawah dan hidup
sosial yang tinggi, selain itu mereka juga dalam keadaan yang sederhana. Ketiga informan
puas memiliki teman-teman dari kalangan ini terlihat sangat lelah dari kehidupan
menengah keatas yang bisa sedikit banyak sebenarnya dan ingin memperbaiki keadaan pada
menjamin kehidupan mereka dalam hal dirinya bahwa mereka harus terlihat memiliki
eksistensi dan status sosial. Selain itu ada status sosial yang tinggi. Mereka ingin memiliki
juga kepuasan tersendiri karena memiliki teman-teman dari kalangan menengah keatas
banyak pengalaman menyenangkan yang yang juga dapat mendukung dirinya agar terlihat
biasa dilakukan oleh kelompok elit, sebagai kelompok elit. Berbagai macam carapun
misalnya jalan-jalan atau makan ditempat dilakukan demi bisa bergabung dalam kelompok
elit, kebutuhan konten media sosial pertemanan yang elit tersebut demi mengejar
terpenuhi dengan hal-hal yang diinginkan, status sosial yang tinggi dan tentunya eksistensi
dan lainnya. Tapi tak dapat dipungkiri oleh diri baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
ketiga informan ini, bahwa disetiap Cara-cara yang dilakukan antara lain, membeli
pengorbanan yang mereka jalankan demi barang-barang mewah baik yang asli maupun
memiliki teman-teman dan status sosial yang palsu dengan merek ternama, uang yang
yang tinggi juga terdapat duka atau digunakan untuk keperluan membeli barang
kesulitannya. Mereka harus berbohong mewah dan makan saat berkumpul dengan
setiap harinya demi bisa diterima dalam teman-temannya seringkali didapatkan dari cara
kelompok pertemanan mereka sehari-hari. yang negatif, misalnya seperti pinjam uang
Mereka harus rela membeli barang mewah kepada temannya dan berbohong kepada orang
demi eksistensinya walaupun mereka tahu tua.
bahwa uang yang dikeluarkan untuk Penampilan yang mereka tunjukkan kepada
kebutuhan gaya hidup yang seperti itu orang-orang disekitanya juga menunjukkan
sangatlah besar. penampilan kelas atas yang melumuri dirinya
dengan barang-barang mewah dan berkelas. Tak
hanya itu saja, gaya yang mereka bawakan juga
SIMPULAN mendukung penampilan mereka agar lebih
meyakinkan teman-temannya dan orang
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, disekitarnya bahwa memang benar ia adalah
dapat disimpulkan bahwa ketiga informan orang kelas atas yang memiliki status sosial yang
tersebut termasuk dalam kategori social climber
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 9
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 10
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS
Program Studi Ilmu Komunikasi – Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie 11