Anda di halaman 1dari 2

Dunia kita merupakan dunia internet, ketika kita membuka internet maka dis sana

kita akan mendapatkan berbagai hal. Teknologi mempermudah kita untuk


mengakses segala hal tapi sejalan dengan itu banyak berita Hoax yang tersebar.
tahun 2017 rilis resmi menyebutkan bahwa Indonesia urutan keempat pengguna
media sosial terbanyak dengan 270 juta jiwa, dan satu orang bisa memiliki lebih
dari satu akun facebook/sosialmedia.

Namun sebagai orang muda yang memiliki jiwa pancasilais, hendaklah kita
mempergunakan social media sebagai media untuk meyalurkan bakat dan minat.
Kita biasa mempergunakan media social untuk berwirausaha.

Di era digital, dengan kreativitas yang dimilikinya, anak muda berperan sangat
penting dalam menggerakkan lalu lintas informasi dan begitu aktif
mengampanyekan ide-ide lewat konten-konten kreatif di media sosial. Sayangnya,
tak sedikit konten-konten yang beredar, konten-konten kekerasan, pornografi,
provokasi, penipuan dan lain sebagainya.

Narasi-narasi Pancasila harus dikemas dalam bentuk konten-konten dengan nuansa


yang karib dengan kehidupan keseharian. Video-video naratif berdurasi pendek
harus secara masif diproduksi untuk menyasar kalangan yang tak bisa betah
membaca teks tulisan panjang. Hal ini, bukan berarti menyerah pada keadaan dan
turut hanyut dalam budaya informasi yang serba instan. Namun, semata-mata
untuk menyiasati kenyataan zaman yang terus bergerak ke arah kehidupan yang
semakin praktis. Ini semacam strategi kebudayaan untuk mengintrodusir ide-ide
Pancasila agar muda diserap oleh generasi muda yang menjadi pengguna terbesar
media informasi.

Literasi Pancasila, harus pula seturut agenda-agenda keagamaan dan kebudayaan


lewat tradisi rakyat yang masih terus hidup. Hal itu harus dilakukan, mengingat
lewat agama dan kebudayaanlah sebuah ide dapat diterima secara terbuka oleh
masyarakat Indonesia yang multikultural. Sekaligus, sebagai jendela membangun
narasi keagamaan dan kebudayaan yang inklusif, sebagai satu visi dari Pancasila
itu sendiri.

Ingatan bahwa Pancasila pernah menjadi alat hegemonik penguasa zaman orde
baru, memang masih membekas kuat, sehingga setiap upaya yang dilakukan oleh
negara untuk memperkuat Pancasila sebagai ideologi bangsa, tidak jarang
memantik kecurigaan. Namun, di tengah berbagai persoalan kebangsaan yang
terjadi, kita harus menampik berbagai kecurigaan itu, dengan membuka partisipasi
seluas-luasnya, melibatkan berbagai kalangan untuk turut ambil bagian mendorong
desiminasi narasi Pancasila.

Bijaklah mengunakan media social untuk Damai NTT, Damai Indonesiaku …

Anda mungkin juga menyukai