Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Fenol merupakan salah satu keluarga senyawa organik yang dicirikan dengan

gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang merupakan bagian dari cincin

aromatik. Fenol yang juga dikenal sebagai hydroxybenzene atau phenic acid

adalah salah satu bahan kimia organik industri yang penting dan serbaguna.

Dalam industri kimia, fenol dan turunan kimianya berperan penting sebagai bahan

baku untuk sejumlah besar produk komersial seperti aspirin, pewarna, polimer

fenol-formaldehida, deterjen, herbisida seperti herbisida fenoksi, dan berbagai

obat farmasi.

Sampai Perang Dunia II, fenol pada dasarnya adalah produk batu bara-tar

alami. Namun, metode sintesis dilakukan untuk menggantikan ekstraksi dari

sumber alam karena konsumsinya telah meningkat secara signifikan. Sebagian

kecil fenol serta cresol yang diproduksi per tahun, berasal dari tar batubara tapi

hampir semua fenol yang diproduksi secara komersial bersifat sintetis.

Pada saat ini penjualan fenol di dunia mencapai 10,7 juta ton/tahun. Kebutuhan

fenol atau asam karbolat dalam negeri diperkirakan akan semakin meningkat

seiring dengan peningkatan industri-industri yang menggunakannya sebagai

bahan baku. Derivatif dari fenol banyak digunakan sebagai bahan baku pada
berbagai industri kimia dan farmasi. Beberapa contoh derivatif dari fenol adalah

bisfenol A dan resin fenol. Pendirian pabrik fenol di Indonesia sudah tentu akan

memberikan dampak positif pada iklim perindustrian Indonesia. Di samping

permintaan fenol yang semakin lama semakin tinggi, juga di Indonesia masih

belum banyak industri kimia yang memproduksi fenol. Kebutuhan fenol Indonesia

selama ini masih banyak mengandalkan impor dari luar negeri.

Menurut data yang diperoleh dari BPS Indonesia, kebutuhan impor fenol

di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 1.1 Perkembangan Import Fenol di Indonesia (BPS, 2017)

Tahun Ke - Tahun Jumlah (Ton)

1 2006 14.735,325

2 2007 18.987,92

3 2008 18.608,338

4 2009 14.037,581

5 2010 13.935,438

6 2011 19.290,701

7 2012 14.593,113

8 2013 16.630,449

9 2014 20.337,179

10 2015 21.134,872

11 2016 21.125,192
25000

20000
Total Impor (Ton)

15000
y = 468,79x + 14.771
R² = 0,2929
10000

5000

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tahun

Gambar 1. 1 Grafik Hubungan Antara Tahun dan Kebutuhan Impor Fenol di


Indonesia Menutut Data BPS

Dari data tersebut kita peroleh persamaan dari teori regresi linear, yaitu:

y = 468,79 x + 14.771 …… (1.1)

dengan:

x = Tahun ke-x

y = Kebutuhan produk pada tahun ke-x (ton/tahun)

Kebutuhan Fenol pada tahun 2025 dapat diprediksi dengan persamaan

(1.1) dengan nilai x = 2025 sehingga :

y = 468,79 x + 14.771
= (468,79 x 20) + 14771

= 24.146,8 ton / tahun

Selain berdasarkan data impor yang ada, penentuan kapasitas pabrik juga

didasarkan pada ketersediaan bahan baku dan kapasitas pabrik sejenis yang sudah

dibangun. Pabrik fenol yang sudah ada di Indonesia di antaranya :

Tabel 1.2 Pabrik Fenol di Indonesia


NO NAMA PERUSAHAAN KAPASITAS (Ton/Tahun)

1 PT. Metropolitan Penol Pratama 40.000

2 PT. Lambang Tri Usaha 45.000

PT. Batu Penggal Chemical


3
Industri 35.000

4 PT. Bumi Banjar Utama Sakti 5.250

Ketersediaan bahan baku juga merupakan hal penting yang harus

dipertimbangkan dalam perancangan. Bahan baku NaOH dan HCl yang

digunakan dapat diperoleh dari PT. Asahimas Chemical, Cilegon, Banten.

Sedangkan C6H5Cl diperoleh secara impor dari Dow Chemical, Michigan, AS.

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dipilih kapasitas produksi

sebesar 40.000 ton/tahun. Kapasitas ini ditetapkan dengan pertimbangan antara

lain :
1. Dapat membantu memenuhi kebutuhan fenol dalam negeri.

2. Dengan melihat grafik hubungan antara tahun dan kebutuhan import

Fenol di Indonesia menurut data BPS bahwa kapasitas 40.000

ton/tahun dapat memberi keuntungan.

1.2 Tinjauan Pustaka

Fenol merupakan salah satu keluarga senyawa organik yang dicirikan oleh

gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon yang merupakan bagian

dari cincin aromatik. Pada suhu kamar, fenol padat tampak seperti material

amorf berwarna putih sementara dalam keadaan cair fenol murni berwujud

cairan bening yang berbau khas dan beracun. (Wade, 2017).

Sampai Abad ke-19, fenol diproduksi dari bahan batubara-tar alami. Rute

sintetis dikembangkan pada akhir abad kesembilan belas untuk memenuhi

permintaan fenol yang meningkat seiring dengan bertambahnya industri di

dunia, khususnya industri resin sintetik, tekstil, bahan perekat, kosmetik, obat

obatan dan lain-lain. Tetapi dari semua itu penggunaan fenol yang paling

utama adalah dalam industri yaitu untuk fenolic resin adhesives. Secara

umum, proses pembuatan fenol dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara

lain :

1. Pembuatan Fenol dari Bahan Baku Cumene

Pada proses ini cumene dioksidasi menggunakan oksigen yang berasal dari

udara menjadi cumene hydroperoxide. Cumene hydroperoxide yang terbentuk,

dengan cepat terdekomposisi menjadi fenol dan aseton dengan menggunakan


katalis asam kuat. Reaksi dari pembentukan fenol dari Cumene Hidroperoxide

adalah sebagai berikut :

Pada proses ini reaksi pemecahan cumene hydroperoxide menjadi fenol dan

aseton terjadi pada suhu optimal 78°C pada tekanan 1 atm dengan yield proses

98%. Reaksi dijalankan pada suasana asam dengan mengunakan asam sulfat yang

berfungsi sebagai katalis dengan konsentrasi 98%. (Kirk & Othmer,1996).

Kelebihan dari proses ini adalah proses berada pada tekanan rendah dan suhu

yang rendah. Kekurangan dari proses ini adalah karena menggunakan katalis cair

maka katalis susah dipisahkan sehingga dibutuhkan biaya pemisahan yang tinggi,

perlunya unit pengolahan tambahan untuk mengolah air bekas pencucian.

2. Pembuatan Fenol dari Oksiklorinasi Benzena (Proses Raschig)

Proses ini pertama kali dilakukan pada tahun 1932 oleh Khoene-Poulenc.

Reaksi klorinasi benzena menggunakan asam klorida dan udara dengan katalis

besi dan tembaga klorida berlangsung pada suhu 200-260°C menghasilkan

klorobenzena. Klorobenzena dihidrolisa pada furnace pada suhu 480°C


dengan katalis SiO2 dan membentuk fenol. HCl yang terbentuk pada proses

ini kemudian di-recycle. Yield proses fenol terhadap benzena yang didapat

sebesar 90% (Kirk & Othmer, 1996). Reaksi secara keseluruhan yang terjadi

adalah sebagai berikut:

C6H6 + HCl + ½O2  C6H5Cl + H2O

C6H5Cl + H2O  C6H5OH + HCl

3. Pembuatan Fenol dengan Proses Sulfonasi Benzen

Metode ini merupakan metode tertua yang digunakan oleh satu

perusahaan di Amerika Serikat sampai tahun 1978. Pada proses ini, benzena

menjadi asam benzenasulfonat dengan direaksikan menggunakan asam sulfat

100% berlebih pada suhu 65-100°C. Asam benzenasulfonat yang terbentuk,

diubah menjadi garam natrium dengan netralisasi dengan natrium sulfit. Fusi

garam natrium anhidrat yang terisolasi dengan pengantarnya di bawah permukaan

natrium hidroksida leburan pada 300 sampai 320 °C membentuk natrium fenat

yang dalam larutan berair pekat dengan sulfur dioksida dan beberapa fenol bebas

asam sulfat. Produk yang terbentuk dimurnikan dengan proses distillasi sementara

produk natrium sulfat yang terbentuk, digunakan dalam pembuatan selulosa.

Tahap fusi dan ekstraksi pada proses ini memerlukan biaya tenaga kerja dan

energi yang tinggi (Tyman, 1996). Reaksi secara keseluruhan yang terjadi adalah

sebagai berikut :
4. Pembuatan Fenol dari Klorobenzen dan NaOH

Pada proses ini, klorobenzena dihidrolisis menjadi natrium fenat dengan

larutan natrium hidroksida 10-15% pada 300-390 °C dan tekanan 250-300

atm. Natrium fenat kemudian dinetralkan dengan HCl. Setelah netralisasi,

produk fenol dipisahkan dari fasa berair dengan menggunakan prinsip

pengendapan gaya berat (Tyman, 1996). Reaksi pembentukan fenol melalui

proses ini adalah sebagai berikut :

C6H5Cl + 2 NaOH → C6H5ONa +H2O +NaCl

C6H5ONa + HCl →C6H5OH + NaCl

Pada proses ini untuk setiap 1 mol fenol yang dihasilkan, dibutuhkan

khlorobenzena 1 mol, NaOH sebanyak 4 mol dan HCl sebanyak 3 mol. Yield

fenol terhadap natrium fenat sebesar 96% (William, 1932).

Proses yang dipilih dalam perancangan pabrik fenol ini adalah proses

pembentukan fenol dengan menggunakan bahan baku NaOH dan Khlorobenzena

karena bahan yang diperoleh lebih mudah dan murah. Di samping itu, proses ini

tidak menggunakan katalis sehingga tidak diperlukan biaya tambahan untuk

proses pemisahan.

Anda mungkin juga menyukai