DISUSUN OLEH :
EVELYN STACY PABEO
4518044006
TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS BOSOWA
2019
A. Pengertian Bahan Isolasi
Bahan isolator atau sering disebut dengan istilah isolasi adalah suatu
bahan yang digunakan dengan tujuan agar dapat memisahkan bagian-bagian
yang bertegangan atau bagian-bagian yang aktif. Sehingga untuk bahan
isolator ini perlu diperhatikan mengenai sifat-sifat dari bahan tersebut, sepeti :
sifat listrik, sifat mekanis, sifat termal, ketahanan terhadap bahan kimia, dan
lain-lain.
Definisi sifat listerik yaitu suatu bahan yang mempunyai tahanan jenis
listrik yang besar agar dapat mencegah terjadinya rambatan atau kebocoran
arus listrik antara hantaran yang berbeda tegangan atau dengan tanah.
Karena pada kenyataannya sering terjadi kebocoran, maka harus dibatasi
sampai sekecil-kecilnya agar tidak melebihi batas yang ditentukan oleh
peraturan yang berlaku (PUIL : peraturan umum instalasi listrik).
Definisi sifat mekanis yaitu Mengingat sangat luasnya pemakaian bahan
penyekat, maka perlu dipertimbangkan kekuatannya supaya dapat dibatasi
hal-hal penyebab kerusakan karena akibat salah pemakaian. Misal
memerlukan bahan yang tahan terhadap tarikan, maka dipilih bahan dari kain
bukan dari kertas karena lain lebih kuat daripada kertas.
Definisi sifat termisnya yaitu Panas yang timbul pada bahan akibat arus
listrik atau arus gaya magnit berpengaruh kepada penyekat termasuk
pengaruh panas dari luar sekitarnya. Apabila panas yang terjadi cukup tinggi,
maka diperlukan pemakaian penyekat yang tepat agar panas tersebut tidak
merusak penyekatnya.
Definisi sifat kimianya yaitu Akibat panas yang cukup tinggi dapat
mengubah susunan kimianya, begitu pula kelembaban udara atau basah
disekitarnya. Apabila kelembaban dan keadaan basah tidak dapat dihindari,
maka harus memilih bahan penyekat yang tahan air, termasuk juga
kemungkinan adanya pengaruh zat-zat yang merusak seperti : gas, asam,
garam, alkali, dan sebagainya.
B. Jenis Bahan Isolasi
Ada 3 jenis bahan isolasi yaitu : gas, padat, cair. Berikut ini adalah
penjelasan dariketiga jenis bahan isolasi tersebut.
1. Bahan Isolasi Gas
Bahan isolasi adalah digunakan sebagai pengisolasi dan
sekaligus sebagai media penyalur panas. Bahan gas yang biasa
digunakan adalah udara dan sulfur hexafluida(SF6)
a. Udara
Udara merupakan bahanisolasi yang mudah didapatkan,
mempunyai tegangantembus yang cukup besar yaitu 30 kV/ cm.
Contoh yang mudah dijumpai antara lain : pada JTR, JTM, dan JTT
antara hantara yang satu dengan yang lain dipisahkan denganudara.
b. Sulphur Hexa Fluorida
Sulphur Hexa Fluorida (SF6) merupakan suatu gas bentukan
antara unsur sulphur dengan fluor dengan reaksi eksotermis :
S + 3 F2 SF6 + 262 kilo kaloriMolekul SF6
Sampai saat ini SF6 merupakan gas terberat yang mempunyai
massa jenis 6,139kg/m3 yaitu sekitar 5 kali beratudara pada suhu 00
celsius dan tekanan 1 atmosfir. Sifatlainnya adalah : tidakterbakar,
tidak larut pada air, tidak beracun, tidak berwarna dantidak berbau.SF6
juga merupakan bahan isolasi yang baik yaitu 2,5 kali
kemampuanisolasi udara.
b. Permitivitas
Setiap bahan isolasi mempunyai permitivitas. Hal ini penting
bagi bahan-bahan yang digunakan sebagai dielektrik kapasitor.
Kapasitansi suatu kapasitor tegantung beberapa faktor yaitu: luas
permukaan, jarak antara keping-keping kapasitor serta
dielektriknya. Besarnya kapasitansi C (farad) dapat dihitung
dengan:
10−9 𝜀 𝑆
𝐶= .
36𝜋 ℎ
𝑝 = 𝑉. 2𝜋. 𝑓. 𝐶. 𝑡𝑎𝑛𝜕
Sehingga
𝑝
tan 𝜕 =
𝑉 2 . 2𝜋. 𝑓. 𝐶
Dari persamaan 1-9 terlihat bahwa makin besar tegangan,
frekuensi, dan kapasitansi untuk kerugian yang sama, maka makin
kecil harga tan ∂ atau makin kecil sudut antara arus kapasitif Ic
dengan arus total I dan makin besar sudut antara arus resistif Ir
dengan sudut total I.
b. Konduktivitas panas
Panas yang didesipasikan oleh penghantar atau rangkaian
magnetik pada mesin listrik melalui bahan isolasi diteruskan ke
udara sekelilingnya. Kenaikan suhu pada penghantar
dipengaruhi pula oleh resistansi panas dari bahan isolasi. Untuk
menghitung besarnya resistansi panas dapat digunakan rumus
yang mirip dengan hukum Ohm sebagai berikut:
𝑡
𝑃=
𝑅𝑝
P adalah panas yang lewat melalui bahan isolasi setiap detik
dalam satuan watt.
T adalah beda suhu antara bagian yang panas dengan bagian
yang dingin dalam satuan OC.
Rp adalah resistansi panas dalam satuan derajat per watt atau
Ohm meter panas (ρp)
Untuk menghitung besarnya resistansi panas (Rp) digunakan
rumus:
ℎ
𝑅𝑝 = 𝜌𝑝
𝑆
Ρp adalah resistivitas panas (o/W atau Ω m panas)
H adalah jarak antara bagian yang panas dan dingn (m)
S adalah panampang (m2)
c. Higroskopisitas
Beberapa bahan isolasi ternyata mempunyai sifat
higroskopisitas, yaitu sifat menyerap air di selilingnya. Uap air
ternyata dapat mengakibatkan perubahan mekanis-fisik
(pshyco-mechanical) dan memperkecil daya isolasi.
Untuk itu selama penyimpanan atau pemakaian bahan
isolasi agar tidak terjadi penyerapan uap air oleh bahan isolasi,
maka hendaknya bahan penyerap uap air yaitu senyawa P 2O5
dan CaCl2.
Bahan dielektrik yag molekulnya berisi kelompok
hidroksil (OH), higroskopisnya relatif besar. Sedangkan bahan
dielektriknya seperti: parafin, polietilin dan politetra fluoro etilen
adalah bahan-bahan nonhigroskopis
d. Permeabilitas uap
Kemampuan bahan isolasi untuk dilewati uap disebut
permeabilitas uap bahan tersebut. Faktor ini perlu diperhatikan
bagi bahan yang digunakan untuk : isolasi kabel, rumah
kapasitor.
Banyak uap M dalam satuan mkro-gram, selama 1 jam,
melalui permukaan S meter persegi, dengan beda tekanan
pada kedua sisi bahan p dalam satuan mm-Hg, adalah:
𝐴ℎ102
𝑀=
𝑆𝑡𝑃
A adalah permeabilitas uap yang disebut juga konstanta difusi
G adalah permeabilitas uap air dengan satuan
(g/cm.jam.mmHg)
e. Pengaruh tropis
Terdapat 2 macam daerah tropis yaitu daerah tropis yang
basah (termasuk Indonesia) dan daerah tropis yang kering. Di
daerah tropis basah memungkinkan tumbuhnya jamur dan
serangga dapat hidup dengan baik. Suhu yang cukup tinggi
disertai kelembaban yang terjadi dalam waktu lama dapat
menyebabkan turunnya resistivitas isolasi, menambah besarnya
sudut rugi dielektrik, menambah permitivitas da mengurangi
kemampuan kelistrikan bahan.
Pada penggunaan bahan isolasi di daerah tropis harus
diperhatikan 2 hal yaitu: perubahan sifat kelistrikan setelah
bahan direndam dan kecepatan pertumbuhan jamur pada
bahan tersebut. Karena hal-hal tersebut naka bahan isolasi
sebaiknya dilapisi dengan bahan anti jamur antara lain:
paramitro phenol, pentha chloro phenol.
f. Resistansi radiasi
Pemakaian bahan isolasi sering dipengaruhi bermacam-
macam energi radiasi. Pengaruh ini dapat mengubah sifat
bahan isolasi. Radiasi sinar matahari mempengaruhi umur
bahan isolasi, khususnya jika bahan tersebut bersinggungan
langsung dengan oksigen. Sinar ultraviolet dapat merusak
beberapa bahan organik yaitu menurunnya kekuatan mekanik,
elastisitas, dan retak-retak. Sonar X, sinar-sinar dari reaktor
nuklir misalnya: sinar α, sinar β, dan sinar ϒ partikel-partikel
radio isotop, mempunyai pengaruh sangat besar pada bahan
isolasi. Bahan plimer organik akan menjadi lebih keras dan
akan menjadi lebih tahan terhadap panas jika terkena sinar-
sinar tersebut, misalnya: politetrafluoroethilen. Kemampuan
suatu bahan isolasi menahan pengaruh radiasi tanpa
mengalami kerusakan disebut resistansi radiasi.
4. Sifat-sifat mekanis
Kekuatan mekanis bahan-bahan isolasi maupun logam adalah
kemampuan menahan beban dari dalam atau luar, pada prakteknya
adalah beban tarik dan geser. Jika suatu bahan dengan penampang A
cm2 ditarik dengan suatu gaya tarik yang bertambah secara perlahan,
maka bahan tersebut akan putus pada gaya tarik tertentu sebesar Pt
kg.
Dalam hal ini stress atau tegangan tarik bahan σt adalah seperti
ditunjukkan pada persamaan
𝑃𝑡
𝜎𝑡 =
𝑆
Panjang bahan sebelum putus Δl dibagi dengan panjang mula-
mula 1 disebut penambahan panjang relatif bahan atau strain Ԑ
adalah:
∆𝑙
ℇ= 𝑥100%
𝑙
a. Pengujian kekerasan
Pengujian kekerasan dapat dilakukan dengan penggoresan
atau penumbukan dengan benda lancip terhadap bahan yang
dapat mengalami deformasi plastik yaitu logam dan plastik.
Derajat kekerasan suatu bahan perlu diperhatikan terutama
untuk gawai yang bergesekan seperti: mata bor, komutator,
bantalan.
Pengujian derajat kekerasan untuk keramik dilakukan dengan
penggoresan. Satuan derajat kekerasan bahan dengan
penggoresan adalah Moh dengan intan sebagai bahan terkeras
nilainya 10 dan kapur sebagai yang terlunak dengan nilai 1.
Sedangkan untuk mengukur derajat kekerasan berdasarkan
tumbukan digunakan metode-metode: Brinell, Rockwell, dan
Vickers.
Pada cara pengujian dengan metode Brinell, sebuah bola
baja dengan diameter 10 mm dan sudah diperkeras, ditekankan ke
permukaan bahan yang diuji dengan beban statis sehingga
menimbulkan lekukan pada permukaan bahan yang diuji. Derajat
kekerasan dapat dihitung dengan persamaan: