Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pluralisme sendiri berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu pluralism, dan
berdasarkan dari wikipedia, pluralism mempunyai pengertian "Suatu kerangka
interaksi yang mana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu
sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembauran / pembiasan)".
Seiring berjalannya waktu pengertian pluralisme telah banyak mengalami
perkembangan, yang disesuaikan dengan perubahan zaman dan kepentingan dari
beberapa pihak, salah satu perkembangan definisi dari pluralisme yang lebih
spesifik adalah seperti yang diungkapkan oleh John Hick, yang mengasumsikan
pluralisme sebagai identitas kultural, kepercayaan dan agama harus disesuaikan
dengan zaman modern, karena agama-agama tersebut akan berevolusi menjadi
satu.
Pengertian pluralisme diatas mempunyai anggapan bahwa semua agama
adalah sama, hal inilah yang kemudian disalah gunakan oleh beberapa orang
tertentu untuk merubah suatu ajaran agama agar sesuai dengan ajaran agama
lain.
Kondisi tersebut jelas tidak berlaku untuk negara Indonesia, dimana
kebhinekaan merupakan salah satu pedoman bangsa, dengan beragamnya suku
bangsa dan agama di Indonesia, pengertian pluralisme versi John Hick akan
sangat mengganggu, dan bisa menimbulkan konflik yang hanya berlandaskan
emosi, karena penduduk Indonesia untuk saat ini, sangat mudah sekali
terpengaruh oleh suatu informasi tanpa mau mengkaji lebih dalam.
Pluralisme sendiri sebenarnya sangat penting sekali, bagi sebuah negara
yang terdiri dari beraneka suku bangsa, etnis atau kelompok sosial lainnya,
termasuk dalam hal ini negara Indoneisa, asalkan pengertian dari pluralisme
kembali ke asalnya, yaitu toleran, seperti halnya yang diungkapkan cendikiawan
muslim Masykuri Abdillah yang mengatakan pluralisme merupakan sikap
menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya sebagai
keniscayaan.
Dengan semakin beraneka ragamnya masyarakat dan budaya, sudah tentu
setiap masing-masing individu masyarakat mempunyai keinginan yang berbeda-
beda, dan hal tersebut bisa menimbulkan konflik diantara individu masyarakat
tersebut, untuk itulah diperlukan paham pluralisme yang mengacu kepada
pengertian toleransi, untuk mempersatukan kebhinekaan suatu bangsa.
Apalagi apabila kita melihat pedoman dari bangsa Indonesia yaitu Bhineka
Tunggal Ika, yang mempunyai pengertian berbeda-beda tetapi tetap menjadi satu,
yang mengingatkan kita betapa pentingnya pluralisme untuk menjaga persatuan
dari kebhinekaan bangsa, asalkan pengertian pluralisme adalah toleransi. Dimana
pedoman itu telah tercantum pada lambang Negara kita yang didalamnya telah
terangkum dasar Negara kita juga.
Pluralisme moral atau relativisme moral adalah titik berdiri konsep di
mana orang percaya bahwa kebenaran atau pembenaran dari penilaian moral tidak
mutlak, tetapi relatif terhadap beberapa kelompok orang yang berbeda. Tetapi
tidak salah untuk beberapa pertimbangan menuju ke ketidaksepakatan tertentu
yang diusulkan oleh orang-orang dari budaya yang berbeda dan masyarakat yang
berbeda pula. Orang-orang dari daerah yang berbeda dengan latar belakang yang
berbeda, struktur sosial, dan karakter yang berbeda, memiliki pandangan yang
berbeda dengan cara berpikir dalam menghadapi hidup dan masalah mereka
sendiri

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
diantaranya sebagai berikut :
1. Apa definisi dari pluralisme?
2. Bagaimana sejarah pluralisme di Indonesia ?
3. Bagaimana pandangan agama, hukum, sosial budaya, pengetahuan dan
politik terhadap pluralisme di Indonesia ?
4. Apa arti penting dari pluralisme bagi Indonesia?
5. Bagaimana mewujudkan nilai-nilai pluralisme berdasarkan pancasila?
6. Bagaimana membangun rasa pluralisme di Negara yang memiliki
keberanekaragaman budaya terutama di Indonesia ?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini tentang membangun pluralism bangsa
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi penting pluralisme.
2. Mengetahui sejarah pluralisme di Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana pandangan agama, hukum, sosial budaya,
pengetahuan dan politik terhadap pluralisme.
4. Mengetahui arti penting dari pluralisme bagi Indonesia.
5. Mewujudkan rasa pluralisme dengan berlandaskan pada pancasila.
6. Menjadikan masyarakat Indonesia menjadi warga Negara yang tidak
menggap perbedaan sebagai penghalang untuk membangun pluralisme
bangsa.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagia berikut :
1. Memahami makna dari pluralisme itu sendiri dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2. Menjadikan perbedaan itu sebagai suatu acuan yang menimbulkan rasa
saling menghormati dan menghargai sesama warga Negara untuk
memperoleh rasa kebersamaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pluralisme
Ada banyak kekaburan mengenai paham pluralisme itu sendiri, terutama
di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pluralisme dipahami dengan berbagai
makna. Definisi pluralisme sendiri dibagi dua, definisi umum dan definisi khusus.
Definisi umum pluralisme menurut ilmu sosial adalah sebuah kerangka
di mana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa
saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama
(koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi. Definisi umum
lain dikemukakan oleh Diana L. Eck adalah keberagaman atau majemuk dengan
ikatan aktif kepada kemajemukan tersebut, toleransi dengan usaha aktif untuk
memahami orang lain, dan pertautan komitmen antara komitmen religius yang
nyata dan komitmen sekuler yang nyata. Pluralisme ini didasarkan pada
perbedaan, bukan kesamaan selain itu ia juga mengutarakan bahwa pluralisme
adalah sebuah ikatan.
Definisi pluralisme secara khusus adalah suatu paham mengenai hidup
dalam pluralitas yang dianut oleh individu maupun kelompok sesuai dengan apa
yang ia yakini ataupun sesuatu yang ia anut, salah satunya adalah agama atau
kepercayaan lain.

2.2 Sejarah Pluralisme di Indonesia


Sebelum kata plural masuk ke Indonesia, Indonesia sudah plural dan
sudah majemuk dari segala sisi, tidak hanya dalam berkeyakinan tetapi juga tata
laku kehidupan, yang menyatukan dari keragaman tersebut adalah kesatuan rasa
setanah air, sebangsa, dan senegara. Kemajukan terwujud dalam semboyan
bhineka tunggal ika dengan ideologi pancasila dan sumpah pemuda sebagai alat
pemersatu bangsa yang terbingkai dalam NKRI.

2.3 Beberapa Pandangan Tentang Pluralisme dari Berbagai Aspek


a) Pluralisme Agama
Pluralisme Agama merupakan pemikiran yang menganggap
bahwa semua agama adalah jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan
yang sama. Jadi, menurut penganut paham ini, semua agama adalah
jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang sama. Setiap pemeluk
agama tidak boleh mengklaim atau meyakini, bahwa agamanya lebih
benar atau lebih baik dari agama lain, atau mengklaim bahwa hanya
agamanya sendiri yang benar.
Ernest Troeltsch pengusung paham Pluralisme, mengemukakan
tiga sikap populer terhadap agama, yaitu (1) semua agama adalah
relatif. (2) Semua agama, secara esensial adalah sama. (3) Semua
agama memiliki asalusul psikologis yang umum.
 Pluralisme Dalam Pandangan Islam.
