Anda di halaman 1dari 3

AKU Tinggal kerlip lilin di kelam

sunyi
CHAIRIL Anwar
Tuhanku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu Aku hilang bentuk
Tidak juga kau Remuk

Tak perlu sedu sedan itu Tuhanku

Aku ini binatang jalang Aku mengembara di negeri


Dari kumpulannya terbuang asing

Biar peluru menembus kulitku Tuhanku


Aku tetap meradang menerjang Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli


Aku mau hidup seribu tahun lagi!

DOA

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh


Mengingat Kau penuh seluruh

Caya-Mu panas suci


Kangen Engkau telah menjadi racun bagi
darahku.
Oleh : Ws Rendra Apabila aku dalam kangen dan
sepi
Kau tak akan mengerti
bagaimana kesepianku Itulah berarti
menghadapi kemerdekaan
tanpa cinta
aku tungku tanpa api.
Kau tak akan mengerti segala
lukaku
karna cinta telah sembunyikan
pisaunya. PADA SUATU HARI NANTI
(Sapardi Djoko Damono)
Membayangkan wajahmu adalah
siksa. Pada suatu hari nanti
Kesepian adalah ketakutan
dalam kelumpuhan. Jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
Engkau telah menjadi racun bagi kau takkan kurelakan sendiri
darahku. Pada suatu hari nanti
Apabila aku dalam kangen dan Suaraku tak terdengar lagi
sepi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Itulah berarti Kau akan tetap kusiasati
aku tungku tanpa api. Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela huruf sajak ini
Kau tak akan mengerti Kau takkan letih-letihnya kucari
bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan
tanpa cinta

Kau tak akan mengerti segala


lukaku
karna cinta telah sembunyikan
pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah


siksa.
Kesepian adalah ketakutan
dalam kelumpuhan.
Kupu-kupu
Karya : Acep Zamzam Noor

Aku tidur dalam pelukan


bunga layu
Memimpikanmu melayarkan
bintang-bintang
Ke ranjangmu. Sungai-sungai
Airmata yang mengering
dalam doa-doaku
Aku menulis semua yang
dibidikkan angin
Membaca semua yang
dituliskan semilirnya padaku
Bercakap dengan udara yang
dingin:
Betapa cepat kuda ajal
merebut semua jalanku
Lautan itu mengandung bulan
Kaulah yang memompa perut
gelombangnya!
Ikan-ikan yang minum dari
matamu
Burung-burung mabuk dalam
kejaran pandanganmu
Kembali pada debu. Kupu-
kupu
Merontokkan lembar demi
lembar rambutku.

Anda mungkin juga menyukai