Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Regulasi dalam pengelolaan limbah B3 sangat dan mutlak diperlukan karena


permasalahan pencemaran lingkungan akibat limbah B3 merupakan permasalahan global dan
dapat berdampak luas. Saat ini kegiatan pengelolaan limbah B3 tampaknya telah menjadi suatu
peluang bisnis yang menjanjikan sehingga banyak pihak yang ingin ikut serta di dalamnya.
Sayangnya masih terdapat segelintir pihak yang tidak bertanggung jawab dan hanya memikirkan
keuntungan materi semata, di mana kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukannya justru
menimbulkan pencemaran lebih lanjut.
Pencemaran lingkungan dalam bentuk pembuangan sisa hasil industri saat ini benar-
benar menuntut perhatian banyak pihak baik pemerintah, pelaku dunia usaha, dan masyarakat.
Pembuangan limbah industri merupakan satu masalah yang perlu ditanggulangi dengan tepat dan
cepat, terutama bila limbah yang mengandung senyawa kimia tertentu sebagai bahan berbahaya
dan beracun.
Kasus pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dibuang ke
lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Intensitas atau
perbandingan antara limbah bahan berbahaya yang ditimbulkan dengan unit hasil industri secara
mencolok juga meningkat, terutama di daerah industrialisasi yang berkembang dengan cepat
seperti negara-negara ASEAN. Pelepasan bahan berbahaya pada tahun 1990-an di Indonesia,
Filipina, Malaysia dan Thailand diperkirakan telah meningkat menjadi sekitar 4,8 dan 10 kali lipat.
Melihat banyaknya hasil limbah B3 di industri yang cukup besar dapat berdampak negatif
bagi lingkungan sehingga untuk menghindari terjadinya dampak akibat limbah B3 diperlukan
suatu sistem pengelolaan yang terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam Peraturan Pemerintah
No. 101 tahun 2014 tentang Pengolahan Bahan Berbahaya dan Beracun, menjelaskan bahwa
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dari reduksi, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan B3. Pengolahan ini
bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup,
kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan menurut Peraturan Kepala pengendalian
dampak Lingkungan No 1 Tahun 1995. Segala jenis pengelolah Limbah B3 harsu terdukomen.
Dan menurut Peraturan Enviromental Quality Act (EQA) Scheduled 2005 Tentang
Pengelolahan Bahan Berbahaya dan Beracun menjelaskan bahwa Pengelolaan limbah B3 adalah
rangkaian kegiatan yang dimulai dari reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan B3. Pengolahan ini bertujuan untuk mencegah dan
atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk
hidup lainnya.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari perbandingan regulasi pengelolalan limbah B3, Untuk membandingkan kekurangan
dan kelebihan di Malayasi dan Indonesia

Tujuan
1. Mengetahui pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang diterapkan oleh di
Indonesia dan Di Malyasia
2. Untuk mengetahun kelebihan dan kekurangan dari regulasi pengelolalan limbah B3 yang ada
di Malaysia maupun di Indonesia.
BAB II
LIMBAH B3 DI MALAYSIA
BAB III
PERBANDINGAN REGULASI PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI MALAYSIA DAN DI INDONESIA

Regulasi Limbah B3 di Malaysia Regulasi Limbah B3 di Indonesia


1.Sumber limbah B3
Terbagi dalam 2 kategori Terbagi dalam 2 kategori
2. Kewajiban dari penghasil limbah B3
Setiap penghasil limbah B3 harus Setiap orang yang menghasilkan limbah B3
memastikan limbah yang dihasilkan dikemas wajib melakukan pengelolaan terhadap
dengan baik, diolah secara on-site atau limbah B3 yang dihasilkannya
dikirim ke tempat pengholahan lain (pihak
ketiga), serta membuang dan melakukan
recovery terhadap limbah B3 yang dihasilkan.
3. Pelaporan limbah B3
Setiap penghasil limbah B3 wajib melaporkan Tidak ada peraturan mengenai kewajiban
limbah B3 yang ditimbulkannya (karakteristik pelaporan terkait limbah B3 yang diproduksi1)
dan kuantitas) kepada Direktorat Jendral EQA
dalam jangka waktu 30 hari.
4. Disposal Limbah B3
Limbah B3 hanya boleh dibuang ke TPA-TPA Dumping limbah B3 boleh dilakukan ke media
yang telah ditentukan setelah dilakukan lingkungan jika sudah memiliki izin dari
pengolahan ke bentuk yang lebih tidak Menteri dan setelah melewati proses
berbahaya. netralisasi terlebih dahulu
5. Pengolahan limbah B3

6. Pengurangan timbulan limbah B3


Setiap penghasil limbah B3 wajib melakukan
perurangan limbah B3 yang dapat dilakukan
dengan cara:
a. Substitusi bahan
b. Modifikasi proses
c. Penggunaan teknologi ramah
lingkungan
7. Penyimpanan Limbah B3
Limbah B3 harus disimpan dalam wadah Kemasan (drum, tong, atau bak container)
(kontainer) yang sesuai dengan jenis yang digunakan harus :
limbahnya, tahan lama, dan mampu a. Dalam kondisi baik, tidak bocor,
mencegah kebocaran limbah ke lingkungan. berkarat, atau rusak.
b. Terbuat dari bahan yang cocok
dengan karakteristik limbah B3 yang
akan disimpan.
c. Mampu mengamankan limbah yang
disimpannya.
d. Memiliki penutup yang kuat.

(Kepka Bapedal No. 01 Tahun 1995)


Limbah dengan karakteristik yang berbeda Limbah B3 yang disimpan dalam satu
harus disimpan didalam kontainer yang kemasan adalah limbah yang sama atau yang
berbeda dan ditempatkan di area memiliki karakteristik yang sama.
penyimpanan yang terpisah
(Kepka Bapedal No. 01 Tahun 1995)
Kontainer yang berisi limbah B3 haru tetap Kontainer yang berisi limbah B3 haru tetap
tertutup rapat selama penyimpanan kecuali tertutup rapat selama penyimpanan kecuali
jika akan dilakukan penambahan limbah atau jika akan dilakukan penambahan limbah atau
pengosongan kontainer. pengosongan kontainer.

(Kepka Bapedal No. 01 Tahun 1995)


Waktu penyimpanan limbah B3 yang Waktu penyimpanan limbah yang
diperkenankan adalah selama 180 hari atau diperkenankan:
kurang. Kuantitas akumulasi tidak boleh a. 90 hari untuk limbah B3 yang
mencapai 20 ton. dihasilkan sebesar 50kg/hari atau
lebih.
b. 180 hari untuk limbah B3 kategori 1
yang dihasilkan sebesar kurang dari
50kg/hari .
c. 365 hari untuk limbah B3 kategori 2
dari sumber spesifik umum yang
dihasilkan kurang dari 50kg/hari.
d. 365 hari untuk limbah kategori 2 dari
sumber spesifik khusus.
(PP No. 101 Tahun 2014)
8. Pelabelan
BAB IV
ANALISA
BAB V
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai