Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA DEWASA
Dianjukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN”

Disusun Oleh :

Ai Rohimah (08180100112)
Hari Taopikurohman (08180100115)
Ratna Purnamasari (08180100109)
Risman Syahrial (0818010111)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN EKSTENSI CIANJUR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas selesainya
makalah yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA DEWASA” dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan
baik moril maupun materil.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Cianjur, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3
A. Pengertian Komunikasi ..............................................................................
B. Komunikasi terapeutik ................................................................................
C. Tujuan Komunikasi Terapeutik ..................................................................
D. Manfaat Komunikasi Terapeutik ................................................................
E. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik ........................................................
F. Sikap Komunikasi Terapeutik .....................................................................
G. Bentuk Komunikasi Terapeutik ...................................................................
H. Hambatan Komunikasi Terapeutik..............................................................
I. Pengertian dewasa ....................................................................................
J. Komunikasi dengan dewasa.......................................................................
K. Materi komunikasi pada dewasa ................................................................
L. Suasana komunikasi pada dewasa ............................................................
M. Model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada dewasa ...................
BAB III STUDI KASUS ...........................................................................................
Data Pengkajian ....................................................................................................
Tinjauan Kasus ......................................................................................................
Tabel Pengkajian .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN ............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku


manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-
menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,melaksanakan, kegiatan-
kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,baik komunikasi dalam
lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia Kemajuan ilmu
pengetahuan Keperawatan serta perubahan konsep perawatan dari perawatan
orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari
pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus
pada orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih
penting dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat dituntut untuk
menerapkan model komunikasi yang tepat dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan pasien.

Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan


keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah
perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi
yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari
hal tersebut penulis membuat makalah yang mencoba menerapkan model konsep
komunikasi yang tepat pada dewasa.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi
2. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
5. Untuk mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik
6. Untuk mengetahui sikap komunikasi terapeutik
7. Untuk mengetahui bentuk komunikasi terapeutik
8. Untuk mengetahui hambatan komunikasi terapeutik
9. Untuk mengetahui pengertian dewasa
10. Untuk mengetahui komunikasi dengan dewasa
11. Untuk mengetahui materi komunikasi pada dewasa
12. Untuk mengetahui suasana komunikasi pada dewasa
13. Untuk mengetahui model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada
dewasa

C. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian komunikasi
2. Dapat mengetahui komunikasi terapeutik
3. Dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
4. Dapat mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
5. Dapat mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik
6. Dapat mengetahui sikap komunikasi terapeutik
7. Dapat mengetahui bentuk komunikasi terapeutik
8. Dapat mengetahui hambatan komunikasi terapeutik
9. Dapat mengetahui pengertian dewasa
10. Dapat mengetahui komunikasi dengan dewasa
11. Dapat mengetahui materi komunikasi pada dewasa
12. Dapat mengetahui suasana komunikasi pada dewasa
13. Dapat mengetahui model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada
dewasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu hubungan atau kegiatan kegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai saling tukar menukar
pendapat serta dapat diartikan hubungan kontar antara manusia baik individu
maupun kelompok
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus
menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan,
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan
optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar
manusia.

B. Komunikasi terapeutik
Pengertian Komunikasi Terapeutik Istilah komunikasi berasal dari bahasa
inggris yaitu “Communication”. Kata communucation itu sendiri berasal dari
kata latin “communication” yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide,
dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya (Suryani, 2005). Terapeutik merupakan kata sifat yang
dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam intan, 2005).
Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah
komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuahan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi profesional bagi perawat.

C. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan
lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan
meningkatkan profesi.
Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
fikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

D. Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik (Christina, dkk, 2003):
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien
melalui hubungan perawat-klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

E. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik


Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003) mengatakan ada 2 persyaratan
dasar untuk komunikasi terapeutik efektif :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan
2. Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan.

F. Sikap Komunikasi Terapeutik


1. Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah, “Saya siap untuk Anda”.
2. Mempertahankan kontak mata.
3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan. Hal ini
menujukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara kettegangan dan
relaksasi dalam memberi respons kepada klien.

G. Bentuk Komunikasi Terapeutik


Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter
dan Perry dalam Christina, dkk.,2003) :
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas.
Pembendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan
konotatif, intonasi mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki
tempo dan jeda yang tepat.
Syarat komunikasi verbal:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung.
Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil terjadi kerancuan.
Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerima
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan di
mana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan
ide secara sederhana.
b. Pembendaharaan Kata
Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi
tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan
kata dan ucapan.
c. Arti denotatif dan konotatif
Perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak
disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan
terapi, terapi dan kondisi klien. Arti denotatif memberikan pengertian
yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan ati konotatif
merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
d. Intonasi Nada
Suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya.
2. Komunikasi non Verbal
Komunikasi non verbal berdampak yang lebih besar dari pada komunikasi
verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa
sekitar 7 % pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30%
karena bahasa paralinguistik dan 55% karena bahasa tubuh. Komunikasi
non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara yaitu :
a. Penampilan fisik
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan keperawatanyang diterima. Adapun contohnya adalah cara
berpakaian, dan berhias menunjukan kepribadiannya.
b. Sikap Tubuh dan Cara Berjalan
Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan
mengamati sikap tubuh dan langkah klien.langkah dapat dipengaruhi
olehfaktor fisik, seperti rasa sakit, obat dan fraktur
c. Ekpresi wajah
Hasil penelitian menunjukan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah, terkejut, takut,marah, jijik bahagia dan sedih.
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar peenting dalam
menentukan pendapat interpersonal.
d. Sentuhan Kasih sayang,
dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui sentuhan.
Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan perawat-klien,
namun harus memperhatikan norma sosial.
e. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada
hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi
adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan
antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan
sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum
ketika sedang marah.

H. Hambatan Komunikasi Terapeutik


1. Resisten
Upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang
dialaminya. Resisten sering merupakan akibat dari kertidaksediaan klien
untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku
resisten biasanya diperliahatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini
sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.
2. Transferens
Respons tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap
perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di
masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respons klien
dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaraan
(displecement) yang maladaptif.
3. Kontertransferens
Kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Kontertransferens merujuk pada respons emosionel spesifik oleh perawat
terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan
terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya
berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat
bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan
sebagai respons terhadap resisten klien.

Untuk menghadapi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap


untuk mengungkapakan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks
hubungan perawat-klien (Hamid,1998). Awalnya, perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali
perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut.

I. Pengertian dewasa
Istilah Adult berasal dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi
dewasa. Terdapat berbedaan budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang
menganggap 21 tahun namun secara hukum orang telah dapat bertanggung
jawab akan perbuatannya di usia 18 tahun. Sehingga usia ini orang dianggap
telah syah menjadi dewasa di mata hukum. Masa dewasa dini dimulai usia 18
sampai 40 tahunan, saat perubahan fisik dan psikologis menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif (Elizabeth B. Hurlock).
Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang
memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada
keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa.Hukum
membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas masyarakat
menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang
belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada
anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan
fisik dan psikisnya memerlukan bimbingan khusus.
Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili
oleh orang yang telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah
kedewasaan ia harus dibimbing.
1. Menurut konsep Hukum Perdata
Pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan
pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas).
Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk
pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan
untuk pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun
penuh (pasal 421 dan 426 KUHPerdata).
Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan
mengajukan permohonan kepada Presiden RI dilampiri dengan akta
kelahiran atau surat bukti lainnya. Presiden setelah mendengar
pertimbangan Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat
hukum adanya pernyataan pendewasaan penuh ialah status hukum yang
bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa. Tetapi bila ingin
melangsungkan perkawinan ijin orang tua tetap diperlukan. Untuk
pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dilampiri
akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan setelah mendengar
keterangan orang tua atau wali yang bersangkutan, memberikan ketetapan
pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum tertentu saja sesuai
dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan mengurus dan menjalankan
perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa
terbatas ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum
orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan hukum tertentu.
Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21
tahun dan belum pernah kawin. Apabila mereka yang kawin belum
berumur 21 tahun itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam keadaan
belum dewasa. Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi
dewasa dan kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan
putus sebelum yang kawin itu mencapai umur 21 tahun (pasal 330
KUHPerdata). Hukum perdata memberikan pengecualian-pengecualian
tentang usia belum dewasa yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang yang
belum dewasa, melalui pernyataan dewasa, dapat diberikan wewenang
tertentu yang hanya melekat pada orang dewasa. Seorang yang belum
dewasa dan telah berumur 18 tahun kini atas permohonan, dapat
dinyatakan dewasa harus tidak bertentangan dengan kehendak orang tua.
Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa dianggap
mampu berbuat karena memiliki daya yuridis atas kehendaknya sehingga
dapat pula menentukan keadaan hukum bagi dirinya sendiri. Undang-
undang menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat
memperhitungkan luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam
suatu perbuatan hukum, misalnya membuat perjanjian, membuat surat
wasiat. Bila hakim berpendapat bila seseorang dinyatakan dewasa maka ia
harus menentukan secara tegas wewenang apa saja yang diberikan itu.
Setelah memperoleh pernyataan itu, seorang yang belum dewasa,
sehubungan dengan wewenang yang diberikan, dapat bertindak sebagai
pihak dalam acara perdata dengan domisilinya. Bila ia menyalahgunakan
wewenang yang diberikan maka atas permintaan orang tua atau wali,
pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim.
2. Menurut konsep Hukum Pidana
Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang
disebut umur dewasa apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur
21 tahun, akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah. Hukum pidana
anak dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum berumur 18
tahun, yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17
tahun dan telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan
belum cukup umur menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang
belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin sebelumnya. Bila
sebelum umur 21 tahun perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi
"belum cukup umur".
3. Menurut konsep Hukum Adat
Hukum adat tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa. Dalam
hukum adat tidak dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum adat
mengenal secara isidental saja apakah seseorang itu, berhubung umur dan
perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak cakap, mampu
atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan
hukum tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan
memelihara kepentingannya sendiri dalam perbuatan hukum yang
dihadapinya itu.
Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan memelihara
kepentingannya sendiri. cakap artinya, mampu memperhitungkan dan
memelihara kepentingannya sendiri. Apabila kedewasaan itu dihubungkan
dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa apabila
seorang pria dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka
dinyatakan dewasa, walaupun umur mereka itu baru 15 tahun. sebaliknya
apabila mereka dikawinkan tidak dapat menghasilkan anak karena belum
mampu berseksual, mereka dikatakan belum dewasa.

4. Menurut konsep Undang-undang R.I sekarang


Berdasarkan Undang-undang R.I yang berlaku hingga sekarang, pengertian
belum dewasa dan dewasa belum ada pengertiannya. Yang ada baru UU
perkawinan No. 1 tahun 1974, yang mengatur tentang:
a. izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan
apabila belum mencapai umur 21 tahun (pasal 6 ayat 2);
b. umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu
pria 19 tahun dan wanita 16 tahun (pasal 7 ayat 2);
c. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin,
berada didalam kekuasaan orang tua (pasal 47 ayat 1);
d. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin,
yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tuanya, berada dibawah
kekuasaan wali (pasal 50 ayat 1). Tetapi tidak ada ketentuan yang
mengatur tentang "yang disebut belum dewasa dan dewasa" dalam UU ini.
J. Komunikasi dengan dewasa
Menurut Erikson 1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS
isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan
cinta kasih,minat,masalah dengan orang lain. Orang dewasa sudah mempunyai
sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah
sangat lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya.
Juga pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum
tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan
dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang
dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa
tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat.
Orang dewasa belajar kalau ia sendiri dengan belajar, terdorong akan tidak puas
lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suatu perilaku lain
dimasa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.

K. Materi komunikasi pada dewasa


a. Pekerjaan dan tugas: pembagian tugas,
b. deskripsi kerja dan transaksi kerja
c. Kegiatan kerumahtanggaan: pembagian tugas dalam keluarga, pendidikan
terhadap anak
d. Kegiatan profesional: pembagian kerja
e. Kegiatan sosial: hubungan sosial, peran dan tugas sosial

L. Suasana komunikasi pada dewasa


a. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan pikirannya.
b. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
c. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan
dapat membawa hasil yang diharapkan.
d. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

M. Model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada dewasa


1. Model Shanon dan Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan
tingkat kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi
atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada
penerima.
Dengan kata lain Shannon & Weaver mengasumsikan bahwa sumber
imformasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat
pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah pesan menjadi
suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Suatu konsep penting
dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) Yang dapat menganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan
kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan
bahwa sumber imformasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada
penerima tanpa perantara.
Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya
hubungan transaksional diantara sumber pesan dan penerima Penerapannya
terhadap komunikasi klien dewasa : Bila komunikasi ini diterapkan pada klien
dewasa, Klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan
kerena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi penjelasan imformasi.
Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada
feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi dari leary (1950) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2
orang,dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi.Leary
mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Dari gambaran model leary : pesan komuniksai dpat terjadi dalam 2 dimensi
1) Dominan-subbmission 2) Hate-love Model leary dapt diterapkan dibidang
kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada keseimbangan kesehatan antara
professional dengan klien. Selama beberap tahun pasien akut ditempatkan pada
peran submission dan profesi kesehatan selalu mendominasi peran dan klien
ditempatkan dalm keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi
ada keseimbangan asertif dalm menerima dan member antara pasien dan
professional.
Penerapan Pada Klien dewasa Bila konsep ini diterapkan pada klien dewasa,
peran dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan
darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh
terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi
dominan ini pada klien dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien dewasa
mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan
sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat.
Peran love yang berlebihan juga tidak boleh dterapkan pada klien dewasa,
karena dapat mengubah konsep hubungan professional yang dilakukan lebih
kearah hubungan pribadi. Model ini menekankan pentingnya “Relationsjhip”
dalam membanmtu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung.
Komunikasi therapeutic adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang
menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif denagn
orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai
dengan situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positif regard),
Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui model komunikasi ini
adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan
pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana
individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis
3. Model Interaksi King
Model king memberikan penekanan pada proses komunikasi antara
perawat-klien. King menggunakan system perspektif untuk menggambarkan
bagaimana professional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada
klien.
Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat-klien secara
simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan
berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi. Keputusan berperan penting yang
merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses dinamis yang meliputi
hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat-klien.
Transaksi adalah hubungan Relationship yang timbale balik antara perawat-klien
selama berpartisipasi. Feedback dalam model ni menunjukan pentingnya arti
hubungan perawat-klien.
Penerapannya Terhadap Komunikasi Klien Dewasa Model ini sesuai untuk
klien dewasa karena mempertimbangkan factor-faktor instrinsik dan ekstrinsik
klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya
feedback yang menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana imformasi yang
disampaikan dapat diterima jelas oleh klien untuk mengetahui ada tidaknya
persepsi yang salah tehadap pesan yang disampiakan.
5. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-
klien. 3 faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu :
1) Relationship,
2) Transaksi, dan
3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal,
bagaimana seorang professional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional
kesehatan adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan,
training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang
diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung terjadinya interaksi
khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.Transaksi
merupakan kesepakatan interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi
tersebut. Konteks yaitu komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama
tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan temapt dan situasi.
Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini
juga dapat diterapkan pada klien dewasa, karena professional kesehatan
(perawat) memperhatikan karekterisitikdari klien yang akan mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara
berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga tidak
melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatn klien. Konteks
komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan
tertentu seperti : sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia,
factor, budaya, nilai yang dianut, factor psikologi dll, sehingga perawat harus
memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi kesakahpahaman. Pada
komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat menerima
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang
berbeda satu dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat
dan dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi ini
menunjukan hubungan relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien
dan melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik untuk
mengevalusi tujuan komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat
perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunikasi yang tepat untuk
setiap karakteristik klien.
a. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga
perlu model komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai.
b. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah
model interaksi king dan model komunikasi kesehatan yang menekankan
hubungan relationship yang saling member dan menerima serta adanya feedback
untuk mengevaluasi apakah imformasi yang disampaikan sesuai dengan yang
ingin dicapai.
BAB III

STUDI KASUS

A. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI


Para Anggota (Pemain)

Hari Taopikurohman : Pasien

Ai Rohimah : Perawat Ruang Inap

Risman Syahrial : Perawat Ruang Inap

Ratna Purnamasari : Narator

Fase-fase komunikasi terapeutik:

1. Tahap persiapan ( Prainteraksi )

Tahap persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi


dengan klien (Christina. dkk. 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga
mencari informasi tentang klien. Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat
untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya
bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien ( Suryani, 2005 ).

2. Tahap perkenalan ( Orientasi )

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kalin bertemu atau
kontak dengan klien. Pada saat berkenalan perawat, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan memperkenalkan dirinya berarti
perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien
untuk membuka dirinya ( Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk
memvalidasin keakuratan data dan rencana yang telah di buat dengan keadaan klien
saat ini, serta mengevaluasi tindakan yang lalu.

Perawat (Risman) : Assalamu’alaikum bapak

Pasien (Hari) : Wa’alaikum salam,,

Perawat (Risman) : Perkenalkan saya perawat Risman

Perawat (Ai R) : Dan saya suster Ai Rohimah biasa di panggil suster Aro.

Perawat (Risman) : Baiklah bapak, kami yang akan bertugas pada shift pagi
dari jam 07.30 sampai jam 14.00. Jika bapak butuh bantuan
bapak bisa menghubungi kami,

baik bapak sekarang rekan saya suster Aro akan


memeriksa luka dan mengganti perban pada kaki bapak.
Silakan suster Aro.

Perawat (Ai R) : Baik bapak bagaimana keadaan hari ini?

Pasien (Hari) : Sudah agak mendingan sus.

Perawat(Ai R) : Saya akan memeriksa luka dan mengganti perban bapak.

Pasien(Hari) : Iya sus.

Suster (Ai R) : Apakah bapak sudah siap?

Pasien(Hari) : Sudah sus.

Suster (Ai R) : Sebelum saya mulai apakah ada pertanyaan bapak?

Pasien (Hari) : Tidak ada sus.


3. Tahap kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunkasi terapeutik.
Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah
yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam
mendorong klien mengungkap perasaan dan fikirannya. Perawat juga dituntut
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan
dalam respon verbal maupun nonverbal klien.

Perawat (Ai R) : Bisa kita mulai ya bapak?

Pasien (Hari) : Iya sus, Pelan-pelan ya.

Perawat (Ai R) : Baik bapak, bisa diangkat sedikit kakinya pak pelan-pelan
saja jangan di paksa bapak

Pasien (Hari) : Sedikit sakit sus.

Perawat (Ai R) : Bisa saya bantu bapak? Atur nafas nya dulu bapak dan mari
pak angkat pelan-pelan saja kaki bapak.

Pasien (Hari) : iya sus.

Perawat (Ai R) : Baik bapak sedikt tahan iya bapak saya akan membuka dan
mengganti perbannya.

Pasien (Hari) : iya sus.

Perawat (Ai R) : bismillahirrohmanirrohim..

Pasien (Hari) : sakit..

Perawat (Ai R) : Ditahan sedikit bapak.


4. Tahap terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini di bagi
menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam
Suryani, 2005).

a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuam perawat dan klien,
setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu lagi pada waktu yang telah
ditentukan.

b. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan.

Perawat (Risman) : Alhamdulillah akhirnya selesai juga bapak.

Pasien (Hari) : Alhamdulillah

Perawat (Risman) : Baik bapak tugas kami sudah selesai, ada yang ingin bapak
tanyakan kepada saya silahkan bapak.

Pasien (Hari) : saya bilang ingin rasa nya nanti sore mandi karena
sudah seharian gak mandi sus.

Perawat (Risman) : Untuk sementara waktu ini bapak Hari belum bisa dengan
kondisi seperti ini untuk mandi karena luka dan praktur pada
kaki bapak Hari masih basah belum terlalu kering. Nanti jika
sudah mengering bapak Hari boleh untuk mandi, untuk
sementara ini cukup di seka/lap saja ya pak.

Pasien (Hari) : Baik, terimakasih atas informasinya.

Perawat (Risman) :Iya sama-sama bapak. Baik bapak tugas kami sudah
selesai,apa bila bapak membutuhkan sesuatu bapak bisa
menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang
berwana hijau tepat di atas kepala
bapak. Wassalamualaikum bapak.

Pasien (Hari) : Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain.
2. Komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang direncanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan pasien.
3. Model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada klien
dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model komunikasi
kesehatan.
4. Dibutuhkan ketrampilan dalam berkomunikasi dengan dewasa karena
Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu dan pengetahuan
tertentu sehingga kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk
merubah tingkah lakunya dengan cepat.

B. Saran
Saat berkomunikasi dengan dewasa, perawat sebaiknya lebih pandai untuk
menggali perasaan klien karena klien dewasa cenderung menutup-nutupi
masalah yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2007. Komunikasi Dewasa.


http://arifolution.multiply.com/journal/item/50/Komunikasi_Dewasa?&show
_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Devita. I. 2008. Batas Usia Dewasa. http://irmadevita.com/2008/batas-usia-dewasa.


Diunduh tanggal 20 April 2012.
Gaskins. J.P. 2010. Komunikasik Keperawatan pada Tingkat Usia Dewasa.
http://jrpatrickgaskins.blogspot.com/2010/09/komunikasi-keperawatan-pada-
tingkat.html. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Iveh. 2009. Komunikasi pada Klien Dewasa.


http://iveh91.blogspot.com/2009/11/komunikasi-pada-klien-dewasa.html.
Diunduh tanggal 20 April 2012.

Joesafira. 2010. Tahap Perkembangan pada Usia Dewasa.


http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/tahap-perkembangan-pada-usia-
dewasa.html. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Musliha dan Siti Fatmawati. 2010. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Puspitasari. A.S. 2010. Komunikasi Keperawatan pada Klien Dewasa.


http://catatancalonperawat.blogspot.com/2010/11/komunikasi-keperawatan-
pada-klien.html. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Santoso, Nugroho Iman. 1989. Hubungan Antara Perawat dan Pasient. Jakarta:
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai