Anda di halaman 1dari 1

Balai

BERANDA LAYANAN TENTANG KAMI

Beranda Artikel RARAK: MUSIK TRADISIONAL DARI KABUPATEN KUANTAN SENGINGI, RIAU

Artikel

RARAK: MUSIK TRADISIONAL DARI


KABUPATEN KUANTAN SENGINGI,
RIAU
Penulis Dedi Arman - June 6, 2014 10840 0

Di Kabupaten Kuantan Sengingi, musik tradisional disebut rarak. Rarak bukan saja berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk meluapkan emosi. Kata rarak paling tidak merujuk
kepada tiga hal. Pertama di tunjukkan kepada alat musik tradisional, yaitu oguang (gong), gondang
(gendang), barabano (rebana) dan celempong. Kedua, kata rarak menunjukkan jenis dan perangkat
atau kesatuan dari gabungan bunyi alat-alat tersebut.
Semua seniman rarak disebut tukang rarak. Adapun rarak itu jika dibunyikan lazim disebut dengan
kata digugua. Pada umumnya semua jenis rarak ini dipukul dengan mempergunakan kayu, gong
biasanya dipukul dengan menggunakan pelepah kelapa. Celempong dipukul dengan kayu, sedangkan
gendang dipukul dengan jari tangan. Sedangkan rebana dipukul dengan rotan.
Semua alat musik tradisional ini didatangkan dari Malaysia. Hal ini dikarenakan banyak orang Kuantan
yang merantau di negeri tersebut. Bahkan sampai sekarang sebagian memutuskan menetap disana.
Kebanyakan para Perantau Kuantan di Malaysia bekerja di sektor perkebunan, seperti di kebun karet
dan gambir disekitar Kota Kuala Lumpur dan Kelang. Rupanya dengan membeli alat musik tersebut
dari Malaysia adalah suatu kebanggaan pada waktu itu, rarak menjadi sebuah tanda mata dan
kenang-kenangan bagi setiap perantau yang pulang dari Malaysia.
Pembelian alat-alat musik tersebut dari Malaysia oleh para perantau dari Kuantan berakhir dengan
kedatangan bangsa Jepang. Semenjak itu tidak ada lagi alat musik itu yang dibawa oleh para
perantau. Dengan kondisi tersebut, para seniman di Kuantan pun memutuskan untuk membuat sendiri
alat-alat tersebut, sebab bahan-bahannya dapat dengan mudah diperoleh di Kuantan. Adapun
beberapa alat yang masih dibeli dari luar adalah gong dan celempong. Rebana dan gendang sudah
dapat diproduksi sendiri.
Jenis rarak di Kuantan yang paling sederhana adalah rarak celempong manyiang. Rarak ini hanya
terbuat dari kayu kering yang disebut manyiang. Jenis rarak ini sering dibuat dan dibunyikan oleh para
petani sambil menunggu ladang dan kebunnya. Tetapi setelah ada datang jenis raral yang berupa
gong dan celempong (dari besi dan tembaga) yang dilengkapi dengan gendang dan rebana, maka
jenis rarak sederhana ini semakin sulit dijumpai.
Adapun jenis rarak di Kuantan Sengingi yang paling terkenal ada 5 macam. Kelimanya itu dibedakan
oleh alat musiknya, yang juga berbeda dalam lagu dan peranannya. Nama-nama jenis rarak yang 5
macam tersebut adalah:
1. Rarak oguang godang (rarak gong besar)
2. Rarak oguang kenek (rarak gong kecil)
3. Rarak gondang godang/rarak jaluar.rarak silek (rarak gendang besar)
4. Rarak celempong onam
5. Rarak celempong tingka
Rarak oguang godang terdiri dari 2 buah gong besar dan sebuah rebana. Rarak ini dimainkan oleh tiga
orang tukang rarak, masing-masing memukul satu alat rarak. Jenis rarak ini sering hanya dimainkan
oleh perempuan saja. Musik tradisonal ini digunakan untuk mengarak anak pancar ketika khatam
Qurʼan, turun mandi dan nikah-kawin. Beberapa lagunya diberi nama: logu kasonjoon (lagu
kesenjaan), logu urang bonai (lagu orang benai), logu urang pangian (lagu orang pangian), saramo
dan tigo-tigo.
Rarak oguang kenek juga terdiri dari dua buah gong kecil dan sebuah rebana. Bedanya Cuma di
ukuran saja, yaitu lebih kecil gongnya dari gong besar. Karena jenis gong kociak (kecil) ini sudah
hampir punah, maka jenis rarak ini hampir tidak dikenal lagi.
Rarak gondang godang atau disebut juga rarak silek (rarak silat), karena ketika orang bersilat, rarak
inilah yang dimainkan. Kemudian disebut juga rarak jaluar (rarak jalur) karena jenis rarak ini dipakai
pula ketika menunggu jalur dan pacu jalur. Jenis rarak ini terdiri dari 5 buah celempong, 2 buah
gendang panjang, dan 1 buah gong besar. Celempong dipukul oleh seorang tukang rarak, gong satu
orang dan gendang dua orang. Rarak ini biasanya hanya dimainkan oleh kalangan laki-laki saja.
Gunanya untuk mengiringi orang bersilat dan menjaga jalur. Jenis lagunya ada 7 macam, antara lain
ciek-ciek, tigo-tigo, taktenda, kandidi, gelang-gelang, kitang-kitik dan kacimpuang di ulak botiang.
Jenis rarak calempong onam, disebut demikian karena sesuai dengan jumlah calempong yang
dipakai. Rarak ini memakai enam buah calempong dan 1 buah rebana. Tiap 2 calempong dimainkan
oleh satu orang tukang rarak, sedang rebana dimainkan oleh seorang tukang rarak. Jadi ada 4 orang
pemain. Rarak ini paling sering dimainkan/digunakan, antara lain untuk hiburan bagi anak tobo (kaum
muda-mudi). Rarak ini bisa dimainkan baik oeh laki-laki maupun perempuan, bahkan bisa dicampur
baik laki-laki maupun perempuan. Dengan sifatnya yang demikian, maka rarak ini sangat cocok untuk
anak muda. Rarak ini kental dengan nuansa bernada erotis karena sarat dengan kasih sayang. Jenis
lagunya sangat banyak, diantaranya tanjuang benai, cankur ayam, tak tinjak, agia rokok dan corai
kasia.
Rarak yang diberi nama calempong tingka, merupakan jenis rarak yang cukup sederhana. Jenis rarak
ini boleh dikatakan sebagai pemula atau tempat berlatih memainkan rarak. Alat musiknya 5 buah
calempong dan dimainkan oleh 2 orang. Keduanya memukul secara bergantian, sehingga terbentuk
suatu bunyi rarak. Karena sifatnya cukup sederhana, maka lagu-lagunya juga bersifat bersahaja.
Kegunaannya lebih banyak untuk latihan memainkan rarak atau sekedar pengisi waktu senggang
bersama teman. Dari lima jenis rarak tersebut, yang menjadi puncaknya adalah rarak gendang besar
karena rarak inilah yang paling memberikan lambang dan kiasan hidup.
Rarak dibunyikan pertama-tama bukanlah untuk memberikan hiburan, meskipun dengan keindahan
rarak itu sendirinya akan terhibur. Rarak pada hakikatnya dibunyikan untuk memberi peluang kepada
pendengarnya untuk dapat mengkaji dam memikirkan dirinya. Rarak itu artinya “menghitung-hitung
diri”. Dengan mendengarkan rarak diharapkan orang akan merenungkan dirinya dalam realita hidup.
Renungan itu harusnya berawal dari pangkal kehidupan sampai ajal tiba. Karena rarak berarti
“menghitung-hitung diri”, maka semua alat rarak tentu mempunyai makna dan kiasan sendiri. Makna
dan kiasan itu tetaplah menyangkut manusia dan dunianya, manusia dalam pergaulan nasib dan
peruntungannya.
Oguang (gong) dipandang sebagai kiasan kepada orang yang besar bicara, pongah, dan memandang
diri serba lebih. Tekanan atau peringatan adat dilambangkan dengan gong yang dipegang erat-erat
ketika membunyikannya. Gondang atau gendang yang dua buah adalah lambang orang yang
pembangkang. Keduanya sama-sama kosong tidak ada isinya apa-apa didalamnya. Hanya dengan
ikatan adat, orang seperti ini dapat diarahkan untuk kebaikan. Hal ini dilambangkan dengan gendang
tersebut tidak diikat erat, gendang itu tidak ada gunanya. Demikian juga orang tersebut, jika tidak
dikendalikan dengan adat/peraturan mereka akan menjadi sampah masyarakat atau orang yang tidak
berguna. Calempong yang lima buah adalah lambang agama Islam (Rukun Islam)
Rarak tidak akan bisa berlangsung jika tidak ada calempong lima. Rarak tidak enak di dengar jika tidak
ada bunyi calempong. Sebab, calempong merupakan mahkota keindahan rarak. Celemponglah yang
mampu menembus suasana batin manusia, dengan bunyinya yang indah. Celemponglah yang mampu
menjalin bunyi rarak menjadi harmonis dalam alunan bunyi yang menawan. Hal itu memberi petunjuk,
kehidupan tidak akan indah dan sempurna jika tidak dilengkapi dengan nilai-nilai agama.
Karena rarak mempunyai makna yang hakiki, maka lagu rarak gondang godang mempunyai makna.
Tiap lagu telah digubah berlandaskan adat yang bertumbu pada nilai-nilai agama. Oleh karen itu,
semua lagu rarak mempunyai nilai-nilai agama yang kuat. Rarak gondang godang memulai lagu ciek-
ciek, ciek untuak dunio ciek untuak akhirat (satu untuk dunia satu untuk akhirat). Kemudian
dilanjutkan dengan lagu kitang-kitang, lagu ini adalah suatu sindiran kepada orang yang tidak mau
diajak kepada jalan yang benar. Selepas itu dimainkan juga lagu tiga-tiga yang mempunyai makna ada
tiga perkara di dunia ini yang amat penting, pertama hidup dan mati, kedua sebagai pedoman
pergaulan dalam masyarakat. Ketiga, sorak (hukum agama) yang memberikan jalan lurus menuju
akhirat. Jika orang itu hidup, maka hiduplah dengan adat yang mulia. Jika dia mati, matilah hendaknya
di jalan Allah.
Rarak kemudian memainkan lagu kandidi. Kandidi adalah sejenis burung yang suka bermain sambil
mencari makan ditepi sungai. Lagu ini menyindir perempuan tua yang tidak menyadari ketuannya.
Karena kebiasaan orang Melayu Kuantan jika mandi di batang Kuantan suka mempermainkan kakinya
didalam air, sehingga menimbulkan bunyi. Hal ini dilagukan dalam lagu bakacimpuang.
Rarak gondang godang biasanya berakhir dengan lagu gelang-gelang. Gelang-gelang adalah suatu
keadaan yang dapat terjadi pada suatu benda yang terapung diatas air. Jika benda terapung itu
bergerak-gerak oleh alunan ombak atau tiupan angin, maka benda tersebut dikatakan dalam keadaan
tergelang-gelang. Hal ini menggambarkan tentang sesuatu yang tak tentu arahnya. Ada gerakan atau
upaya tapi tak jelas sasarannya. Atau usaha yang tidak sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan.
Uraian diatas memberikan gambaran tentang bagaimana rarak berbicara tentang dunia dan
kehidupan. Rarak membuat semacam lukisan terhadap dunia. Rarak membayangkan tingkah laku
dunia yang pada dasarnya perbuatan manusia, dapat dilihat dalam kenyataan serta dirasakan oleh
hati. Rarak tidak menilai dunia dengan suatu pernyataan. Rarak Kuantan Sengingi sengaja
menghindari pemakaian kata-kata dalam penyampaian makna dunia dan kehidupan.

Like 0

Artikulli paraprak Artikulli tjetër

SILAT RANTAU KUANTAN SOEMAN HS : TOKOH SASTRA & PENDIDIKAN


YANG TERLUPAKAN

Dedi Arman
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri

Laman Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IV dengan wilayah kerja Provinsi Kepulauan Riau
dan Riau ini menerima artikel budaya, berita budaya, kegiatan kebudayaan (ritus, festival,
pameran, dsb), khususnya di dua provinsi tersebut. Artikel dikirimkan melalui surat elektronik:
Cari
kabarkultur@gmail.com

Search

ARTIKEL TERKAIT DARI PENULIS Tulisan Terbaru

Penerima FPK 2023 Tahap II

Kenduri Kampung di Lingga

FPK Tahap II: 17-30 September 2023

Kembara Warisan Budaya Kampar 2023


Eksperimen Tari “Naek Bubung” Bayangan Dara Petak dan Dara Desa Budaya sebagai Basis Benteng
dalam Festival Tari Lah Puar Jelipung Jingga dalam Ekspedisi Sungai Generasi Muda Daftar Peserta Kembara Warisan Budaya 2023
Tumbuh Batanghari

Arsip

Select Month

Kategori
Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia

Select Category
Jalan Pramuka no. 7 Tanjung Pinang, Kepulauan Riau
Email: bpnb.kepri@kemdikbud.go.id
Telepon: (0771) 22753

Anda mungkin juga menyukai