Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REPORT

MATA KULIAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Daitin Tarigan M.Pd

DISUSUN OLEH :
ANJELY HUTAGAOL 7182142010 (3)

PENDIDIKAN AKUNTASI A 2018


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan tugas CRITICAL BOOK REPORT, mata kuliah Perkembangan
peserta didik. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Dosen Drs. Daitin Tarigan M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, serta penulis juga mengharap kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan , September 2018

Penyaji,
Anjely Hutagol
Nim.7182142010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1


1.2 Tujuan Makalah ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Identitas Buku ........................................................................................................... 2


2.2 Ringkasan Buku ........................................................................................................ 3
A. Buku Utama ........................................................................................................ 3
B. Buku Pebanding ................................................................................................ 12
C. Buku Pendukung ............................................................................................... 21
2.3 Kelemahan Dan Kelebihan Buku............................................................................ 26

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 27


3.2 Saran ....................................................................................................................... 27

DAFTER ISI ................................................................................................................................... 29


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan KKNI yang berlaku di perguruan tinggi di Universitas Negeri Medan
khususnya fakultas ekonomi tahun ajaran 2018/2019 telah dilakukannya pemberian tugas
kepada siswa yaitu “Critical Book Report”. Maka penulis diharuskan untuk dapat membuat
kritikan tentang buku mata kuliah yang bersangkutan yaitu Perkembangan Peserta Didik.
Pengkritikan buku ini memiliki tujuan yaitu dengan meringkas isi buku. Dengan mengkritik
buku tersebut, maka penulis dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan buku
tersebut. Tugas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau mengembangkan
tingkat analisis mahasiswa agar selesai perkuliahan Perkembangan Peserta Didik nantinya,
akan menghasilkan mahasiswa yang mampu menjadi seorang pendidik yang baik dan benar
dan dapat dikatakan menjadi guru professional.

1.2 Tujuan
Mengetahui apa saja hal yang dibahas di dalam buku perkembangan peserta didik.

1.3 Manfaat
1. Dapat menerapkan pembelajaran yang sistematis berdasarkan isi buku tersebut.
2. Terpenuhi tugas yang berstandar KKNI
3. Untuk mengulas atau mengkritisi sebuah isi buku.
4. Untuk mengetahui konsep Perkembangan Peserta Didik.
5. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Perkembangan Peserta Didik


Pengarang : Dra. Rahmulyani, M.pd., Kons,dkk
Penerbit : UNIMED PRESS
Cetakan :6
Tahun Terbit : 2015
Kota Terbit : Medan
Jumlah Halaman : 191 Halaman
Tebal Buku : 18×25 cm
Bahasa Teks : Bahasa Indonesia
ISBN : 978-602-7938-39-7

2.2 RINGKASAN BUKU

BAB IV TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN


A. PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Tugas perkembangan menurut Havighurt adalah tugas-tugas yang harus
diselesaikan oleh individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu. Apabila
individu tersebut berhasil mencapai tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia
akan bahagia, namun sebaliknya bila ia tidak mencapai atau gagal pada tugas
perkembangannya maka ia akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya,
selain itu ia juga akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas perkembangan di
fase berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat
bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai
berikut:
1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat
dari mereka pada usia-usia tertentu.
2. Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan
tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat
perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga
yang mengalami hambatan. tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas
perkembangan dapat menjadi suatu bahaya potensial yang menjadi penghambat
penyelesaian tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1. Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial
mengharapkan perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2. Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan
menguasai tugas-tugas tertentu.
3. Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan
yang lain.
B. JENIS-JENIS TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
Menurut Havighurst (Hurlock. 1990), ada sepuluh tugas perkembangan remaja yang
harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk membantu memahami tugas-tugas
perkembangan tersebut, masing-masing dapat dikaji dari aspek-aspek hakikat tugas, dasar
biologis, dan dasar psikologis, yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita.
a. Hakikat Tugas
Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki
sebagai pria, menjadi dewasa diantara orang dewasa, dan belajar memimpin tanpa
menekan orang lain.
b. Dasar Biologis
Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki dan
perempuan. Kematangan seksual dicapai selama masa remaja. daya tarik seksual
menjadi suatu kebutuhan yang dominan dalam kehidupan remaja. Hubungan sosial
dipengaruhi oleh kematangan yang telah dicapai.
c. Dasar Psikologis
Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk bertingkah laku sebagaimana
orang dewasa. adapun dalam kelompok lain jenis, remaja belajar menguasai
keterampilan sosial. Remaja putri umumnya lebih cepat matang daripada remaja
putra dan cenderung lebih tertarik kepada remaja putra yang usianya beberapa tahun
lebih tua. Kecenderungan seperti ini akan berlangsung sampai mereka kuliah di
perguruan tinggi. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan
membawa penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sepanjang kehidupannya.
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita
a. Hakikat Tugas
Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau
wanita.
b. Dasar Biologis
Ditinjau dari kekuatan fisik remaja putri menjadi orang yang lebih lemah
dibandingkan dengan remaja putra. Namun, remaja putri memiliki kekuatan lain
meskipun memiliki kelemahan fisik.
c. Dasar Psikologis
Peranan sosial pria dan wanita memang berbeda, remaja putra perlu menerima
peranan sebagai seorang pria dan remaja putri perlu menerima peranan sebagai
seorang wanita. Meskipun demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja putri,
kadang-kadang cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada karir,
cenderung mengagumi ayahnya dan kakaknya, serta ingin bebas dari peranan
sosialnya sebagai istri atau ibu yang memerlukan dukungan suami.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif
a. Hakikat Tugas
Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya menjadi toleran dengan kondisi
fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta menggunakannya secara efektif.
b. Dasar Biologis
Siklus pertumbuhan remaja melibatkan serangkaian perubahan endoctrin
dengan berkembangnya ciri-ciri seksual dan fisik orang dewasa. Perkembangan
remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan seksual. Laju pertumbuhan tubuh
gadis lebih cepat apabila dibandingkan pemuda. Waktunya kini tiba bagi si remaja
untuk mempelajari bagaimana jadinya fisiknya kelak, menjadi tinggi, pendek,
besar atau kurus. Umumnya gadis yang berusia 15 sampai 16 tahun, tubuhnya
mencapai bentuk akhir. Adapun pada pemuda keadaan ini akan dicapai sekitar
usia 18 tahun.
c. Dasar Psikologis
Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan sikap
dan minat remaja. Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang
dialaminya sendiri. Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias untuk menarik
lawan jenisnya manakala dia sudah mulai menstruasi.
Masyarakat sangat memperhatikan penampilan fisik dan pemeliharaannya.
Remaja pria dan wanita di ajar untuk menampilkan fisiknya yang menarik, dan
berkembang melebihi teman sebayanya.
4. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
a. Hakikat Tugas
Membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu menggantungkan diri
pada orang tua, mengembangkan sikap perasaan tertentu kepada orang tua tanpa
menggantungkan diri padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang
dewasa tanpa menggantungkan diri padanya.
b. Dasar Biologis
. Kematangan seksual individu. Individu yang tidak memperoleh
kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk membangun ikatan emosional
dengan teman sebaya. Ini bisa berlangsung tanpa mengubah ikatan emosional
yang meningkat terhadap orang tua.
c. Dasar Psikologis
Pada masa ini, remaja mengalami sikap ambivalen (dua perasaan yang
bertentangan) terhadap orang tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa
dunia dewasa itu cukup rumit dan asing baginya. Dalam keadaan semacam ini,
remaja masih mengharapkan perlindungan orang tua, sebaliknya orang tua
menginginkan anaknya berkembang menjadi lebih dewasa. Keadaan inilah yang
menjadikan remaja sering memberontak pada otoritas orang tua. Guru adalah
salah satu tempat bertumpu. Disinilah peranan guru cukup besar dalam rangka
proses penyapihan psikologis remaja.
5. Mencapai jaminan kebebasan ekonomis
a. Hakekat tugas
Merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri.

b. Dasar Biologis
Tidak ada dasar biologis yang berarti untuk pelaksanaan tugas ini, meskipun
kekuatan dan keterampilan fisik sangat bermanfaat untuk mencapai tugas ini.

c. Dasar Psikologis
Berkaitan erat dengan hasrat untuk berdiri sendiri.
6. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan
a. Hakikat Tugas
Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan
pekerjaan.
b. Dasar Biologis
Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup kuat
dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan pekerjaan.
c. Dasar Psikologis
Dari hasil penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada
kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan
mempersiapkan lapangan pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang
apa yang dicita-citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara
samar-samar dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan yang
diminatinya.
7. Persiapan memasuki kehidupan berkeluarga
a. Hakikat Tugas
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga.
Khusus untuk remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk mempunyai anak.

b. Dasar Biologis
Kematangan seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan antar
jenis kelamin.
c. Dasar Psikologis
Sikap remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang
menunjukkan rasa takut, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap bahwa
perkawinan justru merupakan suatu kebahagiaan hidup.
8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi
kewarganegaraan
a. Hakikat Tugas
Mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi, dan kemayarakatan
b. Dasar Biologis
Pada usia 14 tahun, sistem syaraf dan otak telah mencapai tahap ukuran
kedewasaan
c. Dasar Psikologis
Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan perbedaan
individu dalam perkembangan kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan
perbedaan dalam penguasaan bahasa, pemaknaan, perolehan konsep-konsep,
minat, dan motivasi.
9. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab
a. Hakikat Tugas
Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam
kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam
bertingkah laku.
b. Dasar Biologis
Tugas ini tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan erat
dengan pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika menerima adanya
insting sosial pada manusia atau memandang bagus tingkah laku remaja
merupakan sublimasi dari dorongan seksual.
c. Dasar Psikologis
Proses untuk mengikatkan diri individu kepada kelompok sosialnya telah
berlangsung sejak individu dilahirkan. Sejak kecil anak diminta untuk belajar
menjaga hubungan baik dengan kelompok, berpartisipasi sebagai anggota
kelompok sebaya, dan belajar bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk
kelompoknya. Ini berlangsung sampai dengan individu itu mencapai fase remaja.
10. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku
a. Hakikat Tugas
Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja
mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu
dalam hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia
dan suatu nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.
b. Dasar Psikologi
Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan
agama. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun
penalaran dan analisis tentang nilai.

C. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA BERKENAAN DENGAN KEHIDUPAN


KELUARAGA
Unsur-unsur utama yang paling penting bagi kebahagiaan perkawinan yaitu :
1. Penyesuaian dengan pasangan,
2. Penyesuaian seksual,
3. Penyesuaian keuangan, dan
4. Penyesuaian dengan pihak keluarga masing-masing.

BAB V KEBUTUHAN DAN PERBEDAAN KEBUTUHAN REMAJA

A. TEORI KEBUTUHAN
1. Kebutuhan Dasar Fisiologis
Yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas di antara seluruh kebutuhan manusia adalah
kebutuhannya untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhannya akan
makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen. Seseorang yang mengalami
kekurangan makanan, harga diri, dan cinta pertama-tama akan memburu makanan terlebih dulu.

2. Kebutuhan akan Rasa Aman


Yang dimaksud Maslow dengan kebutuhan akan rasa aman ini adalah kebutuhan yang
mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keraturan dari keadaan
lingkungannya. Sebagai contoh, seorang anak mengalami kecelakaan. Lalu, akibat dari
kecelakaan ini si anak memiliki rasa takut terhadap banyak hal, sehingga menyebakan si anak
memiliki keinginan yang kuat untuk dilindungi dan diperhatikan.

Indikasi lain dari kebutuhan akan rasa aman pada anak-anak adalah ketergantungan.
Menurut Maslow, anak-anak akan memeperoleh rasa aman yang cukup apabila mereka berada
dalam ikatan dengan keluarganya. Jika ikatan ini tidak ada atau lemah, maka si anak akan
merasa kurang aman, cemas, dan kurang percaya diri, lalu akan mendorong si anak untuk
mencari area-area hidup dimana dia bisa memperoleh ketentraman dan rasa aman.

3. Kebutuhan akan Kasih Sayang


Kebutuhan akan kasih sayang dan cinta adalah kebutuhan yang mendorong
individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu
lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan
keluarga maupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Kita memuaskan kebutuhan-
kebutuhan kita akan cinta dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh
perhatian dengan orang lain atau dengan orang-orang pada umunya, dan dalam
hubungan-hubungan ini memberi dan menerima cinta adalah sama penting.

4. Kebutuhan akan Penghargaan


Maslow menemukan bahwa setiap orang memilih dua kategori kebutuhan akan
penghargaan, yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi
kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi prestise,
pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.
5. Kebutuhan Ilmu Pengetahuan
Maslow berkeyakinan bahwa salah satu ciri mental yang sehat ialah adanya rasa
ingin tahu. Diakuinya, data ilmiah ataupun klinis yang dengan jelas membuktikan
kebutuhan in sebagai kebutuhan dasar memang kurang memadai, lagi pula dalam karya
para teoretikus terdahulu seperti Freud, Adler, dan Jung, tidak dapat ditemukan uraian
tentang persoalan ini.
6. Kebutuhan Estetika
Maslow menemukan bahwa paling tidak ada beberapa orang, kebutuhan akan keindahan
ini begitu mendalam, sedangkan hal-hal yang serba jelek benar-benar membuat mereka muak.
Hal ini diperkuat oleh hasil sebagian penelitian awalnya terhadap kelompok mahasiswa tentang
efek lingkungan yang indah serta lingkungan yang jorok atas diri mereka.

7. Kebutuhan akan pertumbuhan


Kebutuhan ini merupakan hasil perluasan dan memperjelas teori kebutuhan
dasar manusia yang kemudian dituangkan dalam bukunya yang berjudul Psychology of
Being.
8. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh,
memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain. Setiap orang harus
berkembang sepenuh kemampuannya. Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk
menumbuhkan, mengembangkan dan menggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut
aktualisasi diri, merupakan salah satu aspek penting teorinya tentang motivasi pada manusia.
Maslow juga melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh
kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.

B. KEBUTUHAN REMAJA DALAM PERKEMBANGANNYA


Jenis-jenis kebutuhan tersebut sangat diperlukan untuk bekal awal bagi remaja
dalam mensikapi lingkungannya dengan sangat baik agar mereka dapat diterima oleh
lingkungannya. Dengan penguasaan dan pemenuhan kebutuhan itu, remaja dapat hidup
layak sesuai dengan tuntutan lingkungan mereka. Disamping rumusan tersebut, ada tujuh
jenis kebutuhan khas remaja yang dikemukakan oleh Garrison (dikutip oleh Andi
Mappiare: 1982) yaitu:

1. Kebutuhan untuk memperoleh kasih saying


2. Kebutuhan untuk diikutsertakan dan diterima oleh kelompoknya.
3. Kebutuhan untuk mampu mandiri.
4. Kebutuhan untuk mampu berprestasi.
5. Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain.
6. Kebutuhan untuk dihargai
7. Kebutuhan untuk mendapatkan falsafah hidup.

C. PERBEDAAN KEBUTUHAN REMAJA USIA SEKOLAH MENENGAH


1. Abasement Need
yaitu kebutuhan untuk tidak berdaya, merendah apabila berbuat keliru, menerima
cercaan atau celaan orang lain, merasa perlu memdapat hukuman apabila berbuat
kesalahan, merasa lebih baik menghindar dari perkelahian, merasa lebih baik
menyatakan pengakuan akan kekeliruannya dan merasa rendah diri dalam berhadapan
dengan orang lain.
2. Need for Achievement
kebutuhan berprestasi yaitu kebutuhan untuk melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh, dorongan untuk mencapai hasil sebaik mungkin, melaksanakan
tugas yang menuntut kekerampilan dan usaha, dikenanl otoritasnya, mengerjakan tugas
sebaik mungkin, dorongfan untuk menyelesaikan masalah yang rumit, dan ingin
mengerjakan sesuatu lebih baik dari orang lain.
3. Need for Affilation
kebutuhan untuk berhubungan dengan oatrang lain seperyi teman sebaya, setia
kawan, berpartisipasi dalam kelompok sebaya, mengerjakan sesuatu untuk teman,
kebutuhan untuk mkembentuk persahabatan baru, dorongfan untuk mencari kawan
sebanyak mungkin, mengerjakan pekerjaan bersama-sama, akrab dengan teman,
dorongan untuk menulis surat persahabatan, dan sebagainya.
4. Need for Aggression
yaitu kebutuhan untuk melakkukan tindakan kekerasa, menyerang pandangan
yang berbeda denagn dirinya, menyampialkan pandangan tentang jalan pikiran orang
lain, mengancam orang lain secra terbuka, mempermainkan orang lain, melukai
perasaan oarang lain, dorongan untuk membaca berita yang menjurus kepada kekerasan
seperti perkosaan, dan lain sebaginya yang sejenis.
5. Autonomy Need
yaitu kebebasan untuk bertindak secara mandiri, menyatakan kebebasan diri
untuk berbuat atau mengatakan apapun, bebas dalam mengambil keputusan, melakukan
sesuatu yang tidak biasa dilakukan oramg lain, menghindari pendapat orang lain,
menghindari tanggung jawab atau tugas dari orang lain.
6. Counteraction
yaitu kebutuhan untuk mencari bentuk yang berbeda dari yang telah mapan,
seperti sebagai oposisi.
7. Defendance Needs
yaitu kebutuhan untuk bergantung pada diri sendiri.
8. Deference Needs
kebutuhan untuk meniru orang lain, hormat kepada orang lain, dorongan untuk
mendapat pengaruh dari orang lain, menemukan apa yang diharapkan orang lain,
memberikan hadiah kepada orang lain, memuji pekerjaan orang lain, menerima
kepemimpinan orang lain, dorongan untuk membaca riwayat orang-orang besar,
menyesuaikan diri pada kebiasaan orang lain, menghindarkan diri dari kegiatan yang
tidak biasa, menyerahkan pengambilan keputusan kepada orang lain.
9. Need for Dominance
kebutuhan untuk menguasai lingkungan manusia, membantah pendapat orang
lain, ingin menjadi pemimpin kelompoknya, ingin dipandang sebagai pemimpin orang
lain, ingin selalu terpilih sebagai pemimpin, mengambil keputusan dengan
mengatasnamakan kelompok dan lain sebagainya.
10. Exhibition
kebutuhan untuk memamerkan diri, menarik perhatian orang lain,
memperlihatkan diri agar menjadi pusat perhatian orang lain, dorongan untuk
menceritakan keberhasilan dirinya dan lain sebagainya.
11. Harmaviodance
yaitu kebutuhan menghindari ketidaknyamanan
12. Infavoidance
yaitu kebutuhan untuk menghindari kegagalan
13. Nurturance
kebutuhan untuk membantu orang yang memerlukan bantuan, membantu orang
lain yang kurang beruntung, memperlakukan orang lain dengan baik dan simpatik,
memaafkan orang lain dan sebagainya.
14. Order
kebutuhan yang teratur yaitu kebutuhan untuk melakukan sesuatu dengan
teratur, dorongan untuk melakukan pekerjaan dengan rapi, membuat suasana sebelum
memulai tugas yang sulit, menunjukan keteraturan dalam berbagaio hal, memelihara
segala sesuatu dengfan rapi dan terarur dan lain sebagainya.
15. Play
yaitu kebutuhan untuk bermain, mencari kesenangan
16. Rejection
yaitu kebutuhan untuk menolak orang lain
17. Sentience
yaitu kebutuhan untuk menikmati sesuatu yang sensual.
18. Sex
yaitu kebutuhan untuk membangun hubungan yang bersifat erotis.
19. Succorance
yaitu kebutuhan untuk mencari bantuan dari orang lain apoabila mendapat
kesulitan, mengharapkan orang lain berbak hati kepadanya, mengharapkan simpatik
dan belaian kasih sayang dari orang lain dan lain sebagainya.
20. Understanding
yaitu kebutuhan untuk menganalisis dan mencari jawaban sementara(hipotesis).

BAB VI PERKEMBANGAN KONSEP DIRI


A. PENGERTIAN KONSEP DIRI
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya
apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan
atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika
individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi
dirinya.
B. DIMENSI KONSEP DIRI
Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi
konsep diri. Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri,
meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun dan Acocella
(1990) misalnya, menyebutkan dimensi utama dari konsep diri, yaitu:
1. Pengetahuan. Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui
tentang konsep diri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran
tentang diri saya. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk citra.
diri. Gambaran diri tersebut merupakan kesimpulan dari: pandangan kita dalam
berbagai peran yang kita pegang, seperti sebagai orangtua, suami atau istri,
karyawan, pelajar, dan seterusnya; pandangan kita tentang watak kepribadian yang
kita rasakan ada pada diri kita, seperti jujur, setia, gembira, bersahabat, aktif, dan
seterusnya; pandangan kita tentang sikap yang ada pada diri kita; kemampuan yang
kita miliki, kecakapan yang kita kuasai, dan berbagai karakteristik lainnya yang kita
lihat melekat pada diri kita. Singkatnya, dimensi pengetahuan (kognitif) dari konsep
diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi,
seperti “saya pintar”, “saya cantik”, “saya anak baik”, dan seterusnya.
2. Harapan. Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan mau diri yang
dicita-citakan dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang
siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah
pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang.
Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan
ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
3. Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita
sendiri. Penilaian konsep diri merupakan pandangan kita tentang harga atau
kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari
kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita
bertentangan: 1) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa), 2)
standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja, yaitu:
1. Usia kematangan
2. Penampilan diri
3. Nama dan julukan
4. Hubungan keluarga
5. Teman-teman sebaya
6. Kreativitas
7. Cita-cita

D. PERKEMBANGAN KONSEP DIRI REMAJA


konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang
manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua
turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap
atau respon orang tua dari lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk
menilai siapa dirinya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.

E. KARAKTERISTIK KONSEP DIRI REMAJA (SMP-SMA)


Santrock (1998),menyebutkan sejumlah karakteristik penting perkembangan
konsep diri pada masa remaja, yaitu sebagai berikut.
1. Abstract and idealistic, misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14 tahum
mengenai dirinya.
2. Differentiated, dibandingkan dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin
untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin
terdiferensiasi.
3. Contradictions Within the Self. Remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam
sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda.
4. The Fluctuating Self. Seorang peneliti menjelaskan sifat fluktuasi dari diri remaja
tersebut dengan metafora “the barometric self” ( diri barometik).
5. Real and Ideal, True and False Selves. Kemampuan untuk menyadari adanya
perbedaan antara diri yang nyata (real self) dengan diri yang ideal (ideal self)
menunjukan adanya peningkatan kemampuan kognitif mereka.
F. KONSEP DIRI DAN PERILAKU
Pertama, self-concept as maintainer of inner consistency. Konsep diri
memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang. Individu
senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila individu
memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau saling
bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan.
Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu mengubah perilaku atau
memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan
lingkungannya.
Kedua, self-concept as an interpretation of experience. Konsep diri menentukan
bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh sikap dan
pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu tersebut dalam
menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara
individu yang satu dengan individu lainnya, karena masing-masing individu
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri mereka. Tafsiran negatif
terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap
dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh
pandangan dan sikap positif terhadap dirinya.
Ketiga, self-concept as set of expectations. Konsep diri juga berperan sebagai
penentu pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri.
Bahkan McCandless sebagaimana dikutip Felker (1974) menyebutkan bahwa konsep
diri seperangkat harapan-harapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada
harapan-harapan tersebut. Siswa yang cemas dalam menghadapi ujian akhir dengan
mengatakan “saya sebenamya anak bodoh, pasti saya tidak akan mendapat nilai yang
baik”, sesungguhnya sudah mencerminkan harapan apa yang akan terjadi dengan hasil
ujiannya.
G. KONSEP DIRI DAN PRESTASI KERJA
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan
prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972) misalnya,
mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang
kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep
diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi
tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan hubungan
antarpribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis
dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar dengan belajar keras dan tekun,
serta aktivitas-aktivitas mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga
memperlihatkan kemandirian dalam belajar, sehingga tidak tergantung kepada guru
semata.

Anda mungkin juga menyukai