Anda di halaman 1dari 3

2.

2 Ontologi

2.2.1 Pengertian Ontologi

Ontologi dapat mendekati masalah hakikat kenyataan dari dua macam sudut pandang. Ontologi
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos yang bermakna ada atau keberadaan, dan logos yang
bermakna studi atau ilmu.3 Orang dapat mempertanyakan “kenyataan itu tunggal atau jamak”?
yang demikian ini merupakan pendekatan kuantitatif. Atau orang dapat juga mengajukan
pertanyaan, “Dalam adegan terakhir apakah yang merupakan jenis kenyataan itu?” yang demikian
itu merupakan pendekatan secara kualitatif.3

2.2.2 Manfaat Ontologi

Pentingnya pembahasan ontologis berkaitan dengan pembuktian kebenaran pikiran dari isi yang
dikandung oleh pikiran.4 Apakah sebuah pengetahuan sesuai dengan realitas atau tidak. Jika tidak,
maka pengetahuan tersebut bernilai salah.4 Selain itu ontologi juga digunakan untuk menetapkan
batas-batas dari obyek pengetahuan atau ilmu yang sedang dibahas. Jika obyeknya adalah materi,
maka batasannya juga harus materi. Jika obyeknya nonmateri, maka batasannya juga nonmateri.4

Dengan mengetahui hakikat dari apa yang kita bahas maka kita dapat menghukumi bahasan kita
dengan hakikat yang kita ketahui. Jika kita membahas tentang piano misalnya, maka kita dapat
menilai piano dengan hakikat-hakikat piano itu, misalnya bahwa kursi mempunyai banyak tuts
nada, berat, dapat menghasilkan nada dan lain sebagainya.

Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh mengenai
dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu
kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).3 Ontologi sebagai cabang filsafat
yang membicarakan tentang hakikat benda bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
“apa sebenarnya realitas benda itu? apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?”.
Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam persoalan keberadaan,
yaitu:4

1) Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas)4

a. Monisme, aliran yang menyatakan bahwa hanya satu keadaan fundamental. Kenyataan
tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat diketahui.

b. Dualisme (serba dua), aliran yang menganggap adanya dua substansi yang masing-masing
berdiri sendiri. Misal dunia indera (dunia bayang-bayang) dan dunia intelek (dunia ide).

c. Pluralisme (serba banyak), aliran yang tidak mengakui adanya sesuatu substansi atau dua
substansi melainkan banyak substansi, misalnya hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur yaitu
udara, api, air dan tanah (empedogles).

2) Keberadaan dipandang dari segi sifat, menimbulkan beberapa aliran, yaitu:4

a. Spiritualisme, mengandung arti ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam
adalah roh yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.

b. Materialisme, adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada hal yang nyata kecuali
materi.

3) Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian, atau perubahan4

a. Mekanisme (serba mesin), menyatakan bahwa semua gejala atau peristiwa dapat dijelaskan
berdasarkan asas mekanik (mesin).

b. Teleologi (serba tujuan), berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah
kaidah sebab akibat tetapi sejak semula memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yang
mengarahkan alam ke suatu tujuan.

c. Vitalisme, memandang bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika,
kimia, karena hakikatnya berbeda dengan yang tak hidup.
d. Organisisme (lawannya mekanisme dan vitalisme). Menurut organisisme, hidup adalah suatu
struktur yang dinamik, suatu kebulatan yang memiliki bagian-bagian yang heterogen, akan tetapi
yang utama adalah adanya sistem yang teratur.

Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence) bersangkutan dengan cabang filsafat
metafisika.4 Istilah metafisika berasal dari kata yunani meta dan phusika yang dapat diartikan
sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda fisik.4 Aristoteles tidak memakai istilah
metafisika melainkan proto philosophia (filsafat

pertama). Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada dibelakang gejala-gejala
fisik seperti gerak, berubah, hidup, mati.4 Metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang
ada, istilah metafisika ini terkadang dipadankan dengan ontologi jika demikian, karena sebenarnya
metafisika juga mencakup telaahan lainnya seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan.
Metafisika dapat didefinisikan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate
nature) dari kenyataan atau keberadaan.4

Anda mungkin juga menyukai