Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah (NPB) / Low Back Pain (LBP) adalah gejala yang

paling sering timbul di masyarakat kita. Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk

dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri pungung bawah

selama hidupnya (lifetime prevalence) tanpa mengenal perbedaan umur dan

jenis kelamin. Nyeri dapat bervariasi dari berat dan berlangsung lama sampai

sedang dan sebentar. Ini akan membaik dalam beberapa minggu bagi kebanyakan

orang.

Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) PERDOSSI (Persatuan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah

sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa kejadian NPB meliput

18,37% dari seluruh kasus nyeri yang ditangani.

Penelitian mengemukakan bahwa LBP adalah konsekuensi logis dari

perkembangan manusia dari kuadripedal menjadi bidpedal sehingga walaupun

etiologi LBP dapat bervariasi dari yang paling ringan misalnya kelemahan otot

sampai yang paling berat misalnya tumor ganas tetapi sebagian besar LBP dalam

masyarakat adalah akibat adanya faktor mekanik yang tidak menguntungkan

tulang punggung bagian bawah dalam fungsinya untuk menjaga posisi tegak

tubuh maupun selama pergerakan tubuh.

Anamnesa dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting untuk bisa

mengetahui penyebab dari terjadinya nyeri punggung bawah ini seperti, riwayat

trauma, demam, riwayat kanker, penggunaan steroid yang lama, dan lain-lain.

1
Banyak klasifikasi LBP yang dapat ditemukan dalam literatur namun tidak ada

yang benar-benar memuaskan. Sangat beragamnya klasifikasi ini menunjukkan

betapa banyaknya penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan LBP.

Salah satu penyebab timbulnya keluhan nyeri punggung bawah adalah

Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Nyeri punggung bawah pada HNP dapat berupa

nyeri tumpul maupun tajam, selain memberikan keluhan klinis berupa nyeri

punggung bawah, HNP juga dapat bermanifestasi menjadi keluhan kram otot,

kelemahan kaki, hilangnya fungsi kaki, hilangnya control bladder dan bowel.

Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling

sering (90%) mengenai diskus intervertebratalis lumbal (L) 5-sacrum (S) 1 atau

L4-L5. Biasanya LBP oleh karena HNP lumbalis akan membaik kira-kira dalam

waktu 6 minggu. HNP paling sering terjadi pada pria dewasa dan pada individu

dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat beban berat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sakit pinggang atau biasa dikenal dengan sebutan “low back pain” (LBP)

merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gejala utama berupa rasa nyeri

atau perasaan lain yang tidak enak yang terjadi di daerah punggung bagian bawah

dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar, umumnya

merupakan masalah yang terjadi karena gangguan pada otot bagian belakang.

Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga seringkali pasien mengalami

kesulitan dalam setiap pergerakan dan pasien harus beristirahat. LBP termasuk

salah satu gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari

mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau

tidak enak pada daerah lumboskaral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh

berbagai sebab, kadang-kadang disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai

dan kaki. Nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada pekerja yang sehari-

harinya melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan, mendorong atau menarik

benda berat.

HNP adalah suatu keadaan dimana keluarnya sebagian atau seluruh bagian

dari nukleus pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi anulus

fibrosus korpus intervetebral dan menekan radiks spinalis sehingga menimbulkan

gangguan. Degenerasi diskus dan herniasi diskus intervetebra merupakan kelainan

yang sering dijumpai pada orang dewasa. Diskus intervetebra bertugas rangkap,

3
yaitu untuk artikulasi (memberikan fleksibilitas kepada tulang belakang dan

sebagai peredam kejut (shock absorber).

Diskus intervetebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :

1. Anulus Fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis :

 Lapisan terluar terdiri dari lamelafibro kolagen yang berjalan menyilang

konsentris mengelilingi nukleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan

menyerupai gulungan per (coiled spring).

 Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibrokartilagenus.

 Daerah Transisi.

2. Nukleus pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglican

(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan

mempunyai sifat sangat higroskopis. Nukleus pulposus berfungsi sebagai

bantalan dan berperan menahan tekanan/beban.

Pada diskus yang sehat, bila mendapat tekanan maka nukleus pulposus

menyalurkan gaya tekan ke segala arah dengan sama besar. Penurunan kadar

air nukleus mengurangi fungsinya sebagai bantalan, sehingga bila ada gaya

tekan maka akan disalurkan ke anulus secara asimetris aksibatnya bisa terjadi

cedera atau robekan pada anulus.

2.2 Etiologi

Low back pain (LBP) dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Proses Degeneratif

Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, spondilolistesis, HNP, stenosis

spinalis, osteoartritis. Perubahan degeneratif pada vertebrate lumbosakralis dapat

4
terjadi pada korpus vertebrae berikut arkus dan prosessus artikularis serta

ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan

yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman, tapi kini

dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang annulus

fibrosis diskus intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio

diskus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus

(HNP). Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ini

adalah kartilago artikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.

2. Penyakit Inflamasi

LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu arthritis rematoid yang sering timbul

sebagai penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena

secara serentak atau selisih beberapa hari/minggu, dan yang kedua adalah pada

spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung dan sakit pinggang

yang sifatnya pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan ngilu

dirasakan.

3. Osteoporotik

Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita,

seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.

4. Kelainan Kongenital

Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari

vertebrae lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun tidak

selamanya benar. Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus

vertebrae lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung arti

5
patologik. Demikian pula pada sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus

vertebrae lumbalis.

5. Gangguan Sirkulatorik

Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan

dapat menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain adalah

trombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena mudah

didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat

menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi.

6. Tumor

Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,

osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas yang

primer seperti myeloma multipel maupun sekunder seperti macam-macam

metastasis.

7. Toksik

Keracunan logam berat, misalnya radium.

8. Infeksi

Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus) dan

kronik contohnya pada spondilitis tuberculosis (penyakit Pott), jamur,

osteomielitis kronik.

9. Problem Psikoneurotik

Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP yang tidak

mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-

batas anatomis.

6
Etiologi dari HNP sendiri adalah:

 Degenerasi diskus intervertebralis.

 Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi.

 Trauma berat atau terjatuh.

 Mengangkat atau menarik benda berat.

Fakto resiko:

1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan

riwayat trauma sebelumnya

2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah

raga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok,

berat badan berlebih, batuk lama dan berulang.

2.3 PATOFISIOLOGI

HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat langkah

terjadinya HNP adalah:

1) Degenerasi discus: perubahan kimia yang terkait dengan usia menyebabkan

discus menjadi lemah.

2) Prolapse: bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang ditunjukkan

dengan adanya penonjolan ke spinal canal. Hal ini sering pula disebut dengan

bulge atau protrusion.

3) Extrusion: nucleus pulposus keluar melalui robekan dari annulus fibrosus.

4) Sequestration atau Sequestered Disc: nukleus pulposus keluar dari annulus

fibrosus dan menempati sisi luar dari discus yaitu pada spinal canal.

7
Gambar 1. 4 langkah terjadinya HNP

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP:

1. Aliran darah ke discus berkurang

2. Beban berat

3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit.

Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan

nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang

berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung

reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis,

termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai

mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri

merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses

penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang

selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri

8
inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri

neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.

Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya

nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri

dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf

misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut

saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi

saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya

mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal

ini merupakan dasar pemeriksaan laseque.

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-

masing seperti beberapa contoh dibawah ini :

1. LBP akibat sikap yang salah

Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan

tidak enak namun lokasi tidak jelas. Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot

paraspinal agak spastik di daerah lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian

lumbal masih sempurna, walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat

menimbulkan perasaan tidak enak. Lordosis yang menonjol. Tidak ditemukan

gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon. Foto rontgen

lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.

2. Pada Herniasi Diskus Lumbal

9
Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa

tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.

Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau

bersin. Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai

yang sakit difleksikan. Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata

yang menyebabkan nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak

secara penuh. Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.

3. LBP pada Spondilosis

Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi

diskus, walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis. Dapat muncul

distesia tanpa nyeri pada daerah istribusi radiks yang terkena. Dapat disertai

kelumpuhan otot dan gangguan reflex. Terjadi pembentukan osteofit pada bagian

sentral dari korpus vertebra yang menekan medula spinalis. Kauda ekuina dapat

terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal lumbal.

4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis

Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat

malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol. Pada lokasi

infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang bila istirahat. Gejala

dan tanda kompresi radiks atau medulla spinalis terjadi pada 20% kasus (akibat

abses dingin) Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra

dan kifosis) Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti

paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia

dan refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok

10
tulang vertebra. Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang

muncul terutama gangguan motorik.

5. LBP pada Spondilitis Ankilopoetika

Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun. Tidak hilang dengan istirahat dan

tidak diperberat oleh gerakan. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan

gerakan di sendi sakrolumbal dan seluruh tulang belakang lumbal. Laju endap

darah meninggi. Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa.

LBP Pada HNP

Manifestasi klinis yang timbul pada HNP tergantung lokasi lumbal yang

terkena. HNP dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya

pada 2 arah, yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri

pinggang, sciatica, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf

mana yang terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri

pinggang dan sindroma kauda equina. Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah

saraf terbesar dan terpanjang pada tubuh. Masing-masing hampir sebesar jari.

Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari tulang punggung bawah ,di

belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut. Di sana saraf

sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju kaki.

Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa

menyebar sepanjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5% pada

orang Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi

daerah bokong sampai kaki terjepit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa

faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang otot-otot daerah bokong, adanya

11
perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus (HNP), dan

lain sebagainya.

Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus

ischiadicus sampai ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri

dirasakan seperti ditusuk jarum,sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak.

Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga,

dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan

menekuk punggung atau duduk.

2.5 Diagnosis

Seperti lazimnya, diagnosis LBP ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pendukung seperti pemeriksaan radiologis.

a. Anamnesis

Dalam menegakkan diagnosa perlu diperhatikan hal – hal seperti derajat

nyeri, stadium penyakit, lokasi nyeri dan faktor mekanik, derajat disfungsi, faktor

resiko dan pekerjaan, ada tidaknya trauma dan hasil pemeriksaan penunjang.

Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak? Apakah nyeri diawali oleh suatu

kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari? Adakah suatu trauma? Dimana

letak nyeri? (sebaiknya penderita sendiri yang disuruh menunjukkan dimana letak

nyerinya). Ada tidak penjalaran? Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah

pada sikap tubuh tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan tertentu? Apakah

nyeri berkurang pada waktu istirahat? Adakah keluarga dengan riwayat penyakit

serupa? Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam? Ada tidak

gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido?

12
Gambaran klinis

Nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena merupakan gejala

khas. Umumnya nyeri yang timbul berhubungan dengan aktivitas. Aktivitas

membuat nyeri makin bertambah buruk dan istirahat akan dapat menguranginya.

Spasme otot dan kekakuan dalam pergerakan tulang belakang merupakan ciri

spesifik. Gejala neurologis seperti nyeri pada bokong dan otot hamstring tidak

sering terjadi kecuali jika terdapatnya bukti adanya subluksasi vertebra. Keadaan

umum pasien biasanya baik dan masalah tulang belakang umumnya tidak

berhubungan dengan penyakit atau kondisi lainnya.

b. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Pada penderita dengan low back pain biasanya ditemukan antalgic gait

(cara berjalan seperti orang yang kesakitan), berdiri tidak tegak, tidak bisa duduk

lama. Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, ada

tidak jalur spasme otot para vertebral, deformitas, kifosis, gibus.

2. Palpasi

Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada

salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi

atau adanya spasme otot para vertebra).

Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri

pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab

yang lain.

13
1. Pemeriksaan sensorik

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu

saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan

menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat

diketahui.

2. Pemeriksaan motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana

yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka

musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya.

3. Pemeriksaan refleks

Refleks tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor

neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah

yang disebabkan oleh HNP maka reflex tendon dari segmen yang terkena akan

menurun atau menghilang.

4. Tes-tes

a. Tes lasegue (straight leg raising). Tungkai difleksikan pada sendi coxae

sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri

pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada

sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.

b. Crossed lasegue. Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit

menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed

lasegue positif.

c. Tes kernig. Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi,

setelah sendi coxae 90o dicoba untuk meluruskan sendi lutut.

14
d. Patrick sign (FABERE sign). FABERE merupakan singkatan dari fleksi,

abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari

kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini

dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila

timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik

misalnya coxitis.

e. Kontra Patrick sign. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam posisi fleksi

sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke medial, bila di

sendi sakroiliaka ada kelainan, maka di situ akan terasa nyeri.

f. Bragard’s sign. Bragard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue

(LSR). Jika LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika

LSR + (nyeri) dan secara cepat dorsofleksikan pada pergelangan kaki. Jika

nyeri (+) atau bertambah maka Bragard’s sign (+).

g. Sicard’s sign. Sicard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue (LSR).

Jika LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika LSR +

(nyeri) dan secara cepat dorsofleksikan ibu jari kaki tersebut. Jika nyeri (+)

atau bertambah maka sicard’s sign (+).

h. Tes Naffziger. Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS

akan meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah,

sehingga timbul nyeri radikuler.

i. Tes Valsava. Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup

sekuatnya.

15
Dengan melakukan tes-tes ini, maka kita dapat menyingkirkan diagnosis

banding yang lain.

Postur pasien biasanya normal, bilamana subluksasio yang terjadi bersifat

ringan. Dengan subluksasi berat, terdapat gangguan bentuk postur. Pergerakan

tulang belakang berkurang karena nyeri dan terdapatnya spasme otot. Penyangga

badan kadang-kadang memberikan rasa nyeri pada pasien, dan nyeri umumnya

terletak pada bagian dimana terdapatnya pergeseran/keretakan, kadang nyeri

tampak pada beberapa segmen distal dari level/tingkat dimana lesi mulai timbul. 2

Ketika pasien diletakkan pada posisi telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan,

perasaan tidak nyaman atau nyeri dapat diidentifikasi ketika palpasi dilakukan

secara langsung diatas defek pada tulang belakang. Nyeri dan kekakuan otot

adalah hal yang sering dijumpai. Pada banyak pasien, lokalisasi nyeri disekitar

defek dapat sangat mudah diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan

meletakkan kaki mereka keatas seperti posisi fetus (fetal position). Defek dapat

diketahui pada posisi tersebut. Fleksi tulang belakang seperti itu membuat massa

otot paraspinal lebih tipis pada posisi tersebut. Pada beberapa pasien, palpasi pada

defek tersebut kadang-kadang sulit atau tidak mungkin dilakukan. Pemeriksaan

neurologis terhadap pasien dengan spondilolistesis biasanya negatif. Fungsi

berkemih dan defekasi biasanya normal, terkecuali pada pasien dengan sindrom

cauda equina yang berhubungan dengan lesi derajat tinggi.

c. Pemeriksaan Penunjang

 Darah rutin : tidak spesifik

 Urine rutin : tidak spesifik

16
 Liquor cerebrospinalis : biasanya normal. Jika terjadi blok akan

didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit

diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis.

 Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari

hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk

menentukan tingkat protrusi diskus.

 MRI tulang belakang: bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula

spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan

dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf.

 Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal

atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela

invertebrate dan pembentukan osteofit.

 EMG : untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer

 Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

2.6 Penatalaksanaan

Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri

tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP. Sering dokter menggunakan satu

pengobatan atau kombinasi beberapa jenis pengobatan dalam rencana terapi pada

pasien, dengan pemberian analgetik untuk mengontrol nyeri. Hal tersebut

bervariasi dari pemberian ibuprofen hingga acetaminofen, akan tetapi pada

beberapa kasus berat, NSAIDs digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan

inflamasi yang dapat terjadi.

17
Penanganan HNP dapat dilakukan dalam beberapa langkah penatalaksanaan

diantaranya adalah:

1. Perawatan non-farmakologis.

Rest mutlak di tempat tidur yang padat dengan posisi yang relaks, lutut

agak ditekuk dan di bawah pinggang untuk HNP lumbalis selama 2-3 minggu

tergantung keparahannya.

2. Perawatan farmakologi

 Pemberian obat analgesic

 Obat-obatan NSAID

 Obat-obatan pelemas otot (muscle relaxant)

 Penenang minor atau major bila diperlukan.

3. Pembedahan

 Discectomy : Membuang sebagian aataupun keseluruhan intervertebral

dics.

 Laminotomy : Beberapa bagian lamina dibuang untuk mengurangi

tekanan pada saraf.

 Laminectomy : Membuang keseluruhan lamina.

4. Perubahan gaya hidup

 Melakukan pekerjaan sehari-hari secara ergonomic.

 Menurunkan berat badan

Program Rehabilitasi Medik

a. Medikamentosa

18
- Analgetik

- Transquilizer

- Neuroroborantia

b. Program Rehabilitasi Medik

Fisioterapi

- Terapi panas seperti : Infra red/hot packs

Diatermi : MWD, SWD, USD

- Terapi listrik : TENS

- Traksi

Okupasi Terapi

- Latihan AKS

- Proper Body Mechanism

- Latihan dengan aktivitas

Ostetis Prostetis

- Pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Orthose). Fungsinya untuk

mengontrol postur spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut,

menghindarkan gerakan yang berbahaya bagi spinal.

Psikolog

Mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit, untuk

meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya.

Evaluasi : - Gaya hidup penderita sebelum sakit

- Respons penderita terhadap stress sehari-hari

- Respons penderita terhadap penyakit

Petugas Sosial Medik

19
Petugas yang memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi

masalah social yang mempengaruhi penderita dalam hubungan dengan

penyakit dan penyembuhan.

20
2.7 Prognosis

Kebanyakan pasien penderita HNP 80-90% akan membaik keadaannya

kepada aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat sembuh sempurna

dalam hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi sebagian kecil akan berlanjut menjadi

kronik nyeri punggung bawah walaupun telah menjalani terapi. Dan bila berlanjut

dengan adanya keluhan pada kontrol bowel dan bladder maka perlu dipikirkan

kembali untuk dilakukan tindakan bedah.

2.8 Pencegahan

Bekerja atau melakukan aktifitas dengan aman, menggunakan teknik yang

aman. Mengontrol berat badan bisa mencegah trauma punggung atau pinggang

pada beberapa orang.

21
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS

Nama : Ny. D. S

Umur : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Kristen Protestan

Suku : Wamena

Alamat : Kayu Batu

No. DM : 02 74 98

3.2 ANAMNESIS

3.2.1 Keluhan utama

Nyeri punggung bawah.

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Polik Rehabilitasi Medik dengan keluhan nyeri

punggung bawahyang menjalar hingga kedua kaki. Pasien mengaku nyeri

sangat dirasakan ketika pasien berdiri dan berjalanKeluhan ini sudah

dirasakan pasien ± 1 minggu terakhir ini dikarenakan pasien mengangkat

kayu yang berat. Riwayat kelemahan anggota gerak (-), riwayat nyeri sendi

(-), BAB/BAK baik. Pasien mengaku tahun 2015 pasien pernah mengalami

keluhan yang sama seperti ini akibat terjatuh ketika mengangkat beban yang

22
berat. Pasien juga pernah berobat ke RSCM dan didiagnosis oleh dr. Sp.S

dengan HNP L3-4, L4-5, L5-S1.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

 Hipertensi : (+)

 Jantung : Disangkal

 Kolesterol : (+)

 Asam Urat : (+)

 Diabetes Melitus : Disangkal

3.2.4 Riwayat Kebiasaan

Pasien mengaku sering mengangkat beban berat.

3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Menurut pasien tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti

pasien.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

 Status Generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit

Nadi : 72 x/menit SB : 36,5 oC

23
Kesadaran : Compos mentis

1. Kepala :

 Inspeksi :

− Bentuk : Simetris

− Kontrol kepala : Adekuat

− Rambut dan kulit kepala : Warna hitam

− Wajah : Simetris

2. Leher :

Perbesaran kelenjar getah bening (-)

3. Thoraks :

 Inspeksi : Bentuk simetris, ikut gerak nafas

 Palpasi : Tidak dilakukan

 Perkusi : Sonor

4. Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan

epigastrium (-), Hepar/Lien : Tidak teraba.

5. Ekstremitas : Akral hangat

Dekstra Sinistra
Gerakan N N
Kekuatan Otot (KO) 5/5/5/5 5/5/5/5
Tonus Otot (TO) N N
Refleks Fisiologis (RF) + (n) + (n)
Refleks Patologis (RP) - -
Sensibilitas L1 2 2
L2 2 2
L3 2 2
L4 2 2
L5 2 2
S1 2 2

 Status Lokalis Regio Lumbosakral :

24
Inspeksi : Deformitas (-), edema (-), eritema (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), spasme (+) regio L3-4 dan L4-5, kalor (-),

tumor (-),

Visual Analog Scale

0 8 10

Skor VAS : 8

Tes Provokasi :

Lasegue -/-

Bragard -/-

Sicard -/-

Patrick -/-

Kontra Patrick -/-

naffziger -

Valsava +

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini berupa

pemeriksaan MRI lumbal spine dan hasilnya :

- HNP L3-4, L4-5 yang menekan radix bilateral

- Bulging L5-S1 tanpa penekanan radix

25
Gambar 2: MRI Lumbal Spine

3.5 RESUME

Laki - laki, 52 tahun, keluhan utama nyeri punggung bawah kanan,

menjalar sampai ke kaki. Pada status lokalis regio lumbosakral didapatkan,

spasme (+) regio L3-4, L4-5, Valsava (+). Pada pemeriksaan Radiologis MRI,

ditemukan adanya HNP L3-4, L4-5 yang menekan radix bilateral, bulging L5-

S1 tanpa penekanan radix

26
3.6 DIAGNOSIS

Diagnosis klinik : Low Back Pain

Diagnosis etiologis : Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Diagnosis topis : Regio L3-4, L4-5

Diagnosis fungsional : Keterbatasan dalam melakukan AKS (sulit untuk

berdiri dan berjalan)

3.7 TERAPI

Rehabilitasi Medik

Terapi panas :

 Korset TLSO

 Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat memberikan

rasa nyaman karena dapat mempengaruhi hantaran perasaan sakit oleh

serabut aferen.

 Diatermi

 Stimulasi Listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) Dapat

digunakan pada LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri.

BAB IV

PEMBAHASAN

Low back pain merupakan suatu nyeri pada daerah punggang bawah yang

dihasilkan dari rangsangan fisik atau sikap tubuh yang buruk (poor posture), ini

merupakan suatu proses kumulatif yang menyebabkan punggung bagian bawah di

27
bawah tekanan mekanik yang berat yang menyebabkan penurunan disabilitas dan

keterbatasan gerak sendi lumbosacral.


Pada kasus ini berdasarkan anamnesa di dapatkan bahwa pasien datang

dengan keluhan utama nyeri punggung bawah dan terdapat adanya riwayat trauma

dan kebiasaan pasien sering mengangkat beban yang berat sehingga pasien

didiagnosis Low Back Pain e.c Hernia Nukleus Pulposus. Hal ini sesuai dengan

teori bahwa Low back pain dapat disebabkan oleh karena adanya trauma,

kebiasaan mengangkat beban yang berat, dan sikap / postur tubuh yang tidak

seimbang.
Pada teori Low back pain di berikan modalitas fisik seperti Terapi Panas,

Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat memberikan rasa

nyaman karena dapat mempengaruhi hantaran perasaan sakit oleh serabut aferen,

Microwave diathermy, prinsip pemanasan melalui elektromagnetik potensial.

Daya tembus dapat mencapai subkutis, lemak, dan otot. - Shortwave Diathermy,

prinsip pemanasan melalui potensial listrik. - Ultrasound Diathermy, prinsip

pemanasan dengan high frequency vibration, memiliki daya tembus yang paling

besar. Stimulasi Listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) Dapat

digunakan pada LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri. Relaksasi,

berbaring di alas yang kaku dengan punggung lurus dan lutut ditekuk. Pada kasus

pasien di berikan Infra Red dan TENS dimana sudah sesuai dengan teori.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Angliadi LS, Sengkey L., Mogi TI., Gessal J. Low Back Pain. Dalam :

Bahan Kuliah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK UNSRAT. Manado. 2006. Hal: 79-

90.

2. Nuatha A.A. Bgs. Ngr. Beberapa Segi Klinik Dalam Penatalaksanaan

Nyeri Pinggang Bawah. Downloaded from from: http://www.kalbe.co.id/

files/cdk/files/54_10_beberapa segi klinikdanpenatalaksanaannya.

pdf.html. Agustus 2008.

3. Eisen A. Radiculopathy. Annual Course Clinical EMG#211. American

Academy of Neurology, 1988.

4. Adelia, Rizma., 2007. Nyeri Pinggang/Low Back Pain.

Downloaded from : http://www.fkunsri.wordpress.com /2007/09/01/nyeri-

pinggang-low-back-pain/ Agustus 2008.

5. Mansjoer, Arif, Et All. Ilmu Penyakit Saraf. Dalam: Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi III. Jakarta. Media Aesculapius. 2007. Hal: 5-59.

6. Sidharta P. Daerah Pinggang dan Sakit Pinggang. Dalam: Sakit

Neuromuskuloskeletal dalam Praktek Umum. Jakarta. PT.Dian Rakyat.

1984. Hal: 182-212.

7. Junus H.M dr., Latihan untuk Nyeri Punggung Bawah. Dalam : Back

Disorders, Gangguan Tulang Belakang. Surabaya. 1994. Hal : 27-38.

29
8. Hellmann B. David, Stone H. John. Arthritis & Musculoskleletal Disorder.

In: Tierney, McPhee, Papadakis, editors. Current Medical Diagnosis and

Treatment, Forty-first ed. Lange Medical Books/McGraw-Hill, San

Francisco, 2002;924-926

9. 9. Anonymous. Low Back Pain. Available from:

10. http://health.yahoo.com/back-overvier/lowbackpain/healthwise-

i6490.html. Agustus 2008.

11. Mahar Marjono. Iskialgia Dalam: Neurologi Klinik Dasar. PT.Dian

Rakyat. Jakarta 2004;94-1001

30

Anda mungkin juga menyukai