Anda di halaman 1dari 25

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA


PELAJARAN SISTEM KONTROL ELEKTROPNUMATIK
KELAS XI TEKNIK OTOMASI INDUSTRI SMK YPWKS
CILEGON

Dita Septia Putri


18286041310038

PPG dalam Jabatan


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Upaya kongkrit dalam meningkatkan mutu pendidikan telah menjadi

fokus pemerintah, untuk itu pemerintah telah melakukan perbaikan

kurikulum, pemerataan tenaga pendidik, pelatihan dan keterampilan,

peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Akan tetapi, peran utama

masyarakat sebagai stake holder pendidikan tidak dapat mendukung berbagai

program yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Masyarakat lebih

mempertanyakan dan menuntut pemerintah untuk memenuhi segala

kebutuhan dunia pendidikan. Sementara peran serta elemen masyarakat dalam

menjalankan berbagai program dirasa sangat kurang.

Di sekolah guru mempunyai peran penting dalam pelaksanaan proses

pendidikan. Interaksi antara guru dan anak didik untuk menghasilkan peserta

didik yang lebih kompeten adalah tuntutan utama sebagai guru. Kelemahan

selama ini dalam pembelajaran adalah penyampaian materi oleh pendidik

dalam kelas hanya bersifat satu arah dengan menggunakan metode ceramah.

Guru cenderung hanya memindahkan informasi dan ilmu pengetahuan yang

diperolehnya dari buku teks saja dan target maksimal guru dalam upaya

pengajaran, yaitu siswa dapat ,mengerjakan soal ujian. Oemar Hamalik

(2003:201) berpendapat bahwa dalam rangka meningkatkan hasil belajar,

usaha yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah mengoptimalkan potensi

siswa, dimana metode pembelajaran harus dititikberatkan pada kegiatan siswa

pada proses pembelajaran.


Dalam proses pembelajaran di Jurusan Teknik Otomasi Industri pada

umumnya dan pembelajaran di kelas pada khususnya, tingkat keaktifan siswa

untuk menyerap dan mengembangkan materi pembelajaran belum terjadi.

Keadaan itu diperburuk dengan asumsi yang timbul di kalangan siswa bahwa

pelajaran kelistrikan adalah pelajaran yang sangat rumit untuk dicerna.

Alasannya banyak alat-alat dan komponen yang harus dihafal dengan

menggunakan bahasa teknik. Penyebab lain adalah kurangnya penggunaan

media asli (peralatan praktek) oleh guru pada saat menjelaskan materi

pelajaran. Sehingga siswa lebih suka bila dihadapkan pada permainan dan

bekerja sama dalam mengerjakan tugas dan sebagian besar dari siswa tidak

suka mengungkapkan argumennya dalam menangapi materi pembelajaran.

Fenomena-fenomena seperti di atas juga terjadi di tempat penulis

melakukan praktek mengajar untuk mata pelajaran Sistem Kontrol

Elektropneumatik, terutama dalam hal interaksi antara siswa dengan siswa

dan siswa dengan guru dalam proses pembelajaran sangat minim sekali.

Kejadian itu menyebabkan situasi belajar menjadi monoton dan memupuk

siswa untuk semakin tidak aktif dan hanya malas-malasan saja. Pengaruhnya,

siswa cepat bosan, kurang serius, dan tidak jarang dalam proses pembelajaran

terdapat siswa yang mengantuk, bahkan keluar masuk kelas selama

pembelajaran berlangsung. Hal ini berakibat hasil belajar siswa jauh dari

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan sekolah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kecendrungan siswa yang hampir semuanya malas untuk bertanya

ataupun mengeluarkan pendapat dikelas.


2. Siswa tidak termotivasi mengikuti pelajaran.

3. Siswa kurang aktif dan tidak berani mengeluarkan pendapat.

4. Kurangnya penggunaan media asli (peralatan praktek) oleh guru pada

saat menjelaskan materi pelajaran.

Menyikapi permasalahan tersebut untuk memperbaiki cara belajar

siswa melalui Pembelajaran Tindakan Kelas (PTK). Hal ini dilakukan dengan

cara menerangkan secara umum materi yang akan dibahas, kemudian

memberikan contoh dengan menggunakan gambar atau media lain seperti

bahan praktek. Dari penjelasan melalui media pembelajaran tersebut, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan,

jawaban maupun tanggapan atas materi yang telah disampaikan. Untuk

melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan judul “Upaya Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Demonstrasi pada

Mata Pelajaran Sistem Kontrol Elektropnumatik Kelas XI TOI SMK

YPWKS Cilegon”.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah:

1. Apakah penggunaan media pembelajaran dengan metode Tanya

jawab dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada Mata

Pelajaran Sistem Kontrol Elektropneumatik Kelas XI TOI SMK

YPWKS Cilegon.

2. Apakah penggunaan media pembelajaran dengan metode Tanya

jawab dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran


Sistem Kontrol Elektropneumatik Kelas XI TOI SMK YPWKS

Cilegon.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah

untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Sistem Kontrol Elektropneumatik Kelas XI TOI SMK YPWKS

Cilegon.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi beberapa pihak. Adapun hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak berikut ini.
1. Bagi Pihak Sekolah
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan inovasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk mengoptimalkan kreatifitas dan
keaktivan siswa sehingga dapat bermanfaat untuk semua pihak.
2. Bagi Guru
Dapat memberikan masukan dalam mengelola kelas tentang variasi
metode dan media yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Peserta Didik
Dapat memancing daya tarik, kreativitas, dam keaktifan dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakekat Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri individu.

Berlangsungnya proses belajar ini tidak dapat kita amati secara langsung.

Menurut Slameto (1995: 2) mengatakan bahwa; “Belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Hanya dari sikap dan tingkah laku yang terbentuk telihat bahwa

seseorang telah belajar. Kalau kita buatkan skemanya adalah sebagai berikut:

Input Proses Output

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar tidak

hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh

kemampuan. berdasarkan pengertian di atas memusatkan kita pada tiga hal

yang megindikasikan bahwa belajar bercirikan:

1. Adanya perubahan tingkah laku.

Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan tingkah

laku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek

pengetahuan dan kognitif saja tetapi meliputi aspek sikap dan nilai

(afektif) serta keterampilan (psikomotor).


2. Hasil pengalaman

Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman.

Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya

interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini dapat

berupa interaksi fisik. Disamping interaksi fisik, perubahan

kemapuan tersebut dapat diperoleh dari interaksi psikis.

3. Relatif menetap

Perubahn yang dialami relatif menetap. Perubahan yang

disebabkan karena proses belajar akan lebih bersifat permanen.

Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne

(1992: 15) mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar

tersebut adalah:

1. Belajar isyarat (Signal Learning)

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak

melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Misalnya

berhenti berbicara ketika mendapat isyarat telunjuk menyilang

mulut sebagai tanda tidak boleh ribut atau berhenti mengendarai

motor di perempatan jalan pada saat tanda lampu merah menyala.

2. Belajar stimulus-respon (Stimulus-Response Learning)

Belajar stimulus-respon terjadi bila individu bertindak

karena rangsangan dari luar. Misalnya, menendang bola ketika ada

bola didepan kaki, berbaris rapi karena ada komando, berlari


karena mendengar suara anjing menggonggong dibelakang, dan

sebagainya.

3. Belajar rangkaian (Chaining Learning)

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai

stimulus-respon (S-R) yang dipelajari sebelumnya sehingga

melahirkan prilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-

putih, panas-dingin, bapak-ibu, kaya-miskin, dan sebagainya.

4. Belajar asosiasi verbal (Verbal Association Learning)

Belajar verbal terjadi apabila individu telah mengetahui

sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersikap verbal.

Misalnya perahu itu seperti badan itik atau kereta api seperti

keluang (kaki seribu) atau wajahny seperti bulan kesiangan.

5. Belajar membedakan (Discrimination Learning)

Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan

dengan benda, suasana,atau pengalaman yang luas dan mencoba

membeda bedakan hal-hal yang jumlahnya banyak itu. Misalnya

membedakan jenis tumbuhan atas dasar urat daunnya, dan

sebagainya.

6. Belajar konsep (Concept Learning)

Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai

fakta atau data yang kemudian ditafsirkan kedalam suatu

pengertian atau makna yang abstrak. Misalnya, binatang,

tumbuhan, dan manusia termasuk makhluk hidup., dan sebagainya.


7. Belajar hukum dan aturan (Rule Learning)

Belajar aturan/ hukum terjadi apabila individu

menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data

yang terdahulu atau diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau

menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu suatu aturan.

Proses belajar yang berlangsung pada diri seseorang tidaklah sama.

Ada prosesnya yang berlangsung cepat dan ada pula yang prosesnya lambat.

Dalam proses pembelajaran ini banyak hambatan yang dialami oleh individu.

Tim Pengembangan IKIP Semarang (1990: 149) mengelompokkan faktor-

faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa sebagai berikut :

Gambar 1: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Siswa


B. Metode Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana (2002), metode pembelajaran adalah cara

yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan peserta didik dalam

kelas. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk

menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan

tumbuh sebagai kegiatan belajar peserta didik yang berkaitan dengan upaya

memahami materi pembelajaran. Dalam interaksi ini pendidik berperan lebih

banyak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai bimbingan.

Belajar ini akan lebih bermakna bila siswa lebih aktif dibanding dengan

guru. oleh karena itu, metode mengajar yang baik bila peralihan pembelajaran

dari guru sebagai pemberi infomasi beralih ke siswa yang lebih banyak

berpendapat dan mengemukakan apa yang ada dalam pikirannya.

Menurut Nana Sudjana (2002), jenis-jenis metode mengajar meliputi:

a. Metode ceramah
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi malalui
penerangan dan penuturan lisan dari guru pada peserta didik.
Dalam pelaksanaanya metode ceramah guru hanya menjelaskan
uraian materi yang akan menjadi bahasan dari mata pelajaran
yang akan diajarkan. Selain itu alat Bantu yang dapat
dipergunakan guru dapat berupa gambar dan alat audiovisual.

b. Metode tanya jawab


Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat
two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara
guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab atau
sebaliknya sehingga akan tercipta sebuah iklim yang
berlandaskan pada saling membantu dan mengisi antara siswa
dan guru.

c. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah petunjuk pada proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan
tingkah laku, yang dicontohkan agar dapat diketahui atau
dipahami oleh peserta didik secara nyata. Dalam metode
demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan
kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam
proses serta dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
diharapkan.

d. Metode sosiodarama
Metode sosiodrama merupakan penyajian bahan pelajaran
dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan atau
mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial.
Jadi sosiodrama adalah metode mengajar yang dalam
pelaksanaannya peserta didik dalam mendramatisasikan suatu
situasi sosial yang mengandung sebuah problem, agar peserta
didik dapat memecahkan masalah yang muncul dari suatu situasi
sosial.

e. Metode kerja kelompok


Istilah metode kelompok dipakai untuk merangkum
pengertian dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang
sebagai suatu kesatuan tersendiri. Untuk mencari satu tujuan
pelajaran tertentu dengan gotong royong. Metode kerja
kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas
dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, ataupun dibagi atas
kelompok-kelompok kecil.

f. Metode latihan
Model latihan atau training merupakan satu cara mengajar
yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh
suatu ketangkasan dari apa yang telah dipelajari.

g. Metode pemberian tugas


Metode pemberian tugas atau resitasi adalah cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru membarikan tugas
tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian tugas
yang diberikan tersebut harus dipertanggung jawabkannnya.
Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperluas bahan dan
memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mencetak bahan
yang telah dipelajari. Tugas yang baik dapat merangsang siswa
untuk aktif dalam belajar baik secara individu maupun
kelompok.

Metode pembelajaran ini akan membawa siswa dalam menentukan

sikap dan tingkah laku dalam melakukan pembelajaran siswa akan lebih
mendukung dalam upaya menciptakan kreaktifitas yang lebih dinamis dan

bersinergi.

C. Belajar Aktif

Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk

membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa

sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau

berorientasi pada keaktifan siswa.

Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada

aktivitas siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2006: 133)

yaitu

pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan


usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik
kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Hakikat
pendidikan pada dasarnya adalah (a) interaksi manusia; (b) pembinaan dan
pengembangan potensi manusia; (c) berlangsung sepanjang hayat; (d)
kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa; (e)
keseimbangan antara kebebasan subjek didik dan kewibawaan guru; dan
(f) peningkatan kualitas hidup manusia.
Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu: (a) siswa
bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang
dalam tahap perkembangan; (b) setiap manusia mempunyai kemampuan
yang berbeda; (c) anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif,
kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya; (d) anak didik
memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi tersebut
menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang harus dijejali
dengan informasi tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan
proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki anak didik itu.

Pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa

“proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara


interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

peserta fisik serta psikologis peserta didik.”

Cara Belajar Siswa Aktif adalah cara mengajar dengan melibatkan

aktivitas siswa secara maksimal dalam proses belajar, baik kegiatan mental

intelektual, kegiatan emosional, maupun kegiatan fisik secara terpadu.

Menurut Conny Semiawan (dalam W. Gulo, 2002: 9), prinsip-prinsip

yang perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan kondisi belajar supaya

siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya dalam proses belajar mengajar,

antara lain:

1. Prinsip motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang


merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa
dalam proses belajar mengajar.
2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan
apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya.
3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung-
hubungkan seluruh aspek pengajaran.
4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan
kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual.
5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kenyataan bahwa ada perbedaan
tertentu di antara setiap siswa, sehingga mereka tidak diperlakukan secara
klasikal.
6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan
informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.
7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka pada
masalah dan mempunyai keterampilan untuk mampu menyelesaikannya.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan

kegiatan belajar. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan

siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis. Untuk


membuat keputusan prestasi individu banyak diperlukan keterangan yang

relevan. Keterangan itu banyak diperoleh dengan pengukuran dan

menggunakan alat ukur yang disebut tes. Proses pengukuran yang berkenaan

dengan proses mengkonstruksi, mengadminstrasikan dan menskorkan tes

(Oemar Hamalik, 2003:1).

Nana Sudjana (2002:22) menjelaskan hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses

pembelajaran. Selanjutnya dia juga membagi keterampilan dalam tiga macam

yaitu, 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, dan 3)

sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne (1992:22) membagi 5

katagori dalam belajar yakni, 1) informasi ferbal, 2) keterampilan intelektual,

3) strategi kognitif, 4) sikap, dan 5) keterampilan motoris. Dalam sistem

pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler

maupun tujuan intruksional menunakan klasifikasi hasil belajar dari

Bunyamin Bloom dalam gagne (1992:23) yang secara garis besar dibagi

menjadi tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor).

Hasil belajar seorang peserta didik biasanya dinyatakan dengan angka,

untuk mendapatkan nilai tersebut dilakukan penilaian. Penilaian adalah upaya

atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu

tercapai, dengan kata lain tujuan itu adalah sebagai alat untuk mengetahui

keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik dan peserta

didik. Penilaian kegiatan belajar dan nilai hasil dapat dilakukan dengan suatu

alat evaluasi yang berupa tes.


Dari hasil evaluasi didapatkan berupa data kuantitatif, yakni angka-

angka sebagai indikator yang mencerminkan kemampuan peserta didik dalam

menyerap materi pelajaran. Angka atau bilangan numerik dalam hasil belajar

disebut data mentah. Agar skor ini mempunyai nilai sehingga dapat

ditafsirkan untuk menentukan prestasi peserta didik perlu diolah menjadi skor

masak.

Adapun tujuan penilaian menurut Arikunto (2008:7) adalah

mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan pelajaran karena telah

menguasai meteri dan siswa mana yang harus mengulang materi palajaran,

serta untuk mengetahui apakah metode yang di gunakan dalam pembelajaran

setelah sesuai. Sudjana (2002:2) menjelaskan tujuan penilaian adalah untuk

mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan intruksional oleh siswa. Hasil

belajar yang dikuasai sesuai target adalah 65% untuk individu dan untuk

klasikal adalah 85%.

Dalam menilai keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dilakukan di kelas


dengan teknik evaluasi yang di lakukan oleh seorang pendidik, guna
menilai keberhasilan metode pembelajaran yang diterapkan dalam
pembelajaran.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian praktik dalam bentuk

pelelitian tindakan (action research) dengan jenis diagnotik. Menurut

Suharsimi Arikunto (2008) penelitian tindakan bertujuan untuk memperbaiki

dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh dosen atau guru.

Dengan adanya penelitian tindakan kelas tenaga pengajar dapat memprediksi

dan mengarahkan perkembangan pendidikan dan pembelajaran yang ia

lakukan.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian ini dilaksanakan di SMK YPWKS Cilegon yaitu

kelas XI TOI dengan jumlah siswa 34 orang pada mata pelajaran Sistem

Kontrol Elektropneumatik semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian didahului dengan analisis segala permasalahan yang

berkaitan dengan proses pembelajaran pada ruang kelas. Selanjutnya

permasalahan yang terdeteksi akan dilakukan perumusan masalah, rencana

tindakan yang akan diterapkan pada kelas sebagai upaya dalam memecahkan

masalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Prosedur penelitian direncanakan adalah seperti model penelitian yang

dikembangkan oleh Lewin dalam Arikunto (2008: 83) dengan empat


komponen pokok yang dapat menunjang langkah-langkah penelitian yaitu, (1)

perencanaan, (2) tindakan; (3) pengamatan; (4) refleksi.

Siklus I

1. Perencanaan

Menurut Arikunto (2008) rencana penelitian tindakan merupakan

tidakan yang tersusun, teratur yang akan diterapkan dalam penelitian, dan

pandangan kedepan dalam sebuah tindakan. Dalam penelitian ini rencana

penelitian yang akan diaplikasikan dalam penelitian adalah:

Persiapan

a. Mempelajari silabus mata pelajaran yang akan diajarkan pada peserta

didik.

b. Mempersiapkan segala sesuatu yang nantinya dibutuhkan dalam

kegiatan observasi seperti blangko observasi, media pembelajaran,

Kegiatan pembelajaran.

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran kompetensi Macam macam katub

pada siswa dan memotivasi siswa dengan menetapkan standar

kompetensi siswa sebagai tujuan akhir dari pembelajaran.

b. Mengajukan pertanyaan pada siswa (seberapa dalam pengetahuan

siswa tetang kompetensi yang akan dipelajari).

Kegiatan inti dalam proses pembelajaran

a. Memberikan test awal pada siswa tentang kompetensi yang akan

diajarkan.
b. Menjelaskan materi umum kepada siswa dengan mengunakan media

pembelajaran berupa media gambar dan media asli (peralatan praktek)

c. Menyuruh siswa menarik kesimpulan setelah guru menjelaskan materi

pelajaran.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

dan menjawab pertanyaan.

e. Memberikan pertanyaan dari siswa ke siswa yang lain agar

menanggapi atau menjawab pertanyaan tersebut

Kegiatan akhir

a. Memberikan latihan setelah pembelajaran

b. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang sebagai pedoman dalam

pembelajaran selanjutnya.

2. Tindakan

Menurut Madya (1994:20) action (Tindakan) dalam penelitian

tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan secara sadar dengan

perencanaan yang matang. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah aplikasi dari perencanaan yang telah dibuat. Tindakan yang akan

dilakukan adalah:

a. Menerangkan materi secara umum

b. Memberikan contoh dengan menggunakan media gambar dan media

asli.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

dan menjawab pertanyaan.


d. Memberikan pertanyaan dari siswa ke siswa yang lain agar

menanggapi atau menjawab pertanyaan tersebut

3. Pemantauan (Observasi)

Menurut Madya (1994:22) observasi dilakukan untuk

mendokumentasikan pengaruh tindakan yang berkaitan. Pemantauan

dilakukan oleh peneliti dengan mencatat segala sesuatu yang terjadi pada

lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya. Pemantauan

dilakukan ketika jam pembelajaran sedang berlangsung (dilakukan dari

awal sampai akhir). Pengamatan dilakukan meliputi:

Aspek Siswa:

a. Keadaan siswa dalam kelas ketika terjadi interaksi pembelajaran yang

dilakukan

b. Keaktifan siswa dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan pada

siswa lain

c. Prilaku siswa dalam pembelajaran

Aspek Pembelajaran

a. Kesesuaian tindakan pembelajaran yang direncanakan.

b. Kondisi kelas saat pembelajaran

c. Pelaksanaan evaluasi

4. Refleksi

Refleksi menurut Arikunto (2008:29) adalah mendapatkan data

hasil pengamatan yang telah dilakukan dan kemudian dijasikan dasar

dalam menentukan tindakan selanjutnya. Sedangkan menurut


(Madya.1994:23) refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali

suatu tidakan yang persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.

Refleksi berusaha memahami proses, masalah dan persoalan serta tindakan

dalam tindakan strategi.

Refleksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

mengumpulkan data secara kuantitatif (nilai-nilai siswa pada tes awal dan

tes akhir) dan data secara kualitatif yaitu dengan menggunakan catatan-

catatan pada lembar observasi. Dengan adanya kegiatan ini akan

didapatkan sebuah hasil yang dapat disesuaikan dengan hipotesis serta titik

tolak bagi pelaksanaan atau siklus selanjutnya.

Siklus II

Pada dasarnya hal-hal yang dilakukan pada siklus II ini adalah

mengulang tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I. Dilakukan sejumlah

rencana baru untuk memperbaiki atau merancang tindakan baru sesuai dengan

pengalaman dan hasil refleksi yang diperoleh pada siklus I. Siklus II ini

dilakukan selama 3 kali pertemuan yang pelaksanaannya meliputi:

1. Perencanaan

a. Merancang siklus II ini sama dengan siklus I dengan materi yang

berbeda untuk memecahkan masalah siklus I.

b. Dari hasil refleksi serta tanggapan yang diberikan siswa pada siklus I

guru menyusun rencana baru untuk dibuat tindakannya antara lain:

mengawasi siswa lebih tegas dan memberikan teguran bagi siswa

yang kurang disiplin, membagi siswa dalam tujuh kelompok yang

masing-masing kelompok diberi media asli.


c. Memberikan motivasi agar siswa dapat lebih bergairah dan senang

belajar Sistem kontrol ELektropneumatik.

2. Tindakan

Tindakan siklus II ini adalah melanjutkan langkah-langkah yang

telah dilakukan pada siklus I dan beberapa perbaikan yang dianggap perlu

dan dapat memecahkan masalah yang ditemukan pada siklus sebelumnya.

Adapun tindakan yang dimaksud yaitu:

a. Melanjutkan penyajian materi dengan metode pembelajaran tanya

jawab dengan menggunakan media gambar dan media asli (peralatan

praktek)

b. Membagi siswa dalam tujuh kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari empat orang kecuali satu kelompok tiga orang.

Masing-masing kelompok diberi media asli yang sesuai dengan materi

yang jelaskan guru yaitu berupa peralatan praktek.

c. Guru selalu memberi pujian pada siswa yang menjawab pertanyaan

atau memberi pertanyaan pada guru.

d. Jawaban yang kurang tepat dari siswa disuruh sempurnakan dengan

siswa lain.

e. Setelah guru selesai menjelaskan materi pelajaran siswa diberi latihan

menggambar single line dan wiring diagram instalasi penerangan yang

dibimbing dan diawasi oleh guru.

f. Diakhir pembelajaran siswa disuruh untuk membuat kesimpulan dan

guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa.

3. Tahap Observasi
Secara umum tahap observasi siklus II ini adalah melanjutkan

kegiatan pada siklus I yang dilaksanakan pada saat proses belajar

mengajar. Observasi yang dilakukan lebih ditingkatkan kecermatannya dan

diupayakan secara maksimal agar siswa lebih berpartisipasi secara aktif

dalam mengikuti pelajaran serta termotivasi untuk menyelesaikan latihan.

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut: data mengenai perubahan sikap dan keaktifan siswa di

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar diambil dengan cara

pengamatan atau observasi dengan instrumennya berupa lembar observasi

dan hasil tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II.

D. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

berupa format-format yang digunakan dalam mencatat proses yang terjadi

selama tindakan berlangsung. Alat mengumpulkan data yang dimaksud yaitu:

1. Lembaran observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam belajar

diambil dari lembaran observasi,

2. Tes untuk hasil belajar.

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik persentase, yaitu

F
X= x100%
N
Dimana :

X = Persentase jawaban responden

F = Jumlah pilihan tiap alternatif

N = Jumlah responden

Untuk mengetahui keberhasilan penelitian digunakan ketentuan yang

ditemukan oleh Arikunto (2002: 54) dengan persentase keaktifan sebagai

berikut.

0-20% = kurang sekali

21- 40% = kurang

41-60 % = cukup

61- 80% = baik

81-100% = sangat baik

F. Indikator Keberhasilan Tindakan

1. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila telah memenuhi kriteria

penilaian 61-80% (baik).

2. Hasil Tes

Tes ulangan harian siswa dikatakan berhasil jika nilai tes ulangan

harian besar sama atau lebih besar dari KKM yaitu 75.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: Bumi Aksara
Bloom, (2000). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). New York: Anderson,
O.W and Kratwohl, D.R.
Nana Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Oemar Hamalik. 2003. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina
Aksara.

Tim pengembangan IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. IKIP Semarang.


Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo .
Lampiran
Lembar Hasil Pengamatan

Mata Pelajaran: Sistem Kontrol Elektropneumatik


Tanggal :

No Komponen yang diamati F %


A. Aktifitas Positif Siswa Dalam PBM:
1. Hadir tepat waktu
2. Menyiapkan alat-alat pelajaran
3. Memperhatikan guru menerangkan pelajaran
4. Siswa bertanya dan memberikan jawaban dalam
PBM
5. Mengerjakan latihan
6. Serius mengerjakan latihan
B. Aktifitas negatif siswa dalam PBM
1. Terlambat
2. Tidak menyiapkan alat-alat pelajaran
3. Berbicara tanpa memperhatikan pelajaran
4. Mengantuk
5. Permisi keluar
6. Tidak bertanya dan menanggapi pelajaran
7. Tidak mengerjakan latihan

Anda mungkin juga menyukai