PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia dengan cara menekan
laju pertambahan penduduk. Salah satu ujung tombak pelayanan
kegiatan dilaksanakan di Puskesmas sebagai layanan pemerintah
yang terdepan.
Indikator-indikator yang dicapai dalam program KB , pertama ;
angka kepesertaan KB (Contraceptive Prevalence Rate = CPR).
Kedua, persentase kelompok unmet need. Kedua indikator tersebut di
atas merupakan indikator tambahan pada tujuan kelima Millenium
Development Goals (MDGs) 2015. Tujuan kelima tersebur adalah
peningkatan kesejahteraan ibu dimana indikator utamanya adalah
persalinan oleh tenaga kesehatan yang dihubungkan dengan Angfka
Kematian Ibu (AKI). Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan, maka akan semakin rendah rendah angka kematian ibu.
Sementara kedua indikator tambahan tersebut di atas merupakam dua
dari empat indikator tambahan yang ditempatkan dalam target MDGs
5B (akses kesehatan Universal terhadap kesehatan reproduksi) yang
diharapkan akan memberikan kontribusi dalam peningkatan
kesejahteraan ibu. Oleh karena itu peningkatan pelayanan KB tidak
semata-mata untuk pengendalian penduduk namun akan berkontribusi
dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. AKI di Indonesia masih
tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI),
sementara target pencapaian MDGs 5 tahun 2015 adalah 102/100.000
kelahiran hidup. Dalam rangka mempercepat penurunan AKI yang
masih tinggi, pemerintah mencanangkan program Making Pregnancy
Safer (MPS) pada tanggal 12 oktober 2000. Tiga kunci program MPS
adalah :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obsteri neonatal mendapatkan pelayanan
yang adekuat.
3. Setiap wanita subur mempunya akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan.
Pesan yang ketiga tersebut diatas merupakan pesan pentingknya
peningkatan dalam penyediaan pelayanan KB
Terkait pemantapan tiga pesan kunci MPS, pada tahun 2007
kementrian kesehatan RI telah meluncurkan “Program Perencanan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi(P4K)” dengan stiker, yang
merupakan upaya terobosan dalam percepatan penurunan angka
kematian ibu dan bayi abru lahir melalui kegiatan peningkatan akses
dan kualitas pelayan KIA dan KB. Indikator keberhasilan P4K dengan
stiker salah satunya adalah persentase penggunaan metode KB pasca
persalinan.
Upaya peningkatan pelayanan KB pasca pesalinan dinilai
merupakan strategi yang tepat karena :
1. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah cukup
tinggi (K1; 92,7%; K4 61,4% dan persalinan neonatal:
82,2%, berdasarkan data Riskeksdas 2010).
2. Dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan RI 2010-
2014, salah satu substansi intinya adalah “Peningkatan
kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik
pemerintah dan swasta selama 2010-2014”. Dalam
dokumen tersebut target pencapaian untuk CPR adalah 65
% untuk metode modern, sedangkan target pencapaian
unmet need adalah 5 % pada tahun 2015.
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pelayanan KB sangat
mendukung tujuan pembangunan kesehatan; dalam hal ini ditunjang
juga dengan banyaknya calon peserta KB baru (ibu hamil dan bersalin)
yang sudah pernah kontak dengan tenaga kesehatan. Dalam proses
kontak terseburt diharapkan tenaga kesehatan berperan penting dalam
memberikan motivasi kepada calon akseptor baru tersebut. Data SDKI
2002-2003 menunjukkan bahwa dengan kehamilan 4 terlalu yang
merupakan salah satu factor determinan kematian ibu yang masih
tinggi , yaitu 22,5%. Oleh karena itu KB pasca persalina diharapkan
menghindari salah satu komponen 4 T yaitu terlalu dekat sehingga
diharapkan dapat berkontribusi dalam menghindari terjadinya
komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang sering
menyebabkan kematian ibu.
Kembalinya kesuburan perempuan pada keadaan pasca
persalinan tidak terduga dan kadang terjadi sebelum datangnya
menstruasi. Pada ibu menyusui ovulasi rata-rata terjadi pada 45 hari
pasca persalinan atau lebih awal 2-3 hari pada ibu yang tidak
menyusui akan mengaami ovulasi sebelum datangnya menstruasi.
Pada ibu menyusui secara eksklusif, isapan bayi dapat mencegah
terjadinya ovulasi tapi hal ini sangat tergantung dari intensitas
menysusi. Oleh karena itu memulai kontrasepsi seawal mungkin
setelah persalinan adalah hal yang sangat baik.
Pedoman ini merupakan ringkasan dari buku pedoman yang
diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2014, dan beberapa buku lainnya sebagai acuan dalam pemberian
pelayanan KB sehingga mudah dilaksnakan oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas.
B. TUJUAN
a. Tujuan umum:
Menurunkan angka kematian ibu.
b. Tujuan khusus
1. Menurunkan kejadian ibu hamil dengan jarak terlalu dekat.
2. Meningkatkan cakupan peserta KB baru.
3. Menurunkan unmet need.
C. SASARAN
Sasaran KB pasca persalinan adalah:
- Ibu hamil
- Ibu bersalin
- Ibu nifas
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunanan Keluarga.
3. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
diperkuat dengan Permenkes RI no 512/Menkes/PER/IV/2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Presiden no 5/2009 tentang RPJMN 2010-2014.
5. Peraturan menteri Kesehatan nomor 1464 tahun 2010 tentang Ijin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 741/Menkes/PER/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal dbidang kesehatan
Kabupaten/Kota.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 590/Menkes/SK/VII/2009
tentang Pedoman Pelayanan KB di Rumah sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan no 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI eksklusif.
BAB II
KONSELING KB
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien dan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,
memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesui dengan
kondisi yang dihadapi. Proses konseling yang baik ada 4 kegiatan :
1. Pembinaan hubungan baik.
2. Penggalian dan pemberian informasi.
3. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan.
4. Menindaklanjuti pertemuan.
Manfaat konseling adalah :
Membina hubungan baik dengan membangun rasa percaya.
Memberi informasi yang lengkap, jelas dan benar.
Membantu klien dalam memilih dan memutuskan metode kontrasepsi
yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhanya.
Memberikan rasa puas kepada klien terhadap pilihannya.
Dalam melakukan konseling yang baik, harus dimengerti tentang hak dari
klien yaitu :
Hak untuk dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya
kerahasiaan.
Hak untuk mendapatkan informasiyang lengkap dan tepat.
Hak untuk memilih dan memutuskan metode yang akan digunakan.
Hakuntuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar
(bermutu).
Agar konseling berjalan dengan efisien dan efektif petugas perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
Menjadi pendengar aktif dengan baik.
Menggunakan bahasa verbal yang mudah dimengerti oleh klien.
Menggunakan bahasa non verbal untuk menunjukkan empati.
Menggunakan pertanyaan terbuka.
Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan mereka.
A. Tahap-tahap konseling
Pemberian konseling menerapkan langkah “SATU TUJU:
SA : SApa dan salam klien seara sopan dan ramah.
T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya,
pengalaman ber-KB dan keinginan metode yang ingin
digunakan.
U : Uraiakan tentang pilihan beberapa metode KB yang
ada.
TU : BanTu klien dalam memilih metode dan memutuskan
pilihan metode kontrasepsi.
J : Jelaskan secara lengkap tentang metode yang dipilih
klien.
U : Buat rencana kunjungan Ulang.
BAB III
PENAPISAN KLIEN
PERENCANAAN KELUARGA
Pemilihan metode KB dilakukan sesuai dengan fase perencanaan KB yang
diinginkan oleh klien. Adapun KB yang sesuai dengan tahap perencanaan
keluarga meliputi :
Fase penundaan kehamilan ; metode yang sesuai:
Pil
IUD
Sederhana
Implant
Suntikan
Fase menjarangkan kehamilan
IUD
Suntikan
Minipil
Pil
Implant
Sederhana
Fase tidak hamil lagi
Steril
IUD
Implant
Suntikan
Sederhana
Pil
PENAPISAN KLIEN
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi
(missal: pil, suntik, implant, AKDR) adalah menentukan apakah ada :
Kehamilan
Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
Masalah (misalnya; diabetes atau hypertensi) yang membutuhkan
pengamatan atau pengelolaan lebih lanjut.
Daftar tilik penapisan klien metode non operatif
METODE HORMONAL (PIL KOMBINASI, PIL PROGESTIN,
YA TIDAK
SUNTIKAN DAN SUSUK
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca
persalinan
Apakah anda mengalami perdarahan/perdarahan bercak
diantara haid setelah senggama
Apakah pernah icterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau
tungkai bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160mmHg (sistolik) atau
90 mmHg (diastolic)
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (eilepsi)
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik
Apakah pernah menglami haid banyak(lebih 1-2 pembalut tiap 4
jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih 8 hari)
Apakah pernah menglami dimenorea berat yang membutuhkan
analgetika dan atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercaak
antara haid setelah senggama
Apakah pernah mengalami penyakit jantung ventricular atau
kongenital
PENCEGAHAN INFEKSI
TUJUAN:
Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya
penyakit infeksi.
Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan
metode kontrasepsi AKDR, suntik, susuk, dan kontrasepsi mantab.
Menurunkan resiko transmisi penyakit menular seperti hepatitis B dan
HIV/AIDS, baik bagi resiko klien maupun bagi petugas kesehatan.
PERLINDUNGAN DARI INFEKSI DI KALANGAN PETUGAS
Cara pelaksanakan standar precaution
Anggap setiap orang (klien maupun staf) dapat menularkan infeksi.
Cuci tangan- merupakan upaya paling penting untuk mencegah
kontaminasi silang.
Gunakan sepasang sarung tangan sebelum menyentuh menyentuh
apapun yang basah seperti kulit terkelupas, membrane mukosa, darah
atau duh tubuh yang lain, serta alat-alat yang telah dipakai dan bahan-
bahan lain yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan
invasive.
Gunakan pelindung fisik (misal kaca mata pelindung(goggles), masker
dan celemek) untuk mengantisipasi percikan duh tubuh (sekresi
maupun ekskresi), contohnya ketika membersihkan alat-alat amaupun
bahan lainnya.
Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit maupun
membrane mukosa sebelum melakukan operasi dengan bahan
antiseptic yang berbahan dasar alkohol.
Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak melakukan recapping,
memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila mungkin
gunakan jarum tumpul untuk menjahit luka.
Buang bahan-bahan yang terinfeksi setelah terpakai dengan aman
untuk melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cedera
maupun penularan infeksi kepada masyarakat.
Lakukan pemrosesan instrument, sarung tangan dan bahan lain yang
telah dipakai dengan cara dekontaminasi tingkat tinggi (DTT)
Mencuci tangan dengan metode 7 langkah mencuci tangan
Sebelum dan sesudah memeriksa klien.
Setelah memakai dan melepas sarung tangan.
Setelah trpapar oleh darah atau duh tubuh yang lain.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir selama 10-15
detik, lalu keringkan dengan tissue atau dianginkan.
Sebagai pengganti cuci tangan dengan air, gunakan larutan alkohol
(100 ml akohol 60-90% + 2 ml gliserin).
Tindakan yang memerlukan penggunaan saarung tangan
Tindakan di klinik/OK, misalnya ketika memeriksa panggul.
Menangani alat-alat/bahan linen yang terkontaminasi.
Membuang bahan/limbah yang terkontaminasi.
Gunakan satu sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien.
Persyaratan sarung tangan untuk prosedur bedah dan medis umum
Tugas Atau Perlukah Sarung Tangan Sarung Tangan
Aktivitas Memakai Sarung Yang Dianjurkan Yang Boleh
Tangan? Dipakai
Memeriksa Tidak perlu
tekanan darah
Memeriksa suhu Tidak perlu
tubuh
Memberikan Tidak perlu
suntikan
Mengambil darah Perlu Periksa Bedah DTT
Memeriksa Perlu Periksa Bedah DTT
panggul
Memasang AKDR Perlu Periksa Bedah DTT
( dalam paket steril
dan dimasukan
dengan teknik
“tanpa sentuh”
Thrombosis vena
permukaan
Varises
tromboflesbitis 1 1 1 1 1 1 1
2 2 1 1 1 1 1
Riwayat jantung isemik 4 4 M L 3 M 1 M
2 L L
3 2 2
3 3
Stroke 4 4 M L 3 M L 1 2
(riwayat cardiovascular 2 2
accident 3 3
hiperlipidemia 2/3b 2/3b 2 2 2 1 2
Penyakit katup jantung
tanpa komplikasi 2 2 1 1 1 1 1
dengan komplikasi
(hipertensi 4 1 1 1 1 2 2
pulmunal, fibrilasi
atrial,
endokarditisbakteri
al subakut)
Nyeri kepala
M M M M M M
Nonmigrain L L L L L 1 L
(ringan/berat) 1 1 1 1 1 1
Migraine 2 2 1 1 1 1
-tanpa aura
Usia <35
Usia ≥35 1
-dengan aura 1
(semua usia 2 2 1 2 2 2
3 3 2 2 2 1 2
3 3 1 2 2 2
4 4 2 2 2 2
4 4 2 2 2 2
4 4 3 3 3 3
epilepsi 1 1 1 1 1 1 1
Depresi
Depresi 1 1 1 1 1 1 1
Infeksi dan Kelainan Alat Reproduksi
Perdarahan per vaginam M
Perdarahan L
irreguler 1 1 2 2 2 2
Perdarahan 1 1 2 2 2 2 1
banyak/lama 1
1
2
Perdarahan per vaginam M M
yang belum diketahui L L
sebabnya
Sebelum peilaian
2 2 2 2 2
4 4
2 2
Endomitriosis 1 1 1 1 1 2 1
Tumor ovarium jinak 1 1 1 1 1 1 1
)termasuk kista)
Dismenorea berat 1 1 1 1 1 2 1
Penyakit trofoblast
Penyakit trofoblast
jinak 1 1 1 1 1 3 3
Penyakit trofoblast 1 1 1 1 1 4 4
ganas
Ektropion serviks 1 1 1 1 1 1 1
NIS (Neoplasma Intra 2 2 1 2 2 1 2
Serviks)
Kanker serviks M M
2 2 1 2 2 L L
4 4
2 2
Penyakit mamma
Massa tidak
terdiagnosis 2 2 2 2 2 1 2
Penyakit mamma jinak 1 1 1 1 1 1 1
Riwayat penyakit kanker 1 1 1 1 1 1 1
keluarga
Kanker mamma
Saat ini
Riwayat lampau, 4 4 4 4 4 1 4
tidak kambuh 3 3 3 3 3 1 3
dalam 5 tahun
Kanker endometrium M M
1 1 1 1 1 L L
4 4
2 2
Kanker ovarium M M
1 1 1 1 1 L L
4 4
2 2
Fibroma uteri
Tanpa gangguan
kavum uteri 1 1 1 1 1 1 1
Dengan gangguan
kavum uteri
1 1 1 1 1 4 4
Kelainan anatomis
Mengganggu kavum
uteri 4 4
Tidk mengganggu
kavum uteri 2 2
Penyakit radang M M
panggul L L
Riwayat PRP
Dengn kehamilan 1 1 1 1 1
Tanpa kehamilan 1 1 1 1 1 1 1
PRP saat ini 1 1 1 1 1 1 1
2 2
2 2
4 4
2 2
IMS M M
Servisitis purulent L L
dengan infeksi 1 1 1 1 1
klamidia atau gonorea 4 4
IMS lainnya (kecuali 2 2
HIV dann hepatitis) 1 1 1 1 1
Vaginitis (termasuk
trikomonas vaginitis 2 2
dan vaginosis 1 1 1 1 1 2 2
bakterialis)
Resiko IMS meningkat
1 1 1 1 1 2 2
2 2
2 2
2 2
HIV/AIDS
Resiko tinggi HIV 1 1 1 1 1 M M
L L
1 1
1 1
Terinfeksi HIV 1 1 1 1 1 2 2
2 2
AIDS 1 1 1 1 1 2 2
2 2
INFEKSI LAIN
SKISTOMIASIS
Tanpa komplikasi
Fibrosis hati 1
1
Tuberculosis M l M
Nonpelvis 1 1 1 1 1 1 L
pelvis 1 1 1 1 1 1 1
4 3 1
4
3
malaria 1 1 1 1 1 1 1
Penya endokr
kit in
Diabetes
riwayat diabetes ges-
tasional 1 1 1 1 1 1 1
penykit nonvaskuler
noninsulin
dependen 2 2 2 2 2 1 2
2 2 2 2 2 1 2
insulin dependen
nefropati / retinopati 3/4 3/4 2 3 2 1 2
/neuropati
penyakit vaskuler 3/4 ¾ 2 3 2 1 2
lain/ diabetes > 20
tahun
Penyakit tiroid
goiter 1 1 1 1 1 1 1
hipertiroid 1 1 1 1 1 1 1
hipoteroid 1 1 1 1 1 1 1
Penyakit gastrointestinal
Penyakit kandung
empedu
simptomatik 2 2 2 2 2 1 2
- terapi 3 2 2 2 2 1 2
kolesistektomi
- diobati dengan 3 2 2 2 2 1 2
obat saja 2 2 2 2 2 1 2
- saat ini
asimptomatik
Riwayat koletasis
berhubungan dengan
keha- Milan 2 2 2 1 1 1 1
berhubungan dengan
kontrasepsi 3 2 2 2 2 1 2
Hepatitis virus
aktif 4 3/4 3 3 3 1 3
karier 1 1 1 1 1 1 1
Sirosis
ringan 3 2 2 2 2 1 2
berat 4 3 3 3 3 1 3
Tumor hati
jinak (adenoma) 4 3 3 3 3 1 3
malignan (hepatoma) 4 3/ 4 3 3 3 1 3
Anamia
Talasemia 1 1 1 1 1 2 1
Penyakit bulan sabit 2 2 1 1 1 2 1
Anemia defisiensi Fe 1 1 1 1 1 2 1
Interaksi obat
Obat yang mempengarui
enzim-enzim hati
rifampisin 3 2 3 2 3 1 1
antikonvulsan tertentu 3 2 3 2 3 1 1
Antibiotic
griseofulvin 2 1 2 1 2 1 1
antibiotic lain 1 1 1 1 1 1 1
Terapi antiretroviral M L M
2 2 2 2 2 2 /3 2 L
2/3 2
Kontrasepsi Mantab Perempuan (Tubektomi)
Kondisi Kategori
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Kehamilan C
B
Paritas
Nullipara A
Multipara A
Laktasi A
Pasca persalinan
- < 7 hari A
- 7 - < 42 hari C
- ≥ 42 hari A
Preeklamsia/eklamsia
- Preeklamsia ringan A
- Preeklamsia berat/eklamsia C
Ketuban pecah lama
Infeksi nifas C
- . 24 jam C
Perdarahan ante partum C
Trauma berat pada daerah genitalia C
D
Rupture uterus
Pasca abortus
Tanpa komplikasi A
Sepsis pasca keguguran C
Perdarahan pasca keguguran C
Trauma alat genital/vagina saat keguguran C
Perforasi uterus D
hematometra C
3. Senggama Terputus
Merupakan metode dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)
dari vaginna sebelum pria mencapai ejakulasi.
Manfaat :
Kontrasepsi :
Efektif bila dilakukan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
Tidak ada efek samping
Dapat digunakan setiap waktu
Tidak membutuhkan biaya
4. Kondom
Cara kerja :
Menghalangi terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan viil)
Manfaat :
Kontrasepsi :
Efektif bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh secara sistemik
Mudah dan murah dibeli secara bebas
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan lainnya
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda
Cara penggunaan :
Gunakan kondom setia akan melakukan hubungan seksual
Tambah spermisida untuk meningkatkan efektifitas
Jangan menggunakan benda tajam untuk membuka kemasan
Pasang kondom saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada
glands penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada
ujung uretra. 1. apakah ibu sudah
Askan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan
tersebut kea rah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina
Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada
ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya
agar tidak terjadi robekan waktu ejakulasi.
Kondom dilepas sebelum penis melembek.
Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan
lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan
sperma di sekitar vagina.
Gunakan kondom hanya untuk sekali pakai.
Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan
disimpat di tempat yang panas karena hal ini akan menyebabkan
kondom menjadi rusak dan robek saat digunakan.
Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom
tampak rapuh atau kusut.
Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas
dari bahan petrolatum karena akan merusak kondom.
5. Diafragma
Ada kap berbentuk bulat cembung, tebuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapatkan akses
untuk mencapai tuba fallopii dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat
Kontrasepsi :
Efektif bila digubakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang
sampai 6 jam sebelumnya.
Tidak mengganggu kesehatan klien.
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Cara penggunaan :
Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual
Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan
Pastikan diafragma tidak berlubang (tes diafragma dengan mengisi
air atau melihat menembus cahaya).
Oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafragma
(untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas
bersamaan dengan pinggirannya).
Posisi saat pemasangan diafragma :
- Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
- Sambil berbaring.
- Sambil jongkok.
- Lebarkan kedua bibir vagina.
- Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong
bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
- Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks,
sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
- Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum
berhubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di
atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke
dalam vagina. Diafragma berada di dalam vagina paling tidak 6
jam setelah terlaksanya hubungan seksual. Jangan tinggalkan
diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat
(tidak dianjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian
vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan
seksual)
- Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan
jari telunjuk dan tengah.
- Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan sebelum
disimpan di tempatnya.
6. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk
aerosol, tablet vagina, supositoria, atau dissolvable film, krim. Cara
kerjanya adalah dengan cara memecah membrane sel sperma,
memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur.
Manfaat :
Kontrasepsi
Efektif seketika (busa dan krim)
Tidak mengganggu produksi ASI
Bisa digubakan sebagai pendukung metode lain
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sitemik
Mudah digunakan
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Cara penggunaan :
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi
aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida.
Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas
hubungan seksual.
Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina atau suppositoria
adala 10 – 15 menit.
Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang cara
penggunaan dan penyimpanan dari setiap produk (misalnya kocol
aerosol sebelum diisi ke dalam aplikator)
Spermisida ditempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks
terlindungi dengan baik.
C. KONTRASEPSI PROGESTIN
1. SUNTIKAN PROGESTIN
Suntikan progestin ada 2 jenis yaitu :
Depo medroksi progesterone asetat, mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan secara I.M.
Depo noretisteron enantat (Noristerat), uyang mengandung 200mg
Noretindron enantat, diberikan secara I.M setiap 2 bulan
Cara kerja :
Mencegah ovulasi
Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
Menjadikan selaput lender Rahim tipis dan atrofi
Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Keuntungan :
Sangat efektif
Pencegahan kehamilan jangka panjang
Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri
Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
Tidak berpengaruh terhadap ASI
Sedikit efek samping
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
Dapat digunakan oleh perempuan berusia > 35 tahun sampai
perimenopause
Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi progestin
Hamil atau dicugai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran)
Perdarahan per vaginam yang belum jelas penyebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Diabetes mellitus disertai komplikasi
Cara penggunaan kontrasepsi suntikan :
DMPA diberikan setiap 3 bulan,secara I.M di pantat. Noristerat
diberikan setiap 8 minggu selama 5 kali, kemudian diberikan setiap
12 minggu.
Kocok dengan baik, hindari terjadinya gelembung udara
Bersihkan kulit dengan alkohol, keringkan, baru disuntik.
Keuntungan kontrasepsi
Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)
Tidak mengganggu hubungan suami istri
Tidak berpengaruh terhadap ASI
Kesuburan segera kembali sesudh AKDR diangkat
Efek sampingnya sangat kecil
Memiliki efek sistemik yang sangat kecil
Yang tidak boleh menggunakan AKDR dengan progestin
Hamil atau diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis
Menderita penyakit radang panggul atau paska keguguran septik
Kelainan kongenital Rahim
Miom submukosum
Rahim yang sulit digerakan
Riwayat kehamilan ektopik
Penyakit trofoblas ganas
Terbukti menderita penyakit tuberkolusis panggul
Kanker genetalia/payudara
Sering ganti pasangan
Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit
peningkatan kadar gula dan kadar insulin.
Waktu AKDR dengan progestin dipasang
Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dapat dipastikan
tidak hamil.
Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pasca
persalinan, 6 – 8 minggu ataupun lebih sesudah melahirkan.
Segera sesudah induksi haid, pascakeguguran spontan, atau
keguguran buatan, dengan syarat tidak terdapat bukti-bukti
adanya infeksi
Intruksi kepada klien
Dalam keadaan normal klien kembali untuk kontrol rutin sesudah
menstruasi pertama kali pasca pemasangan (4 – 6 minggu) tetapi
jangan sampai melewati 3 bulan sesudah pemasangan AKDR
Cek benang AKDR dan jika terjadi alah satu keadaan berikut ini, klien
harus kembali ke klinik, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Timbul kram di perut bagian bawah
Adanya perdarahan bercak antara haid atau sesudah melakukan
senggama
Nyeri sesudah melakukan senggama atau jika suaminya
mengalami perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama
AKDR perlu dianggkat setelh satu tahun atau pun lebih awal bila
dikehendaki
Bila terjadi ekspulsi AKDR, atau keluaran cairan yang berlebihan
dari kemaluan lihat terjadi infeksi atau tidak.
Muncul keluhan sakit kepala atau sakit kepala semakin parah.
E. KONTRASEPSI MANTAB
1. TUBEKTOMI
Merupakan metode permanen dengan pembedahan sederhana,
dengan cara mengoklusi tuba fallopii (mengikat atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak bisa bertemu dengan ovum.
Jenis :
Mini laparatomi
Laparoskopi
Yang bisa melanjalani tubektomi :
Usia > 26 tahun
Paritas > 2
Yakin telah mempunyai keluarga besar sesuai dengan
kehendaknya
Pada kehamilannya akan meninmbulkan resiko kesehatan yang
serius
Pasca persalinan
Pasca keguguran
Paham dan sukarela setuju dengan prosedur ini
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi :
Hamil (sudah terdeteksi hamil)
Perdarahan per vagiina yang tidak diketahui sebabnya (sehingga
harus dievaluasi)
Infeksi sistemik atau pelvik akut (hingga masalah tersebut
diselesaikan atau dikontrol)
Tidak boleh menjalanai proses pembedahan
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
Belum memberikan persetujuan tertulis
2. VASEKTOMI
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasaitas reproduksi pria
dengan cara mengoklusi vas deferens sehingga alur transportasi
sperma terhambat .
Infomasi bagi klien :
Pertahankan band aid selama 3 hari
Luka yang sedang dalam proses penyembuhan jangan ditarik atau
digaruk
Boleh mandi setelah 24 jam, asal luka tidak basah. Luka harus
kering selama minimal 3 hari
Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
Jika ada nyaeri, beri analgetik
Hindari mengangkat barang dan kerja keras selama 3 hari
Boleh bersenggama setelah hari ke2-3, pakai kondom atau
tambahan KB lain sampai ejakulasi 15-20 kali.
BAB VI
PROSEDUR KLINIK
A. PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR
LANGKAH PEMASANGAN AKDR COPPER T 380 A
1. a. Jelaskan tentang prosedur pemasangan dan persilahkan klien
mengajukan
pertanyaan
b. Sampaikan pada klien adanya kemungkinan sedikit rasa sakit di
beberapa langkah pemasangan
c. Kosongkan kandung kencing
2. a. Periksa genetalia eksterna
b. Lakukan inspekulo
c. Lakukan pemeriksaan panggul
3. Lakukan pemeriksaan mroskopik bila ada indikasi
4. Masukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya
5. a. Masukkan speculum, usap vagina dengan larutan antiseptik
b. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
6. Masukkan zoned uterus
7. Pasang AKDR
8. a. Buang bahan terkontaminasi
b. Bersihkan permukaan terkontaminasi
9. dekontaminasi alat dan sarung tangan setelah dipakai
10. a. Ajarkan pada klien cara meraba benang
b. Minta klien menunggu di klini selama 15-30 menit setelah
pemasangan
PENCABUTAN AKDR COPPER T 380 A
1. Menjelaskan pada klien tentang yang akan dilakukan dan
persilahkan klien untuk bertanya.
2. Masukkan speculum untuk melihat serviks benang AKDR.
3. Mengusap serviks dengan larutan antiseptic 2-3 kali
4. Informasikan sekarang akan dilakukan pencabutan. Jepit benang
dengan , tarik perlahan sampai IUD keluar.
5. Pasang AKDR baru bisa kondisi memungkinakan dank lien
menginginkan.
C. SUNTIK
Persiapan klien
Periksa daerah suntikan apakah bersih atau kotor
Bila area suntikan kotor maka minta klien untuk membersihkan
area tersebut
Biarkan mengering
Persiapan petugas
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
2. Buka tutup vial, usap dengan alkohol, biarkan kering
3. Gunakan alat suntik sekali pakai
4. Masukkan jarum semprit pada mulut semprit penghubung
5. Balikkan vial dengan muut vial ke bawah, hisap sampai habis
seluruh suspensi.
Persiapan daerah suntikan
1. Bersihkan area suntikan dengan alkohol 60-90 %
2. Keringkan
Setelah tindakan suntikan
Jangan memijat daerah suntikan, jelaskan pada klien hal ini akan
menyebabkan obat akan terlalu cepat diserap tubuh.
Jangan memasukkan kembali atau membengkokan jarum atau
mematahkannya. Segera masukkan ke dalam safety box.
Perhatian!!!!
Jangan digunakan apabila terdapat tanda-tanda :
Pil KB
Pil terlihat rusak (pecah-pecah, rapuh/remuk, berubah warna).
Aluminum pembungkus rusaak.
Paket/strip, ada pil yang hilang.
Pil terlihat buruk/rusak (ada bintik coklat, mudah pecah)
Kondom
Kondom terlihat rusak.
Kemasan kondom terbuka/bocor.
Segel kemasan tidak utuh.
AKDR
Kemasan steril sudah terbuka/rusak.
Suntik KB
Cairan memadat, walaupun sudah dikocok.
Implan
Kemasan steril terlihat rusak.
Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut hilang atau berubah warna
(tidak putih).
Satu kapsul lebih dalam kemasan tersebut rusak atau bengkok/ tidak lurus.
Spermisida
Tube/kemasan jelli mengkerut.
Aplikator/tutup tube tidak mudah di buka.
Tablet Foam
Kemasan rusak atau ada tablet yang hilang.
Kemasannya membengkak/menggelembung (menandakan bahwa isi di
dalamnya lembab/bocor).
Kemasan foilnya rusak.
Tablet telah berubah warna (seharusnya berwarna putih).
Tablet terlihat lunak, lembab/basah, beruap, atau mudah hancur.
BAB VIII
SUPERVISI FASILITATIF
Pengertian
Supervisi atau penyeliaan adalah proses atau kegiatan untuk melihat
kinerja suatu unit atau individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
tugas, program, ataupun semua aktivitas yang dijalankan untuk mencapai
suatu standar/target yang telah di tetapkan sebelumnya.
Penyeliaan fasilitatif atau supervisi fasilitatif adalah suatu pendekatan
supervisi dengan lebih mementingkan kepada monitoring, pemecahan
masalah bersama, dan komunikasi dua arah antara supervisor dan yang
di supervisi.
Tujuan
Menjaga proses jaga mutu berlangsung secara berkesinambungan
dengan cara mempertemukan harapan klien dengan kualitas pelayanan
kesehatan yang dberikan.
Fokus dan Cara Melakukannya
Focus superfisi fasilitatif adalah pada system dan proses kinerja dengan
memanfaatkan data/informasi untuk mengidetifikasi dan menganalisis
masalah serta menemukan akar penyabab masalah. Kemudian
diaplikasikan upaya pemecahan masalah terplih dalam rangka menjaga
dan memperbaiki kualitas pelayanan.
Kualitas pelayanan mencaup delapan dimensi mutu :
Kompetensi teknis pelaksana pelayanan.
Akses klien terhadap fasilitas pelayanan.
Efektivitas pelayanan.
Efisiansi pelayanan.
Hubungan antar manusia yaitu antara klien pelaksana pelayanan.
Kesinambungan pelayanan.
Kenyamanan pelayanan.
Karakteristik Penyelia Fasilitatif
Seorang penyelia fasilitatif diharapkan mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
Mempunyai sifat pemimpin.
Mempunyai keterampilan berkomunikasi.
Mempunyai kemampuan sebagai fasilitator yang dapat membantu
sasaran selia.
Mempunyai kemampuan analisis dan menemukan akar masalah.
Mempunyai kemampuan sebagai narasumber dan mediator.
Peran Penyelia Fasilitatif
Lakukan pengamatan mendalam dengan cara menelusuri penyebab dan
factor yang mempengaruhi timbulnya masalah.
Temukan kekuatan dan kelemahan kinerja tanpa menghakimi objek selia
dan berusaha memberikan saran yang sesuai. Gunakan alatpenyelia yang
berupa daftar tilik yang terstruktur dan baik.
Fokuskan supervisi pada proses dan system, bukan pada individu.
Berorientasi pada pedoman mendatang dan bukan melihat pada
kesalahan yang telah terjadi.
Lakukan penyeliaan yang berkesinambungan dengan cara pemantauan
hasil penyeliaan yang lalu serta menindaklanjuti.
Waktu Pelaksanaan
Supervisi fasilitatif dilakukan:
Setelah pelatihan keterampilan ( pascapelatihan).
Penyeliaan rutin berkala.
Permintaan objek selia.
Penyeliaan Pascapelatihan
Merupakan tindak lanjut pelatihan yang bersifat evaliuasi pascapelatihan
di lingkungan kerja peserta latih.
Dilakukan sebaiknya 3-4 bullan pasca pelatihan.
Pelaksana: petugas yang telah mendapa pelatihan standarisasi dalam
aspek klinis dan mempunyai kompetensi sebgai penyelia/pelatih klinis.
Menggunakan instrument:
- Daftar tilik pelayanan KB. (form A)
- Format pengisian kartu status peserta KB (form B)
Langkah kangkah yang dilakukan:
- Menjelaskan tujuan supervisi fasilitatif kepada pimpinan dan sasaran.
- Minta izin untuk melakukan supervisi fasilitatif.
- Mengamati secara langsung saat pelaksanaan dilakukan oleh sasaran.
- Mengkaji kartu status peserta KB (K4)
- Wawancara dengann klien yang dihadiri oleh sasaran selia.
Penyeliaan Rutin Berkala
Sasaran penyeliaan rutin berkala pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Pelaksanan dilakukan sesuai dengan jadual yang direncanakan.
Pelaksana: tim yang terdiri dari petugas yang telah dilatih standarisasi
pelayanan KB, pengelola pelayanan KB dan petugas yang paham tentang
kontrasepsi.
Sebaiknya petugas penyelia adalah mereka yang telah mengikuti magang
atau pelatiha supervisi fasilitatif dan telah memahami prinsip kegiatan
jaga mutu.
Menggunakan instrumen:
- Daftar atu titik langkah baku pelayanan KB.
- Format pengisian kartu status peserta KB (P1).
- Pengelolaaan pelayanan KB (P2).
- Alur pelayanan akseptor KB (P3).
- Daftar tilik sarana/prasarana dan alat/bahan obat pelayanan KB (P4).
- Ringkasan laporan hasil penyelia (P5).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan:
- Penyeliaan tentang penyeliaan petugas.
- Penyeliaan tentang pengelolaan pelayanan.
- Tindak lanjut penyeliaan fasilitatif.
BAB IX
PENUTUP