Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Program pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia dengan cara menekan
laju pertambahan penduduk. Salah satu ujung tombak pelayanan
kegiatan dilaksanakan di Puskesmas sebagai layanan pemerintah
yang terdepan.
Indikator-indikator yang dicapai dalam program KB , pertama ;
angka kepesertaan KB (Contraceptive Prevalence Rate = CPR).
Kedua, persentase kelompok unmet need. Kedua indikator tersebut di
atas merupakan indikator tambahan pada tujuan kelima Millenium
Development Goals (MDGs) 2015. Tujuan kelima tersebur adalah
peningkatan kesejahteraan ibu dimana indikator utamanya adalah
persalinan oleh tenaga kesehatan yang dihubungkan dengan Angfka
Kematian Ibu (AKI). Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan, maka akan semakin rendah rendah angka kematian ibu.
Sementara kedua indikator tambahan tersebut di atas merupakam dua
dari empat indikator tambahan yang ditempatkan dalam target MDGs
5B (akses kesehatan Universal terhadap kesehatan reproduksi) yang
diharapkan akan memberikan kontribusi dalam peningkatan
kesejahteraan ibu. Oleh karena itu peningkatan pelayanan KB tidak
semata-mata untuk pengendalian penduduk namun akan berkontribusi
dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. AKI di Indonesia masih
tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI),
sementara target pencapaian MDGs 5 tahun 2015 adalah 102/100.000
kelahiran hidup. Dalam rangka mempercepat penurunan AKI yang
masih tinggi, pemerintah mencanangkan program Making Pregnancy
Safer (MPS) pada tanggal 12 oktober 2000. Tiga kunci program MPS
adalah :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obsteri neonatal mendapatkan pelayanan
yang adekuat.
3. Setiap wanita subur mempunya akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan.
Pesan yang ketiga tersebut diatas merupakan pesan pentingknya
peningkatan dalam penyediaan pelayanan KB
Terkait pemantapan tiga pesan kunci MPS, pada tahun 2007
kementrian kesehatan RI telah meluncurkan “Program Perencanan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi(P4K)” dengan stiker, yang
merupakan upaya terobosan dalam percepatan penurunan angka
kematian ibu dan bayi abru lahir melalui kegiatan peningkatan akses
dan kualitas pelayan KIA dan KB. Indikator keberhasilan P4K dengan
stiker salah satunya adalah persentase penggunaan metode KB pasca
persalinan.
Upaya peningkatan pelayanan KB pasca pesalinan dinilai
merupakan strategi yang tepat karena :
1. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah cukup
tinggi (K1; 92,7%; K4 61,4% dan persalinan neonatal:
82,2%, berdasarkan data Riskeksdas 2010).
2. Dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan RI 2010-
2014, salah satu substansi intinya adalah “Peningkatan
kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik
pemerintah dan swasta selama 2010-2014”. Dalam
dokumen tersebut target pencapaian untuk CPR adalah 65
% untuk metode modern, sedangkan target pencapaian
unmet need adalah 5 % pada tahun 2015.
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pelayanan KB sangat
mendukung tujuan pembangunan kesehatan; dalam hal ini ditunjang
juga dengan banyaknya calon peserta KB baru (ibu hamil dan bersalin)
yang sudah pernah kontak dengan tenaga kesehatan. Dalam proses
kontak terseburt diharapkan tenaga kesehatan berperan penting dalam
memberikan motivasi kepada calon akseptor baru tersebut. Data SDKI
2002-2003 menunjukkan bahwa dengan kehamilan 4 terlalu yang
merupakan salah satu factor determinan kematian ibu yang masih
tinggi , yaitu 22,5%. Oleh karena itu KB pasca persalina diharapkan
menghindari salah satu komponen 4 T yaitu terlalu dekat sehingga
diharapkan dapat berkontribusi dalam menghindari terjadinya
komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang sering
menyebabkan kematian ibu.
Kembalinya kesuburan perempuan pada keadaan pasca
persalinan tidak terduga dan kadang terjadi sebelum datangnya
menstruasi. Pada ibu menyusui ovulasi rata-rata terjadi pada 45 hari
pasca persalinan atau lebih awal 2-3 hari pada ibu yang tidak
menyusui akan mengaami ovulasi sebelum datangnya menstruasi.
Pada ibu menyusui secara eksklusif, isapan bayi dapat mencegah
terjadinya ovulasi tapi hal ini sangat tergantung dari intensitas
menysusi. Oleh karena itu memulai kontrasepsi seawal mungkin
setelah persalinan adalah hal yang sangat baik.
Pedoman ini merupakan ringkasan dari buku pedoman yang
diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2014, dan beberapa buku lainnya sebagai acuan dalam pemberian
pelayanan KB sehingga mudah dilaksnakan oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas.

B. TUJUAN
a. Tujuan umum:
Menurunkan angka kematian ibu.
b. Tujuan khusus
1. Menurunkan kejadian ibu hamil dengan jarak terlalu dekat.
2. Meningkatkan cakupan peserta KB baru.
3. Menurunkan unmet need.

C. SASARAN
Sasaran KB pasca persalinan adalah:
- Ibu hamil
- Ibu bersalin
- Ibu nifas

D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunanan Keluarga.
3. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
diperkuat dengan Permenkes RI no 512/Menkes/PER/IV/2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Presiden no 5/2009 tentang RPJMN 2010-2014.
5. Peraturan menteri Kesehatan nomor 1464 tahun 2010 tentang Ijin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 741/Menkes/PER/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal dbidang kesehatan
Kabupaten/Kota.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 590/Menkes/SK/VII/2009
tentang Pedoman Pelayanan KB di Rumah sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan no 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI eksklusif.
BAB II
KONSELING KB
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien dan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,
memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesui dengan
kondisi yang dihadapi. Proses konseling yang baik ada 4 kegiatan :
1. Pembinaan hubungan baik.
2. Penggalian dan pemberian informasi.
3. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan.
4. Menindaklanjuti pertemuan.
Manfaat konseling adalah :
 Membina hubungan baik dengan membangun rasa percaya.
 Memberi informasi yang lengkap, jelas dan benar.
 Membantu klien dalam memilih dan memutuskan metode kontrasepsi
yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhanya.
 Memberikan rasa puas kepada klien terhadap pilihannya.
Dalam melakukan konseling yang baik, harus dimengerti tentang hak dari
klien yaitu :
 Hak untuk dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya
kerahasiaan.
 Hak untuk mendapatkan informasiyang lengkap dan tepat.
 Hak untuk memilih dan memutuskan metode yang akan digunakan.
 Hakuntuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar
(bermutu).
Agar konseling berjalan dengan efisien dan efektif petugas perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
 Menjadi pendengar aktif dengan baik.
 Menggunakan bahasa verbal yang mudah dimengerti oleh klien.
 Menggunakan bahasa non verbal untuk menunjukkan empati.
 Menggunakan pertanyaan terbuka.
 Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan mereka.

A. Tahap-tahap konseling
Pemberian konseling menerapkan langkah “SATU TUJU:
SA : SApa dan salam klien seara sopan dan ramah.
T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya,
pengalaman ber-KB dan keinginan metode yang ingin
digunakan.
U : Uraiakan tentang pilihan beberapa metode KB yang
ada.
TU : BanTu klien dalam memilih metode dan memutuskan
pilihan metode kontrasepsi.
J : Jelaskan secara lengkap tentang metode yang dipilih
klien.
U : Buat rencana kunjungan Ulang.

B. Tempat , waktu ,dan pelaksana konseling


Kegiatan konseling dapat dilakukan dimanapun selama dalam memenuhi
syarat ruangan tertutup yang dapat menjamin kerahasiaan dan keleluasaan
dalam menyampaikan pikiran dan perasaan serta memberikan rasa aman
dan nyaman bagi klien.
Waktu pelaksanaan konseling dapat dilakukan selama hamil, menyusui, atau
kapanpun sesuai dengan kebutuhan klien.
Pelaksana konseling bisa dilakukan oleh oleh petugas kesehatan terlatih
yaitu Dokter,Bidan, Perawat untuk yang di luar ruangan. Sedangkan
konseling di klinik dilaksanakan oleh dokter maupun bidan secara pribadi
(perseorangan).

C. Media yang digunakan


Semua kegiatan konseling KB menggunakan media Alat Bantu Pengambilan
Keputusan ber-KB (ABPK).

D. Poin kunci pelayanan KB


1. Tetap mempromosikan ASI eksklusif.
2. Memberikan informasi waaktu dan jarak kehamilan yang baik.
3. Memastikan tujuan klien ber-KB apakah untuk mebatasi jumlah anak atau
untuk mengatur jarak kehamilan.

E. Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)


Pemberian informasi oleh petugas dilaksanakn secara benar dan lengkap
harus dibuktikan secara tertulis.
Pengertian Persetujuan Tindakan medis :
 Jika konrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, Surat
Persetujuan Tindakan Medis (Infomed Consent) diperlukan. Yang
dimaksud dengan Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan
oleh klien atau keluarga atas dasar informasi dan penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.
 Setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh orang yang berhak
mendapatkan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan
sadar dan sehat mental.

F. Daftar tilik untuk petugas


Petugas harus mengisi daftar tilik kegiatan yang akan dilakukan terhapat klien
yang ada di belakang lembar informed consent.

G. Catatan tindakan dan pernyataan


Setelah pelaksanaan tindakan medis semua kegiatan yang dilakukan dicatat
dalam rekam medic yang meliputi ; metode, keberhasilan tindakan, waktu,
serta pernyataan dari petugas bahwa pelaksanan tindakan sudah
dilaksanakan sesuai standar.

BAB III
PENAPISAN KLIEN
PERENCANAAN KELUARGA
Pemilihan metode KB dilakukan sesuai dengan fase perencanaan KB yang
diinginkan oleh klien. Adapun KB yang sesuai dengan tahap perencanaan
keluarga meliputi :
Fase penundaan kehamilan ; metode yang sesuai:
 Pil
 IUD
 Sederhana
 Implant
 Suntikan
Fase menjarangkan kehamilan
 IUD
 Suntikan
 Minipil
 Pil
 Implant
 Sederhana
Fase tidak hamil lagi
 Steril
 IUD
 Implant
 Suntikan
 Sederhana
 Pil
PENAPISAN KLIEN
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi
(missal: pil, suntik, implant, AKDR) adalah menentukan apakah ada :
 Kehamilan
 Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
 Masalah (misalnya; diabetes atau hypertensi) yang membutuhkan
pengamatan atau pengelolaan lebih lanjut.
Daftar tilik penapisan klien metode non operatif
METODE HORMONAL (PIL KOMBINASI, PIL PROGESTIN,
YA TIDAK
SUNTIKAN DAN SUSUK
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca
persalinan
Apakah anda mengalami perdarahan/perdarahan bercak
diantara haid setelah senggama
Apakah pernah icterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau
tungkai bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160mmHg (sistolik) atau
90 mmHg (diastolic)
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (eilepsi)
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik
Apakah pernah menglami haid banyak(lebih 1-2 pembalut tiap 4
jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih 8 hari)
Apakah pernah menglami dimenorea berat yang membutuhkan
analgetika dan atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercaak
antara haid setelah senggama
Apakah pernah mengalami penyakit jantung ventricular atau
kongenital

Daftar tilik penapisan klien metode operasi


Dapat dilakukan pada Dilakukan di fasilitas
Kedaan klien
fasilitas rawat jalan rujukan
Keadaan umum Keadan umum baik, Diabetes tidak
(anamnesis dan tidak ada tanda-tanda terkontrol, riwaayat
pemeriksaan fisik) penyakit jantung, paru,
gangguan pembekuan
atau ginjal darah, ada tanda-tanda
penyakit jantung, paru,
atau ginja
Keadaan emosional Tenang cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmHg ≥ 160/100 mmHg
Berat badan 35-85 G >85 ; < 35 kg
Riwayat oprasi Bekas seksio sesaria Operasi abdomen
abdomen /panggul (tanpa perlekatan) lainnya, perlekatan atau
terdaapat kelainan pada
pemeriksaan panggul
Riwayat radang Pemeriksaan dalam Pemeriksan dalam ada
panggul, hamil ektopik, normal kelainan
apendisitis
Anemia Hb ≥8 g% Hb < 8 g%

Daftar tilik penapisan klien metode operasi pria (MOP)


Keadaan klien Dapat dilakukan di Dilakukan di fasilitas
fasilitas rawat jalan rujukan
Keadan umum Keadaaan umum baik, Diabetes tidak terkontrol,
(anamnesis dan tidak ada tanda-tanda riwayat
pemeriksaan fisik) penyakit jantung, paru gagguanpembekuan
atau ginjal darah, tanda-tanda
penyakit jantung, paru,
atau ginjal
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmHg ≥ 160/100mmHg
Infeksi atau kelaian Normal Tanda-tanda infeksi atau
skrotum/inguinal kelainan
Anemia Hb ≥ 8 g% Hb < 8 g%

Pastikan klien tidak hamil


Klien tidak hamil apabila :
 Tidak senggama sejak haid terkahir.
 Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar.
 Sekarang dalam 7 hari pertama haid terakhir.
 Dalam 7 hari pasca keguguran.
 Menyusui dan tidak haid.

Amenorea Laktasi sebagai cara Kontrasepsi


Metode amenorea sangat efektif untuk mencegah kehamilan (98%) apabila
ibu menyusi lebih dari 8 kali sehari, sampai dengan 12 bulan pasca
persalinan.untuk klien yang akan memakai norplant atau AKDR sesudah 6
bulan setelah melahirkan maka harus dilakukan pemeriksaan untuk
menyingkirkan kemungkinan kehamilan.
Prosedur penapisan klien
Metode
hormonal
KBA Metode
( pil, Kontap
Prosedur atau Barier ( AKDR
progestin/ wanita/pria
MAL kondom)
suntikan/
implant)
Penapisan Tidak Tidak Ya ( lihat Ya (lihat Ya ( lihat
reproduksi daftar) daftar ) daftar
Seleksi Tidak Tidak Tidak Ya Ya
ISR/IMS
resiko tinggi
Pemeriksaan Tidak Tidak Tidak Ya -
Wanita - - Tidak - Ya
umum
Abdomen - - Tidak Ya Ya
Pemeriksaan - Tidak Tidak Ya Ya
speculum
Pemeriksaan - Ya Tidak Ya Ya
dalam
Pria ( lipat - Tidak - - ya
paha, penis,
testis,
skrotum

PENCEGAHAN INFEKSI
TUJUAN:
 Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya
penyakit infeksi.
 Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan
metode kontrasepsi AKDR, suntik, susuk, dan kontrasepsi mantab.
 Menurunkan resiko transmisi penyakit menular seperti hepatitis B dan
HIV/AIDS, baik bagi resiko klien maupun bagi petugas kesehatan.
PERLINDUNGAN DARI INFEKSI DI KALANGAN PETUGAS
Cara pelaksanakan standar precaution
 Anggap setiap orang (klien maupun staf) dapat menularkan infeksi.
 Cuci tangan- merupakan upaya paling penting untuk mencegah
kontaminasi silang.
 Gunakan sepasang sarung tangan sebelum menyentuh menyentuh
apapun yang basah seperti kulit terkelupas, membrane mukosa, darah
atau duh tubuh yang lain, serta alat-alat yang telah dipakai dan bahan-
bahan lain yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan
invasive.
 Gunakan pelindung fisik (misal kaca mata pelindung(goggles), masker
dan celemek) untuk mengantisipasi percikan duh tubuh (sekresi
maupun ekskresi), contohnya ketika membersihkan alat-alat amaupun
bahan lainnya.
 Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit maupun
membrane mukosa sebelum melakukan operasi dengan bahan
antiseptic yang berbahan dasar alkohol.
 Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak melakukan recapping,
memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila mungkin
gunakan jarum tumpul untuk menjahit luka.
 Buang bahan-bahan yang terinfeksi setelah terpakai dengan aman
untuk melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cedera
maupun penularan infeksi kepada masyarakat.
 Lakukan pemrosesan instrument, sarung tangan dan bahan lain yang
telah dipakai dengan cara dekontaminasi tingkat tinggi (DTT)
Mencuci tangan dengan metode 7 langkah mencuci tangan
 Sebelum dan sesudah memeriksa klien.
 Setelah memakai dan melepas sarung tangan.
 Setelah trpapar oleh darah atau duh tubuh yang lain.
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir selama 10-15
detik, lalu keringkan dengan tissue atau dianginkan.
 Sebagai pengganti cuci tangan dengan air, gunakan larutan alkohol
(100 ml akohol 60-90% + 2 ml gliserin).
Tindakan yang memerlukan penggunaan saarung tangan
 Tindakan di klinik/OK, misalnya ketika memeriksa panggul.
 Menangani alat-alat/bahan linen yang terkontaminasi.
 Membuang bahan/limbah yang terkontaminasi.
Gunakan satu sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien.
Persyaratan sarung tangan untuk prosedur bedah dan medis umum
Tugas Atau Perlukah Sarung Tangan Sarung Tangan
Aktivitas Memakai Sarung Yang Dianjurkan Yang Boleh
Tangan? Dipakai
Memeriksa Tidak perlu
tekanan darah
Memeriksa suhu Tidak perlu
tubuh
Memberikan Tidak perlu
suntikan
Mengambil darah Perlu Periksa Bedah DTT
Memeriksa Perlu Periksa Bedah DTT
panggul
Memasang AKDR Perlu Periksa Bedah DTT
( dalam paket steril
dan dimasukan
dengan teknik
“tanpa sentuh”

Melepas AKDR Perlu Periksa Bedah DTT


dengan
(menggunakan
teknik “tanpa
sentuh”)
Memasang dan Perlu Bedah steril Bedah DTT
mencabut
susuk/implant
Tindakan vaginal Perlu Bedah steril Bedah DTT
Operasi sesar atau Perlu Bedah steril Bedah DTT
laparotomy
Vasektomi atau Perlu Bedah steril Bedah DTT
laparaskopi
Menangani dan Perlu Rumah tangga Periksa atau
membersihkan Bedah
peralatan
Menagani limbah Perlu Rumah tangga Periksa atau
yang Bedah
terkontaminasi
Membersihkan Perlu Rumah tangga Periksa atau
percikan darah Bedah
maupun duh tubuh

Mencegah luka tusuk jarum


 Gunakan suit sekali pakai.
 Jarang memsang kembali tutup jarum (recapping).
 Lakukan dekontaminasi terhadap jarum atau alat suntik sebelum
dibuang.
 Buang jarum ke dalam wadah tahan tusuk.
 Hancurkan jarum dan alat suntik dengan cara dibakar di incinerator.
Prosedur anti sepsis
 Berfungsi untuk mencegah infeksi dengan mematikan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan
tubuh yang lain.
 Persiapan kulit dan serviks merupakan langkah penting dalam
melakukan tindakan untuk metode KB seperti suntik, pemasangan
atau pencabutan implant dan AKDR.
PEMROSESAN ALAT
Dekontaminasi
 Masih memakai sarung tangan.
 Rendam alat ke dalam larutan klorin 0.5% dengan cara mencampur 1
bagian klorin dengan 9 bagian air.
 Lap semua permukaan yang terkontaminasi dengan cairan tubuh
dengan klorin.
Pencucian dan pembilasan.
 Pakai sarung tangan tebal (rumah tangga)
 Cuci semua instrument dengan air, detergen dan sikat yang lembut.
 Sikat semua gerigi, sambungan dan permukaan alat.
 Bilas sampai bersih.
 Keringkan.
Sterilisasi
 Sterilisasi uap : selama 20 menit 121o C, 106kpa
 Sterilisasi kering (oven) : 170oC selama 1 jam
 Sterilisasi kimia : direndam cydex selama 8-10 jam, formalin 8%
24 jam
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
 DTT dengan merebus
 Seruh alat harus terendam
 Mulai menghitung saat ar dimulai
 Selalu merebus 20 menit dalam panci tertutup
 Jangan menambah apapun ke dalam air mendidih
 Pakai alat tersebut sesegera mungkin atau simpan dalam
wadah terttutup dan kering yang telah di DTT. Simpan selama 1
minggu
 DTT dengan cara merebus
 Kukus selama 20 menit dalam kukusan
 Kecilkan api sehingga air tetap mendidih
 Waktu dihitung mulai dari keluarnya uap
 Jagan npakai panic lebih dari 3 susun
 Keringkan dalam panic tertutup atau kountener DTT sebelum
dipakai atau disimpan
 DTT dengan kimia ,
 sejumlah disenfektan kimia untuk Disenfeksi Tingkat Tinggi
 Klorin
 Formaldehid (formalin)
 Glautaraldehid

Langkah-langkah untuk DTT dengan kimia :


 Setelah didekontaminasi, cuci dan bilas alat-alat hingga bersih,
kemudian keringkan.
 Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20
menit.
 Bilas dengan air yang telah direbus dan keringkan dengan
dianginkan.
 Dapat disimpan selama 1 minggu dalam wadah kering dan
tertutup yang telah diDTT.
 Untuk melakukan DTT pada wadah , rebus wadah tersebut (bila
kecil)atau isi dengan larutan klorin 0,5% dan rendam selama 20
menit . bilas sisi dalam wadah dengan air yang telah direbus .
keringkan dengan dianginkan sebelum digunakan.
PEMBUANGAN LIMBAH
Tujuan pembuangan limbah dengan cara yang aman adalah
 Untuk mencegah penularan infeksi kepada petugas yang
menangani limbah
 Untuk mencegah penularan infeksi kepada masyarakat di
sekitar, dan
 Untuk melindungi petugas yang menangani limbah dari luka
tusuk
Limbah medis dapat berupa limbah terkontaminasi maupun tidak
terkontaminasi.

Cara-cara penanganan limbah yang benar


 Menggunakan sarung tangan rumah tangga (utility gloves).
 Memindahkan limbah terkontaminasi ke tempat pembuangan
dalam wadah tertutup.
 Membuang alat atau benda tajam kedalam wadah tahan tusuk.
 Menuangkan limbah cair secara hati-hati kedalam saluran
pembuangan.
 Membakar atau mengubur limbah padat yang terkontaminasi.
 Mencuci tangan, sarung tangan, dan wadah yang telah
digunakan untuk membuang limbah yang dapat menginfeksi.
BAB IV
PERSYARATAN MEDIS DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI
Klasifikasi persyratan medis dalam penapisan klien
SUNTI
PIL PIL DMPA AKDR
KAN IMPLA AKDR
KONDISI KOMBI PROG NET- PROG
KOMBI N CU
NASI ESTIN EN ESTIN
NASI
M=MULAI, L =LANJUTAN
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
kehamilan - - - - - 4 4
Usia Menars Menar Menar Menars Menar Menar Menars
- 40;1 s-40;1 s-18;1 -18;1 s-18;1 s- -
≥40;2 ≥40;2 18- 18-45;1 18- 20;2 20;2
45;1 ≥45;2 45;1 ≥20;1 ≥20;1
≥45;1 ≥45;1
Paritas
 Nulipara 1 1 1 1 1 2 2
 multipara
1 1 1 1 1 1 1
Laktasi
 <6 minggu
pascapersalinan 4 4 3 3 3 - -
 6 minggu - <6
bulan laktasi 3 3 1 1 1 - -
 ≥6 bulan pasca
persalinan 2 2 1 1 1 - -
Pascapersalinan
(tanpa laktasi)
 < 21 hari 3 3 1 1 1
 ≥21 hari 1 1 1 1 1
Pascapersalinan
(laktasi/non
laktasi)termasuk
pascasekseo sesarea
 < 48 jam
 ≥ 48 jam-<4 - - - - - 2 3
minggu - - - - - 3 3
 ≥4 minggu - - - - - 1 1a
 Sepsis puerperalis - - - - - 4 4
Pascakeguguran
 Trimester 1 1 1 1 1 1 1 1
 Trimester 11 1 1 1 1 1 2 2
 Pascaabortus 1 1 1 1 1 4 4
septik
Pascakehamilan ektopik 1 1 2 1 1 1 1
Riwayat oprasi pelvis
(termasuk seksio 1 1 1 1 1 1 1
sesarea)
Merokok
 Usia < 35 2 2 1 1 1 1 1
Usia ≥ 35
-< 15 batang / hari 3 2 1 1 1 1 1
-≥15 batang / hari 4 3 1 1 1 1 1
Obesitas
 ≥ 30 kg /m2 body 2 2 1 1 1 1 1
massa
indeks(BMI)
Factor resiko multipel
penyakit kardiovaskular 3/4 ¾ 2 3 2 1 2
(seperti usia tua,
merokok, diabetes,
hipertensi
Hipertensi
 Riwayat hipertensi 3 3 2 2 2 1 2
tidak dapat
dievaluasi,
termasuk
hipertensi dalam
kehamilan.
 Hipertensi 3 3 1 2 1 1 1
terkontrol
 Tekanan darah
meningkat
 Sistolik 140-
160 atau 3 3 1 2 1 1 1
diastolic 90-100
 Sistolik >160
atau diastolic
>100 4 4 2 3 2 1 2
 Penyakit fascular
4 4 2 3 2 1 2

Riwayat hipertensi dalam


kehamilan 2 2 1 1 1 1 1
Trombosis vena dalam /
emboli paru
 Riwayat TVD/EP 4 4 2 2 2 1 2
 TVD/EP saat ini
 Riwayat keluarga 4 4 3 3 3 1 3
dengan TVD/EP
 Bedah mayor 2 2 1 1 1 1 1
-imobilisasi lama
-tanpa imobilisasi 4 4 2 2 2 1 2
lama
 Bedah minor tanpa 2 2 1 1 1 1 1
imobilisasi
1 1 1 1 1 1 1

Thrombosis vena
permukaan
 Varises
 tromboflesbitis 1 1 1 1 1 1 1
2 2 1 1 1 1 1
Riwayat jantung isemik 4 4 M L 3 M 1 M
2 L L
3 2 2
3 3
Stroke 4 4 M L 3 M L 1 2
(riwayat cardiovascular 2 2
accident 3 3
hiperlipidemia 2/3b 2/3b 2 2 2 1 2
Penyakit katup jantung
 tanpa komplikasi 2 2 1 1 1 1 1
 dengan komplikasi
(hipertensi 4 1 1 1 1 2 2
pulmunal, fibrilasi
atrial,
endokarditisbakteri
al subakut)
Nyeri kepala
M M M M M M
 Nonmigrain L L L L L 1 L
(ringan/berat) 1 1 1 1 1 1
 Migraine 2 2 1 1 1 1
-tanpa aura
Usia <35
Usia ≥35 1
-dengan aura 1
(semua usia 2 2 1 2 2 2
3 3 2 2 2 1 2
3 3 1 2 2 2
4 4 2 2 2 2

4 4 2 2 2 2
4 4 3 3 3 3

epilepsi 1 1 1 1 1 1 1
Depresi
Depresi 1 1 1 1 1 1 1
Infeksi dan Kelainan Alat Reproduksi
Perdarahan per vaginam M
 Perdarahan L
irreguler 1 1 2 2 2 2
 Perdarahan 1 1 2 2 2 2 1
banyak/lama 1
1
2
Perdarahan per vaginam M M
yang belum diketahui L L
sebabnya
Sebelum peilaian
2 2 2 2 2
4 4
2 2

Endomitriosis 1 1 1 1 1 2 1
Tumor ovarium jinak 1 1 1 1 1 1 1
)termasuk kista)
Dismenorea berat 1 1 1 1 1 2 1
Penyakit trofoblast
 Penyakit trofoblast
jinak 1 1 1 1 1 3 3
 Penyakit trofoblast 1 1 1 1 1 4 4
ganas
Ektropion serviks 1 1 1 1 1 1 1
NIS (Neoplasma Intra 2 2 1 2 2 1 2
Serviks)
Kanker serviks M M
2 2 1 2 2 L L
4 4
2 2
Penyakit mamma
 Massa tidak
terdiagnosis 2 2 2 2 2 1 2
 Penyakit mamma jinak 1 1 1 1 1 1 1
 Riwayat penyakit kanker 1 1 1 1 1 1 1
keluarga
 Kanker mamma
 Saat ini
 Riwayat lampau, 4 4 4 4 4 1 4
tidak kambuh 3 3 3 3 3 1 3
dalam 5 tahun
Kanker endometrium M M
1 1 1 1 1 L L
4 4
2 2
Kanker ovarium M M
1 1 1 1 1 L L
4 4
2 2
Fibroma uteri
 Tanpa gangguan
kavum uteri 1 1 1 1 1 1 1
 Dengan gangguan
kavum uteri
1 1 1 1 1 4 4

Kelainan anatomis
 Mengganggu kavum
uteri 4 4
 Tidk mengganggu
kavum uteri 2 2
Penyakit radang M M
panggul L L
 Riwayat PRP
 Dengn kehamilan 1 1 1 1 1
 Tanpa kehamilan 1 1 1 1 1 1 1
 PRP saat ini 1 1 1 1 1 1 1
2 2
2 2
4 4
2 2

IMS M M
 Servisitis purulent L L
dengan infeksi 1 1 1 1 1
klamidia atau gonorea 4 4
 IMS lainnya (kecuali 2 2
HIV dann hepatitis) 1 1 1 1 1
 Vaginitis (termasuk
trikomonas vaginitis 2 2
dan vaginosis 1 1 1 1 1 2 2
bakterialis)
 Resiko IMS meningkat
1 1 1 1 1 2 2
2 2

2 2
2 2

HIV/AIDS
Resiko tinggi HIV 1 1 1 1 1 M M
L L
1 1
1 1
Terinfeksi HIV 1 1 1 1 1 2 2
2 2
AIDS 1 1 1 1 1 2 2
2 2
INFEKSI LAIN
SKISTOMIASIS
 Tanpa komplikasi
 Fibrosis hati 1
1
Tuberculosis M l M
 Nonpelvis 1 1 1 1 1 1 L
 pelvis 1 1 1 1 1 1 1
4 3 1
4
3

malaria 1 1 1 1 1 1 1

Penya endokr
kit in
Diabetes
 riwayat diabetes ges-
tasional 1 1 1 1 1 1 1
 penykit nonvaskuler
 noninsulin
dependen 2 2 2 2 2 1 2
2 2 2 2 2 1 2
 insulin dependen
 nefropati / retinopati 3/4 3/4 2 3 2 1 2
/neuropati
 penyakit vaskuler 3/4 ¾ 2 3 2 1 2
lain/ diabetes > 20
tahun
Penyakit tiroid

 goiter 1 1 1 1 1 1 1
 hipertiroid 1 1 1 1 1 1 1
 hipoteroid 1 1 1 1 1 1 1

Penyakit gastrointestinal
Penyakit kandung
empedu
 simptomatik 2 2 2 2 2 1 2
- terapi 3 2 2 2 2 1 2
kolesistektomi
- diobati dengan 3 2 2 2 2 1 2
obat saja 2 2 2 2 2 1 2
- saat ini
 asimptomatik
Riwayat koletasis
 berhubungan dengan
keha- Milan 2 2 2 1 1 1 1
 berhubungan dengan
kontrasepsi 3 2 2 2 2 1 2
Hepatitis virus
 aktif 4 3/4 3 3 3 1 3
 karier 1 1 1 1 1 1 1

Sirosis
 ringan 3 2 2 2 2 1 2
 berat 4 3 3 3 3 1 3
Tumor hati
 jinak (adenoma) 4 3 3 3 3 1 3
 malignan (hepatoma) 4 3/ 4 3 3 3 1 3

Anamia
Talasemia 1 1 1 1 1 2 1
Penyakit bulan sabit 2 2 1 1 1 2 1
Anemia defisiensi Fe 1 1 1 1 1 2 1
Interaksi obat
Obat yang mempengarui
enzim-enzim hati
 rifampisin 3 2 3 2 3 1 1
 antikonvulsan tertentu 3 2 3 2 3 1 1
Antibiotic
 griseofulvin 2 1 2 1 2 1 1
 antibiotic lain 1 1 1 1 1 1 1
Terapi antiretroviral M L M
2 2 2 2 2 2 /3 2 L
2/3 2
Kontrasepsi Mantab Perempuan (Tubektomi)
Kondisi Kategori
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Kehamilan C
B
Paritas
 Nullipara A
 Multipara A
Laktasi A
Pasca persalinan
 - < 7 hari A
- 7 - < 42 hari C
- ≥ 42 hari A
 Preeklamsia/eklamsia
- Preeklamsia ringan A
- Preeklamsia berat/eklamsia C
 Ketuban pecah lama
 Infeksi nifas C
- . 24 jam C
 Perdarahan ante partum C
 Trauma berat pada daerah genitalia C
D
 Rupture uterus
Pasca abortus
 Tanpa komplikasi A
 Sepsis pasca keguguran C
 Perdarahan pasca keguguran C
 Trauma alat genital/vagina saat keguguran C
 Perforasi uterus D
 hematometra C

Kehamilan Ektopik lampau A


Merokok
 usia > 35 tahun A
 usia < 35 tahun A
Obesitas
 ≥ 30 kg/mt2 IMT (Indeks Massa Tubuh) B
PENYAKIT KARDIO VASKULAR
Factor resiko multipel penyakit kardio vaskular D
Hipertensi
 Hipertensi terkontrol B
 Kenaikan tekanan darah
- Sistolik 140 – 160 atau diastolic 90 – 100 B
- Sistolik > 160 atau diastolic > 100 D
 Penyakit vaskular D
Riwayat hipertensi selama kehamilan A
Trombosis vena dalam/emboli paru
 Riwayat TVD/EP A
 TVD/EP saat ini C
 Riwayat keluarga dengan TVD/EP A
 Bedah mayor
- Dengan immoiisasi lama C
- Tanpa immobilisasi lama A
 Bedah minor A
Mutasi trombogenik A
Trombosisi vena permukaan
 Varises A
 Tromboflebitis vena permukaan A
Penyakit jantung iskemik
 Saat ini penyakit jantung iskemik D
 Riwayat penyakit jantung iskemik B
Stroke B
Hiperlipidemia B
Penyakit jantung ventricular
 Tanpa komplikasi B
 Dengan komplikasi D
Kelainan neurologis
Nyeri kepala
 Non migraine A
 Migraine
- Tanpa aura A
- Dengan aura A
Epilepsi B
Depresi
Depresi B
Infeksi dan Kelainan Reproduksi
Perdarahan pervaginam
 Perdarahan irregular A
 Perdarahan banyak A
Perdarahan yang tidak jelas sebabnya
 Sebelum penilaian C
Endometriosis C
Tumor ovarium jinak D
Dismenorea berat A
Penyakit trofoblas
 Penyakit trofoblas jinak A
 Penyakit trofobls ganas C
Ektoropion serviks A
Neoplasma intraepitelial serviks A
Kanker serviks C
Penyakit mamma
 Massa tidak terdiagnosis A
 Penyakit mamma jinak A
 Riwayat kanker dalam keluarga A
 Kanker mamma
- Saat ini B
- Riwayat lampau, tidak kambuh dalam 5 tahun A
Kanker endometrium C
Kanker ovarium C
Fibroma uterus
 Tanpa gangguan kavum uteri B
 Dengan gangguan kavum uteri B
Penyakit radang panggul
 Riwayat PRP
- Dengan kehamilan berikutnya A
- Tanpa kehamilan B
 Saat ini C
Infeksi menular seksual
 Purulent servisitis/infeksi klamidia/gonorea C
 IMS lain (kecuali HIV dan hepatitis) A
 Vaginitis A
 Resiko IMS meningkat A
HIV / AIDS
Resiko tinggi HIV A
Terinfeksi HIV A
AIDS D
Infeksi lain
Skistosomiasis
 Tanpa komplikasi A
 Fibrosis hati B
Tuberkulosis
 Nonpelvis A
 pelvis D
Malaria A
Penyakit endokrin
Diabetes
 riwayat diabetes gestasional A
 penyakit nonvascular
- noninsulin dependen B
- insulin dependen B
 nefropati/retinopati/neuropati D
 penyakit vascular lain/diabetes > 20 tahun D
Penyakit Tiroid
 Goiter A
 Hipertiroid D
 Hipotiroid B
Penyakit Gastrointestinal
Penyakit kandung empedu
 Simptomatik A
- Terapi kolisetektomi A
- Diobati dengan obat saja C
- Sat ini A
 Asimptomatik
Riwayat kolestasis
 Berhubungan dengan kehamilan A
 Berhubungan dengan pil kontrasepsi A
Hepatitis Virus
 Aktif C
 Karier A
Sirosis
 Ringan B
 Berat D
Tumor Hati
 Jinak (adenoma) B
 Malignan (hipotoma) B
Anemia
Talasemia B
Penyakit Bulan Sabit B
Anemia defisiensi Fe
 Hb < 7 g% C
 Hb antara 7 – 10 g% B
Keadaan Lain yang relevan dengan Tubektomi
Infeksi kulit Abdomen C
Ganngguan peredaran darah D
Penyakit paru
 Bronkhitis, pneumonia C
 Asthma, emfisema, infeksi paru D
Infeksi sistemik/ gastroenteritis C
Perlekatan Uterus oleh karena pembedahan/ infeksi lampau D
Hernia umbilikalis atau abdominal D
Hernia diafragmatikus B
Penyakit ginjal B
Defisiensi gizi berat B
Pembedahan abdomen/ pelvik terdahulu B
Sterilisasi bersamaan dengan pembedahan abdominal
 Elektif B
 Emergensi C
 Keadaan infeksi C
Sterilisasi bersamaan dengan seksio sesarea A
Karakteristik pribadi dan riwayat reproduksi
Usia muda B
Depresi
Depresi B
HIV/AIDS
Resiko tinggi A
Terinfeksi HIV A
AIDS D
Penyakit Endokrin
Diabetes B
Anemia
Penyakit Bulan Sabit A
Keadaan lain yang relevan dengan vasektomi
Infeksi local
 Infeksi kulit skrotum C
 IMS aktif C
 Epididimitis/orkitis C
Gangguan peredaran darah D
Riwayat kulit skrotum B
Infeksi sistemik/gastroenteritis C
Varikokel besar B
Hidrikel besar B
Filariasis/elephantiasis C
Massa intraskrotal C
Kriptorkhisme B
Hernia inguinalis D
BAB V
METODE KONTRASEPSI
A. METODE ALAMIAH DAN SEDERHANA
1. Metode amenorea Laktasi (MAL)
MAL merupakan metode kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif, artinya ASI diberikan kepada bayi tanpa makanan
ataupun minuman lainnya. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
- Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila
pemberian ≥ 8 kali sehari;
- Belum haid
- Umur bayi kurang dari 6 bulan
Selanjutnya harus memakai kontrasepsi lain.
Cara kerja : menunda/menekan ovulasi
Keuntungan :
 Efektifitas tinggi (98% pada 6 bulan pertama)
 Segera efektif
 Tidak mengganggu senggama
 Tidak ada efek samping sistemik
 Tidak perlu pengawasan medic
 Tidak perlu obat atau alat
 Tanpa biaya
Keuntungan non kontrasepstif
Untuk bayi :
 Mendapat kekebalan pasif (antibody) dari ASI
 Sumber asupan gizi terbaik buat bayi
 Terhindar kontaminasi
Untuk ibu :
 Mengurnaagi perdarahan pasca salin
 Mengurangi resiko anemia
 Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi
Keterbatasan:
 Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan
 Mungkin sulit dilakukan karena kondisi social
 Efektifitas tinggi sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan
 Tidak melindungi terhadap IMS
Yang dapat melaksanakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif sebelum 6 bayi berumur 6 bulan
dan belum mendapatkan haid
Keadaan yang perlu mendapatkan perhatian :
Keadaan Anjuran
Ketika mulai memberikan makan Membantu klien memilih metode
pendamping secara teratur lain. Walaupun metode
(menggantikan 1 kali menyusui) kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap
melanjutkan ASI
Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih motode
lain. Walaupun metode lain
dibutuhkan, klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI
Bayi menghisap susu tidak sering Membantu klien memilih motode
(on Demand) atau jika kurang 8 lain. Walaupun metode lain
kali sehari dibutuhkan, klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI
Bayi berumur 6 bulan atau lebih Membantu klien memilih motode
lain. Walaupun metode lain
dibutuhkan, klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI
Yang tidak seharusnya memakai MAL :
 Sudah mendapatkan haid setelah bersalin
 Tidak menyusui bayi secara eksklusif
 Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
 Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam

2. METODE KB ALAMIAH (KBA)


Macam-macam KBA
 Metode ovulasi Billing (MOP)
 Sistem kalender
 Metode suhu basal
Teknik Pantang Berkala
Untuk ontrasepsi dengan cara menghindari senggama pada masa subur
yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda
adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liag vagina. Masa
subur dihitung dengan cara siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan
terpendek dikurangi 18 hari. Antara keduanya menghindari senggama.
Manfaat
Kontrasepsi :
 Tidak dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai
kehamilan
 Tidak ada resiko kesehatan yang berhubgan dengan kontrasepsi
 Tidak ada efek samping sistemik
Non kontrasepsi
 Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
 Menembah pengetahuan tentang sitem reproduksi pada suami dan
istri
 Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan
komunikasi antara suami istri/pasangan

Keadaan yang memerlukan perhatian


 Pengeluaran cairan vagina secara menetap
 Menyusui
(Jelaskan pada klien bahwa hal tersebut akan lebih sulit untuk
memprediksi kesuburan dengan menggunakan lender serviks. Jika
dia kehendaki, bantu klien untuk memilih metode lain. Pada metode
ini klien harus mengerti pola Metode Ovulasi Billing (MOP) untuk
mengenal pola dasar ketidaksuburan.)

3. Senggama Terputus
Merupakan metode dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)
dari vaginna sebelum pria mencapai ejakulasi.
Manfaat :
Kontrasepsi :
 Efektif bila dilakukan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
 Tidak ada efek samping
 Dapat digunakan setiap waktu
 Tidak membutuhkan biaya
4. Kondom
Cara kerja :
 Menghalangi terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan.
 Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan viil)
Manfaat :
Kontrasepsi :
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh secara sistemik
 Mudah dan murah dibeli secara bebas
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan lainnya
 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda
Cara penggunaan :
 Gunakan kondom setia akan melakukan hubungan seksual
 Tambah spermisida untuk meningkatkan efektifitas
 Jangan menggunakan benda tajam untuk membuka kemasan
 Pasang kondom saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada
glands penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada
ujung uretra. 1. apakah ibu sudah
 Askan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan
tersebut kea rah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina
 Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada
ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya
agar tidak terjadi robekan waktu ejakulasi.
 Kondom dilepas sebelum penis melembek.
 Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan
lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan
sperma di sekitar vagina.
 Gunakan kondom hanya untuk sekali pakai.
 Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
 Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan
disimpat di tempat yang panas karena hal ini akan menyebabkan
kondom menjadi rusak dan robek saat digunakan.
 Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom
tampak rapuh atau kusut.
 Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas
dari bahan petrolatum karena akan merusak kondom.
5. Diafragma
Ada kap berbentuk bulat cembung, tebuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapatkan akses
untuk mencapai tuba fallopii dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat
Kontrasepsi :
 Efektif bila digubakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang
sampai 6 jam sebelumnya.
 Tidak mengganggu kesehatan klien.
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Cara penggunaan :
 Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual
 Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan
 Pastikan diafragma tidak berlubang (tes diafragma dengan mengisi
air atau melihat menembus cahaya).
 Oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafragma
(untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas
bersamaan dengan pinggirannya).
 Posisi saat pemasangan diafragma :
- Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
- Sambil berbaring.
- Sambil jongkok.
- Lebarkan kedua bibir vagina.
- Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong
bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
- Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks,
sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
- Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum
berhubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di
atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke
dalam vagina. Diafragma berada di dalam vagina paling tidak 6
jam setelah terlaksanya hubungan seksual. Jangan tinggalkan
diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat
(tidak dianjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian
vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan
seksual)
- Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan
jari telunjuk dan tengah.
- Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan sebelum
disimpan di tempatnya.

6. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk
aerosol, tablet vagina, supositoria, atau dissolvable film, krim. Cara
kerjanya adalah dengan cara memecah membrane sel sperma,
memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur.
Manfaat :
Kontrasepsi
 Efektif seketika (busa dan krim)
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Bisa digubakan sebagai pendukung metode lain
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sitemik
 Mudah digunakan
 Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Cara penggunaan :
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi
aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida.
 Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas
hubungan seksual.
 Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina atau suppositoria
adala 10 – 15 menit.
 Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
 Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang cara
penggunaan dan penyimpanan dari setiap produk (misalnya kocol
aerosol sebelum diisi ke dalam aplikator)
 Spermisida ditempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks
terlindungi dengan baik.

B. KONTRASEPSI KOMBINASI (HORMON ESTEROGEN DAN


PROGESTERON)
1. Pil Kombinasi
Cara kerja :
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Lender serviks mengental hingga sulit dilalui sperma
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu juga.

Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi :


 Hamil atau dicurigai hamil
 Menyusui eksklusif
 Perdarahan per vaginam yang belum diketahui sebabnya
 Penyakit hati akut (hepatitis)
 Prokok dengan usia > 35 tahun
 Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110
mmHg
 Riwayat gangguan factor pembekuan darah atau kencing manis
lebih dari 20 tahun
 Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
 Migraine dan gejala neurologic fokal (epilepsy/riwayat epilepsy)
 Tidak mengunakan pil secara teratur setiap hari
Cara pemakaian :
 Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari dalam kemasannya dan
pesankan untuk mengikuti panah yang menunjuk deretan pil
berikutnya.
 Pil dimunum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama
 Pil pertama dimulai saat hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
 Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid
 Pil yang 28 dimulai dari pil placebo sesuai dengan hari pada paket
 Minum pil baru kalau paket habis
 Pada paket pil 21 tunggu 1 minggu setelah pil habis baru minum pil
yang baru
 Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambil pil
yang lain
 Bila muntah hebat, atau diare lebih 24 jam, maka bila keadaan
memungkinakan dan tidak memburuk keadaan klien, pil diteruskan
 Bila lupa minum pil (hari 1 – 21 hari), segera minum waktu ingat
 Bila lupa minum 2 pil, minum 2 pil selama 2 hari berturut-turut, dan
pakai tambahan kontrasepsi seperti kondom
 Bila tidak haid segera control untuk tes kehamilan
Perhatian khusus :
 Tensi diatas 160 mmHg sistolik, atau diastolic > 90 mmHg tidak
boleh menggunakan POK
 Kencing manis tanpa komplikasiboleh digunakan
 Anemia bulan bulan sabit tidak boleh pakai POK
 Migrain
 Penggunaan obat fenitoin, barbiturate, rifampicin
2. Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25mg depo medroksiprogesteron asetat
dan 5mg estradion cypionat yang diberikan 1 bulan sekali (Cyclofem),
50mg noretindron enantat dan 5mg estradiol valerat yang diberikan injeksi
I.M sebulan sekali
Cara kerja :
 Menekan ovulasi
 Membuat lender serviks menjadi kental sehingga sperma
terganggu
 Mengganggu implantasi karena atrofi endometrium
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Keuntungan kontrasepsi :
 Resiko terhadap kesehatan kecil
 Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
 Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
 Jangka panjang
 Efek samping sangat kecil
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
Yang tidak boleh memakai :
 Hamil atau diduga hamil
 Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Penyakit hati akut (virus hepatitis)
 Usia lebih 35 tahun yang merokok
 Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tensi > 180/110mmHg
 Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20
tahun
 Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan rasa sakit / migraine
 Keganasan payudara
Cara penggunaaan
 Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan secara I.M
 Klien diminta dating tiap 4 minggu
 Suntikan ulang ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal
 Dapat juga diberikan 7 hari lebih lambat selama yakin klien tidak
hamil

C. KONTRASEPSI PROGESTIN
1. SUNTIKAN PROGESTIN
Suntikan progestin ada 2 jenis yaitu :
 Depo medroksi progesterone asetat, mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan secara I.M.
 Depo noretisteron enantat (Noristerat), uyang mengandung 200mg
Noretindron enantat, diberikan secara I.M setiap 2 bulan
Cara kerja :
 Mencegah ovulasi
 Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
 Menjadikan selaput lender Rahim tipis dan atrofi
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Keuntungan :
 Sangat efektif
 Pencegahan kehamilan jangka panjang
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri
 Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
 Tidak berpengaruh terhadap ASI
 Sedikit efek samping
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
 Dapat digunakan oleh perempuan berusia > 35 tahun sampai
perimenopause
 Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
 Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi progestin
 Hamil atau dicugai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran)
 Perdarahan per vaginam yang belum jelas penyebabnya
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea
 Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Diabetes mellitus disertai komplikasi
Cara penggunaan kontrasepsi suntikan :
 DMPA diberikan setiap 3 bulan,secara I.M di pantat. Noristerat
diberikan setiap 8 minggu selama 5 kali, kemudian diberikan setiap
12 minggu.
 Kocok dengan baik, hindari terjadinya gelembung udara
 Bersihkan kulit dengan alkohol, keringkan, baru disuntik.

2. Kontrasepsi pil progestin (minipil)


Jenis :
 Kemasan pil isi 35 : 300µg atau 350µg noretinderon
 Kemasan pil isi 28 : 75µg desogestrel
Cara kerja :
 Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium
 Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
 Mengentalkan lender serviks sehingga menhambat penetrasi
sperma
 Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
Keuntungan kontrasepsi :
 Sangat efektif bila digunakan seara benar
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Tidak mempengaruhi ASI
 Kesuburan cepat kembali
 Nyaman dan mudah digunakan
 Sedikit efek samping
 Dapat dihentikan setiap saat
 Tidak mengandung estrogen
Yang tidak boleh menggunakan minipil :
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
 Menggunakan obattuberkolusis (rifampisin), atau obat untuk
epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
 Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Sering lupa menggunakan pil.
 Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus.
 Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spsme pembuluh dara.
Instruksi kepada klien
 Minum mini pil setiap hari pada saat yang sama.
 Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.
 Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
minumlah pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila
klien berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam
berikutnya.
 Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil
tersebut begitu klien ingat. Gunakan metode pelindung selama 48
jam.
 Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa
tersebut sesegera mungkin klien ingat dan gunakan metode
pelindung sampai akhir bulan.
 Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah
paket terakhir habis
 Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan 1
siklus (tidak haid) atau bila merasa hamil, temui petugas klinik
klien untuk memeriksa uji kehamilan.
3. KONTRASEPSI IMPLAN
Jenis
 Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
 Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75
mg Levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.
Cara kerja
 Lender serviks menjadi kental
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi
Keuntungan kontrasepsi
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Bebas dari pengaruh estrogen
 Tidak mengganggu kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya perlu ke klinik bila ada keluhan
 Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
Yang tidak boleh memakai implant:
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Tidak dapat menerima perubahan pola haid
 Miom uterus dan kanker payudara
 Gangguan toleransi glukosa
Instruksi untuk klien :
 Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48
jam pertama, untuk mencegah infeksi pada tempat incise
 Perlu dijelaskan mungkin akan terdpat sedikit rasa perih,
pembengkakan, atau lebam pada daerah incisi
 Pekerjaan rutin tetap bisa dikerjakan, hindari benturan, gesekan
atau penekanan pada daerah insersi
 Balutan penekan dibuka setelah 48 jam, plester dibuka setelah 5
hari
 Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci
 Bila ada tanda infeksi harus segera datang ke klinik
Daftar tilik pemeriksaan fisik
1. Apakah klien hamil?
2. Apakah tekanan darah >160/90 mmHg atau diastoliknya
>110mmHg?
3. Apakah urine reduksi positif ?
4. Apakah deyut nadi klien ireguler (aritmia)?
5. Apakah tampak pucat atau sianosis?
6. Apakah terdapat sesak nafas ?
7. Apakah terdapat icterus ?
8. Apakah ada pembengkakan dan nyeri daerah hati ?
9. Apakah terdapat varises yang berat dan nyeri pada tungkai ?
10. Apakah kakinya sangat bengkak ?
11. Apakah terdapat benjolan yang mencurigakan di payudara ?
12. Apakah terdapat miom Rahim ?
4. AKDR dengan progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah progestase
yang mengandung progesterone dari mirena yang mengandung
levonorgestrel.
Cara Kerja
 Endometrium mengalami tranformasi yang ireguler, epitel atrofi
sehingga mengganggu implantasi.
 Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya
ovum dengan sperma.
 Mengurangi jumlah spermayang mencapai tuba falopii
 Menginaktifkan sperma
Efektifitas
Sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selamasatu
tahun pertama penggunaan

Keuntungan kontrasepsi
 Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)
 Tidak mengganggu hubungan suami istri
 Tidak berpengaruh terhadap ASI
 Kesuburan segera kembali sesudh AKDR diangkat
 Efek sampingnya sangat kecil
 Memiliki efek sistemik yang sangat kecil
Yang tidak boleh menggunakan AKDR dengan progestin
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis
 Menderita penyakit radang panggul atau paska keguguran septik
 Kelainan kongenital Rahim
 Miom submukosum
 Rahim yang sulit digerakan
 Riwayat kehamilan ektopik
 Penyakit trofoblas ganas
 Terbukti menderita penyakit tuberkolusis panggul
 Kanker genetalia/payudara
 Sering ganti pasangan
 Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit
peningkatan kadar gula dan kadar insulin.
Waktu AKDR dengan progestin dipasang
 Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dapat dipastikan
tidak hamil.
 Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pasca
persalinan, 6 – 8 minggu ataupun lebih sesudah melahirkan.
 Segera sesudah induksi haid, pascakeguguran spontan, atau
keguguran buatan, dengan syarat tidak terdapat bukti-bukti
adanya infeksi
Intruksi kepada klien
Dalam keadaan normal klien kembali untuk kontrol rutin sesudah
menstruasi pertama kali pasca pemasangan (4 – 6 minggu) tetapi
jangan sampai melewati 3 bulan sesudah pemasangan AKDR
Cek benang AKDR dan jika terjadi alah satu keadaan berikut ini, klien
harus kembali ke klinik, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Timbul kram di perut bagian bawah
 Adanya perdarahan bercak antara haid atau sesudah melakukan
senggama
 Nyeri sesudah melakukan senggama atau jika suaminya
mengalami perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama
 AKDR perlu dianggkat setelh satu tahun atau pun lebih awal bila
dikehendaki
 Bila terjadi ekspulsi AKDR, atau keluaran cairan yang berlebihan
dari kemaluan lihat terjadi infeksi atau tidak.
 Muncul keluhan sakit kepala atau sakit kepala semakin parah.

D. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM


Profil
 Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang ( CuT-380 A bisa
sampai 10 tahun)
 Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
 Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
 Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
 Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar IMS
Jenis
 AKDR CuT-380 A
 Nova T
Cara kerja
 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii
 Mempengaruhi fertilisasi sebelum mencapai kavum uteri
 Mencegah pertemuan sperma dan ovum
 Mencegah implantasi
Yang tidak boleh menggunakan AKDR
 Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
 Perdarahan per vagina yang tidak diketahui sebabnya (sampai
dapat dievaluasi)
 Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
 Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderta PRP
atau abortus septik
 Kelainan uterus yang abnormalatau tumor jinak Rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
 Penyakit trofoblas ganas
 Diketahui menderita TBC pelvik
 Kanker alat genital
 Ukuran rongga Rahim kurang dari 5 cm
AKDR POST PLASENTA
Kelebihan bagi klien
 Pencegahan jangka panjang yang efektif
 Insersi AKDR dikerjakan dalam waktu 10 menit setelah keluar
plasenta
 Tidak meningkatkan resiko infeksi maupun perforasi uterus
 Kejadian ekspulsi diandingkan dengan peasangan 6 minggu
setelah melahirkan rendah selama dilaksanakan dengan tekhnik
yang benar
Kelebihan non kontrasepsi bagi klien
 Dapat dipasang langsung saat ostium masih terbuka, setelah
plasenta lahir sehingga mengurangi rasa sakit
 Tidak mempengaruhi hubungan seks
 Tidak mempengaruhi ASI
 Dapat digunakan sampai menopause
 Tidak ada interaksi dengan obat-obatan lain
 Membantu mencegah kehamilan ektopik
 Kesuburan cepat kembali pasca pelepasan
 Tidak menimbulkan efek sistemik dan efek samping hormonal
 Ekonomis karena masa pakai 8-10 tahun
Petunjuk bagi klien
 Kembali memeriksakan diri setelah 4 – 6 mingngu pasca
pemasangan
 Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah benang
secara rutin setelah haid
 Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa
keadaan benang setelah haid apabila mengalami:
- Kram/kejang di perut bagian bawah
- Spotting
- Nyeri pasca senggama
 Copper T-380A dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilakukan lebih awal apabila diinginkan
 Kembali ke klinik apabila :
- Tidak meraba benang AKDR
- Merasakan bagian benang dari AKDR
- AKDR terlepas
- Siklus haid terganggu atau meleset
- Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
- Adanya infeksi

E. KONTRASEPSI MANTAB
1. TUBEKTOMI
Merupakan metode permanen dengan pembedahan sederhana,
dengan cara mengoklusi tuba fallopii (mengikat atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak bisa bertemu dengan ovum.
Jenis :
 Mini laparatomi
 Laparoskopi
Yang bisa melanjalani tubektomi :
 Usia > 26 tahun
 Paritas > 2
 Yakin telah mempunyai keluarga besar sesuai dengan
kehendaknya
 Pada kehamilannya akan meninmbulkan resiko kesehatan yang
serius
 Pasca persalinan
 Pasca keguguran
 Paham dan sukarela setuju dengan prosedur ini
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi :
 Hamil (sudah terdeteksi hamil)
 Perdarahan per vagiina yang tidak diketahui sebabnya (sehingga
harus dievaluasi)
 Infeksi sistemik atau pelvik akut (hingga masalah tersebut
diselesaikan atau dikontrol)
 Tidak boleh menjalanai proses pembedahan
 Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
 Belum memberikan persetujuan tertulis

2. VASEKTOMI
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasaitas reproduksi pria
dengan cara mengoklusi vas deferens sehingga alur transportasi
sperma terhambat .
Infomasi bagi klien :
 Pertahankan band aid selama 3 hari
 Luka yang sedang dalam proses penyembuhan jangan ditarik atau
digaruk
 Boleh mandi setelah 24 jam, asal luka tidak basah. Luka harus
kering selama minimal 3 hari
 Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
 Jika ada nyaeri, beri analgetik
 Hindari mengangkat barang dan kerja keras selama 3 hari
 Boleh bersenggama setelah hari ke2-3, pakai kondom atau
tambahan KB lain sampai ejakulasi 15-20 kali.
BAB VI
PROSEDUR KLINIK
A. PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR
LANGKAH PEMASANGAN AKDR COPPER T 380 A
1. a. Jelaskan tentang prosedur pemasangan dan persilahkan klien
mengajukan
pertanyaan
b. Sampaikan pada klien adanya kemungkinan sedikit rasa sakit di
beberapa langkah pemasangan
c. Kosongkan kandung kencing
2. a. Periksa genetalia eksterna
b. Lakukan inspekulo
c. Lakukan pemeriksaan panggul
3. Lakukan pemeriksaan mroskopik bila ada indikasi
4. Masukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya
5. a. Masukkan speculum, usap vagina dengan larutan antiseptik
b. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
6. Masukkan zoned uterus
7. Pasang AKDR
8. a. Buang bahan terkontaminasi
b. Bersihkan permukaan terkontaminasi
9. dekontaminasi alat dan sarung tangan setelah dipakai
10. a. Ajarkan pada klien cara meraba benang
b. Minta klien menunggu di klini selama 15-30 menit setelah
pemasangan
PENCABUTAN AKDR COPPER T 380 A
1. Menjelaskan pada klien tentang yang akan dilakukan dan
persilahkan klien untuk bertanya.
2. Masukkan speculum untuk melihat serviks benang AKDR.
3. Mengusap serviks dengan larutan antiseptic 2-3 kali
4. Informasikan sekarang akan dilakukan pencabutan. Jepit benang
dengan , tarik perlahan sampai IUD keluar.
5. Pasang AKDR baru bisa kondisi memungkinakan dank lien
menginginkan.

B. PEMASAMANGAN DAN PENCABUTAN IMPLAN


Pemasangan dan pencabutan Implan harus dilakukan oleh doter atau
bidan yang sudah terlatih dengan mengedepankan prosedur
pencegahan infeksi.
Macam-macam jenis implant di Indonesia :
 Implanon
 Indoplan
 Sinoplan
 Jadena
Peralatan untuk insersi :
 Meja periksa untuk berbaring klien
 Alat penyangga lengan (tambahan
 Batang implant dalam kantong
 Kain penutup steril (DTT)
 Sarung tangan steril bebas bedak
 Sabun untuk mencuci tangan
 Larutan antiseptic
 Lidokain ! % tanpa epineprin
 Spuit
 Skalpel no 11
 Trocar dan mandarin
 Band aid atau plester
 Klem (tambahan)
 Bak instrument tertutup
Persiapan pemaasangan
1. Anjurkan klien untuk mencuci lengan dengan air mengalir dan
sabun
2. Tututp tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja
samping) dengan kain bersih
3. Persilahkan klien berbaring, atur posisi lengan
4. Tentukan tempat pemasangan, optima pada 8 cm di atas lipatan
siku
5. Siapkan alat dan buka bungkus tanpa menyentuh alat di dalamnya
6. Buka dengan kemsan implant dengan hati-hati
Tindakan sebelum pemasangan :
1. Cuci tangan dengan air mengalir, keringkan
2. Pakai sarung tangan steril (DTT)
3. Atur posisi alat dan bahan sehingga mudah dicapai
4. Beri antiseptic pada tempat incise 8-13 cm secara melingkar
5. Pasang duk
6. Pastikan klien tidak alergi dengan anastesi melalui anamnesa
7. Lakukan suntikan anastesi
Pemasangan kapsul
1. Buat incisi dangkal
2. Pegang trocar dengan uujung menghadap ke atas
3. Dorong trocar lewat lubang incisi di bawah kulit sesuai tanda
4. Angkat trocar ke atas agar posisi tepat di bawah kulit
5. Saat masuk sampai tanda satu, cabut pendorong dari trocar
6. Masukkan kapsul ke dalam trokar
7. Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul masuk sampai
terasa ada tahanan
8. Pegang pendorong trokar dengan satu tangan untuk menstabilkan,
tarik trocar sampai ujung tanda
9. Raba kapsul, pastikan sudah keluar seluruhnya dari trocar
10. Tanpa menguluarkan trocar sepenuhnya dorong kembali trocar kea
rah lateral kanan seperti langkah sebelunya
11. Lakukan pemasang kapsul satunya
12. Sebelum mencabut trocar, pastikan semua kapsul telah terpasang
13. Ujung kasul harus sekitar 5 mm dari tepa incise, kalau adaa yang
ekspulsi pasang kembali dengan hati-hati
14. Tarik rokar, tekan luka incise selama sekitar 1 menit untuk
menghentikan perdarahan, bersihkan dengan larutan antiseptic
Tindakan setelah pemasangan
1. Tutup luka incise dengan band aid/plester
2. Lakukan bebat tekan
Instruksi untuk klien di rumah :
1. Mungkin akar terjadi memr, bengkak atau sakit di daerah incise
selama beberapa hari.
2. Jaga luka incises tetap kering dan bersih selama minimal 48 jam.
3. Jangann membuka pembalut selama 48 jam
4. Hindari benturan pada daerah luka.
5. Stelah luka sembuh dapat disentuk atau dibersihkan dengan
tekanan normal.
6. Bila terdapat tanda infeksi segera datang ke klinik.
Pemasangan implanon
1. Persiapkan tempat pemasangan.
2. Tentukan lokasi pemasangan.
3. Pastikan klien tidak alergi anastesi.
4. Kelaurkan inserter dari kemasannya, masukkan jarum inserter
tepat di bawah kulit sampai masuk seluruhnya, angkat sedikit trocar
agar kulit terangkat.
5. Lepaskan segel segi empat dengan menekan pendorong
inserternya
6. Putar pendorong inserter 90o atau 180o dengan mempertahankan
inserter tetap di atas lengan.
7. Dengan tangan lain secara perlahan tarik jarum keluar dari lengan
sambil tetap mempertahankan penopang inserter di tempatnya.
Pencabutan
Pencabutan bisa dilakukan dengan metode pop out atau dengan
teknik “U”.
Persiapan :
 Meja periksa untuk tempat tidur klien
 Penyangga lengan atau meja samping
 Sabun untuk mencuci lengan
 Kain penutup steril atau DTT
 Tiga mangkuk ( 1 untuk larutan antiseptic, satu untuk tempat air
DTT, 1 lagi berisi larutan clorin untuk dekontaminasi kapsul yang
sudah dicabut)
 Sepasang sarung tangan steril/DTT
 Larutan antiseptic
 Spuit
 Saklpel no 11
 Klem lengkung/”U” klem
 Band aid atau plester
 Kassa pembalut
 Efineprin untuk syok anafilaktik (untuk darurat)

Persiapan sebelum tindakan


1. Persilahkan klien untuk mencuci lengan
2. Tutuptempat tidur dengan kain bersih
3. Persilahkan klien berbaring dan atur posisi lengan
4. Raba kapsul untuk menentukan lokasi
5. Beri tanda pada ujung setiap kapsul
6. Siapkan alat
Tindakan sebelum pencabutan
1. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
2. Pakai sarung tangan DTT/steril
3. Atur alat dan bahan agar mudah dicapai
4. Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptic
5. Pasang duk
6. Raba lagi posisi kapsul
7. Stelah memastikan klien tidak alergi anastesi, lakukan anastesi
Tindakan pencabutan kapsul
1. Metode standar
a. Tentukan lokasi
b. Uat incise melintang sekitar 4mm
c. Mulai mencabut kapsul yang mudah diraba
d. Dorong kapsul ke arah incise, saat ujung kapsul tampak oengan
dengan klem lengkung atau mosquito
e. Bersihkan jaringan ikat
f. Jepit kapsul dengan klem kedua
g. Lakukan sampai kapsul habis
2. Teknik “U”
a. Klem yang dipakai adalah “U” klem
b. Tentua lokai sekitar 5mm di ujung kapsul
c. Buat incise melintang
d. Masukkan klem melalui luka incise
e. Fiksasi kapsul, dekatkan kapsul dengan ujung jari
f. Masukkan klem sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka
klem, pegag kapsul, tarik kea rah incise lalu balik 180 o kea rah
bahu untuk memaparkan kapsul.
g. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat.
h. Gunakan klem lengkung untuk mengambil kapsul yang sudah
bersih, tarik dan keluarkan.
i. Lakukan hal sam untuk mencabut kapsul berikutnya.
Metode “Pop Out”
1. Raba ujung kapsul, buat incise kecil di tepi ujung kapsul.
2. Lakukan penekanan dengan ibu jari dan telunjuk agar kapsul
muncul keluar melalui tempat incise.
3. Bersihkan jaringan ikat dengan skalpel
4. Tekan –tekan agar kapsul keluar
5. Tekan sampai kapsul muncul (pop out)

C. SUNTIK
Persiapan klien
 Periksa daerah suntikan apakah bersih atau kotor
 Bila area suntikan kotor maka minta klien untuk membersihkan
area tersebut
 Biarkan mengering
Persiapan petugas
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
2. Buka tutup vial, usap dengan alkohol, biarkan kering
3. Gunakan alat suntik sekali pakai
4. Masukkan jarum semprit pada mulut semprit penghubung
5. Balikkan vial dengan muut vial ke bawah, hisap sampai habis
seluruh suspensi.
Persiapan daerah suntikan
1. Bersihkan area suntikan dengan alkohol 60-90 %
2. Keringkan
Setelah tindakan suntikan
 Jangan memijat daerah suntikan, jelaskan pada klien hal ini akan
menyebabkan obat akan terlalu cepat diserap tubuh.
 Jangan memasukkan kembali atau membengkokan jarum atau
mematahkannya. Segera masukkan ke dalam safety box.

F. Tubektomi dan vasektomi


Tidak dilakukan di Puskesmas
BAB VII
MUTU PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal :
 Pelayan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien.
 Klien harus dilayani secara professional dan memnuhi standar pelayanan.
 Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan.
 Upaya agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani.
 Petugas harus memberikan informasi tentang pilihan informasi yang
tersedia.
 Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas
kesehatan dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi.
 Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
 Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang telah ditentukan dan
nyaman bagi klien.
 Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup.
 Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan
 Ada mekanisme umpan balik yang efektif dari klien
Program yang berhasil memerliukan petugas terlatih yang :
 Mampu meberikan informasi kepada klien dengan sabar, penuh
pengertian dan peka.
 Mempunyai pengetahuan dan sikap positif , serta kemampuan teknis
untuk memberi pelayanan bidnag kesehatan reproduksi.
 Memenuhi standar pelayanan yang sudah ditentukan.
 Mempunyai kemampuan mengenal masalah.
 Mempunyai kemampuan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam
mengatasi masalah tersebut, termasuk kapan dan kemana merujuk
apabila diperlukan.
 Mempunyai kemampuan penilaian klinis yang baik.
 Mempunyai kemampuan memberikan saran-saran untuk perbaikan
program.
 Mempunyai pemantauan dan supervisi berkala
Peyanan yang bermutu membutuhkan :
 Pelatihan staf di bidang konseling, pemberian informasi dan ketrampilan
teknik.
 Informasi yang lengkap dan akurat untuk klien agar mereka dapat memilih
sendiri metode kontrasepsi yang akan digunakan.
 Suasana lingkungan kerja di fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap
kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan yang bermutu,
khususnya kemampuan teknis dan interaksi interpersonal antara petugas
dengan klien.
 Petugas dank lien mempunyai visi yang sama tentang pelayanan yang
bermutu.
SISTEM RUJUKAN
Tujuan
Tujuan system rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu.
Tujuannya untuk menurunkan angka kejadian efek samping, komplikasi dan
kegagalan penggunaan kontrasepsi.
Tata laksana
Rujukan medic dapat berlangsung :
 Internal antar petugas di satu Puskesmas.
 Antara Puskesmas pembantu dan Puskesmas
 Antara masyarakat dan Puskesmas.
 Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain.
 Atara Puskesmas dan rumah sakit, laboratorium dan pelayanan fasilitas
keshatan lainnya.
 Internal antara bagian/unit di dalam satu rumah sakit.
 Antara rumah sakit, laboratorium atau fasilitas kesehatan yang lain.
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan
klien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lainnya, akan tetapi karena
kondisi klien yang mengharuskan pemeberian pelayanan yang lebih
kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan. Untuk ddapat melaksanakan
rujukan harus diberikan pula :
 Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan klien ahrus dirujuk.
 Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan.
 Informasi tentang fasilitas layanan kesehatan tempat rujukan dituju.
 Pengantar tertulis kepada fasilitas layanan kesehatan yang dituju
mengenai kondisi klien saat ini dan riwayat sebelumnya serta
upaya/tindakan yang telah diberikan.
 Bia perlu, berikan upaya untuk mempertahankan keadaan umum klien.
 Bila perlu, karena akondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan
harus didampingi bidan.
 Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan yang dituju agar
memungkinkan segera menerima rujukan klien.
Setelah menerima rujukan klien dan telah berupaya mengatasi masalah serta
penanggulannya maka fasilitas rujukan harus mengembalikan klien ke tempat
layanan asal dengan terlebih dahulu memberikan :
 Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya
penanggulangan.
 Nasihat yang perlu diperhatikan mengenai kelanjutan penggunaan
kontrasepsi.
 Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai
kondisi klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta
saran-saran upaya lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang
penggunaan kontrasepsi.
PERSYARATAN MINIMAL FASILITAS PELAYANAN
Fasilitas pelayanan KB professional diselenggarakan oleh tenaga
professional yaitu : dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan perawat
kesehatan. Adapun fasilitas layana KB dibagi menjadi :
1. KB sederhana
2. Lengkap
3. Sempurna
4. Paripurna
Batasan
Fasilitas layanan KB sederahan adalah yang mampu melayani :
 Sederhana (kondom dan obat vaginal)
 Pil KB
 Suntik KB
 AKDR/Implan bagi fasilitas kesehatan yang mempunyai tenaga bidan
terlatih
 Upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya
rujukan.
Fungsi :
 Memberikan pelayanan KIE medis selama maupun sesudah pelayanan.
 Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil dan suntik KB.
 Memberikan pelayanan AKDR/implan dan pelayanan konseling bagi
fasilitas pelayanan yang memiliki tenaga bidan terlatih.
 Memberikan pelayanan rujukan sesuai dengan kemampuan.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan :
 Bidan yang sudah mendapat pelatihan Keluarga Berencana
Prasarana dan Sarana
 Ruangan, perlengkapan, dan peralatan
 Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis, biasanya dipakai
bersama dengan pelayanan kesehatan lain. Ukuran minimal 2,5 x 4 m 2
dengan perlengkapan minimal :
- Satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran.
- Sebuah lemari tempat penyimpanan kartu status,register, formulir
laporan dan obat/alat kontrasepsi.
- Tempat duduk untuk menggu
- Satu set bahan-bahan KIE medis Keluarga Berencana
- Satu set alat peraga
 Ruang konsultasi, dapat menyatu dengan ruang pelayanan lain dan
ukuran minimal 2,5 x 3 m2 dengan perlengkapan :
- Satu meja dan kursi untuk pelayanan konsulyasi.
- Satu meja untuk tempat obat dan alat kontrasepsi.
- Satu lemari untuk menyimpan obat dan alat kontrasepsi
 Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi, ukuran minimal 2,5 x 3 m 2
dengan perlengkapan minimal :
- Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal, dan linen
(sarung bantal, sprei, duk, karet laken).
- Satu bangku kecil untuk memudahkan klien naik ke tempat
tidur.
- Satu tensi meter, satu stetoskop, dan satu timbangan berat
badan.
- Alat stilisator
- Satu set alat suntik
- Satu eja peralatan untuk meletakan stoples obat dan alat-alat.
- 5 buah stoples.
- Meja ginekologiksederhana untuk pelayanan AKDR bagi
fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih.
- Satu set AKDR kit
- Satu set implant kit
- Korentang dan tempatnya
- Cawan/mangkuk ginjal
- Wadah/kotak tak tembus untuk tempat semprit
- Tempat sampah medis
- Tempat sampah nonmedis
- Wadah larutan klorin
- Sabun cait/batangan kecil
- Handuk sekali pakai/tisu
- Alat-alat kontrasepsi
- Bahan/obat-obatan habis pakai , seperti cairan antiseptic, kapas
dan kasa steril/DTT
- Fasilitas air mengalir
 Kamar kecil/WC (bila memungkinkan)
Ukuran minimal 2 x 1 m2, dengan perlengkapan :
- Tempat air berikut gayungnya
- Sabun dan alat pembersihnya
 Perlengkapan dan obat-obatan, yang dipergunakan untuk :
 Pelayanan metode kontrasepsi sederhana
 Pelayanan metode pil KB
 Pelayanan metode suntikan KB
 Pelayanan metode AKDR/implant
 Papan nama fasilitas pelayanan
Ukuran 60 x 20 cm2 berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana sederhana berlokasi dan merupakan
bagian dari :
 Puskesmas pembantu
 Balai pengobatan swasta
 Balai kesehatan ibu dan anak swasta
 Pos kesehatan POLRI/TNI
 Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana Khusus (instansi
pemerintah/swasta)
 Dokter/bidan praktek swasta
 Pondok bersalin desa (bidan desa)
Fasilitas pelayanan keluarga berencana lengkap
Batasan
Fasilitas pelayanan keluarga berencana lengkap adalah fasilitas yang mampu
dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
 Sederhana
 Pil KB
 Suntik KB
 Pemasangan / pencabutan implant
 Kontrasepsi mantap pria, bagi yang memenuhi persyaratan.
MANAJEMEN PASOKAN ALAT KONTRASEPSI

Pedoman dasar penyimpanan alat/obat kontrasepsi antara lain isinya sebagai


berikut :
 Bersihkan dan suci hamakan tempat penyimpanan obat dan alat
kontrasepsi secara teratur.
 Simpan obat/alat kontrasepsi dalam keadaan kering, tidak lembab,
mendapat ventilasi udara yang baik, dan tidak terkena sinar matahari
langsung.
 Pastikan bahwa tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi bebas dari
cipratan air atau bocoran atap karena hujan.
 Pastikan bahwa alat pengaanan bahaya kebakaran berada dalam kondisi
baik, serta siap dan mudah diambil/digunakan.
 Tempatkan dus kondom yang terbuat dari karton, agar dijauhkan dari
sumber listrik/lampu, untuk mencegah bahaya kebakaran.
 Tempatkan dus penyimpana alat/obat kontrasepsi(yang berada di
gudang):
 ±10 cm di atas lantai.
 ± 30 cm dari tembok/dinding.
 Tinggi susunan dus tidak lebih dari 2,5 m.
 Dus karton diatur sedemian rupa sehingga kartu label yang berisi tanggal
kedaluarsa mudah dilihat.
 Tempatkan alat/obat agar mudah melaksanakan system FEFO (First
Expire-First Out distribution).
 Jauhkan dari bahan kimia, arsip tua, peralatan kantor dan material lain.
 Tempatkan alat dan obat secara terpisah.

Perhatian!!!!
Jangan digunakan apabila terdapat tanda-tanda :
Pil KB
 Pil terlihat rusak (pecah-pecah, rapuh/remuk, berubah warna).
 Aluminum pembungkus rusaak.
 Paket/strip, ada pil yang hilang.
 Pil terlihat buruk/rusak (ada bintik coklat, mudah pecah)
Kondom
 Kondom terlihat rusak.
 Kemasan kondom terbuka/bocor.
 Segel kemasan tidak utuh.
AKDR
Kemasan steril sudah terbuka/rusak.
Suntik KB
Cairan memadat, walaupun sudah dikocok.
Implan
Kemasan steril terlihat rusak.
Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut hilang atau berubah warna
(tidak putih).
Satu kapsul lebih dalam kemasan tersebut rusak atau bengkok/ tidak lurus.
Spermisida
Tube/kemasan jelli mengkerut.
Aplikator/tutup tube tidak mudah di buka.
Tablet Foam
Kemasan rusak atau ada tablet yang hilang.
Kemasannya membengkak/menggelembung (menandakan bahwa isi di
dalamnya lembab/bocor).
Kemasan foilnya rusak.
Tablet telah berubah warna (seharusnya berwarna putih).
Tablet terlihat lunak, lembab/basah, beruap, atau mudah hancur.

BAB VIII
SUPERVISI FASILITATIF
Pengertian
 Supervisi atau penyeliaan adalah proses atau kegiatan untuk melihat
kinerja suatu unit atau individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
tugas, program, ataupun semua aktivitas yang dijalankan untuk mencapai
suatu standar/target yang telah di tetapkan sebelumnya.
 Penyeliaan fasilitatif atau supervisi fasilitatif adalah suatu pendekatan
supervisi dengan lebih mementingkan kepada monitoring, pemecahan
masalah bersama, dan komunikasi dua arah antara supervisor dan yang
di supervisi.
Tujuan
 Menjaga proses jaga mutu berlangsung secara berkesinambungan
dengan cara mempertemukan harapan klien dengan kualitas pelayanan
kesehatan yang dberikan.
Fokus dan Cara Melakukannya
 Focus superfisi fasilitatif adalah pada system dan proses kinerja dengan
memanfaatkan data/informasi untuk mengidetifikasi dan menganalisis
masalah serta menemukan akar penyabab masalah. Kemudian
diaplikasikan upaya pemecahan masalah terplih dalam rangka menjaga
dan memperbaiki kualitas pelayanan.
 Kualitas pelayanan mencaup delapan dimensi mutu :
 Kompetensi teknis pelaksana pelayanan.
 Akses klien terhadap fasilitas pelayanan.
 Efektivitas pelayanan.
 Efisiansi pelayanan.
 Hubungan antar manusia yaitu antara klien pelaksana pelayanan.
 Kesinambungan pelayanan.
 Kenyamanan pelayanan.
Karakteristik Penyelia Fasilitatif
 Seorang penyelia fasilitatif diharapkan mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
 Mempunyai sifat pemimpin.
 Mempunyai keterampilan berkomunikasi.
 Mempunyai kemampuan sebagai fasilitator yang dapat membantu
sasaran selia.
 Mempunyai kemampuan analisis dan menemukan akar masalah.
 Mempunyai kemampuan sebagai narasumber dan mediator.
Peran Penyelia Fasilitatif
 Lakukan pengamatan mendalam dengan cara menelusuri penyebab dan
factor yang mempengaruhi timbulnya masalah.
 Temukan kekuatan dan kelemahan kinerja tanpa menghakimi objek selia
dan berusaha memberikan saran yang sesuai. Gunakan alatpenyelia yang
berupa daftar tilik yang terstruktur dan baik.
 Fokuskan supervisi pada proses dan system, bukan pada individu.
 Berorientasi pada pedoman mendatang dan bukan melihat pada
kesalahan yang telah terjadi.
 Lakukan penyeliaan yang berkesinambungan dengan cara pemantauan
hasil penyeliaan yang lalu serta menindaklanjuti.
Waktu Pelaksanaan
Supervisi fasilitatif dilakukan:
 Setelah pelatihan keterampilan ( pascapelatihan).
 Penyeliaan rutin berkala.
 Permintaan objek selia.
Penyeliaan Pascapelatihan
 Merupakan tindak lanjut pelatihan yang bersifat evaliuasi pascapelatihan
di lingkungan kerja peserta latih.
 Dilakukan sebaiknya 3-4 bullan pasca pelatihan.
 Pelaksana: petugas yang telah mendapa pelatihan standarisasi dalam
aspek klinis dan mempunyai kompetensi sebgai penyelia/pelatih klinis.
 Menggunakan instrument:
- Daftar tilik pelayanan KB. (form A)
- Format pengisian kartu status peserta KB (form B)
 Langkah kangkah yang dilakukan:
- Menjelaskan tujuan supervisi fasilitatif kepada pimpinan dan sasaran.
- Minta izin untuk melakukan supervisi fasilitatif.
- Mengamati secara langsung saat pelaksanaan dilakukan oleh sasaran.
- Mengkaji kartu status peserta KB (K4)
- Wawancara dengann klien yang dihadiri oleh sasaran selia.
Penyeliaan Rutin Berkala
 Sasaran penyeliaan rutin berkala pada fasilitas pelayanan kesehatan.
 Pelaksanan dilakukan sesuai dengan jadual yang direncanakan.
 Pelaksana: tim yang terdiri dari petugas yang telah dilatih standarisasi
pelayanan KB, pengelola pelayanan KB dan petugas yang paham tentang
kontrasepsi.
 Sebaiknya petugas penyelia adalah mereka yang telah mengikuti magang
atau pelatiha supervisi fasilitatif dan telah memahami prinsip kegiatan
jaga mutu.
 Menggunakan instrumen:
- Daftar atu titik langkah baku pelayanan KB.
- Format pengisian kartu status peserta KB (P1).
- Pengelolaaan pelayanan KB (P2).
- Alur pelayanan akseptor KB (P3).
- Daftar tilik sarana/prasarana dan alat/bahan obat pelayanan KB (P4).
- Ringkasan laporan hasil penyelia (P5).
 Langkah-langkah yang perlu dilakukan:
- Penyeliaan tentang penyeliaan petugas.
- Penyeliaan tentang pengelolaan pelayanan.
- Tindak lanjut penyeliaan fasilitatif.
BAB IX
PENUTUP

Pelaksanaan pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu faktor


penunjang penting program kegiatan Puskesmas dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB). Pelayanan KB
yang berkualitas akan menjadi salah satu faktor penentu kegiatan
tersebut. Dengan pedoman ini diharapkan semua pelayanan KB di
Puskesmas dan seluruh jaringannya dapat dilaksanakan sesuai dengan
standar, sehingga semua masyarkat mendapatkan pelayanan yang
berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai