Tatalaksana
Tatalaksana
STASE ENDOKRINOLOGI
OLEH
Pembimbing :
dr. Dharma Lindarto, Sp.PD (K.EMD)
Menyetujui/ Mengesahkan :
Ketua Subdevisi
Endokrinologi Metabolik Diabetik
Penyakit Dalam
FK USU/RSUP. HAM Medan
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dr. Dharma Lindarto, Sp.PD (K.EMD), selaku pembimbing,
atas pengarahan dan bimbingan yang diberikan dalam penulisan makalah ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Hormat saya,
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
I. Pendahuluan 1
II. Definisi 2
III. Etiologi 2
IV. Patofisiologi 2
V. Manifestasi Klinis 4
VI. Diagnosis
VI.1. Pemeriksaan Neurologis 5
VI.2. Pemeriksaan Penunjang 7
VII. Penatalaksanaan
VII.1. Penatalaksanaan Umum 10
VII.2. Penatalaksanaan Hipoglikemik 10
VII.3. Penatalaksanaan Peningkatan Tik 10
VII.4. Penatalaksanaan Kejang 11
Gambar 1. Neuroimejing 8
I. PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup. World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030. Dari data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun
2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun
sebanyak 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM di daerah urban 14,7% (8,2 juta)
dan 7,2% (5,5 juta) di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan
penduduk diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk di
atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi tersebut maka prevalensi DM di
daerah urban 14,7% (12 juta) dan daerah rural 7,2% (8,1 juta).(1)
Hipoglikemia pada pasien DM merupakan faktor penghambat utama
dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal atau mendekati normal.
Gangguan pasokan glukosa ke otak yang berlangsung beberapa menit dapat
menimbulkan disfungsi sistem saraf. Dalam the Diabetes Control and
Complication Trial (DCCT) yang dilaksanakan pada pasien diabetes tipe 1,
kejadian hipoglikemia berat tercatat pada 60 pasien setiap tahunnya pada
kelompok yang mendapat terapi insulin intensif dibandingkan dengan 20 pasien
setiap tahunnya pada kelompok yang mendapat terapi konvensional.
Sebaliknya, dengan kriteria yang berbeda kelompok the Dusseldorf
mendapatkan kejadian hipoglikemia berat sebanyak 28 orang dengan terapi
insulin intensif dan 17 dengan terapi konvensional. Pada pasien DM tipe 2
kejadian hipoglikemia berat jauh lebih sedikit. Dari the United Kingdom
Prospective Diabetes Study (UKPDS), pada kadar HbA1c yang setara dengan
DCCT, dalam 10 tahun pertama kejadian hipoglikemia berat dengan terapi
klorpropamid timbul pada 0,4%, glibenklamid 0,6% dan insulin 2,3%. Kejadian
hipoglikemia juga meningkat dengan penggunaan insulin yang semakin lama.(2)
II. DEFINISI
Ensefalopati hipoglikemik adalah kerusakan otak sementara atau
permanen yang disebabkan oleh kekurangan glukosa (kadar glukosa darah <
60 mg/ dl). (1,3)
III. ETIOLOGI
Penyebab ensefalopati hipoglikemik pada banyak kasus adalah kelebihan
dosis insulin. Penyebab lain meliputi: obat oral hipoglikemik, insulin-secreting
neoplasm (insulinoma), defisiensi asupan glukosa (kelaparan, anoreksia
nervosa), gangguan absorpsi glukosa (malabsorpsi, diare kronik). (4,5)
V. MANIFESTASI KLINIS
Tidak ada hubungan yang tepat antara kadar glukosa darah dengan
gejala klinis. Koma pernah dilaporkan pada kadar glukosa darah 2-28 mg/dl,
stupor pada kadar glukosa darah 8-59 mg/dl dan confusion (bingung) pada
kadar glukosa darah 9-60 mg/dl. (4)
Gejala dan tanda ensefalopati hipoglikemik sebagai berikut: (4)
Waktu Gejala dan Tanda
30 menit Perspirasi, salivasi, somnolens, excitement dan gelisah,
takikardia
2 – 3 jam Kehilangan kontak dengan lingkungan, mioklonus, refleks
primitif muncul (grasping, sucking), dilatasi pupil reaktif
4 – 5 jam Koma, spasme tonik, extensor plantar response
5 – 6 jam Rigiditas deserebrasi
6 – 7 jam Pupil yang mengecil, bradikardia, flaksid, refleks menghilang
Pada beberapa pasien dapat dijumpai kejang. Kasus yang jarang dapat
dijumpai defisit serebral fokal hemiplegia. (6)
VI. DIAGNOSIS
Hipoglikemik akut menunjukkan gejala Triad Whipple, yang meliputi: a)
keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah,
b) kadar glukosa darah yang rendah, c) hilangnya secara cepat keluhan-
keluhan sesudah kelainan biokimia dikoreksi. (2)
Gangguan asupan glukosa yang berlangsung beberapa menit
menyebabkan gangguan fungsi sistem saraf pusat (SSP), dengan gejala
gangguan kognisi, bingung dan koma. Terdapat keragaman keluhan yang
menonjol di antara pasien maupun pada pasien itu sendiri pada waktu yang
berbeda.
PEMERIKSAAN NILAI
Membuka Mata
Mata terbuka dengan spontan 4
Mata membuka setelah diperintah 3
Mata membuka setelang diberi rangsang nyeri 2
Tidak membuka mata dengan rangsang apapun 1
Gerakan Motorik
Menuruti perintah 6
Dapat melokalisir nyeri 5
Menghindari nyeri 4
Fleksi (dekortikasi) 3
Ekstensi (deserebrasi) 2
Tidak ada gerakan dengan rangsang apapun 1
Berbicara
Menjawab pertanyaan dengan benar 5
Salah menjawab pertanyaan 4
Mengeluarkan kata-kata yg tidak sesuai 3
Mengeluarkan suara yg tidak ada artinya 2
Tidak ada jawaban 1
Jumlah 15
Atau penilaian lain dari tingkat kesadaran dapat dilakukan sebagai berikut:
(12,13)
e) Pemeriksaan motorik: kekuatan otot, refleks tendon dan tonus otot. (10)
VI.2.1. Laboratorium
VI.2.2. Neuroimejing
Pada penderita ensefalopati hipoglikemik serial CT Scans dan
MRI menunjukkan edema otak yang luas pada fase akut (dalam onset 1
minggu) dan atrofi otak yang luas pada fase kronik (dari 2 minggu
sampai dengan 12 bulan setelah onset). Pada CT Scans dijumpai lesi
hipodens yang persisten dan simetris dengan transient enhancement
pada nukleus kaudatus dan lentikular dan transient enhancement pada
korteks serebri terutama di regio parietal dan oksipital pada 7 – 14 hari
setelah onset.(16)
Pada MRI dijumpai hiperintens pada T2 di regio korteks dan
subkorteks terutama meliputi regio oksipital dan parietal dan splenium
korpus kalosum.(17)
Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan Penunjang
Assessment Etiologik
Intoksikasi:
- Stroke
- Obat - Abnormalitas
- Trauma
- Insektisida metabolik
- Tumor
VII. PENATALAKSANAAN - NAPZA - Infeksi
VII.1. Penatalaksaan Umum
Penderita enefalopati hipoglikemik yang mengalami penurunan
kesadaran maka secara umum dilakukan:
a) Pastikan jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) dalam keadaan
baik, bila perlu dapat dilakukan intubasi. (4)
b) Circulation: beri cairan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil untuk
mendapatkan perfusi otak, jantung dan ginjal yang adekuat.(16)
e) Bila kejang belum teratasi selama 30-60 menit, rawat ICU, beri propofol
(2 mg/kg) atau midazolam (0,1 mg/kg)
14. Eccher M and Suarez JI. Cerebral Edema and Intracranial Dynamics:
Monitoring and Management of Intracranial Pressure. In: Suarez JI (Ed.).
Critical Care Neurology and Neurosurgery . New Jersey: Humana Press,
2004.