Sebagai langkah awal untuk dapat mempelajari pengaturan suhu tubuh, sebaiknya dimengerti
benar-benar apa yang dimaksud dengan suhu tubuh.
Sebenarnya sangat sukar untuk menetapkan secara tepat suhu bagian mana dari tubuh yang
dapat disebut sebagai suhu tubuh. Untuk memudahkan dinyatakan dalam 3 cara, yaitu:
1. suhu inti (core temperature), yang maksudnya untuk menggambarkan suhu organ-organ
dalam, konstan, berkisar ± 0,6º C (1º F). Rata-rata 37,8ºC (100º F)
kecuali bila demam.
2. suhu perifer (surface temperature), yang maksudnya untuk mencerminkan suhu kulit
dan jaringan subcutan
3. suhu tubuh rata-rata, yang menurut Guyton dapat dihitung secara kasar dengan rumus:
suhu rata-rata = 0,7 suhu inti + 0,3 suhu perifer
Dari hal-hal tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa suhu tubuh normal
bukanlah merupakan nilai yang pasti di satu angka.
Mekanisme pengaturan suhu tidak dapat mencegah penyimpangan suhu karena stress
internal / stress lingkungan. Contohnya pada atlet perlombaan berat, suhu rektalnya
dapat mencapai 40º C.
Kecepatan reaksi - reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dan sistem enzim dalam
tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi optimal. Fungsi tubuh
normal tergantung pada suhu yang relatif konstan.
Pada keadaan suhu tubuh 41º C (106 º F), maka sebagian besar orang akan mengalami
kejang, sedang suhu 43,3º C (110 º F) dapat dianggap sebagai batas atas yang
memungkinkan kehidupan.
Variasi suhu tubuh berbagai bagian tubuh pada seseorang dalam keadaan
telanjang berada dalam kalorimeter dengan suhu lingkungan bervariasi.
VARIASI DIURNAL
Kegiatan tubuh sepanjang hari dapat bervariasi (ingat penggunaan energi
dalam metabolisme selalu timbul panas).
Kegiatan otot (organ yang paling banyak di tubuh manusia) akan
menimbukan panas. Biasanya Irama sirkadian (Variasi diurnal)mempunyai
fluktuasi 0,5º C – 0,7º C dengan titik terendah sekitar jam 6 AM dengan
maksimal 37,2 º C, serta mempunyai titik tertinggi sekitar jam 4 – 6 PM
dengan maksimal 37,7 º C.
Oral temperature (º C)
37,7
37,2
6 6 6
am noon pm midnight am
JENIS KELAMIN
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi dari pada
wanita, Di samping itu suhu wanita juga dipengaruhi oleh daur haid (cyclus
menstruasi). Pada waktu terjadi ovulasi, suhu menurun (± 0,2° C), sedang pada
setengah daur haid ke dua, suhu tubuhnya naik rata-rata 0,5º C (0,9º F), selama
separuh terakhir siklus dari saat ovulasi ke haid.
Penyebab belum diketahui.
UMUR
Pada bayi yang baru lahir, suhu tubuhnya masih belum mantap. Dalam masa ini
suhu tubuhnya masih mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Pada usia dewasa muda, suhu tubuhnya telah mantap, sedangkan pada usia
lanjut suhu tubuhnya akan lebih rendah (hubungkan dengan taraf metabolisme
pada golongan umur).
GIZI
Pada keadaan kurang gizi (undernourishment) atau puasa, suhu tubuh lebih rendah.
KERJA JASMANI
Sesudah kerja jasmani (olahraga) suhu tubuh akan naik. Hasil salah satu penelitian
menunjukkan suhu rektum setinggi 41° C setelah lari marathon.
LINGKUNGAN
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh (ingat hukum kimia van't Hoff
yang terdapat dalam tubuh, serta akibatnya pada taraf metabolisme).
Udara lingkungan yang lembab, yang menyebabkan hambatan pada penguapan keringat, akan
meningkatkan suhu tubuh.
Dari uraian di atas terlihat bahwa suhu tubuh merupakan pencerminan panas tubuh (ingat
hukum termodinamika I) yang merupakan hasil keseimbangan antara pembentukan panas
(heat production) dengan pengeluaran panas (heat loss).
Suhu tubuh diatur oleh keseimbangan antara pembentukan panas dan pengeluaran panas
Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh sangat bergantung kepada taraf
metabolisme yang ditentukan oleh kegiatan proses kimia yang berlangsung dalarn
jaringan. Oleh sebab itu pembentukan panas sering dinyatakan sebagai pengendalian suhu
tubuh secara kimia.
Penggunaan istilah pengeluaran panas (heat loss) sebenarnya kurang tepat. Memang
biasanya suhu tingkungan lebih rendah dari pada suhu tubuh manusia. Dengan demikian
panas tubuh akan ukeluar" (pindah) dari tubuh ke benda-benda baik padat, cair maupun
gas yang terdapat di sekitar tubuh. Pada keadaan tertentu, tidak jarang suhu lingkungan
lebih tinggi dari pada suhu tubuh. Dalam hal ini justru tubuh "mendapat" panas dari
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di atas, istilah pengeluaran panas dimaksudkan
untuk ke dua peristiwa di atas.
Pengeluaran panas dapat berlangsung melalui proses konduksi, konveksi, radiasi dan
evaporasi.
KONDUKSI
Perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang berkontak langsung.
Pemindahan panas dihantarkan dari satu molekul ke molekul lain dalam bentuk padat,
cair atau gas.
Kecepatan perpindahan panas tergantung kepada perbedaan suhu dan kemampuan
merambatkan panas, yang ditentukan oleh besar panas jenis benda tersebut, benda yang
berbeda sifat konduktornya tetapi sama suhunya akan terasa berbeda suhu bila
disentuhkan ke kulit.
Logam merupakan konduktor yang baik; air konduktor yang cukup baik, sedangkan udara
merupakan konduktor yang buruk.
Jumlah panas yang mencapai kulit dari jaringan dalam bervariasi sesuai perubahan aliran
darah ke kulit (vasodilatasi – vasokontriksi)
KONVEKS1
perpindahan panas melalui benda cair atau gas yang mengalir. Makin cepat aliran makin
besar proses konveksi. Besar pengeluaran panas melalui proses konveksi, seperti halnya
dengan proses konduksi, bergantung kepada luas permukaan dan beda suhu tubuh dengan
lingkungannya.
RADIASI
perpindahan panas melalui gelombang elektromaknit (kecepatan cahaya = 300.000 km/jam).
Golombang tersebut akan berubah meniadi panas apabila menyentuh permukaan suatu benda.
Permukaan benda yang menyerap 100 % energi radiasi yang menyentuhnya = benda hitam /
gelap sempurna (perfect black body).
Baju yang berwarna terang memantulkan panas ke luar.
Udara menyerap sedikit energi radiasi; air / udara lembab menyerap lebih banyak.
Kulit manusia menyerap 97 % sinar infra merah yang jatuh ke kulit. (97% perfect black
body).
Sinar matahari dipindahkan dalam bentuk light rays, 35 % -nya direfleksi dari kulit yang
putih, hanya sejumlah kecil dari kulit yang gelap. Jadi dapat dikatakan bahwa kulit yang
gelap menyerap lebih banyak panas.
Panas tubuh manusia tidak meradiasikan panas ke udara sekeliling; panas tubuh manusia
MELALUI UDARA meradiasikan ke obyek yang bersuhu lebih rendah, seperti dinding,
lantai, langit-langit, perabotan.
Sebagai contoh proses radiasi tersebut dapat diandaikan sebuah ruangan yang penuh terisi
oleh orang. Makin lama ruangan itu akan terasa makin tidak nyaman karena terjadinya proses
saling meradiasi antara oraqng – orang tersebut sehingga suhu tubuh akan meningkat.
EVAPORASI
panas yang hilang melalui proses penguapan yang biasanya merupakan proses
penguapan keringat. Evaporasi satu liter keringat rnenyebabkan keluarnya panas
sebesar 0,580 kkal.
Di samping penguapan keringat, dalam proses evaporasi ini juga terdapat pengeluaran
panas melalui insensible perspiration.
Faktor yang paling panting dalam menentukan besar proses evaporasi ialah
kelembaban udara.
Insensible water loss melalui kulit dan paru mencapai 600 mL / hari (50mL / jam), dan
akan mengakibatkan kehilangan panas 12 – 18 kilokalori / jam.
Insensible water loss tersebut erlangsung terus menerus tanpa kita sadari. Tidak dapat
dikontrol untuk pengaturan suhu tubuh.
Pada suhu lingkungan yang tinggi, maka proses radiasi dan konveksi terhambat ,
sehingga evaporasi adalah satu-satunya cara pengeluaran panas.
Sweating / Berkeringat
Suhu tubuh ↑ → sekresi keringat → evaporative cooling
Susunan keringat : air & garam
proses evaporatif aktif di bawah kontrol saraf simpatis.
Agar panas dapat keluar, keringat harus menguap → kelembaban merupakan
faktor penting.
Komposisi sekret prekursor mirip dengan plasma kecuali tidak mengandung protein.
Dipersarafi SSO → innervasi oleh serat saraf kolinergik.
Dapat distimulasi oleh epinephrine dan norepinephrine yang beredar di darah →
berguna waktu ber OR
Kelembaban ↑ → evaporasi ↓
Di lingkungan yang sangat panas dan lembab (udara jenuh dengan uap air)
Pada suhu lingkungan yang tinggi → proses radiasi dan konveksi terhambat →
evaporasi satu-satunya cara pengeluaran panas.
AKLIMATISASI
Aklimatisasi berkeringat terjadi bila seseorang terekspos cuaca panas selama 1 – 6
minggu
Keringat maksimum rata-rata :
- Mula-mula : 1,5 L / jam
- 10 hari :↑2x
- 6 minggu : ↑ 2,5 x
4
Kecepatan
Maksimal
Berkeringat 3
(L/jam)
0
3 4 6
Terpapar ke iklim tropis (minggu)
Panting (Terengah-engah)
Pada binatang, karena :
- permukaan kulit tertutup oleh ‘fur’ (rambut)
- tidak adanya kelenjar keringat
Pernafasan cepat dan dangkal → meningkatkan jumlah penguapan air di mulut dan
saluran nafas sehingga meningkatkan heat loss.
Karena pernafasannya dangkal → komposisi udara alveolus tidak banyak
berubah.
PENGATURAN SUHU TUBUH
Rangsang dingin → heat production ↑ & heat loss ↓
Rangsang panas → heat production ↓ & heat loss ↑
Tubuh mampu mempertahankan suhu inti (paparan terhadap suhu lingkungan 55º
sampai 130º F)
Percobaan :
1. Pada anjing dilakukan transeksi medulla spinalis setinggi segmen thorakalis
atas, dan kemudian kaki belakang direndam dalam air dingin → kaki depan dan
kepala menggigil
→ - respons tidak berasal dari refleks
- reaksi karena pendinginan darah melalui kulit yang direndam
Keterangan :
1. Darah yang panas → hipotalamus → merangsang pusat suhu → reaksi : heat
loss ↑ ↑ → suhu tubuh ↓
Walaupun refleks temperature lokal masih ada (reseptor kulit, reseptor intra-
abdominal, medulla spinalis). Refleks tersebut sangat lemah dibandingkan dengan
kontrol hipotalamus.
Pada manusia → Suhu tubuh berubah 1º C setiap perubahan suhu lingkungan 25º–
30ºC.
Mekanisme yang diaktifkan oleh panas :
Vasodilatasi kulit (inhibisi pusat simpatik di hipotalamus yg
menyebabkan vasokontriksi)
Berkeringat Heat loss ↑
Peningkatan pernapasan
(panting pada binatang)
Anoreksia
Apati dan inersia
(“ it’s too hot to move”)
Mekanisme yang diaktifkan dingin :
Menggigil
Lapar
Peningkatan aksi volunter (semiconscious)
/ adaptasi perilaku
Peningkatan sekresi epinefrin
dan norepinefrin
Vasokontriksi kulit
Menggulung tubuh
Horipilasi
Behavioral control of body temperature / Adaptasi perilaku
Ketika suhu internal menjadi terlalu tinggi atau rendah → timbul perasaan tidak
nyaman → berusaha membuat penyesuaian lingkungan untuk menciptakan kembali
rasa nyaman. Contoh : ketika kedinginan seseorang akan memakai jaket.
Respons untuk mengurangi heat production pada mekanisme yang diaktifkan oleh
panas tidak seefektif respons otot yang meningkatkan heat production selama terpapar
ke udara dingin.
Karena : - tonus otot dalam keadaan normal relatif rendah. Kapasitas
untuk menurunkannya lebih jauh menjadi terbatas
- Peningkatan suhu tubuh → laju metabolisme ↑ → heat
production ↑
Shivering
Cara utama dalam heat production : aktivitas otot rangka
Primary motor center for shivering → bagian dorsomedial dari hipotalamus posterior
dekat ventrikel ketiga
Secara normal dihambat oleh pusat panas di POA, tereksitasi oleh sinyal dingin dari
kulit dan MS.
↑ stimulasi simpatis & / ↑ sekresi epinefrin nor-epinefrin & sekresi tiroksin → ↑ laju
metabolisme selular
→ Perangsangan metabolisme lemak → ↑ heat production
Penting pada bayi → belum dapat menggigil → lemak coklat pada ruang interskapula
→ energi kimia menjadi energi panas
SET POINT
Suhu dimana sistem mekanisme pengaturan suhu “di set’, sehingga bila terjadi
perubahan, selalu terjadi mekanisme untuk mengembalikannya ke suhu tersebut.
Terutama ditentukan oleh reseptor sentral. Selain itu juga oleh reseptor perifer.
Set-point increases as the skin temperature decreases. It is important that sweating be
inhibited when the skin temperature is low; otherwise, the combined effect of a low
skin temperature and sweating could cause far too much loss of body heat.
A similar effect occurs on shivering. When the skin becomes cold, it drives the
hypothalamic centers to the shivering threshold even when the hypothalamic
temperature itself is still on the hot side of normal. A cold skin temperature would
soon lead to deeply depressed body temperature unless heat production were
increased. It actually ‘anticipates’ a fall in internal body temperature and prevent this.
DEMAM
Temperatur tubuh di atas normal yg disebabkan penetapan set-point baru karena
adanya pelepasan pirogen selama peradangan atau infeksi.
Dapat disebabkan :
- kelainan di otak (rusaknya mekanisme termoregulasi hipotalamus)
- zat toksik yang mempengaruhi pusat suhu.
- dehidrasi
- infeksi (penyebab paling umum)
Demam dehidrasi →
- dehidrasi itu sen diri mempengaruhi pusat suhu di hipotalamus
- dehidrasi → volume plasma & curah jantung ↓ → aliran darah ke kul it ↓ →
kemampuan berkeringat ↓ → heat loss ↓ → suhu tubuh meningkat.
H IPERTERMIA
D apat disebabkan :
- hormonal (t iroid dan epinefrin) → heat production ↑
- olahraga berkepanjangan
- drug induced (obat psikotropik, sontoh amfetamin)
T emperatur tinggi : rusaknya sel otak, hati, ginjal dan organ lain
H eat Cramps
Kejang otot, ter utama di ekstremitas
→ rasa sakit berulang-ulang → s ekresi keringat ↑ (dalam waktu singkat) →
kehilangan air & elektrolit ↑
Bila tidak cepat dikompensas i → spasme otot yang bekerja (sangat nyeri)
H eat Exhaustion
Gangguan yang leb ih berat
Gejala : - Haus
- Lemah
- Lelah
→ Pingsan (s yncope)
H eat exhaustion dapat berkembang menjadi heat stroke bila mekanisme heat loss terus
dipacu secara berlebihan.
R entan pada orang yang respons termoregulasinya lambat dan kurang efisien, co.
orang tua (gelombang udara panas, Prancis 2004)
Heat stroke → rusaknya mekanisme termoregulasi hipotalamus → suhu tubuh makin ↑
→ metabolisme ↑ → suhu tubuh makin ↑ ↑
→ umpan balik positif yang menyebabkan suhu makin tinggi
HIPOTERMIA
Suhu tubuh ↓
Co. pada binatang hibernasi
Manusia dapat mentolerir suhu tubuh antara 21º – 24º C (70º – 75º F) tanpa efek
merugikan yang permanen → hipotermia induksi pada pembedahan