Gatal 1 PDF
Gatal 1 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami menghasilkan janin yang tumbuh di dalam
rahim ibu (Depkes RI, 1995). Kehamilan merupakan pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan (Manuaba, 1998). Masa kehamilan di mulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional terhitung
mulai dari terakhir haid (Sarwono, 2010).
4
5
2.2 Pruritus
2.2.1 Definisi Pruritus
Pruritus dapat didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang
menimbulkan keinginan untuk menggaruk (Djajakusumah, 2011).
terlebih lagi pada serabut saraf C mekanoinsensitif yang hanya 0,5m/detik. Hal ini
menjelaskan mengapa seseorang dapat merasakan rasa gatal beberapa saat setelah
stimulus terjadi. Bandingkan saat tangan kita terkena benda panas.
Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi.
Serabut saraf C tersebut kemudian menghantarkan impuls sepanjang serabut saraf
sensoris. Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis susunan saraf tulang
belakang. Hasil dari impuls tersebut adalah akson refleks mengeluarkan transmiter
yang menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, Calcitonin Gene-Related
Peptide, neurokinin A, dan lain-lain). Setelah impuls melalui pemrosesan di
korteks serebri, maka akan timbul suatu perasaan gatal dan tidak enak yang
menyebabkan hasrat untuk menggaruk bagian tertentu tubuh.
Gatal dapat timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya
tidak terangsang. Tidak mungkin pada penghantaran sinyal, terdapat dua reseptor
sekaligus yang terangsang oleh satu stimulus. Saat pruriseptor terangsang,
seseorang akan mulai merasakan sensasi gatal sehingga timbul hasrat untuk
menggaruk. Saat menggaruk, polimodal nosiseptor akan terangsang sehingga
pruritoseptor akan berhenti terangsang. Hal ini memberikan penjelasan mengapa
ketika seseorang menggaruk tubuhnya yang gatal, maka rasa gatal akan
menghilang. Setelah garukan dihentikan, yang artinya polimodal nosiseptor
berhenti terangsang, pruritoseptor sangat mungkin untuk kembali terangsang
sehingga gatal akan timbul kembali.
Polimodal nosiseptor juga dapat menimbulkan gatal, misalnya pada baju
baru yang labelnya kasar akan menimbulkan sensasi gatal. Stimulus pada serabut
saraf C melalui ganglion dorsal dan menyilang pada saraf tulang belakang ke sisi
kontralateral dan masuk ke jalur spinotalamikus lateral menuju thalamus dan
akhirnya mencapai korteks serebri sensori (Freddberg, et al. 2003).
7
Dikutip dari: Rudolph, C.M., et al., 2006. J Am Acad Dermatol. Dalam: Afshar,
Y. dan Esakoff, T.F. 2014. Dermatoses of Pregnancy:45.
1) Pemphigoid gestationis
Pemphigoid gestationis atau yang biasa dikenal sebagai herpes gestasional
merupakan suatu penyakit autoimun yang jarang. Insidennya diperkirakan 1
diantara 50.000 sampai 60.000 kehamilan dan penyakit ini berhubungan dengan
haplotypes Human Leukocyte Antigen DR3 dan DR4. Faktor risiko meningkat
pada penderita Grave’s disease.
8
pruritus dalam kehamilan. Begitu juga pada renal impairment dan kekurangan zat
besi (Hollingworth, 2008).
b. Vulval itch
Vulval itch dapat disebabkan oleh infeksi Candida. Perubahan hormonal
pada kehamilan menyebabkan terjadinya kolonisasi Candida. Selama kehamilan,
level hormon progesteron dan estrogen mengalami kenaikan. Progesteron
memiliki efek menekan neutrofil sebagai aktifitas anti-Candida, sedangkan
estrogen menurunkan kemampuan sel epitel vagina untuk menghambat
pertumbuhan Candida albican, juga menghambat imunoglobin untuk
menghasilkan sekresi vagina (Aslam, et al. 2008).
c. Skabies
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh S. Scabiei. Gejala khas
pada penderita skabies adalah pruritus. Pruritus yang dirasakan biasanya semakin
parah pada malam hari. Hal ini dikarenakan penimbunan telur pada epidermis
kulit. Pruritus biasanya disertai dengan lesi kecil berupa papul, eritem dan
11
d. Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi vaskular lapisan dermis bagian atas yang ditandai
dengan gambaran sementara bercak yang agak menonjol dan lebih merah atau
lebih pucat dari pada kulit sekitarnya dan seringkali disertai dengan rasa gatal
yang hebat (Dorland, 2011). Urtikaria sering terjadi pada populasi, sekitar 25%.
Histamin merupakan mediator utama penyebab terjadinya urtikaria meskipun
imunohistokimia lainnya juga ikut berperan penting dalam terjadinya kasus kronis
(Reamy, 2011).
e. Psoriasis
Sekitar 80% pasien psoriasis dilaporkan mengalami siklus pruritus,
dimana pruritus yang terjadi semakin parah pada malam hari sehingga
mengganggu tidur. Pruritus biasanya dirasakan menyeluruh dan tidak dibatasi
oleh bagian plak psoriasis (Reamy, 2011)
Patogenesis terjadinya pruritus pada psoriasis masih belum diketahui.
Teori yang paling sering didiskusikan adalah inervasi yang terganggu dan
ketidakseimbangan neuropati pada kulit penderita psoriasis. Hal lain yang
merupakan penyebab pruritus adalah peningkatan interleukin 2 atau abnormalitas
vaskularisasi. Data terakhir dikatakan bahwa pruritus bisa dirangsang oleh sistem
opioid, prostanoid, interleukin 31, serotonin ataupun protease (Reich dan
Szepietowski, 2007).
f. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah ruam yang disebabkan oleh sentuhan langsung
kulit pada suatu alergen atau iritan. Dermatitis kontak merupakan masalah kulit
tersering pada populasi dengan prevalensi sekitar 30%. Gejala khas pada
dermatitis kontak adalah rasa gatal yang sangat hebat (Reamy, 2011)
12
h. Liken Planus
Liken planus adalah kondisi inflamasi pada mukokutaneus. Gejala khas
pada liken planus adalah 6P yaitu pruritus, poligonal, planar (flat-topped), papul
berwarna ungu, dan plak. Pruritus yang dirasakan pada liken planus cukup
mengganggu, biasanya pruritus dikaitkan dengan atopik dermatitis (Katta, 2000)
i. Atopik Ekzema
Atopik ekzema atau yang sering disebut dengan dermatitis atopik adalah
penyakit kronis dengan inflamasi yang disertai pruritus. Patogenesis atopik
ekzema sebenarnya belum diketahui tetapi kelainan pada kulit ini adalah hasil dari
defek fungsi pertahanan kulit, abnormalitas imun dan agen infeksi serta
lingkungan. Defek fungsi pertahanan kulit dikaitkan dengan flaggrin gene dan
defisiensi molekul lemak (ceramide). Defek ini mengakibatkan kulit kehilangan
air secara transepidermal. Abnormalitas imun berkontribusi dalam peningkatan
infeksi virus dan bakteri. Faktor ini menyebabkan aktifnya sel T pada kulit. Sel T
yang aktif melepaskan kemokin dan sitokin proinflamasi (interleukin 4,5 dan
Tumor Necrosis Factor) sehingga Ig E diproduksi. Produksi Ig E menyebabkan
pruritus dan inflamasi pada kulit (Watson dan Kapur, 2011).
j. Pitiriasis Rosea
Pitiriasis rosea adalah penyakit kulit yang ditandai oleh makula
berbentuk oval, berwarna merah muda, dan bersisik, yang tersusun dengan sumbu
13
panjang sejajar dengan garis lipatan kulit (Dorland, 2011). Penyebab Pitiriasis
rosea belum diketahui secara pasti. Tidak ada gejala yang spesifik tetapi salah satu
gejala yang khas adalah pruritus. Pruritus yang dirasakan bisa bervariasi tetapi
25% pasien mengeluhkan pruritus ringan sampai berat (Stulberg dan Wolfrey,
2004)
l. Dermatofitosis
Infeksi Dermatofita dapat menyebabkan pruritus lokal dan ruam yang
ditandai dengan central-healing. Tinea pedis (athlete’s foot) biasanya terjadi
diantara jari-jari kaki yang kering. Infeksi Tinea juga bisa terjadi di beberapa
bagian tubuh, termasuk tungkai tubuh, selangkangan dan kulit kepala (Reamy,
2011).