Anda di halaman 1dari 9

ABORTUS

No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 1/4

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

1. Pengertian Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan,dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500
gram.
2. Tujuan Penatalaksanaan kasus abortus sesuai standar terapi.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 896/P/V/2015 tentang


Standar Prosedur Operasional (SPO) Penyakit di Puskesmas
Poasia
4. Referesi  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK. 02.02
/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
5. Gambaran Klinis  Abortus imminens
 Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+) dengan usia
kehamilan dibawah 20 minggu
 Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak, berwarna
kecoklatan dan bercampur lendir
 Tidak disertai nyeri atau kram
 Abortus insipiens
 Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar
disertai terbukanya serviks
 Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat
persalinan)
 Abortus inkomplit
 Perdarahan aktif
 Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
 Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
ABORTUS
No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 2/4

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

 Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal


 Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat
perdarahan
 Abortus komplit
 Perdarahan sedikit
 Nyeri perut atau kram ringan
 Mulut rahim sudah tertutup
 Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
6. Diagnosis  Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaam penunjang. Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan USG.
 Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG): biasanya masih positif
sampai 7-10 hari setelah abortus.
 3. Pemeriksaan darah perifer lengkap
7. Penatalaksanaan  Pada keadaan abortus kondisi ibu bisa memburuk dan
menyebabkan komplikasi. Hal pertama yang harus dilakukan
adalah penilaian cepat terhadap tanda vital (nada, tekanan
darah, pernasapan dan suhu).
 Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan antibiotika dengan kombinasi:
 Ampicilin 2 gr IV /IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
 Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
 Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
 Segera melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan Sekunder
/ RS
 Penatalaksaan Khusus sesuai dengan Jenis Abortus
 Abortus imminens:
- Pertahankan kehamilan
ABORTUS
No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 3/4

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

- Tidak perlu pengobatan khusus


- Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual
- Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya
pada pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar
Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan
penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi
- Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan
USG, nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
- Tablet penambah darah
- Vitamin ibu hamil diteruskan
 Abortus insipiens
- Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko
dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta
memberikan informasi mengenai kontrasepsi paska
keguguran.
- Jika usia kehamilan < 16 minggu : lakukan evakuasi isi
uterus; Jika evakuasi tidak dapat dilakuka segera: berikan
ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu)
- Jika usia kehamilan > 16 minggu: Tunggu pengeluaran hasil
konsepsi secara spontan dan evakuasi hasil konsepsi dari
dalam uterus. Bila perlu berikan infus oksitosin 40 IU dalam
1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per
menit
- Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit
selama 2 jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang
rawat.
ABORTUS
No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 4/5

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan


kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam,
tanda akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama
24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb >
8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang
 Abortus inkomplit
- Lakukan konseling
- Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
- Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena
perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera
berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat
disusul dengan darah.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16
minggu, gunakan jari atau forcep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu,
lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM)
merupakan metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan apabila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi
tidak dapat dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM
(dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
- Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40
IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40
tetes per menit
- Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit
selama 2 jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang
rawat.
ABORTUS
No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 5/5

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan


kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam,
tanda akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama
24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb >
8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang
 Abortus komplit
- Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila
menderita anemia perlu diberikan sulfas ferosus dan
dianjurkan supaya makanannya mengandung banyak
protein, vitamin dan mineral.
8. Output Tatalaksana kasus Abortus sesuai standar terapi puskesmas

9. Rekaman Historis Perubahan


NO Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 1/3

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

1. Pengertian Mual dan muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 16 minggu. Mual dan muntah yang berlebihan, dapat
mengakibatkan dehidrasi, gangguan asam-basa dan elektrolit dan
ketosis keadaan ini disebut sebagai keadaan hiperemesis.Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tapi dapat pula timbul setiap saat dan
malam hari. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana
segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-
hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin
bahkan seperti gejala penyakit appendisitis, pielitis, dan sebagainya.
2. Tujuan Penatalaksanaan kasus Hiperemesis Gravidarum sesuai standar
terapi.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 896/P/V/2015 tentang Standar
Prosedur Operasional (SPO) Penyakit di Puskesmas Poasia
4. Referensi  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK. 02.02
/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
5. Gambaran Klinis  Gambaran klinis
 Muntah yang hebat
 Mual dan sakit kepala terutama pada pagi hari (morning
sickness)
 Nafsu makan turun
 Beratbadan turun
 Nyeri epigastrium
 Lemas
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 2/3

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

 Rasa haus yang hebat


 Gangguan kesadaran
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan tanda vital: nadi meningkat 100x/mnt, tekanan
darah menurun (pada keadaan berat), subfebris, dan gangguan
kesadaran (keadaan berat).
 Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi: mata cekung, bibir kering,
turgor berkurang.
 Pemeriksaan generalis: kulit pucat, sianosis, berat badan turun>
5% dari berat badan sebelum hamil, uterus besar sesuai usia
kehamilan, pada pemeriksaan inspekulo tampak serviks yang
berwarna biru.
6. Diagnosis  Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium :
 Darah : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit.
 Urinalisa : warna pekat, berat jenis meningkat, pemeriksaan
ketonuria, dan proteinuria.
 Hiperemesis gravidarum apabila terjadi:
 Mual muntah berat
 Berat badan turun > 5% dari berat sebelum hamil
 Ketonuria
 Dehidrasi dan Ketidakseimbangan elektrolit
 Klasifikasi hiperemesis gravidarum secara klinis dibagi menjadi 3
tingkatan, antara lain:
 Tingkat 1
- Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap
makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri
epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 3 /4

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi


meningkat sampai 100 x/mnt, dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.
 Tingkat 2
- Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebris, nadi cepat lebih dari
100- 140 x/mnt, tekanan darah sistolik menurun, apatis, kulit
pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam
urin, dan berat badan cepat menurun.
 Tingkat 3
- Walaupun kondisi tingkat 3 sangat jarang, yang mulai terjadi
adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria
dalam urin.
7. Penatalaksanaan  Non Medikamentosa
 Mengusahakan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplemantasi
vitamin dan asam folat di awal kehamilan.
 Makan porsi kecil, tetapi lebih sering.
 Menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
 Istirahat cukup dan hindari kelelahan.
 Efekasi yang teratur.
 Medikamentosa
 Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria, 4-6 kali
sehari ATAU Prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau
supositoria.
 Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No. Dokumen :

No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit :
Januari 2016

Halaman : 4 /4

dr. Juriadi Paddo, M.Kes.


PUSKESMAS NIP.19660303 200212 1 006
POASIA

salah satu obat di bawah ini:


- Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4- 6
jam
- Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
- Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
- Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
 Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula
intravena dan berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu
dan kebutuhan cairannya, lalu:
- Berikan suplemen multi vitamin IV
- Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV
selama 20 menit, setiap 4-6 jam sekali
- Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini:
- Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
- Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
- Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
• Bila perlu, tambahkan Metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam
ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1
mg/ jam terus-menerus selama 24 jam.
8. Output Tatalaksanan kasus Hiperemesis Gravidarum sesuai standar terapi
Puskesmas

9. Rekaman Historis Perubahan


NO Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai