Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia ditandai dengan adanya perubahan struktur
ekonomi, yaitu pergeseran dari dominasi sektor pertanian beralih ke sektor industri,
dilihat dari kontribusi nilai tambah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Perubahan struktur ekonomi ini tentu membawa implikasi pada perubahan sektor
ekonomi lainnya, seperti: lapangan kerja, upah, dan struktur ekspor. Dominasisektor
industri dari sektor pertanian pada awal 1990-an ini sebenarnya telah ditandai dengan
menurunnya kontribusi sektor pertanian dan semakin meningkatnya kontribusi sektor
industri dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Pergeseran struktur ekonomi
memang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak ke sektor industri
yang menimbulkan efek multiplier terhadap sektor-sektor lainnya. Dengan demikian,
sektor industri tidak hanya membuka lapangan kerja bagi sektornya sendiri tetapi
juga lapangan kerja di sektor-sektor lainnya.

Pada awal pembangunan ekonomi di Indonesia, perencanaan pembangunan


ekonomi Indonesia lebih berorientasi pada masalah pertumbuhan. Hal ini bisa
dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan di Negara sedang
berkembang adalah terjadinya pertumbuhan penduduk yang cukup pesat yang seiring
dengan laju pertumbuhan angkatan kerja yang cepat pula. Hal ini dapat menjadi salah
satu faktor penghambat pembangunan apabila tidak diimbangi dengan perkembangan
kesempatan kerja. Djojohadikusumo (1985: 27) menyatakan bahwa perkembangan
penduduk juga menambah angkatan kerja, hal ini mengharuskan penciptaan lapangan
kerja yang bersifat produktif di bidang kegiatan yang semakin meluas. Sasaran
pokok ialah untuk menanggulangi masalah pengangguran.Peningkatan produksi
barang dan jasa tanpa disertai penciptaan kesempatan kerja produktif cenderung
mempertajam ketimpangan dalam hal pembagian pendapatan dan kesenjangan
golongan masyarakat.

Dalam hal peningkatan produksi maka peningkatan kualitas pekerja harus


juga diperhatikan yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan rata-rata yang semakin
baik, memberi dampak positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Begitu pula
peningkatan keterampilan dan pelatihan tenaga kerja yang disertai dengan penerapan
teknologi yang sesuai, berdampak pula terhadap peningkatan produktivitas tenaga
kerja. Karena pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya
manusia.

Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan


pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja.Untuk
mewujudkan tujuan tersebut tetap akan bertumpu pada strategi pembangunan yaitu
trilogi pembangunan yang mencakup pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas. Maka
pemerataan tersebut bukanlah sekedar memperluas kesempatan kerja, namun
lebihjauh lagi menyangkut kesempatan berusaha, distribusi pendapatan, serta
keselarasan pembangunan antar daerah.
Peralihan sebagian tenaga kerja di sektor industri bukan merupakan persoalan yang
sederhana. Peranan pendidikan, termasuk peningkatan keterampilan angkatan kerja,
sangatlah menentukan dalamproses ini.

Oleh karena itu, tuntutan terhadap pendidikan angkatan kerja merupakan pilihan
strategis bagi peningkatan produktivitas terutama di sektor industri.Sebagaimana
diketahui dalam rangka tujuan pembangunan nasional maka sektor industri ini
diharapkan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh perekonomian.
Industri tidak saja sebagai usaha pemerataan pembangunan akan tetapi sebagai
struktur sosial yang dapat berproduksi dengan efektif dan mempunyai daya investasi
yang dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat memperkecil pengangguran.
Sektor industri memberikan peranan yang cukup besar terhadap perekonomian di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi masalah pokok dan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi daerah pertanian dan industri di


Indonesia
2. Berapa besar tingkat produktivitas tenaga kerja pada sektor industri di
Indonesia

C. Tujuan dan Kegunaan Makalah


Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan
a. Untuk mengukurdan menganalisis produktivitas pertumbuhan ekonomi
daerah pertanian dan industri di Indonesia
b. Untuk mengukur dan menganalisis produktivitas tenaga kerja sektor industri
di Indonesia.
2. Kegunaan
a. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penulis lain yang menulis
makalah pembangunan ekonomi daerah pertanian dan industri
b. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penulis lain yang meneliti
masalah produktivitas dan elastisitas kesempatan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah


daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999)

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan


terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah
yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah).
Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif - inisiatif yang berasal
dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan
kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi.

Pembangunan ekonomi daerah suatu proses yaitu proses yang mencakup


pembentukan - pembentukan institusi baru, pembangunan industri - industri
alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk
dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pemngetahuan, dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk


meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya
untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara
bersama - sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu,
pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan
menggunakan sumber daya yang ada harus menafsir potensi sumber daya yang
diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Lincolin
Arsyad, 1999)

2. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai


perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber daya publik yang tersedia
didaerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan
nilai sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Pembangunan ekonomi yang
efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang lebih teliti mengenai
penggunaan sumber daya publik dan sektor swasta : petani, pengusaha kecil,
koperasi, pengusaha besar, organisasi sosial harus mempunyai peran dalam proses
perencanaan.
Ada tiga (3) impilikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah:

 Pertama, perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik


memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan
nasional dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan
secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi
tersebut.
 Kedua, sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk
daerah dan sebaliknya yang baik di daerah belum tentu baik secara nasional.
 Ketiga, Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah,
misalnya administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya
sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat.
Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat
tersebut. Oleh karena itu perencanaan darah yang efektif harus bisa
membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan,
dengan menggunakan sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang
benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang
lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para
perencananya dengan obyek perencanaan. (Lincolin arsyad, 1999)

3. Pengertian dan Penggolongan Industri

Banyak ahli dan lembaga yang memberikan pengertian dan definisi yang
berbeda-beda mengenal industri, baik secara umum maupun secara khusus, tetapi
pada dasarnya sama dalam mengartikannya. Untuk lebih jelasnya kita dapat
memperhatikan beberapa pendapat tentang industri yaitu industri adalah suatu
kumpulan dan perusahaan yang menghasilkan barang yang homogen, adalah barang
yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat (Hasibuan, 1994:12)

Selanjutnya Winardi (1992), mengemukakan bahwa industri diartikan


sebagai usaha produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu,
yang menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan perhubungan -
perhubungan yang menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif
besar.

Istilah tersebut sering pula digunakan untuk mengidentifikasi suatu produksi


khusus dan usaha produktif, misalnya industri baja.

Sementara menurut Saleh (1990:25) pengertian industri dapat dilihat dari


dua sisi yaitu: Industri dalam arti sempit yaitu kumpulan beberapa perusahaan yang
menghasilkan produk sejenis, misalnya perusahaan tekstil, perusahaan rokok,
perusahaan sepatu dan lain sebagainya. Sedangkan dalam arti luas yaitu kumpulan
dan beberapa perusahaan pada umumnya yang menghasilkan produk yang sejenis,
misalnya industri di kota besar meliputi berbagai macam industri seperti pabrik
makanan dan minuman, obat-obatan, perabot rumah tangga dan lain sebagainya.

Dengan melihat batasan pengertian industri yang dikemukakan oleh


beberapa ahli, memberikan pengertian industri sebagai kesatuan usaha produktif
yang menghasilkan barang-barang yang sejenis atau barang substitusi melalui suatu
proses produksi sehingga menjadi barang jadi yang sifatnya lebih baik atau
mempunyai nilai yang tinggi dan lebih bermanfaat bagi konsumen akhir.

Penggolongan industri ditinjau dan segi penggunaan tenaga kerja dianggap


belum memenuhi syarat sehingga pada tahun 1992 pemerintah menetapkan
penggolongan industri dalam tiga kategori yang terutama ditujukan untuk pemberian
kredit. Pendekatan pada penggolongan ini ditinjau dari segi pemilik modal industri
yang bersangkutan dalam hubungannya dengan kredit investasi.

Adapun penggolongan industri berdasarkan modal yang dimiliki ada tiga.


Pertama, golongan industri kecil dengan modal investasi kurang dari Rp. 200 juta.
Kedua, golongan industri sedang dengan modal investasi antara Rp. 200 juta sampai
dengan Rp. 500 juta. Ketiga, golongan industri besar dengan modal investasi di
atasRp. 500 juta.

International Standard of Industry Classification (ISIC), memiliki standar


klasifikasi yang digunakan oleh dunia internasional, juga Badan Pusat Statistik dan
lembaga-lembaga lainnya termasuk Departemen Perindustrian dengan menggunakan
istilah Kelompok Lapangan Usaha Industri (KLUI). Adapun klasifikasi industri
menurut ISIC yaitu sebagai berikut Industri makanan, minuman, dan tembakau;
Industri tekstil, kulit dan pakaian jadi, Industri kayu; Industri kertas dan barang
darikertas termasuk percetakan; Industri kimia, karet dan plastik; Industri galian
bukan logam; Industri logam dasar; Industri barang - barang dari logam dan industri
pengolahan lainnya.

Berdasarkan eksistensi dinamisnya industri Indonesia dapat dibagi ke dalam


tiga kelompok kategori. Pertama, industri lokal adalah kelompok jenis industri yang
menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas.Skala
usaha kelompok ini umumnya sangat kecil dan mencerminkan suatu pola pengusaha
yang bersifat subsistem. Dengan target pemasaran yang sangat terbatas telah
menyebabkan kelompok ini menggunakan sarana transportasi yang sederhana
misalnya sepeda, gerobak dan lain - jam. Kedua, Industri sentra adalah
kelompokjenis industri yang dari segi satuan usahanya mempunyai skala kecil tetapi
membentuk suatu kelompok atau kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang
sejenis. Apabila ditinjau dari segi target pemasarannya, kategori yang kedua ini
umumnya menjangkau pasar yang lebih luas daripada kategori yang pertama,
sehingga peranan pedagang perantara atau pengumpul menjadi menonjol. Ketiga,
industri mandiri pada dasarnya dapat dideskripsikan sebagai kelompok jenis industri
yang masih mempunyai sifat-sifat industri sentra namun telah berkemampuan
menggunakan teknologi industri yang telah cukup canggih. Pemasaran hasil produksi
kelompok ini relatif tergantung kepada peran pedagang perantara.

4. Konsep Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penunjang penggunaan faktor-


faktor produksi lainnya, yang akan digunakan dalam proses produksi. Tenaga kerja
merupakanfaktor terpenting dibanding yang lain karena manusia merupakan
penggerak dari seluruh faktor-faktor produksi tersebut.

Tenaga kerja biasa pula disebut sebagai “manpower”. Ada beberapa


pendapat mengenai tenaga kerja oleh ahli-ahli tenaga kerja seperti yang
dikemukakan oleh Djoyohadikusumo (1995: 146), tenaga kerja adalah orang-orang
yang bersedia dan sanggup bekerja untuk diri sendiri atau anggota keluarga yang
tidak menerima upah serta mereka yang bekerja untuk upah. Golongan tenaga
kerjapun meliputi mereka yang menganggur dengan terpaksa karena tidak ada
kesempatan kerja.

Sedang menurut Simanjuntak (1998: 2 - 3), memberikan pengertian tenaga


kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja, dimana hanya mampu bekerja
atau melakukan kegiatan bernilai ekonomis dalam menghasilkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Di Indonesia, tenaga kerja dipilih batas umur minimum 15 tahun tanpa batas
maksimum. Sebab umur 15 tahun tersebut adalah sudah banyak terlibat dalam
kegiatan produksi, terutama di daerah pedesaan. Jadi Indonesia tidak menganut batas
umur maksimum, alasannya karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial
nasional. Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan di hari
tua yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swasta. Bagi golongan ini pun,
pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena
itu, mereka yang telah mencapai usia pensiun biasanya masih tetap harus kerja.

5. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Penduduk dalam suatu negara dibedakan antara angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dan tenaga kerja, dibedakan antara
bekerja dan tidak bekerja, sedangkan mencari pekerjaan lebih dikenal sebagai
pengangguran terbuka. Berikut beberapa pengertian angkatan kerja yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, Kusumowhindho (1980: 194), memberikan
pengertian bahwa angkatan kerja adalah bagian dan tenaga kerja yang sesungguhnya
terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Yang
tergolong dalam angkatan kerja tersebut ada dua.

 Pertama, mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan


suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu penghasilan
atau keuntungan dan lamanya bekerja sedikitnya dua hari.
 Kedua, mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan
pekerjaan atau bekerja kurang dan dua hari, tetapi mereka adalah: pekerja
tetap, pegawai - pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk
karena cuti, sakit, mogok, dan sebagainya.

Petani - petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja


karena menunggu panenan atau menunggu hujan untuk menggarap sawah, dan
sebagainya. Orang - orang yang bekerja dalam bidang keahlian seperti dokter, tukang
cukur, dan sebagainya, diperhitungkan sebagai bekerja.
Sedangkan yang digolongkan pencari kerja diantaranya yaitu: mereka yang pada saat
pencacahan sedang berusaha mencari atau mendapatkan pekerjaan, termasuk juga
mereka yang pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapat
pekerjaan, dan mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapat
pekerjaan.

Suroto (1992: 18) mendefinisikan angkatan kerja yaitu sebagian dari jumlah
penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan dan yang tidak mempunyai
pekerjaan tetapi secara aktif atau pasif mencari pekerjaan. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia
melakukan pekerjaan dimana angkatan kerja atau labor force terdiri dari golongan
yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.

Kelompok bukan angkatan kerja menurut Simanjuntak (1998:6), terdiri dari


tiga golongan. Pertama, golongan yang masih bersekolah yaitu mereka yang
kegiatannya hanya bersekolah atau terutama bersekolah. Kedua, Golongan yang
mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga
tanpamemperoleh upah. Ketiga, Golongan lainnya yang terdiri dua yaitu penerima
pendapatan yakni mereka yang tidak melakukan sesuatu kegiatan ekonomi tetapi
memperoleh pendapatan, seperti tunjangan pensiun, bunga atas simpanan atau sewa
atas hak milik dan mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain misalnya karena
lanjut usia, cacat, dalam penjara, atau sakit kronis.

Pada dasarnya mereka yang termasuk bukan angkatan kerja, kecuali yang
terakhir yaitu mereka yang hidupnya tergantung pada orang lain, sewaktu-waktu
dapat terjun untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini dapat juga disebut sebagai
angkatan kerja potensial. Termasuk dalam angkatan kerja potensial ini merupakan
yang menarik diri dari pasar. Misalnya setelah cukup lama tidak berhasil
memperoleh pekerjaan yang diharapkan, seseorang dapat mengurungkan niatnya
mencari pekerjaan yang dimaksud. Mereka yang sebenarnya masih ingin bekerja
akan tetapi tidak aktif mencari pekerjaan. Mereka disebut discouraged workers, yang
sementara keluar dari pasar karena tidak berhasil memperoleh pekerjaan yang
diharapkan.

6. Produksi dan Produktivitas Tenaga Kerja


1) Pengertian Produksi

Secara umum produksi selalu berkaitan dengan usaha suatu perusahaan


untuk menciptakan barang dan jasa sehingga akan memiliki nilai tambah. Swastha
(1997:280), mengemukakan bahwa Produksi adalah suatu proses yang mengubah
suatu bahan menjadi beberapa bentuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin, pengepresan dan sebagainya.

Menurut Assauri (1993:2), menjelaskan bahwa Produksi adalah suatu


kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan atau utility sesuatu barang
danjasa, untuk kegunaan yang membutuhkan faktor-faktor produksi yang dalam ilmu
ekonomi berupa tanah, modal, tenaga kerja, dan teknikal skill.
Menurut Ahyari (1998: 67) bahwa atas dasar wujud dan proses yang
dilaksanakan, maka proses produksi tersebut dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya yaitu proses produksi kimiawi merupakan suatu proses produksi yang
menitikberatkan pada adanya proses analisa atau sintesa serta senyawa kimia, proses
produksi perubahan bentuk merupakan suatu proses produksi yang menitikberatkan
pada perubahan bentuk dan input menjadi output, proses produksi assembling
merupakan proses produksi yang mengutamakan proses penggabungan (assembling)
dan komponen - komponen produk. Dan proses produksi transportasi merupakan
suatu proses produksi yang menciptakan jasa pemindahan tempat dan barang atau
manusia, sehingga mempunyai kegunaan atau memperoleh manfaat tambahan.

2) Produktivitas

Secara terminologi, produktivitas berasal dan Bahasa Inggris, yaitu


“productivity” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang menghasilkan. S. P
Siagian memberikan pengertian bahwa Produktivitas adalah kemampuan
memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia
dengan menghasilkan luaran (output) yang optimum, bahkan kalau mungkin
maksimum.

Bila pengertian produktivitas di atas disimak lebih jauh, akan tampak


bahwa produktivitas dan produksi mempunyai pengertian mendasar yang sama,
produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi, sedangkan produktivitas adalah kombinasi dari tingkat efisiensi
dan efektivitas dan sumber-sumber yang digunakan dalam produksi.

Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh produktivitas.


Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan hasil yang dicapai, sedangkan
peningkatan produktivitas mengandung pertambahan hasil dan perbaikan cara
pencapaian produksi tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja:

 Keahlian (skill) adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk


mampu menangani pekerjaan yang dipercayakan. Makin tinggi jabatan
seseorang, keahlian yang dibutuhkan semakin tinggi karena itu gaji dan
upahnya semakin tinggi.
 Mutu modal manusia (human capital) adalah kapasitas pengetahuan, keahlian
dan kemampuan yang dimiliki seseorang, baik karena bakat bawaan (inborn)
maupun hasil pendidikan dan pelatihan.
 Kondisi kerja (working condition) adalah lingkungan dimana seseorang
bekerja. Bila resiko kegagalan atau kecelakaan makin tinggi, maka upah atau
gaji makin besar, walaupun tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak jauh
berbeda.
7. Pengaruh Pendidikan terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya


manusia. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan
pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja.
Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya
pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berprestasi.
Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu
tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya.

Hal ini selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan


bermuara pada kesejahteraan penduduk. Kombinasi antara investasi dalam modal
manusia dan modal fisik diharapkan akan semakin mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah
produktivitas tenaga kerja (labor productivity). Dengan asumsi bahwa semakin tinggi
mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, dan semakin tinggi pula
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat.

Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan rata


- rata yang semakin baik, memberi dampak positif terhadap produktivitas tenaga
kerja. Begitu pula dengan upaya peningkatan keterampilan dan pelatihan tenaga kerja
yang disertai dengan penerapan teknologi yang sesuai, berdampak pula terhadap
peningkatan produktivitas tenaga kerja.

1) Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja mengandung pengertian adanya waktu yang tersedia atau


waktu luang, yang membawa kesempatan atau kemungkinan dilakukan aktivitas
yang dinamakan bekerja.

Elastisitas kesempatan kerja merupakan angka yang menunjukkan tingkat


hubungan fungsional antara pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju
pertumbuhan ekonomi.

Suatu fenomena yang menarik di Indonesia adalah adanya pertumbuhan


ekonomi yang tinggi, tetapi tidak/kurang mampu menciptakan kesempatan kerja, Hal
ini disebabkan karena pencapaian pertumbuhan ekonomi yang terjadi kurang bisa
menyerap tenaga kerja yang ada karena faktor yang tidak mendukung. Kebijaksanaan
yang mestinya dilakukan untuk mendorong tercapainya tingkat kesempatan kerja
yang tinggi, yaitu penanaman modal di sektor tertentu seperti industri pertanian.

Tingkat kesempatan kerja yang tinggi merupakan hasil berbagai bentuk


kebijakan pembangunan. Kebijakan pembangunan dapat mengacu kepada kebijakan-
kebijakan yang meliputi penentuan harga sebagian sumber daya tertentu yang pada
akhirnya mempengaruhi penyerapan tenaga kerja oleh industri. Menurut Simanjuntak
(1985:80), mengemukakan bahwa besarnya permintaan perusahaan akan tenagakerja
tergantung pada besarnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan tersebut. Fungsi permintaan biasa didasarkan pada Teori Neo
Klasik mengenai Marginal Physical Product of Labor, permintaan terhadap tenaga
kerja berkurang apabila tingkat upah naik.

Besarnya elastisitas tersebut tergantung pada kemungkinan substitusi tenaga


kerja dengan faktor produksi yang lain, elastisitas permintaan terhadap barang yang
dihasilkan, proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya lain, elastisitas
persediaan faktor produksi pelengkap lainnya.

2) Sektor Industri dalam Hubungannya dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Sektor industri merupakan sektor ekonomi yang mengalami peningkatan


yang pesat dari tahun ke tahun, baik dilihat dan segi jumlah industri, investasi di
sektor industri, produktivitas maupun persebarannya. Dalam sektor industri
dilakukan beberapa pemerataan antara lain yaitu pemerataan perluasan kesempatan
kerja, pemerataan perluasan penyerapan tenaga kerja, pemerataan pembangunan dan
hasil - hasilnya, pemerataan peningkatan pendapatan masyarakat.

Pembangunan sektor industri ditujukan untuk memperluas kesempatan


kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan daerah
dalam rangka meningkatkan ekspor serta mengurangi impor agar menghemat devisa
negara.

Salah satu yang mesti diperhatikan dalam pembangunan industri agar terjadi
hubungan positif antara pertumbuhan industri dengan penyerapan tenaga kerja adalah
bagaimana agar pembangunan industri dapat memberikan kontribusi yang nyata
dalam penyerapan tenaga kerja dan dalam mengatasi pengangguran.

Oleh karena itu, pemerintah dan pihak terkait lainnya agar dapat
menentukan jenis industri atau jenis usaha apa yang cocok dikembangkan. Salah
satunya adalah sektor industri padat karya, karena disamping tidak terlalu besar
investasi yang dibutuhkan juga dapat menyerap tenaga kerja yang besar. Disamping
itu industri kerajinan perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena sektor ini
tidak membutuhkan modal yang besar juga teknologi yang digunakan adalah
teknologi sederhana.

Untuk lebih memahami industri padat karya, terlebih dahulu diketahui cirri -
cirinya diantaranya yaitu peranan atau faktor manusia sangat menonjol dalam
industri padat karya. Porsi atau perbandingan antara tenaga kerja dengan modal
dimana tenaga kerja lebih dominan, tidak terlalu membutuhkan modal yang besar,
teknologi yang digunakan masih rendah atau sederhana, tidak menimbulkan
ketimpangan sosial karena keterlibatan masyarakat dalam produksi yang besar, hasil
produksi yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

Bertolak dari pengertian itu maka pemerintah harus mengupayakan agar


pembangunan industri dapat memberikan kontribusi dalam hal penyerapan tenaga
kerja secara optimal sehingga masyarakat tidak merasa diabaikan dalam
pembangunan dalam memberikan kedudukan yang dominan dalam proses produksi.
Namun bukan berarti bahwa pemerintah tidak memperhatikan subsektor
industri,yang lain atau sektor ekonomi yang lain. Hanya yang penting bagaimana
agar terjadi pemanfaatan sumber daya alam yang dengan melibatkan masyarakat
dalam kegiatan produksi. Sehingga tenaga kerja atau masyarakat juga mempunyai
peranan yang besar dalam usaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerataan pembangunan dan hasil - hasilnya. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembangunan sektor industri tidak saja merupakan usaha
membuka lapangan kerja dalam hubungannya dengan upaya pemerintah mengatasi
masalah pengangguran, akan tetapi juga dapat menghindari adanya kecemburuan dan
ketimpangan sosial di masyarakat, khususnya di daerah - daerah atau pedesaan.

Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan sumbangan dan peran yang


optimal dari masyarakat, dan diperlukan pembinaan yang lebih intensif terhadap
industriawan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.Untuk memudahkan
pembinaan dan pengarahan serta pemberian bantuan atau fasilitas, agar sesuai
dengan dunia usaha, maka diperlukan pengorganisasian unit - unit produksi. Dengan
demikian akan memudahkan pengontrolan dan mengetahui hal-hal yang menjadi
kendala dalam pengembangan industri, dan faktor-faktor yang dapat menopang
sektor industri tersebut.

8. Pertumbuhan Ekonomi

Produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan anggota -


anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan
kemakmuran seseorang atau sekelompok orang. Oleh sebab itu, perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

Jadi pembangunan dibidang ekonomi, masyarakat harus memegang peranan


aktif dalam kegiatan pembangunan.Pemerintah berkewajiban memberikan
pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim
yang sehat bagi berkembangnya dunia usaha untuk kesejahteraan bersama. Demikian
pula sebaliknya, dunia usaha perlu memberikan tanggapan yang positif melalui
kegiatan yang nyata dan produktif.

Pembangunan ekonomi suatu negara diukur dan adanya perkembangan


ekonomi yang dilalui oleh negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
keseluruhan sector - sektor ekonomi yang ada dalam negara tersebut.

Dalam penyusunan dan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto


(PDRB) dan Produk Domestik Bruto (PDB) kegiatan ekonomi dapat dibagi ke dalam
beberapa sektor atau lapangan usaha seperti: sektor pertanian; sektor pertambangan
dan galian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor
bangunan; sektor perdagangan, restoran dan jasa perhotelan; sektor angkutan dan
komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa
lainnya.

Setiap sektor kegiatan ekonomi tersebut dapat diukur dan diketahui


perkembangannya melalui perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
untuk skala regional dan Produk Domestik Bruto untuk skala nasional pada setiap
waktu atau periode tertentu.

Pertumbuhan ekonomi menurut Jhingan (1988: 5 - 6) menyatakan bahwa


pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap,
yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan produksi. Dan hal tersebut dapat
dipergunakan untuk mendukung perkembangan ekonomi dalam teknik produksi,
yang dinamakan oleh masyarakat, dan perubahan - perubahan tersebut menghasilkan
pertumbuhan ekonomi.

Pengertian tersebut dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui


peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah atau wilayah, apakah ada
perubahan struktur ekonomi atau pola perekonomiannya mengalami peningkatan
atau tidak. Pertumbuhan ekonomi terjadi melalui proses panjang dan secara
berangsur - angsur bergerak atas terjadinya peningkatan pada tabungan, investasi dan
konsumsi masyarakat, sehingga semakin meningkat pula pertumbuhan ekonomi.
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara atau daerah
tertentu maka semakin mantap pula struktur perekonomian negara atau daerah
tersebut.

Jhingan (1988: 72) lebih jauh menjelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi


sebagai sarana untuk memantapkan struktur ekonomi suatu negara atau daerah
dengan menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka
panjang dan kemampuan suatu negara untuk menyediakan banyak jenis barang -
barang dan jasa - jasa ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini bertambah
sesuai dengan kemajuan teknologi serta penyesuaian kelembagaan ideologi yang
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Definisi di atas memberikan gambaran bahwa pertumbuhan ekonomi suatu


bangsa dapat pula memberi arti bahwa terjadi peningkatan persediaan barang dan
jasa secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga akan mampu menyediakan barang dan jasa
untuk memakai berbagai produk (barang dan jasa) yang dibutuhkan oleh
penduduknya.

Kebijaksanaan pemerintah untuk membangun fasilitas (sarana dan


prasarana) dimaksudkan untuk mewujudkan adanya perkembangan ekonomi dan
membuka kesempatan kerja seluas - luasnya bagi seluruh penduduk Indonesia.
Dengan kesempatan kerja yang semakin besar, maka akan dapat menunjang dan
meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.

Luasnya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan


maka terjadi ketidakseimbangan (unbalanced) pertumbuhan ekonomi antara daerah
yang satu dengan daerah yang lainnya. Ada sebagian daerah yang sudah maju tetapi
sebagian besar lainnya masih termasuk daerah yang miskin dan terbelakang,
terutama daerah-daerah yang terpencil dan masih tergolong daerah yang baru dibuka.
Dengan adanya ketidakseimbangan tersebut maka dilihat secara keseluruhannya,
maka pertumbuhan ekonomi akan bervariasi antara daerah yang satu dengan daerah
yang lainnya.

Pertumbuhan ekonomi dapat pula dipandang sebagai perluasan kesempatan


kerja melalui perluasan unit - unit ekonomi produktif yang dapat membuka
kesempatan kerja.

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Winardi (1983: 31) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi (economic growth) dapat dipandang
sebagai suatu proses ekspansi atau perbaikan ekonomi dan produktivitas dan sumber
daya yang tersedia seperti sumber daya alam, tenaga kerja, dan benda - benda modal
(capital).

Pengertian di atas menunjukkan dasar dan pemahaman mengenai


pertumbuhan ekonomi yaitu adanya perluasan dan pengembangan sumber daya alam
atau factor - faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber daya alam, modal dan
keahlian. Keterpaduan dan pengelolaan faktor-faktor produksi tersebut akan lebih
mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur melalui pendapatan
masyarakat.

Karena pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan atau perkembangan


ekonomi, baik diukur dari pembangunan fisik maka pada dasarnya pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari segi:

 Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan jangka panjang atas


kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa dalam periode tertentu.
 Pertumbuhan ekonomi merupakan kemampuan untuk menghasilkan barang
dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk suatu daerah atau
wilayah. Hal tersebut dapat dicapai berkat adanya perubahan atas kemajuan
teknologi dan manajemen dalam mengelola sumber daya alam dan sumber
daya manusia.
 Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan kenaikan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) untuk skala regional dan Produk Domestik Bruto
(PDB) untuk skala nasional.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pertumbuhan Ekonomi Sektor pertanian dan Industri

Perekonomian Indonesia pada kuartal IV - 2013 sedikit membaik dengan


mencatat laju pertumbuhan year - on - year menjadi 5,72 % meski lebih rendah jika
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu 6,18 %. Hal
ini terutama disebabkan oleh tekanan pada transaksi berjalan dan pelemahan nilai
tukar rupiah yang dibarengi dengan kenaikan laju inflasi. Tekanan pada transaksi
berjalan yang mengalami defisit selama tiga kuartal terakhir mendorong peningkatan
suku bunga acuan sehingga menekan investasi. Meski defisit transaksi berjalan
menurun signifikan dari USD 8,5 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi USD 4
miliar pada kuartal IV - 2013, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 hanya
mencapai 5,78 % lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang
mencapai 6,23 %.

 Tabel .1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha, 2011 - 2013 (y-o-y, dalam %)

Pertumbuhan ekonomi didorong terutama oleh sektor Komunikasi dan


Transportasi, Demikian juga sektor primer mengalami peningkatan namun dengan
laju pertumbuhan yang semakin rendah.

Catatan: Sektor Primer: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan


Perikanan; dan Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor Industri: Sektor Industri
Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi. Sektor Jasa:
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi;
Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan; dan Sektor Jasa - jasa Sumber:
BPS dan CEIC (2014)

Sektor Jasa masih dominan dalam mendorong pertumbuhan pada kuartal IV


– 2013. Meskipun demikian, sektor ini mengalami penurunan laju pertumbuhan dan
sektor Primer dan sektor Industri mulai merangkak naik. Sektor Jasa menunjukkan
pertumbuhan yang lebih lambat, dengan pertumbuhan yang hanya tercatat sebesar
6,48 % lebih rendah jika dibandingkan dengan kinerja kuartal IV - 2012 yaitu 7,66
%. Sementara itu, sektor Primer tumbuh mencapai 3,86 % (y - o - y).

Hal itu didorong oleh pertumbuhan pada sektor Pertambangan dan


Penggalian yang tercatat sebesar 3,91 % (y - o - y). Meskipun sektor Primer
mengalami peningkatan, laju pertumbuhan sektor Primer lambat laun semakin
rendah. Selanjutnya, sektor Industri juga menunjukkan pertumbuhan yang tercatat
sebesar 5,60 % (y - o - y) sejalan dengan laju pertumbuhan ekspor terutama pada
ekspor non - migas. Secara keseluruhan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor
Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,32 % (y - o - y), diikuti oleh
sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 6,79 % (y - o - y) dan sektor
Konstruksi 6,68 % (y - o - y).

 tabel. 2. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan

2000 Menurut Pengeluaran, Tahun 2011 - 2013 (y - o - y, dalam %)

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal empat tahun


2013 ditopang oleh kenaikan ekspor neto. Sumber: BPS dan CEIC (2014). Pada sisi
pengeluaran, penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV - 2013 didominasi
oleh kenaikan tingkat ekspor neto, menggeser peranan pengeluaran domestik yang
melambat.Kenaikan tingkat ekspor neto pada kuartal IV - 2013 disebabkan karena
nilai ekspor tumbuh tinggi yang tercatat sebesar 7,40 % (y - o - y) dan pertumbuhan
nilai impor yang menurun menjadi -0,60 % (y - o - y). Hal ini didorong oleh
meningkatnya ekspor non - migas ke negara - negara mitra dagang terutama Cina,
Amerika Serikat dan Jepang. Selanjutnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga,
konsumsi pemerintah dan investasi menurun masing-masing menjadi 5,25 % (y - o -
y), 6,45 % (y - o - y) dan 4,37 % (y - o - y). Padahal pada kuartal sebelumnya,
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi dapat tumbuh masing-
masing sebesar 5,48 % (y - o - y), 8,91 % (y - o - y) dan 4,54 % (y - o - y).
Perlambatan investasi tersebut di antaranya terkait dengan kebijakan BI dalam
meningkatkan suku bunga acuan dari 7,25 % pada Oktober 2013 menjadi 7,50 %
pada November 2013 dan ketidakpastian politik terkait dengan Pemilu.
2. Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran

Meskipun secara keseluruhan perekonomian pada kuartal IV - 2013


mengalami sedikit peningkatan, namun justru terjadi peningkatan angka
pengangguran pada Agustus 2013. Tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 6,3
% pada Agustus 2013 dari 6,1 % pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di
samping itu, menurut publikasi BPS, jumlah angkatan kerja di Indonesia naik
150.000 orang dari 118,05 juta orang menjadi 118,19 juta orang. Dari sisi gender,
tingkat partisipasi laki - laki maupun perempuan dalam lapangan kerja menurun, di
mana pada Agustus 2012 tingkat partisipasi laki - laki dan perempuan masing -
masing sebesar 84,42 % dan 51,39 % yang berubah menjadi 83,58 % dan 50,28 %
pada Agustus 2013. Sementara itu, jika dibandingkan dengan laki - laki, tingkat
partisipasi perempuan masih lebih rendah. Sumber: BPS dan CEIC (2014)

 Tabel.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Kelamin dan Pengangguran Terbuka di Indonesia, Februari 2011 – Agustus


2013 (dalam %) Tingkat pengangguran terbuka meningkat. Sementara itu, dilihat
dari struktur lapangan pekerjaan hingga Agustus 2013, kontribusi penduduk yang
bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan. Pada Agustus 2012 sektor
Pertanian berkontribusi sebesar 35,09 % turun pada Agustus 2013 menjadi 34,36 %.
Penurunan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut juga tak lepas dari faktor tingkat
upah yang lebih tinggi di sektor-sektor lain seperti industri atau perdagangan. Meski
mengalami penurunan, porsi tenaga kerja sektor Pertanian masih mendominasi
sebagai penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Selain dari
sektor Pertanian, sektor yang juga ikut berkontribusi tinggi dalam penyerapan tenaga
kerja secara berurutan adalah sektor Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan dan Industri.

Serupa dengan kondisi pada sektor Pertanian yang mengalami penurunan,


jumlah angkatan kerja pada sektor Konstruksi dan Industri juga menurun masing -
masing menjadi 5,67 % dan 13,43 % dari 6,13 % dan 13,87 % pada periode yang
sama tahun sebelumnya.
 Tabel .4: Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama, Tahun 2011-2013 (dalam %)

Kontribusi penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus mengalami


penurunan sementara pada sektor Industri meningkat. Sejalan dengan meningkatnya
tingkat pengangguran terbuka, tingkat kemiskinan juga bertambah. Penduduk miskin
pada September 2013 berjumlah 28,55 juta (11,47 % dari jumlah penduduk)
meningkat dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013 yaitu
28,07 juta orang (11,37 % dari jumlah penduduk). Lonjakan angka kemiskinan
tersebut salah satunya disebabkan laju inflasi pasca kenaikan harga BBM pada bulan
Juni 2013 dan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia yang mencapai 6,3 % pada
Agustus 2013, mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2013 yaitu sebesar 5,9
%. Bertambahnya angka kemiskinan tahun ini diperparah dengan peningkatan
ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat atau Gini Ratio, yaitu 0,413 dari
0,410 pada tahun 2012. Hal ini mencerminkan pemerataan ekonomi di Indonesia
bermasalah. Ketidakmerataan pendapatan masyarakat terus meningkat sejalan
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah harus lebih
memfokuskan kepada pemerataan pembangunan dan bukan hanya sekedar
pertumbuhan ekonomi

 Tabel .5: Perkembangan Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, 2011-2013

Angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia meningkat.

Sumber: BPS dan CEIC (2014)


3. Upaya Mengembangkan Struktur Perekonomian

Selama tahun 1999 - 2008, pertumbuhan ini masing - masing sektor


ekonomi terlihat berfluktuasi, dengan rata - rata tertinggi dimiliki oleh sektor
pertanian. Dari tahun ke tahun peran sektor pertanian dalam struktur ekonomi
cenderung mengalami penurunan, hal mi bisa dilihat pada tahun 1999, pertumbuhan
yang terjadi sebesar 37,91 persen dan pada tahun 2008 sebesar 29,45 persen. Hal ini
diakibatkan karena semakin banyaknya lahan pertanian yang diambil alih oleh sektor
industri dan perumahan. Manfaat lain dari angka PDRB adalah untuk mengetahui
struktur perekonomian suatu daerah dengan melihat peranan masing - masing sektor
terhadap total PDRB - nya.

1) Membangun Dan Membuka Kesempatan Kerja Sektor Industri

Dengan adanya perusahaan industri baru yang aktif membawa dampak yang
positif terhadap penyerapan tenaga kerja, terutama dad industri padat karya. Karena
di samping tidak terlalu besar investasi yang dibutuhkan juga dapat menyerap tenaga
kerja yang besar. Di samping itu industri kerajinan perlu mendapat perhatian dari
pemerintah karena sektor ini tidak membutuhkan modal yang besar juga teknologi
yang digunakan adalah teknologi sederhana.

Walaupun terjadi penambahan jumlah tenaga kerja di subsector - subsektor


industri, namun peningkatan itu masih kecil bila dibandingkan dengan penambahan
angkatan kerja, sehingga walaupun terjadi peningkatan tenaga kerja secara absolut
tetapi persentase terhadap total angkatan kerja menurun. Hal lain yang sangat
mempengaruhi jumlah kesempatan kerja adalah teknologi, di mana penguasaan
teknologi dan penggunaan mesin - mesin yang lebih modern akan menyebabkan
kesempatan kerja mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena industri yang
selama ini mengandalkan tenaga manusia diganti oleh tenaga mesin.

Namun disisi lain, industry - industri padat teknologi dapat mengakibatkan


kualitas produksi meningkat sehingga dapat bersaing dengan produk - produk dan
daerah/negara lain. Peningkatan dan penurunan jumlah tenaga kerja juga sangat
dipengaruhi oleh keadaan perekonomian secara umum karena dengan perekonomian
yang maju maka pendapatan masyarakat ikut meningkat, hal ini akan memotivasi
para investor untuk mengadakan perluasan produksi, dengan demikian akan
membuka kesempatan kerja dan sebaliknya apabila pendapatan masyarakat menurun
maka daya belinya juga rendah sehingga pengusaha akan mengurangi produksi dan
jumlah tenaga kerjanya. Dan apabila jumlah tenaga kerja dikurangi maka akan
menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi.

2) Pengembangan Sumber Daya Manusia

Strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan aspek yang paling


penting dalam proses pembangunan ekonomi, oleh karena itu pembangunan ekonomi
tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas dan keterampilan sumber daya manusia
adalah suatu keniscayaan. Pengembangan kualitas seumberdaya manusia dapat
dilakukan dengan cara - cara :
 Pelatihan dengan system customized training, yaitu system pelatihan yang
dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan sipemberi
kerja.
 Pembuatan bank keahlian (skill banks), sebagai bank informasi yang berisi
data tentang keahlian dan latar belakang orang yang menganggur di
penciptaan iklim yang mendukung bagi perkembangan lembaga-lembaga
pendidikan dan keterampilan di daerah.
 Pengembangan lembaga pelatihan bagi para penyandang cacat.

3) Pengembangan Masyarakat dan Infrastruktur

Strategi pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang ditujukan


untuk memberdayakan (empowerment) suatu kelompok masyarakat tertentu pada
suatu daerah. Kegiatan - kegiatan ini berkembang baik di Indonesia belakangan ini,
karena ternyata kebijakan umum ekonomi yang tidak mampu memberikan manfaat
bagi kelompok - kelompok masyarakat tertentu.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat sosial, seperti


misalnya dengan menciptakan proyek - proyek padat karya untuk memenuhi
kebutuhan hidup atau untuk memperoleh keuntungan dari usahanya. Dan
pembangunan Infrastruktur yang merata di setiap wilayah Indonesia, guna meratakan
hasil pertanian dan industri.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:

 Masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan masalah yang sangat


penting untuk dicermati dalam tatanan masyarakat yang beradab. Secara
normatif hal tentang penghapusan ihwal kemiskinan dan kesenjangan adalah
termasuk hal yang harus dicermati dalam perencanaan pembangunan
Ekonomi.
 Metode penghitungan kemiskinan dalam perkembangannya juga mengalami
banyak penyempurnaan dalam teorinya. Hal ini karena masalah tentang
kemiskinan juga ternyata melibatkan banyak aspek yang multidimensional.
Selain itu juga masalah kemiskinan dihadapkan dengan karakteristiknya yang
spesifik pada berbagai jenis masyarakat, seperti masyarakat desa, kota,
ataupun golongan gender wanita.

Dalam jenis - jenis masyarakat yang berbeda, kemiskinan dapat ditafsirkan


sesuai konteks sosial yang dihadapi. Dalam strategi pembangunan, diperlukan
strategi pertumbuhan yang inklusif. Inklusif berarti bahwa "trickle down effect" dari
pertumbuhan juga harus dapat dinikmati oleh mereka yang berada dalam golongan
income rendah. Dengan strategi itu diharapkan kemiskinan dan kesenjangan bisa
dihilangkan.

B. SARAN
 Pemerintah diharapkan mengoptimalkan peranan investasi dengan cara
meyakinkan para investor dengan melakukan promosi tentang potensi daerah
dan memberikan kepastian hukum serta keamanan sehingga para investor
tertarik untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Selatan, terutama di sektor
industri, sehingga membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja.
 Pemerintah diharapkan lebih mengembangkan industri padat karya, karena
disamping tidak terlalu besar investasi yang dibutuhkan juga dapat menyerap
tenaga kerja yang besar sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih
banyak.
 Agar pemerintah membantu meningkatkan kemampuan pembinaan industri
yang ada di daerah untuk bersaing melalui pelatihan keterampilan bagi calon
tenaga kerja, penggunaan teknologi yang lebih mengutamakan peningkatan
mutu, efisien dan peningkatan produktivitas yang dikaitkan dengan upaya
perluasan pemasaran produk di dalam dan luar negeri.
 Masih dominannya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia, perlunya
dikembangkan industri pengolahan hasil pertanian (agro industri) dalam skala
menengah dan kecil.

Anda mungkin juga menyukai