Nomor : 14/KTSJ/I/2020
Lampiran : 1 buah Proposal
Perihal :
Kepada Yth
Dengan hormat,
Sehubungan dengan diadakanya kegiatan Usaha Budidaya Jahe yang kami
laksanakan di Lahan Milik Desa Nusapati ( belakang Polindes Jln Sungai
Sahang), Kami atas nama KARANG TARUNA SERUMPUN NUSAPATI
memohon agar diberikan Tandan Kosong Sawit (Tankos) sebanyak 5 (lima)
Dump Truk, yang mana akan kami gunakan untuk dijadikan Pupuk Kompos
guna meningkatkan kesuburan tanah serta untuk menekan biaya pembelian
pupuk sintesis dalam budidaya yang kami lakukan.
Demikian Permohonan ini kami sampaikan, besar harapan kami agar dapat
dikabulkan. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, kami ucapkan terima
kasih.
Hormat Kami,
Mengetahui
Ketua Karang Taruna PJ. Kepala Desa Nusapati
Serumpun Jaya Nusapati,
Jahe gajah tidak hanya berprospek didalam negri saja tetapi juga
memiliki peluang besar untuk diserap oleh pasar internasional. Jahe
gajah berpotensi sebagai komoditas export yang dikirim dalam bentuk
segar, kering, asinan , minyak atsiri dan oleoresin. Negara pengimport
jahe gajah saat ini adalah Singapura, Jepang, Jerman, USA, Kanada,
Maroko, Perancis, Hongkong dan Belanda.
Jahe gajah sangat besar peluangnya untuk dikembangkan di-
Indonesia karena didukung oleh iklim, kondisi tanah dan letak geografis
yang cocok bagi pembudidayaan tanaman ini. Disamping itu dengan
adanya ketersediaan lahan yang luas dan melimpahnya sumberdaya
manusia sangat memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas yang
maximal.
Jahe gajah memiliki potensi produksi cukup tinggi yaitu mencapai 25 ton
/ hektar bahkan dengan teknologi intensif hasil produksi mencapai 65
ton / hektar. Oleh karena itu jahe gajah dapat lebih dikembangkan
sebagai salah satu komoditas unggulan yang mampu memberikan
harapan dan nilai ekonomis yang tinggi.
MASA PANEN.
Jahe gajah dipanen apabila telah tua dan berumur minimal 10
bulan. Ciri fisik yang nampak yaitu apabila rimpang ditekan terasa
sangat keras dan susah untuk dikelupas kulitnya dengan tangan. Warna
pada kulit luar kelihatan segar kekuningan, mengkilat dan tidak ada
warna kemerahan pada ujung rimpang.
Jahe gajah yang dipanen muda untuk asinan, dilakukan saat tanaman
berumur 3 s/ d 4 bulan. Ciri-ciri fisik yang nampak adalah rumpun
tanaman masih hijau, rimpang gemuk, ujung-ujung rimpang masih
berwarna kemerah-merahan, beranak banyak dan bila rimpang dipotong
maka belum kelihatan serat-seratnya.
III.a. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu
genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu
fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama
dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10
bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka
atau lecet.
2) Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit
jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.
Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan
bedengan.
a. Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak
sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan
rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5
mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal
bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu
dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1
menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu.
Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada
bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di
atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya
sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut.
Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk
menanam bibit 1 ton - 2ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di
dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan
jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan
jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi
jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis
rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada
bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali
disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah
bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas
rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan
setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
3) Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit
dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan
ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4
jam, barulah ditanam.
II. Pengolahan Tanah
1) Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan
syarat syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman
media yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan
tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan
kapur.
2) Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi tanahnya jelek/tidak ratakita
ratakan dulu untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah
diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm,
lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi
lahan.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat
diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu,
merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel
buah,
Parameternya sebagai berikut:
a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
VI.b. Penyakit
a. Penyakit layu bakteri
Gejala:
Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung
kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan
mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya
tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna
gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir
berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang
tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah
faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang
terlalu lembab.
Pengendalian:
a. Jaminan kesehatan bibit jahe
b. karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
c.pengendalian dengan pola pengairan yang baik;
d. pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
Gejala : Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan
akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
a. penggunaan bibit yang sehat
b. penerapan pola tanam yang baik;
c. penggunaan fungisida.
Pengendalian :
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun
sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas
VI.c. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman jahe adalah gulma kebun antara
lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun
lebar lainnya.namun dalam sistem ini gulma telah di kendalikan dengan
mulsa pembungkus
.VI.d. Pengendalian hama/penyakit secara organic
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan
kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah
lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman
untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal
dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah
sbb:
1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit
unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap
serangan hama dari sejak awal pertanaman.
2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
3. Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan
hama dan penyakit.
4. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga
manusia.
5. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya
tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta
rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus
penyebaran hama dan penyakit potensial.
6. Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah
lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan
tanaman yang dipanen maupun pada tanah.
Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat
berdasarkan atas kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil
pengamatan.
VIIII. PENUTUP
Demikian Proposal Permohonan ini kami sampaikan, besar harapan kami
agar dapat dikabulkan. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, kami
ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
Mengetahui
Ketua Karang Taruna PJ. Kepala Desa Nusapati,
Serumpun Jaya Nusapati,