Anda di halaman 1dari 28

Asuhan keperawatan ibu nifas dengan komplikasi

Perdarahan Pasca Partum

Priyani Haryanti, S. Kep., Ns., M. Kep


Tujuan

• Diskripsi
• Etiologi
• Patofisiologi
• Manifestasi klinik
• Penatalaksanaan
Diskripsi

• Perdarahan Post Partum (PPM)


adalah kehilangan darah lebih dari
500ml setelah melahirkan.
• Klasifikasi:
 PPM awal (akut/primer) terjadi 24
jam pertama setelah melahirkan
 PPM akhir atau sekunder terjadi
24 jam s/d 6-12 jam paska
melahirkan.
Etiologi

• Perdarahan paskapartum dini: atonia


uterus, laserasi atau retensio
plasenta
• Perdarahan paska partum lanjut:
retensio plasenta atau perdarhan

(Straight, 2005)
Faktor resiko
perdarahan
1. Atonia uterus 7. Gangguan koagulasi
2. Laserasi jalan lahir 8. Pengeluaran plasenta
yang tidak bisa 9. Abrusio plasenta
diperbaiki 10. Plasenta previa
3. Fragmentasi 11. Penggunaan
plasenta tertahan magnesium sulfat
4. Ruptur uterus 12. Korioamnionitis
5. Inversi uterus 13. Subinvulosio uterus
6. Plasenta akreta,
inkreta, perkreta
Atonia uterus:

• Uterus terdistensi berlebihan : janin


besar, multipel, hidramnion, distensi
dengan sumbatan
• Anastesi dan analgesik
• Riwayat atonia uteri sebelumnya
• Paritas tinggi
• Persalinan yang memanjang
• Trauma selama persalinan
Dilihat dari warna
darah
• Darah hitam kemungkinan bersal
dari pembuluh darah, varises dan
laserasi supervisial jalan lahir
• Bercak darah/bekuan darah
kemungkinan pelepasan plasenta
sebagian
Atonia Uteri

Adalah uterus gagal berkontraksi


dengan baik setelah persalinan
Tanda dan gejala:

• Fudus sulit ditentukan


• Fundus lunak dan gembur
• Uterus mengeras dengn pijatan dan
kehilangan kekuatan saat pijatan
dihentikan
• Banyak lokea merah dan gumpalan
Penatalaksanaan

• Masase fundus uteri, kosongkan kandung


kemih, berikan methergin (bila tidak ada
kontraindikasi) dan berikan infuse oksitosin
5 U dalam RL 500 ml.
• Bila masih belum terdapat kontraksi
uterus, periksa kondisi plasenta (lengkap
atau tidak)
• Bila plasenta tidak lengkap, persiapkan
kuretase.
Lanjut..

Penatalaksanaan :
• Bila plasenta lengkap dan kontraksi uterus tidak baik :
= Lanjutkan pemberian uterotonika oksitosin per infus
= Ambil sample darah untuk persiapan tranfusi
= Kompresi bimanual : tangan kanan dikepalkan dan
diletakkan pada fornix anterior, tangan kiri dari sisi luar
mencekap fundus dan usahakan agar uterus
berkontraksi dengan baik
Lanjut..

• Baringkan pasien pada posisi datar atau semi trendelenburd dengan oksigen
mask
• Berikan cytotec 2 – 4 tablet per rektum .
• Perdarahan tsb diakibatkan oleh :
= terlepasnya sebagian plasenta dari uterus apabila
sebagian plasenta lepas, sebagian lagi belum, terjadi
perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan
beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian
tsb.
= tertinggalnya sebagian dari plasenta umpamanya
kotiledon / plasenta akreta.
Apabila sebagian besar plasenta sudah lahir, tetapi
sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus
dapat timbul perdarahan pada masa nifas.
Retensio plasenta

• Plasenta atau bagian-bagianya masih


tetap berada di dalam uterus setelah
bayi lahir.
Penyebab :
• Plasenta belum lepas dari didinding uterus
• Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan
(disebab kan karena tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan aktif
kala III)
• Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta
• Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab vili korialis menembus desidua sampai
miometrium-sampai dibawah peritoneum
(plasenta akreta-perkreta)
Lanjut…

• Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk


mengejan. Jika penolong dapat merasakan adanya
plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
• Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan,
lakukan katerisasi kandung kemih
• Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM
dan belum dilakukan manajemen aktif kala III
• Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit, sudah di
berikan oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan
penarikan tali pusat terkendali
Penatalaksanaan

• Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil,


cobalah untukmengeluarkan plasenta secara
manual.
• Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan
terbentuknya pembekuan setelah 7 menit
/adanya bekuan lunak yang mudah pecah
menunjukan adanya koagulapati
• Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret
vagina berbau), berikan antibiotik untuk
mencegah endometritis.
Ruptur Uteri

• Secara sederhana ruptur uteri adalah


robekan pada rahim atau rahim tidak
utuh.
Keadaan yang meningkatkan
kejadian ruptur uteri:

• misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada


kehamilan sebelumnya.
• Kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kembar ,
menyebabkan peregangan rahim yang berlebihan,
menipis dan terjadi ruptur .
• Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat
berat dan denyut jantung janin yang tidak normal.
• Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan
sebelumnya, disarankan untuk tidak hamil lagi sebab
beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang. Tetapi
bila ingin hamil lagi, diperlukan pengawasan yang ketat
selama kehamilan, kemudian bayi dilahirkan dengan
cara caesar.
Trauma Perineum

• Parineum adalah otot dan jaringan


yang ada diantara kelamin dan anus.
Trauma /luka perineum sering terjadi
saat proses persalinan.
Penyebab:

• Hal ini karena desakan kepala /bagian tubuh janin secara tiba-
tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek.
• Berdasapkan tingkat keparahannya, trauma perineum dibagi
menjadi 4 derajat
= Trauma derajat 1, ditandai adanya luka pada lapisan
kulit dan lapisan mukosa saluran vagina.
Perdarahannya biasanya sedikit.
= Trauma derajat 2, luka sudah mencapai otot.
= Trauma derajat 3 & 4 , meliputi daerah yang lebih luas,
bahkan pada derajat 4 telah mencapai otot-otot anus,
sehingga pendarahann lebih banyak.
Lanjut..

• Trauma parineum lebih sering terjadi pada


keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu besar,
proses persalinan yang lama, serta penggunaan
alat bantu persalinan (misal forsep).
• Adanya luka pada jalan lahir yang menimbulkan
rasa nyeri yang bertahan selama beberapa minggu
setelah melahirkan.
• Saat persalinan, sering penolong melakukan
episiotomi, yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah
perineum dan mencegah robekan perineum yang
tidak beraturan .
Patofisiologi
Janin lahir besar, janin multiple, riwayat retensio plasenta,
paritas tinggi

Atonia uteri persalinan dengan Retensio plasenta Inversio uteri


tindakan(episiotomy), robekan
servik/perineum
fundus uteri terbalik
uterus gagal terputusnya kontinuitas plasenta tdkdapat terlepas sebagian/ seluruhnya
berkontraksi pembuluh darah masuk cavum uteri
uterus dlm keadaan kontraksi uterus terganggu
relaksasi, melebar dan
lembek kontraksi uterus berkurang
pembuluh darah tidak
menutup
pembuluh darah tak mampu uterus terisi dg darah
berkontraksi

pembuluh darah terbuka

Perdarahan post partum

penurunan Jumlah cairan intravaskular terjadi terus menerus terbukanya pintu masuk
mikroorganisme
Hemoglobin menurun penurunan jml cairan yg banyak
resiko infeksi
suplai oksigen ke jaringan menurun renjatan hipovolemik

hipoksia jaringan resiko syok


. Masalah Keperawatan

1. Resiko terjadi syok hypovolemik


2. Resiko terjadi infeksi
3. Nyeri akut
4. Ansietas b/d rencana tindakan
pembedahan
5. Kurang pengetahuan
Penatalaksanaan

1. Mencegah perdarahan berlebihan:


a. Masase uterus, fasilitasi berkemih,
dan monitor kehilangan darah
b. Pantau tanda vital 5-15 menit
c. Siapkan intravena, oksitosin dan
tranfusi darah (kolaborasi)
d. Ukur masukan dan keluaran
e. Siapkan kemungkinan dilatasi/
Lanjut..

• Hentikan perdarahan pada luka jalan


lahir dengan penjahitan
• Membantu klien dan keluarga
kemungkinan menghadapi stress fisik
dan emosi
Tugas

• Tentukan Diagnosa keperawatan


yang mungkin muncul
• NOC dan NIC
• Tulis tangan dan kumpulkan
Thank You

Kingsoft Office
Make Presentation much more fun

Anda mungkin juga menyukai