Anda di halaman 1dari 4

1.

Orientasi

Lampadang adalah kampung tempat kelahiran Cut Nyak Din. Cut Nyak Din lahir pada tahun 1850,
di Kampung Lampadang, wilayah VI Mukim, Aceh Besar. Ayahnya bernama Nanta Muda Seutia, yang
berasal dari turunan makhdum Sati, seorang perantau dari daerah Sumatra Barat. Beliau adalah cokal-
bakal yang membangun wilayah VI Mukim menjadi lebih terkenal dan makmur.

Ibunya seorang keturunan bangsawan yang terpandang dari Kampung Lampagar. Karena Istrinya
inilah maka nama Nanta Muda Seutia makin terkenal dan dihormati oleh rakyat VI Mukim. Wilayah VI
Mukim terletak di pantai utara bagian barat Aceh Besar. Di bagian utara wilayah ini berbatasan dengan
laut dan terdapat Uleele sebagai pelabuhannya. Antara Tanjung dan Uleele terdapat sebuah danau yang
tenang, dan dapat dipakai untuk berlabuh perahu dan kapal. Di bagian Timur wilayah ini, yaitu yang
berbatasan dengan Meuraksa terdapat Kampung Bitae dan Lamjamu. Di bagian Selatan dan barat daerah
ini dipagari oleh Pegunungan Ngalau Ngarai Beradin. Di bagian pantainya terdapat Kampung Lamtengah,
tempat kelahiran penyair Aceh terkenal Dulkarim (Abdul Karim). Di kampung Lampagar terdapat makam
Sultan Sulaiman dan Lamtah yang dihancurkan oleh serangan Belanda dalam tahun 1875. Di bagian
Selatan Peukan Bada, di samping Cut Cako terdapat Ngalau Ngarai Beradin, sebuah tempat yang strategis
dan menjadi tempat bertahan pejuang Aceh dan kemudian Kampung Lampisang tempat Cut Nyak Din
dan Teuku Umar membangun rumah tangga setelah kembali dari pengungsian.

2. Pengungkapan Cerita

Cut Nyak Din dianggap sebagai orang yang lemah, hanya tunduk pada perintah seorang pria, dan
berdiam diri di rumah. Kaum Wanita tidak diperbolehkan untuk menyampaikan pendapat di muka
umum, memimpin suatu perkumpulan, atau menduduki jabatan yang tinggi dalam pemerintahan. Pada
jaman penjajahan Belanda di Indonesia pun, kaum Wanita hanya diperintahkan untuk menyiapkan
makanan untuk para penjajah dan tidak berani untuk melawan.

Latar belakang keluarga Cut Nyak Din ialah orang terpandang. Ayahnya bernama Nanda Muda
Seutia. Ayahnya seorang pemimpin wilayah VI Mukim, dan Ibunya seorang keturunan wanita
kebangsawan. Cut Nyak Din lahir ketika rakyat VI Mukim sedang berselisih dengan rakyat Meuraksa. Cut
Nyak Din memiliki seorang Kakak Laki-laki bernama Teuku Rayut. Kakaknya memiliki fisik yang kurang
sempurna, sehingga Ayahnya sangat berharap banyak pada Cut Nyak Din untuk meneruskan
pemerintahan.

Pada usia 12 tahun, Cut Nyak Din dinikahkan dengan Teuku Cik Ibrahim Lamanaga. Tujuannya
untuk memperkuat pemerintahan Ayahnya. Cut Nyak Din sangat patuh terhadap Suaminya dan
senantiasa memberi semangat ketika Suaminya berperang melawan Belanda. Semangatnya makin
tertempa dan mulailah tumbuh suatu benih perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Suaminya tewas
tertembak di Medan Perang. Ketika Teuku Cik Ibrahim meninggal. Teuku Umar mampu menggantikannya
Teuku Cik Ibrahim. Cut Nyak Din bertekad untuk membalaskan dendam kepada Belanda atas tewasnya
Teuku Cik Ibrahim dalam Perang Aceh. Cut Nyak Din terus mengibarkan semangat rakyat Aceh untuk
terus memberikan perlawanan.
Pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur di medan perang setelah tertembak oleh
tentara Belanda. Cut Nyak Din terus melanjutkan perjuangannya untuk mengusir penjajah. Tetapi, Cut
Nyak Din berhasil ditaklukkan Belanda dan ditahan. Para pengikutnya sering mengunjungi beliau. Karena
dikhawatirkan akan muncul suatu perlawanan, akhirnya Cut Nyak Din diasingkan ke Sumedang, Jawa
Barat.

3. Menuju Konflik

Karena tekanan yang terus dilancarkan oleh tentara Belanda, maka ruang gerak pejuang Aceh
semakin menyempit. Pasukan kekuatanya makin jauh terdesak ke daerah Hulu, ke daerah pedalaman
tanah Aceh. Daerah ini dijamah oleh tentara Belanda. Perlawanan yang diberikan tidak mengikuti satu
komando yang terorganisir baik dari satu pemimpin. Masing-masing kelompok pejuang bergerak
menurut kehendak dan kemauannya sendiri. Jadi terlihat seperti terlepas antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain, sedangkan tujuan mereka itu sama, yaitu menentang penjajahan Belanda.

Bantuan dari rakyat makin terbatas karena Belanda mengawasi dengan ketat setiap langkah dan
gerak rakyat. Belanda tidak segan hukum siapa saja yang memberikan bantuan kepada kaum pejuang.
suatu taktik yang berhasil pula dijalankan oleh pemerintah Belanda yaitu memberi surat ampunan
kepada pihak pejuang Aceh yang kembali ke masyarakat. Taktik ini sangat merugikan pejuang Aceh,
karena yang lemah imannya, dicap oleh Belanda sebagai penjahat dan dianggap sebagai gerombolan liar
yang mengacau keamanan.

Untuk mengimbangi ini pemerintahan Belanda membangun benteng yang kuat dan lengkap
perlengkapannya di Lukup (Serbejadi). Benteng ini sangat tepat karena dapat membendung arus lalu lintas para
pejuang Aceh yang bergerak di punggung Bukit Barisan, sehingga front pejuang Aceh dapat diputuskan antara satu
dengan yang lain. pada masa ini perlawanan rakyat tidak berarti lagi dan para pejuang dianggap orang jahat atau
gerombolan liar. Demikian juga pejuang Aceh tidak terlalu bergairah lagi untuk memberikan perlawanan.

Cut Nyak Dien yang telah bertahan selama 6 tahun di hutan belantara meniti panggung dan lereng Bukit
Barisan Utara tetap bertahan. Ia berusaha keras mempertahankan diri supaya jangan jatuh ke tangan musuh.
fisiknya yang semakin lemah dan tenaga yang makin berkurang menambah penderitaan baginya dan ditambah lagi
dengan penyakit mata. Matanya telah rabun, sehingga ia terpaksa diusung oleh pengikut-pengikutnya untuk
meneruskan perjalanan dan perpindahan. Hubungan dengan pejuang pejuang lainnya sudah terputus sama sekali.

Melihat keadaan Cut Nyak Dien yang sangat menyedihkan ini, Pang Laut, stafnya yang setia, menyarankan
untuk menghentikan saja perlawanan. Pertama karena Pang Laut melihat keadaan Cut Nyak Dien yang tak
memungkinkan lagi untuk bergerak. kedua karena kekuatan pejuang Aceh kelihatan semakin lumpuh. Banyak yang
berjatuhan, gugur atau menyerah kepada Belanda. Cut Nyak Dien yang kelihatan tak berdaya itu, memberikan
tantangan yang keras. semangatnya meledak lagi seperti orang yang berusia muda. Dengan suara yang keras ia
mengatakan, " Aku tidak akan menyerah kepada kafir!!, lebih baik mati di hutan ini, untuk meneruskan perjuangan
suci!!"

Tanpa sepengetahuan Cut Nyak Dien, secara diam-diam Pang Laut mengadakan kontak dengan pos Belanda
terdekat. Panh Laut tidak enak hati melihat keadaan Cut Nyak Dien yang semakin parah. karena itu ia merasa
berkewajiban untuk menyelamatkan jiwa pemimpin yang dicintainya itu. Untuk ini Pang Laut mengirimkan utusan
dan menyampaikan maksudnya kepada Kepada Vetlman yang menjadi komandan tentara Belanda di Meulaboh. ia
bermaksud menunjukkan tempat persembunyian Cut Nyak Dien dengan mengajukan syarat. tidur keselamatan Cut
Nyak Dien harus dijamin dan pemerintahan Belanda harus memberikan perlakuan yang sesuai dengan derajat dan
kedudukannya sebagai wanita terhormat dalam masyarakat Aceh. Tawaran yang menguntungkan ini diterima oleh
Veltman dengan senang hati dan apa yang diusulkan oleh Pang Laut dapat diterimanya pula. Untuk menguji
kebenarannya, Kapten Veltman menugaskan Letnan Van Vuuren dengan pasukannya yang lengkap untuk
melaksanakan tugas ini.

6. Koda

Cut Nyak Din telah tiada ia telah wafat dalam pengasingan Belanda di Sumedang Jawa barat
selama hidup ia telah menempuh berbagai lingkup perjuangan duka derita telah dirasakannya dalam
usaha menentang penjajahan Belanda di tanah Aceh khususnya dan tanah Indonesia umumnya
kemudian pada akhir hayatnya ia merasakan betapa getirnya hidup sebagai seorang buangan jauh
terpisah dari tanah kelahiran yang sangat dicintainya

Kendatipun Cut Nyak Din telah tiada namanya tetap abadi dalam hati bangsa dan menjadi
kebanggaan kaum wanita perjuangannya bernilai dan sekaligus mengangkat kaumnya cut nyak Dhien
telah mencurahkan tenaga dan pikirannya serta seluruh hidupnya bagi kejayaan bangsa negara dan
agama perjuangan cut nyak Dien dapat menjadi contoh dan ikutan bagi wanita kini dan masa mendatang
jelas betapa besar peranan cut nyak Dien dalam menentang penjajahan Belanda ia ikut aktif
menyumbangkan tenaga dan pikiran beliau turut mendampingi kaum pria untuk mengusir penjajah demi
terciptanya suatu bangsa yang bebas dari penjajahan penguasaan bangsa atas bangsa.

Kaum wanita seperti yang telah diperankan oleh cut nyak Dien bukanlah suatu angan-angan tetapi
suatu kenyataan. sejarah telah menjadi saksi bahwa ia telah mengorbankan jiwa dan raga serta harta
bendanya untuk menegakkan kemerdekaan bangsa tanah air dan agama. Dengan gugurnya kedua orang
suaminya semangat juang Cut Nyak Din tidak patah, bahkan sebaliknya makin menyala. Cut Nyak Dien
mempunyai dendam yang mendalam terhadap musik yang dianggapnya kafir. Sikap ini pula kiranya yang
menetes kepada anaknya, Cut gambang. Cut gambang terus bertempur mendampingi suaminya, Tengku
mayat di Tiro, setelah Cut Nyak Dien tertawan. Iya tidak mengenal kata damai. Perjuangan dilakukan
dengan keberanian yang luar biasa, yang melebihi keberanian laki-laki.

Sungguh mengagumkan. Walaupun sudah dalam keadaan sekarat, namun wajah dan air mukanya
masih terlihat sikap dan kebencian yang mendalam terhadap Belanda. Walaupun sakit yang dideritanya
luar biasa, namun sedikit pun ia tidak mengeluh dan merintih. Iya tidak mengeluarkan suara. Bahkan ia
tersenyum menanti kedatangan mautnya.

Unsur Ekstrinsik novel

A.Nilai budaya
Memiliki nilai budaya yaitu rumah adat Aceh

Bukti kutipan, “Rumah Aceh sebagai rumah adat berdiri kokoh, sekokoh adat dan tradisinya yang
diwariskan nenek moyang mereka”

B.Nilai sosial

Memiliki sekelompok kesatuan didalam lingkungan masyarakat

Bukti kutipan, “Kampung ini biasa bergabung beberapa kelompok kecil atau kaum menjadi satu
kesatuan dalam Administrasi pemerintahan”

C.Nilai agama

Tempat beribadah di tiap kampung yaiutu meunasah

Bukti kutipan, “Setiap bulan puasa penghuni kampung melakukan sembahyang tarawih di meunasah lalu
dilanjutkan dengan membaca Al Qur’an sampai menjelang sahur”

D.Nilai moral

Kerjasama yang dilkukan antar agama islam

Bukti kutipan, “kerjasama yang rapi menyebabkan gerombolan pengacau Mantir dapat dikalahkan dan
mereka yang tinggal melarikan diri ke arah hulu ke pegunungan”

Anda mungkin juga menyukai