Jika kita membicarakan tentang pluralisme dalam islam,
sungguh sangat banyak pendapat baik yang pro ataupun yang kontra
kepada pluralisme agama. Pluralisme agama dalam pandangan islam
bertentangan dengan ajaran Islam sebab mengakui kebenaran semua
agama, adalah paham syirik, karena mencampuradukkan yang hak
dan yang bathil, dan menodai tawhid Islam. Hal inipun menafikan
ayat Qur'an pada surat Ali Imran yang menjelaskan bahwa Agama
yang di ridhai Allah hanyalah Islam.
Fatwa MUI tentang sesatnya paham Pluralisme ketika orang
berpandangan bahwa semua agama adalah sama, maka orang akan
bebas untuk keluar masuk agama sesuai dengan keinginan nafsunya
tanpa memperhatikan rambu-rambu yang telah diatur dalam syari'at
agama Islam.
 Pluralisme Dalam Pandangan Katolik
Paus Yohannes Paulus II, tahun 2000, mengeluarkan Dekrit
‘Dominus Jesus’. Selain menolak paham Pluralisme Agama,
juga ditegaskan kembali bahwa Yesus Kristus adalah satu-
satunya pengantara keselamatan Ilahi dan tidak ada orang yang
bisa ke Bapa selain melalui Yesus.
Latar belakang dikeluarkannya Dekrit Dominus Jesus
dikarenakan ketidak setujuan Paus kepada para pemikir Pluralisme
Agama, salah satu pemikirnya yaitu Frans Magnis Suseno yang
mengatakan pluralisme agama itu sesuai dengan semangat zaman.
Pluralisme sangat sesuai dengan anggapan yang sudah sangat
meluas dalam masyarakat sekuler bahwa agama adalah masalah
selera, yang termasuk “budaya hati” individual, mirip misalnya
dengan dimensi estetik, dan bukan masalah kebenaran.
Mengkliam kebenaran hanya bagi diri sendiri dianggap tidak
toleran.
 Pluralisme Dalam Pandangan Protestan
Berbeda dengan agama Katolik, Teologteolog Protestan
banyak yang menjadi polopor paham ini. Meskipun demikian, dari
kalangan Protestan, juga muncul tantangan keras terhadap paham
Pluralisme Agama.
Pemikir protestan Indonesia Poltak YP Sibarani&Bernard Jody
A. Siregar, dalam buku Beriman dan Berilmu: Panduan Pendidikan
Agama Kristen untuk Mahasiswa, menjelaskan: Pluralisme bukan
sekedar menghargai pluralitas agama tetapi sekaligus
menganggap (penganut) agama lain setara dengan agamanya. Di
satu pihak, jika tidak berhati-hati, sikap ketiga ini dapat berbahaya
dan menciptakan polarisasi iman. Artinya, keimanannya atas
agama yang diyakininya pada akhirnya bisa memudar dengan
sendirinya, tanpa intervensi pihak lain.
b) Pluralisme Hukum
Pluralisme hukum (legal pluralism) kerap diartikan sebagai
keragaman hukum. Pluralisme hukum adalah hadirnya lebih dari satu
aturan hukum dalam sebuah lingkungan sosial. Gagasan pluralisme hukum
sebagai sebuah konsep, mulai marak pada dekade 1970an, bersamaaan
dengan berseminya ilmu antropologi.
Sentralisme hukum memaknai hukum sebagai hukum negara yang
berlaku seragam untuk semua orang yang berada di wilayah yurisdiksi
Negara tersebut. Dengan demikian, hanya ada satu hukum yang
diberlakukan dalam suatu negara, yaitu hukum negara. Hukum hanya
dapat dibentuk oleh lembaga negara yang ditugaskan secara khusus untuk
itu. Meskipun ada kaidah-kaidah hukum lain, sentralisme hukum
menempatkan hukum negara berada di atas kaidah hukum lainnya, seperti
hukum adat, hukum agama, maupun kebiasan-kebiasaan.
Dalam perjalanannya, pluralisme hukum ini tidak terlepas dari
sejumlah kritik, di antaranya:
1. Pluralisme hukum dinilai tidak memberikan tekanan pada batasan
istilah hukum yang digunakan.
2. Pluralisme hukum dianggap kurang mempertimbangkan faktor
struktur sosio-ekonomi makro yang mempengaruhi terjadinya
sentralisme hukum dan pluralisme hukum. Selain itu, kelemahan
penting lainnya dari pluralisme hukum adalah pengabaiannya terhadap
aspek keadilan. Lagi pula, pluralisme hukum belum bisa menawarkan
sebuah konsep jitu sebagai antitesis hukum negara. Pluralisme hukum
hanya dapat dipakai untuk memahami realitas hukum di dalam
masyarakat.
3. Pluralisme hukum tidak dapat menyelesaikan permasalahan
masyarakat dengan baik dan tuntas sampai ke puncak permasalahan.
c) Pluralisme Sosial Budaya
Pluralisme dalam perspektif filsafat sosial merupakan konsep kemanu
siaan yang memuat kerangka interaksi dan menunjukkan sikap saling
menghargai, saling menghormati, toleransi satu sama lain dan saling hadir
bersama atas dasar persaudaraan dan kebersamaan dilaksanakan secara
produktif dan berlangsung tanpa konflik sehingga terjadi asimilasi dan
akulturasi budaya.
Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa dan budaya.
Pluralitas tidak bisa dihindarkan apalahi ditolak meskipun manusia
tertentu cenderung menolaknya karena pluralitas dianggap sebagai
ancaman terhadap eksistensinya atau eksistensi komunitasnya.
Pemahaman pluralisme bedaya diperlukan sejalan dengan dinamika
masyarakat di era otonnomi daerah. Di lain pihak, pluralisme budaya
cenderung dianggap sebagai kambing hitam, mengingat belum bagusnya
implementasi otonomidaerah, maraknya anarkisme, dan konflik sosial.
Pemerintah tentu perlu memperbaikitatanan otonomi daerah
agar pluralisme dapat dilihat secara lebih baik
d) Pluralisme Ilmu Pengetahuan
Bisa diargumentasikan bahwa sifat pluralisme proses ilmiah adalah
faktor utama dalam pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan. Pada gilirannya,
pertumbuhan pengetahuan dapat dikatakan menyebabkan kesejahteraan
manusiawi bertambah, karena, misalnya, lebih besar kinerja dan
pertumbuhan ekonomi dan lebih baiklah teknologi kedokteran.
Pluralisme juga menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan
kebenaran universalnya masing-masing.
e) Pluralisme Politik
Pluralisme politik adalah ruang demokrasi yang mampu membuka
sumbatan-sumbatan agar kekuasaan dari berbagai kelompok rakyat dapat
mengalir dengan bebas menuju penguasaan rakyat terhadap negara.
Demokrasi telah menjamin bahwa pluralisme politik dalam sebuah negara
tidak akan melahirkan negara totaliter, tidak akan menciptakan sentra
kekuasaan pada golongan tertentu (seperti pada masa orde lama dan orde
baru Indonesia). Tidak boleh ada niat apa lagi tindakan dari kelompok
rakyat tertentu untuk mendominasi kelompok rakyat yang lain dalam
sebuah sistem kekuasaan negara, baik kekuasaan negara di tingkat
nasional (pemerintah pusat) atau kekuasaan negara di daerah (pemda).
Dalam dimensi pluralisme politik, seluruh rakyat melalui berbagai jalur
“entitas” dan komunitasnya harus diberi jalan untuk mengendalikan
kekuasaan atau mempengaruhi kekuasaan. Melalui jalan tersebut rakyat
dapat mengirim orang-orang yang telah dipilih untuk masuk ke lembaga
legislatif dan eksekutif.
2.4 Pentingnya Arti Pluralisme bagi Indonesia

Pluralisme adalah paham yang mengajarkan kita menghargai perbedaan.


Selama ini kita banyak yang keliru, paling tidak sedikit melenceng dalam
mengartikan semangat pluralisme. Kita mungkin mengira bahwa teori pluralisme
hanya diperlukan dalam aspek toleransi antar umat beragama. Akan tetapi
sebenarnya semangat pluralisme harus dirawat dan ditumbuhkembangkan dalam
seluruh bidang kehidupan masyarakat suatu Negara. Baik dalam bidang politik,
ekomoni sampai pada perhimpunan-perhimpunan ilmiah.
Setiap negara dari awalnya adalah plural. Di benua manapun,
bagaimanapun sejarah berdirinya dan apa pun dasar negaranya pastilah di dalam
masyarakatnya yang heterogen ditemukan banyak sekali perbedaan di antara
masyarakat itu sendiri. Bukan hanya perbedaan agama dan keyakinan, latar
belakang sosial, latar pendidikan, kebudayaan dan adat-istiadat.
Fakta yang tidak dapat ditolak oleh dalil manapun di alam jagad raya ini
adalah bahwa seluruh masyarakat dalam suatu Negara yang pada dasarnya
memiliki beragam perbedaan tersebut adalah individu-individu yang saling
membutuhkan bahkan saling ketergantungan. Lebih dalam lagi, ketergantungan
individu yang satu terhadap individu lainnya bukanlah ketergantungan sementara
atau kontemporer. Maka ketergantungan individu yang satu terhadap individu
yang lain adalah mutlak dan absolut.
Indonesia pernah tersambar oleh sebuah pilihan. Kita pasti masih ingat
bahwa keluarnya Propinsi Timor Timur adalah karena pilihan referendum yang
dilaksanakan kala itu. Faktanya, sebuah referendum telah memecah satu Negara
menjadi dua. Dan andai saja kala itu nilai-nilai pluralisme terawat dengan sehat di
negeri ini, Timor-Timur akan tetap milik Indonesia. Banyak lagi Negara-negara di
dunia ini yang harus pecah jika tak berlebihan dibilang hancur akibat lalainya
pemerintah dan masyarakat memupuk, menyiram dan merawat Pluralisme
sebagai malaikat pemersatu bangsa.
Oleh karena itu, marilah merawat nilai-nilai pluralisme. Kita adalah
bangsa yang besar dan beragam pula perbedaan di antara kita. Ketika ada tanda-
tanda atau sinyal penghilangan nilai-nilai pluralisme, kita harus sama-sama
menghadang. Pluralitas subur dengan menghormati asas universalitas, punya
sikap keberagamaan, luhur, percaya mempercayai. Kita harus sadar bahwa
pluralitas akan lenyap dikala ada upaya pemaksaan pada tataran pergaulan
kehidupan bermasyarakat.
Sosok Gusdur, Pejuang Pluralisme sejati Indonesia mengatakan bahwa
dalam agama, kebudayaan dan demokrasi Pluralisme adalah sebuah
KENISCAYAAN. Bahkan Pluralisme manurut mantan bapak bangsa/Presiden ini
adalah sebagai sebuah rumah. Rumah dengan banyak kamar yang setiap kamar
dihuni oleh sebuah agama. Demi keutuhan rumah itu, masing-masing penghuni
kamar haruslah saling menghormati dan menghargai tanpa satu pihak yang merasa
berhak atas kebenaran kepemilikan rumah tersebut.
Akhirnya pemerintah dan kita semua harus mencoba membayangkan
betapa buruknya dampak yang terjadi pada suatu Negara bila nilai-nilai
Pluralisme teraabaikan dari karakter bangsa kita. Mari kita bersama-sama
merawat Pluralisme. Sebab pluralisme adalah malaikat pemersatu bangsa.

2.5 Mewujudkan Nilai-nilai Pluralisme Berdasarkan Pancasila


Suatu bentuk perwujudan pancasila yang biasa dan mudah untuk
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah bentuk rumusan pancasila. Secara
autentik bentuk rumusan pancasila terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Bentuk
tersebut masih berwujud konsep pengertian yang merupakan dasar bagi kehidupan
bangsa Indonesia dalam bernegara. Sebagaimana berbagai hal di dunia ini dapat
memiliki perwujudan sesuai dengan situasi dan kondisi, pancasilapun begitu.
Pancasila di samping berwujud sebagai rumusan konsep pengertian, tentunya juga
memiliki berbagai perwujudan lain dalam kehidupan kita.
Selain itu, beberapa meyakinkan bahwa landasan moral bagi praktek-
praktek tertentu dalam politik dan institusi bisa diawetkan dengan sistem budaya
masyarakat setempat. Hahm (2003) menunjukkan beberapa tradisi di masyarakat
Asia Timur dipengaruhi oleh Konfusianisme. Misalnya adalah seluruh anak-anak
memiliki kewajiban moral yang mendalam untuk merawat orang tua mereka.
Tradisi ini sangat kuat dan berakar di jantung Asia, yang lebih muda berpikir
dimana mereka akan mendapatkan kebahagiaan masing-masing sementara itu
mereka juga berhasil bisa melayani orang tua mereka dan keluarga mereka
lainnya.
Sebagai nilai, pancasila memuat suatu daya tarik bagi manusia untuk
diwujudkan, mengandung suatu keharusan untuk dilaksanakan. Nilai merupakan
cita-cita yang menjadi motivasi bagi segala sikap, tingkah laku, dan segala
manusia yang mendukungnya. Oleh karena itu sikap pluralisme terhadap bangsa
sangat diperlukan karena tanpa adanya sikap itu, maka masyarakat hanya
mementingkan dirinya sendiri saja kemudian muncul sikap egois dan
berkurangnya sikap toleransi serta sikap saling menghargai antar sesama,
walaupun itu dalam lingkungan keluarga sendiri.
Setelah memahami nilai-nilai pancasila, sebagai dasar yang harus
diwujudkan serta pedoman untuk dilaksanakan, kita masih perlu menata dan
menyusun serta mengatur sistem kehidupan bangsa Indonesia bagi terwujudnya
nilai-nilai pancasila. Misalnya dalam mengusahakan persatuan bangsa Indonesia,
kita perlu menyusun dan mengatur interaksi antar warga Negara yang terdiri dari
beraneka ragam suku, golongan, agama serta budaya. Demikian juga bagaimana
mengatur kehidupan beragama agar kebebasan kehidupan beragama bisa terjamin.
Seperti halnya semboyan Negara kita yaitu “ bhineka tunggal ika”,
walaupun berbeda tetapi tetap satu jua. Dengan adanya perbedaan itu muncul
suatu rancangan baru yang pada akhirnya terbentuklah rasa nasionalisme dan rasa
patriotism terhadapa tanah air Indonesia. Usaha-usaha ekstern, yang diharapkan
bagi pelaksanaan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bersama bangsa
indoneasia.
Bila telah di tangkap atau dipahami serta tampak bernilai bagi bangsa
Indonesia, nilai-nilai tersebut akan memberi daya tarik bagi bangsa Indonesia
untuk mewujudkannya. Namun nilai-nilai pancasila tampaknya masih terlalu
umum dan abstrak untuk dapat di tangkap oleh bangsa Indonesia pada umunya,
maka masih perlu dijabarkan agar mudah di pahami dan tampak bernilai bagi
bangsa Indonesia.

2.6 Membangun Pluralisme Bangsa dengan Beberapa Perbedaan


Pemikiran yang berhubungan dengan manusia pada hakikatnya adalah
gambaran yang dimiliki tentang manusia ( Rahman Zainuddin, 1992:81 ).
Berdasarkan asumsi-asumsi itulah selanjutnya para pemikir menyusun dan
mengembangkan teori-teorinya. Thomas Aquinas berpendapat bahwa manusia
adalah makhluk social yang tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya secara
individual.
Setiap manusia memerlukan manusia lain dalam berbagai tingkatan
kelembagaan. Negara merupakan lembaga manusia yang paling luas, yang
berfungsi untuk menjamin agar manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang melampaui kemampuan lingkungan-lingkungan social lebih kecil. Di suatu
Negara terutama di Indonesia memiliki berbagai macam budaya dimana kesemua
perbedaan itu menjadi satu karena adanya rasa pluralisme dan patriotisme yang
telah tertanam di tiap-tiap diri bangsa Indonesia itu sendiri.
Karena adanya berbagai macam perbedaan itu muncul rasa saling
menghormati dan toleransi yang mengakibatkan semakin kuatnya rasa pluralisme
suatu bangsa itu. Sehingga muncul kemudahan terhadap masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya dengan dibantu oleh masyarakat lain sehingga muncul
hubungan timbal balik antar sesama masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan
hidupnya.
John locke menggambarkan keadaan alamiah manusia itu pada dasarnya
seluruhnya baik, manusia bebas untuk menentukan dirinya dan menggunakan
miliknya sendiri dengan tidak tergantung pada kehendak orang lain, semua
memiliki hak yang sama dengan mempergunakan kemampuan mereka masing-
masing. Namun dalam perkembangan saat ini, manusia yang lebih terampil dan
lebih rajin tentu akan menjadi lebih cepat kaya. Perkembangan ini akan menjadi
perebutan tanah dan modal sehingga memunculkan suasana iri dan memusuhi.
Dengan adanya rasa pluralisme antar sesama masyarakat hal seperti tidak
akan terjadi karena masyarakat itu sendiri telah dibekali rasa toleransi dan saling
menghargai serta dibarengi dengan jiwa patriotisme. Namun tidaklah demikian
untuk suatu negara. Sebagai suatu lembaga yang melibatkan manusia, sifat dan
keadaan Negara ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.
Kita ketahui Indonesia memiliki beberapa agama, dimana masyarakatnya
sendiri memiliki keyakinan yang kuat tentang agamanya masing-masing, selain
itu masalah agama dan kepercayaan ini telah di atur dalam UUD 1945 pasal 29,
jadi setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap agama yang
diyakininya. Kewajiban dari setiap manusia adalah melaksankan perintah dan
syara’ sesuai dengan apa yang mereka yakini, kemudian haknya adalah
masyarakat itu harus menghormati dan menghargai apa-apa yang yang diyakini
dan dipedomani oleh masyarakat yang memiliki beda keyakinan dengan mereka.
Sebagai contoh ialah disuatu tempat terdapat sebuah pemukiman dimana
dipemukiman itu terdapat masyarakat yang memiliki keyakinan yang berbeda-
beda. Dalam kondisi yang demikian kehidupan masyarakat disana berjalan aman
dan rukun karena masyarakat yang berada dipemukiman itu telah membentuk rasa
pluralism yaitu rasa saling menghormati dan toleransi terhadapa apa-apa yang
dilakukan oleh tiap-tiap masyarakat.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pemikiran tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia
pada hakekatnya merupakan gambaran asumsi tentang manusia. Manusia
merupakan makhluk sosial yang memiliki berbagai macam keinginan, oleh karena
itu mereka saling tolong menolong walaupun ada bebarapa perbedaan. Perbedaan
itu menumbuhkan pluralisme bangsa yang pada akhirnya perbedaan itu menjadi
satu kesatuan yang memberi pengaruh kepada negara.
Dengan semakin beraneka ragamnya masyarakat dan budaya, sudah tentu
setiap masing-masing individu masyarakat mempunyai keinginan yang berbeda-
beda, dan hal tersebut bisa menimbulkan konflik diantara individu masyarakat
tersebut, untuk itulah diperlukan paham pluralisme yang mengacu kepada
pengertian toleransi, untuk mempersatukan kebhinekaan suatu bangsa.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis meminta kritik dan saran bagi
pembaca terutama pada dosen mata pelajaran, karena di dalam penulisan makalah
ini penulis masih merasa banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan. Bak kata
pepatah ‘tidak ada gading yang tidak retak’. Oleh karena saran dan kritik sangat
diperlukan untuk kemajuan penulis dalam menulis makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai