Anda di halaman 1dari 5

1. Perbedaan mendasar Firma dan persekutuan komanditer!

a. Firma
Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau lebih
dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak terbatas pada setiap
pemiliknya.

ciri dan sifat firma :


- Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan harta
pribadi.
- Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin
- Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang
lainnya.
- keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup
- seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma
- pendiriannya tidak memelukanakte pendirian
- mudah memperoleh kredit usaha

b. Persekutuan Komanditer / CV / CommanditaireVennotschaap

CV adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang
atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda
di antara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif yang
melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa harus
melibatkan harta pribadi ketika krisis finansial. Yang aktif mengurus perusahaan cv
disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal disebut sekutu pasif.

ciri dan sifat cv :


- sulit untuk menarik modal yang telah disetor
- modal besar karena didirikan banyak pihak
- mudah mendapatkan kridit pinjaman
- ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif
tinggal menunggu keuntungan
- relatif mudah untuk didirikan
- kelangsungan hidup perusahaan cv tidak menentu
2. Motivasi orang yang memegang uang menurut Keynes:

Menurut Teori Keynes ada tiga motivasi orang memegang uang, yaitu untuk transaksi, berjaga-
jaga, dan memperoleh keuntungan.

1) Motif Transaksi (Transaction Motive)


Setiap orang yang bekerja ingin memperoleh upah atau uang untuk membeli (transaksi) barang-
barang kebutuhannya. Masyarakat me megang uang dengan tujuan untuk mempermudah
kegiatan transaksi sehari-hari. Permintaan uang untuk transaksi berhubungan positif dengan
tingkat pendapatan, artinya jika pendapatan meningkat, kebutuhan uang untuk bertransaksi
akan meningkat.

2) Motif Berjaga-jaga (Precaution Motive)


Hal lain yang memotivasi orang memegang uang, yaitu persiapan untuk menghadapi hal-hal
yang tidak diinginkan atau yang tidak terduga. Misalnya, sakit atau mengalami kecelakaan.
Permintaan uang untuk berjaga-jaga berhubungan positif dengan pendapatan. Jika pendapatan
me ningkat, jumlah uang untuk berjaga-jaga juga meningkat.

3) Motif Mendapatkan Keuntungan (Speculation Motive)


Motivasi menyimpan uang untuk memperoleh keuntungan disebut sebagai motivasi spekulasi.
Misalnya, membeli surat-surat berharga seperti obligasi dan saham perusahaan. Keynes
mengembangkan teori ini berdasarkan asumsi bahwa uang merupakan aset finansial yang dapat
dimiliki masyarakat. Aset lainnya, yaitu obligasi (surat utang yang disertai janji memberikan
pendapatan bunga). Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga.
Hubungan antara tingkat bunga dan permintan uang berbanding terbalik berdasarkan
pertimbangan memperoleh keuntungan (spekulasi).

3. DIK: uang = Rp 60.000.000,00 (ingin pergi ke amerika serikat)


Kurs Jual US$ 1 = Rp 12.200,00
Kurs Beli US$ 1 = Rp 12.100,00
Biaya Perjalanan pulang pergi = US$ 1.000,00
Uang untuk oleh – oleh = US$ 1.500,00
DIT: sisa uang Monika setelah sampai di Indonesia?
Jawab: Rp 60.000.000,00 : Rp 12.200,00 = 4918,03 $
Jadi 4918,03$ - ( 1000,00$ + 1500,00$)
= 2418,03$
Sisa uang monika = 2418,03$ x Rp 12.100,00 = Rp 29.258.196,72
4. Keuntungan & Kerugian Investasi dalam bentuk saham:

a. Keuntungan:

 Dividen

Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut


atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan setelah mendapat
persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang dibagikan
perusahaan dapat berupa devien tunai artinya kepada setiap pemegang saham
diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap
saham atau dapat pula berupa deviden stock yang artinya setiap pemegang saham
diberikan deviden sejumlah saham sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor
bertambah dengan adanya pembagian di=eviden stock tersebut.

 Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual
lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas
perdagangan di pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham BUMI
dengan harga per lembar Rp.5000 kemudian menjualnya dengan harga Rp.5500 per
lembarnya, yang berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital gain sebesar
Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya pemodal dengan orientasi
jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain.

Disamping 2 keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga di mungkinkan


untuk mendapatkan:

 Saham Bonus

Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang
saham yang diambil dari agio saham, agio saham adalah selisih antara harga jual
terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan
penawaran umum dipasar perdana, misalnya setiap saham dengan nilai nominal
Rp.500 dijual dengan harga Rp.800 maka setiap saham akan memberikan agio
kepada perusahaan sebesar Rp.300 setiap sahamnya.
b. Kerugian:

 Tidak mendapat deviden

Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan


keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika
perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan
pemodal untukmendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

 Capital Loss

Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain
atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor menjual
sahamnya lebih rendah harganya dari harga belinya, dengan demikian investor
mengalami capital loss. Misalnya seorang investor membeli saham BUMI pada
harga Rp.5000 per lembarnya, namun beberapa waktu kemudian dijual dengan
harga Rp.4500 per lembarnya, berarti investor tersebut mengalami kerugian sebesar
Rp.500 per lembarnya, kerugian tersebut yang disebut capital loss.

Dalam jual beli saham, terkadang seorang investor untuk menghindari potensi
kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka
investor tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih rendah dari harga
belinya, istilah ini dikenal dengan Cut Loss.

 Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi

Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung
kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan
saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemeganng
saham akan mendapat posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang
obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada pemegang saham.

 Saham di delist dari bursa (delisting)

Resiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist di
bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun
waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun,
tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama beberapa tahun dan
berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula
perusahaan yang di delist keluar dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan
yang melakukan Go Private tidak merugikan investor karena perusahaan penerbit
saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yg diterbitkan.
 Saham di Suspend

Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa
efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga saham yang
di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend biasanya berlangsung
dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan
namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal
yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga
yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai
kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara
perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta konfirmasi lainnya.
Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang
spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka status suspend
atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi
seperti semula.

5. Kebijakan Uang Ketat (tight money policy)

Tight Money Policy (Kebijakan Uang Ketat), disebut juga Kebijakan Moneter Kontraktif
(Monetary contractive policy). Yaitu kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah
uang beredar atau mengatasi inflasi
Kebijakan ini dilakukan dengan :
- menaikkan suku bunga
- menjual SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
- menaikkan cadangan kas
- membatasi pemberian kredit

Anda mungkin juga menyukai