Anda di halaman 1dari 100

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Agroekoteknologi Tesis Magister

2012

Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas


fluorescens dari Beberapa Rizosfer
Terhadap Penyakit Virus pada Tanaman
Cabai (Capsicum annum L.) di Lapangan

Nurliana

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2673
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
UJI EFEKTIFITAS BAKTERI Pseudomonas fluorescens DARI BEBERAPA

RIZOSFER TERHADAP PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI

(Capsicum annum L.) DI LAPANGAN

TESIS

Oleh

NURLIANA
097001005/AET

SEKOLAH PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


UJI EFEKTIFITAS BAKTERI Pseudomonas fluorescens DARI BEBERAPA

RIZOSFER TERHADAP PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI

(Capsicum annum L.) DI LAPANGAN

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi


Agroekoteknologi pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NURLIANA

097001005

SEKOLAH PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : UJI EFEKTIFITAS BAKTERI Pseudomonas
fluorescens DARI BEBERAPA RIZOSFER
TERHADAP PENYAKIT VIRUS PADA
TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI
LAPANGAN
Nama Mahasiswa : NURLIANA
Nomor Pokok : 097001005
Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui

Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Hasanuddin, MS. ) ( Dr. Lisnawita, SP, M.Si.)


Ketua anggota

Ketua Program Studi Dekan

( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.) ( Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.)

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada tanggal : 30 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Hasanuddin, MS.


Anggota : Dr. Lisnawita, SP, M.Si.
Penguji : 1. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.
2. Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si.
3. Prof. Dr. Maryani Cyccu Tobing, MS.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Nurliana, 2012, Effectiveness Test of Pseudomonas fluorescens Bacterium of Several


Rizosfers on the Virus–Contaminated Disease in Chili Plants (Capsicum annum L.) in
the Field, under the supervision of Hasanuddin and Lisnawita.
Virus is the main disease for chili plants because, in terms of economy, this disease
decreases chili production up to 100% that results in the decrease of the farmers’
income. Various control methods have been applied to reduce the virus infection and
one of them is by using the resistance induction agents against P. fluorescence.
Pseudomonas fluorescence can be isolated from various plant rizosfer. Thus, the
purpose of this study conducted in the Plant Disease Laboratory, Faculty of
Agriculture, the University of Sumatera Utara and in the Demonstration Plot, Faculty
of Agriculture, The Islamic University of Sumatera Utara, Gedung Johor Subdistrict
from January to October 2011 was to 1) find out the effectiveness of P. fluorescence
bacterium from various rizosfers as the agents of resistance induction to control the
virus –contaminated diseases in chili plants, 2) find out the most effective way to
apply the P. fluorescence bacterium as the agents of resistance induction to control
the virus –contaminated diseases in chili plants. This study consisted of 4 (four)
stages such as 1. the Exploration of the P. fluorescence bacterium from various
rizosfers (bamboo, Napier/elephant grass, reed), 2. Biofertilizer and bioprotecting
tests, 3. the Application test through roots and leaves, and 4. Coating seed test by
applying P. fluorescence bacterium. The result of this study showed that P.
fluorescence bacterium was very effective as the agents of resistance induction on the
virus–contaminated disease in chili plants in the field. This effectiveness was shown
through a longer incubation period, low attack intensity of virus-contaminated virus,
increasing germination rate of chili seed, and increasing growth, development and
production of chili plants.

Keywords: Chili, Virus-Contaminated, Biological Control

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Nurliana, 2012. Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas fluorescens dari beberapa


Rizosfer terhadap Penyakit Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di
Lapangan. di bawah bimbingan Hasanuddin dan Lisnawita.
Virus merupakan penyakit utama pada tanaman cabai karena dari segi ekonomi
menurunkan produksi tanaman sampai 100%, yang berakibat pada penurunan
pendapatan petani. Berbagai metode pengendalian telah dilakukan untuk mengurangi
infeksi virus, salah satunya adalah dengan menggunakan agens induksi ketahanan P.
fluorescens. Pseudomonas fluorescens dapat diisolasi dari berbagai rizosfer tanaman.
Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah : 1). Mengetahui efektifitas bakteri P.
fluorescens dari berbagai rizosfer sebagai agens induksi ketahanan untuk
mengendalikan penyakit virus pada tanaman cabai. 2). Mengetahui cara aplikasi
bakteri P. fluorescens yang paling efektif sebagai agens induksi ketahanan untuk
mengendalikan penyakit virus pada cabai. Penelitian dilaksanakan pada dua tempat
yaitu di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan, dan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera
Utara Medan, Kecamatan Gedung Johor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
2011 sampai dengan Oktober 2011. Penelitian terdiri dari 4 tahap pengujian yaitu 1.
Eksplorasi bakteri P.fluorescens dari berbagai rizosfer (bambu, rumput gajah dan
gelagah). 2. Uji biofertilizer dan bioprotecting, 3. Uji Aplikasi melalui akar dan daun,
4. Uji seed coating dengan pemberian bakteri P.fluorescens. Hasil penelitian
menunjukkan bakteri P.fluorescens sangat efektif sebagai agens induksi ketahanan
terhadap penyakit virus pada tanaman cabai di lapangan. Bakteri P. fluorescens asal
gelagah merupakan bakteri yang paling efektif sebagai agens induksi ketahanan
terhadap penyakit virus pada tanaman cabai di lapangan. Hal ini ditunjukkan dengan
periode inkubasi yang lebih lama, rendahnya intensitas serangan penyakit virus,
meningkatnya daya kecambah benih cabai, meningkatnya pertumbuhan,
perkembangan dan produksi tanaman cabai.

Kata kunci : Cabai, penyakit virus, pengendalian hayati.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmat-

Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis yang berjudul Uji Efektifitas

Bakteri Pseudomonas fluorescens dari beberapa Rizosfer terhadap Penyakit

Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lapangan. Tesis

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pertanian pada

Program Studi Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi

Pembimbing Dr. Ir. Hasanuddin, MS., selaku Ketua dan Dr. Lisnawita, SP, M.Si,

selaku Anggota.

Demi kesempurnaan penulisan ini penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran yang bersifat membangun sehingga dapat bermanfaat untuk penulisan

selanjutnya.

Medan, Agustus 2012

Penulis

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis pada Program

Studi Magister Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.

Hasanuddin, MS, selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Lisnawita, SP, M.Si,

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS., Dr. Ir. Lollie Agustina P.Putri, M.Si, dan Prof. Dr.

Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS., selaku dosen penguji yang telah banyak

memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS,

selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. Abdul

Rauf, MS dan Dr. Ir. Lollie Agustina P.Putri, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris

Program Studi Pascasarjana Agroekoteknologi beserta staff Fakultas Pertanian.

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

MSc(CTM). Sp.A(K), Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir.

A. Rahim Matondang, MSIE.

Terima kasih yang sangat mendalam penulis ucapkan kepada keluarga yaitu

ayahanda Alm. Bagio dan ibunda Hj. Nurhaidah br. Simorangkir, suami tercinta

Hendri Dunand, S.H, yang telah menjadi imam terbaikku serta ananda tersayang

Universitas Sumatera Utara


Rafiqatul Hasanah HD dan Nurul ‘Izzah HD, kakak dan adik yang telah memberikan

kasih sayang, materi dan dorongan semangat sehingga penulis berhasil menyelesaikan

studi ini.

Terimakasih kepada teman-teman angkatan 2009, teman-teman di

Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

atas bantuan yang tak ternilai harganya. Semua pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga budi

baik yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan mendapat rahmat dari Allah SWT.

Amin.

Medan, Agustus 2012

Penulis

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Nurliana, lahir sebagai anak kedua dari enam bersaudara pada tanggal 09 Pebruari

1973 di Marbau Selatan, Labuhan Batu Utara. Menempuh pendidikan formal mulai

dari sekolah dasar di SD Negeri 112315 Marbau Selatan selesai pada tahun 1985,

melanjutkan ke SMP PGRI Marbau selesai pada tahun 1988. Pendidikan Sekolah

Menengah Atas di tempuh di SMA Negeri 2 Rantauprapat yang diselesaikan pada

tahun 1991, dan lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

(UISU) Medan pada tahun 1995.

Tahun 1997-2011 penulis bekerja di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) di Medan, yang bergerak di bidang Advokasi Petani.

Pada tahun 2009, penulis melanjutkan kuliah di Sekolah Pascasarjana

Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRACT .............................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL...................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................... 3
Tujuan Penelitian................................................................................ 3
Hipotesis ............................................................................................. 4
Rumusan Masalah .............................................................................. 4
Manfaat Penelitian.............................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5


Penyakit Pada Tanaman Cabai ........................................................... 5
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) ............................... 6
Bakteri Pseudomonas fluorescens ..................................................... 8
Pengendalian Hayati dan Mekanisme Ketahanan Penyakit ............... 10

BAHAN DAN METODE .......................................................................... 13


Tempat dan Waktu ............................................................................. 13
Bahan dan Alat ................................................................................... 13
Metode Penelitian............................................................................... 13
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 15
Di Laboratorium ................................................................................ 15
Isolasi Pseudomonas kelompok fluorescens dari rizosfer
bambu, rumput gajah dan gelagah ............................................ 15
Uji Pewarnaan Gram ................................................................ 15

Universitas Sumatera Utara


Penyediaan Larutan Bakteri P. fluorescens .............................. 16
Uji Biofertilizer ........................................................................ 16
Uji Kemampuan Menfiksasi Nitrogen (N) Bebas ............ 16
Uji Bioprotecting ...................................................................... 17
Uji Aktifitas Selulosa ...................................................... 17
Penyediaan Formulasi Talk P. fluorescens ............................. 17
Penyelubungan Benih (seed coating) ....................................... 18
Di Lapangan ...................................................................................... 18
Penyemaian Benih .................................................................... 18
Pengolahan Tanah .................................................................... 18
Penanaman Ke Lapangan ......................................................... 19
Aplikasi Bakteri P. fluorescens ................................................ 19
Pemupukan dan Pemeliharaan ................................................. 20
Pengendalian Hama .................................................................. 20
Parameter Pengamatan ...................................................................... 20
Persentase Perkecambahan Benih ............................................ 20
Periode Inkubasi ....................................................................... 21
Persentase Kejadian Penyakit ................................................... 21
Tinggi Tanaman (cm) ................................................................ 21
Produksi Cabai per Tanaman (gram) ........................................ 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 23


Isolasi Pseudomonas kelompok fluorescens dari rizosfer bambu,
rumput gajah dan gelagah ................................................................. 23
Uji Pewarnaan Gram ......................................................................... 24
Uji Kemampuan Menfiksasi Nitrogen (N) Bebas ............................. 25
Uji Aktifitas Selulosa ........................................................................ 26
Persentase Perkecambahan Benih ..................................................... 27
Periode Inkubasi ................................................................................ 29
Persentase Kejadian Penyakit ............................................................ 31
Tinggi Tanaman ................................................................................ 34
Produksi Cabai per Tanaman ............................................................ 36

KESIMPULAN ......................................................................................... 39
Kesimpulan ........................................................................................ 39
Saran .................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Uji kemampuan menfiksasi nitrogen (N) bebas ...................................... 25

2. Uji aktifitas selulosa ................................................................................ 26

3. Persentase perkecambahan benih cabai ................................................... 28

4. Periode inkubasi penyakit akibat virus pada tanaman cabai ................... 30

5. Persentase kejadian penyakit ................................................................... 32

6. Rataan tinggi tanaman (cm) pengamatan I sampai dengan pengamatan


XII ........................................................................................................... 34

7. Rataan produksi tanaman (gram) pengamatan I sampai dengan


pengamatan VI ......................................................................................... 36

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Pseudomonas yang diisolasi dari rizosfer bambu, rumput gajah, dan


gelagah …………...………………………………………………… 23

2 Pewarnaan gram ketiga isolate bakteri P. fluorescens asal; a).


bambu, b). rumput gajah, c). gelagah …………...………….……… 24

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Denah penelitian ……………………………………………………. 48

2 Denah plot ………………………………………………………….. 49

3 Deskripsi tanaman cabai dari benih LADO F1 cap Panah Merah...... 50

4 Tabel rataan perkecambahan benih 3 hari setelah semai sampai 51


dengan 9 hari setelah semai dan Tabel Sidik Ragam ………….........

5 Tabel rataan tinggi tanaman (cm) pengamatan I sampai dengan 54


pengamatan XII dan Tabel Sidik Ragam…........................................

6 Tabel rataan produksi per tanaman (gram) pengamatan I sampai 66


dengan pengamatan VI dan Tabel Sidik Ragam …………...……….

7 Tabel kejadian penyakit (hari) pengamatan I sampai dengan 72


pengamatan VIII dan Tabel Sidik Ragam ………………………..…

8 Tabel rataan periode inkubasi (hari) dan Tabel Sidik Ragam ……… 80

9 Media pertumbuhan bakteri ………………………………………... 81

10 Bahan uji pewarnaan gram …………………………………………. 82

11 Bahan uji fiksasi-N bebas …………………………………………... 83

12 Bahan uji aktivitas selulosa ………………………………………… 84

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu sayuran paling penting di

dunia dan di Indonesia merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura.

Tanaman cabai ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai yang baik

sehingga mendapat prioritas untuk dikembangkan. Luas pertanaman cabai pada tahun

2008 mencapai 103,837 ha, menempati urutan pertama terluas dibandingkan dengan

tanaman sayuran lainnya (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008), namun produksi

masih belum mencukupi kebutuhan nasional. Produksi baru mencapai 6.51 ton per ha

sementara potensinya bisa mencapai 20-40 ton per ha. Rendahnya produktivitas cabai

tersebut dapat disebabkan banyak faktor, salah satunya gangguan organisme

pengganggu tanaman, seperti virus (Agustin 2010).

Beberapa jenis virus yang dilaporkan dapat menginfeksi tanaman cabai di

Indonesia diantaranya adalah cucumber mosaic virus (CMV), chilli veinal mottle

virus (ChiVMV), tobacco mosaic virus (TMV), tomato mosaic virus (ToMV),

tobacco etch virus (TEV), pepper mottle virus (PeMV), tomato spotted wilt virus

(TSWV), potato virus Y (PVY) (Semangun 1991), dan Pepper yellow leaf curl virus

(PepYLCV) yang menyebabkan penyakit daun keriting kuning cabai merah.

Pepper yellow leaf curl virus (PepYLCV) menjadi salah satu faktor pembatas

produksi tanaman cabai saat ini. Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh

imago dan nimfa Bemisia tabaci (kutu kebul) yang merupakan vektor virus

PepYLCV yang mengisap cairan daun. Gejala yang ditimbulkannya berupa gejala

Universitas Sumatera Utara


bercak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Ekskresi kutu

kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya

embun jelaga yang berwarna hitam sehingga menyebabkan proses fotosintesis tidak

berlangsung normal (Sudiono dan Purnomo, 2007).

Pengendalian secara alami yang dilakukan oleh petani saat ini adalah terbatas

pada hama vektor virus. Pengendalian tersebut antara lain menggunakan tanaman

perangkap hama di sekeliling pertanaman cabai seperti jagung, kacang panjang,

mentimun, paria, bunga tembelekan dan bunga matahari. Disamping itu penggunaan

pestisida nabati dari bahan alami seperti daun nimba. Terlihat upaya pengendalian

terbatas pada hama vektor penyakit virus saja. Namun upaya pengendalian di atas

belum memberikan hasil yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan pengendalian

alternatif yaitu pengendalian penyakit dengan menggunakan agens hayati menjadi

pilihan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia yang mahal, menyebabkan

kerusakan lingkungan dan kesehatan petani.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 411 tahun 1995 tentang

pengertian agens hayati maka, agens hayati adalah setiap organisme yang meliputi

spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan

(fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap

perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan

penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian,

dan berbagai keperluan lainnya (Menteri Pertanian RI, 1995).

Salah satu agens hayati yang potensial saat ini adalah Pseudomonas

fluorescens. Bakteri ini mengeluarkan enzim tertentu yang memiliki kemampuan

Universitas Sumatera Utara


untuk menghancurkan dinding sel patogen. Selain itu bakteri juga menghasilkan

hidrogen sianida dan antibiotik seperti pycocyanine dan phenazine yang dapat

menghambat pertumbuhan organisme penyebab penyakit. Pseudomonas fluorescens

juga memproduksi siderofor yang dapat mengkhelat besi dalam tanah, dan membuat

patogen sulit masuk ke jaringan tanaman. Senyawa giberellin yang dihasilkan oleh

P. fluorescens dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Bakteri ini juga tidak

memiliki fitotoksisitas dan dapat digunakan bersama dengan pupuk hayati, sehingga

bakteri ini sesuai untuk semua tanaman.

Pseudomonas fluorescens merupakan salah satu plant growth promoting

rhizobacteria (PGPR) yang pertama sekali dikenalkan oleh Kloepper dan Schroth

pada tahun 1904. Bakteri ini ditemukan berkolonisasi pada akar tanaman setelah

diinokulasikan ke benih yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara

implisit dijelaskan bahwa PGPR memiliki kemampuan berkolonisasi pada akar

setelah inokulasi ke benih yang berkembangbiak pada spermosphere (wilayah sekitar

benih) dengan merespon eksudat yang dikeluarkan oleh benih untuk melekat pada

permukaan akar (Nelson, 2004).

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektifitas bakteri P. fluorescens dari berbagai rizosfer sebagai

agens hayati untuk mengendalikan penyakit virus pada tanaman cabai.

2. Mengetahui cara aplikasi bakteri P. fluorescens yang paling efektif sebagai

agens hayati untuk mengendalikan penyakit virus pada cabai.

Universitas Sumatera Utara


Hipotesis

1. Bakteri P. fluorescens dari berbagai sumber rizosfer mempunyai efektifitas

yang berbeda.

2. Aplikasi bakteri P. fluorescens dengan cara yang berbeda akan menunjukan

efektifitas yang berbeda.

Rumusan Masalah

Tingginya serangan penyakit virus pada tanaman cabai seperti pada varietas

Lado F1 dapat menurunkan produksi hingga 100%. Penularan penyakit virus sangat

cepat, dapat secara mekanik dan lewat benih. Petani cabai kurang mengetahui

penyebab penyakit dikarenakan virus dapat ditularkan oleh banyak vektor dan

memiliki kisaran inang yang luas.

Penggunaan agens hayati bakteri P. fluorescens dengan cara seed coating atau

penyiraman langsung ke tanah akan menjadi solusi untuk memberi ketahanan

tanaman cabai terhadap penyakit virus di lapangan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ke petani tentang

potensi P. fluorescens sebagai agens induksi ketahanan dan cara aplikasinya yang

terbaik untuk mengendalikan penyakit virus pada tanaman cabai di lapangan.

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Pada Tanaman Cabai

Tanaman cabai rentan dengan serangan berbagai penyakit, baik yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur maupun nematoda. Penyakit-penyakit yang

menyerang tanaman cabai seperti ; tobacco mosaic virus (TMV), cucumber mosaic

virus (CMV), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), rebah kecambah atau dumping

off, virus gemini, bercak bakteri (Xanthomonas campestris), antraksnosa (Patek),

bercak daun cercospora, busuk daun (Phytophthora capsici), layu fusarium, bengkak

akar (Meloidogyne, spp.), busuk basah bakteri (Erwinia carotovora), dan bercak

kering bakteri (Xanthomonas campestris) (Duriat et al., 2007).

Penyakit yang disebabkan oleh virus menjadi organisme pengganggu tanaman

(OPT) utama yang menyebabkan kerugian pada usaha tani cabai. Menurut Duriat dan

Muharam (2003) ahli virologi seperti Neinhaus (1981) dan Kalloo (1994) telah

mencatat antara 13-35 jenis virus yang menyerang tanaman cabai di daerah tropis dan

sub tropis. Prevalensi penyakit virus ini dari waktu ke waktu terjadi perubahan seperti

hasil deteksi virus cabai yang dilakukan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)

Lembang antara 1986-1995 . Hasil survei tahun 1986 dan 1990 dilaporkan urutan tiga

virus utama yaitu CMV (Cucumber Mosaic Virus), PVY (Potato Virus Yellow) dan

TEV (Tobacco Etch Virus). Pada tahun 1992 dan 1995 urutan berubah menjadi CMV,

CVMV (Chili Veinal Motle Virus) dan PVY. Pada tahun 2002 dan 2003 geminivirus

telah menjadi epidemik di sebagian daerah sentra produksi cabai di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Penyakit virus kuning yang disebabkan oleh virus gemini TYLCV (Tomato

Yellow Leaf Curl Virus) genomnya berupa DNA utas tunggal, berbentuk bundar dan

terselubung dalam virion ikosahedral kembar (germinate). Penyakit ini tidak

ditularkan oleh biji, tetapi dapat menular melalui penyambungan dan serangga vektor

B. tabaci. Penyakit virus kerupuk yang disebabkan oleh CPSV (Chili Puckery Stunt

Virus) yang ditularkan oleh golongan aphid (Aphis gossypii) sebagai vektor virus dan

dapat pula ditularkan lewat penyambungan. Penyakit virus mosaik keriting yang

disebabkan oleh PVY atau TEV atau CMV atau CVMV secara tunggal atau gabungan

yang ditularkan oleh vektor dari golongan aphid (Myzus persicae dan A. gossypii).

Penyakit virus kerdil, nekrosis, mosaik ringan disebabkan oleh tobacco mosaic virus

(TMV) dan tomato mosaic virus (ToMV) dapat ditularkan secara kontak. Kisaran

inang dari penyakit virus pada cabai juga sangat luas seperti tomat, tembakau,

ketimun, gulma berdaun lebar, kubis, kacang panjang, kumis kucing, cabai rawit dan

gulma babadotan.

Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)

Istilah rizosfer pertama sekali diperkenalkan oleh Hiltner pada tahun 1904,

yang didefenisikan tanah yang mengelilingi akar yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan mikroorganisme. Interaksi ini ditandai dengan adanya pemanfaatan

eksudat akar yang dikeluarkan akar oleh mikroorganisme dan sebaliknya

metabolisme di perakaran dipengaruhi oleh kerja mikroorganisme. Eksudat akar

adalah asam amino, asam organik, karbohidrat, gula, vitamin, mucilage dan protein.

Eksudat akar sebagai pengirim pesan untuk merangsang interaksi biologi maupun

Universitas Sumatera Utara


fisik diantara akar dan organisme perakaran. Modifikasi biologi dan fisika tanah dari

rizosfer memberi kontribusi bagi pertumbuhan akar tanaman agar tetap survive

(Kelly, 2005).

Bakteri-bakteri yang hidup di sekitar perakaran ada yang menguntungkan.

Bakteri ini sering disebut dengan rizobakteri pemacu tumbuh tanaman (RPTT) atau

popular disebut plant growth promoting rhizobacteria (PGPR). Aktivitas rizobakteria

ini memberi keuntungan langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung PGPR

ini didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi

penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah

konsentrasi berbagai fitohormon pemacu tumbuh (Husen et al., 2006).

Dalam Supriadi (2006) menurut Lelliot dan Stead (1987), jenis-jenis agens

hayati dari kelompok bakteri yang pernah diteliti telah dirangkum oleh Sadler (2005),

yang meliputi Bacillus spp., B. cereus, B. polymyxa, B. subtilis, Burkholderia glume,

Corynebacterium sp., Escherichia sp., Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescens,

Streptomyces mutabilis, dan actinomycetes. Diantara spesies bakteri tersebut, B.

polymyxa dan Curtobacterium (Corynebacterium) flaccumfaciens pv. flaccumfaciens

perlu diwaspadai karena berpotensi menjadi patogen pada tanaman.

Menurut Nivedhitha et al. (2008), tiga bakteri dan satu Actinomycetes yang

diisolasi dari rizosfer bambu menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan

Fusarium, meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan bertambahnya jumlah daun.

Selanjutnya menurut Minorsky (2008), bakteri P. fluorescens B16 yang diisolasi dari

perakaran tanaman Graminae menunjukan adanya kolonisasi yang dapat

meningkatkan hasil, menambah jumlah bunga, menambah jumlah buah, dan berat

Universitas Sumatera Utara


buah tomat. Kemampuan untuk menfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat, memproduksi

senyawa siderofor dan hidrogen sianida (HCN), enzim kitinase, protease, dan

selulosa merupakan karakteristik rizobakteri yang diinginkan (Zhang, 2004). Oleh

karena itu untuk memperoleh rizobakteri yang berpotensi perlu dievaluasi berbagai

karakter tersebut. Salah satu kemampuan rizobakteri dari kelompok Bacillus spp. dan

Pseudomonas spp. yang telah dilaporkan adalah mampu melarutkan fosfat (Faccini et

al., 2004). Selain itu P. fluorescens merupakan salah satu mikroorganisme antagonis

yang diteliti secara intensif dan berpotensi besar untuk pengendalian beberapa

penyakit (Hasanuddin, 2003).

Bakteri Pseudomonas fluorescens

Pseudomonas fluorescens berbentuk gram negatif yang bersumber dari tanah

dan air. Suhu perkembangan dari P. fluorescens antara 25-30°C tetapi juga dapat

bertahan dalam suhu rendah 0°C. Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri

obligat aerob dan oksidase positif. Dalam kondisi anaerobik bakteri ini tidak

berkembang. Bakteri P. fluorescens mempunyai kemampuan dalam menghasilkan

siderofor yang berguna sebagai pengkhelat besi ketika konsentrasi besi rendah.

Sebaliknya apabila konsentrasi besi tinggi, pyoverdine tidak diperlukan sehingga

koloni bakteri tidak akan berpendar di bawah sinar ultraviolet. Di samping itu P.

fluorescens juga menghasilkan viscosin yang dapat meningkatkan antivirality.

Metabolit sekunder yang dihasilkan P. fluorescens memainkan peranan

penting dalam menekan perkembangan penyakit tanaman seperti antibiotik

pyrrolnitrin, pyoluteorin, dan 2,4-diacetylphloroglucinol yang menghambat

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan phytopatogen. Pseudomonas fluorescens menghasilkan hidrogen

sianida, pyocheline siderophores dan pyoverdine. Pseudomonas fluorescens

menghasilkan exopolysaccharides yang digunakan untuk perlindungan terhadap

bakteriofag atau dehidrasi serta untuk pertahanan terhadap sistem kekebalan tubuh

inang. Pseudomonas fluorescens memiliki flagella yang berguna dalam proses

metabolisme. Secara khusus, isolat P. fluorescens tertentu menghasilkan dari

metabolit sekunder 2,4-diacetylphloroglucinol (2,4-DAPG) dan biokontrol properti

antiphytopathegenic dalam strain nya. http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/

Pseudomonas_fluorescens.

Semua isolat P. fluorescens yang diuji bersifat gram negatif, membentuk

enzim katalase dan oksidase positif. Memerlukan oksigen untuk tumbuh (aerob),

mampu menghidrolisa pati dan arginin, membentuk enzim gelatinase, melakukan

denitrifikasi dan tidak mengakumulasi poly-hydroxybutirate (Arwiyanto et al.,

2007).

Yanti et al., (2008), melaporkan aplikasi P. fluorescens pada tanaman cabai

menunjukkan pertumbuhan yang bagus. Hal ini dilihat dari peningkatan tinggi

tanaman, jumlah daun, berat basah, berat kering tanaman dan hasil. Di samping itu

aplikasi P. fluorescens juga dapat meningkatkan pengurangan serangan penyakit pada

tanaman cabai.

Menurut Kloepper (1996), ketahanan sistemik terinduksi (induced systemic

resistance) bergantung pada kolonisasi sistem perakaran oleh PGPR. Kolonisasi oleh

PGPR dapat terjadi melalui penyelubungan benih atau penambahan suspensi PGPR

ke dalam tanah pada saat pindah tanaman.

Universitas Sumatera Utara


Pengendalian Hayati dan Mekanisme Ketahanan Penyakit

Kerugian yang disebabkan oleh serangan penyakit cukup tinggi dengan

menurunnya produksi tanaman cabai. Tindakan pengendalian yang dilakukan selama

ini dengan menggunakan pestisida kimia. Disamping harganya mahal dan susah

didapat, pestisida kimia dapat berakibat pada kerusakan lingkungan dan kesehatan

petani. Hal ini menjadi tantangan besar bagi kita untuk mencari teknik pengendalian

yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan kesehatan petani dalam melindungi

tanaman terhadap serangan berbagai penyakit pada tanaman cabai.

Pengendalian hayati dilihat dari aspek ekologi adalah suatu fase dari

pengendalian alami. Definisi pengendalian hayati adalah perbuatan parasitoid,

predator dan patogen dalam memelihara kepadatan populasi organisme pada tingkat

rata-rata yang lebih rendah dari pada apabila perbuatan itu tidak ada.

Beberapa mekanisme pengendalian hayati, antara lain adalah sebagai berikut

(Istikorini, 2002):

1. Antagonisme

Antagonis adalah mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang merugikan

terhadap mikrooraganisme lain yang tumbuh dan berasosiasi dengannya.

Antagonisme meliputi (a) kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam jumlah

terbatas tetapi diperlukan oleh OPT, (b) antibiosis sebagai hasil dari pelepasan

antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya

bagi OPT dan, (c) predasi, hiperparasitisme, mikroparasitisme atau bentuk yang

lain dari eksploitasi langsung terhadap OPT oleh mikroorganisme yang lain.

Universitas Sumatera Utara


2. Ketahanan Terimbas.

Ketahanan terimbas adalah ketahanan yang berkembang setelah tanaman

diinokulasi lebih awal dengan elisitor biotik (mikroorganisme avirulen, non

patogenik, saprofit) dan elisitor abiotik (asam salisilik, asam 2-kloroetil fosfonik).

Kacang buncis yang diimbas dengan Colletotrichum lindemuthianum ras non

patogenik menjadi tahan terhadap ras patogenik (Agrios, 1988).

3. Proteksi Silang.

Tanaman yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah hanya sedikit

menderita kerusakan, tetapi akan terlindung dari infeksi strain yang kuat. Strain

yang dilemahkan antara lain dapat dibuat dengan pemanasan in vivo, pendinginan

in vivo dan dengan asam nitrit. Proteksi silang sudah banyak dilakukan di banyak

negara antara lain Taiwan dan Jepang.

Ketahanan sistemik terinduksi (KST) pada berbagai tanaman terhadap

serangan patogen akibat aplikasi agens penginduksi tidak terlepas dari peran

senyawa-senyawa tertentu dan PR-protein (Patogenesis Related-protein) seperti

peroksidase, kitinase, β-1,3 glukanase, β-1,4glukosidase, dan asam salisilat

sebagaimana ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas dan kadarnya (Wei et al.,

1996).

Kessman et al. (1994) menyatakan, asam salisilat (AS) memegang

peranan penting dalam KST. Asam salisilat terbentuk pada tanaman sebagai

reaksi terhadap infeksi patogen.Beberapa produk dari gen KST mempunyai sifat

antimikrobia atau dapat dimasukkan ke dalam kelas protein anti mikrobia. Protein

itu antara lain berupa β,1-3, Glukanase, kitinase, thaumatin, dan protein PR-1.

Universitas Sumatera Utara


BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara dan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Islam Sumatera Utara (UISU) Jl. Ekawarni Gedung Johor, dari Januari sampai

dengan Oktober 2011.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan antara lain, daun pisang kepok, rizosfer bambu,

rumput gajah, dan gelagah, bahan medium Kings’ B, Medium Nutrient Agar (NA),

benih cabai Lado F-1, dan pupuk kandang sapi.

Alat-alat yang digunakan antara lain, cawan petri, erlenmeyer 250 dan

erlenmeyer 500 ml, mikropipet dan tip 1 ml, autoklaf, gembor, tali, timbangan,

cangkul, meteran dan alat tulis.

Metode Penelitian

Metode Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali ulangan, yaitu :

Faktor Pertama ; cara aplikasi (A) terdiri dari 2 metoda, yaitu :

A1 = Aplikasi melalui akar.

A2 = Aplikasi melalui daun.

Universitas Sumatera Utara


Faktor kedua ; Penyelubungan benih (seed coating) (C) terdiri dari 3 taraf,

yaitu :

C1 = Penyelubungan + P. fluorescens asal bambu

C2 = Penyelubungan + P. fluorescens asal rumput gajah

C3 = Penyelubungan + P. fluorescens asal gelagah

Sehingga didapat 2 x 3 = 6 kombinasi perlakuan yaitu :

A1C1 A2C1

A1C2 A2C2

A1C3 A2C3

Data dianalisis dengan uji kontras dengan kontrol/pembanding tanpa aplikasi P.

fluorescens.

Model Linier Rancangan Penelitian :

Y ijk = µ + α j=1,2 + β j=1,2,3 + (αβ) ij + K k=1,2,3 + Є ijk

dimana :

Y ijk = Hasil pengamatan untuk faktor A taraf ke-i, faktor C taraf ke-j pada
kelompok ke-k.

µ = Nilai tengah umum

αj = Pengaruh faktor A pada taraf ke-i

β j = Pengaruh faktor C pada taraf ke-j

(αβ) ij = Pengaruh interaksi AC pada taraf ke-i (dari faktor A) dan taraf ke-j (dari
taraf C).

Kk = Pengaruh kelompok ke-k

Є ijk = Pengaruh acak (galat percobaan) pada taraf ke-i (faktor A), taraf ke-j
(faktor C), dan pengaruh ke-k.

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan Penelitian

Di Laboratorium

Isolasi Pseudomonas kelompok fluorescens dari rizosfer bambu, rumput gajah


dan gelagah.

Sebanyak 10 g akar dan butiran tanah yang melekat di permukaan akar di

rizosfer bambu, rumput gajah dan gelagah, disuspensikan dalam 90 ml aquadest steril.

Setelah itu suspensi dikocok menggunakan rotary shaker selama 30 menit dengan

kecepatan 100 rpm. Suspensi yang diperoleh diencerkan menjadi 10-1, 10-2, 10-3, 10-4,

10-5 dan dilakukan plating pada pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 sebanyak 0,1 ml pada

media King’s B (agar 15 gr, bacto peptone 20 gr, glycerol 10 ml, dipotassium

phosphate 1,5 g, magnesium sulfate 7 H 2 O 1,5 gr) (Biokar Diagnostic, 2009).

Setelah itu biakan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Setiap koloni

rizobakteri yang tumbuh diisolasi kembali, dan dibuat biakan murni.

Uji Pewarnaan Gram

Untuk mengetahui apakah bakteri yang didapat gram positif atau negatif

dilakukan pengujian gram (gram staining) dari biakan murni setiap isolat. Pewarnaan

gram terdiri dari larutan A: crystal violet 2,0 g, ethyl alkohol (95%) 20,0 ml, larutan

B: ammonium oxalate 0,8 g, H 2 O 80,0 ml. Selanjutnya larutan A dan Larutan B

dicampur, kemudian dimasukan dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 300C

selama 1 x 24 jam sebelum digunakan. Kemudian larutan tersebut disaring dengan

kertas saring, dimasukkan ke dalam botol penyimpanan.

Iodine (I 2 ) 1,0 g, potasium iodida (KI) 2,0 g, H2O 300,0 ml. Larutan iodine

dibiarkan melarut beberapa jam atau satu malam pada botol gelap, atau iodine dan KI

Universitas Sumatera Utara


digerus halus di dalam mortar, kemudian tambahkan air perlahan. Selanjutnya

campuran disimpan di dalam botol gelap selama 1 malam.

Pewarna tandingan,

Larutan stock : Safranin O 2,5 g, Ethyl alkohol 100,0 ml, Larutan Kerja :

Larutan stok 10,0 ml, H 2 O 90,0 ml.

Pengujian dilakukan dengan mengoles tipis suspensi dari koloni murni

bakteri berumur 24 jam pada gelas objek yang bersih kemudian dikering-anginkan.

Setelah kering difiksasi dengan cara melewatkan bagian bawah gelas objek di atas api

bunsen dua kali. Olesan bakteri digenangi dengan larutan kristal violet selama 1

menit. Kemudian dibilas dengan air kran selama beberapa detik. Selanjutnya dikering

anginkan dan digenangi kembali dengan larutan iodine dan dibiarkan selama 1 menit.

Setelah itu dibilas dengan air kran selama beberapa detik, dan dikering anginkan.

Selanjutnya dibilas dengan alkohol 95% selama 30 detik, kemudian dikering

anginkan dan dibilas kembali dengan air kran selama 2 detik. Setelah itu biakan

digenangi dengan safranin selama 10 detik dan dibilas kembali dengan air kran

dengan cepat, lalu dikering anginkan. Hasil pewarnaan diamati di bawah mikroskop

kompaun dengan pembesaran 10x100 kali dengan menggunakan minyak imersi

(immersion oil). Sel-sel bakteri gram positif akan berwarna ungu hingga biru gelap

sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah (Departemen Pertanian Badan

Karantina Pertanian, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Penyediaan Larutan Bakteri P. fluorescens

Isolat P. fluorescens yang disiapkan untuk perlakuan benih ditumbuhkan

dalam media Kings’B agar selama 1 x 24 jam. Koloni yang terbentuk selanjutnya

disuspensikan dalam media Kings’B cair 125 ml per rizosfer dan diguncang dengan

rotary shaker selama 7x24 jam dengan kecepatan 100 rpm. Setiap aplikasi dilakukan

pembuatan suspensi yang baru.

Uji Biofertilizer

Uji Kemampuan Menfiksasi Nitrogen (N) Bebas.

Fiksasi N dari udara yang berkisar 78-80% dapat dilakukan oleh beberapa

bakteri yang hidup bebas maupun bersimbiosis dengan akar tanaman, salah satunya

adalah bakteri P. fluorescens. Pengujian dilakukan menurut Hara et al. (2009), dengan

membuat media mineral minimum tanpa N dengan komposisi sebagai berikut:

MgSO 4 .7H 2 O 25 g, FeSO 4 .7H 2 O 0,01 g, Na 2 MoO 4 .2H 2 O 0,01 g, MnSO 4 .5H 2 O

0,01 g, CaCl 2 0,1 g, K 2 HPO 4 dalam buffer NaCl (1 kali ; stok K 2 HPO 4 200 kali

dibuat dari 2 g K 2 HPO 4 dicampur 1 g NaCl dilarutkan dalam 10 ml akuades.Tuang

media dalam cawan petri dan diamkan semalam. Tumbukan bakteri isolat uji dengan

cara menggoreskan pada permukaan media. Inkubasi hingga 4 hari. Isolat yang

tumbuh disubkultur pada media yang sama hingga 3 kali selama 7 hari. Bakteri yang

pertumbuhannya stabil pada media ini merupakan bakteri penfiksasi N dari udara

bebas.

Universitas Sumatera Utara


Uji Bioprotecting

Uji Aktivitas Selulosa

Selulosa merupakan penyusun dinding sel tanaman yang sukar didegradasi,

karena monomer glukosanya dihubungkan dengan ikatan β(1.4). Untuk meningkatkan

pemecahan ikatan B-(1.4) diperlulan enzim selulase dengan aktivitas tinggi.

http://ehsablog.com/dengan-enzim-limbah-pertanian-menjadi-pakan-ternak-

ruminansia.html

Menurut Andro et al. (1984), media yang digunakan terdiri atas 4 bagian yaitu

larutan A yaitu CMC yang dibuat dengan mencampurkan NaCl 0,25 g dan K 2 HPO 4

1,5 g ke dalam akuades 400 ml lalu dikocok dengan kecepatan 100 rpm selama 24

jam pada suhu 50°C. Larutan B yaitu MgSO 4 1,0 M. Larutan C yaitu: Na 2 HPO 4

3,0 g, NH 4 Cl 0,5 g, gliserol 2,5 ml, yeast ekstrak 0,5 g, agar 6,5 g dan akuades 100

ml. Larutan D: 7,5% (w/v) CaCl 2. Semua bahan disterilisasi secara terpisah dengan

autoklaf selama 20 menit. Larutan A dan C dicampur secara perlahan-lahan, lalu 1,0

ml larutan B dan 1,0 ml larutan D hingga larutan homogen. Campuran media uji

tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam cawan petri (ө 9 cm). Setelah media padat

digoreskan isolat rizobakteri lalu diinkubasi selama 3 hari pada suhu ruang. Setelah

diinkubasi, media diberi pewarna dengan 10 ml congo-red (0,1%), lalu diinkubasi

selama 10 menit, dicuci dengan larutan NaCl 1,0 M selama 15 menit dan diamati

terbentuknya halo di sekitar koloni bakteri.

Penyediaan Formulasi Talk P. fluorescens

Formulasi tepung P. fluorescens dibuat dengan metode Vidyasekaran &

Muthamilan (1995) yang dimodifikasi. Sepuluh gram karboksi metil selulosa

Universitas Sumatera Utara


(CMC), 1 kg bedak (talk), dan ditambahkan sedikit demi sedikit kalsium karbonat

(CaCO 3 ) hingga mencapai pH 7,0. Setelah itu disterilkan dengan autoklaf temperatur

1 ATM (1210C) selama 30 menit selama dua hari berturut-turut. Pseudomonas

fluorescens ditumbuhkan pada media King’s B cair dengan volume 400 ml dan

diguncang selama 48 jam dengan kecepatan 150 rpm. Kemudian dibuat formulasi

tepung bakteri yang berisi 109 cfu ditambah dengan 1 kg talk steril. Formulasi ini

dapat disimpan pada suhu 4°C dengan kadar air 35% selama 1 bulan.

Penyelubungan benih (Seed Coating)

Proses penyelubungan benih (seed coating) dilakukan secara manual. Benih

ditimbang sebelum dan sesudah di-coating untuk mengetahui bobot bahan coating

yang melekat. Campurkan benih dengan formulasi tepung bakteri dan diaduk merata

menggunakan magnetic stirer. Lama pengadukan 20 menit. Benih yang telah di-

coating kemudian dikeringkan selama 10 jam di bawah sinar matahari. Sebagai

kontrol tanpa pemberian P. fluorescens (Setiyowati et al., 2007).

Di Lapangan

Penyemaian Benih

Benih cabai ditanam pada polibek yang telah diisi media steril (tanah + pupuk

kandang dengan perbanding 2:1), kemudian persemaian disungkup dengan

menggunakan kain kassa.

Pengolahan Tanah

Satu bulan sebelum tanam, lahan dibersihkan dari gulma-gulma yang tumbuh

dan sisa tanaman atau sampah. Pencangkulan dilakukan dengan kedalaman 30-40

cm. Tanah diberakan selama 10 (sepuluh) hari. Setelah itu dibuat bedengan kasar

Universitas Sumatera Utara


dengan luas 1 m x 1,3 m dengan jarak antar sub plot 50 cm, jarak antar main plot 75

cm sedangkan jarak antar ulangan 100 cm.

Lima belas hari sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk kandang yang

sebelumnya telah dikomposkan. Keesokan harinya dilakukan pencincangan lalu

dibiarkan selama 7 (tujuh) hari. Setelah itu dilakukan penyiraman bedengan sampai

basah dan diberi mulsa dari bahan organik jerami. Lubang tanam dibuat dengan jarak

60 x 70 cm. Setiap plot terdiri dari 8 tanaman yang terdiri dari 4 tanaman sampel.

Lubang tanam dibuat 1 minggu sebelum tanam dan diberi pupuk kandang 1 kg

/lubang tanam. Pemberian mulsa dilakukan 1 minggu sebelum tanam.

Penanaman ke Lapangan

Satu bulan di persemaian, bibit cabai dapat dipindahkan ke lapangan.

Perpindahan dilakukan pada sore hari saat intensitas matahari rendah dengan jarak

tanam 60 x 70 cm.

Aplikasi bakteri P. fluorescens

Aplikasi bakteri P. fluorescens menggunakan larutan yang sebelumnya telah

dipersiapkan di Laboratorium. Dari larutan diambil 5 ml dan dicampur dalam 1 liter

air dan disiramkan di sekitar akar sebanyak 250 ml per tanaman. Sedangkan

penyemprotan pada daun hingga basah merata. Aplikasi dilakukan 1 hari setelah

tanaman cabai pindah ke lapangan dengan interval waktu 1 minggu sekali sampai

dengan panen ke 6 (enam). Untuk perlakuan kontrol digunakan air ledeng.

Universitas Sumatera Utara


Pemupukan dan Pemeliharaan

Pemupukan dilakukan 1 hari setelah pindah tanam ke lapangan, yaitu

pemberian pupuk kandang sapi 100 gr/tanaman dan diulang 2 minggu sekali. Setelah

cabai berumur 2 minggu di lapangan, tanaman diberi kayu sebagai penopang

tanaman, agar batang tanaman cabai tidak rebah sehingga dapat memperkokoh

tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari.

Pengendalian Hama

Untuk pengendalian hama, digunakan pestisida organik sesuai dengan

kebutuhan.

Parameter Pengamatan

Persentase Perkecambahan benih

Persentase perkecambahan benih dihitung pada umur 3, 6, 9 hari setelah semai

(hss). Persentase perkecambahan benih dihitung berdasarkan persentase jumlah benih

berkecambah (BK) pada pengamatan pertama (3 hss), kedua (6 hss) dan ketiga (9

hss), dengan rumus.

ΣBK peng. 1 + BK peng.2 + BK peng. 3


% Perkecambahan = -------------------------------------------------- x 100 %
Σ benih yang disemai
Keterangan :

BK : Benih berkecambah (Setiyowati et al., 2007).

Universitas Sumatera Utara


Periode Inkubasi

Periode inkubasi yaitu dimana gejala penyakit pertama sekali muncul.

Pengamatan dimulai dari sehari setelah tanaman dipindah ke lapangan untuk semua

perlakuan hingga ditemukan gejala penyakit tersebut. Pengamatan dihentikan

terhadap tanaman yang telah ditemukan gejala.

Persentase Kejadian Penyakit

Persentase kejadian penyakit dilakukan setiap 1 minggu sekali setelah pindah

tanam ke lapangan sampai pengamatan ke-7. Persentase kejadian penyakit

menggunakan rumus sbb:


a
KP = --- x 100%
b

Dimana :

KP = kejadian penyakit,

a = Jumlah tanaman terserang.

b = Total jumlah tanaman (Abbot, 1925).

Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur mulai dari pangkal

batang hingga puncak tertinggi tanaman. Pengukuran dilakukan pada tanaman sampel

mulai umur 1 minggu setelah di lapangan (minggu ke-5 setelah semai) dengan

interval waktu 1 minggu sekali sampai pengamatan ke-12.

Universitas Sumatera Utara


Produksi cabai per tanaman

Produksi dihitung mulai panen pertama dengan ciri cabai telah berwarna

merah merata, sampai dengan panen ke-6. Pemanenan dilakukan dengan interval

waktu 4 hari sekali dengan menimbang berat cabai yang dipanen dari setiap plot

perlakukan (kg/plot) dari 4 tanaman sampel.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Pseudomonas kelompok fluorescens dari rizosfer bambu, rumput gajah


dan gelagah.

Hasil isolasi P. fluorescens dari tiga rizosfer yaitu bambu, rumput gajah dan

gelagah, sebelum dan sesudah menggunakan sinar ultraviolet dapat dilihat pada

Gambar 1 di bawah ini.

Bambu

Rumput gajah

Gelagah
A B

Gambar 1 : Pseudomonas yang diisolasi dari rizosfer bambu, rumput gajah, dan
gelagah.
A = sebelum disinari dengan UV.
B = setelah disinari dengan UV.

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar 1 terlihat bakteri kelompok pseudomonas yang diisolasi dari

ketiga rizosfer tanaman bambu, rumput gajah dan gelagah masuk dalam golongan

fluorescens. Hal ini ditandai dengan ke-3 isolat mempunyai koloni bentuk bulat, tepi

rata, fluidal dan berpendar di media King’s B setelah disinari UV 620 nm (Gambar 1

B). Pijaran yang dihasilkan P. fluorescens berasal dari pigmen pyoverdin dan atau

fenazin yang dihasilkan bakteri di dalam medium King’s B, sehingga terlihat berpijar

bila terkena sinar UV.

Menurut Todar (2004), bakteri Pseudomonas paling dominan menghasilkan

pyocyanin yang merupakan pigmen biru-hijau, sedangkan non patogen saprofit P.

fluorescens memproduksi pigmen fluorescent yang dapat larut dan kehijauan.

Uji Pewarnaan Gram

a b c
Gambar 2 Pewarnaan gram ketiga isolate P.fluorescens asal : a. bambu,
b. rumput gajah, c. gelagah.

Hasil ini diperkuat dengan pengujian pewarnaan gram yang dilakukan. Pada

pengujian pewarnaan gram diperoleh ketiga isolat yang didapat masuk dalam

kelompok bakteri gram negatif. Hal ini dilihat ketiga isolat berwarna merah (Gambar

2). Bakteri ini berbentuk batang lurus atau lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1

1μm x 1.5-4.0 μm, tidak membentuk spora dan bereaksi negatif terhadap pewarnaan

Universitas Sumatera Utara


gram (Brock & Madigan 1988 dalam Hasanuddin, 2003). Begitu pula menurut Meera

dan Balabaskar (2012), dari hasil uji biokimia untuk identifikasi P. fluorescens

dengan pewarnaan gram menghasilkan gram negatif.

Uji Kemampuan Menfiksasi Nitrogen (N) Bebas.

Pengujian kemampuan menfiksasi N bebas dari ketiga isolat dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1: Uji kemampuan menfiksasi nitrogen (N) bebas

Respon pada pengamatan


Perlakuan
4 hsi 8 hsi 12 hsi
P.fluorescens asal bambu (+) (+) (-)
P.fluorescens asal rumput gajah (-) (-) (-)
P.fluorescens asal gelagah (-) (-) (-)
Keterangan :
+ = hidup.
- = mati
hsi = hari setelah inkubasi

Pengujian kemampuan menfiksasi N bebas dari ketiga isolat dapat dilihat pada

Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat pada pengamatan 4 hsi dan 8 hsi P. fluorescens

asal bambu memiliki kemampuan menfiksasi N bebas. Hal ini ditandai dengan

terjadinya pertumbuhan bakteri (+). Sedangkan P. fluorescens asal rumput gajah dan

gelagah mulai 4 hsi sampai 12 hsi tidak memiliki kemampuan menfiksasi N bebas

ditandai dengan tidak terjadinya pertumbuhan bakteri (-). Pseudomonas fluorescens

yang hidup di daerah perakaran tanaman dapat berperan sebagai jasad renik pelarut

fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur tumbuh bagi tanaman

(Farvel, 1988 dalam Baharudin et al., 2005) sehingga dengan kemampuan tersebut

Universitas Sumatera Utara


dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biologis yang dapat menyediakan hara untuk

pertumbuhan tanaman.

Selanjutnya Susilowati et al. (2007) menyatakan tanaman membutuhkan hara

N yang cukup besar, dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dari aktivitas bakteri penambat

N 2 , baik yang berada di sekitar perakaran dan bintil akar (rhizosfer) maupun di dalam

jaringan tanaman (diazotrof endofit).

Fiksasi nitrogen sangat penting untuk lingkungan dan pertanian

berkelanjutan. Sebagian besar tanaman mengasimilasi nitrogen hanya dari tanah

melalui penambahan pupuk. Sumber alternatif lain adalah rhizobia yang mampu

menyebabkan pembentukan nodula pada akar dari tanaman legum sebagai tanaman

inang. Organ tanaman khusus diserang oleh bakteria yang menfiksasi nitrogen dalam

keadaan bakteroid endosimbiotik dalam sel tanaman. Proses ini melibatkan

pengenalan spesifik dan diferensiasi berkembang baik bakteri dan sel tanaman

inang. Rhizobia berhadapan dengan bermacam-macam kondisi lingkungan seperti

bakteria yang hidup bebas dalam tanah, selama proses infeksi dan seperti diferensiasi

bakteroid dalam sel tanaman (Dewi, 2007).

Uji Aktivitas Selulosa

Hasil uji coba analisis aktivitas selulosa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2 : Uji aktifitas selulosa

Perlakuan Pengamatan
3 hsi
P.fluorescens asal bambu (+)
P.fluorescens asal rumput gajah (-)
P.fluorescens asal gelagah (+)

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
+ = terbentuk halo
- = tidak terbentuk halo

Dari Tabel 2, didapat P. fluorescens asal bambu dan gelagah membentuk zona

bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri pada 3 hsi, yang menunjukkan Selulosa

telah dihidrolisis oleh bakteri menjadi sakarida yang lebih sederhana. Sedangkan uji

P. fluorescens asal rumput gajah memberikan hasil yang sebaliknya yakni tidak

terbentuk zona bening (-).

Menurut Yuliar (2008), zona bening (halo) yang terbentuk karena adanya

aktivitas selulosa yang mengandung surfaktin dapat berperan sebagai anti jamur

dengan cara membentuk misel dengan komponen membran sel jamur.

Benhamou (1996) melaporkan enzim selulase dan pektinase yang dihasilkan

P. fluorescens dapat digunakan oleh bakteri tersebut untuk mengkolonisasi daerah

interselluler jaringan korteks akar, sehingga terjadi penghambatan invasi patogen.

Kemampuan P.fluorescens memproduksi enzim selulosa menjadikan mikroorganisme

tersebut mampu menghidrolisa selulosa menjadi glukosa atau gula-gula yang lain

yang larut dan dapat digunakan sebagai sumber carbon bagi pertumbuhannya.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/HMU-3.pdf?sequence=7.

Persentase Perkecambahan Benih Cabai

Persentase perkecambahan benih dihitung pada umur 3, 6, 9 hari setelah semai

(hss) dalam polibek. Perhitungan berdasarkan persentase jumlah benih berkecambah

(BK) pada pengamatan pertama (3 hss), kedua (6 hss) dan ketiga (9 hss), per 100

benih. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3 : Persentase perkecambahan benih cabai

Pengamatan
Perlakuan
3 hss 6 hss 9 hss
C 0 = Kontrol (tanpa P. fluorescens) 44.44 a 55.00 c 80.00 c
(13.33) (16.67) (24.00)
C 1 = P. fluorescens asal bambu 32.22 b 65.56 b 87.78 b
(9.67) (20.00) (26.33)
C 2 = P. fluorescens asal rumput gajah 22.22 c 67.78 b 88.89 b
(6.67) (20.67) (26.67)
C 3 = P. fluorescens asal gelagah 35.56 b 98.89 a 100 a
(10.67) (29.67) (30.00)
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat persentase perkecambahan yang dimulai

pada 3 hari setelah semai, terlihat persentase tertinggi terlihat pada perlakuan C 3

(seed coating + P. fluorescens asal gelagah) diikuti C 0 (kontrol), C 1 (seed coating +

P. fluorescens asal bambu) dan C 2 (seed coating + P. fluorescens asal rumput gajah).

Perlakuan dengan pemberian P.fluorescens dengan pertambahan umur, maka semakin

meningkat daya kecambah cabai. Sedangkan pada kontrol (tanpa pemberian

P.fluorescens) sekalipun meningkat, tetapi masih di bawah daya kecambah dari

pemberian P. fluorescens. Daya kecambah paling tinggi yaitu dengan pemberian P.

fluorescens asal gelagah yang lebih efektif dari P. fluorescens asal bambu dan rumput

gajah. Sejalan dengan hasil penelitian Taufik (2005), yang melaporkan terjadi

peningkatan pertumbuhan pada benih cabai Tit Segitiga yang diberi perlakuan PGPR

dibanding tanpa perlakuan. Sutariati et al. (2006), mengatakan perlakuan benih

dengan berbagai isolat rizobakteri (P. fluorescens) memberikan dampak positif

terhadap perkecambahan benih (daya kecambah) dan pertumbuhan bibit cabai.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Parjono (2008) kemampuan isolat Pseudomonas sp Crb97, Crb102

dan Crb106 untuk memacu pertumbuhan kecambah kemungkinan karena isolat

Pseudomonas sp. tersebut memproduksi hormon tumbuh yang dapat dimanfaatkan

oleh kecambah. Keterlibatan hormon merupakan salah satu faktor penting dalam

pemacuan pertumbuhan.

Wuryandari (2003) menyebutkan memperlakukan biji menggunakan metode

penyelimutan biji dengan bakteri P. fluorescens akan memberikan kesempatan

bakteri tersebut untuk berkembang menyelimuti biji. Kondisi ini akan meningkatkan

populasi P. fluorescens sebelum disemai dan bila biji berkecambah mengandung P.

fluorescens yang selanjutnya berkembangbiak mengkoloni sistem akar atau rizosfer.

Menurut Rao et al. (2004), pemberian P. chlamydosporia dan P. fluorescens

meningkatkan pertumbuhan bibit dari paprika, dimana terjadi kolonisasi oleh bio

agens dari kombinasi kedua bakteri tersebut dan mengkolonisasi akar saat pindah ke

lapangan. Selanjutnya Gholami et al. (2009) menyatakan, PGPR meningkatkan

perkecambahan benih hingga 18,5%.

Periode Inkubasi

Pada Tabel 4 di bawah, terlihat terdapatnya perbedaan gejala virus pada

tanaman dari setiap perlakuan. Munculnya gejala dari yang paling cepat sampai

paling lambat dari setiap perlakuan berturut-turut adalah kontrol (8,67 hst), A 2 C 2

(32,00 hst), A 1 C 2 (32,83 hst), A 1 C 1 (33,67 hst), A 2 C 1 (34,08 hst), A 2 C 3 (34,33 hst),

dan A 1 C 3 (37,33 hst). Antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,

tetapi dari hasil analisis statistik P. fluorescens asal gelagah memperlihatkan gejala

Universitas Sumatera Utara


lebih lama dibanding dengan tanaman yang diberi P.fluorescens asal bambu dan asal

rumput gajah. Artinya P. fluorescens asal gelagah lebih efektif dalam memperlambat

perkembangan penyakit virus atau menunda pemunculan gejala awal sehingga

ekspresi gejala yang muncul lebih lama dari tanaman dengan pemberian bakteri P.

fluorescens asal bambu dan rumput gajah.

Tabel 4. Periode inkubasi penyakit akibat virus pada tanaman cabai.

PERLAKUAN Periode Inkubasi


(hari)
Aplikasi
A1 34.61
A2 33.47
Seed Coating (SC)
C1 33.88 ab
C2 32.42 b
C3 35.83 a
Interaksi
A1C1 33.67 a
A1C2 32.83 a
A1C3 37.33 a
A2C1 34.08 a
A2C2 32.00 a
A2C3 34.33 a
Kontrol 8.67 b

Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.

Menurut Soesanto (2000) dan Rokhlani (2005) sistem ketahanan yang dimiliki

oleh tiap-tiap tanaman akan menunjukkan perbedaan masa inkubasi dan tingkat

virulensi virus yang menginfeksi. Cepatnya periode inkubasi diduga pada tanaman

yang tidak diberi P.fluorescens (kontrol) karena beberapa faktor, seperti tidak adanya

penghambatan patogen yang bergerak sangat agresif oleh mikroba lain. Selain itu

Universitas Sumatera Utara


dapat juga dikarenakan kesesuaian hidup patogen dengan cabai tanpa pemberian P.

fluorescens. Sedangkan lebih lamanya periode inkubasi pada tanaman yang diberi P.

fluorescens dikarenakan kemampuannya dalam menghambat patogen.

Metabolit sekunder yang dihasilkan bakteri P. fluorescens sangat berperan

dalam periode inkubasi, seperti siderofor yang memiliki kemampuan menghambat

perkembangan patogen. Menurut Kanimozhi dan Perinbam (2011), P. fluorescens

LP1 menghasilkan metabolit sekunder siderofor sebagai agens phytophatogen. Hal

yang sama juga diutarakan oleh Prashant et al. (2009), pemurnian siderofor dari

Acinetobacter calcoaceticus pada 500 ug / mL konsentrasi menghambat pertumbuhan

Aspergillus niger sampai dengan 30,00%, A. flavus hingga 10,71%, Colletotrichum

paprika hingga 21,57%, dan Fusarium oxysporum hingga 15,12%. Hal ini

menunjukkan bahwa kedua supernatan siderofor kaya metabolit yang memiliki

potensi penghambatan terhadap jamur pytopatogenik.

Persentase kejadian penyakit

Pengamatan persentase kejadian penyakit pada 1 mst sampai 8 mst dapat

dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Persentase kejadian penyakit virus pada

perlakuan pemberian P. fluorescens asal gelagah lebih rendah dibanding P.

fluorescens asal bambu dan rumput gajah, berturut-turut A 1 C 3 (2 mst), A 1 C 3 (3,67

mst), A 2 C 1 (3,67 mst), A 1 C 1 (3.33 mst), A 1 C 2 (4mst), A 2 C 2 (4 mst). Pada kontrol

tanpa pemberian P. fluorescens menunjukkan persentase serangan yang mengalami

peningkatan seiring dengan bertambahnya umur tanaman (8 mst).

Universitas Sumatera Utara


Persentase kejadian penyakit dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Persentase kejadian penyakit

Pengamatan ke- … (Minggu Setelah Tanam)


Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
Aplikasi
A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.67 1.67 2.56 b 3.11 b
A2 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 2.00 3.00 a 3.78 a
Seed Coating
C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.83 1.83 2.83 3.50 a
C2 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 b
C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.67 1.67 2.50 2.83 c
Interaksi
A1C1 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.67 a 1.67 a 2.67 a 3.33 a
A1C2 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 1.00 a 2.00 a 3.00 a 4.00 a
A1C3 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.33 a 1.33 a 2.00 a 2.00 a
A2C1 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 1.00 a 2.00 a 3.00 a 3.67 a
A2C2 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 1.00 a 2.00 a 3.00 a 4.00 a
A2C3 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 1.00 a 2.00 a 3.00 a 3.67 a
Kontrol 1.33 b 2.33 b 3.33 b 4.33 b 5.33 b 6.33 b 7.33 b 8.00 b

Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.

Pseudomonas fluorescens asal gelagah lebih efektif dibanding P. fluorescens

asal bambu dan rumput gajah. Hal ini menunjukkan P. fluorescens mempunyai

kemampuan untuk menghambat infeksi patogen. Perbedaan kejadian penyakit ini

dapat disebabkan perbedaan ketahanan yang dimiliki oleh tanaman. Selain itu

kejadian penyakit dapat lebih tinggi akibat serangan ganda dari jenis virus dan sangat

berbeda bila tanaman mendapat serangan satu jenis virus saja.

Pada tanaman yang terinfeksi ganda terjadi interaksi antara kedua virus yang

bersifat meningkatkan kemampuan salah satu atau kedua virus dalam proses

perkembangan dan penyebarannya di dalam sel tanaman terinfeksi. Virus bergerak ke

Universitas Sumatera Utara


jaringan tanaman melalui pembuluh floem dan akan tersebar ke seluruh bagian

tanaman bersamaan dengan peredaran hasil fotosintat (Martin et al., 2004). Semakin

cepat proses perkembangan dan penyebaran virus di dalam sel tanaman, maka gejala

sistemik muncul semakin cepat dan tingkat keparahannya semakin tinggi.

Hasil yang sama disampaikan oleh Wardanah (2007), bahwa pemberian

campuran (P. fluorescens saja atau B. polymixa) keduanya menurunkan tingkat

kejadian penyakit mosaik pada tanaman cabai yang disebabkan oleh TMV.

Anti mikrobia yang dihasilkan oleh kelompok P. fluorescens antara lain

pioluteorin, pirolnitrin, fenazines dan fusarisidin (Beatty dan Susan 2002). Menurut

Ongena et al., (1999), siderophore berperan dalam mekanisme induced systemic

resistance (ISR). Pada kondisi ini, siderophore menghasilkan senyawa pyoverdin,

pyocelin dan asam salisilat. Asam salisilat tersebut berperan sebagai transinduksi

signal yang mengaktifkan gen-gen penginduksi pembentukan systemic acquered

resistant (SAR) (Wahyuni, 2001), Ketahanan yang terbentuk tersebut efektif

menekan perkembangan patogen termasuk cendawan, bakteri, dan virus (Chivasa et

al., 1997). Banyak kajian menyatakan bahwa akumulasi asam salisilat berasosiasi

dengan respon fisiologi tanaman terhadap serangan penyakit (Saikia et al., 2006).

Parjono (2008) menyatakan Pseudomonas sp Crb3 mampu menekan kejadian

penyakit sebesar 83.33%.

Disamping itu kemampuan P. fluorescens dalam menghasilkan senyawa

antimikrobia 2,4-diacetylphloroglucinol (DAPG), phenazines, hidrogen sianida dan

surfaktan (Haas dan De'fago, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman dengan pemberian bakteri P.

fluorescens dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan tinggi tanaman (cm) pengamatan I sampai dengan


pengamatan XII.

Perlakuan Pengamatan ke- … (Minggu Setelah Tanam)


2 4 6 8 10 12
Aplikasi
A1 23.08 42.66 68.48 89.22 a 104.78 118.05
A2 21.83 41.59 64.88 83.34 b 98.48 111.34
Seed Coating (SC)
C1 21.02 a 41.44 67.68 87.62 105.54 120.35
C2 24.75 b 44.38 67.17 86.88 101.86 113.59
C3 21.58 b 40.58 65.18 84.34 97.49 110.15
Interaksi
A1C1 20.79 a 39.62 a 65.97 a 88.53 a 106.74 a 122.11 a
A1C2 25.51 a 45.52 a 71.00 a 91.04 a 108.06 a 118.37 a
A1C3 22.93 a 42.85 a 68.46 a 88.08 a 99.55 a 113.67 a
A2C1 21.25 a 43.25 a 69.39 a 86.70 a 104.33 a 118.58 a
A2C2 24.00 a 43.23 a 63.33 a 82.72 a 95.67 a 108.82 a
A2C3 20.23 a 38.30 a 61.90 a 80.60 a 95.43 a 106.63 a
Kontrol 10.57 b 25.84 b 38.10 b 49.45 b 52.37 b 53.86 b
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.

Hasil uji statistik aplikasi P.fluorescens tidak menunjukkan hasil yang nyata

terhadap tinggi tanaman. Tetapi P. fluorescens asal bambu lebih efektif dibanding

dengan P. fluorescens asal rumput gajah dan gelagah. Berturut-turut dapat dilihat

A 1 C 1 (122,11 cm), A 2 C 1 (118,58 cm), A 1 C 2 (118,37 cm), A 1 C 2 (108,82 cm), A 1 C 3

(113,67 cm), A 2 C 2 (108,82 cm), A 2 C 3 (106,63 cm).

Ilyas (2003) menambahkan bahwa penggunaan seed coating dalam industri

benih sangat efektif karena dapat memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya

Universitas Sumatera Utara


simpan, mengurangi resiko tertular penyakit dari benih disekitarnya, dan dapat

digunakan sebagai pembawa zat aditif, misalnya antioksidan, anti mikroba, repellent,

mikroba antagonis, zat pengatur tumbuh dan lain-lain. Menurut Sutariati et al. (2006),

aplikasi P. fluorescens nyata meningkatkan tinggi tanaman cabai. Selanjutnya

menurut Sutariati et al. (2006), perlakuan dengan isolat P. fluorescens PG01, PG22,

dan PG07 secara nyata meningkatkan tinggi dan jumlah daun bibit cabai

dibandingkan dengan perlakuan standar. Ashrafuzzaman et al. (2009), juga

mengatakan bahwa isolat PGPR berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman padi

dibanding dengan perlakuan tanpa pemberian PGPR.

Tanaman yang terinfeksi virus akan terjadi penurunan zat pengatur tumbuh

(hormon) dan peningkatan kadar senyawa penghambat pertumbuhan (Agrios 1997).

Menurut Semangun (2000), TMV yang menginfeksi tanaman cabai dapat

menghambat pertumbuhan tinggi tanaman sampai mengakibatkan tanaman kerdil.

Pseudomonas sp. banyak dilaporkan sebagai penghasil fitohormon dalam

jumlah besar khususnya IAA. IAA merupakan hormon pertumbuhan kelompok

auksin yang berguna untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Auksin berfungsi

untuk meningkatkan pertumbuhan sel batang, menghambat proses pengguguran daun,

merangsang pembentukan buah, serta merangsang pertumbuhan kambium dan

menghambat pertumbuhan tunas ketiak (Tjondronegoro et al., 1989). Katiyar dan

Goel (2003), P. fluorescens dengan kode CRPF2 bisa melarutkan P ke tingkat yang

lebih tinggi ditandai dengan meningkatnya panjang tunas dan panjang akar. Hal ini

dapat meningkatkan tinggi tanaman.

Universitas Sumatera Utara


Produksi cabai per tanaman (gram)

Tabel 7. Rataan produksi tanaman (gram) pengamatan I sampai dengan


pengamatan VI.

Perlakuan Pengamatan ke- … (Minggu Setelah Tanam)


1 2 3 4 5 6
Aplikasi
A1 27.78 70.43 120.00 177.78 284.58 258.33
A2 28.47 73.61 123.06 177.22 288.89 260.83
Seed Coating (SC)
C1 27.92 73.75 124.17 178.96 296.46 269.17
C2 26.67 67.08 111.46 162.71 262.71 239.58
C3 29.79 75.23 128.96 190.83 301.04 270.00
Interaksi
A1C1 28.33 a 74.58 a 123.75 a 180.42 a 301.67 a 275.00 a
A1C2 24.58 a 60.83 a 101.67 a 149.17 a 240.83 a 220.42 a
A1C3 30.42 a 75.88 a 134.58 a 203.75 a 311.25 a 279.58 a
A2C1 27.50 a 72.92 a 124.58 a 177.50 a 291.25 a 263.33 a
A2C2 28.75 a 73.33 a 121.25 a 176.25 a 284.58 a 258.75 a
A2C3 29.17 a 74.58 a 123.33 a 177.92 a 290.83 a 260.42 a
Kontrol 11.25 b 25.83 b 47.92 b 95.00 b 125.42 b 107.50 b
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.

Dari Tabel 7 dapat dilihat produksi tanaman cabai pada tanaman yang

mendapat perlakuan pemberian P. fluorescens dan tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Tetapi bila dilihat dari hasil analisis statistik, P. fluorescens asal gelagah lebih efektif

dalam meningkatkan produksi tanaman dibanding dengan P. fluorescens asal bambu

dan rumput gajah berturut-turut sebagai berikut A 1 C 3 (279,58 gr), A 2 C 3 (260,42 gr),

A 1 C 1 (275.00 gr), A 2 C 1 (263,33 gr), A 2 C 2 (258,75 gr), A 1 C 2 (220,42 gr).

Wardanah (2007), menyatakan P. fluorescens, B. polymixa, dan campuran

keduanya dapat berfungsi sebagai PGPR pada tanaman cabai karena dapat

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kombinasi kedua bakteri dapat

mengkompensasi tanaman dari infeksi TMV sehingga tanaman cabai masih dapat

tumbuh dan memproduksi buah dengan baik.

Inokulasi P. fluorescens meningkatkan produksi hingga 100% dan juga

bakteri pelarut Posfat yang diisolasi dari rizosfer padi dapat meningkatkan produksi

5,4-21,6% (Thakuria et al., 2004). Kemampuan isolat bakteri rizosfer sebagai pemacu

pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan kemampuan dalam menyediakan dan

memobilisasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan

mengubah konsentrasi berbagai fitohormon pemacu pertumbuhan tanaman (Kloepper,

2003; Timmusk & Wagner, 2004). Menurut Sutariati (2006), P. fluorescens sebagai

PGPR dapat meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman (biofertilizer). Hal ini sangat

berpengaruh pada peningkatan produksi tanaman.

Menurut Kusumadewi (1999) rizobakteri memungkinkan penyediaan unsur

hara tertentu dari lingkungannya yaitu menambat N 2 dan mensuplai ketanaman.

Rizobakteri juga mampu menghasilkan siderofor yang dapat melarutkan dan

memisahkan besi dari tanah serta menyediakannya untuk tanaman. Genus yang

banyak diketahui sebagai pemacu pertumbuhan antara lain Pseudomonas sp., Bacillus

sp., dan Rhizobium sp.

Senyawa fosfat yang ada dalam lingkungan tumbuh tanaman tidak selalu

dapat mencukupi kebutuhan bagi tanaman sehingga keberadaan bakteri pelarut fosfat

di rizosfer tanaman membantu menyediakan senyawa fosfat bagi tanaman (Sutariati.

2006). Strain P. fluorescens melalui mutagenesesis dapat digunakan sebagai pupuk

posfat untuk meningkatkan produksi tanaman pada suhu rendah (Katiyar et al., 2003).

Universitas Sumatera Utara


Bakteri P. fluorescens memiliki kemampuan untuk melarutkan posfat dan penghasil

siderofor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Parani et al., 2012).

Strain PSB (Phosphate Solubilizing Bacteria) terisolasi mampu melarutkan P,

menghasilkan asam organik, enzim, IAA, dan siderophore kompeten untuk efek

antagonis terhadap patogen R. solani. Karakteristik ini menguntungkan akan

dianggap sebagai pupuk hayati (Panhwar et al., 2012).

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa bakteri P. fluorescens efektif

untuk menginduksi ketahanan tanaman cabai terhadap penyakit virus di lapangan

yang ditandai dengan lamanya periode inkubasi dan kejadian penyakit di

lapangan. Bakteri P. fluorescens juga efektif dalam meningkatkan pertumbuhan

dan produksi tanaman.

2. Perlakuan seed coating dengan P. fluorescens meningkatkan perkecambahan

benih cabai dan memberi ketahanan terinduksi terhadap penyakit virus pada

tanaman cabai di lapangan.

3. Bakteri P. fluorescens sangat berperan sebagai biocontrol dan biofertilizer dari

hasil metabolit sekunder yang dihasilkan seperti produksi N-bebas dan aktivitas

Selulosa.

4. Dari ketiga bakteri sebagai agens induksi ketahanan tanaman, P. fluorescens asal

gelagah paling efektif terhadap parameter pengamatan daya kecambah, periode

inkubasi, kejadian penyakit, dan produksi tanaman.

Saran

1. Bakteri P. fluorescens dapat digunakan sebagai agens induksi ketahanan

tanaman cabai terhadap penyakit virus di lapangan dengan cara seed coating.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakter bakteri P.

fluorescens dalam menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berperan

sebagai biofertilizer dan bioprotecting.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abbott, W. S. (1925). “A method of computing the effectiveness of an insecticide.” J.


Econ. Entomol. 18: 265-267.

Agrios, G. N. 1988. Plant Pathology. Professor and Chairman Dept. of Plant


Pathology University of Florida. Academic Press Inc. Guinesville. hlm: 359.

Agrios, G. N. 1997. Plant Pathology (Fourth ed.). Elsevier academis Press : San
Diego.

Agustin, W. 2010. Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Pemupukan P


untuk Meningkatkan Hasil dan Mutu Benih Cabai (Capsicum annuum L.) J. Agron.
Indonesia 38 (3) : 218 – 224.

Andro, T., J P Chambost, A Kotoujansky, J Cattaneo, Y Bertheau,. F Barras, F Van


Gijsegem and A Coleno. 1984, Mutants of Erwinia chrysanthemi defective in
secretion of pectinase and cellulase. J. Bacteriolgi 160(3):1199.

Arwiyanto Widodo, YMS Maryudani, Nining Nurul Azizah, 2007, Sifat-sifat


Fenotipik Pseudomonas fluoresen, Agensia Pengendalian Hayati Penyakit
Lincat pada Tembakau Temanggung, Phenotypic charactheristics of
fluorescent Pseudomonas, biological control agent of lincat disease of
temanggung tobacco. Biodiversitas Volume 8, Nomor 2 April 2007. Halaman:
147-151. Yogyakarta.

Ashrafuzzaman, M. Fariz Akhtar Hossen, M. Razi Ismail, Md. Anamul Hoque, M.


Zahurul Islam, S.M. Shahidullah and Sariah Meon. 2009. Efficiancy of Plant
Growth promoting rhizobacteria (PGPR) for the enchancement of rice growth.
African Journal of Biotechnology Vol. 8 (7).pp. 1247-1252, 6 April 2009.
Available online at http://www.academicjournals.org/AJB.

Baharuddin, Nursaba, dan T. Kuswinanti. 2005. Pengaruh Pemberian Pseudomonas


fluorescens Dan “Effective Microorganism 4“ Dalam Menekan Penyakit Layu
Bakteri (Ralstonia solanacearum) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum
annum L.). Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fapertahut UNHAS.

Beatty, P.H. and E.J. Susan. 2002. Paenibacillus polymyxa Produces Fusaricidin-type
Antifungal Antibiotics Active Against Leptosphaeria maculans, the Causative
Agent of Blackleg Disease of Canola. Can. Microbiol. 48:159-169.

Benhamou N. (1996). Elicitor-induced plant defence pathways. Trends in Plant


Science 1: 233-240.

Universitas Sumatera Utara


Biokar Diagnostic. 2009. King’s B Agar. Biokar Diagnostics – Rue des Quarante
Mines – ZAC de Ther – Allonne – B.P. 10245 – F60002 Beauvais Cedex –
France Tél : + 33 (0)3 44 14 33 33 – Fax : + 33 (0)3 44 14 33 34 –
www.biokar-diagnostics.com

Chivasa, S., A.M. Murphy, M. Naylor dan J.P. Carr. 1997. Salicylic acid interferst
withTobacco mosaic virus replication via a novel salicylhydroxamic acid-
sensitive mechanism. Plant Cells 9: 547-557.

Departemen Pertanian Badan Karantina Pertanian. 2008. Pedoman Diagnosis OPTIK


golongan Bakteri.

Dewi Intan Ratna, A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Universitas
Padjajaran. Bandung.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Pengenalan dan Pengendalian Hama


Tanaman Sayuran Utama. Jakarta.

Duriat Ati Sri, Neni Gunaeni dan Astri W. Wulandari, 2007, Penyakit Penting pada
tanaman Cabai dan Pengendaliannya, Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balai penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Monografi No. 31.

Duriat dan Muharam, 2003. Pengenalan Penyakit Penting Pada Cabai dan
Pengendaliannya Berdasarkan Epidemologi Terapan. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikuluta, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Lembang-Bandung.

Faccini G, Garzon S, Martines M, Varela A. 2004.Evaluation of the effects of a dual


inoculum of phosphate-solubilizing bacteria and Azotobacter chroococcum,
in creolo potato (Papa “Criolla”) (Solanum phureya) var „YemadeHuevo‟.
http:\www.ag.auburn.edu/argentina/pdfmanuscripts/faccini.pdf .

Gholami,A. S. Shahsavani, and S. Nezarat. 2009. The Effect of Plant Growth


Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Germination, Seedling Growth and Yield
of Maize. World Academy of Science, Engineering and Technology 49.

Haas Dieter and Geneviève Défago. 2005. Biological control of soil-borne pathogens
by fluorescent pseudomonads. Nature Reviews Microbiology | AOP, published
online 10 March 2005; doi:10.1038/nrmicro1129

Hara Shintaro, Yasuyuki Hashidoko, Roman V. Desyatkin, Ryusuke Hatano and


Satoshi Tahara, 2009. High Rate of N2 Fixation by East Siberian Cryophilic
Soil Bacteria as Determined by Measuring Acetylene Reduction in Nitrogen-

Universitas Sumatera Utara


Poor Medium Solidified with Gellan Gum, Published Ahead of Print 13
March 2009. Appl. Environ. Microbiol. 2009, 75(9):2811. DOI:,
10.1128/AEM.02660-08.

Hasanuddin, 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Dalam Sistem


Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Jurusan Hama Dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
http://library.usu.ac.id/download/fp/fp-hasanuddin.pdf. Diakses tanggal.

Hidayah Nurul, diakses tanggal 6 January 2011,


http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/eksplorasi%20
web%202.pdf

http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Pseudomonas_fluorescens. Diakses tanggal


6 January 2011.

http://ehsablog.com/dengan-enzim-limbah-pertanian-menjadi-pakan-ternak-
ruminansia.html. Diakses tanggal 6 January 2011.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/HMU-3.pdf?sequence=7. Diakses pada tanggal 6


January 2011.

Husen Edi, Rasti Saraswati¸ dan Ratih Dewi Hastuti. 2006. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bandung.

Ilyas, S. 2003. Teknologi Pelapisan Benih. Makalah Seminar Benih Pellet. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor. 16 Halaman.

Istikorini Yunik, 2002, Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Hayati Yang


Ekologis Dan Berkelanjutan. Makalah Falsafah Sains. Pasca Sarjana/S3.
Institut Pertanian Bogor.

Kanimozhi S. And K.Perinbam. 2011. Siderophore production by Pseudomonas


fluorescens Lp1 and its application as biocontrol agent. Journal of Pharmacy
Research 2011,4(9),3175-31793175-3179 . Research Article. ISSN: 0974-
6943 Available online through.

Katiyar Vandana and Reeta Goel, 2003. Solubilization of inorganic phosphate and
plant growth promotion by cold tolerant mutants of Pseudomonas fluorescens.
Microbiol. Res. 158: 163–168.

Kelly Rebecca Lines, 2005, The Rizosfer. Soil Biology Basic. Interact with plant
roots. New Department of Primary Industries.

Universitas Sumatera Utara


Kessman, H.; Stamb, T.; Hofmann, C.; Maetzke, T. and Herzog, J. 1994. Induction of
systemic acquired disease resistance in plants by chemicals. Ann. Rev. Plant
Pathology. 32: 439-459.

Kloepper Joseph W. 1996. Host Specificity in Microbe-Microbe Interactions.


Biological control agents vary in specificity for hosts, pathogen control,
ecological habitat and environmental conditions. BioScience vo. 46 No. 6.

Kloepper Joseph W, Sadik Tuzun, Geoffrey W. Zehnder and Gang Wei. 1996.
Multiple Disease Protection by Rhizobacteria that Induce Systemic Resistance
– Historical Precedence (Journal) Publication no. P-1996-1223-010. The
American Phytopathological Society.

Kloepper JW. 2003. A review of mechanisms for plant growth promoting by PGPR.
Six international Workshop on Plant Growth-Promoting Rhizobacteria.
Calicut. India. Oktober 5-10, 2003.

Kusumadewi AAI. 1999. Telaah Konstribusi Kombinasi Bakteri Akar Permacu


Pertumbuhan Tanaman (Pseudomonas putida) dan Nitrogen terhadap Neraca
Nitrogen Tanah serta Adaptibilitas Sorgum pada Inceptisol Sumatra Selatan.
Tesis Pasca Sarjana. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Martin II Lynn B. Jessica Gilliam, Peggy Han, Kelly Lee, Martin Wikelski. 2004.
Corticosterone suppresses cutaneous immune function in temperate but not
tropical House Sparrows, Passer domesticus. General and Comparative
Endocrinology 140 (2005) 126–135.

Meera, T, and P. Balabaskar. 2012. Isolation and characterization of Pseudomonas


fluorescens from rice fields. International Journal of Food, Agriculture and
Veterinary Sciences ISSN: 2277-209X (Online) An Online International
Journal Available at 2012 Vol. 2 (1) January-April, pp.113-120/Meera and
Balabaskar.

Menteri Pertanian RI. 1995. Peraturan Menteri Pertanian Nomor


41I/Kpts/TP.120/6/1995 tentang Pemasukan Agens Hayati ke dalam Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Departemen Pertanian, Jakarta.

Minorsky Peter V. 2008. On The Inside. Division of Health Professions and Natural
Sciences Mercy College Dobbs Ferry, New York 10522.

Mukaromah Fathul. 2005. Pemanfaatan Pseudomonas aeruginosa Sebagai Agen


Pengendali Hayati. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
Surabaya

Universitas Sumatera Utara


Nelson, L. M. 2004. Plant growth promoting rhizobacteria (PGPR): Prospects for new
inoculants. Online. Crop Management doi:10.1094/CM-2004-0301-05-RV.

Nivedhitha,V.R., Shwetha, B., Deepa, Divya D. Dsouza, Manojkumar Nagasampige,


H. and Raghavendra Rao, B., 2008. Plant Growth Promoting Micoorganisms
(PGPMs) from Bamboo Rizosfer. Advanced Biotech. Short Communication.

Ongena M, Daayf F, Jacques P, Thonart P, Benhamou N, Paulitz TC, Cornelis P,


Koedam N, Belanger RR.1999. Protection of cucumber against Pythium root
rot by fluorescent pseudomonads: predominant role of induced resistance over
siderophores and antibiosis. Plant Pathology 48, 66–76.

Panhwar Q. A, R. Othman, Z. A. Rahman, S. Meon and Mohd Razi Ismail. 2012.


Isolation and characterization of phosphate-solubilizing bacteria from aerobic
rice. African Journal of Biotechnology Vol. 11(11), pp. 2711-2719, 7
February, 2012 Available online at http://www.academicjournals.org/AJB
DOI: 10.5897/AJB10.2218 ISSN 1684–5315 © 2012 Academic Journals.

Parani K, and 2B.K. Saha. 2012. Prospects of Using Phosphate Solubilizing


Pseudomonas as Bio Fertilizer. European Journal of Biological Sciences 4 (2):
40-44, 2012. ISSN 2079-2085. © IDOSI Publications.

Parjono. 2008. Pseudomonas sp. Sebagai pemacu pertumbuhan dan Pengendali


hayati fungi patogen akar Tanaman kedelai. Sekolah pascasarjana Institut
pertanian bogor. Bogor

Purnomo Bambang. 2011. MMVII. Epidemiologi Penyakit Tanaman


(httpwww.geocities.wsbpurnomo51epi_filesepi2.pdf) dikunjungi 23
November 2011.

Prashant, S., D., R. Makarand, R., C. Bhushan, L and Chincholkar SudhirB. 2009.
Siderophoregenic Acinetobacter L; isolated from wheat rhizosphere with
strong PGPR activity. Malaysian Journal of Microbiology.5 (1):6-12.

Rao,M.S., D. Naik and M. Shylaja. 2004. Bio-intensive management of root-knot


nematodes On bell pepper using pochonia chlamydospoiua and
pseudomonas fluorescens. Nematology Medit. 32: 159-163.

Rokhlani. 2005. Potensi Pseudomonas fluorescens P.60, Trichoderma harzianum dan


Gliocladium sp. Dalam menekan Fusarium oxysporum f.sp. gladioli in vitro
dan in planta. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto. 58 hal.

Universitas Sumatera Utara


Saikia, R., M. Yadav, S. Varghese, B.P. Singh, D.K. Gogoi, R. Kumar and D.K.
Arora. 2006. Role of riboflavin in induced resistance against Fusarium wilt
and Charcoal rot diseases of chickpea. J. Plant Pathology. 24: 339-347.

Semangun, H. (2000). Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.


Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Semangun,1991. Pengantar llmu Penyakit Tumbuhan.Gama Press.Yogyakarta. 635 H

Setiyowati H., M. Surahman, S.Wiyono, 2007, Pengaruh Seed Coating dengan


Fungisida Benomil dan Tepung Curcuma terhadap Patogen Antraknosa
Terbawa Benih dan Viabilitas Benih Cabai Besar (Capsicum annum L.).
Bulletin Agron. 35 (3): 176-182.

Siregar E. B. M., 2005. Uji Virulensi CMV Asal Sumatera Utara. Fakultas Pertanian
Jurusan Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Soesanto, L. 2000. Ecology and Biological Control of Verticillium dahlliae. Ph.D.


Thesis. Wageningen University, 120 p.

Sudiono dan Purnomo. 2007. Studi Kisaran Inang Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn)
Di Sentra Sayuran Dataran Tinggi Tanggamus.

Supriadi, 2006. Analisis Risiko Agens hayati untuk pengendalian pathogen pada
tanaman, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Jurnal Litbang
Pertanian, 25 (3).

Susilowati, D. N., Saraswati R., Hasttuti, D., dan Yuniarti, E. 2007. Peningkatan
Serapan N pada Kedelai yang Diinokulasi Bakteri Diazotrof Endofit di
Medium Vermiculit. Indonesian Soil and Climate Journal.

Sutariati Gusti Ayu Kade, Widodo, Sudarsono dan Satriyas Ilyas, 2006, Pengaruh
Perlakuan Rizo-bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman Terhadap Viabilitas
Benih serta Pertumbuhan Bibit tanaman Cabai. Effect of Plant Growth
Promoting Rhizobacteria on Seed Germination and Seedling Growth of Hot
Pepper. Buletin Agonomi. (34) (1) 46-54. Institut Pertanian Bogor.

Taufik M., 2005. Cucumber Mosaic Virus dan Chilli Veinal Mottle Virus :
Karakterisasi Isolat Cabai dan Strategi Pengendaliannya. Institut Pertanian
Bogor. Disertasi.

Thakuria, D., N.C. Talukdar, C. Goswami, S. Hazarika, R.C. Boro, M.R. Khan. 2004.
Characterization and screening of bacteria from rhizosphere of rice grown in
acidic soils of Assam. Current Sci 86:978-985.

Universitas Sumatera Utara


Timmusk, S & Wagner EGH. 2004. The plant growth promoting rhizobacterium
Paenibacillus polymyxa induces changes in Arabidopsis thaliana gene
expression-a possible connection between biotic and abiotic stress response.
http://www.ag.aurburn.edu/argentina/pdfmanuscript/timmusk.pdf.

Tjondronegoro PD, Natasaputra M, Gunawan AW, Djaelani M, Suwanto A. 1989.


Botani Umum. Bogor: PAU Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.

Todar K (2004). Pseudomonas and related bacteria. Todar’s online text book of
bacteriology.

Vidhyasekaran, P. dan M. Muthamilan. 1995. Development of Formulations of


Pseudomonas fluorescens for control of Chickpea Wilt. Journal Plant
Disease/vol. 79 No.8

Vidhyasekaran, P. R. Rabindran, M. Muthamilan, K.Nayar, K. Rajappan, N.


Subramanian and K.Vasumathi. 1997. Plant Pathology (1997) 46, 291-297.
Development of a powder formulation of Pseudomonas fluorescens for
control of rice blast. Jurnal.

Wahyuni, W.S. 2001. Peranan asam salisilat, H 2 O 2 , dan CaCl 2 sebagai penginduksi
ketahanan tanaman terhadap infeksi Cucumber mosaic virus. Pros. Hasil
Penelitian Hibah DUE Project Ubiversitas Jember 1: 35-41.

Wardanah Tahliyatin. 2007. Pemanfaat bakteri perakaran pemaacu pertumbuhan


tanaman (Plant growth promoting rhizobacteria) untuk mengendalikan
penyakit mosaic tembakau (Tobacco Mosaic Virus) pada tanaman cabai.
Program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Bogor.

Wei, G., Kloepper, J. W., and Tuzun, S. 1996. Induced systemic resistance to
cucumber diseases and increased plant growth by plant growth-promoting
rhizobacteria under field conditions. Phytopathology 86:221-224.

Wuryandari, Y. 2003. Formulasi Pseudomonas putida strain Pf-20 untuk


pengendalian biologi penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum pada
tembakau. Disertasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Yanti Yulmira, Gustian dan Haliatur Rahma. 2008. Aplikasi Agen Hayati
(Pseudomonas fluorescens sebagai penginduksi Ketahanan untuk
meningkatkan Produksi Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Virus Kuning di
Kecamatan Kuranji Kotamadya Padang. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Department Pendidikan Nasional.

Universitas Sumatera Utara


Yuliar. 2008. Skrining Bioantagonistik Bakteri untuk Agen Biokontro Rhizoctonia
solani dan Kemampuannya dalam Menghasilkan Surfaktin. Biodiversitas S
ISSN: 1412-033X Volume 9, Nomor 2 April 2008. Halaman: 83-86

Zhang Yilan. 2004. Biocontrol of Sclerotinia stem Rot of Canola by Bacterial


Antagonists and Study of Biocontrol Mechanisms Involved (Thesis).
Department of Plant Science University of Manitoba. Canada.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1:
DENAH PENELITIAN

ULANGAN

I II III

50 cm 50 cm
A1C0 A2C2 A1C3
40 cm

A1C1 A1C0 A2C3

A2C2 A1C3 A1C2

A2C1 A2C1 A2C1

A1C2 A1C1 A1C1

A2C3 A2C3 A2C2

A1C3 A1C2 A1C0

U
Tanaman gawang

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 :

DENAH PLOT

X X

X X

X X

X X

X = Tanaman Cabai
Jarak Tanam = 60 cm x 70 cm.
Jarak tanaman gawangan = 60 cm x 60 cm
Lebar Plot = 100 cm x 210 cm
Lebar plot tanaman gawangan = 40 cm
Jarak antar plot dengan plot gawangan = 40 cm
Jarak antar Ulangan = 100 cm
Luas Lahan = 6,8 m x 26,2 m
Jumlah tanaman sampel = 4 x 21 = 84 tanaman
Total tanaman = 8 x 21= 168 tanaman

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 :

DESKRIPSI TANAMAN CABAI


DARI BENIH LADO F1 CAP PANAH MERAH

Cabe keriting hibrida untuk dataran rendah, bentuk buah ramping, ujung buah

runcing dengan warna agak mengkilat, panjang buah 14,5 – 17,0 cm diameter 10

mm, tahan terhadap transportasi jauh. Cocok ditanaman untuk segala musim.

Toleran layu bakteri, dapat dipanen pada umur 115-120 HST, dengan potensi

hasil 1-1,2 kg per tanaman.

Varietas : LADO F1 (Cabe Keriting Hibrida)


Daya Tumbuh : 85%
Panen : 115 – 120 hari setelah tanam
Berat (gr) : 3-4 gr
Hasil (ton/ha) : 18 – 20 ton/ha
% Kemurnian : 98%
% Kemurnian Fisik : 99%

Lot ini telah diuji dan Bebas Penyakit bercak Bakteri dan TMV/ToMV dari

10.000 butir benih.

Sumber :
http://www.eastwestindo.com/index.php/ourseeds/varietydetail/20

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 : Tabel Rataan Perkecambahan Benih 3 hari setelah semai (hss)

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 14 12 14 40.00 13.33
P.fluorescens asal bambu 9 10 10 29.00 9.67
P.fluorescens asal rumput gajah 7 8 5 20.00 6.67
P.fluorescens asal gelagah 10 12 10 32.00 10.67
TOTAL 40.00 42.00 39.00 121.00
RATAAN 10.00 10.50 9.75 10.08

Tabel Sidik Ragam Perkecambahan Benih 3 hari setelah semai (hss).

Nilai F
SK DB JK KT
F hit Ket. F tabel ( 0.5)
Ulangan 2 1.17 0.58 0.37 tn 3.98
Perlakuan 3 68.25 22.75 14.37 * 3.98
Galat 6 9.50 1.58
Total 11 78.92
KK 12.48%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5 : Tabel Rataan Perkecambahan Benih 6 hari setelah semai (hss)

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 18 15 17 50 16.67
P.fluorescens asal bambu 21 20 19 60 20.00
P.fluorescens asal rumput gajah 21 22 19 62 20.67
P.fluorescens asal gelagah 30 29 30 89 29.67
TOTAL 90.00 86.00 85.00 261.00
RATAAN 22.50 21.50 21.25 21.75

Tabel Sidik Ragam Perkecambahan Benih 6 hari setelah semai (hss).

Nilai F
SK DB JK KT
F hit Ket. F tabel ( 0.5)
Ulangan 2 0.79 0.39 0.27 tn 3.98
Perlakuan 3 289.23 96.40 66.42 * 3.98
Galat 6 8.71 1.45
Total 11 298.73
KK 5.59%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6 : Tabel Rataan Perkecambahan Benih 9 hari setelah semai (hss)

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 24 24 24 72.00 24.00
P.fluorescens asal bambu 27 26 26 79.00 26.33
P.fluorescens asal rumput gajah 27 27 26 80.00 26.67
P.fluorescens asal gelagah 30 30 30 90.00 30.00
TOTAL 108.0 107.0 106.0 321.00
RATAAN 27.00 26.75 26.50 26.75

Tabel Sidik Ragam Perkecambahan Benih 9 hari setelah semai (hss).

Nilai F
SK DB JK KT
F hit Ket. F tabel ( 0.5)
Ulangan 2 0.50 0.25 1.8 tn 3.98
Perlakuan 3 54.92 18.30 131.8 * 3.98
Galat 6 0.83 0.14
Total 11 56.25
KK 1.39%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan I

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 4.33 7.45 7.85 19.63 6.54
A1C1 12.55 13.40 15.90 41.85 13.95
A1C2 16.73 19.63 19.28 55.63 18.54
A1C3 13.23 17.40 17.15 47.78 15.93
A2C1 12.65 13.18 15.28 41.10 13.70
A2C2 13.95 18.38 19.08 51.40 17.13
A2C3 13.20 11.25 16.78 41.23 13.74
TOTAL 86.63 100.68 111.30 298.60
RATAAN 12.38 14.38 15.90 14.22

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan I.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 43.77 21.88 12.67 * 3.88
Perlakuan 2 2.84 1.42 0.82 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 206.30 206.30 119.41 * 4.76
Galat 12 20.73 1.73 _ _ _
Total 20 333.30 _ _ _ _
KK 9.24%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan II.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 8.18 12.65 10.88 31.70 10.57
A1C1 18.75 21.25 22.38 62.38 20.79
A1C2 23.95 26.53 26.05 76.53 25.51
A1C3 18.53 25.55 24.70 68.78 22.93
A2C1 19.68 22.18 21.90 63.75 21.25
A2C2 19.98 25.73 26.30 72.00 24.00
A2C3 18.20 20.00 22.50 60.70 20.23
TOTAL 127.25 153.88 154.70 435.83
RATAAN 18.18 21.98 22.10 20.75

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan II.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 69.67 34.84 23.12 * 3.88
Perlakuan 2 7.60 3.80 2.52 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 363.21 363.21 241.08 * 4.76
Galat 12 18.08 1.51 _ _ _
Total 20 514.21 _ _ _ _
KK 5.91%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan III.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 14.13 19.30 15.25 48.68 16.23
A1C1 26.43 30.30 30.20 86.93 28.98
A1C2 33.58 35.83 33.53 102.93 34.31
A1C3 25.08 34.80 34.98 94.85 31.62
A2C1 28.23 33.03 29.38 90.63 30.21
A2C2 26.60 35.60 34.90 97.10 32.37
A2C3 24.28 29.15 28.23 81.65 27.22
TOTAL 178.30 218.00 206.45 602.75
RATAAN 25.47 31.14 29.49 28.70

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan III.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 119.17 59.59 14.53 * 3.88
Perlakuan 2 23.93 11.97 2.92 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 544.88 544.88 132.86 * 4.76
Galat 12 49.21 4.10 _ _ _
Total 20 809.09 _ _ _ _
KK 7.06%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan IV.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 22.03 33.28 22.20 77.51 25.84
A1C1 38.99 41.20 38.68 118.86 39.62
A1C2 47.38 43.78 45.40 136.55 45.52
A1C3 34.98 46.65 46.93 128.55 42.85
A2C1 40.75 47.10 41.90 129.75 43.25
A2C2 34.00 48.93 46.78 129.70 43.23
A2C3 36.30 42.40 36.20 114.90 38.30
TOTAL 254.42 303.33 278.08 835.82
RATAAN 36.35 43.33 39.73 39.80

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan IV.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 170.89 85.45 5.29 * 3.88
Perlakuan 5 106.27 21.25 1.32 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 682.56 682.56 42.27 * 4.76
Galat 12 193.79 16.15 _ _ _
Total 20 1153.51 _ _ _ _
KK 10.10%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan V.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 34.37 47.20 32.83 114.40 38.13
A1C1 51.63 52.00 48.55 152.18 50.73
A1C2 61.18 50.75 57.38 169.30 56.43
A1C3 44.83 58.70 60.25 163.78 54.59
A2C1 53.23 63.13 50.45 166.80 55.60
A2C2 41.35 60.28 57.78 159.40 53.13
A2C3 48.28 55.48 47.40 151.15 50.38
TOTAL 334.84 387.53 354.63 1077.00
RATAAN 47.83 55.36 50.66 51.29

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan V.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 202.34 101.17 2.59 tn 3.88
Perlakuan 5 95.26 19.05 0.49 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 605.45 605.45 15.50 * 4.76
Galat 12 468.72 39.06 _ _ _
Total 20 1371.76 _ _ _ _
KK 12.19%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan VI.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 39.20 49.03 26.08 114.30 38.10
A1C1 65.65 66.33 65.93 197.90 65.97
A1C2 75.08 64.13 73.80 213.00 71.00
A1C3 58.75 72.45 74.18 205.38 68.46
A2C1 65.65 74.33 68.20 208.18 69.39
A2C2 53.75 70.15 66.10 190.00 63.33
A2C3 60.58 65.83 59.30 185.70 61.90
TOTAL 418.65 462.23 433.58 1314.45
RATAAN 59.81 66.03 61.94 62.59

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan VI.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 140.11 70.06 1.53 tn 3.88
Perlakuan 5 191.21 38.24 0.84 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 2099.65 2099.65 45.85 * 4.76
Galat 12 549.50 45.79 _ _ _
Total 20 2980.47 _ _ _ _
KK 10.81%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 13 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan VII.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 43.50 53.33 40.70 137.53 45.84
A1C1 78.33 79.78 75.55 233.65 77.88
A1C2 87.63 75.10 81.85 244.58 81.53
A1C3 71.33 83.40 84.73 239.45 79.82
A2C1 77.23 84.10 74.65 235.98 78.66
A2C2 65.35 81.78 80.70 227.83 75.94
A2C3 72.30 77.70 71.00 221.00 73.67
TOTAL 495.65 535.18 509.18 1540.00
RATAAN 43.50 53.33 40.70 137.53 45.84

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan VII.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 115.29 57.65 1.68 tn 3.88
Perlakuan 5 117.43 23.49 0.69 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 2645.27 2645.27 77.18 * 4.76
Galat 12 411.31 34.28 _ _ _
Total 20 3289.31 _ _ _ _
KK 7.98%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 14 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan VIII.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 46.90 57.33 44.13 148.36 49.45
A1C1 89.70 90.00 85.90 265.60 88.53
A1C2 99.13 83.68 90.33 273.13 91.04
A1C3 82.33 91.75 90.15 264.23 88.08
A2C1 86.88 90.83 82.40 260.10 86.70
A2C2 75.15 86.53 86.48 248.15 82.72
A2C3 81.95 82.88 76.98 241.80 80.60
TOTAL 562.03 582.98 556.36 1701.36
RATAAN 80.29 83.28 79.48 81.02

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan VIII.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 56.16 28.08 0.93 tn 3.88
Perlakuan 2 37.35 18.67 0.62 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 3487.06 3487.06 115.08 * 4.76
Galat 12 363.62 30.30 _ _ _
Total 20 4135.18 _ _ _ _
KK 6.79%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan IX.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 49.80 61.13 47.33 158.26 52.75
A1C1 99.85 99.60 95.83 295.28 98.43
A1C2 109.28 91.58 97.65 298.50 99.50
A1C3 92.80 96.30 97.65 286.75 95.58
A2C1 94.58 97.85 90.73 283.15 94.38
A2C2 83.00 92.18 92.90 268.08 89.36
A2C3 89.45 88.68 83.25 261.38 87.13
TOTAL 618.75 627.30 605.33 1851.38
RATAAN 88.39 89.61 86.48 88.16

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan IX.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 35.03 17.52 0.57 tn 3.88
Perlakuan 2 29.78 14.89 0.49 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 4388.13 4388.13 143.56 * 4.76
Galat 12 366.80 30.57 _ _ _
Total 20 5153.77 _ _ _ _
KK 6.27%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 16 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan X.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 53.37 65.03 38.73 157.12 52.37
A1C1 107.38 108.68 104.18 320.23 106.74
A1C2 117.53 97.95 108.70 324.18 108.06
A1C3 100.50 100.30 97.85 298.65 99.55
A2C1 102.70 106.48 103.83 313.00 104.33
A2C2 90.48 98.25 98.28 287.00 95.67
A2C3 96.88 95.08 94.35 286.30 95.43
TOTAL 668.82 671.75 645.90 1986.47
RATAAN 95.55 95.96 92.27 94.59

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan X.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 57.24 28.62 0.63 tn 3.88
Perlakuan 5 459.14 91.83 2.01 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 6238.99 6238.99 136.44 * 4.76
Galat 12 548.70 45.73 _ _ _
Total 20 7304.08 _ _ _ _
KK 7.15%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 17 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan XI.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 56.60 68.45 41.63 166.68 55.56
A1C1 115.68 116.80 113.85 346.33 115.44
A1C2 124.13 105.10 110.15 339.38 113.13
A1C3 107.65 107.20 109.98 324.83 108.28
A2C1 111.43 115.05 108.88 335.35 111.78
A2C2 98.65 104.88 106.08 309.60 103.20
A2C3 104.03 101.60 97.00 302.63 100.88
TOTAL 718.15 719.08 687.55 2124.78
RATAAN 102.59 102.73 98.22 101.18

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan XI.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 91.95 45.98 1.00 tn 3.88
Perlakuan 2 29.82 14.91 0.33 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 7284.60 7284.60 159.20 * 4.76
Galat 12 549.08 45.76 _ _ _
Total 20 8424.11 _ _ _ _
KK 6.69%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 18 : Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan XII.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 47.75 70.28 43.55 161.58 53.86
A1C1 122.65 123.30 120.38 366.33 122.11
A1C2 130.63 110.30 114.18 355.10 118.37
A1C3 114.08 112.68 114.25 341.00 113.67
A2C1 118.33 121.85 115.58 355.75 118.58
A2C2 105.03 110.48 110.95 326.45 108.82
A2C3 110.50 107.35 102.05 319.90 106.63
TOTAL 748.95 756.23 720.93 2,226.10
RATAAN 106.99 108.03 102.99 106.00

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan XII.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 99.26 49.63 0.94 tn 3.88
Perlakuan 5 552.48 110.50 2.10 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 9517.38 9517.38 181.03 * 4.76
Galat 12 630.88 52.57 _ _ _
10799.9
Total 20 9 _ _ _ _
KK 6.84%
FK 236792.42
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 19 : Tabel Rataan Produki per tanaman (gram) Pengamatan I.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 12.50 13.75 7.50 33.75 11.25
A1C1 22.50 31.25 31.25 85.00 28.33
A1C2 26.25 16.25 31.25 73.75 24.58
A1C3 26.25 31.25 33.75 91.25 30.42
A2C1 18.75 32.50 31.25 82.50 27.50
A2C2 26.25 28.75 31.25 86.25 28.75
A2C3 22.50 32.50 32.50 87.50 29.17
TOTAL 155.00 186.25 198.75 540.00
RATAAN 22.14 26.61 28.39 25.71

Tabel Sidik Ragam Produksi per Tanaman (gram) Pengamatan I.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 145.09 72.54 3.24 tn 3.88
Perlakuan 5 59.11 11.82 0.53 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 732.25 732.25 32.73 * 4.76
Galat 12 268.45 22.37 _ _ _
Total 20 1204.91 _ _ _ _
KK 18.39%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20 : Tabel Rataan Produksi per Tanaman (cm) Pengamatan II.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 33.75 28.75 15.00 77.50 25.83
A1C1 73.75 75.00 75.00 223.75 74.58
A1C2 72.50 36.25 73.75 182.50 60.83
A1C3 75.00 76.25 76.38 227.63 75.88
A2C1 72.50 73.75 72.50 218.75 72.92
A2C2 75.00 72.50 72.50 220.00 73.33
A2C3 76.25 73.75 73.75 223.75 74.58
TOTAL 478.75 436.25 458.88 1373.88
RATAAN 68.39 62.32 65.55 65.42

Tabel Sidik Ragam Produksi per Tanaman (gram) Pengamatan II.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 129.20 64.60 0.79 tn 3.88
Perlakuan 5 467.02 93.40 1.15 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 5485.59 5485.59 67.29 * 4.76
Galat 12 978.21 81.52 _ _ _
Total 20 7060.01 _ _ _ _
KK 13.80%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 21 : Tabel Rataan Produksi per Tanaman (cm) Pengamatan III.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 57.50 57.50 28.75 143.75 47.92
A1C1 123.75 123.75 123.75 371.25 123.75
A1C2 122.50 61.25 121.25 305.00 101.67
A1C3 131.25 125.00 147.50 403.75 134.58
A2C1 118.75 123.75 131.25 373.75 124.58
A2C2 117.50 122.50 123.75 363.75 121.25
A2C3 123.75 122.50 123.75 370.00 123.33
TOTAL 795.00 736.25 800.00 2331.25
RATAAN 113.57 105.18 114.29 111.01

Tabel Sidik Ragam Produksi per Tanaman (gram) Pengamatan III.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 359.08 179.54 0.71 tn 3.88
Perlakuan 5 1,747.57 349.51 1.39 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 13,933.53 13933.53 55.46 * 4.76
Galat 12 30,14.88 251.24 _ _ _
Total 20 19,055.06 _ _ _ _
KK 14.28%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 22 : Tabel Rataan Produksi per Tanaman (cm) Pengamatan IV.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 105.00 105.00 75.00 285.00 95.00
A1C1 186.25 180.00 175.00 541.25 180.42
A1C2 181.25 87.50 178.75 447.50 149.17
A1C3 187.50 181.25 242.50 611.25 203.75
A2C1 177.50 178.75 176.25 532.50 177.50
A2C2 176.25 177.50 175.00 528.75 176.25
A2C3 180.00 176.25 177.50 533.75 177.92
TOTAL 1193.75 1086.25 1200.00 3480.00
RATAAN 170.54 155.18 171.43 165.71

Tabel Sidik Ragam Produksi per Tanaman (gram) Pengamatan IV.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 1,168.30 584.15 0.94 tn 3.88
Perlakuan 5 4,506.25 901.25 1.44 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 17,501.79 17501.79 28.05 * 4.76
Galat 12 7,487.95 624.00 _ _ _
Total 20 30,664.29 _ _ _ _
KK 15.07%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 23 : Tabel Rataan Produksi per Tanaman (cm) Pengamatan V.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 147.50 152.50 76.25 376.25 125.42
A1C1 306.25 303.75 295.00 905.00 301.67
A1C2 293.75 137.50 291.25 722.50 240.83
A1C3 295.00 300.00 338.75 933.75 311.25
A2C1 293.75 288.75 291.25 873.75 291.25
A2C2 287.50 281.25 285.00 853.75 284.58
A2C3 296.25 293.75 282.50 872.50 290.83
TOTAL 1920.00 1757.50 1860.00 5537.50
RATAAN 274.29 251.07 265.71 263.69

Tabel Sidik Ragam Produksi per Tanaman (gram) Pengamatan V.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 1,929.17 964.58 0.61 tn 3.88
Perlakuan 5 8,918.14 1783.63 1.12 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 66,918.76 66918.76 42.08 * 4.76
Galat 12 19,085.42 1590.45 _ _ _
Total 20 96,851.49 _ _ _ _
KK 15.12%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 24 : Tabel Rataan Produksi per Tanaman (cm) Pengamatan VI.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 136.25 125.00 61.25 322.50 107.50
A1C1 282.50 278.75 263.75 825.00 275.00
A1C2 275.00 126.25 260.00 661.25 220.42
A1C3 278.75 268.75 291.25 838.75 279.58
A2C1 267.50 262.50 260.00 790.00 263.33
A2C2 262.50 258.75 255.00 776.25 258.75
A2C3 265.00 260.00 256.25 781.25 260.42
TOTAL 1767.50 1580.00 1647.50 4995.00
RATAAN 252.50 225.71 235.36 237.86

Tabel Sidik Ragam Produksi per Tanaman (gram) Pengamatan VI.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 2576.79 1288.39 1.05 tn 3.88
Perlakuan 5 6561.46 1312.29 1.07 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 59475.45 59475.45 48.70 * 4.76
Galat 12 14655.51 1221.29 _ _ _
Total 20 83269.20 _ _ _ _
KK 14,69%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 25 : Tabel Rataan Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan I.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 2.00 1.00 1.00 4.00 1.33
A1C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 2.00 1.00 1.00 4.00
RATAAN 0.29 0.14 0.14 0.19

Data pengamatan setelah ditransformasi (X+0,5)1/2


Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 1.58 1.22 1.22 4.03 1.34
A1C1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A1C2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A1C3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 5.82 5.47 5.47 16.76
Rataan 0.83 0.78 0.78 0.80

Tabel Sidik Ragam Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan I.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.01 0.01 1.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.00 0.00 0.00 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 1.04 1.04 172.20 * 4.76
Galat 12 0.07 0.01 _ _ _
Total 20 1.13 _ _ _ _
KK 9.75%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 26 : Tabel Rataan Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan II.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 3.00 2.00 2.00 7.00 2.33
A1C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 3.00 2.00 2.00 7.00
RATAAN 0.43 0.29 0.29 0.33

Data pengamatan setelah ditransformasi (X+0,5)1/2


Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 1.87 1.58 1.58 5.03 1.68
A1C1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A1C2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A1C3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 6.11 5.82 5.82 17.76
Rataan 0.87 0.83 0.83 0.85

Tabel Sidik Ragam Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan II.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.01 0.00 1.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.00 0.00 0.00 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 2.42 2.42 606.18 * 4.76
Galat 12 0.05 0.00 _ _ _
Total 20 2.48 _ _ _ _
KK 7.47%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 27 : Tabel Rataan Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan III.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 4.00 3.00 3.00 10.00 3.33
A1C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 4.00 3.00 3.00 10.00
RATAAN 0.57 0.43 0.43 0.48

Data pengamatan setelah ditransformasi (X+0,5)1/2


Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 2.12 1.87 1.87 5.86 1.95
A1C1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A1C2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A1C3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 6.36 6.11 6.11 18.59
Rataan 0.91 0.87 0.87 0.89

Tabel Sidik Ragam Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan III.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.01 0.00 1.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.00 0.00 0.00 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 4.00 4.00 1338.73 * 4.76
Galat 12 0.04 0.00 _ _ _
Total 20 4.04 _ _ _ _
KK 6.17%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28 : Tabel Rataan Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan IV.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 5.00 4.00 4.00 13.00 4.33
A1C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A1C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A2C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 5.00 4.00 4.00 13.00
RATAAN 0.71 0.57 0.57 0.62

Data pengamatan setelah ditransformasi (X+0,5)1/2


Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 2.35 2.12 2.12 6.59 2.20
A1C1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A1C2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A1C3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
A2C3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 6.59 6.36 6.36 19.32
Rataan 0.94 0.91 0.91 0.92

Tabel Sidik Ragam Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan IV.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.00 0.00 1.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.00 0.00 0.00 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 5.70 5.70 2387.98 * 4.76
Galat 12 0.03 0.00 _ _ _
Total 20 5.73 _ _ _ _
KK 5.31%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 29 : Tabel Rataan Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan V.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 6.00 5.00 5.00 16.00 5.33
A1C1 0.00 1.00 1.00 2.00 0.67
A1C2 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
A1C3 1.00 0.00 0.00 1.00 0.33
A2C1 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
A2C2 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
A2C3 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00
TOTAL 11.00 10.00 10.00 31.00
RATAAN 1.57 1.43 1.43 1.48

Data pengamatan setelah ditransformasi (X+0,5)1/2


Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 2.55 2.35 2.35 7.24 2.41
A1C1 0.71 1.22 1.22 3.16 1.05
A1C2 1.22 1.22 1.22 3.67 1.22
A1C3 1.22 0.71 0.71 2.64 0.88
A2C1 1.22 1.22 1.22 3.67 1.22
A2C2 1.22 1.22 1.22 3.67 1.22
A2C3 1.22 1.22 1.22 3.67 1.22
Total 9.38 9.18 9.18 27.73
Rataan 1.34 1.31 1.31 1.32

Tabel Sidik Ragam Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan V.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.00 0.00 0.06 tn 3.88
Perlakuan 5 0.31 0.06 1.97 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 4.18 4.18 131.59 * 4.76
Galat 12 0.38 0.03 _ _ _
Total 20 4.88 _ _ _ _
KK 13.49%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 30 : Tabel Rataan Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan VI.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 7.00 6.00 6.00 19.00 6.33
A1C1 1.00 2.00 2.00 5.00 1.67
A1C2 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A1C3 2.00 1.00 1.00 4.00 1.33
A2C1 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A2C2 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A2C3 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
TOTAL 18.00 17.00 17.00 52.00
RATAAN 2.57 2.43 2.43 2.48

Data pengamatan setelah ditransformasi (X+0,5)1/2


Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 2.74 2.55 2.55 7.84 2.61
A1C1 1.22 1.58 1.58 4.39 1.46
A1C2 1.58 1.58 1.58 4.74 1.58
A1C3 1.58 1.22 1.22 4.03 1.34
A2C1 1.58 1.58 1.58 4.74 1.58
A2C2 1.58 1.58 1.58 4.74 1.58
A2C3 1.58 1.58 1.58 4.74 1.58
Total 11.87 11.68 11.68 35.23
Rataan 1.70 1.67 1.67 1.68

Tabel Sidik Ragam Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan VI.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.00 0.00 0.11 tn 3.88
Perlakuan 5 0.15 0.03 1.87 tn 3.11
Kontrol vs Perlakuan 1 3.06 3.06 193.45 * 4.76
Galat 12 0.19 0.02 _ _ _
Total 20 3.40 _ _ _ _
KK 7.50%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 31 : Tabel Rataan Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan VII.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 8.00 7.00 7.00 22.00 7.33
A1C1 2.00 3.00 3.00 8.00 2.67
A1C2 3.00 3.00 3.00 9.00 3.00
A1C3 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A2C1 3.00 3.00 3.00 9.00 3.00
A2C2 3.00 3.00 3.00 9.00 3.00
A2C3 3.00 3.00 3.00 9.00 3.00
TOTAL 24.00 24.00 24.00 72.00
RATAAN 3.43 3.43 3.43 3.43

Data pengamatan setelah ditransformasi (X+0,5)1/2


Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 2.92 2.74 2.74 8.39 2.80
A1C1 1.58 1.87 1.87 5.32 1.77
A1C2 1.87 1.87 1.87 5.61 1.87
A1C3 1.58 1.58 1.58 4.74 1.58
A2C1 1.87 1.87 1.87 5.61 1.87
A2C2 1.87 1.87 1.87 5.61 1.87
A2C3 1.87 1.87 1.87 5.61 1.87
Total 13.56 13.67 13.67 40.91
Rataan 1.94 1.95 1.95 1.95

Tabel Sidik Ragam Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan VII.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.00 0.00 0.10 tn 3.88
Perlakuan 5 0.21 0.04 6.51 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 2.53 2.53 401.00 * 4.76
Galat 12 0.08 0.01 _ _ _
Total 20 2.81 _ _ _ _
KK 4.07%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 32 : Tabel Rataan Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan VIII.

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 8.00 8.00 8.00 24.00 8.00
A1C1 3.00 4.00 3.00 10.00 3.33
A1C2 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00
A1C3 2.00 2.00 2.00 6.00 2.00
A2C1 3.00 4.00 4.00 11.00 3.67
A2C2 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00
A2C3 3.00 4.00 4.00 11.00 3.67
TOTAL 27.00 30.00 29.00 86.00
RATAAN 3.86 4.29 4.14 4.10

Data pengamatan setelah ditransformasi (X+0,5)1/2


Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 2.92 2.92 2.92 8.75 2.92
A1C1 1.87 2.12 1.87 5.86 1.95
A1C2 2.12 2.12 2.12 6.36 2.12
A1C3 1.58 1.58 1.58 4.74 1.58
A2C1 1.87 2.12 2.12 6.11 2.04
A2C2 2.12 2.12 2.12 6.36 2.12
A2C3 1.87 2.12 2.12 6.11 2.04
Total 14.35 15.10 14.85 44.31
Rataan 2.05 2.16 2.12 2.11

Tabel Sidik Ragam Kejadian Penyakit (hari) Pengamatan VIII.

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 0.04 0.02 3.00 tn 3.88
Perlakuan 5 0.62 0.12 17.75 * 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 2.27 2.27 325.80 * 4.76
Galat 12 0.08 0.01 _ _ _
Total 20 3.02 _ _ _ _
KK 3.69%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 33 : Tabel Rataan Periode Inkubasi (hari).

ULANGAN
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
Kontrol 8.00 8.75 9.25 26.00 8.67
A1C1 33.00 34.25 33.75 101.00 33.67
A1C2 32.50 33.00 33.00 98.50 32.83
A1C3 39.25 39.50 33.25 112.00 37.33
A2C1 33.75 34.25 34.25 102.25 34.08
A2C2 31.75 32.00 32.25 96.00 32.00
A2C3 35.25 33.25 34.50 103.00 34.33
TOTAL 213.50 215.00 210.25 638.75
RATAAN 30.50 30.71 30.04 30.42

Tabel Sidik Ragam Periode Inkubasi (hari)

SK db JK KT Nilai F
F hit ket F 05
Blok 2 1.68 0.84 0.37 tn 3.88
Perlakuan 2 8.97 4.48 1.96 tn 3.88
Kontrol vs Perlakuan 1 1655.72 1655.72 724.06 * 4.76
Galat 12 27.44 2.29 _ _ _
Total 20 1734.92 _ _ _ _
KK 4.97%
Ket. : * = nyata pada taraf 5%.
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 34 : Media pertumbuhan bakteri

MEDIA KING’S B

Dosis 1 liter :

- Peptone.......................................................................................................... 20.0 g

- Glycerol ..................................................................................................... 10.0 mL

- Dipotassium phosphate ................................................................................... 1.5 g

- Magnesium sulfate . 7 H2O ............................................................................ 1.5 g

- Agar1............................................................................................................... 5.0 g

Sesuaikan pH hingga 7.2 sebelum di autoclave.

NUTRIENT AGAR (NA)

Dosis 1 Liter

Peptone .............................................................................................................. 5.0 g

Beef extract ....................................................................................................... 3.0 g

Agar ................................................................................................................. 20.0 g

Aquadest ....................................................................................................... 1000 ml

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 35 : Bahan Uji Pewarnaan Gram

UJI PEWARNAAN GRAM

Larutan Uji Gram:


a. Hucker’s ammonium oxalate crystal violet
Larutan A :
Crystal violet ............................................................................. 2,0 g
Ethyl alkohol (95%) .............................................................. 20,0 ml
Larutan B :
Ammonium oxalate ................................................................... 0,8 g
H2O ........................................................................................ 80,0 ml
Campur larutan A dan B. Simpan 24 jam sebelum digunakan.
Saring dengan kertas kedalam botol penyimpanan.

b. Lugol’s Iodine (modifikasi Gram’s)


Iodine (I2) .............................................................................................. 1,0 g
Potasium Iodida (KI) ............................................................................. 2,0 g
H2O .................................................................................................. 300,0 ml
Biarkan larutan Iodine melarut beberapa jam atau satu malam pada
botol gelap. Atau gerus halus Iodine dan KI dalam mortar, tambahkan air
perlahan. Lanjutkan menghaluskan I dan KI, bilas dengan air yang tersisa,
simpan di botol gelap.

c. Pewarna tandingan
Larutan stock :
Safranin ..................................................................................... 2,5 g
Ethyl alcohol ....................................................................... 100,0 ml
Larutan Kerja :
Larutan stok ........................................................................... 10,0 ml
H2O ........................................................................................ 90,0 ml

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 36 : Bahan uji fiksasi N bebas

FIKSASI N-BEBAS

Bahan :

MgSO 4 .7H 2 O ........................................................................................ 25 g,

FeSO 4 .7H 2 O ...................................................................................... 0,01 g,

Na 2 MoO 4 .2H 2 O ................................................................................. 0,01 g,

MnSO 4 .5H 2 O ..................................................................................... 0,01 g,

CaCl 2 ................................................................................................... 0,1 g,

K 2 HPO 4 dalam buffer NaCl (1 kali ; stok K 2 HPO 4 200 kali dibuat dari 2 g

K 2 HPO 4 dicampur 1 g NaCl dilarutkan dalam 10 ml akuades.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 37 : Bahan Uji Aktivitas Selulosa

UJI AKTIVITAS SELULOSA

larutan A

CMC

NaCl .................................................................................................... 0,25 g

K 2 HPO 4 ............................................................................................... 1,5 g

Akuades .............................................................................................. 400 ml

Larutan B

MgSO 4 ................................................................................................ 1,0 M.

Larutan C

Na 2 HPO 4 ............................................................................................ 3,0 g,

NH 4 Cl ................................................................................................... 0,5 g,

Gliserol ............................................................................................... 2,5 ml,

yeast ekstrak ......................................................................................... 0,5 g,

agar ........................................................................................................ 6,5 g

Akuades ............................................................................................. 100 ml.

Larutan D:

7,5% (w/v) CaCl 2.

congo-red (0,1%), ........................................................................................... 10 ml.

NaCl ................................................................................................................ 1,0 M

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai