Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN BIAYA

“Biaya Berbasis Aktivitas”

Disusun Oleh :
Riki Ardian (C1C017058)
Nurdan Kumara (C1C017059)
Moh Iqbal Irham (C1C017060)
Naila Faozia Adiarni (C1C017062)
Indika Kurniawan (C1C017072)
Inke Ayu Ratnasari (C1C017073)
Adrian Salomo Hottua (C1C017074)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan untuk menyusun
makalah ini. Sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan dapat selesai
dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu selaku
dosen mata kuliah Manajemen Biaya yang telah memberikan ilmunya di dalam
perkuliahan sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Purwokerto, September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan akuntansi tidak terlepas dari perubahan inovasi dan
teknologi yang terus-menerus mengalami perubahan. Hal ini membuat
manajemen dituntut untuk dapat menetapkan suatu kebijakan strategi
bisnis agar dapat mencapai keunggulan kompetitif. Salah satu cara
perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif adalah melalui
produksi yang efisien dan efektif sehingga dapat menekan biaya langsung
(bahan baku dan tenaga kerja langsung) dan biaya tidak langsung
(biaya overhead). Seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan
pesaing yang semakin meningkat perusahaan dituntut untuk mampu untuk
memberikan hasil yang optimal dengan pemenuhan kebutuhan perusahaan
yang lebih luas, pihak manajemen merasa bahwa sistem biaya tradisional
tidak dapat memberikan kontribusi yang lebih akurat dan spesifik sehingga
dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Dalam sistem biaya tradisional, biaya tidak langsung hanya
berdasarkansingle tarif, dimana biaya-biaya dihitung berdasarkan satu
satuan ukuran volume tertentu saja. Kelemahan dalam sistem biaya
tradisional adalah tidak mampu perusahaan dalam mengelompokkan
biaya-biaya overhead ke dalam aktivitas- aktivitas pemakai produk dan
jasa. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan suatu alat bantu yang
berguna dalam memecahkan persoalan yang timbul seiring dengan
kegagalan sistem biaya tradisional. Pengadopsian sistem Activity Based
Costing atau dikenal dengan istilah ABC merupakan salah satu kunci
untuk menjawab kekurangan yang timbul dalam sistem tradisional.
Sistem ABC ini mencoba untuk memperbaiki masalah-masalah
yang ada di dalam perusahaan terutama berkaitan dengan kegiatan
operasional perusahaan. Pemilihan penggunaan sistem Activity Based
Costing (ABC) hanya dikhususkan berdasarkan kondisi di mana suatu
perusahaan menghasilkan berbagai macam produk dan jasa (midti
produk). Dalam sistem ABC ini biayaoverhead yang meliputi bermacam-
macam produk dapat secara langsung digolongkan berdasarkan kelompok
aktivitas-aktivitasnya masing-masing sehingga dapat lebih memiliki
tingkat keakuratan biaya yang lebih spesifik daripada menggunakan sistem
biaya tradisional.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengambil rumusan masalah diantaranya
adalah :
1. Apa pengertian Activity Based Costing?
2. Apa saja karakteristik Activity Based Costing?
3. Bagaimana tahapan Activity Based Costing?
4. Bagaimana perbandingan Traditional Costing dan Activity Based
Costing?
5. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
6. Apa saja kekuatan dan kelemahan Activity Based Costing?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Activity Based Costing


Perhitungan Biaya berdasarkan Aktivitas (Activity Based
Costing) adalah metode perhitungan biaya produksi dan nonproduksi
berdasarkan aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk
yang diproses dalam satu periode tertentu. Activity Based
Costing dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer
untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Activity Based
Costingbiasanya digunakan sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti
sistem biaya yang dipakai oleh perusahaan.
Dalam bukunya (Garrison: 1991) Managerial
Accounting memberikan definisi mengenai Activity Based
Costing (ABC) sebagai suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan
suatu kelompok biaya untuk setiap kejadian atau transaksi (aktivitas)
dalam suatu organisasi yang berlaku sebagai pemacu biaya.
Biaya overhead kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar
jumlah dari kejadian atau transaksi produk atau jasa yang dihasilkan
tersebut.
Pada awal perkembangannya, ABC sistem dipakai sebagai alat
untuk memperbaiki akurasi perhitungan biaya produk salah satu yang
termasuk didalamnya adalah biaya overhead pabrik. Mulyadi (2003:50)
menyatakan ABC sistem didesain dan dikelola dengan teknologi
informasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) . Data biaya dan operasi dicatat dalam akun multidimensi. Paling
tidak ada empat dimensi yang dicakup dalam catatan: pusat
pertanggungjawaban, aktivitas, jenis biaya, dan produk/jasa.
(2) Data biaya dan biaya operasi disediakan dalam shared
database yang dapat diakses oleh karyawan dan manajer.
(3) Informasi yang dihasilkan tidak terbatas pada informasi keuangan,
namun mencakup pula informasi operasi.
(4) Informasi biaya yang dihasilkan bersifat multidimensi.

B. Karakteristik Activity Based Costing


Karakteristik Activity Based Costing adalah:
(1) Biaya produksi dan nonproduksi dibebankan ke produk.
(2) Beberapa biaya produksi tidak dimasukkan ke biaya produk.
(3) Ada sejumlah cost pool BOP. Setiap pool dialokasikan ke produk
dan objek costing lainnya dengan menggunakan ukuran khusus
aktivitas masing-masing.
(4) Basis alokasi biasanya berbeda dengan basis alokasi dalam sistem
akuntansi biaya tradisional. Activity Based Costing menggunakan
lebih dari satu jenis cost driver.
(5) Tarif overhead atau tarif aktivitas disesuaikan dengan kapasitas
aktivitas, bukan dengan kapasitas yang dianggarkan.
Aktivitas adalah kegiatan apapun yang mengakibatkan konsumsi bahan
baku overhead. Pul biaya aktivitas (activity cost pool) adalah sebuah wadah
dimana biaya diakumulasikan dan berkaitan dengan sebuah pengukuran
aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Ukuran aktivitas (activity
measure) adalah basis alokasi dalam sebuah sistem perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas. Pemicu biaya (cost driver) juga merupakan ukuran
aktivitas karena harus “menggerakkan-memicu” biaya yang dialokasikan
(Garrison dkk., 2013:314).
Ada dua jenis ukuran aktivitas yaitu: penggerak transaksi (transaction
driver) dan penggerak durasi (duration driver). Penggerak transaksi adalah
hitungan sederhana tentang berapa kali suatu aktivitas terjadi seperti jumlah
tagihan yang dikirimkan ke pelanggan. Penggerak durasi adalah mengukur
waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu aktivitas seperti waktu yang
digunakan untuk menyiapkan tagihan. Penggerak durasi merupakan ukuran
yang lebih akurat dibanding dengan transaksi, tetapi diperlukan usaha untuk
mencatatnya, sehingga penggerak transaksi lebih banyak digunakan (Garrison
dkk., 2013:315).

C. Tahapan Sistem ABC

Tiga tahap pengaplikasikan sistem ABC yaitu :

1) Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas

Identifikasi biaya sumber daya untuk berbagai macam aktivitas dapat


dilakukan dengan cara membedakan aktivitas berdasarkan cara aktivitas
mengonsumsi sumber daya.Dengan cara ini, aktivitas dikelompokan menjadi
empat level aktivitas

a. Aktivitas level unit ( unit-level activities ) adalah aktivitas yang dilakukan


dalam rangka menghasilkan satu unit individual dari produk atau jasa.Contohnya
penggunaan bahan baku, penggunaan tenaga kerja langsung, dan inspeksi unit.

b. Aktivitas level batch ( batch-level activities ) adalah aktivitas yang


dilakukan untuk menghasilkan setiap grup dari produk atau jasa. Perusahaan
biasanya mengelompokkan dalam satu grup apabila produk atau jasa dihasilkan
oleh satu proses yang dijadwalkan dalam satu waktu atau proses secara
bersamaan. Contohnya pengesetan mesin-mesin produksi, pemesanan pembelian,
penjadwalan produksi, penanganan bahan, dan pengiriman produk.

c. Aktivitas level produk ( product-level activities ) adalah aktivitas yang


dilakukan untuk mendukung produksi dari satu tipe produk atau jasa yang
spesifik. Contohnya adalah pendesainan produk, modifikasi produk, dan
administrasi suku cadang produk.

d. Aktivitas level fasilitas ( facility-level activities ) merupakan aktivitas


pendukung operasi secara umum. Aktivitas ini tidak disebabkan oleh adanya
produk atau dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Aktivitas ini juga
dapat ditelusur pada produk unit individual, batch , atau produk. Contohnya
adalah keamanan pabrik, pajak bumi dan bangunan, perawatan bangunan, dan
penutup bukuan.
2) Mengalokasikan biaya ke dalam objek biaya

ABC menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya dalam


mengalokasikan biaya sumber daya ke dalam produk. Biaya sumber daya dapat
dialokasikan ke dalam aktivitas berdasarkan estimasi atau penelusuran langsung.
Penelusuran langsung membutuhkan pengukuran penggunaan sumber daya yang
sesungguhnya.

3) Mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya

Pemicu biaya aktivitas harus dapat menjelaskan naik turunnya biaya.


Pengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya dilakukan dengan
menggunakan tarif pembebanan.

D. Perbandingan Sistem Tradisional dan ABC


Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan
secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang
ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam
metode tradisional disebut sebagai biaya variabel.
Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk
dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi
dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi.
Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-
masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer
untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara
signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen,
2004: 157-158).

Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga


pokok produk tradisional dan sistem ABC, yaitu:
Perbedaan Metode Activity Based Costing dengan Tradisional
Metode Penentuan Harga Pokok Metode Activity Based
Produk Tradisional Costing

Tujuan Inventory level Product Costing

Tahap desain, produksi,


Lingkup Tahap produksi
Tahap pengembangan

Biaya bahan baku, tenaga kerja


Fokus Biaya overhead
langsung

Periode Periode akuntansi Daur hidup produk

Teknologi
yang Metode manual Komputer telekomunikasi
digunakan

Sumber: (Mulyadi, 1993)

E. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional


Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada
manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide
kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang
mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan
menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang
menimbulkan biaya.
Sistem biaya tradisional memang memperhatikan biaya total perusahaan, akan
tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan,
distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak
dibebankan ke pasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk
yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap.
Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan secara sama dengan
mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan
jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya
beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan
tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena
lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab
sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:
(1) Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan
penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini
hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk
mencapai keunggulan dalam persaingan global.
(2) Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu
memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada
berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan
menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
(3) Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab
akibat biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya
ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam
kerja langsung.
(4) Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya
yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan
yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.
(5) Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung
dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya
mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk,
padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan
tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai
macam aktivitas.
(6) Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu
perusahaan kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku
dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.
(7) Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada
perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggungjawaban tertantu
dengan menggunakan standar.
(8) Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-
alat dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi
dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.
(9) Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya
daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi
biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan,
penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi
harga pokok daur hidup produk.

F. Kekuatan dan Kelemahan Activity Based Costing


Menurut (Bloclier, Chen, dan Lin: 2007) ada tiga yang menjadi
kelebihan dalam Activity Based Costing antara lain:
1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik, ABC menyajikan biaya
produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada
pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan
strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penerapan
harga jual, lini produk dan segmen pasar.
2. Keputusan dan kendali yang lebih baik. ABC menyajikan
pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu
oleh aktivitas, membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk
dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang
desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik, dan membantu
perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai.
3. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas,
ABC membantu manajer mengidentifikasikan dan mengendalikan biaya
kapasitas yang tidak terpakai.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam menggunakan


sistem Activity Based Costing antara lain:
1. Mengabaikan biaya. Biaya produk atau jasa yang
diidentifikasi sistem ABC cenderung tidak mencakup seluruh biaya
yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Biaya produk
atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk aktivitas seperti
pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan, dan
rekayasa produk, meski sebagian dari biaya-biaya ini menyebabkan
biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pendukung fasilitas seperti
biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, dan pajak
bumi&bangunan untuk pabrik karena prinsip akuntansi yang
berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-
biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
2. Mahal dan menghabiskan waktu. Sistem ABC tidak murah
dan membutuhkan banyak waktu untuk dikembangkan dan
dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah
menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional berdasarkan
volume, pelaksanaannya suatu sistem baru ABC cenderung sangat
mahal. Lagipula, seperti sebagian besar sistem akuntansi dan
manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu setahun atau
lebih untuk mengembangkan dan melaksanakan ABC dengan
sukses.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa Perhitungan Biaya
Berdasarkan Aktivitas:
1. Merupakan sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan
biaya overhead yang lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang
memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume.
2. Mewakili penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.
3. Mengakui bahwa banyak biaya lain yang pada kenyataannya dapat
ditelusuri tidak ke unit output, tapi ke aktivitas yang diperlukan untuk
memproduksi output.

Sedangkan perhitungan biaya tradisional menelusuri hanya biaya bahan


baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output.
1. Dengan menerapkan sistem ABC, maka manajemen akan dapat
merencanakan proses secara rinci dan akurat (waktu penyelesaian produk
dan harga pokok yang mengikutinya)
2. Analisa prediksi profit/loss proses pada bulan berjalan yang lebih akurat,
sehingga akan membantu manajemen untuk segera mengambil tindakan
strategis yang perlu.
3. Penelusuran penyebab loss/profit pada akhir bulan/periode analisa yang
akurat, berdasarkan jenis produk dan faktor produksi (material, jam kerja
yang digunakan dan bila memungkinkan hari dan jam terjadinya kerugian,
departemen dan personil yang bertanggung jawab, dll.)
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://irmajhe.blogspot.com/2016/12/perhitungan-biaya-berdasarkan-aktivitas.html
http://tututwulansari1.blogspot.com/2016/01/makalah-activity-based-costing-abc.html
https://akuntansiterapan.com/2014/02/17/activity-based-costing/

Anda mungkin juga menyukai