KELOMPOK: 3
Kelas :BY
Dosen : Drs. M. Prawoto
125160239 / Elline Chintya Khovandy
125170032 / Janice Kwanicia
125170034 / Jonathan Robert Junior
125170035 / Juan Felix
125170051 / Patricia Chowanda
125170056 / Ricky
125170059 / Shella Oktavia Lee
KATA PENGANTAR
1.) Pengertian
Perbendaharaan negara adalah Pengelolaan dan pertanggung jawaban Negara, kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD Perbendaharaan Negara meliputi:
1. Pelaksanaan perdapatan dan belanja Negara
2. Pelaksanaan pendapatan Jan belanja Daerah
3. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran Negara
4. Pelaksanaan penerimaan den pengeluaran Daerah
5. Pengelolaan kas
6. Pengelolaan piutang dan utang Negara/Daerah
7. Pengelolaan investasi dan barang mllik Negara/Daerah
8. Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan Negara/Daerah
9. Penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
10. Penyelesaian kerugian Negara/Daerah
11. Pengelolaan Badan Layanan Umum
12. Perumusan standar, kebijakan serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan. Negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
(i) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah adalab Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
bagi sektor ang dipImpinnya mempunyai wewenang:
1. Menyusun dokumen peiaksanaan anggaran
2. Melakukan tindakan yang mengak ibatkan pengeivaran atas beban anggaran belanja
1) Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggungjawab mengenai keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 UU No.
17/Tahun 2003 tentang keuangan Negara.
Kepada BPK diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan yaitu:
(a) Pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dalam rangka memberikan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yangdisajikan dalan keuangan pemerintah
(b) Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi, serta pemeriksaan atas aspek
efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan
internpemerintah.
(c) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus
diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja; termasuk pemeriksaan atas hal-hal lain
yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investifatif
2) Pelaksanaan pemeriksaan tersebut diatas, didasarkan pada suatu standar pemeriksaan, yang
disusun BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional,
dan setelah-BPK mengkonsultasikan dengan pihak pemerintah serta organisasi profesi di bidang
pemeriksaan
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ke tiga tahap pemeriksaan, yaitu perencanaan
danpelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap perencanaan meliputi kebebasan
dalammenentukan objek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang objeknya telah diatur
tersendiri dalam undang-undang atau pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari lembaga
perwakilan
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan
aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga perwakilan
serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu, kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan
pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan metode
pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigasi.
3) Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan BPK disusun dan disajikan dalam laporan hasil
pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.
Pemeriksaan keuangan akan menghasiikan opini; sedangkan pemeriksaan kinerja akan
menghasilkan temuan, kesimpulan dan rekomendasi, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan
menghasilkan kesimpulan. Setiap LHP-BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan
kewenangannya ditindaklanjuti antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.Selain
disampaikan kepada Lembaga perwakilan, LHP juga disampaikan BPK kepada Pemerintah.
Dalam hal LHP keuargan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan
koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa
(audited financial statements) memuat koreksi dimaksud sebeium disampaikan kepada
DPR/DPRD Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan yang
dikemukakan dalam LHP. Tanggapan dima ksud disertakan dalam LHP-BPK yang disampaikan
kepada DPR/DPRD.
4) Undang-Undang ini mengamanatkan pemerintah untuk menindaklanjuti rekomendasi BPK;
sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan menginformasikan hasil pemantauan atas tindak
lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD. Sesuai dengan pasal 62 ayat (3) UU Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang- Undang Nomor 15/2004 mengatur lebih lanjut
tentang pengenaan ganti kerugian Negara/daerah terhadap bendahara. BPK menerbitkan surat
keputusan penetapan batas waktu pertanggungiawaban bendahara atas kekurangan kas/barang
da!em persediaan yang terjadi, seteiah mengetahui ada kekurangan kas/barang yang merugikan
keuangan Negara/daerah. Bendahara dapat mengajukan keberatan terhadap putusan BPK;
pengaturan tata cara ganti rugi ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah.
KESIMPULAN