2012
Nurliana
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2673
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
UJI EFEKTIFITAS BAKTERI Pseudomonas fluorescens DARI BEBERAPA
TESIS
Oleh
NURLIANA
097001005/AET
T E S I S
Oleh :
NURLIANA
097001005
Menyetujui
Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.) ( Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmat-
Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis yang berjudul Uji Efektifitas
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pertanian pada
Pembimbing Dr. Ir. Hasanuddin, MS., selaku Ketua dan Dr. Lisnawita, SP, M.Si,
selaku Anggota.
selanjutnya.
Penulis
kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis pada Program
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Hasanuddin, MS, selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Lisnawita, SP, M.Si,
Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS., Dr. Ir. Lollie Agustina P.Putri, M.Si, dan Prof. Dr.
Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS., selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis dalam
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS,
selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. Abdul
Rauf, MS dan Dr. Ir. Lollie Agustina P.Putri, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris
Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,
MSc(CTM). Sp.A(K), Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir.
Terima kasih yang sangat mendalam penulis ucapkan kepada keluarga yaitu
ayahanda Alm. Bagio dan ibunda Hj. Nurhaidah br. Simorangkir, suami tercinta
Hendri Dunand, S.H, yang telah menjadi imam terbaikku serta ananda tersayang
kasih sayang, materi dan dorongan semangat sehingga penulis berhasil menyelesaikan
studi ini.
atas bantuan yang tak ternilai harganya. Semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga budi
baik yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan mendapat rahmat dari Allah SWT.
Amin.
Penulis
Nurliana, lahir sebagai anak kedua dari enam bersaudara pada tanggal 09 Pebruari
1973 di Marbau Selatan, Labuhan Batu Utara. Menempuh pendidikan formal mulai
dari sekolah dasar di SD Negeri 112315 Marbau Selatan selesai pada tahun 1985,
melanjutkan ke SMP PGRI Marbau selesai pada tahun 1988. Pendidikan Sekolah
tahun 1991, dan lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara
ABSTRACT .............................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................... 3
Tujuan Penelitian................................................................................ 3
Hipotesis ............................................................................................. 4
Rumusan Masalah .............................................................................. 4
Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
KESIMPULAN ......................................................................................... 39
Kesimpulan ........................................................................................ 39
Saran .................................................................................................. 39
LAMPIRAN
No Judul Halaman
No Judul Halaman
No Judul Halaman
8 Tabel rataan periode inkubasi (hari) dan Tabel Sidik Ragam ……… 80
Latar Belakang
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu sayuran paling penting di
Tanaman cabai ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai yang baik
sehingga mendapat prioritas untuk dikembangkan. Luas pertanaman cabai pada tahun
2008 mencapai 103,837 ha, menempati urutan pertama terluas dibandingkan dengan
masih belum mencukupi kebutuhan nasional. Produksi baru mencapai 6.51 ton per ha
sementara potensinya bisa mencapai 20-40 ton per ha. Rendahnya produktivitas cabai
Indonesia diantaranya adalah cucumber mosaic virus (CMV), chilli veinal mottle
virus (ChiVMV), tobacco mosaic virus (TMV), tomato mosaic virus (ToMV),
tobacco etch virus (TEV), pepper mottle virus (PeMV), tomato spotted wilt virus
(TSWV), potato virus Y (PVY) (Semangun 1991), dan Pepper yellow leaf curl virus
Pepper yellow leaf curl virus (PepYLCV) menjadi salah satu faktor pembatas
produksi tanaman cabai saat ini. Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh
imago dan nimfa Bemisia tabaci (kutu kebul) yang merupakan vektor virus
PepYLCV yang mengisap cairan daun. Gejala yang ditimbulkannya berupa gejala
kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya
embun jelaga yang berwarna hitam sehingga menyebabkan proses fotosintesis tidak
Pengendalian secara alami yang dilakukan oleh petani saat ini adalah terbatas
pada hama vektor virus. Pengendalian tersebut antara lain menggunakan tanaman
mentimun, paria, bunga tembelekan dan bunga matahari. Disamping itu penggunaan
pestisida nabati dari bahan alami seperti daun nimba. Terlihat upaya pengendalian
terbatas pada hama vektor penyakit virus saja. Namun upaya pengendalian di atas
belum memberikan hasil yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan pengendalian
pengertian agens hayati maka, agens hayati adalah setiap organisme yang meliputi
(fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap
Salah satu agens hayati yang potensial saat ini adalah Pseudomonas
hidrogen sianida dan antibiotik seperti pycocyanine dan phenazine yang dapat
juga memproduksi siderofor yang dapat mengkhelat besi dalam tanah, dan membuat
patogen sulit masuk ke jaringan tanaman. Senyawa giberellin yang dihasilkan oleh
memiliki fitotoksisitas dan dapat digunakan bersama dengan pupuk hayati, sehingga
rhizobacteria (PGPR) yang pertama sekali dikenalkan oleh Kloepper dan Schroth
pada tahun 1904. Bakteri ini ditemukan berkolonisasi pada akar tanaman setelah
benih) dengan merespon eksudat yang dikeluarkan oleh benih untuk melekat pada
Tujuan Penelitian
yang berbeda.
Rumusan Masalah
Tingginya serangan penyakit virus pada tanaman cabai seperti pada varietas
Lado F1 dapat menurunkan produksi hingga 100%. Penularan penyakit virus sangat
cepat, dapat secara mekanik dan lewat benih. Petani cabai kurang mengetahui
penyebab penyakit dikarenakan virus dapat ditularkan oleh banyak vektor dan
Penggunaan agens hayati bakteri P. fluorescens dengan cara seed coating atau
Manfaat Penelitian
potensi P. fluorescens sebagai agens induksi ketahanan dan cara aplikasinya yang
menyerang tanaman cabai seperti ; tobacco mosaic virus (TMV), cucumber mosaic
virus (CMV), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), rebah kecambah atau dumping
bercak daun cercospora, busuk daun (Phytophthora capsici), layu fusarium, bengkak
akar (Meloidogyne, spp.), busuk basah bakteri (Erwinia carotovora), dan bercak
(OPT) utama yang menyebabkan kerugian pada usaha tani cabai. Menurut Duriat dan
Muharam (2003) ahli virologi seperti Neinhaus (1981) dan Kalloo (1994) telah
mencatat antara 13-35 jenis virus yang menyerang tanaman cabai di daerah tropis dan
sub tropis. Prevalensi penyakit virus ini dari waktu ke waktu terjadi perubahan seperti
hasil deteksi virus cabai yang dilakukan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)
Lembang antara 1986-1995 . Hasil survei tahun 1986 dan 1990 dilaporkan urutan tiga
virus utama yaitu CMV (Cucumber Mosaic Virus), PVY (Potato Virus Yellow) dan
TEV (Tobacco Etch Virus). Pada tahun 1992 dan 1995 urutan berubah menjadi CMV,
CVMV (Chili Veinal Motle Virus) dan PVY. Pada tahun 2002 dan 2003 geminivirus
Yellow Leaf Curl Virus) genomnya berupa DNA utas tunggal, berbentuk bundar dan
ditularkan oleh biji, tetapi dapat menular melalui penyambungan dan serangga vektor
B. tabaci. Penyakit virus kerupuk yang disebabkan oleh CPSV (Chili Puckery Stunt
Virus) yang ditularkan oleh golongan aphid (Aphis gossypii) sebagai vektor virus dan
dapat pula ditularkan lewat penyambungan. Penyakit virus mosaik keriting yang
disebabkan oleh PVY atau TEV atau CMV atau CVMV secara tunggal atau gabungan
yang ditularkan oleh vektor dari golongan aphid (Myzus persicae dan A. gossypii).
Penyakit virus kerdil, nekrosis, mosaik ringan disebabkan oleh tobacco mosaic virus
(TMV) dan tomato mosaic virus (ToMV) dapat ditularkan secara kontak. Kisaran
inang dari penyakit virus pada cabai juga sangat luas seperti tomat, tembakau,
ketimun, gulma berdaun lebar, kubis, kacang panjang, kumis kucing, cabai rawit dan
gulma babadotan.
Istilah rizosfer pertama sekali diperkenalkan oleh Hiltner pada tahun 1904,
adalah asam amino, asam organik, karbohidrat, gula, vitamin, mucilage dan protein.
Eksudat akar sebagai pengirim pesan untuk merangsang interaksi biologi maupun
rizosfer memberi kontribusi bagi pertumbuhan akar tanaman agar tetap survive
(Kelly, 2005).
Bakteri ini sering disebut dengan rizobakteri pemacu tumbuh tanaman (RPTT) atau
ini memberi keuntungan langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung PGPR
penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah
Dalam Supriadi (2006) menurut Lelliot dan Stead (1987), jenis-jenis agens
hayati dari kelompok bakteri yang pernah diteliti telah dirangkum oleh Sadler (2005),
Menurut Nivedhitha et al. (2008), tiga bakteri dan satu Actinomycetes yang
Selanjutnya menurut Minorsky (2008), bakteri P. fluorescens B16 yang diisolasi dari
meningkatkan hasil, menambah jumlah bunga, menambah jumlah buah, dan berat
senyawa siderofor dan hidrogen sianida (HCN), enzim kitinase, protease, dan
karena itu untuk memperoleh rizobakteri yang berpotensi perlu dievaluasi berbagai
karakter tersebut. Salah satu kemampuan rizobakteri dari kelompok Bacillus spp. dan
Pseudomonas spp. yang telah dilaporkan adalah mampu melarutkan fosfat (Faccini et
al., 2004). Selain itu P. fluorescens merupakan salah satu mikroorganisme antagonis
yang diteliti secara intensif dan berpotensi besar untuk pengendalian beberapa
dan air. Suhu perkembangan dari P. fluorescens antara 25-30°C tetapi juga dapat
obligat aerob dan oksidase positif. Dalam kondisi anaerobik bakteri ini tidak
siderofor yang berguna sebagai pengkhelat besi ketika konsentrasi besi rendah.
koloni bakteri tidak akan berpendar di bawah sinar ultraviolet. Di samping itu P.
bakteriofag atau dehidrasi serta untuk pertahanan terhadap sistem kekebalan tubuh
Pseudomonas_fluorescens.
enzim katalase dan oksidase positif. Memerlukan oksigen untuk tumbuh (aerob),
2007).
menunjukkan pertumbuhan yang bagus. Hal ini dilihat dari peningkatan tinggi
tanaman, jumlah daun, berat basah, berat kering tanaman dan hasil. Di samping itu
tanaman cabai.
resistance) bergantung pada kolonisasi sistem perakaran oleh PGPR. Kolonisasi oleh
PGPR dapat terjadi melalui penyelubungan benih atau penambahan suspensi PGPR
ini dengan menggunakan pestisida kimia. Disamping harganya mahal dan susah
didapat, pestisida kimia dapat berakibat pada kerusakan lingkungan dan kesehatan
petani. Hal ini menjadi tantangan besar bagi kita untuk mencari teknik pengendalian
yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan kesehatan petani dalam melindungi
Pengendalian hayati dilihat dari aspek ekologi adalah suatu fase dari
predator dan patogen dalam memelihara kepadatan populasi organisme pada tingkat
rata-rata yang lebih rendah dari pada apabila perbuatan itu tidak ada.
(Istikorini, 2002):
1. Antagonisme
Antagonisme meliputi (a) kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam jumlah
terbatas tetapi diperlukan oleh OPT, (b) antibiosis sebagai hasil dari pelepasan
antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya
bagi OPT dan, (c) predasi, hiperparasitisme, mikroparasitisme atau bentuk yang
lain dari eksploitasi langsung terhadap OPT oleh mikroorganisme yang lain.
patogenik, saprofit) dan elisitor abiotik (asam salisilik, asam 2-kloroetil fosfonik).
3. Proteksi Silang.
Tanaman yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah hanya sedikit
menderita kerusakan, tetapi akan terlindung dari infeksi strain yang kuat. Strain
yang dilemahkan antara lain dapat dibuat dengan pemanasan in vivo, pendinginan
in vivo dan dengan asam nitrit. Proteksi silang sudah banyak dilakukan di banyak
serangan patogen akibat aplikasi agens penginduksi tidak terlepas dari peran
1996).
peranan penting dalam KST. Asam salisilat terbentuk pada tanaman sebagai
reaksi terhadap infeksi patogen.Beberapa produk dari gen KST mempunyai sifat
antimikrobia atau dapat dimasukkan ke dalam kelas protein anti mikrobia. Protein
itu antara lain berupa β,1-3, Glukanase, kitinase, thaumatin, dan protein PR-1.
Islam Sumatera Utara (UISU) Jl. Ekawarni Gedung Johor, dari Januari sampai
Bahan-bahan yang digunakan antara lain, daun pisang kepok, rizosfer bambu,
rumput gajah, dan gelagah, bahan medium Kings’ B, Medium Nutrient Agar (NA),
Alat-alat yang digunakan antara lain, cawan petri, erlenmeyer 250 dan
erlenmeyer 500 ml, mikropipet dan tip 1 ml, autoklaf, gembor, tali, timbangan,
Metode Penelitian
yaitu :
A1C1 A2C1
A1C2 A2C2
A1C3 A2C3
fluorescens.
dimana :
Y ijk = Hasil pengamatan untuk faktor A taraf ke-i, faktor C taraf ke-j pada
kelompok ke-k.
(αβ) ij = Pengaruh interaksi AC pada taraf ke-i (dari faktor A) dan taraf ke-j (dari
taraf C).
Є ijk = Pengaruh acak (galat percobaan) pada taraf ke-i (faktor A), taraf ke-j
(faktor C), dan pengaruh ke-k.
Di Laboratorium
rizosfer bambu, rumput gajah dan gelagah, disuspensikan dalam 90 ml aquadest steril.
Setelah itu suspensi dikocok menggunakan rotary shaker selama 30 menit dengan
kecepatan 100 rpm. Suspensi yang diperoleh diencerkan menjadi 10-1, 10-2, 10-3, 10-4,
10-5 dan dilakukan plating pada pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 sebanyak 0,1 ml pada
media King’s B (agar 15 gr, bacto peptone 20 gr, glycerol 10 ml, dipotassium
Setelah itu biakan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Setiap koloni
Untuk mengetahui apakah bakteri yang didapat gram positif atau negatif
dilakukan pengujian gram (gram staining) dari biakan murni setiap isolat. Pewarnaan
gram terdiri dari larutan A: crystal violet 2,0 g, ethyl alkohol (95%) 20,0 ml, larutan
dicampur, kemudian dimasukan dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 300C
Iodine (I 2 ) 1,0 g, potasium iodida (KI) 2,0 g, H2O 300,0 ml. Larutan iodine
dibiarkan melarut beberapa jam atau satu malam pada botol gelap, atau iodine dan KI
Pewarna tandingan,
Larutan stock : Safranin O 2,5 g, Ethyl alkohol 100,0 ml, Larutan Kerja :
bakteri berumur 24 jam pada gelas objek yang bersih kemudian dikering-anginkan.
Setelah kering difiksasi dengan cara melewatkan bagian bawah gelas objek di atas api
bunsen dua kali. Olesan bakteri digenangi dengan larutan kristal violet selama 1
menit. Kemudian dibilas dengan air kran selama beberapa detik. Selanjutnya dikering
anginkan dan digenangi kembali dengan larutan iodine dan dibiarkan selama 1 menit.
Setelah itu dibilas dengan air kran selama beberapa detik, dan dikering anginkan.
anginkan dan dibilas kembali dengan air kran selama 2 detik. Setelah itu biakan
digenangi dengan safranin selama 10 detik dan dibilas kembali dengan air kran
dengan cepat, lalu dikering anginkan. Hasil pewarnaan diamati di bawah mikroskop
(immersion oil). Sel-sel bakteri gram positif akan berwarna ungu hingga biru gelap
sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah (Departemen Pertanian Badan
dalam media Kings’B agar selama 1 x 24 jam. Koloni yang terbentuk selanjutnya
disuspensikan dalam media Kings’B cair 125 ml per rizosfer dan diguncang dengan
rotary shaker selama 7x24 jam dengan kecepatan 100 rpm. Setiap aplikasi dilakukan
Uji Biofertilizer
Fiksasi N dari udara yang berkisar 78-80% dapat dilakukan oleh beberapa
bakteri yang hidup bebas maupun bersimbiosis dengan akar tanaman, salah satunya
adalah bakteri P. fluorescens. Pengujian dilakukan menurut Hara et al. (2009), dengan
MgSO 4 .7H 2 O 25 g, FeSO 4 .7H 2 O 0,01 g, Na 2 MoO 4 .2H 2 O 0,01 g, MnSO 4 .5H 2 O
0,01 g, CaCl 2 0,1 g, K 2 HPO 4 dalam buffer NaCl (1 kali ; stok K 2 HPO 4 200 kali
media dalam cawan petri dan diamkan semalam. Tumbukan bakteri isolat uji dengan
cara menggoreskan pada permukaan media. Inkubasi hingga 4 hari. Isolat yang
tumbuh disubkultur pada media yang sama hingga 3 kali selama 7 hari. Bakteri yang
pertumbuhannya stabil pada media ini merupakan bakteri penfiksasi N dari udara
bebas.
http://ehsablog.com/dengan-enzim-limbah-pertanian-menjadi-pakan-ternak-
ruminansia.html
Menurut Andro et al. (1984), media yang digunakan terdiri atas 4 bagian yaitu
larutan A yaitu CMC yang dibuat dengan mencampurkan NaCl 0,25 g dan K 2 HPO 4
1,5 g ke dalam akuades 400 ml lalu dikocok dengan kecepatan 100 rpm selama 24
jam pada suhu 50°C. Larutan B yaitu MgSO 4 1,0 M. Larutan C yaitu: Na 2 HPO 4
3,0 g, NH 4 Cl 0,5 g, gliserol 2,5 ml, yeast ekstrak 0,5 g, agar 6,5 g dan akuades 100
ml. Larutan D: 7,5% (w/v) CaCl 2. Semua bahan disterilisasi secara terpisah dengan
autoklaf selama 20 menit. Larutan A dan C dicampur secara perlahan-lahan, lalu 1,0
ml larutan B dan 1,0 ml larutan D hingga larutan homogen. Campuran media uji
tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam cawan petri (ө 9 cm). Setelah media padat
digoreskan isolat rizobakteri lalu diinkubasi selama 3 hari pada suhu ruang. Setelah
selama 10 menit, dicuci dengan larutan NaCl 1,0 M selama 15 menit dan diamati
(CaCO 3 ) hingga mencapai pH 7,0. Setelah itu disterilkan dengan autoklaf temperatur
fluorescens ditumbuhkan pada media King’s B cair dengan volume 400 ml dan
diguncang selama 48 jam dengan kecepatan 150 rpm. Kemudian dibuat formulasi
tepung bakteri yang berisi 109 cfu ditambah dengan 1 kg talk steril. Formulasi ini
dapat disimpan pada suhu 4°C dengan kadar air 35% selama 1 bulan.
ditimbang sebelum dan sesudah di-coating untuk mengetahui bobot bahan coating
yang melekat. Campurkan benih dengan formulasi tepung bakteri dan diaduk merata
menggunakan magnetic stirer. Lama pengadukan 20 menit. Benih yang telah di-
Di Lapangan
Penyemaian Benih
Benih cabai ditanam pada polibek yang telah diisi media steril (tanah + pupuk
Pengolahan Tanah
Satu bulan sebelum tanam, lahan dibersihkan dari gulma-gulma yang tumbuh
dan sisa tanaman atau sampah. Pencangkulan dilakukan dengan kedalaman 30-40
cm. Tanah diberakan selama 10 (sepuluh) hari. Setelah itu dibuat bedengan kasar
Lima belas hari sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk kandang yang
dibiarkan selama 7 (tujuh) hari. Setelah itu dilakukan penyiraman bedengan sampai
basah dan diberi mulsa dari bahan organik jerami. Lubang tanam dibuat dengan jarak
60 x 70 cm. Setiap plot terdiri dari 8 tanaman yang terdiri dari 4 tanaman sampel.
Lubang tanam dibuat 1 minggu sebelum tanam dan diberi pupuk kandang 1 kg
Penanaman ke Lapangan
Perpindahan dilakukan pada sore hari saat intensitas matahari rendah dengan jarak
tanam 60 x 70 cm.
air dan disiramkan di sekitar akar sebanyak 250 ml per tanaman. Sedangkan
penyemprotan pada daun hingga basah merata. Aplikasi dilakukan 1 hari setelah
tanaman cabai pindah ke lapangan dengan interval waktu 1 minggu sekali sampai
pemberian pupuk kandang sapi 100 gr/tanaman dan diulang 2 minggu sekali. Setelah
tanaman, agar batang tanaman cabai tidak rebah sehingga dapat memperkokoh
tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari.
Pengendalian Hama
kebutuhan.
Parameter Pengamatan
berkecambah (BK) pada pengamatan pertama (3 hss), kedua (6 hss) dan ketiga (9
Pengamatan dimulai dari sehari setelah tanaman dipindah ke lapangan untuk semua
Dimana :
KP = kejadian penyakit,
Tinggi Tanaman
batang hingga puncak tertinggi tanaman. Pengukuran dilakukan pada tanaman sampel
mulai umur 1 minggu setelah di lapangan (minggu ke-5 setelah semai) dengan
Produksi dihitung mulai panen pertama dengan ciri cabai telah berwarna
merah merata, sampai dengan panen ke-6. Pemanenan dilakukan dengan interval
waktu 4 hari sekali dengan menimbang berat cabai yang dipanen dari setiap plot
Hasil isolasi P. fluorescens dari tiga rizosfer yaitu bambu, rumput gajah dan
gelagah, sebelum dan sesudah menggunakan sinar ultraviolet dapat dilihat pada
Bambu
Rumput gajah
Gelagah
A B
Gambar 1 : Pseudomonas yang diisolasi dari rizosfer bambu, rumput gajah, dan
gelagah.
A = sebelum disinari dengan UV.
B = setelah disinari dengan UV.
ketiga rizosfer tanaman bambu, rumput gajah dan gelagah masuk dalam golongan
fluorescens. Hal ini ditandai dengan ke-3 isolat mempunyai koloni bentuk bulat, tepi
rata, fluidal dan berpendar di media King’s B setelah disinari UV 620 nm (Gambar 1
B). Pijaran yang dihasilkan P. fluorescens berasal dari pigmen pyoverdin dan atau
fenazin yang dihasilkan bakteri di dalam medium King’s B, sehingga terlihat berpijar
a b c
Gambar 2 Pewarnaan gram ketiga isolate P.fluorescens asal : a. bambu,
b. rumput gajah, c. gelagah.
Hasil ini diperkuat dengan pengujian pewarnaan gram yang dilakukan. Pada
pengujian pewarnaan gram diperoleh ketiga isolat yang didapat masuk dalam
kelompok bakteri gram negatif. Hal ini dilihat ketiga isolat berwarna merah (Gambar
2). Bakteri ini berbentuk batang lurus atau lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1
1μm x 1.5-4.0 μm, tidak membentuk spora dan bereaksi negatif terhadap pewarnaan
dan Balabaskar (2012), dari hasil uji biokimia untuk identifikasi P. fluorescens
pada Tabel 1.
Pengujian kemampuan menfiksasi N bebas dari ketiga isolat dapat dilihat pada
Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat pada pengamatan 4 hsi dan 8 hsi P. fluorescens
asal bambu memiliki kemampuan menfiksasi N bebas. Hal ini ditandai dengan
terjadinya pertumbuhan bakteri (+). Sedangkan P. fluorescens asal rumput gajah dan
gelagah mulai 4 hsi sampai 12 hsi tidak memiliki kemampuan menfiksasi N bebas
yang hidup di daerah perakaran tanaman dapat berperan sebagai jasad renik pelarut
fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur tumbuh bagi tanaman
(Farvel, 1988 dalam Baharudin et al., 2005) sehingga dengan kemampuan tersebut
pertumbuhan tanaman.
N yang cukup besar, dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dari aktivitas bakteri penambat
N 2 , baik yang berada di sekitar perakaran dan bintil akar (rhizosfer) maupun di dalam
melalui penambahan pupuk. Sumber alternatif lain adalah rhizobia yang mampu
menyebabkan pembentukan nodula pada akar dari tanaman legum sebagai tanaman
inang. Organ tanaman khusus diserang oleh bakteria yang menfiksasi nitrogen dalam
pengenalan spesifik dan diferensiasi berkembang baik bakteri dan sel tanaman
bakteria yang hidup bebas dalam tanah, selama proses infeksi dan seperti diferensiasi
Hasil uji coba analisis aktivitas selulosa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Perlakuan Pengamatan
3 hsi
P.fluorescens asal bambu (+)
P.fluorescens asal rumput gajah (-)
P.fluorescens asal gelagah (+)
Dari Tabel 2, didapat P. fluorescens asal bambu dan gelagah membentuk zona
bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri pada 3 hsi, yang menunjukkan Selulosa
telah dihidrolisis oleh bakteri menjadi sakarida yang lebih sederhana. Sedangkan uji
P. fluorescens asal rumput gajah memberikan hasil yang sebaliknya yakni tidak
Menurut Yuliar (2008), zona bening (halo) yang terbentuk karena adanya
aktivitas selulosa yang mengandung surfaktin dapat berperan sebagai anti jamur
tersebut mampu menghidrolisa selulosa menjadi glukosa atau gula-gula yang lain
yang larut dan dapat digunakan sebagai sumber carbon bagi pertumbuhannya.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/HMU-3.pdf?sequence=7.
(BK) pada pengamatan pertama (3 hss), kedua (6 hss) dan ketiga (9 hss), per 100
Pengamatan
Perlakuan
3 hss 6 hss 9 hss
C 0 = Kontrol (tanpa P. fluorescens) 44.44 a 55.00 c 80.00 c
(13.33) (16.67) (24.00)
C 1 = P. fluorescens asal bambu 32.22 b 65.56 b 87.78 b
(9.67) (20.00) (26.33)
C 2 = P. fluorescens asal rumput gajah 22.22 c 67.78 b 88.89 b
(6.67) (20.67) (26.67)
C 3 = P. fluorescens asal gelagah 35.56 b 98.89 a 100 a
(10.67) (29.67) (30.00)
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.
pada 3 hari setelah semai, terlihat persentase tertinggi terlihat pada perlakuan C 3
P. fluorescens asal bambu) dan C 2 (seed coating + P. fluorescens asal rumput gajah).
fluorescens asal gelagah yang lebih efektif dari P. fluorescens asal bambu dan rumput
gajah. Sejalan dengan hasil penelitian Taufik (2005), yang melaporkan terjadi
peningkatan pertumbuhan pada benih cabai Tit Segitiga yang diberi perlakuan PGPR
oleh kecambah. Keterlibatan hormon merupakan salah satu faktor penting dalam
pemacuan pertumbuhan.
bakteri tersebut untuk berkembang menyelimuti biji. Kondisi ini akan meningkatkan
meningkatkan pertumbuhan bibit dari paprika, dimana terjadi kolonisasi oleh bio
agens dari kombinasi kedua bakteri tersebut dan mengkolonisasi akar saat pindah ke
Periode Inkubasi
tanaman dari setiap perlakuan. Munculnya gejala dari yang paling cepat sampai
paling lambat dari setiap perlakuan berturut-turut adalah kontrol (8,67 hst), A 2 C 2
(32,00 hst), A 1 C 2 (32,83 hst), A 1 C 1 (33,67 hst), A 2 C 1 (34,08 hst), A 2 C 3 (34,33 hst),
dan A 1 C 3 (37,33 hst). Antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,
tetapi dari hasil analisis statistik P. fluorescens asal gelagah memperlihatkan gejala
rumput gajah. Artinya P. fluorescens asal gelagah lebih efektif dalam memperlambat
ekspresi gejala yang muncul lebih lama dari tanaman dengan pemberian bakteri P.
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.
Menurut Soesanto (2000) dan Rokhlani (2005) sistem ketahanan yang dimiliki
oleh tiap-tiap tanaman akan menunjukkan perbedaan masa inkubasi dan tingkat
virulensi virus yang menginfeksi. Cepatnya periode inkubasi diduga pada tanaman
yang tidak diberi P.fluorescens (kontrol) karena beberapa faktor, seperti tidak adanya
penghambatan patogen yang bergerak sangat agresif oleh mikroba lain. Selain itu
fluorescens. Sedangkan lebih lamanya periode inkubasi pada tanaman yang diberi P.
yang sama juga diutarakan oleh Prashant et al. (2009), pemurnian siderofor dari
paprika hingga 21,57%, dan Fusarium oxysporum hingga 15,12%. Hal ini
dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Persentase kejadian penyakit virus pada
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.
asal bambu dan rumput gajah. Hal ini menunjukkan P. fluorescens mempunyai
dapat disebabkan perbedaan ketahanan yang dimiliki oleh tanaman. Selain itu
kejadian penyakit dapat lebih tinggi akibat serangan ganda dari jenis virus dan sangat
Pada tanaman yang terinfeksi ganda terjadi interaksi antara kedua virus yang
bersifat meningkatkan kemampuan salah satu atau kedua virus dalam proses
tanaman bersamaan dengan peredaran hasil fotosintat (Martin et al., 2004). Semakin
cepat proses perkembangan dan penyebaran virus di dalam sel tanaman, maka gejala
kejadian penyakit mosaik pada tanaman cabai yang disebabkan oleh TMV.
pioluteorin, pirolnitrin, fenazines dan fusarisidin (Beatty dan Susan 2002). Menurut
pyocelin dan asam salisilat. Asam salisilat tersebut berperan sebagai transinduksi
al., 1997). Banyak kajian menyatakan bahwa akumulasi asam salisilat berasosiasi
dengan respon fisiologi tanaman terhadap serangan penyakit (Saikia et al., 2006).
Hasil uji statistik aplikasi P.fluorescens tidak menunjukkan hasil yang nyata
terhadap tinggi tanaman. Tetapi P. fluorescens asal bambu lebih efektif dibanding
dengan P. fluorescens asal rumput gajah dan gelagah. Berturut-turut dapat dilihat
benih sangat efektif karena dapat memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya
digunakan sebagai pembawa zat aditif, misalnya antioksidan, anti mikroba, repellent,
mikroba antagonis, zat pengatur tumbuh dan lain-lain. Menurut Sutariati et al. (2006),
menurut Sutariati et al. (2006), perlakuan dengan isolat P. fluorescens PG01, PG22,
dan PG07 secara nyata meningkatkan tinggi dan jumlah daun bibit cabai
mengatakan bahwa isolat PGPR berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman padi
Tanaman yang terinfeksi virus akan terjadi penurunan zat pengatur tumbuh
Goel (2003), P. fluorescens dengan kode CRPF2 bisa melarutkan P ke tingkat yang
lebih tinggi ditandai dengan meningkatnya panjang tunas dan panjang akar. Hal ini
Dari Tabel 7 dapat dilihat produksi tanaman cabai pada tanaman yang
mendapat perlakuan pemberian P. fluorescens dan tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Tetapi bila dilihat dari hasil analisis statistik, P. fluorescens asal gelagah lebih efektif
dan rumput gajah berturut-turut sebagai berikut A 1 C 3 (279,58 gr), A 2 C 3 (260,42 gr),
keduanya dapat berfungsi sebagai PGPR pada tanaman cabai karena dapat
mengkompensasi tanaman dari infeksi TMV sehingga tanaman cabai masih dapat
bakteri pelarut Posfat yang diisolasi dari rizosfer padi dapat meningkatkan produksi
5,4-21,6% (Thakuria et al., 2004). Kemampuan isolat bakteri rizosfer sebagai pemacu
memobilisasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan
2003; Timmusk & Wagner, 2004). Menurut Sutariati (2006), P. fluorescens sebagai
PGPR dapat meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman (biofertilizer). Hal ini sangat
memisahkan besi dari tanah serta menyediakannya untuk tanaman. Genus yang
banyak diketahui sebagai pemacu pertumbuhan antara lain Pseudomonas sp., Bacillus
Senyawa fosfat yang ada dalam lingkungan tumbuh tanaman tidak selalu
dapat mencukupi kebutuhan bagi tanaman sehingga keberadaan bakteri pelarut fosfat
posfat untuk meningkatkan produksi tanaman pada suhu rendah (Katiyar et al., 2003).
menghasilkan asam organik, enzim, IAA, dan siderophore kompeten untuk efek
Kesimpulan
benih cabai dan memberi ketahanan terinduksi terhadap penyakit virus pada
hasil metabolit sekunder yang dihasilkan seperti produksi N-bebas dan aktivitas
Selulosa.
4. Dari ketiga bakteri sebagai agens induksi ketahanan tanaman, P. fluorescens asal
Saran
tanaman cabai terhadap penyakit virus di lapangan dengan cara seed coating.
Agrios, G. N. 1997. Plant Pathology (Fourth ed.). Elsevier academis Press : San
Diego.
Beatty, P.H. and E.J. Susan. 2002. Paenibacillus polymyxa Produces Fusaricidin-type
Antifungal Antibiotics Active Against Leptosphaeria maculans, the Causative
Agent of Blackleg Disease of Canola. Can. Microbiol. 48:159-169.
Chivasa, S., A.M. Murphy, M. Naylor dan J.P. Carr. 1997. Salicylic acid interferst
withTobacco mosaic virus replication via a novel salicylhydroxamic acid-
sensitive mechanism. Plant Cells 9: 547-557.
Dewi Intan Ratna, A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Universitas
Padjajaran. Bandung.
Duriat Ati Sri, Neni Gunaeni dan Astri W. Wulandari, 2007, Penyakit Penting pada
tanaman Cabai dan Pengendaliannya, Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balai penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Monografi No. 31.
Duriat dan Muharam, 2003. Pengenalan Penyakit Penting Pada Cabai dan
Pengendaliannya Berdasarkan Epidemologi Terapan. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikuluta, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Lembang-Bandung.
Haas Dieter and Geneviève Défago. 2005. Biological control of soil-borne pathogens
by fluorescent pseudomonads. Nature Reviews Microbiology | AOP, published
online 10 March 2005; doi:10.1038/nrmicro1129
http://ehsablog.com/dengan-enzim-limbah-pertanian-menjadi-pakan-ternak-
ruminansia.html. Diakses tanggal 6 January 2011.
Husen Edi, Rasti Saraswati¸ dan Ratih Dewi Hastuti. 2006. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bandung.
Ilyas, S. 2003. Teknologi Pelapisan Benih. Makalah Seminar Benih Pellet. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor. 16 Halaman.
Katiyar Vandana and Reeta Goel, 2003. Solubilization of inorganic phosphate and
plant growth promotion by cold tolerant mutants of Pseudomonas fluorescens.
Microbiol. Res. 158: 163–168.
Kelly Rebecca Lines, 2005, The Rizosfer. Soil Biology Basic. Interact with plant
roots. New Department of Primary Industries.
Kloepper Joseph W, Sadik Tuzun, Geoffrey W. Zehnder and Gang Wei. 1996.
Multiple Disease Protection by Rhizobacteria that Induce Systemic Resistance
– Historical Precedence (Journal) Publication no. P-1996-1223-010. The
American Phytopathological Society.
Kloepper JW. 2003. A review of mechanisms for plant growth promoting by PGPR.
Six international Workshop on Plant Growth-Promoting Rhizobacteria.
Calicut. India. Oktober 5-10, 2003.
Martin II Lynn B. Jessica Gilliam, Peggy Han, Kelly Lee, Martin Wikelski. 2004.
Corticosterone suppresses cutaneous immune function in temperate but not
tropical House Sparrows, Passer domesticus. General and Comparative
Endocrinology 140 (2005) 126–135.
Minorsky Peter V. 2008. On The Inside. Division of Health Professions and Natural
Sciences Mercy College Dobbs Ferry, New York 10522.
Prashant, S., D., R. Makarand, R., C. Bhushan, L and Chincholkar SudhirB. 2009.
Siderophoregenic Acinetobacter L; isolated from wheat rhizosphere with
strong PGPR activity. Malaysian Journal of Microbiology.5 (1):6-12.
Siregar E. B. M., 2005. Uji Virulensi CMV Asal Sumatera Utara. Fakultas Pertanian
Jurusan Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Sudiono dan Purnomo. 2007. Studi Kisaran Inang Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn)
Di Sentra Sayuran Dataran Tinggi Tanggamus.
Supriadi, 2006. Analisis Risiko Agens hayati untuk pengendalian pathogen pada
tanaman, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Jurnal Litbang
Pertanian, 25 (3).
Susilowati, D. N., Saraswati R., Hasttuti, D., dan Yuniarti, E. 2007. Peningkatan
Serapan N pada Kedelai yang Diinokulasi Bakteri Diazotrof Endofit di
Medium Vermiculit. Indonesian Soil and Climate Journal.
Sutariati Gusti Ayu Kade, Widodo, Sudarsono dan Satriyas Ilyas, 2006, Pengaruh
Perlakuan Rizo-bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman Terhadap Viabilitas
Benih serta Pertumbuhan Bibit tanaman Cabai. Effect of Plant Growth
Promoting Rhizobacteria on Seed Germination and Seedling Growth of Hot
Pepper. Buletin Agonomi. (34) (1) 46-54. Institut Pertanian Bogor.
Taufik M., 2005. Cucumber Mosaic Virus dan Chilli Veinal Mottle Virus :
Karakterisasi Isolat Cabai dan Strategi Pengendaliannya. Institut Pertanian
Bogor. Disertasi.
Thakuria, D., N.C. Talukdar, C. Goswami, S. Hazarika, R.C. Boro, M.R. Khan. 2004.
Characterization and screening of bacteria from rhizosphere of rice grown in
acidic soils of Assam. Current Sci 86:978-985.
Todar K (2004). Pseudomonas and related bacteria. Todar’s online text book of
bacteriology.
Wahyuni, W.S. 2001. Peranan asam salisilat, H 2 O 2 , dan CaCl 2 sebagai penginduksi
ketahanan tanaman terhadap infeksi Cucumber mosaic virus. Pros. Hasil
Penelitian Hibah DUE Project Ubiversitas Jember 1: 35-41.
Wei, G., Kloepper, J. W., and Tuzun, S. 1996. Induced systemic resistance to
cucumber diseases and increased plant growth by plant growth-promoting
rhizobacteria under field conditions. Phytopathology 86:221-224.
Yanti Yulmira, Gustian dan Haliatur Rahma. 2008. Aplikasi Agen Hayati
(Pseudomonas fluorescens sebagai penginduksi Ketahanan untuk
meningkatkan Produksi Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Virus Kuning di
Kecamatan Kuranji Kotamadya Padang. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Department Pendidikan Nasional.
ULANGAN
I II III
50 cm 50 cm
A1C0 A2C2 A1C3
40 cm
U
Tanaman gawang
DENAH PLOT
X X
X X
X X
X X
X = Tanaman Cabai
Jarak Tanam = 60 cm x 70 cm.
Jarak tanaman gawangan = 60 cm x 60 cm
Lebar Plot = 100 cm x 210 cm
Lebar plot tanaman gawangan = 40 cm
Jarak antar plot dengan plot gawangan = 40 cm
Jarak antar Ulangan = 100 cm
Luas Lahan = 6,8 m x 26,2 m
Jumlah tanaman sampel = 4 x 21 = 84 tanaman
Total tanaman = 8 x 21= 168 tanaman
Cabe keriting hibrida untuk dataran rendah, bentuk buah ramping, ujung buah
runcing dengan warna agak mengkilat, panjang buah 14,5 – 17,0 cm diameter 10
mm, tahan terhadap transportasi jauh. Cocok ditanaman untuk segala musim.
Toleran layu bakteri, dapat dipanen pada umur 115-120 HST, dengan potensi
Lot ini telah diuji dan Bebas Penyakit bercak Bakteri dan TMV/ToMV dari
Sumber :
http://www.eastwestindo.com/index.php/ourseeds/varietydetail/20
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 14 12 14 40.00 13.33
P.fluorescens asal bambu 9 10 10 29.00 9.67
P.fluorescens asal rumput gajah 7 8 5 20.00 6.67
P.fluorescens asal gelagah 10 12 10 32.00 10.67
TOTAL 40.00 42.00 39.00 121.00
RATAAN 10.00 10.50 9.75 10.08
Nilai F
SK DB JK KT
F hit Ket. F tabel ( 0.5)
Ulangan 2 1.17 0.58 0.37 tn 3.98
Perlakuan 3 68.25 22.75 14.37 * 3.98
Galat 6 9.50 1.58
Total 11 78.92
KK 12.48%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 18 15 17 50 16.67
P.fluorescens asal bambu 21 20 19 60 20.00
P.fluorescens asal rumput gajah 21 22 19 62 20.67
P.fluorescens asal gelagah 30 29 30 89 29.67
TOTAL 90.00 86.00 85.00 261.00
RATAAN 22.50 21.50 21.25 21.75
Nilai F
SK DB JK KT
F hit Ket. F tabel ( 0.5)
Ulangan 2 0.79 0.39 0.27 tn 3.98
Perlakuan 3 289.23 96.40 66.42 * 3.98
Galat 6 8.71 1.45
Total 11 298.73
KK 5.59%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 24 24 24 72.00 24.00
P.fluorescens asal bambu 27 26 26 79.00 26.33
P.fluorescens asal rumput gajah 27 27 26 80.00 26.67
P.fluorescens asal gelagah 30 30 30 90.00 30.00
TOTAL 108.0 107.0 106.0 321.00
RATAAN 27.00 26.75 26.50 26.75
Nilai F
SK DB JK KT
F hit Ket. F tabel ( 0.5)
Ulangan 2 0.50 0.25 1.8 tn 3.98
Perlakuan 3 54.92 18.30 131.8 * 3.98
Galat 6 0.83 0.14
Total 11 56.25
KK 1.39%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 4.33 7.45 7.85 19.63 6.54
A1C1 12.55 13.40 15.90 41.85 13.95
A1C2 16.73 19.63 19.28 55.63 18.54
A1C3 13.23 17.40 17.15 47.78 15.93
A2C1 12.65 13.18 15.28 41.10 13.70
A2C2 13.95 18.38 19.08 51.40 17.13
A2C3 13.20 11.25 16.78 41.23 13.74
TOTAL 86.63 100.68 111.30 298.60
RATAAN 12.38 14.38 15.90 14.22
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 43.77 21.88 12.67 * 3.88
Perlakuan 2 2.84 1.42 0.82 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 206.30 206.30 119.41 * 4.76
Galat 12 20.73 1.73 _ _ _
Total 20 333.30 _ _ _ _
KK 9.24%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 8.18 12.65 10.88 31.70 10.57
A1C1 18.75 21.25 22.38 62.38 20.79
A1C2 23.95 26.53 26.05 76.53 25.51
A1C3 18.53 25.55 24.70 68.78 22.93
A2C1 19.68 22.18 21.90 63.75 21.25
A2C2 19.98 25.73 26.30 72.00 24.00
A2C3 18.20 20.00 22.50 60.70 20.23
TOTAL 127.25 153.88 154.70 435.83
RATAAN 18.18 21.98 22.10 20.75
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 69.67 34.84 23.12 * 3.88
Perlakuan 2 7.60 3.80 2.52 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 363.21 363.21 241.08 * 4.76
Galat 12 18.08 1.51 _ _ _
Total 20 514.21 _ _ _ _
KK 5.91%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 14.13 19.30 15.25 48.68 16.23
A1C1 26.43 30.30 30.20 86.93 28.98
A1C2 33.58 35.83 33.53 102.93 34.31
A1C3 25.08 34.80 34.98 94.85 31.62
A2C1 28.23 33.03 29.38 90.63 30.21
A2C2 26.60 35.60 34.90 97.10 32.37
A2C3 24.28 29.15 28.23 81.65 27.22
TOTAL 178.30 218.00 206.45 602.75
RATAAN 25.47 31.14 29.49 28.70
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 119.17 59.59 14.53 * 3.88
Perlakuan 2 23.93 11.97 2.92 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 544.88 544.88 132.86 * 4.76
Galat 12 49.21 4.10 _ _ _
Total 20 809.09 _ _ _ _
KK 7.06%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 22.03 33.28 22.20 77.51 25.84
A1C1 38.99 41.20 38.68 118.86 39.62
A1C2 47.38 43.78 45.40 136.55 45.52
A1C3 34.98 46.65 46.93 128.55 42.85
A2C1 40.75 47.10 41.90 129.75 43.25
A2C2 34.00 48.93 46.78 129.70 43.23
A2C3 36.30 42.40 36.20 114.90 38.30
TOTAL 254.42 303.33 278.08 835.82
RATAAN 36.35 43.33 39.73 39.80
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 170.89 85.45 5.29 * 3.88
Perlakuan 5 106.27 21.25 1.32 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 682.56 682.56 42.27 * 4.76
Galat 12 193.79 16.15 _ _ _
Total 20 1153.51 _ _ _ _
KK 10.10%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 34.37 47.20 32.83 114.40 38.13
A1C1 51.63 52.00 48.55 152.18 50.73
A1C2 61.18 50.75 57.38 169.30 56.43
A1C3 44.83 58.70 60.25 163.78 54.59
A2C1 53.23 63.13 50.45 166.80 55.60
A2C2 41.35 60.28 57.78 159.40 53.13
A2C3 48.28 55.48 47.40 151.15 50.38
TOTAL 334.84 387.53 354.63 1077.00
RATAAN 47.83 55.36 50.66 51.29
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 202.34 101.17 2.59 tn 3.88
Perlakuan 5 95.26 19.05 0.49 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 605.45 605.45 15.50 * 4.76
Galat 12 468.72 39.06 _ _ _
Total 20 1371.76 _ _ _ _
KK 12.19%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 39.20 49.03 26.08 114.30 38.10
A1C1 65.65 66.33 65.93 197.90 65.97
A1C2 75.08 64.13 73.80 213.00 71.00
A1C3 58.75 72.45 74.18 205.38 68.46
A2C1 65.65 74.33 68.20 208.18 69.39
A2C2 53.75 70.15 66.10 190.00 63.33
A2C3 60.58 65.83 59.30 185.70 61.90
TOTAL 418.65 462.23 433.58 1314.45
RATAAN 59.81 66.03 61.94 62.59
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 140.11 70.06 1.53 tn 3.88
Perlakuan 5 191.21 38.24 0.84 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 2099.65 2099.65 45.85 * 4.76
Galat 12 549.50 45.79 _ _ _
Total 20 2980.47 _ _ _ _
KK 10.81%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 43.50 53.33 40.70 137.53 45.84
A1C1 78.33 79.78 75.55 233.65 77.88
A1C2 87.63 75.10 81.85 244.58 81.53
A1C3 71.33 83.40 84.73 239.45 79.82
A2C1 77.23 84.10 74.65 235.98 78.66
A2C2 65.35 81.78 80.70 227.83 75.94
A2C3 72.30 77.70 71.00 221.00 73.67
TOTAL 495.65 535.18 509.18 1540.00
RATAAN 43.50 53.33 40.70 137.53 45.84
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 115.29 57.65 1.68 tn 3.88
Perlakuan 5 117.43 23.49 0.69 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 2645.27 2645.27 77.18 * 4.76
Galat 12 411.31 34.28 _ _ _
Total 20 3289.31 _ _ _ _
KK 7.98%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 46.90 57.33 44.13 148.36 49.45
A1C1 89.70 90.00 85.90 265.60 88.53
A1C2 99.13 83.68 90.33 273.13 91.04
A1C3 82.33 91.75 90.15 264.23 88.08
A2C1 86.88 90.83 82.40 260.10 86.70
A2C2 75.15 86.53 86.48 248.15 82.72
A2C3 81.95 82.88 76.98 241.80 80.60
TOTAL 562.03 582.98 556.36 1701.36
RATAAN 80.29 83.28 79.48 81.02
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 56.16 28.08 0.93 tn 3.88
Perlakuan 2 37.35 18.67 0.62 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 3487.06 3487.06 115.08 * 4.76
Galat 12 363.62 30.30 _ _ _
Total 20 4135.18 _ _ _ _
KK 6.79%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 49.80 61.13 47.33 158.26 52.75
A1C1 99.85 99.60 95.83 295.28 98.43
A1C2 109.28 91.58 97.65 298.50 99.50
A1C3 92.80 96.30 97.65 286.75 95.58
A2C1 94.58 97.85 90.73 283.15 94.38
A2C2 83.00 92.18 92.90 268.08 89.36
A2C3 89.45 88.68 83.25 261.38 87.13
TOTAL 618.75 627.30 605.33 1851.38
RATAAN 88.39 89.61 86.48 88.16
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 35.03 17.52 0.57 tn 3.88
Perlakuan 2 29.78 14.89 0.49 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 4388.13 4388.13 143.56 * 4.76
Galat 12 366.80 30.57 _ _ _
Total 20 5153.77 _ _ _ _
KK 6.27%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 53.37 65.03 38.73 157.12 52.37
A1C1 107.38 108.68 104.18 320.23 106.74
A1C2 117.53 97.95 108.70 324.18 108.06
A1C3 100.50 100.30 97.85 298.65 99.55
A2C1 102.70 106.48 103.83 313.00 104.33
A2C2 90.48 98.25 98.28 287.00 95.67
A2C3 96.88 95.08 94.35 286.30 95.43
TOTAL 668.82 671.75 645.90 1986.47
RATAAN 95.55 95.96 92.27 94.59
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 57.24 28.62 0.63 tn 3.88
Perlakuan 5 459.14 91.83 2.01 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 6238.99 6238.99 136.44 * 4.76
Galat 12 548.70 45.73 _ _ _
Total 20 7304.08 _ _ _ _
KK 7.15%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 56.60 68.45 41.63 166.68 55.56
A1C1 115.68 116.80 113.85 346.33 115.44
A1C2 124.13 105.10 110.15 339.38 113.13
A1C3 107.65 107.20 109.98 324.83 108.28
A2C1 111.43 115.05 108.88 335.35 111.78
A2C2 98.65 104.88 106.08 309.60 103.20
A2C3 104.03 101.60 97.00 302.63 100.88
TOTAL 718.15 719.08 687.55 2124.78
RATAAN 102.59 102.73 98.22 101.18
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 91.95 45.98 1.00 tn 3.88
Perlakuan 2 29.82 14.91 0.33 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 7284.60 7284.60 159.20 * 4.76
Galat 12 549.08 45.76 _ _ _
Total 20 8424.11 _ _ _ _
KK 6.69%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 47.75 70.28 43.55 161.58 53.86
A1C1 122.65 123.30 120.38 366.33 122.11
A1C2 130.63 110.30 114.18 355.10 118.37
A1C3 114.08 112.68 114.25 341.00 113.67
A2C1 118.33 121.85 115.58 355.75 118.58
A2C2 105.03 110.48 110.95 326.45 108.82
A2C3 110.50 107.35 102.05 319.90 106.63
TOTAL 748.95 756.23 720.93 2,226.10
RATAAN 106.99 108.03 102.99 106.00
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 99.26 49.63 0.94 tn 3.88
Perlakuan 5 552.48 110.50 2.10 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 9517.38 9517.38 181.03 * 4.76
Galat 12 630.88 52.57 _ _ _
10799.9
Total 20 9 _ _ _ _
KK 6.84%
FK 236792.42
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 12.50 13.75 7.50 33.75 11.25
A1C1 22.50 31.25 31.25 85.00 28.33
A1C2 26.25 16.25 31.25 73.75 24.58
A1C3 26.25 31.25 33.75 91.25 30.42
A2C1 18.75 32.50 31.25 82.50 27.50
A2C2 26.25 28.75 31.25 86.25 28.75
A2C3 22.50 32.50 32.50 87.50 29.17
TOTAL 155.00 186.25 198.75 540.00
RATAAN 22.14 26.61 28.39 25.71
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 145.09 72.54 3.24 tn 3.88
Perlakuan 5 59.11 11.82 0.53 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 732.25 732.25 32.73 * 4.76
Galat 12 268.45 22.37 _ _ _
Total 20 1204.91 _ _ _ _
KK 18.39%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 33.75 28.75 15.00 77.50 25.83
A1C1 73.75 75.00 75.00 223.75 74.58
A1C2 72.50 36.25 73.75 182.50 60.83
A1C3 75.00 76.25 76.38 227.63 75.88
A2C1 72.50 73.75 72.50 218.75 72.92
A2C2 75.00 72.50 72.50 220.00 73.33
A2C3 76.25 73.75 73.75 223.75 74.58
TOTAL 478.75 436.25 458.88 1373.88
RATAAN 68.39 62.32 65.55 65.42
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 129.20 64.60 0.79 tn 3.88
Perlakuan 5 467.02 93.40 1.15 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 5485.59 5485.59 67.29 * 4.76
Galat 12 978.21 81.52 _ _ _
Total 20 7060.01 _ _ _ _
KK 13.80%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 57.50 57.50 28.75 143.75 47.92
A1C1 123.75 123.75 123.75 371.25 123.75
A1C2 122.50 61.25 121.25 305.00 101.67
A1C3 131.25 125.00 147.50 403.75 134.58
A2C1 118.75 123.75 131.25 373.75 124.58
A2C2 117.50 122.50 123.75 363.75 121.25
A2C3 123.75 122.50 123.75 370.00 123.33
TOTAL 795.00 736.25 800.00 2331.25
RATAAN 113.57 105.18 114.29 111.01
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 359.08 179.54 0.71 tn 3.88
Perlakuan 5 1,747.57 349.51 1.39 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 13,933.53 13933.53 55.46 * 4.76
Galat 12 30,14.88 251.24 _ _ _
Total 20 19,055.06 _ _ _ _
KK 14.28%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 105.00 105.00 75.00 285.00 95.00
A1C1 186.25 180.00 175.00 541.25 180.42
A1C2 181.25 87.50 178.75 447.50 149.17
A1C3 187.50 181.25 242.50 611.25 203.75
A2C1 177.50 178.75 176.25 532.50 177.50
A2C2 176.25 177.50 175.00 528.75 176.25
A2C3 180.00 176.25 177.50 533.75 177.92
TOTAL 1193.75 1086.25 1200.00 3480.00
RATAAN 170.54 155.18 171.43 165.71
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 1,168.30 584.15 0.94 tn 3.88
Perlakuan 5 4,506.25 901.25 1.44 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 17,501.79 17501.79 28.05 * 4.76
Galat 12 7,487.95 624.00 _ _ _
Total 20 30,664.29 _ _ _ _
KK 15.07%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 147.50 152.50 76.25 376.25 125.42
A1C1 306.25 303.75 295.00 905.00 301.67
A1C2 293.75 137.50 291.25 722.50 240.83
A1C3 295.00 300.00 338.75 933.75 311.25
A2C1 293.75 288.75 291.25 873.75 291.25
A2C2 287.50 281.25 285.00 853.75 284.58
A2C3 296.25 293.75 282.50 872.50 290.83
TOTAL 1920.00 1757.50 1860.00 5537.50
RATAAN 274.29 251.07 265.71 263.69
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 1,929.17 964.58 0.61 tn 3.88
Perlakuan 5 8,918.14 1783.63 1.12 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 66,918.76 66918.76 42.08 * 4.76
Galat 12 19,085.42 1590.45 _ _ _
Total 20 96,851.49 _ _ _ _
KK 15.12%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 136.25 125.00 61.25 322.50 107.50
A1C1 282.50 278.75 263.75 825.00 275.00
A1C2 275.00 126.25 260.00 661.25 220.42
A1C3 278.75 268.75 291.25 838.75 279.58
A2C1 267.50 262.50 260.00 790.00 263.33
A2C2 262.50 258.75 255.00 776.25 258.75
A2C3 265.00 260.00 256.25 781.25 260.42
TOTAL 1767.50 1580.00 1647.50 4995.00
RATAAN 252.50 225.71 235.36 237.86
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 2576.79 1288.39 1.05 tn 3.88
Perlakuan 5 6561.46 1312.29 1.07 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 59475.45 59475.45 48.70 * 4.76
Galat 12 14655.51 1221.29 _ _ _
Total 20 83269.20 _ _ _ _
KK 14,69%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 2.00 1.00 1.00 4.00 1.33
A1C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 2.00 1.00 1.00 4.00
RATAAN 0.29 0.14 0.14 0.19
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.01 0.01 1.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.00 0.00 0.00 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 1.04 1.04 172.20 * 4.76
Galat 12 0.07 0.01 _ _ _
Total 20 1.13 _ _ _ _
KK 9.75%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 3.00 2.00 2.00 7.00 2.33
A1C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 3.00 2.00 2.00 7.00
RATAAN 0.43 0.29 0.29 0.33
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.01 0.00 1.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.00 0.00 0.00 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 2.42 2.42 606.18 * 4.76
Galat 12 0.05 0.00 _ _ _
Total 20 2.48 _ _ _ _
KK 7.47%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 4.00 3.00 3.00 10.00 3.33
A1C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 4.00 3.00 3.00 10.00
RATAAN 0.57 0.43 0.43 0.48
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.01 0.00 1.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.00 0.00 0.00 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 4.00 4.00 1338.73 * 4.76
Galat 12 0.04 0.00 _ _ _
Total 20 4.04 _ _ _ _
KK 6.17%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 5.00 4.00 4.00 13.00 4.33
A1C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 5.00 4.00 4.00 13.00
RATAAN 0.71 0.57 0.57 0.62
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.00 0.00 1.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.00 0.00 0.00 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 5.70 5.70 2387.98 * 4.76
Galat 12 0.03 0.00 _ _ _
Total 20 5.73 _ _ _ _
KK 5.31%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 6.00 5.00 5.00 16.00 5.33
A1C1 0.00 1.00 1.00 2.00 0.67
A1C2 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
A1C3 1.00 0.00 0.00 1.00 0.33
A2C1 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
A2C2 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
A2C3 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
TOTAL 11.00 10.00 10.00 31.00
RATAAN 1.57 1.43 1.43 1.48
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.00 0.00 0.06 tn 3.88
Perlakuan 5 0.31 0.06 1.97 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 4.18 4.18 131.59 * 4.76
Galat 12 0.38 0.03 _ _ _
Total 20 4.88 _ _ _ _
KK 13.49%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 7.00 6.00 6.00 19.00 6.33
A1C1 1.00 2.00 2.00 5.00 1.67
A1C2 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A1C3 2.00 1.00 1.00 4.00 1.33
A2C1 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A2C2 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A2C3 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
TOTAL 18.00 17.00 17.00 52.00
RATAAN 2.57 2.43 2.43 2.48
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.00 0.00 0.11 tn 3.88
Perlakuan 5 0.15 0.03 1.87 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 3.06 3.06 193.45 * 4.76
Galat 12 0.19 0.02 _ _ _
Total 20 3.40 _ _ _ _
KK 7.50%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 8.00 7.00 7.00 22.00 7.33
A1C1 2.00 3.00 3.00 8.00 2.67
A1C2 3.00 3.00 3.00 9.00 3.00
A1C3 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A2C1 3.00 3.00 3.00 9.00 3.00
A2C2 3.00 3.00 3.00 9.00 3.00
A2C3 3.00 3.00 3.00 9.00 3.00
TOTAL 24.00 24.00 24.00 72.00
RATAAN 3.43 3.43 3.43 3.43
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.00 0.00 0.10 tn 3.88
Perlakuan 5 0.21 0.04 6.51 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 2.53 2.53 401.00 * 4.76
Galat 12 0.08 0.01 _ _ _
Total 20 2.81 _ _ _ _
KK 4.07%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 8.00 8.00 8.00 24.00 8.00
A1C1 3.00 4.00 3.00 10.00 3.33
A1C2 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00
A1C3 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A2C1 3.00 4.00 4.00 11.00 3.67
A2C2 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00
A2C3 3.00 4.00 4.00 11.00 3.67
TOTAL 27.00 30.00 29.00 86.00
RATAAN 3.86 4.29 4.14 4.10
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.04 0.02 3.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.62 0.12 17.75 * 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 2.27 2.27 325.80 * 4.76
Galat 12 0.08 0.01 _ _ _
Total 20 3.02 _ _ _ _
KK 3.69%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 8.00 8.75 9.25 26.00 8.67
A1C1 33.00 34.25 33.75 101.00 33.67
A1C2 32.50 33.00 33.00 98.50 32.83
A1C3 39.25 39.50 33.25 112.00 37.33
A2C1 33.75 34.25 34.25 102.25 34.08
A2C2 31.75 32.00 32.25 96.00 32.00
A2C3 35.25 33.25 34.50 103.00 34.33
TOTAL 213.50 215.00 210.25 638.75
RATAAN 30.50 30.71 30.04 30.42
SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 1.68 0.84 0.37 tn 3.88
Perlakuan 2 8.97 4.48 1.96 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 1655.72 1655.72 724.06 * 4.76
Galat 12 27.44 2.29 _ _ _
Total 20 1734.92 _ _ _ _
KK 4.97%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
MEDIA KING’S B
Dosis 1 liter :
- Peptone.......................................................................................................... 20.0 g
- Agar1............................................................................................................... 5.0 g
Dosis 1 Liter
c. Pewarna tandingan
Larutan stock :
Safranin ..................................................................................... 2,5 g
Ethyl alcohol ....................................................................... 100,0 ml
Larutan Kerja :
Larutan stok ........................................................................... 10,0 ml
H2O ........................................................................................ 90,0 ml
FIKSASI N-BEBAS
Bahan :
K 2 HPO 4 dalam buffer NaCl (1 kali ; stok K 2 HPO 4 200 kali dibuat dari 2 g
larutan A
CMC
Larutan B
Larutan C
NH 4 Cl ................................................................................................... 0,5 g,
Larutan D: