Anda di halaman 1dari 4

PERMAINAN GOAK MALING TALUH

Syair lagu dolanan goak maling


taluh yang mengiringi
permainan megala-galaan anak-
anak Bali tempo dulu masih
terngiang seperti berikut.
Goak maling taluh gentang
renteng kayu lengkong;
Nyen uli bedauh natad meng
ngadut meong

Kata goak berarti burung gagak yang berwarna hitam dengan bunyi goak-goak. Jadi
pemberian nama goak sesuai suara dari burung dimaksud. Di Bali di kenal dua jenis goak,
yaitu goak bunga yang bentuk dan ukuran tubuhnya kecil dengan suara yang kecil nyaring,
dan goak bangke dengan suara besar galau dan menyeramkan. Burung goak adalah jenis
burung yang tergolong carnipora, yaitu pemangsa binatang lain seperti ular, tikus, anak ayam,
itik dan burung-burung kecil lainnya. Burung goak di Bali merupakan burung yang
menjadi tetengger atau ciri-ciri hal-hal buruk akan terjadi pada suatu wilayah seperti
terjangkitnya penyakit, kematian dan lain sebagainya.

Kata goak pada dolanan goak maling taluh mempunyai makna seseorang yang dalam
hidupnya selalu berbuat tidak baik. Satu dari perbuatan burung goak tersebut dalam dolanan
di atas dikatakan maling taluh yang secara bebas diartikan mencuri telur. Kata maling jelas
merujuk pada suatu perbuatan hina yang dilarang dalam ajaran agama Hindu. Sementara
kata taluh yang berarti telur dapat dimaknai sebagai benih kehidupan yang
disebut brahmananda. Telur kehidupan inilah yang akan dicuri oleh burung gagak sesuai
makna dolanan di atas. Perbuatan mencuri benih kehidupan dikatakan sebagai perbuatan hina
yang dijelaskan dalam kata-kata simbolik getang renteng. Kata gedang yang berarti papaya,
jika dipadukan dengan kata renteng berarti papaya yang hanya berbunga berantai-rantai dan
tidak pernah menjadi buah. Gedang renteng di Bali diyakini sebagai tempat atau sarana ilmu
hitam atau majik. Jadi kegiatan atau perbuatan mencuri merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh orang-orang yang tidak tahu aturan agama atau orang-orang yang menjalankan ilmu
hitam.
Penegasan bahwa perilaku menyimpang atau melanggar dharma sebagaimana diceritakan
dalam dolanan goak maling taluh merupakan perbuatan yang menyesatkan. Perbuatan ini
dianalogikakan seperti kayu lengkong yang secara bebas diterjemahkan sebagai kayu
bengkok. Kayu dalam makna kias berarti kayun atau keinginan pikiran, sedangkan kata
bengkok berarti tidak lurus atau tidak sesuai dengan kaidah - kaidah kebenaran. Dengan
demikian kayu lengkong bermakna pikiran seseorang yang menyimpang dan tidak sesuai
dengan petunjuk ajaran agama.

Secara satu kesatuan kalimat goak maling taluh gedang renteng kayu
lengkongmengandung cerita atau analogi perbuatan seseorang yang tidak baik bagaikan
burung gagak mencuri telur kehidupan sebagaimana perilaku para penekun ilmu hitam yang
pikirannya bengkon dan tidak mungkin diluruskan. Namun demikian, pada bait kedua
ditekankan bahwa apapun yang dilakukan seseorang di dunia ini harus
dipertanggungjawabkan pada saat dia pulang ke alam sunya. Penekanan ini tersirat pada
kalimat nyen uli bedauh natad meng ngadut meong. Secara bebas kalimat tersebut dapat
diterjemahkan Siapa yang datang dari Barat membawa atau menarik (natad) kucing dan
membunting (ngadut ) meong.

Datang dari Barat berarti pula berjalan menuju Timur. Arah Timur dalam konteks ajaran
Hindu adalah arah suci sebagai tempat terbitnya matahari yang disebut pulasunya loka.
Arah sunya loka merupakan simbolisasi arah yang dituju oleh roh setelah kematian tiba.
Jika seseorang berjalan menuju Timur pada posisi matahari masih di Timur maka ia akan
diikuti oleh bayangannya. Bayangan dapat dianalogikakan sebagai hasil perbuatan. Dengan
demikian seseorang yang datang dari Barat diartikan sebagai roh yang berjalan
menuju sunya loka setelah ajal tiba. Kedatangan seseorang ke sunya lokapada akhir hayatnya
diikuti oleh hasil perbuatan yang dilakukan semasa hidupnya. Jika dia berbuat tidak baik
sebagaimana disimbolisasi dengan membawa kucing (natad dan ngadut meng atau meong)
maka segala bentuk perbuatan tidak baiknya akan terus mengikuti perjalanan sang roh. Hal
ini juga berarti bahwa seseorang pada akhirnya tidak dapat terlepas dari apa yang disebut
dengan karma phala.

Baik buruk perbuatan seseorang sebagaimana digambarkan pada lagu dolanan goak
maling taluh pada akhirnya akan mengikuti perjalanan akhir Sang Roh menujusunya
loka atau alam akhirat. Gambaran tentang akibat dari perbuatan atau karma phala tersebut
di sampaikan secara sederhana dalam lagu atau dolanan melalui suatu permainan megala-
galaan. Jika kita kaitkan dengan permainan ini dan disimak dari arti kata gala yang berarti
rintangan, maka permainan megala-galaan yang berarti memberikan rintangan kepada
seseorang untuk mencari rumahnya. Permainan ini dengan lagu yang dinyanyikan jelas
menyiratkan tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah menuju pulang ke rumah. Rumah
abadi seluruh makhluk adalah Tuhan. Makhluk hidup berasal dari Tuhan dan pada akhirnya
akan kembali kepada Tuhan. Konsep ini dalam ajaran Hindu di sebut moksa. Dengan
demikian, permainanmegala-galaan dengan lagu dolanan goak maling taluh secara implisit
mengajarkan dua bagian penting dari Panca Sradha yaitu Karma phala dan Moksa.

Permainan megala-galaan adalah suatu bentuk permainan beregu yang terdiri dari dua
regu. Setiap regu terdiri dari tiga orang. Dengan opipa atau syut regu yang dinyatakan
menang dapat memulai permainan menjadi gerup pencari rumah. Dalam perjalanan mencari
rumah (biasanya ada tiga kotak yang dianggap rumah) dihalangi oleh regu lawan yang
menjaga garis setiap wilayah rumah. Jika ada yang tersentuh tangan penjaga garis maka
orang yang ada dalam kotak permainan (rumah) dinyatakan mati dan keluar dari arena.
Apabila ke tiga orang dari regu tersebut dapat dijangkau tangan dari garis kotak oleh penjaga
garis dari regu lain maka regu yang ada dalam kotak giliran menjadi penjaga garis dan regu
yang tadinya menjaga garis memulai permainan. Apabila regu yang mencari rumah bisa
melewati penjaga garis dengan mulus dan sampai pada rumah berikutnya maka akan
mendapat nilai. Regu siapa yang mendapat nilai terbanyak sampai akhir permainan maka
akan keluar sebagai pemenang. Hal yang menyenangkan bahwa dalam setiap sesi permainan
selalu diikuti lagu atau dolanan goak maling taluh.

Dalam menyanyikan dolanan goak maling taluh biasanya dilakukan bergilir dari regu
penjaga garis sampai regu yang ada dalam kotak permainan. Permainan megala-
galaan dengan nyanyian goak maling taluh merupakan iplementasi konsep pembelajaran
menyenangkan, melajah sambil mapelalian, danmapelalian sambil melajah, yaitu suatu
konsep pendidikan tradisonal Bali yang menekankan aspek belajar sambil bermain dan
bermain sambil belajar.
TUGAS SEJARAH
PERMAINAN DAERAH SETEMPAT

Nama : Nyoman Ayu Mira Darmayanti


No : 21
Kelas : X9

Anda mungkin juga menyukai