Anda di halaman 1dari 18

2.1.

Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mana jantung tidak dapat
menghantarkan curah jantung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metaboliik tubuh. Pada
stadium awal gagal jantung, berbagai mekanisme kompensantoir dibangkitkan untuk
mempertahankan fungsi metabolic normal (cadangan jantung). Ketika mekanisme ini menjadi
tidak efektif, akibatnya manisfestasi klinisnya makin bertambah berat (Behrman., Kliegman.,
Arvin, 2012).

Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi
sistolik) (Sudoyo, Aru, dkk., 2009).

Gagal jantung sering juga diklasifikasikan sebagai gagal jantung dengan penurunan fungsi sistolik
(fraksi ejeksi) atau dengan gangguan fungsi diastolik (fungsi sistolik atau fraksi ejeksi normal),
yang selanjutnya akan disebut sebagai Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFPEF).
Selain itu, myocardial remodeling juga akan berlanjut dan menimbulkan sindroma klinis gagal
jantung (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).

2.2. Etiologi

Beberapa istilah gagal jantung:

1. Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga


curah jantung menurun menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan aktivitas fisik
menurun dan gejala hipoperfusi lainya.
2. Gagal jantung diastolik adalah gangguan reaksi dan gangguan pengisian ventrikel
(Sudoyo, Aru., dkk. 2009).

Klasifikasi menurut gejala dan intensitas gejala (Morton, 2012):

1. Gagal jantung akut


Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa haria tau beberapa jam.
2. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.

Klasifikasi GJ menurut letaknya:

1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel untuk mengisi atau mengosongkan
dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan menjadi disfungsi sitolik dan
diastolik.
2. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secarac
adekuat penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah gagal jantung
kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel kiri benar-benar
normal dan tidak menyebabkan gagal jantung kiri. GJ kanan dapat juga disebabkan
oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonari primer.

Menurut derajat sakitnya:

1. Derajat 1: tanpa keluhan, anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari tanpa
disertai kelelahan ataupun sesak napas.
2. Derajat 2: ringan – aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas,
tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang.
3. Derajat: 3: sedang – aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas,
tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan.
4. Derajat 4: berat – tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat
istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas walaupun
aktivitas ringan.

2.3. Manifestasi Klinis

1. Kriteria Mayor
- paroksismal nocturnal dispenea - edema paruakut
- distensia vena leher - gallop S3
- ronkiparu - peninggian vena jugularis
- kardiomegali - refluks hepatojugular
2. Kriteria Minor
- edema ekstremitas -efusi pleura
- batuk malam hari - penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
- dispnea d’effort - takikardia (>120/menit)
- hepatogemali
3. Mayor atau Minor
Penurunan BB 45 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria minor.
(Suroyo, Aru., dkk., 2009)
Pada anak dan bayi :
1. Takikardi (denyut jantung>160 x menit pada anak umur dibawah 12 bulan ; >120
x menit pada umur 12 bulan -5 tahun).
2. Hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis, dan edema perifer (tanda
kongestif).
3. Irama derap dengan crakles/ronki pada basal paru.
4. Pada bayi-napas cepat (atau berkeringat, terutama saat diberi makanan; pada yang
lebih tua-edema kedua tungkai, tangan atau muka, atau pelebaran vena leher.
5. Telapak tangan pucat, terjadi gagal jantung disebabkan oleh anemia (BS pelayanan
kesehatan anak di RS).

Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut new York heart Association (NYHA)

Kelas 1 : tidak ada keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak
menyebabkan keletihan atau dispnea.

Kelas 2 : sedikit keterbatasan fisik. Merasa nyaman saat istirahat, tetapi aktivitas
fisik biasa menyebabkan keletihan atau dispnea.
Kelas 3 : keterbatasan nyata aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi bahkan saat
istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan, gejala meningkat.

Kelas 4 : tidak mampu melaksanakan aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi
bahkan pada saat istirahat, jika aktivitas dilakukan, gejala meningkat.

. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektrokardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau vetrikular, penyimpangan aksis, iskemial, disritmia, takikardi,
fibrilasi atrial.
2. Uji stress
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.
3. Ekokardiografi
- Ekokardigrafi model : M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional model M paling sering dipakai dan ditanyangkan bersama
EKG )
- Ekokardiografi 2 dimensi (CT-SCAN).
- Ekokardigrafi Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transsesofageal terhadap jantung).
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5. Radiografi dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik.
7. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
8. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaleosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
9. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
10. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukan hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus
gagal jantung.

2.5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal jantung dibagi atas :

1. Terapi non farmakologi


Terapi non farmakologi yaitu antara lain perubahan gaya hidup, monitoring dan control
faktor resiko.
2. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin, converting enzim
inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung,
vasodilator, agonis beta, serta bipiridin.

2.6. Patofisiologi

Gagal jantung kongestif (congestive heart failure,CHF) terjadi bila jantung tidak dapat
memompa darah kembali kesisi kanan jantung atau memberikan sirkulasi sisketemik yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan organ-organ dalam tubuh. Komponen CHF mencakup volume preloat
dan volume sirkulasi, after loat, dan kontraktiliotas (Behrman., Kliegman., Arvin, 2012).

2.7. Komplikasi

1. Gangguan pertumbuhan
2. Gagal ginjal
3. Hepatomegali dan ascites
4. Serangan jantung dan stroke
5. Syok kardiogenik (Behrman., Kliegman., Arvin, 2012).

2.8. Konsep Keperawatan


1. Pengkajian
Hal-hal yang harus dikaji pada pasien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut:
1. Identitas Pasien (Nama, TTL, Alamat, dan lainnya);
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
- Keluhan saat dikaji (PQRST)
3. Riwayat kesehatan dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Pola kesehatan fungsional (11 pola Gordon)
6. Pemeriksaan fisik (head to toe)
7. Data psikologis
8. Data sosial

2. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. edema dalam paru.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d. keletihan otot-otot pernafasan, disfungsi neuromuscular,
sindrom hipoventilasi.
3. Nyeri akut
4. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung.
5. Kelebihan volume cairan
6. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan atau dispnea akibat turunnya curah jantung.
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan bersihan  Respiratory status : Airway suction
Ventilation
jalan nafas  Pastikan kebutuhan oral
 Respiratory status : atau trakeal suctioning
Airway Patency
Criteria hasil :  Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
suctioning
 Mendemonstrasikan batuk
 Informsikan pada klien
efektif dan suara nafas
dan keluarga tenttang
yang bersih, tidak ada
suction
sianosis dan dipsnea
(mampu mengeluarkan  Minta klien napas dalam
sputum, mampu bernapas sebelum suction
dengan mudah, tidak ada dilakukan
pursedlips )  Berikan O2 dengan
 Menunjukan jalan napas menggunakan nasal
yang paten (klien tidak untuk memfasilitasi
merasa terjepit, irama suction naso trakeal
napas, frekuaensi  Gunakan alat yang steril
pernapasan dalam rentang setiap melakukan
normal, tidak ada suara tindakan
napas abnormal)  Anjurkan pasien untuk
 Mampu istirahat dan napas dalam
mengidentifikasikan dan setelah kateter
mencegah factor yang dikeluarkan dari naso
dapat menghambat jalan trakeal
nafas.  Monitor status oksigen
pasien
 Ajarkan keluarga
bagaimana melakukan
suction
 Hentikan suction dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dan lain lain
Airway Manajement

 Buka jalan napas,


gunakan teknik sinlif atau
jautrush bila perlu
 Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
 Identifikasikan pasien
perlunya memasang alat
jalan napas buatan
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi dada
bila perlu
 Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
 Auskultasi suara napas,
catat adanya suara
tambahan
 Lakukan suction pada
mayo
 Berikan bronkodilator
bila perlu
 Berikan pelembab udara
kasa basah NaCl lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2
Ketidakefektifan pola -Respiratory status : Airway management
nafas b.d. keletihan otot- Ventilation -buka jalan nafas, gunakan
otot pernafasan, disfungsi teknik Chinlift atau jauh
neuromuscular, sindrom -Respiratory status : Airway Thrust bila perlu
hipoventilasi. Patency
-posisikan pasien untuk
-Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi

Kriteria hasil : -identifikasi pasien perlunya


-mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan nafas
efektiv dan suara nafas yang buatan
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu ( mampu - pasng mayo bila perlu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan - lakukan fisioterapi dada
muda, tidak ada pursed lips ) jika perlu

-Menunjukan jalan nafas -keluarkan secret dengan


yang paten (klien tidak batuk atau suction
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam -auskultasi suara nafas, catat
rentang normal, tidak ada adanya suara tambahan
suara nafas abnormal )
-Lakukan suction pada mayo

-TTV dalam rentang normal


-berikan bronkobilator bila
( tekanan darah, nadi,
perlu
pernafasan )

-berikan pelembab udara


kasa basah Nacl lembab

-atur intake untuk cairan


mengoptimalkan
keseimbangan

-monitor respirasi dan status


O2 Oksygen therapy

- bersihkan mulut hidung dan


sekret trakiea

-pertahan kan jalan nafas


yang paten

-atur peralatan oksigenasi

- monitor aliran oksigen

-pertahankan posisi pasien


- observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi

- monitor adanya kecemasan


pasien terhadap oksigenasi
(vitasign monitoring)

-monitor tekanan darah, nadi,


respirasi, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas

-monitor kualitas dari nadi

-monitor frekuensi dan irama


peernafasan

-monitor suara paru

-monitor pola pernafasan


abnormal

-monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit
-monitor sianosis perifer

-monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
meningkatan sistolik)
-identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign


Nyeri akut NOC NIC

 Paint level Paint manajemen


 Paint control
 Konvort level  Lakukan pengkajian nyeri secara
Kriteria hasil : konprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
 Mampu mengontrol nyeri kualitas dan factor presipitasi
(tahu penyebab nyeri mampu  Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan teknik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk  Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri, mencari terapeutik untuk mengetahui
bantuan ) pengalaman nyeri pasien
Melaporkan bahwa nyeri  Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
berkurang dengan menggunakan
 Kurangi factor pretisipasi nyeri
manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor tentang menejemen nyeri
Analgesic administration

 Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesic jika
pemberian lebih dari Saturda
 Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic pertama
kali
 Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesic, tanda dan
gejala
Risiko NOC NIC
penurunan  Cardiac pump efektiffenes
perfusi  Circulation status Cardiac care
 Vitalsign status -evaluasi adanya nyeri dada ( itensitas,
jaringan Criteria hasil :
lokasi, durasi )
jantung  tekanan sistol dan
diastole dan
rentang yang di -catat adanya distremia jantung
harapkan
 cvp dalam batasan
normal -catat adanya tanda dan gejala penurunan
 nadi perifer kuat
dan simetris cardiacoutput
 tidak ada udem
perifer dan asites
-monitor status cardiovaskuler
 denyut jantung,
agd, ejeksi fraksi
dalam batas
-monitor status pernafasan yang
normal
 bunyi jntung menandakan ggal jantung
abnormal tidak
ada
 nyeri dada tidak Fluid management
ada -timbang popok/ pembalut jika
 kelelahan yang
ekstrim tidak ada diperlukan

-pertahankan catatan intake dan output


yang akurat

-pasang urine cateter jika diperlukan

-monitor status hidrasi (kelembaban


membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan
-monitor hasi lab yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,Hmt, osmolalitas
urine )

fluid monitoring
-tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminasi

-tentukan factor resiko dari ketidak


seimbangan cairan (hipertemia, terapi
deuretik, kelainan renal, gagal jantung,
diaphoresis, disfungsi hati, dll )

-monitor BB

-monitor serum dan elektrolit urine

-monitor serum dan osmilalitas urine

Vitalsign monitoring
-monitor teknan darah, nadi, suhu, dan
rspirasi

-catat adanya fluktuasi tekanan darah

-monitor VS saat pasien berbaring,


duduk, atau berdiri

-auskultasi tekanan darah pada kedua


lengan dan bandingkan
-monitor tekanan darah , nadi, respirasi,
sebelum, selama dan setelah aktivitas

Kelebihan NOC NIC


volume
cairan  Electrolit and acid base Fluid manajemen
balance
 Fluid balance
 Pertahankan catatan intake dan
 Hydration output yang akurat
Kriteria hasil
 Pasang urin kateter bila diperlukan
 Monitor hasil lab yang sesuai dengan
 Terbebas dari edema, efusi, retensi cairan
anaskara  Monitor status hemodinamik
 Bunyi nafas bersih, tidak termasuk CFP,MAP,PAP, dan
ada dyspneu atau ortopneu PCWP
 Terbebas dari distensi vena  Monitor vital sign
jugularis, leaflet  Monitor indikasi retensi/kelebihan
hepatojugular (+) cairan
 Memelihara tekanan vena  Monitor masukan makanan atau
sentral, tekanan kapiler cairan dan hitung intake kalori
paru, output jantung dan  Monitor status nutrisi
vital dan sign dalam batas  Kolaborasi pemberian diuretic sesuai
normal intruksi
 Terbebas dari kelelahan,  Batasi masukan cairan pada keadaan
kecemasan atau hiponatremi dilusi dengan serum
kebingungan Na<130mEq/l
 Menjelaskan indicator  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
kelebihan cairan berlebih muncul memburuk
Fruit monitoring

 Tentukan riwayat jumlah dan tipe


intake cairan dan eliminasi
 Tentukan kemungkinan factor resiko
dari ketidakseimbangan cairan
 Monitor berat badan
 Monitor serum dan elektrolit urin
 Monitor BP, HR dan RR
 Monitor TD ortostastik dan
perubahan irama jantung
 Monitor para meter hemodinamik
inpasif
 Catat secara akurat intake dan output
 Monitor adanya distensi leher, rinci,
odem perifer dan penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala dari odema

Intoleransi NOC
aktivitas NIC
 Energy conservation
 Aktifity tolerance
 Selfcar : ADLs
Kriteria hasil :
Aktifitas terapi

 Berpartisipasi dalam
 Kolaborasikan dengan tenaga
aktifitas fisik tanpa disertai
rehabilitas fisik dalam
peningkatan TD, Nadi, RR
merencanakan program terapi yang
 Mampu melakukan aktiftas
tepat
sehari-hari secara mandiri
 Bantu klien untuk mengidentifikasi
 TTV normal
aktifitas yang mampu dilakukan
 Energy psikomotor
 Bantu untuk mengidentifikasi
 Level kelemahan sumber yang diperlukan aktifitas
 Mampu berpindah : dengan yang diperlukan
atau tanpa bantuan alat  Bantu untuk mendapatkan alat
 Status kardiopulmonari bantuan aktifitas seperti kursi roda,
adekuat krek
 Sirkulasi status baik  Bantu klien untuk membuat jadwal
 Status respirasi : pertukaran latihan di waktu luang
gas dan ventilasi adekuat  Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi gangguan dalam
beraktifitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spritual

Anda mungkin juga menyukai