PADA DEWASA
Dianjukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN”
Disusun Oleh :
Ai Rohimah (08180100112)
Hari Taopikurohman (08180100115)
Ratna Purnamasari (08180100109)
Risman Syahrial (0818010111)
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas selesainya
makalah yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA DEWASA” dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan
baik moril maupun materil.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi
2. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
5. Untuk mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik
6. Untuk mengetahui sikap komunikasi terapeutik
7. Untuk mengetahui bentuk komunikasi terapeutik
8. Untuk mengetahui hambatan komunikasi terapeutik
9. Untuk mengetahui pengertian dewasa
10. Untuk mengetahui komunikasi dengan dewasa
11. Untuk mengetahui materi komunikasi pada dewasa
12. Untuk mengetahui suasana komunikasi pada dewasa
13. Untuk mengetahui model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada
dewasa
C. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian komunikasi
2. Dapat mengetahui komunikasi terapeutik
3. Dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
4. Dapat mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
5. Dapat mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik
6. Dapat mengetahui sikap komunikasi terapeutik
7. Dapat mengetahui bentuk komunikasi terapeutik
8. Dapat mengetahui hambatan komunikasi terapeutik
9. Dapat mengetahui pengertian dewasa
10. Dapat mengetahui komunikasi dengan dewasa
11. Dapat mengetahui materi komunikasi pada dewasa
12. Dapat mengetahui suasana komunikasi pada dewasa
13. Dapat mengetahui model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada
dewasa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu hubungan atau kegiatan kegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai saling tukar menukar
pendapat serta dapat diartikan hubungan kontar antara manusia baik individu
maupun kelompok
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus
menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan,
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan
optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar
manusia.
B. Komunikasi terapeutik
Pengertian Komunikasi Terapeutik Istilah komunikasi berasal dari bahasa
inggris yaitu “Communication”. Kata communucation itu sendiri berasal dari
kata latin “communication” yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide,
dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya (Suryani, 2005). Terapeutik merupakan kata sifat yang
dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam intan, 2005).
Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah
komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuahan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi profesional bagi perawat.
I. Pengertian dewasa
Istilah Adult berasal dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi
dewasa. Terdapat berbedaan budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang
menganggap 21 tahun namun secara hukum orang telah dapat bertanggung
jawab akan perbuatannya di usia 18 tahun. Sehingga usia ini orang dianggap
telah syah menjadi dewasa di mata hukum. Masa dewasa dini dimulai usia 18
sampai 40 tahunan, saat perubahan fisik dan psikologis menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif (Elizabeth B. Hurlock).
Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang
memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada
keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa.Hukum
membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas masyarakat
menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang
belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada
anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan
fisik dan psikisnya memerlukan bimbingan khusus.
Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili
oleh orang yang telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah
kedewasaan ia harus dibimbing.
1. Menurut konsep Hukum Perdata
Pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan
pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas).
Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk
pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan
untuk pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun
penuh (pasal 421 dan 426 KUHPerdata).
Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan
mengajukan permohonan kepada Presiden RI dilampiri dengan akta
kelahiran atau surat bukti lainnya. Presiden setelah mendengar
pertimbangan Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat
hukum adanya pernyataan pendewasaan penuh ialah status hukum yang
bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa. Tetapi bila ingin
melangsungkan perkawinan ijin orang tua tetap diperlukan. Untuk
pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dilampiri
akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan setelah mendengar
keterangan orang tua atau wali yang bersangkutan, memberikan ketetapan
pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum tertentu saja sesuai
dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan mengurus dan menjalankan
perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa
terbatas ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum
orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan hukum tertentu.
Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21
tahun dan belum pernah kawin. Apabila mereka yang kawin belum
berumur 21 tahun itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam keadaan
belum dewasa. Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi
dewasa dan kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan
putus sebelum yang kawin itu mencapai umur 21 tahun (pasal 330
KUHPerdata). Hukum perdata memberikan pengecualian-pengecualian
tentang usia belum dewasa yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang yang
belum dewasa, melalui pernyataan dewasa, dapat diberikan wewenang
tertentu yang hanya melekat pada orang dewasa. Seorang yang belum
dewasa dan telah berumur 18 tahun kini atas permohonan, dapat
dinyatakan dewasa harus tidak bertentangan dengan kehendak orang tua.
Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa dianggap
mampu berbuat karena memiliki daya yuridis atas kehendaknya sehingga
dapat pula menentukan keadaan hukum bagi dirinya sendiri. Undang-
undang menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat
memperhitungkan luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam
suatu perbuatan hukum, misalnya membuat perjanjian, membuat surat
wasiat. Bila hakim berpendapat bila seseorang dinyatakan dewasa maka ia
harus menentukan secara tegas wewenang apa saja yang diberikan itu.
Setelah memperoleh pernyataan itu, seorang yang belum dewasa,
sehubungan dengan wewenang yang diberikan, dapat bertindak sebagai
pihak dalam acara perdata dengan domisilinya. Bila ia menyalahgunakan
wewenang yang diberikan maka atas permintaan orang tua atau wali,
pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim.
2. Menurut konsep Hukum Pidana
Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang
disebut umur dewasa apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur
21 tahun, akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah. Hukum pidana
anak dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum berumur 18
tahun, yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17
tahun dan telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan
belum cukup umur menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang
belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin sebelumnya. Bila
sebelum umur 21 tahun perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi
"belum cukup umur".
3. Menurut konsep Hukum Adat
Hukum adat tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa. Dalam
hukum adat tidak dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum adat
mengenal secara isidental saja apakah seseorang itu, berhubung umur dan
perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak cakap, mampu
atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan
hukum tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan
memelihara kepentingannya sendiri dalam perbuatan hukum yang
dihadapinya itu.
Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan memelihara
kepentingannya sendiri. cakap artinya, mampu memperhitungkan dan
memelihara kepentingannya sendiri. Apabila kedewasaan itu dihubungkan
dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa apabila
seorang pria dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka
dinyatakan dewasa, walaupun umur mereka itu baru 15 tahun. sebaliknya
apabila mereka dikawinkan tidak dapat menghasilkan anak karena belum
mampu berseksual, mereka dikatakan belum dewasa.
STUDI KASUS
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kalin bertemu atau
kontak dengan klien. Pada saat berkenalan perawat, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan memperkenalkan dirinya berarti
perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien
untuk membuka dirinya ( Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk
memvalidasin keakuratan data dan rencana yang telah di buat dengan keadaan klien
saat ini, serta mengevaluasi tindakan yang lalu.
Perawat (Ai R) : Dan saya suster Ai Rohimah biasa di panggil suster Aro.
Perawat (Risman) : Baiklah bapak, kami yang akan bertugas pada shift pagi
dari jam 07.30 sampai jam 14.00. Jika bapak butuh bantuan
bapak bisa menghubungi kami,
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunkasi terapeutik.
Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah
yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam
mendorong klien mengungkap perasaan dan fikirannya. Perawat juga dituntut
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan
dalam respon verbal maupun nonverbal klien.
Perawat (Ai R) : Baik bapak, bisa diangkat sedikit kakinya pak pelan-pelan
saja jangan di paksa bapak
Perawat (Ai R) : Bisa saya bantu bapak? Atur nafas nya dulu bapak dan mari
pak angkat pelan-pelan saja kaki bapak.
Perawat (Ai R) : Baik bapak sedikt tahan iya bapak saya akan membuka dan
mengganti perbannya.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini di bagi
menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam
Suryani, 2005).
a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuam perawat dan klien,
setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu lagi pada waktu yang telah
ditentukan.
Perawat (Risman) : Baik bapak tugas kami sudah selesai, ada yang ingin bapak
tanyakan kepada saya silahkan bapak.
Pasien (Hari) : saya bilang ingin rasa nya nanti sore mandi karena
sudah seharian gak mandi sus.
Perawat (Risman) : Untuk sementara waktu ini bapak Hari belum bisa dengan
kondisi seperti ini untuk mandi karena luka dan praktur pada
kaki bapak Hari masih basah belum terlalu kering. Nanti jika
sudah mengering bapak Hari boleh untuk mandi, untuk
sementara ini cukup di seka/lap saja ya pak.
Perawat (Risman) :Iya sama-sama bapak. Baik bapak tugas kami sudah
selesai,apa bila bapak membutuhkan sesuatu bapak bisa
menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang
berwana hijau tepat di atas kepala
bapak. Wassalamualaikum bapak.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain.
2. Komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang direncanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan pasien.
3. Model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada klien
dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model komunikasi
kesehatan.
4. Dibutuhkan ketrampilan dalam berkomunikasi dengan dewasa karena
Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu dan pengetahuan
tertentu sehingga kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk
merubah tingkah lakunya dengan cepat.
B. Saran
Saat berkomunikasi dengan dewasa, perawat sebaiknya lebih pandai untuk
menggali perasaan klien karena klien dewasa cenderung menutup-nutupi
masalah yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Nugroho Iman. 1989. Hubungan Antara Perawat dan Pasient. Jakarta:
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.