Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DAN PPBN DI INDONESIA

Oleh :

Shafira Adhelia (1420302179)

FKIP Bahasa Inggris

UNIVERSITAS TIDAR

2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan dan PPBN
di Indonesia” ini.
Dalam makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini karena tanpa
bantuan mereka penulis tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis dalam menyelesaikan makalah ini mengharapkan bahwa makalah
ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pembaca terutama dalam
mengetahui pendidikan kewarganegaraan dan PPBN di Indonesia.
Dalam karya tulis ini penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca karena penulis menyadari di dalam penyelesaian makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan.

Magelang, 8 Juli 2015

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Tujuan..................................................................................................... 2
C. Rumusan masalah .................................................................................. 2
D. Manfaat .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
A. Pendidikan Kewarganegaraan ............................................................... 4
a. Sejarah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan ................... 6
B. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) ...................................... 10
a. Landasan Hukum.............................................................................. 10
b. Harapan Pemerintah terhadap PPBN .............................................. 12
c. Perkembangan PPBN ....................................................................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16
A. Simpulan ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia karena dampak
globalisasi kemajuan teknologi di berbagai bidang seperti komunikasi,
informasi, dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap aspek sosial
yang mencakup tata nilai dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara. Produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi yang masuk
dari luar akan membawa nilai-nilai tertentu yang secara langsung atau
tidak akan bersinggungan dengan nilai-nilai yang sudah ada yang pada
akhirnya akan mempengaruhi dan merubah tata nilai yang sudah menjadi
identitas maupun pedoman kehidupan bangsa Indonesia. Dalam era
globalisasi dan masa yang akan datang, kita memerlukan perjuangan non
fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Perjuangan non fisik ini
memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara
Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendikiawan
khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah unsur negara sebagai syarat
berdirinya suatu negara upaya sadar yang ditempuh secara sistematis
untuk mengenalkan, menanamkan wawasan kesadaran bernegara untuk
bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola
tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila demi tetap utuh dan
tegaknya NKRI. Disisi lain akibat berbagai faktor menyebabkan adanya
kecenderungan masyarakat kita akan menipisnya rasa cinta tanah air,
menurunnya jiwa patriotisme dan nasionalisme serta rasa persatuan dan
keutuhan bangsa.
Harus diakui bahwa ada faktor-faktor politis, ekonomi dan
psikologis yang menyebabkan gerakan-gerakan separatis maupun konflik
antar etnis itu, misalnya masalah ketidakadilan sosial dan ekonomi,

1
persaingan antar kelompok dan sebagainya. Kurang tanggapnya
pemerintah baik di pusat maupun daerah untuk mengantisipasi atau
segera menangani berbagai permasalahan itu menyebabkan
tereskalasinya suatu masalah kecil menjadi konflik yang berkepanjangan.
Maka dari itu Pendidikan Pendahuluan Bela Negara perlu
diajarkan sejak dini untuk mewujudkan warga negara Indonesia yang
memiliki tekad, sikap dan tindakan yang teratur, menyeluruh, terpadu
dan berlanjut guna meniadakan setiap ancaman baik dari dalam maupun
dari luar negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan
negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi
nasional serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

B. Tujuan Penulisan
1. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar
bertambahnya wawasan mahasiswa dan mahasiswi terhadap
perkembangan pendidikan kewarganegaraan dan PPBN di
Indonesia
2. Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan

C. Rumusan Masalah
1. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan penting bagi warga
negara?
2. Mengapa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sangat penting
diajarkan sejak dini ?
3. Apa yang diharapkan oleh pemerintah terhadap Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara ?
4. Bagaimana perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendahuluan Bela Negara di Indonesia ?

2
D. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis

Manfaat yang diperoleh penulis dari penulisan makalah ini adalah

untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang

berkaitan dengan perkembangan pendidikan kewarganegaraan

dan PPBN.

2. Manfaat bagi pembaca

Manfaat yang diperoleh pembaca dari makalah ini adalah

a. Pembaca dapat mengetahui pentingnya pendidikan

kewarganegaraan dan PPBN

b. Pembaca dapat mengetahui perkembangan pendidikan

kewarganegaraan dan PPBN di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali
peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara dengan negara agar menjadi warga negara
yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendidikan
Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang
bersifat cerdas dan penuh rasa tanggung jawab dari mahasiswa dengan
beberapa perilaku, yaitu :
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati
nilai-nilai falsafah bangsa Indonesia.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara Indonesia.
3. Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara NKRI
diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negaranya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasionalnya
sebagaimana yang digariskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi globalisasi setiap warga
negara NKRI pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya harus tetap
pada jati dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air di dalam
perjuangan non fisik sesuai dengan profesi masing-masing di dalam semua
aspek kehidupan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah segala hal yang

4
berkaitan dengan warga negara baik yang empirik maupun yang non empirik,
yang berupa wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sedang objek formalnya adalah mencakup dua segi, yaitu:
1. Segi hubungan antara warga negara dengan negara (termasuk hubungan
antara warga negara).
2. Segi pembelaan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peranan dan fungsi yang
sangat penting dalam pembentukan perilaku Mahasiswa Indonesia dengan
dimasukkannnya ke dalam sistem pendidikan yang mereka selenggarakan,
diharapkan warga negaranya akan menjadi warga negara yang cerdas dan warga
negara yang baik (smart and good citizen), yang mengetahui dan menyadari
sepenuhnya akan hak-haknya sebagai warga negara, sekaligus tahu dan penuh
tanggung jawab akan kewajiban dirinya terhadap keselamatan bangsa dan
negaranya. Dengan demikian diberikannya Pendidikan Kewarganegaraan akan
melahirkan warga negara yang memiliki jiwa dan semanagt patriotisme dan
nasionalisme yang tinggi.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan(civic education)yang
dilakukan oleh berbagai negara mengarah dan bertujuan agar warga negara
bangsa tersebut mendalami kembali nilai-nilai dasar, sejarah dan masa depan
bangsa yang bersangkutan sesuai dengan nilai-nilai paling fondamental (dasar
negara) yang dianut bangsa yang bersangkutan. Sejalan dengan kenyataan
tersebut pada hakekatnya PKn yang merupakan salah satu bagian dari
matakuliah kepribadian harus mengedepankan aspek afektif dikalangan
mahasiswa.
Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan dalam pendidikan di
perguruan tinggi karena merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan dalam rangka mengembangkan
atau menumbuhkan kesadaran, kecintaan, kesetiaan dan keberaniannya untuk
berkorban demi membela bangsa dan negaranya. Serta bertujuan agar warga

5
negara bangsa tersebut mendalami kembali nilai-nilai dasar, sejarah dan masa
depan bangsa yang bersangkutan sesuai dengan nilai-nilai paling fundamental (
dasar negara ) yang dianut bangsa yang bersangkutan.
a. Sejarah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan
a) Pada Masa Orde Lama
Pendidikan kewarganegaraan telah mengalami perkembangan
yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya.
Pengalaman tersebut di atas menunjukkan bahwa sampai dengan
tahun 1975, di Indonesia kelihatannya terdapat kerancuan dan
ketidakajekan dalam konseptualisasi civics, pendidikan kewargaan
negara, dan pendidikan IPS. Hal itu tampak dalam penggunaan ketiga
istilah itu secara bertukar-pakai. Selanjutnya, dalam Kurikulum tahun
1975 untuk semua jenjang persekolahan yang diberlakukan secara
bertahap mulai tahun 1976 dan kemudian disempurnakan pada tahun
1984, sebagai pengganti mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara mulai diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) yang berisikan materi dan pengalaman belajar
mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) atau
“Eka Prasetia Pancakarsa”.
Perubahan itu dilakukan untuk mewadahi misi pendidikan yang
diamanatkan oleh Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4 (Depdikbud:1975a,
1975b, 1975c). Mata pelajaran PMP ini bersifat wajib mulai dari kelas I
SD s/d kelas III SMA/Sekolah Kejuruan dan keberadaannya terus
dipertahankan dalam Kurikulum tahun 1984, yang pada dasarnya
merupakan penyempurnaan Kurikulum tahun 1975. Di dalam
Undang-Undang No 2/1989 tentang Pokok-Pokok Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN), yang antara lain Pasal 39, menggariskan adanya
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
bahan kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis, dan jenjang

6
pendidikan. Sebagai implikasinya, dalam Kurikulum persekolahan
tahun 1994 diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) yang berisikan materi dan pengalaman
belajar yang diorganisasikan secara spiral/artikulatif atas dasar butir-
butir nilai yang secara konseptual terkandung dalam Pancasila.
Bila dianalisis dengan cermat, ternyata baik istilah yang dipakai, isi
yang dipilih dan diorganisasikan, dan strategi pembelajaran yang
digunakan untuk mata pelajaran Civics atau PKN atau PMP atau PPKn
yang berkembang secara fluktuatif hampir empat dasawarsa (1962-
1998) itu, menunjukkan indikator telah terjadinya ketidakajekan
dalam kerangka berpikir, yang sekaligus mencerminkan telah
terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya krisis
operasional kurikuler.
b) Pada Masa Orde Baru
Krisis atau dislocation menurut pengertian Kuhn (1970) yang
bersifat konseptual tersebut tercermin dalam ketidakajekan konsep
seperti: civics tahun 1962 yang tampil dalam bentuk indoktrinasi
politik; civics tahun 1968 sebagai unsur dari pendidikan kewargaan
negara yang bernuansa pendidikan ilmu pengetahuan sosial; PKN
tahun 1969 yang tampil dalam bentuk pengajaran konstitusi dan
ketetapan MPRS; PKN tahun 1973 yang diidentikkan dengan
pengajaran IPS; PMP tahun 1975 dan 1984 yang tampil
menggan¬tikan PKN dengan isi pembahasan P4; dan PPKn 1994
sebagai penggabungan bahan kajian Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang tampil dalam bentuk pengajaran konsep nilai
yang disaripati¬kan dari Pancasila dan P4.
Krisis operasional tercermin dalam terjadinya perubahan isi dan
format buku pelajaran, penataran guru yang tidak artikulatif, dan
fenomena kelas yang belum banyak bergeser dari penekanan pada
proses kognitif memorisasi fakta dan konsep. Tampaknya semua itu

7
terjadi karena memang sekolah masih tetap diperlakukan sebagai
socio-political institution, dan masih belum efektifnya pelaksanaan
metode pembelajaran serta secara konseptual, karena belum adanya
suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajek
diterima dan dipakai secara nasional sebagai rujukan konseptual dan
operasional.
c) Pada Masa Reformasi
Kini pada era reformasi pasca jatuhnya sistem politik Orde Baru
yang diikuti dengan tumbuhnya komitmen baru kearah perwujudan
cita-cita dan nilai demokra¬si konstitusional yang lebih murni,
keberadaan dan jati diri mata pelajaran PPKn kembali dipertanyakan
secara kritis. Dalam status kedua, yakni sebagai mata kuliah umum
(MKU) pendidikan kewarganegaraan diwadahi oleh mata kuliah
Pancasila dan Kewiraan.
Dalam status ketiga, yakni sebagai pendidikan disiplin ilmu
(Somantri:1998), pendidikan kewarganegaraan merupakan program
pendidikan disiplin ilmu sosial sebagai program pendidikan guru mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan di LPTK (IKIP/ STKIP/ FKIP)
Jurusan atau Program Studi Civics dan Hukum pada tahun 1960-an,
atau Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan (PMPKn) pada
saat ini.
Bila dikaji dengan cermat, rumpun mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan dalam program pendidikan guru tersebut pada
dasarnya merupakan program pendidikan disiplin ilmu pengetahuan
sosial bidang pendidikan kewarganegaraan. Secara konseptual
pendidikan disiplin ilmu ini memusatkan perhatian pada program
pendidikan disiplin ilmu politik, sebagai substansi induknya. Secara
kurikuler program pendidikan ini berorientasi kepada pengadaan dan
peningkatan kemampuan profesional guru pendidikan
kewarganegaraan.

8
Dampaknya, secara akademis dalam lembaga pendidikan tinggi
keguruan itu pusat perhatian riset dan pengembangan cenderung
lebih terpusat pada profesionalisme guru. Sementara itu riset dan
pengembangan epistemologi pendidikan kewarganegaraan sebagai
suatu sistem pengetahuan, belum banyak mendapatkan perhatian.
Dalam status keempat, yakni sebagai crash program pendidikan
politik bagi seluruh lapisan masyarakat, Penataran P-4 mulai dari Pola
25 jam sampai dengan Pola 100 jam untuk para Manggala yang telah
berjalan hampir 20 tahun dengan Badan Pembina Pelaksanaan
Pendidikan P-4 atau BP7 Pusat dan Propinsi sebagai pengelolanya,
dapat dianggap sebagai suatu bentuk pendidikan kewarganegaraan
yang bersifat non-formal.
Seiring dengan semakin kuatnya tuntutan demokratisasi melalui
gerakan reformasi baru-baru ini, dan juga dilandasi oleh berbagai
kenyataan sudah begitu maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme
selama masa Orde Baru, tidak dapat dielakkan tudingan pun sampai
pada Penataran P-4 yang dianggap tidak banyak membawa dampak
positif, baik terhadap tingkat kematangan berdemokrasi dari
warganegara, maupun terhadap pertumbuhan kehidupan demokrasi
di Indonesia.
Sebagai implikasinya, sejalan dengan jiwa dan semangat
Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan
Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan
tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara, kini semua
bentuk penataran P-4 telah dibekukan, dan pada tanggal 30 April
1999 BP7 secara resmi di likuidasi. Kini tumbuh kebutuhan baru untuk
mencari bentuk pendidikan politik dalam bentuk pendidikan
kewarganegaraan yang lebih cocok untuk latar pendidikan non
formal, yang diharapkan benar-benar dapat meningkatkan

9
kedewasaan seluruh warganegara yang mampu berpikir, bersikap,
dan bertindak sesuai dengan cita-cita, nilai dan prinsip demokrasi,
yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas kehidupan
demokrasi di Indonesia.
Dalam kondisi seperti itu, kebutuhan adanya sistem pendidikan
demokrasi untuk seluruh lapisan masyarakat, terasa menjadi sangat
mendesak. Dalam status kelima, yakni sebagai suatu kerangka
konseptual sistemik pendidikan kewarganegaraan terkesan masih
belum solid karena memang riset dan pengembangan epistemologi
pendidikan kewarganegaraan belum berjalan secara institusional,
sistematis dan sistemik.

b. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN)


a) Landasan Hukum
Penegasan secara hukum mengenai Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
terdapat dalam Undang-Undang Nomer 20 Tahun 1982 yang membahas tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia:
1. Pasal 1
 Bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
Indonesia serta keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai
ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan
setiap ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri
yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara,
kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi
nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945
 Pendidikan Pendahuluan Bela Negara adalah pendidikan dasar
bela negara guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air,

10
kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan
kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan berkorban
untuk negara, serta memberikan kemampuan awal bela Negara.
2. Pasal 18
Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan
dalam upaya bela Negara diselenggarakan melalui:
a) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tidak
terpisah dalam sistem pendidikan nasional
b) keanggotaan Rakyat Terlatih secara wajib
c) keanggotaan Angkatan Bersenjata secara sukarela atau secara
wajib;
d) keanggotaan Cadangan Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib;
e) keanggotaan Perlindungan Masyarakat secara sukarela.
3. Pasal 19
1) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diselenggarakan guna
memasyarakatkan upaya bela negara serta menegakkan hak dan
kewajiban warga negara dalam upaya bela negara.
2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagaimana dimaksud ayat
(1) pasal ini wajib diikuti oleh setiap warga negara, dan
dilaksanakan secara bertahap yaitu:
a. tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah
atas dalam Gerakan Pramuka;
b. tahap lanjutan dalam bentuk pendidikan kewiraan pada
tingkat pendidikan tinggi.

11
b) Harapan Pemerintah terhadap Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara
Melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, pemerintah berharap
warga negara Indonesia dapat mengerti, menghayati dan sadar serta yakin untuk
menunaikan kewajibannya dalam upaya bela negara, dengan ciri-ciri:
1) Cinta Tanah Air
Cinta tanah air ialah mengenal dan mencintai wilayah Indonesia hingga selalu
waspada dan siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia oleh siapapun dan dari
manapun.
2) Sadar berbangsa Indonesia
Maksud dari sadar berbangsa Indonesia, selalu membina kerukunan, persatuan,
dan kesatuan di lingkungan keluarga, pemukiman, pendidikan, dan pekerjaan
serta mencintai budaya bangsa dan selalu mengutamakan kepentingan bangsa di
atas kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan.
3) Sadar bernegara Indonesia
Sadar bernegara Indonesa yaitu sadar bahwa bertanah air, bernegara dan
berbahasa satu yaitu Indonesia, mengakui dan menghormati bendera Merah
Putih, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Lambang Negara Garuda Pancasila dan
Kepala Negara serta menaati seluruh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Yakin akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi Negara
Yakin akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi Negara berarti yakin akan
kebenaran Pancasila sebagai satu-satunya falsafah dan ideologi bangsa dan
negara Indonesia yang telah terbukti kesaktiannya dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk tercapainya tujuan nasional.
5) Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
Rela berkorban untuk bangsa dan Negara yaitu rela mengorbankan waktu,
tenaga, pikiran, dan harta baik benda maupun dana untuk kepentingan umum,

12
sehingga pada saatnya siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa
dan negara.
6) Memiliki kemampuan bela Negara
a) Diutamakan secara psikis (mental) memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja
keras, mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, percaya
akan kemampuan sendiri, tahan uji, pantang menyerah dalam menghadapi
kesulitan untuk mencapai tujuan nasional.
b) Secara fisik (jasmaniah) sangat diharapkan memiliki kondisi kesehatan dan
keterampilan jasmani, yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara
yang bersifat psikis.

c) Perkembangan PPBN
Sama halnya dengan Pendidikan formal yang lain, perkembangan
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara berdasarkan situasi yang dihadapi oleh
penyelenggara kekuasaan. Periode-periode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1945 sejak NKRI diproklamasikan sampai tahun 1965 disebut periode
lama atau Orde lama.
2. Tahun 1965 sampai tahun 1998 disebut periode baru atau Orde baru.
3. Tahun 1998 sampai sekarang disebut periode Reformasi.
Perbedaan periode tersebut terletak pada hakikat yang dihadapi.
a) Periode Lama
Ancaman yang dihadapi oleh Indonesia pada masa Orde Lama
lebih berupa ancaman fisik. Pada tahun 1954, terbit Undang-Undang
tentang Pokok-pokok Parlementer Rakyat (PPPR) dengan Nomor: 29
tahun 1954. Realisasi dari undang-undang ini adalah diselenggarakannya
Pendidikan Pendahuluan Perlawanan Rakyat (PPPR) yang menghasilkan
organisasi-organisasi perlawanan rakyat (OPR) pada tingkat
pemerintahan desa, yang selanjutnya berkembang menjadi keamanan
desa, OKD.

13
Di sekolah-sekolah terbentuk organisasi keamanan sekolah, OKS.
Dilihat dari kepentingannya, tentunya pola pendidikan pendahuluan bela
Negara yang diselengarakan pada masa orde lama lebih terarah pada
fisik, teknik, taktik, dan strategi kemiliteran.

b) Periode Orde Baru dan Periode Reformasi


Ancaman yang dihadapi dalam periode-periode ini berupa
tantangan non fisik dan gejolak sosial. Untuk mewujudkan bela Negara
dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang tidak lepas dari pengaruh lingkungan strategis baik dari
dalam maupun dari luar, langsung maupun tidak langsung, bangsa
Indonesia pertama-tama perlu membuat rumusan tujuan bela Negara.
Tujuannya adalah menumbuhkan rasa cinta tanah air, bangsa dan
Negara. Untuk mencapai tujuan ini, bangsa Indonesia perlu mendapatkan
pengertian dan pemahaman tentang wilayah Negara dalam persatuan
dan kesatuan bangsa. Mereka juga perlu memahami sifat ketahanan
bangsa atau ketahanan nasional agar pemahaman tersebut dapat
mengikat dan menjadi perekat bangsa dalam satu kesatuan yang utuh.
Karena itu, pada tahun 1973 untuk pertama kalinya dalam periode baru
dibuat Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1973, dimana terdapat muatan
penjelasan tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Sesuai dengan perkembangan kemajuan dari periode ke periode dan
adanya rumusan tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam
GBHN, Undang-Undang Nomer 29 Tahun 1954 tentang Pokok-pokok Perlawanan
Rakyat dipandang tidak dapat lagi menjawab kondisi yang diinginkan. Karena itu,
pada tahun 1982 Undang-Undang No.39/1954 dicabut dan diganti dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia. Realisasi dari Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 1982 adalah diselenggarakannya Pendidikan Pendahuluan Bela

14
Negara (PPBN) melalui obyek dan sasaran di lingkungan kerja, lingkungan
pemukiman, dan lingkungan pendidikan.
Agar penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dapat
menjadi pedoman di lingkungan pendidikan, bahan ajaran dibuat dalam dua
tahap. Tahap pertama Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diberikan pada
tingkat sekolah Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
tahap kedua Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diberikan kepada mahasiswa.
Tahap kedua ini lebih menitik beratkan pada pemahaman bela Negara secara
filosofi. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus terus
ditingkatkan guna menjawab tantangan masa depan, sehingga keluaran peserta
didik memiliki semangat juang yang tinggi dan kesadaran bela negara sesuai
bidang profesi masing-masing demi tetap tegak dan utuhnya NKRI.
Perguruan Tinggi perlu mendapatkan Pendidikan Kewarganegaraan
karena Perguruan Tinggi sebagai institusi ilmiah bertugas secara terus menerus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan Perguruan Tinggi sebagai instrumen
nasional bertugas sebagai pencetak kader-kader pemimpin bangsa. Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi diberikan pemahaman filosofi secara
ilmiah meliputi pokok-pokok bahasan, yaitu : Wawasan Nusantara, Ketahanan
Nasional, Politik dan Strategi Nasional.

15
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata kuliah
Pengembangan Kepribadian (MKPK) atau mata kuliah umum yang bersifat
fundamental yang membahas tentang hubungan warga negara dengan negara,
dan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Pendidikan nasional bertujuan
memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai
hubungan antara warga negara dengan negara dan PPBN agar mahasiswa
mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan. Dengan
dilaksanakannya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sejak dini, masyarakat
diharapkan siap untuk membela Negara Indonesia baik secara fisik maupun non-
fisik serta mampu untuk menghadapi ancaman terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia baik berupa ancaman dari luar maupun ancaman dari dalam
negeri.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://busmaniar29.wordpress.com/
http://laelatulafifah.blogspot.com/
http://mujiryantoro.blogspot.com/
https://ratihpratiwi13.wordpress.com/
http://www.bambanghariyanto.com/2013/10/apa-itu-pendidikan-pendahuluan-
bela-negara.html

17

Anda mungkin juga menyukai