2 (Februari, 2019)
ABSTRAK
Remaja merupakan kelompok berisiko terhadap penyalahgunaan NAPZA salah satu penyebabnya adalah
remaja berada pada masa transisi dimana mempunyai kepribadian coba-coba atau iseng , mudah
terpengaruh teman sebaya dan lingkungannya sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari segi
pencegahan dan penangannya. Penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan the non
randomized pretest posttest design. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 remaja. Hasil kegiatan
teridentifikasinya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku pada kelompok remaja;. Simpulan dari
penelitian ini adalah multydimensional family therapy efektif dan aplikatif digunakan mencegah dan
mengatasi penyalahgunaan NARKOBA pada remaja . Penulis merekomendasikan perlunya perawat untuk
berperan dalam penyusunan program dan terlibat aktif dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier
Narkoba.
ABSTRACT
Youth has agreat risk of Drug abuse (NARKOBA) is one of the causes of adolescents in a transition period
where they have a trial and error personality, are easily influenced by peers and their environment so they
need special attention in terms of prevention and handling. This study was quasi experimental with a non
randomized pretest posttest design. The number of samples in this study were 36 teenagers. The results of
the activities identifying are increasing knowledge, attitudes and behavior in adolescent groups; The
conclusion of this study is that effective and applicable multydimensional family therapy is used to prevent
and overcome drug abuse in adolescents. The writer recommends the importance of community nursery to
paricipate in setting the programe and actively involved in prime prevention, secondary, and tersier of drug
abuse
journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy 55
ISSN : 2597-3851 Vol. 2 No. 2 (Februari, 2019)
60.0%
yang tidak lengkap diisi, sehingga responden 40.0%
dianggap drop out sehingga total responden yang 20.0% Sesudah
mengisi angket berjumlah 36 remaja. Karakteristik 0.0% Tingkat Pengetahuan Sebelum
usia remaja yang terlibat dalam penelitian ini
Kurang Cukup Baik
adalahremaja pertengahan usia 10-15 tahun,
tinggal di Kelurahan Tugu, dan berisiko
penyalahgunaan NARKOBA. Remaja tersebut Gambar 1. terjadi perubahan tingkat
mengikuti kegiatan dalam peer group remaja. pengetahuan peer group remaja. Sebelum MDFT
journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy 56
ISSN : 2597-3851 Vol. 2 No. 2 (Februari, 2019)
UJI T Dependent
40.0%
20.0%
Sesudah Tabel 3. Distribusi Rata-Rata Tingkat
0.0% Sikap Sebelum
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Peer
Kurang Cukup Baik
Group Remaja Sebelum dan Sesudah
MDFT
Gambar 2. terjadi perubahan sikap peer group
remaja. Sebelum MDFT sikap kurang lebih tinggi Variabel Mea N SD SE T-hit P
dibandingkan setelah MDFT, setelah MDFT sikap n valu
e
baik lebih tinggi dibandingkan sebelum MDFT. Pengetahua
n:
Gambar 3. Perilaku Peer Group Remaja Sebelum Sebelum 6.92 3 0.691 0.115
6 8 3 0.00
dan Sesudah MDFT -11.879
Sesudah 8.61 3 0.687 0.114 0
6 8 6
Sikap:
60.0%
Sebelum 6.94 3 0.954 0.159
Nilai (%)
40.0% 6 5 1 0.00
-10.941
Sesudah 8.83 3 0.654 0.109 0
20.0% 6 7 1
Sesudah Perilaku:
0.0% Perilaku Sebelum
Sebelum 7.31 3 0.709 0.118
Kurang Cukup Baik 6 9 3 0.00
-7.4833
Sesudah 8.64 3 0.682 0.113 0
6 5 8
Gambar 3. terjadi perubahan perilaku peer
group remaja. Sebelum MDFT perilaku kurang
lebih tinggi dibandingkan setelah MDFT, setelah Tabel 3. menunjukkan pada peer group
MDFT perilaku baik lebih tinggi dibandingkan remaja rata-rata tingkat pengetahuan sebelum
sebelum MDFT. MDFT adalah 6.92 dengan standar deviasi 0.6918.
Rata-rata tingkat pengetahuan setelah MDFT
Gambar 4. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan adalah 8.61 dengan standar deviasi 0.6878. Hasil
Perilaku Peer Group Remaja uji statistik didapatkan nilai P sebesar 0.000 (<
Sebelum dan Sesudah MDFT 0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan
100.0%
80.0% sesudah MDFT dilakukan.
60.0% Tabel 3. menunjukkan pada peer group
40.0%
20.0% Sesudah remaja rata-rata sikap sebelum MDFT adalah 6.94
0.0% Sebelum dengan standar deviasi 0.9545. Rata-rata sikap
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Baik
Baik
Baik
Nilai (%)
journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy 57
ISSN : 2597-3851 Vol. 2 No. 2 (Februari, 2019)
Tabel 3. menunjukkan pada peer group NARKOBA adalah faktor keluarga yang tidak
remaja rata-rata perilaku sebelum MDFT adalah harmonis.
7.31 dengan standar deviasi 0.7099. Rata-rata Intervensi MDFT diberikan untuk
perilaku setelah MDFT adalah 8.64 dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,dan
standar deviasi 0.6825. Hasil uji statistik
perilaku remaja berkaitan dengan risiko
didapatkan nilai P sebesar 0.000 (< 0.05) maka
dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
penyalahgunaan NARKOBA. Intervensi
antara perilaku sebelum dan sesudah MDFT dengan anak remaja yaitu : (1) berkomunikasi
dilakukan. secara efektif dengan orangtua dan lainnya,
MDFT merupakan kegiatan atau upaya (2) memecahkan masalah interpersonal
pendekatan pada keluarga. Proses kegiatan ini dengan efektif, (3) mengatasi dan menangani
bertujuan supaya terjadi perubahan pengetahuan, kemarahan dan dorongan emosi, (4)
sikap, juga pelayanan kesehatan yang adekuat meningkatkan kopetensi social, dan (5)
sehingga menfasilitasi perubahan perilaku yang mengkritisi peranan dan penggunaan Narkoba
mendukung kesehatan. Peningkatan pengetahuan dalam kehidupan remaja ( Liddle, H. A. 2009)
yang didapatkan keluarga, disebabkan Pendekatan strategi intervensi dilakukan
penggunaan suatu pendekatan yang tepat dalam melalui kehiatan pendidikan kesehatan,
penyampaian pesan kepada sasaran.
proses kelompok, pemberdayaan, dan
Promosi kesehatan harus diberikan
kemitraan dalam mengatasi permasalahan
dengan metode dan media yang sesuai
penyalahgunaan NARKOBA pada remaja
dengan kondisi dan latar belakang yang
(Anderson & McFarlane, 2004). Intervensi
sesuai dengan remaja agar tercapai hasil yang
keperawatan komunitas ini dilakukan dalam
diharapkan yaitu perubahan pengetahuan dan
pelaksanaan program MDFT sebagai bentuk
sikap remaja sehingga tercapai keefektifan
program kegiatan dalam mengatasi masalah
pencegahan risiko penyalahgunaan
risiko penyalahgunaan NARKOBA pada
NARKOBA (Nies &McEwen 2007;
kelompok remaja. Program pelayanan MDFT
Notoatmojo, 2010). 100% keluarga dengan
dilakukan dalam beberapa langkah yang
gangguuan hubungan interpersonal, artinya
terencana, terkoordinasi, dan terarah dengan
bahwa keluarga tersebut mengalami
melibatkan multidimensi dan multi faktor
hubungan yang tidak harmonis dengan
melalui serentetan kegiatan yaitu :
remaja dan keluarga tersebut berada pada
saresehan remaja, penjaringan dan MDFT
risiko mengalami penyalahgunaan
calon peer educator dan kelompok pendukung
NARKOBA..
peer edukator, pelaksanaan kegiatan MDFT
Ketidak harmonisan atau disfungsi dalam
dalam peer group remaja, peer keluarga dan
lingkungan eksternal menjadi salah satu
peer tokoh masyarakat serta diakhiri dengan
faktor pencetus terjadinya penyalahgunaan
evaluasi kegiatan dalam monitoring, follow up
NARKOBA. Selanjutnya Hawari (2001)
kegiatan melalui pencatatan dan pelaporan
menjelaskan bahwa remaja yang hidup
kegiatan. Penyusunan intervensi keperawatan
dengan keluarga yang tidak harmonis
dalam mengatasi masalah penyalahgunaan
mempunyai risiko relatif 7,9 kali terjadinya
NARKOBA disesuaikan dengan prgram PKPR
penyalahgunaan NARKOBA dibandingkan
dinas kesehatan, progam P4GN BNK / BNN
dengan remaja yang hidup dengan keluarga
serta menjalankan amanah undang – undang
yang harmonis. Hal senada juga diungkapkan
nomor 5 tentang NARKOBA yang dituangkan
oleh Sindelar dan Fielillin ( 2001, dalam Mc.
dalam pasal 104, 105 dan 106
Murray, 2003) bahwa lingkungan keluarga
Strategi intervensi proses kelompok
yang tidak harmonis akan berpengaruh negatif
digunakan penulis karena melalui proses
pada perilaku remaja yaitu remaja kehilangan
kelompok remaja akan mendapatkan
role model dari keluarga. Hasil penelitian
dukungan sosial berupa bantuan fisik,
Ritanti (2010) juga menyebutkan bahwa salah
psikologis, kepedulian atau kesediaan dalam
satu penyebab remaja menyalahgunakan
membantu mencapai perilaku adaptif (Pender,
journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy 58
ISSN : 2597-3851 Vol. 2 No. 2 (Februari, 2019)
et all., 2002). Implementasi proses kelompok diatas dan terdapat peran aktif remaja
ini diwujudkan dalam bentuk kelompok sebaya (terdapat peningkatan lebih dari 2 SD).
dengan intervensi edukasi sebaya pembinaan Pencapaian hasil tersebut dipengaruhi oleh
penulis serta melibatkan kader kesehatan tindakan edukasi sebaya yang dilakukan oleh
remaja sebagai pelaku utamanya, support kader remaja sebagai bentuk kelompok
peer kelompok keluarga dan ibu peduli sebaya didukung adanya buku panduan
NARKOBA. pencegahan risiko penyalahgunaan
Edukasi sebaya digunakan sebagai NARKOBA. Menurut Notoadmodjo (2010)
intervensi utama pada· kelompok remaja pendidikan kesehatan yang dilakukan secara
dalam pencegahan renyalahgunaan efektif dapat mempengaruhi perubahan
NARKOBA dengan alasan bahwa pada tahap pengetahuan untuk kemudian akan dapat
usia ini remaja sering disebut gang atau masa merubah sikap seseorang terhadap suatu hal.
suka berkelompok karena peran kelompok Pendidikan kesehatan yang efektif disini
sebaya sangat berarti baginya Edukasi adalah adanya kelompok sebaya (kader
kelompok sebaya mempunyai pengaruh positif remaja peduli NARKOBA) yang melakukan
bagi anggotanya. Pengaruh tersebut meliputi edukasi sebayanya, sehingga efektif hasilnya,
anggota lebih siap menghadapi kehidupan hal ini didukung oIeh Pender, et all., (2002)
yang akan datang, dapat mengembangkan proses yang terjadi di dalam kegiatan
solidaritas antar anggota, saling berlatih kelompok sebaya berorientasi pada perilaku
memperoleh pengetahuan dan melatih deteksi dan kognitif.
NARKOBA, anggota lebih bersifat mandiri, Menurut Becker, 1974 dalam Pender,
serta adanya penyaluran perasaan dan et.all., (2002) upaya mendapatkan tingkat
pendapat demi kemajuan kelompok penerimaan yang benar dalam edukasi
(Hitchcock, 1999; ritanti, 2010). sebaya maka diperlukan isyarat-isyarat
Setelah intervensi edukasi sebaya maka berupa faktor eksternal yang bersifat sebagai
terjadi peningkatan lebih dari 2 SD menjadi pendorong untuk melakukan tindakan bagi
100% mengikuti kegiatan kelompok sebaya, remaja seperti pesan media massa, nasihat
mendapat pendidikan kesehatan tentang teman sebaya, nasihat guru, petugas
NARKOBA dalam kelompok sebaya, dan kesehatan atau anggota keluarga. Dalam
mengikuti pendidikan kesehatan dalam kegiatan ini remaja mendapat pesan atau
kelompok sebaya. selain itu terdapatnya informasi dari kelompok sebaya yang dimotori
fasilitas tempat pertemuan remaja dan acara oleh support peer .
istighosah mejelang ujian siswa SMA serta Kegiatan edukasi sebaya terkait deteksi
pada kegiatan penyuluhan kesehatan pada NARKOBA , sebelum edukasi tidak pernah
Adanya kesepakatan dengan pihak BNK untuk dikerjakan Keberhasilan tindakan ini dapat
upaya pembinaan berkelanjutan terkait dilihat dari capaian adanya peningkatan
pencegahan penyalahgunaan NARKOBA kemampuan dari anggota edukasi dalam
pada remaja. Hal ini dikarenakan adanya melakukan deteksi dengan benar dan masing
dukungan dari kelompok support peer yaitu – masing anggota peer telah melakukan
kelompok ibu dan keluarga peduli NARKOBA deteksi terhadap teman, tetangga dan
yang selalu melibatkan sebayanya dalam saudara dan 75% remaja mempunyai
kegiatan edukasi sebaya. kemampuan melakukan upaya untuk
Intervensi edukasi sebaya yang dilakukan mengatasi masalah terkait upaya pencegahan
kelompok remaja beserta kader kesehatan penyalahgunaan NARKOBA serta
remaja dalam merubah sikap remaja yang meningkatnya jumlah remaja yang bersedia
kurang mendukung dalam pencegahan risiko untuk express feeling (curhat) kepada peer
penyalahgunaan NARKOBA. Hal ini dapat konselor dalam menyelesaikan masalahnya.
dilihat adanya capaian peningkatan kterlibatan dengan demkian terjadi peningkatan atau
remaja pada beberapa kegiatan tersebut keberhasilan .
journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy 59
ISSN : 2597-3851 Vol. 2 No. 2 (Februari, 2019)
journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy 60