mempunyai daya tarik tersendiri dan juga mempunyai nilai seni dan budaya yang tinggi.
Karena keberagamannya, seni dan budaya telah menjadi ciri khas dan identitas bangsa. Tentu
saja keadaan ini sangat penting untuk dipertahankan, karena banyak kesenian tradisional yang
lambat laun semakin hilang dan hilang di tengah masyarakat akibat perkembangan yang terus
menerus.
Pembahasan
Reog merupakan seni budaya yang berasal dari barat laut Jawa Timur dan Ponorogo
dianggap sebagai kota asal usul Reog yang sebenarnya. Secara historis – ilmiah, cerita asal
muasal Reog Ponorogo belum dapat dipastikan kebenarannya. Ada banyak artikel yang
berbeda-beda, baik berdasarkan data lisan maupun tertulis, namun tidak semuanya dapat
dibuktikan secara ilmiah. Kisah Reog Ponorogo seperti yang dikenal saat ini cenderung
bersumber dari mitos atau legenda, khususnya legenda yang dibangun dengan latar belakang
kejayaan kerajaan Wengker. Kesenian Reog Ponorogo konon bermula dari mitos atau legenda
yang tercipta pada masa perjalanan Prabu Klono Sewandono untuk memperistri Dewi
Sanggalangit (Putri Kediri) dari Jawa Timur. Ada beberapa versi yang memberikan gambaran
tentang asal usul kesenian Reog. , setiap permasalahan masih perlu dikaji lebih detail. Versi
pertama menjelaskan bahwa Reog Ponorogo lahir dari ide seni lukis seorang seniman pada
masanya. Pandangan ini didasarkan pada konteks seorang seniman budaya yang
menghadirkan model kehidupan dalam konteks satwa liar. Kisah lahirnya kesenian Reog
Ponorogo dikaitkan dengan rasa bangga atau kekaguman terhadap kehidupan liar,
menjadikan hewan-hewan yang dianggap representatif sebagai teladan kehidupan yang
memuaskan. Hewan liar adalah harimau dan burung merak. Belakangan harimau dianggap
sebagai simbol utama kesenian Reog Ponorogo, dianggap sebagai binatang buas, sumber
kharisma dan kewibawaan sehingga sering disebut raja hutan. Sedangkan burung Merak
dianggap sebagai burung keindahan karena pesona keindahan tubuhnya. Kedua binatang
dengan karakter yang jauh berlainan ini kemudian dipadukan menjadi kesatuan berupa
kesenian Reog Ponorogo, yakni sebagai dadak merak atau barongan. Perpaduan dua karakter
ini, menurut seniman budaya patut dibanggakan karena dari perpaduan itu menghasilkan
sintesa sifat utama yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Pandangan ini diilhami oleh
konteks sejarah kelahiran kesenian di beberapa daerah atau negara lain, yang juga berbasis
kebanggaan terhadap sesuatu yang dianggap sebagai model kehidupan.
Versi kedua yaitu versi adat tradisi yang berbasis Animisme dan Dinamisme. Versi ini
berpandangan bahwa yang mendorong lahirnya kesenian Reog Ponorogo adalah tradisi
upacara adat turun temurun ketika mulai dikenalnya keyakinan animisme dan dinamisme.
Umumnya pada saat orang jawa memiliki kepercayaan bahwa roh hewan yang telah mati bisa
didatangkan kembali ke dunia, seperti halnya roh manusia dengan melalui upacara adat
tertentu. Dalam konteks masyarakat saat itu, harimau diyakini sebagai roh yang paling kuat
untuk menjaga keselamatan. Dalam konteks ini, ada yang mengkaitkan dengan tradisi tolak
balak berupa wabah penyakit dan wabah lainnya. Roh Harimau dan Roh Merak dipercaya
dapat mengusir roh jahat yang divisualisasikan melalui kesenian barongan. Istilah barongan
diambil dari bahasa Jawa “barongan” yang berarti rumpun bambu yang jika ditiup angin
kencang akan bergerak-gerak mengikuti irama “reyeg..riyeg”. Nama Reog konon diambil
dari konteks tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, ritual adat dengan menggunakan
topeng harimau dan merak ini kemudian menjadi sebuah tarian. Hal inilah yang menjadi
tujuan dasar pandangan kedua ini, seperti yang ditulis oleh Hartono (1998) yang
menjelaskan bahwa seni Reog Ponorogo merupakan pengembangan yang lebih matang dari
tradisi ritual adat.
Versi ketiga adalah versi satir. Kesenian Reog Ponorogo lahir dari protes Ki Ageng Kutu
(Suryangalam) terhadap kebijakan Raja Majapahit (Prabu Brawijaya V) yang diyakini tidak
mampu menjalankan tugas negara dengan baik akibat pemerintahan Ratu. Sindiran Ki Ageng
Kutu divisualisasikan melalui barongan atau dadak burung merak, berupa kepala harimau
yang dipasang di atas burung merak sebagai simbol kekecilan seorang raja yang didominasi
oleh seorang perempuan.
Versi keempat adalah versi cerita islam yang dibuat oleh Bathoro Katong di Ponorogo. Ia
memeluk Islam di bawah pimpinan Ki Ageng Mirah dan kemudian menyebarkan Islam
bersama-sama. Nama Bathoro diberikan oleh Raja Demak, R. Patah, adik kandung Bathoro
Katong, untuk memudahkan mereka yang masih menganut agama Hindu-Budha. Bathoro
Katong berasal dari kata “Batara” yang berarti dewa dan “Katon” yang berarti penampakan,
mengacu pada dewa yang menampakkan diri dalam R. Rusak. Kesenian Reog Ponorogo
yang ada kemudian dimanfaatkan oleh Bathoro Katong sebagai sarana penyebaran agama
Islam. Rosario yang digantung di paruh burung merak konon merupakan simbol kesenian
Reog yang terinspirasi dari Islam.
Versi kelima adalah versi dongeng atau legenda yang menceritakan tentang Tanah Wengker,
tempat berdirinya kerajaan Bantar Angin. dengan pemimpin Prabu Klono Sewandono.
Kesenian Reog diawali dengan prosesi yang dilanjutkan dengan 40 orang penunggang kuda
diiringi Singo Barong dan Burung Merak beserta gamelan unik yang dijadikan mahar pada
Prabu Klono Sewandono untuk Putri Sanggalangit. Kisah yang berasal dari legenda atau mitos
ini masih menjadi dasar bagi rangkaian seni tari Reog Ponorogo. Reog Ponorogo yang alat
utamanya adalah kepala harimau dan bulu merak melambangkan keadaan pada masa lahirnya
kesenian Reog, khususnya pilihan harimau dan burung merak yang dianggap sebagai binatang
mistis, pertanda bahwa ia dilahirkan dalam masyarakat. yang masih menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme.
B.Tokoh Dalam Tari Reog Ponorogo
Berdasarkan cerita diatas dapat diketahui bahwa tokoh-tokoh dalam tari Reog Ponorogo antara
lain:
1. Klono Sewandono. Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah raja Mandraguna sakti yang
warisannya berupa cambuk sakti. bernama Kyai Pecut Samandiman. Ke mana pun raja pergi,
warisan ini selalu dibawanya. Warisan ini berfungsi untuk melindungi diri sendiri. Keberanian
raja ditunjukkan melalui gerak tarinya yang lincah dan bermartabat. Dalam salah satu
ceritanya, Prabu Klono Sewandono menciptakan karya seni yang indah. Hasil kreativitasnya
adalah memenuhi permintaan Putri (kekasihnya). Karena raja sedang jatuh cinta, tariannya
terkadang melambangkan orang yang sedang jatuh cinta.
2. Jathil Jathil atau Jathilan adalah seorang penunggang kuda dan salah satu tokoh kesenian
Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang
sedang berlatih diatas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari dimana antara penari yang satu
dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas
kuda ditunjukkan dengan ekspresi sang penari.Jathilan ini pada awalnya ditarikan oleh laki –
laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun
lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980 –an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak
dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh
para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri gerak tari jathilan dalam seni Reog
Ponorogo adalah cenderung lembut, lincah, dan genit. Hal ini didukung dengan pola gerak tari
yang berirama bergantian antara ketukan mlaku (lugu) dan ketukan ngracik.
3. Warok yang berasal dari kata wewarah adalah sosok yang mempunyai tekad Ilahi yang
memberikan bimbingan dan perlindungan tanpa syarat apapun. Warok adalah wong kang sugih
wewarah (wewarah yang kaya), artinya orang yang menjadi orang yang dapat membimbing
atau mengajarkan kehidupan yang baik kepada orang lain. Warok iku wong kang wis pursaka
sakabehing lan wis menneg ing rasa (warok adalah orang yang telah menyempurnakan
perilaku hidupnya dan mencapai ketenangan batin), nenek moyang generasi penerus. Warok
merupakan bagian pameran kesenian Reog yang tidak dapat dipisahkan dari pameran unit
kesenian Reog Ponorogo lainnya.
4.Barongan (Dadak Merak)
Barongan (Dadak Merak) merupakan peralatan yang paling menonjol dalam kesenian Reog
Ponorogo. Karya yang dihasilkan antara lain Kepala Harimau (Caplokan) yang terbuat dari
rangka kayu, bambu, dan rotan yang dilapisi kulit harimau Gembong. Tiba-tiba gambar burung
merak, rangka bambu dan rotan yang digunakan sebagai tempat merangkai bulu merak,
melambangkan burung merak yang menebarkan bulunya dan menggigit untaian mutiara
(tasbih). Krakap terbuat dari bahan beludru hitam yang disulam monte, merupakan aksesoris
dan tempat ditulisnya identitas kelompok Reog. Merak ini memiliki panjang sekitar 2,25 meter,
lebar sekitar 2,30 meter, dan berat hampir 50 kg.
5. Bujangganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom merupakan tokoh yang dinamis,
humoris dan ahli silat sehingga setiap kemunculannya selalu ditunggu-tunggu oleh penonton
terutama anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok Patih muda yang lincah,
berkemauan keras, cerdas, jenaka, dan kuat.
C.Karakter dan Properti Raja Klono Sewandono
Raja Klono Sewandono digambarkan sebagai raja sakti dan memiliki pusaka Pecut
Samandiman. Kehebatan Raja Klono ditunjukkan melalui gerakan tariannya yang lincah dan
bertenaga. Selain itu, menurut cerita ia menciptakan karya seni yang indah untuk memuaskan
permintaan kekasihnya, tariannya terkadang juga menggambarkan seseorang yang sedang
jatuh cinta. Ciri khas penari ini adalah menggunakan topeng berwarna merah dengan banyak
corak hiasan yang berbeda-beda. Sifat-sifat yang digunakan Prabu Klono Sewandono antara
lain : 1.Cinde merah (celana)
2.Jarit
3.Boro –boro
4.Samir
5.Stagen
6.Epek timang
7.Sampur
8.Uncal
9.Kace
10.Kalung
11.Cakep
12.Klat
13.Nahu
14.Probo
15.Keris
16.Binggel
2.Baju hitam
3.Jarit
4.Stagen
5.Epek timang
6.Kolor
7.Udeng
9.Debleng mondholan
10.Waktung
11.Keris
Singo barong merupakan karakter penari berkepala Harimau Jawa dengan hiasan bulu Merak
yang menghiasi kepalanya. Penari singo barong ini memiliki gerakan berupa mengayun –
ayunkan kepala ke depan dan ke belakang, berguling –guling hingga merebahkan kepalanya.
Singo barong ini merupakan karakter ikonik atau simbol utama Reog Ponorogo yang
menggunakan aksesoris besar berupa topeng yang disebut dengan Dadak Merak. Properti
yangdigunakan oleh Singo Barong adalah topeng kepala singa dengan hiasan burung merah
dan bulunya diatas kepala singa hingga tingginya sekitar 1 –2 meter.
PEMBAHASAN
Berdasarkan yang telah dijelaskan, Reog Ponorogo memiliki nilai –nilai pendidikan yang
terkandung didalamnya. Nilai –nilai pendidikan tersebut antara lain :
5.Nilai pendidikankewiraan
Nilai pendidikan kewiraan ini dapat dilihat di dalam tari Jathil. Tari jathil yang pada awalnya
diperankan oleh penari laki –laki yang dimaksudkan sebagai simbol sikap patriotisme atau
kepahlawanan yang dimiliki oleh generasi pewaris peradaban Ponorogo, sebuah sikap yang
selalu siap siaga / waspada untuk menyongsong hari esok dengan sejumlah keterampilan dan
kecakapan hidup yang diperlukan dalam membangun peradaban unggul.Tari ini tidak sekedar
bermakna ketangkasan generasi bangsa di dalam berperang menghadapi musuh dari luar,
tetapi yang lebih penting adalah berperang melawan hawa nafsu yang berada di dalam diri
sendiri.
6.Nilai pendidikan kesabaran dan optimismeNilai pendidikan yang lahir dari tari bujanggaong
yang terkesan lucu, banyak tingkah dan selalu membuat sensasi adalah simbol bahwa hidup
di dunia ini tidak selalu mulus dan lurus. Tari bujangganong ini tidaklah sekedar
bernilaihiburan yang memukau tetapi mengandung makna yang begitu dalam, bahwa generasi
penerus Reog adalah orang –orang yang selalu optimis dalam menghadapi hidup.
Negara Indonesia terkenal sebagai negara dengan kesenian dan kebudayaannya yang
beraneka ragam sehingga bangsa ini memiliki daya tarik tersendiri juga memiliki nilai
yang tinggi terhadap seni dan budaya, karena keanekaragamannya maka seni dan budaya
menjadi ciri khas dan identitas bangsa. Salah satu kesenian dan kebudayaan yang
terkenal di Indonesia adalah reog.Reog Ponorogo memiliki nilai –nilai pendidikan yang
terkandung didalamnya. Nilai – nilai pendidikan tersebut antara lain :Nilai pendidikan
keimanan, budi pekerti, jasmani dan rohani, kepempinan, kewiraan dan kesabaran dan
optimisme.