Anda di halaman 1dari 128

DEPDIKNAS

JURNAL

TEKNODIK
Website: http://pustekkom.depdiknas.go.id

Vol. XIII No. 2 Desember 2009

Studi Pengembangan E-learning


Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Pemanfaataan Media Pembelajaran Komputer dan


Tingkat Berfikir Kreatif Terhadap Prestasi Belajar
di SMK Negeri 1 Seyegan Sleman

Hubungan antara Sikap Siswa SMA


dalam Penggunaan Media Pembelajaran Fisika
dalam Bentuk CD Terhadap Hasil Belajar

Jurnal Jakarta ISSN:


Vol. XIII No. 2 Hal 1-127
Teknodik Des 2009 0854-915X

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 1
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
JURNAL
TEKNODIK
Vol. XIII No. 2 Des 2009

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

EDITORIAL ..................................................................................................... 3

1. Studi Pengembangan E-learning pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


(M. Miftah) ................................................................................................ 7
2. Pemanfaataan Media Pembelajaran Komputer dan Tingkat Berfikir Kreatif
Terhadap Prestasi Belajar di SMK Negeri 1 Seyegan Sleman
(Dr. Syaad Patmanthara dan Prayitno) ......................................................... 23
3. Hubungan antara Sikap Siswa SMA dalam Penggunaan Media
Pembelajaran Fisika dalam Bentuk CD terhadap Hasil Belajar
(Dr. I Made Astra, M.Si) .............................................................................. 36
4. Difusi dan Institusionalisasi Inovasi dalam Teknologi Pembelajaran
(Drs. Bambang Warsita, M.Pd) ................................................................... 50
5. Studi Khalayak Pendengar Radio Edukasi/Analisis Kebutuhan Masyarakat
akan Siaran Radio Edukasi
(Innayah) .................................................................................................... 63
6. Siaran Televisi sebagai Media Pembelajaran di Sekolah
(Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd., dan Drs. Haryono) ...................................... 72
7. Standardisasi Tes Bakat Skolastik (Tbs)
(Drs. I Ketut Darma, M.Pd ) ......................................................................... 82
8. Masihkah Relevan Model Penataran Guru SD Melalui Siaran Radio Pendidikan?
(Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd) .................................................................... 95
9. Strategi Pembelajaran untuk Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Penulisan Naskah Program Televisi/Video Pembelajaran
(Drs. Waldopo, M.Pd.) ............................................................................... 106
10.Pengukuran dan Instrumen Alat Ukur Pendidikan
(Rini Susanti, M.Pd) ................................................................................... 117

ACUAN PENULISAN ....................................................................................... 127

123
123
2 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
EDITORIAL

S yukur Alhamdulillah, atas rahmat dan


perkenan Allah SWT Jurnal Teknodik Vol XIII
No. 2 tahun 2009 telah hadir di hadapan Anda.
pembelajaran konvensional dengan tingkat berpikir
kreatif terhadap prestasi belajar.

Seperti biasa edisi ini menyajikan berbagai artikel I Made Astra, melaporkan hasil penelitian yang
maupun hasil penelitian yang berhubungan dengan berjudul “Hubungan antara sikap siswa SMA dalam
masalah pendidikan. Kesemuanya berjumlah 10 penggunaan media pembelajaran Fisika Dalam
buah. bentuk CD terhadap hasil belajar”. Tujuan penelitian
untuk mengetahui pengaruh sikap siswadalam
M. Miftah, menyampaikan penelitian tentang penggunaan media pembelajaran fisika dalam
Pengembangan e-Learning pada Sekolah bentuk CD terhadap hasil belajar siswa. Hasil
Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian bertujuan penelitian menun-jukkan bahwa penggunaan media
untuk memperoleh program multimedia pembelajaran dalam bentuk CD dapat
pembelajaran yang berkualitas. Sampel penelitian mempengaruhi sikap positip siswa dan
160 orang siswa SMK dari 18 SMK yang tersebar memberikan kontribusi yang linear terhadap hasil
di 8 kota. Mereka berasal dari jurusan Mekanik belajar fisika siswa. Oleh sebab itu untuk
otomotif, Audio Video, Permesinan dan Busana. meningkatkan hasil berlajar siswa dapat digunakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 media pembelajaran dalam bentuk CD.
program multimedia omline mengenai mekanik
otomotip, audio video, teknik permesinan, dan Bambang Warsito, menyajikan artikel tentang
teknik busana memiliki nilai rata-rata skor total “Difusi dan Institusionalisasi Inovasi dalam
126,88 atau 50%. Hasil ini menunjukkan bahwa Teknologi Pendidikan” Inovasi dapat berupa
aspek-aspek: pembelajarannya, kurikulum, konten/ gagasan, benda, atau teknologi yang dipandang
isi, tampilan, kompabilitas, optimalisasi dan baru oleh individu atau organisasi. Difusi merupakan
kreativitas dinilai baik dan sangat baik. proses mengkomunikasikan suatu inovasi sehingga
dapat diadopsi dan digunakan oleh warga
Syaad Patmanthara dan Prayitno, meneliti masyarakat. Sedangkan proses adopsi inovasi
tentang Pemanfaatan Media Pembelajaran melalui tahapan kesadaran, minat, penilaian,
Komputer dan Tingkat Berfikir Kreatif Tterhadap percobaan dan adopsi. Dalam proses adopsi
Prestasi Belajar. Penelitian dilakukan di SMK N 1, inovasi menuntut adanya konsekuensi berupa
Sayegan, Sleman-Yogyakarta. Penelitian berjenis perubahan pada individu atau sistem sosial sebagai
quasi eksperimen, dengan sampel penelitian siswa akibat dari mengadopsi atau menolak suatu
kelas III smester gasal sebanyak 2 kelas yang inovasi. Institusionalisasi inovasi terjadi bila inovasi
mengambil keahlian mekanik otomatip. Hasil telah menjadi bagian integral dalam suatu
penelitian menunjukkan bawa: (1) ada perbedaan organisasi atau sistem sosial masyarakat. Dalam
prestasi belajar kelompok siswa yang diajar dengan teknologi pembelajaran, teori difusi inovasi dapat
media pembelajaran komputer (kelas eksperimen) diaplikasikan dalam pemanfatan teknologi
lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang diajar khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi
dengan media pembelajaran konvensional (kelas (TIK) seperti pembelajaran berbantuan komputer
kontrol). (2) ada perbedaan prestasi belajar (CAI), e-dukasi.net, siaran televisi edukasi (TVE),
kelompok siswa yang memiliki tingkat berpikir siaran radio edukasi, dan sebagainya.
kreatif tinggi prestasi belajarnya lebih baik dari
kelompok siswa yang memiliki tingkat berpikir Inayah, melaporkan hasil penelitian yang berjudul
kreatif rendah. (3) tidak ada interaksi antara metode “Studi Khalayak Pendengar Radio Edukasi/Analisis
pembelajaran dengan komputer dibanding metode Kebutuhan Masyarakat Akan Siaran Radio Edukasi

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 3
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
(RE)”. Penelitian dilakukan di wilayah kota di Lingkungan Politeknik Negeri Bali”. Penelitian
Yogyakarta, kabupaten Sleman, dan kabupaten bertujuan untuk: mendapatkan seperangkat tes
Bantul antara tanggal 20-28 Juni 2008, dengan bakat skolastik yang standarisasi sebagai alat
responden siswa dan guru. Dari data yang diperoleh seleksi calon mahasiswa baru dan mengetahui
menunjukkan bahwa responden menyatakan tingkat validitas dan reliabilitas tes bakat skolastik
senang mendengarkan siaran radio, meskipun yang telah distandarisasi. Penelitian dilaksanakan
durasi mendengarkan relatif sebentar, yaitu kurang di Politeknik Negeri Bali terhadap calon mahasiswa
dari satu jam sampai dua jam. Meskipun belum baru yang mendaftar melalui jalur TBS tahun 2008/
meluas, sebagian masyarakat sudah mengetahui 2009. Objek penelitian adalah butir soal TBS
berdirinya sebuah stasiun radio pendidikan, yaitu sebanyak 210 butir, terdistribusi pada tiga aspek
Radio Edukasi. Hal ini dinyatakan dalam angket yaitu penalaran verbal sebanyak 75 butir, penalaran
dimana 30 responden siswa (60%) dan 20 kuantitatif 60 butir, dan penalaran analisis 75 butir.
responden guru (83%) telah mengetahui adanya Sebelum uji coba tes telah divalidasi secara
RE. Dari responden yang mengetahui RE, 19 teoretik menggunakan teknik Gregory. Hasil
responden siswa (60%), dan 12 responden guru pengujian menunjukkan tingkat validitas 0,96.
(60%) menyatakan pernah mendengarkan siaran Secara proposional sampling diambil 90 butir
RE. sebagai sampel, untuk selanjutnya dianalisis.
Pengujian validitas konstruk menggunakan analisis
Sudirman Siahaan dan Haryono, menulis artikel faktor konfirmatory. Hasil pengujian mendapatkan
yang berjudul “Siaran Televisi Sebagai Media 72 butis tes yang valid sebagai butir-butir tes yang
Pembelajaran di Sekolah. Sebagian besar materi terstandarisasi dengan koefisien reliabilitas sangat
pembelajaran (94%) diserap oleh peserta didik/ tinggi, yakni 0,936. Dimensi pengukuran tes
siswa melalui indera penglihatan dan indera mencakup penalaran verbal, kuantitatif, dan analitis.
pendengaran (83% melalui indra penglihatan dan Calon mahasiswa dinyatakan diterima, bila
11% melalui indra pendengaran). Dengan demikian, memperoleh skor mentah di atas 39 atau di atas
siaran televisi sebagai media audio visual (media skor baku 48
pandang dengar) sangat potensial untuk dapat
dijadikan guru sebagai salah satu media Sudirman Siahaan, menyajikan artikel yang
pembelajaran di sekolah. Dengan keunggulan yang berjudul “Masihkah Relevan Model Penataran Guru
demikian ini, pemanfaatan siaran televisi sebagai SD Melalui Siaran Radio Pendidikan?”. Indonesia
media pembelajaran di sekolah secara terencana sebagai salah satu negara berkembang telah
dan teratur akan dapat meningkatkan prestasi memanfaatkan siaran radio untuk kepentingan
belajar siswa dan mutu pendidikan pada umumnya. penataran bagi peningkatan kompetensi Guru.
Sekalipun siaran televisi sebagai media pendidikan Sekalipun teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
(media pembelajaran) sudah mulai dikenal, baik di sudah berkembang sedemikian pesatnya, namun
kalangan guru dan pendidik khususnya dan pada kenyataannya, siaran radio masih tetap
masyarakat pada umumnya namun dirasakan kebutuhan dan manfaatnya oleh
pemanfaatannya sebagai media pembelajaran di masyarakat luas. Program media siaran radio untuk
sekolah tampaknya belum dilaksanakan secara pendidikan telah memiliki sejarah yang panjang.
maksimal. Dalam kaitan ini, Departemen Di bidang pendidikan masyarakat dikenal dengan
Pendidikan Nasional melalui Pusat Teknologi adanya Radio Jawatan Pendidikan Masyarakat
Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) pada tahun 1951. Selama Orde Baru, pemerintah
telah berupaya membantu melengkapi sekolah- dengan sangat gencarnya memanfaatkan siaran
sekolah dengan peralatan pemanfaatan siaran radio untuk kepentingan masyarakat petani/
Televisi Edukasi (TVE), walaupun masih dalam pedesaan (Siaran Perdesaan). Untuk kepentingan
skala yang terbatas. Upaya yang telah dirintis ini penataran guru, khususnya guru Sekolah Dasar
diharapkan bisa menjadi stimulan sehingga (SD), dikenal dengan adanya pendidikan dan
diharapkan dapat direspon positif oleh Pemerintah pelatihan guru SD melalui siaran radio pendidikan
Daerah dalam melakukan tindak lanjutnya. (Diklat SRP Guru SD) yang perintisannya dimulai
pada tahun 1976. Pada awalnya, pemanfaatan
I Ketut Darma, melaporkan hasil penelitiannya siaran radio untuk kepentingan penataran guru SD
tentang “Standarisasi Tes Bakat Skolastik (TBS) dimulai secara terbatas, yaitu di daerah
Sebagai Standar Dalam Seleksi Mahasiswa Baru persemaian, Yogyakarta dan Semarang.

123
123
4 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Berdasarkan hasil evaluasi, Diklat SRP ini bukan hanya dituntut untuk pandai menyampaikan
kemudian disebarluaskan ke 9 propinsi lainnya. materi Diklat, tetapi juga dituntut untuk pandai
Dengan kebijakan otonomi daerah, pengelolaan membuat peserta Diklat terlibat aktif (involve) di
penataran guru SD melalui siaran radio ini dalamnya, sehingga peserta Diklat menjadi enjoy
mengalami pasang surut. Di beberapa propinsi, dan terinspirasi untuk menemukan ide-ide yang
pemanfaatan siaran radio untuk penataran guru SD akan divisualkan. Ada beberapa prinsip yang harus
sudah terhenti. Kemudian, seiring dengan diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran pada Diklat ini yaitu: memberi
dewasa ini, yang menjadi pertanyaan adalah kesempatan kepada peserta Diklat untuk aktif
“Apakah siaran radio masih relevan mengemukakan ide-ide kreatifnya, jangan
diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan memaksakan gaya (style) penulisan tertentu
pendidikan khususnya penataran guru SD?”. kepada peserta Diklat tetapi kewajiaban instruktur
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu adalah mengarahkan gaya/style dari masing-
bahan pemikiran dalam upaya menghidupkan masing peserta Diklat ke arah yang lebih baik.
kembali pemanfaatan siaran radio sebagai salah menerapkan berbagai metode pembelajaran dan
satu strategi penataran guru SD. mendorong terjadinya sebuah teamwork yang baik.

Waldopo, artikel tentang Strategi Pembelajaran Rini Susanti, menulis sebuah artikel yang berjudul
Untuk Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) “Pengukuran dan Instrumen Alat Ukur Pendidikan”
Penulisan Naskah Program televise/Video Penelitian kuantitatif mempersyaratkan kebenaran
Pembelajaran. Mendidik seseorang untuk menjadi ilmiah yang bersifat positif, pasti, tidak subjektif,
penulis naskah/skenario program televisi /video dapat diobservasi, terukur, terbuka untuk diuji dan
pembelajaran memerlukan strategi tersendiri, bersifat universal. Berbagai persyaratan tersebut
karena disamping harus menguasai materi hanya dapat dipenuhi apabila data diperoleh melalui
pembelajarannya juga dituntut untuk memiliki rasa proses pengukuran. Pengukuran merupakan cara
seni (sense of art) yang tinggi. Penulis naskah kerja ilmu alam dalam pengumpulan data. Dalam
program video pembelajaran harus bisa penelitian sosial dan pendidikan yang
berimaginasi sehingga ia bisa membayangkan menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan
setting ataupun visual apa saja yang akan dilakukan dengan meniru pengukuran dalam ilmu
ditampilkan, narrasi atau penjelasan yang akan alam. Hasil tersebut dapat dicapai kalau
diucapkan serta suara-suara lain yang akan komunikasi dan proses dilakukan dengan data
mengiringi setiap visual yang ditampilkan. kuantitatif yang diukumpulkan lewat proses
Kesemuanya akan menjadi sebuah sajian yang pengukuran. Pengukuran dilakukan juga dalam
mendidik sekaligus menarik.. Dengan kata lain penelitian sosial dan pendidikan. Pengukuran
penulis dituntut untuk mampu menuangkan ide- sebaiknya disajikan dalam bentuk kuantitatif
idenya dalam bentuk visual berikut penjelasan dan sehingga memungkinkan melihat adanya hubungan
suara-suara lainnya yang akan diproduksi dalam antara gejala yang satu dengan gejala lainnya
bentuk program video/televisi pembelajaran. Agar dalam pendidikan.
kegiatan Diklat dapat berhasil dengan baik,
dibutuhkan strategi pembelajaran tersendiri. Salah Demikan informasi yang dapat kami sajikan di
satu strategi yang harus diperhatikan adalah hadapan Anda dan akhirnya kami ucapkan Selamat
membuat peserta Diklat ikut terlibat (involve) dalam membaca dan menikmati sajian dari Jurnal ini
mengembangkan ide-ide kreatifnya. Instruktur (wdp).

uuuuuuuuuuuuu

.......................

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 5
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
123
123
6 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
STUDI PENGEMBANGAN E-LEARNING
PADA SEK
ADA OL
SEKOL AH MENENG
OLAH AH KEJURUAN (SMK)
MENENGAH
Oleh: M. Miftah*)

Abstrak

Kegiatan pengembangan elearning pada pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Indonesia
bertujuan untuk mendapatkan program media pembelajaran yang layak dan berkualitas yang dapat
dijadikan media pendukung (supplement) bagi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Prosedur
untuk mendapatkan program media pembelajaran yang layak adalah dengan menggunakan alur
kerja uji coba pengembangan program. Untuk mencapai tujuan ini, dilakukanlah berbagai tahapan,
dimulai dari tahap analisis kebutuhan, pemilihan topik, pembuatan garis-garis besar isi media,
penulisan naskah, pelaksanaan produksi, evaluasi dan preview, serta finalisasi program. Ujicoba
program dilakukan pada 16 SMK di 8 kota dengan mengambil 160 responden pada jurusan Mekanik
Otomotif, Audio Video, Permesinan, dan Busana. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik cluster random sampling. Model ujicoba program adalah modifikasi dari model pengembangan
Borg dan Gall. Metode pengumpulan data melalui angket/lembar kuesioner menggunakan skala
Likert. Sedangkan untuk teknik analisis data digunakan program SPSS. Hasil ujicoba menunjukkan
bahwa dari 30 program online dengan materi mekanik otomotif (MO), audio video (AV), teknik
permesinan (TP), dan teknik busana (TB) memiliki nilai rata-rata skor total 126,88 atau 50.6%.
Hasil ini mengungkapkan bahwa program secara keseluruhan tergolong baik/tinggi. Secara
keseluruhan, berbagai aspek yang dipersyaratkan dalam pengembangan program MPI Online
(pembelajaran, kurikulum, konten/isi materi, tampilan, kompabilitas, optimalisasi, dan kreativitas)
dinilai responden sebagai kategori baik dan sangat baik.

Kata Kunci: multimedia, ujicoba, pengembangan, elearning, siswa SMK

A. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi, khususnya mengajar melalui dunia maya (baca: online),
dalam bidang multimedia, banyak tanpa mengharuskan peserta didik berada di
memengaruhi sistem belajar-mengajar. Proses dalam kelas (virtual classroom). Dampak lebih
belajar-mengajar yang sebelumnya diterapkan lanjut adalah bahwa mahasiswa tidak lagi
adalah bersifat konvensional yang mencakup terbatas hanya menggunakan buku sebagai
adanya dosen/guru, mahasiswa/siswa, ruang referensi, tetapi referensi digital bersifat
kelas untuk tatap muka, dan buku sebagai interaktif, yang dapat menampilkan simulasi
sumber belajar bagi peserta didik (referensi). dalam format animasi atau video bisa
Dewasa ini, berbagai lembaga pendidikan telah digunakan sebagai suplemen, atau bahkan
merintis penyelenggaraan proses belajar- mungkin menggeser buku sebagai referensi
primer.

*) M. Miftah adalah Tenaga Pengkajian dan Perancangan Balai Pengembangan Multimedia Semarang,
Pustekkom, Depdiknas. hasanmiftah@yahoo.com

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 7
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Apabila ditelaah lebih lanjut mengenai berbagai Bandung (2 SMK), Yogyakarta (2 lokasi),
hasil penelitian dan juga pengalaman Surabaya (2 lokasi) dan Magelang (2 SMK).
pengembangan multimedia interaktif di Jumlah program MPI yang diujicobakan
berbagai jenjang pendidikan, tampaklah adanya sebanyak 30 program yang telah diproduksi
kelemahan dari model dan paket software (berbasis internet) dan diujicobakan kepada 160
aplikasi khususnya mengenai pemecahan responden di 16 sekolah dengan 10 responden
masalah yang masih belum terjamah oleh para pada masing-masing sekolah.
peneliti. Multimedia Pembelajaran Interaktif
(MPI) menurut Schwier & Misanchuk (1994) Sebelum program MPI diujicobakan, maka
merupakan program pembelajaran yang pertama-tama dilakukan validasi dan reliabilitas
meliputi berbagai media yang terpadu, instrumen uji coba. Yang menjadi responden
melibatkan interaktivitas antara user dalam uji coba instrumen ini adalah sampel
(pengguna) dengan program di mana komputer dari guru dan siswa yang akan memanfaatkan
sebagai pirantinya. Dari pengertian yang program. Hasil ujicoba dianalisis dan kemudian
demikian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dilakukan penyempurnaan instrumen sehingga
MPI merupakan aspek cakupan teknologi instrumen mempunyai tingkat validitas dan
pendidikan yang melibatkan keterpaduan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan
antara pembelajaran, media, dan komputer untuk digunakan dalam ujicoba program.
dalam satu kesatuan program.
Tahapan ujicoba program yang dilakukan
Balai Pengembangan Multimedia (BPM) mencakup (a) program yang telah selesai
Semarang sebagai Unit Pelaksana Teknis diproduksi, dipreview oleh beberapa ahli, baik
(UPT) Pusat Teknologi Informasi dan ahli materi maupun ahli media, (b) program
Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)- direvisi oleh tim pengembang produk
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) berdasarkan masukan dari para ahli, (c)
memiliki tugas dan fungsi merancang dan program yang telah direvisi diujicobakan
mengembangkan model format sajian MPI. kepada kelompok kecil, yaitu guru dan siswa
Salah satu upaya yang dikembangkan adalah dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen
MPI versi online (berbasis internet). Program yang valid, dan (d) ujicoba lapangan/ujicoba
MPI yang diproduksi mencakup materi yang sebenarnya ke beberapa sekolah se
pelajaran pada satuan pendidikan Sekolah Indonesia menggunakan instrumen yang telah
Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Mekanik direvisi/sudah valid.
Otomotif (MO), Audio Video (AV), Teknik
Permesinan (TP), dan Teknik Busana (TB). Uji coba program MPI Online merupakan
langkah penting untuk menjawab pertanyaan
Sebagai upaya peningkatan kualitas apakah program MPI Online yang telah
pengembangan program MPI, BPM telah diproduksi dinilai layak untuk dimanfaatkan
mengadakan penelitian pengembangan yang dipandang dari aspek (a) kurikulum dan desain
dimulai dari studi kelayakan untuk memilih pembelajaran, (b) materi, (c) tampilan, (d)
sekolah yang memenuhi syarat untuk dijadikan kompatibilitas, (e) optimalisasi pemanfaatan
sekolah ujicoba sampai dengan pelaksanaan potensi media, dan (f) kreativitas. Tujuannya
ujicoba program yang telah diproduksi. adalah untuk mendapatkan data dan informasi
Beberapa kriteria sekolah uji coba adalah (a) yang diperoleh mengenai kekurangan dan
memiliki sejumlah komputer yang terkoneksi kelebihan program MPI Online. Data dan
dengan internet, (b) memiliki tenaga teknis informasi ini digunakan sebagai bahan untuk
komputer, dan (c) adanya dukungan dari kepala lebih menyempurnakan/memperbaiki program
sekolah untuk memanfaatkan komputer MPI Online sehingga pada akhirnya akan
sebagai media pembelajaran. Uji coba dihasilkan program yang layak dan berkualitas
dilakukan pada 8 kota di 16 sekolah, yaitu: yang dapat dijadikan media pendukung
Banjarmasin (2 SMK), NTB (2 SMK), (supplement) bagi keberhasilan kegiatan
Palembang (2 SMK), Makassar (2 SMK), belajar mengajar.

123
123
8 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
B. KAJIAN LITERATUR Selain istilah multimedia, beberapa istilah
lain yang sesungguhnya juga merujuk
1. Definisi Media dan Multimedia pada “benda” yang sama adalah:
Pembelajaran interactive media, media integration, atau
Kata media berasal dari bahasa Latin dan dalam banyak kasus disebut juga
merupakan bentuk jamak dari kata hypermedia. Semua istilah atau frasa ini
medium yang secara harfiah berarti merujuk pada kombinasi dari beberapa
perantara atau pengantar. Jadi media jenis media, yaitu teks, grafik, suara,
adalah perantara atau pengantar pesan dari animasi, dan video dalam satu aplikasi
pengirim kepada penerima pesan. (program) komputer. Program multimedia
Pengertian media menurut Gagne interaktif mampu menyajikan semua unsur
sebagaimana yang dirujuk oleh Arief S. ini dengan urutan yang dikendalikan oleh
Sadiman, dkk., adalah berbagai jenis komputer. Dengan menempatkan media
komponen dalam lingkungan siswa yang tersebut di bawah kendali komputer, maka
dapat merangsang terjadinya kegiatan pengguna dapat “berinteraksi” dengan
belajar. Tidak jauh berbeda dengan Gagne, materi sajian melalui berbagai cara (M.
Briggs sebagaimana yang dirujuk oleh Arief Suyanto. 2003).
S. Sadiman, dkk., mengemukakan bahwa
“media adalah segala alat fisik yang dapat Media pembelajaran dikatakan baik, jika
menyajikan pesan serta merangsang siswa media tersebut mampu berinteraksi dengan
untuk belajar” (Sadiman, dkk., 2003). pemakai (user). Biasanya dalam proses
produksi, Balai Pengembangan Multimedia
B. B. Seels dan R.C. Richey melalui buku Semarang menggunakan software
yang dipublikasikan oleh Association of macromedia dreamweaver, meskipun
Educational and Communication masih menggunakan bantuan software lain
Technology (AECT) “Instructional sebagai pendukung di antaranya adalah
Technology: The Definition and Domains adobe photoshop, corel, dan macromedia
of the Field” memberikan batasan media flash yang memiliki fungsi actionscript.
sebagai segala bentuk dan satuan yang Actionscript adalah bahasa pemograman
digunakan untuk mengeluarkan pesan dan macromedia flash yang digunakan untuk
informasi. Media dalam proses komunikasi membuat interaksi dan animasi (Fanani
merupakan saluran komunikasi yang dan Sidiq, 2007).
menghubungkan antara pesan ke penerima
pesan (Seels and Richey, 1994). Lebih 2. Karakteristik Multimedia
lanjut dikemukakan bahwa media disebut Pembelajaran
juga sebagai perangkat lunak “software” Karakteristik multimedia pembelajaran
yang berisikan pesan untuk disampaikan menurut Haryono memiliki lebih dari satu
dengan menggunakan peralatan (AECT, media yang konvergen, misalnya
1977). menggabungkan unsur audio dan visual,
bersifat interaktif dalam pengertian memiliki
Menurut John D. Latuheru, sesuatu dapat kemampuan untuk mengakomodasi
dikatakan sebagai media pembelajaran respon pengguna, dan bersifat mandiri
apabila media tersebut digunakan untuk dalam pengertian memberi kemudahan dan
menyampaikan pesan dengan tujuan- kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran (Latuheru, 1988). pengguna dapat menggunakannya tanpa
Dalam hal ini, media yang digunakan bimbingan orang lain (Haryono, 2008).
adalah media berbasis komputer berupa Dalam kaitan ini, Rusjdy S. Arifin
program multimedia pembelajaran interaktif mengemukakan bahwa pembuat media
(MPI) Online. Disebut program multimedia pembelajaran (termasuk multimedia
pembelajaran interaktif (MPI) Online karena pembelajaran) haruslah memperhatikan
untuk memanfaatkannya, program harus karakteristik masing-masing jenis media
terkoneksi melalui jaringan internet yang itu sendiri.
dapat diakses kapan dan di manapun.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 9
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
3. Fungsi/Potensi Multimedia siswa dalam kegiatan belajar, (b)
Pembelajaran individualisasi yang relevan dengan
Secara umum, multimedia pembelajaran kebutuhan siswa, (c) motivasi siswa untuk
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu (a) belajar, (d) pemberian umpan balik siswa,
memperbesar benda yang sangat kecil dan dan (e) kebebasan siswa untuk mengontrol
tidak tampak oleh mata, seperti kuman, kemajuan belajarnya.
bakteri, elektron, (b) memperkecil benda
yang sangat besar, yang tidak mungkin Agar multimedia dapat menjadi alat
dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, keunggulan untuk bersaing, maka
rumah, gunung, (c) menyajikan benda atau pengembangan sistem multimedia harus
peristiwa yang kompleks, rumit, dan mengikuti tahapan (a) mendefinisikan
berlangsung cepat atau lambat, seperti masalah, (b) studi kelayakan, (c)
sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu melakukan analisis kebutuhan, (d)
mesin, beredarnya planet Mars, merancang konsep, (e) merancang isi, (f)
berkembangnya bunga, (d) menyajikan menulis naskah, (g) memproduksi sistem,
benda atau peristiwa yang jauh, seperti (h) melakukan tes pemakai, dan (i)
bulan, bintang, salju, (e) menyajikan benda menggunakan dan memelihara sistem.
atau peristiwa yang berbahaya, seperti
letusan gunung berapi, harimau, racun, dan Program yang baik menurut Kenthut
(f) meningkatkan daya tarik dan perhatian hendaknya sesuai dengan kaidah
siswa. pembelajaran yang mencakup antara lain
adalah sederhana, kompleks, kongkrit,
Beberapa fungsi/potensi multimedia abstrak, pengulangan, respon yang
pembelajaran adalah (a) mampu menyenangkan, individualisasi,
memperkuat respon pengguna secepatnya informasikan kemajuan, dan langkah kecil
dan sesering mungkin, (b) mampu untuk tujuan besar (Kenthut, 2006).
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengontrol laju kecepatan
belajarnya sendiri, (c) mampu 4. Pengembangan Produk
mengkondisikan siswa mengikuti suatu Teknologi Pembelajaran
urutan yang koheren dan terkendalikan Teknologi pembelajaran merupakan suatu
dalam kegiatan pembelajarannya, dan (d) teori dan praktek mendesain atau
mampu memberikan kesempatan kepada merancang, mengembangkan,
siswa untuk berpartisipasi dalam bentuk memanfaatkan, mengelola, dan
respon, baik yang berupa jawaban, mengevaluasi proses pembelajaran dan
pemilihan, keputusan, maupun percobaan. sumber-sumber belajar, yang merupakan
satu himpunan dari proses terintegrasi yang
Multimedia interaktif dinilai penting karena melibatkan manusia, prosedur gagasan,
dapat dipakai sebagai alat untuk peralatan dan organisasi, serta pengelolaan
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar cara-cara pemecahan masalah pendidikan
siswa. Kegiatan pembelajaran yang yang terdapat dalam situasi-situasi belajar
menggunakan media berbasis komputer yang bertujuan dan disengaja (AECT,
dirasakan sangat penting karena komputer 1977). Lebih jauh dikemukakan bahwa
dapat menyimpan data dalam jumlah besar, teknologi pembelajaran merupakan suatu
menghitung dengan cepat dan tepat, bidang garapan yang berupaya membantu
melakukan pekerjaan berulang kali, proses belajar manusia dengan jalan
menampilkan grafik yang dipandu dengan memanfaatkan secara optimal komponen-
data numerik, atau dengan proses logika, komponen pembelajaran melalui fungsi
dan sebagainya. pengembangan dan pengelolaan.

Keuntungan lainnya dari pembelajaran yang Ada 5 komponen atau kawasan dalam
menggunakan media berbasis komputer teknologi pembelajaran yang berhubungan
adalah dapat meningkatkan (a) interaksi erat dan saling kait-mengkait menuju satu

123
123
10 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
tujuan yakni memecahkan masalah belajar tentang teori desain sistem pembelajaran
(sebagaimana yang tampak pada Gambar tidak dapat terlepas dari teori tentang
1), yaitu (a) desain, yang meliputi desain karakteritik media dari domain
sistem pembelajaran, desain pesan, pengembangan, pemanfaatan, analisis
strategi pembelajaran, dan analisis masalah dan pengukuran dari domain
karakteristik siswa, (b) pengembangan, evaluasi. Sifat saling melengkapi dalam
yang meliputi teknologi cetak, teknologi hubungan antar domain senantiasa terjadi
audio visual, teknologi komputer, dan dalam penerapan teknologi pembelajaran.
teknologi terpadu, (c) pemanfaatan, yang
meliputi pemanfaatan media, difusi, inovasi,
implementasi dan institusionalisasi, C. METODOLOGI PENELITIAN
kebijakan dan regulasi, (d) pengelolaan,
yang meliputi pengelolaan proyek, 1. Metode Penelitian
pengelolaan sumber belajar dan Penelitian ini menggunakan metode
pengelolaan informasi, dan (e) evaluasi, penelitian pengembangan (developmental
yang meliputi analisis masalah, research) yang bertujuan untuk
pengukuran beracuan kriteria, evaluasi menghasilkan produk berupa software (CD)
formatif dan sumatif. pembelajaran yang layak dan berkualitas
untuk kegiatan belajar mengajar.
Sebagaimana dikatakan W. R. Borg dan
M. D. Gall, penelitian pendidikan dan
pengembangan adalah suatu proses untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-
produk pendidikan (Borg dan Gall, 1983).

Sedangkan L. R. Gay mengungkapkan


bahwa penelitian pengembangan adalah
suatu usaha untuk mengembangkan suatu
produk yang efektif berupa materi
pembelajaran, media, strategi
Gambar 1. pembelajaran untuk digunakan di sekolah,
Komponen/Kawasan Teknologi Pembelajaran
(Seels & Richey, 1994) bukan untuk menguji teori (Gay, 1990). Jadi
orientasi kegiatan ujicoba program ini
adalah untuk memperoleh sejumlah data
Hubungan antar kawasan/domain yang dan informasi yang berfungsi sebagai bahan
ditunjukkan dalam bagan di atas tidaklah masukan terhadap perbaikan program,
linier. Dengan bagan itu menjadi lebih sehingga bermuara pada suatu produk
mudahlah untuk memahami bagaimana berupa software pembelajaran online (CD)
domain itu saling melengkapi ketika daerah yang layak dan berkualitas untuk kegiatan
penelitian dan teori dalam setiap domain belajar-mengajar.
disajikan. Dalam kaitan ini, uji coba
program MPI Online difokuskan pada satu 2. Definisi Operasional
domain, yaitu pada domain Definisi operasional mengenai variable yang
pengembangan. Namun demikian, pada diujicobakan adalah:
kenyataannya membahas satu domain a. Aspek Pembelajaran. Yang
sering bersinggungan dengan beberapa dimaksudkan dengan aspek
atau bahkan semua domain. pembelajaran adalah kesesuaian
materi (content) dengan kurikulum
Hubungan antara domain bersifat (dalam hal ini adalah kurikulum tingkat
sinergistik, karena bekerja dalam satuan pendidikan atau KTSP) dan
pengembangan satu domain didesain berdasarkan kebutuhan
menggunakan teori dari domain lain. pembelajaran siswa. Hal-hal yang
Sebagai contoh misalnya, pembahasan tercakup dalam kurikulum dan desain

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 11
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
pembelajaran antara lain adalah aspek optimalisasi pemanfaatan
kejelasan kompetensi/tujuan potensi media adalah kemampuan
pembelajaran, kerunutan penyajian, akses program yang mencakup
kejelasan uraian materi, kontribusi kesesuaian video/simulasi/animasi/
contoh-contoh terhadap kejelasan gambar dalam mendukung kejelasan
materi, relevansi/kesesuaian latihan uraian materi, dan kemudahan
dengan materi, kesesuaian soal tes mengoperasikan simulasi oleh siswa.
akhir dengan kompetensi/tujuan
pembelajaran, kemenarikan program, f. Kreativitas. Yang dimaksudkan
kemampuan memberikan motivasi dengan aspek kreativitas adalah
belajar, kesederhanaan dan kejelasan dampak yang ditimbulkan dari media,
bahasa yang digunakan, kesantunan yang meliputi kemampuan program
bahasa yang digunakan, jenis umpan menumbuhkan inspirasi baru dalam
balik dari program, dan kemudahan belajar, manfaat program dalam
menjelajahi (searching) program. memberikan pengalaman belajar yang
berbeda dari biasanya, kemampuan
b. Aspek Konten/Isi Materi. Batasan program dalam menyajikan informasi
tentang aspek konten/isi materi adalah yang jarang ditemukan, dan
muatan materi yang ada dalam kemampuan program dalam
program di antaranya mencakup; menyajikan informasi yang khas dan
kesesuaian judul dengan isi program, unik.
kesesuaian antara kompetensi,
materi, dan evaluasi, kesesuaian 3. Desain Penelitian
materi dengan tingkat kemampuan Agar penelitian ini mudah dipahami, maka
siswa, keterkaitan materi dalam diperlukan adanya suatu kerangka berpkir
mendukung pelajaran sekolah, (alur kerja penelitian) yang meliputi
kesesuaian materi dengan kebutuhan beberapa tahap yaitu tahap pertama adalah
belajar siswa, dan kesesuaian materi desain penelitian yang dikonsultasikan
dengan perkembangan mutakhir. dengan beberapa pihak (praktisi
pendidikan, dosen, pengembangan media).
c. Tampilan. Yang dimaksudkan dengan Tahap kedua adalah tahap persiapan teknis
aspek tampilan di sini adalah yang meliputi kegiatan persuratan dan
berkaitan dengan permasalahan yang penyiapan petugas, konsolidasi,
nampak dari background yang di pengadaan ATK, dan lain-lain. Tahap ketiga
antaranya meliputi; ketepatan tata adalah tahap pelaksanaan ujicoba di
letak, keserasian pewarnaan, kualitas masing masing lokasi/sekolah yang
gambar, daya tarik tampilan awal, sebelumnya sudah dikoordinasikan
kemudahan penggunaan tombol dan dengan masing-masing sekolah yang
hypertext, dan kelengkapan sumber menjadi sampel ujicoba. Tahap keempat
referensi yang menunjang materi adalah tahap penulisan hasil ujicoba dan
program (misalnya hyperlink). pelaporan.

d. Teknik Kompatibilitas. Yang 4. Instrumen Ujicoba


dimaksudkan dengan aspek teknik Instrumen penelitian sebagai alat ukur harus
kompatibilitas adalah cara user memenuhi dua syarat, yaitu validitas dan
menjalankan program dan sejauh mana reliabilitas (Sorgeng Ysh., 2006). Validitas
tingkat kemudahan dan kesulitannya, menunjuk sejauh mana instrumen
serta tentang kualitas program, mengukur apa yang ingin (harus) diukur.
kemudahan akses, penyimpanan data, Reliabilitas menunjuk sejauh mana
dan keamanan program. pengukuran itu dilakukan beberapa kali oleh
orang yang berbeda, hasilnya tetap sama.
e. Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Valid adalah reliabel, tetapi reliabel belum
Media. Yang dimaksudkan dengan tentu valid.

123
123
12 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Instrumen yang digunakan adalah untuk aspek optimalisasi pemanfatan potensi
mengukur variabel yang diteliti dalam media, dan aspek kreativitas.
program MPI yaitu yang berupa kuesioner
dengan skala Likert 1-5. Skala 1 adalah 6. Populasi dan Sampel
jika responden menilai program sangat Populasi dalam kegiatan ujicoba program
rendah, skala 2 jika responden menilai ini adalah siswa Sekolah Menengah
rendah, skala 3 jika responden menilai Kejuruan (SMK) se-Indonesia. Populasi
cukup tinggi, skala 4 jika responden menilai ujicoba memiliki ciri-ciri khusus, yaitu (a)
tinggi, dan skala 5 jika responden menilai siswa SMK Jurusan Mekanik Otomotif
sangat tinggi. Jumlah butir instrumen terdiri (MO), Audio Video (AV), Teknik Pemesinan
dari pertanyaan objektif dan uraian. (TP), Teknik Busana (TB), (b) berjenis
Sebelum instrumen digunakan dalam uji kelamin laki-laki dan perempuan, dan (c)
lapangan, terlebih dahulu diuji secara berusia antara 16–18 tahun. Teknik
validitas dan reliabilitasnya oleh para ahli penentuan sampel yang digunakan adalah
pembelajaran, ahli media, dan ahli bahasa, cluster sampling (Ary, Jacob, & Razafieh,
serta sejumlah siswa. Sehingga butir-butir 1990). Lokasi yang terpilih sebagai sampel
instrumen benar-benar valid dan reliabel. adalah Banjarmasin, Mataram, Palembang,
Makassar, Bandung, Yogyakarta,
Indikator-indikator pada aspek Surabaya, dan Magelang. Pada masing-
pembelajaran berjumlah 12 item, yaitu (a) masing kota ini ditentukan sekolah yang
kejelasan kompetensi/ tujuan menjadi sampel.
pembelajaran, (b) kerunutan penyajian, (c)
kejelasan uraian materi, (d) kontribusi Setelah sekolah yang menjadi sampel
contoh-contoh terhadap kejelasan materi, terpilih, maka langkah berikutnya adalah
(e) relevansi/kesesuaian latihan dengan penentuan sampel responden secara acak
materi, (f) kesesuaian soal tes akhir pada masing-masing sekolah. Pada setiap
dengan kompetensi, (g) kemenarikan SMK dipilih 10 responden yang mewakili
program, (h) kemampuan memberikan siswa jurusan Mekanik Otomotif (MO),
motivasi belajar, (i) kesederhanaan dan Audio Video (AV), Teknik Pemesinan (TP),
kejelasan bahasa yang digunakan, (j) Teknik Busana (TB). Dengan demikian,
kesantunan bahasa yang digunakan, (k) jumlah responden yang berperanserta
jenis umpan balik dari program, dan (l) sebagai sumber informasi adalah 160
kemudahan menjelajahi program. siswa.

5. Teknik Pengumpulan dan Berkaitan dengan program MPI Online yang


Analisis Data diujicobakan, ada 13 program MPI Online
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan yang diujicobakan, yaitu 11 program Audio
metode kuntitatif yaitu dengan Video (AV), 5 program Teknik Pemesinan
menggunakan lembar kuesioner setelah (TP), dan 1 program Teknik Busana (TB).
divalidasi. Masing-masing lembar Ada 2 program yang diujicobakan dimasing-
kuesioner diberikan kepada responden masing sekolah.
untuk diisi. Kuesioner yang telah diisi,
dikumpulkan dan diberi identitas/kategori, 7. Tahapan Pengembangan
dan kemudian dilakukan pengolahan data Multimedia Pembelajaran Online
(data processing). Data dianalisis dengan Penelitian pengembangan ini menyita
statistik deskriptif menggunakan program waktu selama 1 (satu) tahun yang
SPSS versi 16.0 dan dideskripsikan sesuai mencakup serangkaian langkah kegiatan,
hasil masing-masing program (Purbayu yang dimulai dari kegiatan analisis
dan Ashari. 2005) yang dalam hal ini kebutuhan, pemilihan topik, pembuatan
didasarkan atas tinjauan aspek materi, garis-garis besar isi media, penulisan
aspek kurikulum dan desain pembelajaran, naskah, pelaksanaan produksi, evaluasi
aspek tampilan, aspek kompatibilitas, dan previu, dan finalisasi sebagaimana yang
diperlihatkan pada Gambar 2 di bawah ini.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 13
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
melalui instrumen ujicoba. Berdasarkan
data dan informasi yang diberikan oleh
responden peserta didik SMK, dilakukanlah
penyempurnaan/revisi akhir terhadap
program (tahap kelima). Kemudian, tahap
terakhir (keenam) adalah mendistribusikan
program ke sekolah-sekolah untuk
dimanfaatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Secara visual, pada Gambar
3 berikut ini diperlihatkan semua tahapan/
prosedur ujicoba yang dilakukan.

Gambar 2.
Tahapan Pengembangan MPI Online

8. Prosedur Ujicoba Program MPI


Online
Ada 3 tahap yang dilaksanakan sebelum
produk MPI (Multimedia Pembelajaran
Interaktif) versi online diujicobakan di
lapangan. Tahap pertama adalah
mempreviu program oleh para ahli yang
bertujuan untuk (a) mencocokkan hasil
produksi dengan naskah dan (b)
mengetahui kebenaran isi materi dan
kebenaran media. Para ahli yang
berperanserta dalam kegiatan previu ini
adalah ahli materi dari perguruan tinggi
(dosen), ahli pengembang media dari Gambar 3.
Pustekkom, dan ahli bidang studi yang Prosedur Ujicoba Program MPI Online 2008
berasal dari pihak guru/penulis naskah
program media. Tahap kedua adalah
menganalisis data dan informasi yang
diperoleh dari para ahli. Kemudian D. HASIL PENELITIAN DAN
dilanjutkan tahap ketiga, yaitu melakukan PEMBAHASAN
revisi program berdasarkan bahan/ Data dari hasil ujicoba masing-masing program
informasi yang diberikan para ahli. diolah dengan program SPSS versi 16.0 dan
dianalisis. Data dari SPSS dideskripsikan
Program yang telah disempurnakan/direvisi dimulai dari kesuluruhan program MPI
dibawa ke sampel sasaran yang akan kemudian tiap-tiap aspek program. Dari hasil
memanfaatkan program (tahap keempat) pengolahan data dapat dideskripsikan masing-
yang dalam hal ini adalah peserta didik di masing program (Purbayu dan Ashari. 2005).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hasil ujicoba dari 30 program MPI Online yang
Tahap keempat inilah yang disebut sebagai mencakup materi mekanik otomotif (MO), audio
tahap ujicoba lapangan karena melibatkan video (AV), teknik permesinan (TP), dan teknik
peserta didik SMK (end users) untuk busana (TB) memiliki nilai rata-rata skor secara
menyampaikan penilaiannya, baik yang keseluruhan tergolong baik/tinggi sebagaimana
berupa pendapat maupun kesannya yang disajikan pada Tabel 1 tentang hasil
terhadap program. perhitungan statistik diskriptif. Kemudian, akan
dilakukan juga interpretasi terhadap masing-
Pengumpulan data dan informasi dari masing program.
responden peserta didik SMK dilakukan

123
123
14 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Tabel 1.
Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif

Kriteria penilaian, sebaran frekuensi dan tampilan, kompatibilitas, optimalisasi


presentasi secara keseluruhan/total dari pemanfaatan potensi media, dan kreativitas
masing-masing aspek, yaitu aspek dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
pembelajaran, kurikulum dan konten/isi materi,

Tabel 2
Kriteria Penilaian Keseluruhan

Rata-rata skor yang diberikan responden pembelajaran sebagai kategori rendah/kurang


secara keseluruhan adalah 126,88 (lihat Table baik.
1). Apabila dikaitkan dengan nilai terrendah
secara absolut sebesar 33 dan nilai tertinggi 1. Aspek Pembelajaran
secara absolut sebesar 165, maka dapat Pada dasarnya, secara keseluruhan
dipahami bahwa nilai rata-rata ini tergolong program dinilai baik ditinjau dari aspek
sangat baik/tinggi. Apabila dilihat dari sebaran pembelajaran, karena pada tahap
persentase, maka sekitar 32,9% siswa menilai pengembangan program, pada umumnya
program pembelajaran yang disajikan sangat responden memberikan jawaban yang
baik, 50,6% siswa menilai program memiliki kesamaan, yaitu baik/tinggi.
pembelajaran yang disajikan baik, dan 23,1% Dikemukakan bahwa ke-30 program yang
siswa menilai program pembelajaran cukup telah diproduksi mengandung prinsip-
baik. Hanya 2,9% siswa yang menilai program prinsip pembelajaran, memperkuat respon

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 15
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
siswa secepatnya dan sesering mungkin terkendalikan (logic systematic), dan
(immediate feedback), memberikan diperlukan adanya partisipasi aktif siswa
kesempatan kepada siswa untuk (simulative atau interactive). Kriteria
mengontrol laju kecepatan belajar sendiri penilaian untuk aspek pembelajaran,
(learner control atau bronching), frekuensi, dan persentase terhadap
memperhatikan bahwa siswa mengikuti program disajikan pada Tabel 3 di bawah
suatu urutan yang koheren dan ini.

Tabel 3.Kriteria Penilaian Aspek Pembelajaran

Rata-rata skor yang diberikan para siswa 2. Aspek Kurikulum dan Konten/Isi
secara keseluruhan pada instrumen Materi
program sebesar 46.6938 (lihat Tabel. 1). Indikator dari aspek kurikulum dan konten/
Apabila dikaitkan dengan nilai terendah isi mater berjumlah 6 item, yaitu (a)
secara absolut sebesar 12 dan nilai kesesuaian judul dengan isi program, (b)
tertinggi secara absolut sebesar 60, maka kesesuaian antara kompetensi, materi,
dapat dipahami bahwa nilai rata-rata dan evaluasi, (c) kesesuaian materi dengan
tergolong tinggi/baik. Apabila dilihat dari tingkat kemampuan siswa, (d) keterkaitan
sebaran persentase sebagian besar siswa, materi dalam mendukung pelajaran
tampaklah bahwa 30,4% siswa menilai sekolah, (e) kesesuaian materi dengan
program sangat tinggi/baik ditinjau dari kebutuhan belajar siswa, dan (f)
aspek pembelajaran, 52% siswa menilai kesesuaian materi dengan perkembangan
program termasuk kategori tinggi/baik, mutakhir. Kriteria penilaian untuk aspek
17% siswa menilai program cukup tinggi/ kurikulum dan materi, frekuensi, dan
baik. Hanya 0,6% siswa yang menilai presentase terhadap program dapat dilihat
program pembelajaran yang disajikan pada Tabel 4 berikut ini.
termasuk kategori rendah/ kurang baik.

Tabel 4.
Kriteria Penilaian untuk Aspek Kurikulum dan Materi

123
123
16 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Rata-rata skor yang diberikan siswa secara 1,2% siswa yang menilai program
keseluruhan pada instrumen program pembelajaran yang disajikan masuk ke
sebesar 23,9250 (lihat Tabel 1). Apabila dalam kategori rendah/kurang baik.
dikaitkan dengan nilai terendah secara
absolut sebesar 6 dan nilai tertinggi secara 3. Aspek Tampilan
absolut sebesar 30, maka dapat dipahami Indikator-indikator dari aspek tampilan
bahwa nilai rata-rata tergolong tinggi/baik. berjumlah 6 item, yaitu (a) ketepatan tata
Apabila dilihat dari sebaran persentase letak, (b) keserasian pewarnaan, (c)
sebagian besar siswa, tampaklah bahwa kualitas gambar, (d) daya tarik tampilan
40,8% siswa menilai program sangat awal, (f) kemudahan penggunaan tombol
tinggi/baik ditinjau dari aspek kurikulum dan hypertext, dan (g) kelengkapan sumber
dan isi materi, sedangkan 41,9% siswa referensi yang menunjang materi program
menilai program pembelajaran yang (misalnya hyperlink). Kriteria penilaian
disajikan termasuk tinggi/baik, dan 16,1% untuk aspek tampilan, frekuensi, dan
siswa menilai program pembelajaran persentase terhadap program dapat dilihat
termasuk kategori cukup tinggi/baik. Hanya pada Tabel 5.

Tabel 5.
Kriteria Penilaian Aspek Pembelajaran

Rata-rata skor yang diberikan para siswa Dari data yang disajikan pada Tabel 5 dapat
secara keseluruhan pada instrumen dikatakan bahwa program secara
program sebesar 22,5938 (lihat Tabel 1). keseluruhan sudah baik karena sesuai
Apabila dikaitkan dengan nilai terendah dengan kurikulum dan kebutuhan
secara absolut sebesar 6 dan nilai tertinggi pembelajaran siswa dan program didesain
secara absolut sebesar 30, maka dapat berdasarkan pertimbangan aspek tampilan
dipahami bahwa nilai rata-rata tergolong media. Agar pemahaman siswa lebih baik
tinggi/baik. Apabila dilihat dari sebaran lagi terhadap materi pelajaran yang
presentase sebagian besar siswa, disajikan maka program hendaknya
tampaklah bahwa 25,6% menilai program dirancang berdasarkan tujuan instruksional,
sangat tinggi/baik ditinjau dari aspek dibuat sesuai karakteristik siswa,
tampilan, 45,6% siswa menilai program memaksimalkan kadar interaktivitas,
sebagai kategori tinggi/baik, dan 24,4% bersifat indvidual, mempertahankan minat
siswa menilai program pembelajaran siswa dalam belajar, dirancang sesuai
termasuk kategori cukup tinggi/baik. Hanya dengan prinsip desain intruksional dan
4,4% siswa yang menilai program menekankan pendekatan siswa sebagai
pembelajaran yang disajikan masuk ke pusat belajar, memberikan berbagai
dalam kategori rendah atau kurang baik.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 17
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
macam umpan balik, disesuaikan dengan 4. Aspek Kompatibilitas
lingkungan belajar, tampilannya terlihat Indikator aspek kompabilitas ada 3 item,
menarik, memanfaatkan kemampuan yaitu (a) kemudahan program diakses, (b)
komputer secara maksimal, dirancang ketersediaan software penunjang untuk
sesuai, dievaluasi secara keseluruhan dari program, dan (c) kemudahan
berbagai segi sebelum disebarluaskan. mengoperasikan program. Kriteria
penilaian untuk aspek kompatibilitas,
frekuensi, dan persentase terhadap
program dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.
Kriteria Penilaian Aspek Pembelajaran

Ditinjau dari pertimbangan aspek menilai program dari aspek kompatibilitas


kompabilitas, program secara keseluruhan termasuk kategori sangat tinggi/baik,
dinilai baik karena program sudah 41,2% siswa menilai program sebagai
mempertimbangkan aspek kompabitlitas kategori tinggi/baik, dan 28,2% siswa
dalam mengembangkan program. Aspek menilai program pembelajaran masuk ke
kompabilitas yang dimaksudkan di sini dalam kategori cukup tinggi/baik. Hanya
mencakup kemudahan dalam mengakses 15,6% siswa yang menilai program
program, ketersediaan software penunjang pembelajaran yang disajikan sebagai
yang diperlukan untuk mengoperasikan kategori rendah/kurang baik.
program, dan kemudahan untuk
mengoperasikan program. 5. Aspek Optimalisasi Pemanfaatan
Potensi Media
Berdasarkan Tabel 1 bahwa rata-rata skor Indikator-indikator aspek optimalisasi
yang diberikan para siswa secara pemanfaatan potensi media berjumlah 2
keseluruhan terhadap program adalah item/butir instrumen, yaitu: (a) Kesesuaian
sebesar 11,5750. Apabila dikaitkan dengan video/simulasi/animasi/gambar dalam
nilai terendah secara absolut sebesar 3 dan mendukung kejelasan uraian materi, dan
nilai tertinggi secara absolut sebesar 17, (b) Kemudahan mengoperasikan simulasi
maka dapat dipahami bahwa nilai rata-rata oleh siswa. Kriteria penilaian untuk aspek
ini tergolong cukup tinggi/baik. Apabila optimalisasi pemanfaatan potensi media,
dilihat dari sebaran persentase sebagian frekuensi, dan persentase terhadap
besar siswa tampaklah bahwa 15% siswa program disajikan pada Tabel 7.

123
123
18 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Tabel 7.
Kriteria Penilaian Aspek Pemanfaatan
Potensi Media

Berdasarkan hasil penskoran di atas Berdasarkan Table 1 tampaklah bahwa


tampaklah program secara keseluruhan rata-rata skor yang diberikan para siswa
tergolong baik karena karena materi secara keseluruhan terhadap program
pelajaran yang dirancang dalam program adalah sebesar 7,9750. Apabila dikaitkan
ini sesuai dengan indikator-indikator dari dengan nilai terendah secara absolut
aspek optimalisasi pemanfaatan potensi sebesar 2 dan nilai tertinggi secara absolut
media, seperti kesesuaian video/simulasi/ sebesar 11, maka dapat dipahami bahwa
animasi/gambar dalam mendukung nilai rata-rata tergolong cukup tinggi/baik.
kejelasan uraian materi, dan kemudahan Apabila dilihat dari sebaran persentase
mengoperasikan simulasi oleh siswa. sebagian besar siswa, tampaklah bahwa
Selain itu, pengembangan program 18,2% siswa menilai program dari aspek
sejatinya dilakukan sesuai dengan optimalisasi pemanfaatan potensi media
kurikulum yang dimulai dari pembuatan masuk ke dalam kategori sangat tinggi/
peta materi dan peta kompetensi, baik, 47,6% siswa menilai program
pemilihan topik berdasarkan pertimbangan pembelajaran yang disajikan masuk
esential, sulit, abstrak, relevan dengan kategori tinggi/baik, dan 28,2% siswa
media web, terdiri dari topik yang spesifik, menilai program pembelajaran sebagai
fokus, ranting, dan optimalisasi media; kategori cukup tinggi/baik. Hanya 6,2%
teks, gambar, foto, animasi, dan simulasi siswa yang menilai bahwa program
(video dan audio masih terbatas) (Arifin, pembelajaran yang disajikan masuk ke
2006). dalam kategori rendah atau kurang baik.

Sekalipun secara keseluruhan program 6. Aspek Kreativitas


telah dinilai baik, namun masih diperlukan Ada 4 item untuk aspek kreativitas, yaitu
adanya perbaikan/penyempurnaan (a) kemampuan program menumbuhkan
program sebagaimana yang disarankan inspirasi baru dalam belajar, (b) manfaat
oleh sebagian responden (6,2%). Di antara program dalam memberikan pengalaman
aspek optimalisasi pemanfaatan potensi belajar yang berbeda dari biasanya, (c)
media yang secara riil perlu kemampuan program dalam menyajikan
disempurnakan/diperbaiki adalah perlu informasi yang jarang ditemukan, dan (d)
adanya penonjolan di menu simulasi, kemampuan program dalam menyajikan
pembuatan gambar yang proporsional, asli, informasi yang khas dan unik. Kriteria
berwarna dan akan lebih baik jika diperkaya penilaian untuk aspek kreativitas,
dengan gerakan/animasi.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 19
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
frekuensi, dan persentase terhadap
program dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.
Kriteria Penilaian Aspek Kreativitas

Ditinjau dari aspek media pembelajaran keseluruhan terhadap program adalah


berbasis komputer, maka secara sebesar 15,8625. Apabila dikaitkan dengan
keseluruhan program yang diujicobakan nilai terendah secara absolut sebesar 12
tergolong baik karena program dan nilai tertinggi secara absolut sebesar
mengandung unsur instruksional, memuat 60, maka dapat dipahami bahwa nilai rata-
atau diperkaya dengan berbagai sumber, rata tergolong cukup tinggi/baik. Apabila
dan adanya daya interaktivitas. dilihat dari sebaran persentase sebagian
Kekurangan dari program ini ditinjau dari besar siswa, tampaklah bahwa 12,5%
aspek kreativitas, antara lain adalah unsur siswa menilai program ditinjau dari aspek
media yang dinilai kurang berkarakter kreativitas termasuk kategori sangat tinggi/
sesuai dengan sasaran peserta didik, baik, 47,6% siswa menilai program sebagai
kurang bervariasi dalam penyajian simulasi kategori tinggi/baik, 33,1% siswa menilai
atau animasinya, kurang kreatif dalam program pembelajaran cukup tinggi/baik,
penyajian pemberian contoh-contoh/ dan 6,2% siswa menilai program
latihan. pembelajaran yang disajikan termasuk
kategori rendah/kurang baik. Hanya 0,6%
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata siswa yang menilai program pembelajaran
skor yang diberikan para siswa secara yang disajikan masuk ke dalam kategori
sangat rendah/sangat kurang.

123
123
20 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
C. KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa indikator dari aspek
optimalisasi pemanfaatan potensi
1. Kesimpulan media, seperti kesesuaian video/
Berdasarkan keseluruhan program MPI simulasi/animasi/gambar dalam
Online yang diujicobakan (30 program) mendukung kejelasan uraian materi,
yang mencakup materi untuk jurusan dan kemudahan mengoperasikan
mekanik otomotif (MO), audio video (AV), simulasi oleh siswa telah dirasakan
teknik permesinan (TP), dan teknik busana responden.
(TB) memiliki nilai rata-rata skor tergolong f. Aspek kreativitas menurut responden
sangat baik/tinggi. Apabila ditinjau dari dapat dikatakan bahwa program
masing-masing aspek, maka kesimpulan secara keseluruhan sudah tergolong
yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: baik karena mengandung komponen-
a. Aspek pembelajaran, penilaian komponen utama dari media
responden terhadap program secara pembelajaran berbasis komputer,
umum dikatakan baik karena program seperti unsur instruksional, diperkaya
yang disajikan telah mengandung dengan berbagai sumber, dan adanya
prinsip-prinsip pembelajaran. daya interaktivitas.
b. Aspek kurikulum dan konten/isi materi
dinilai responden secara keseluruhan 2. Saran-saran
adalah sangat baik karena program Perumusan komponen prinsip
yang disajikan telah memenuhi unsur- pembelajaran tidak lepas dari penerapan
unsur kemediaan, seperti relevan teori pembelajaran. Untuk mendapatkan
dengan kurikulum yang berlaku (KTSP) program media pembelajaran yang handal,
dan sesuai dengan desain beberapa langkah pengembangan media
pembelajaran yang memudahkan pembelajaran yang perlu diperhatikan
siswa memahami isi materi pelajaran adalah:
yang disajikan. a. Analisis kurikulum hendaknya
c. Aspek tampilan program dinilai dilakukan secara mendalam dan
responden secara keseluruhan adalah berskala nasional sehingga media
ke dalam kategori baik karena program pembelajaran yang dihasilkan
yang disajikan tampaknya sudah diharapkan dapat sesuai kebutuhan
mempertimbangkan aspek tampilan belajar peserta didik.
media. b. Daya tarik. Program media
d. Aspek kompatibilitas, penilaian pembelajaran yang menarik akan
responden terhadap program secara mampu meningkatkan motivasi/ minat
keseluruhan adalah baik karena belajar peserta didik. Quality control
program yang disajikan tampaknya (QC) dalam proses produksi haruslah
sudah mempertimbangkan aspek dilakukan.
kemudahan program untuk diakses/ c. Program media pembelajaran dapat
dijalankan, ketersediaan software dikatakan optimal pemanfaatannya,
penunjang yang diperlukan untuk jika program media pembelajaran yang
mengoperasikan program, dan dihasilkan dapat diakses dengan
kemudahan yang dialami responden mudah dan dipelajari secara
untuk mengoperasikan program. maksimal. Oleh karena itu, pembuat
e. Aspek optimalisasi pemanfaatan media perlu memperhatikan konsep
potensi media dinilai responden secara perancangan media, peta konsep,
keseluruhan tergolong baik garis-garis besar isi media, jabaran
sebagaimana yang tampak dari hasil materi, dan naskah sehingga media
penskoran terhadap program. pembelajaran yang dihasilkan dapat
mempermudah peserta didik
memahami materi pelajaran.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 21
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
DAFTAR PUSTAKA John D. Latuheru. (1988). Media Pembelajaran
dalam Proses Belajar-Mengajar Masa Kini.
AECT. (1977). Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kentut. (2006). Prinsip-prinsip Penulisan Naskah
Arifin, Rusjdy S. (2006). Karakteristik Media. Multimedia. Diambil dari presentasi yang
Makalah yang dipresentasikan pada Lokakarya disajikan dalam kegiatan pelatihan penulisan
Penyusunan Instrumen Analisis Kebutuhan naskah multimedia interaktif, pada tanggal 9
pada tanggal 14 Agustus 2006 di Semarang. Agustus 2006. Semarang: BPM semarang.
Semarang: BPM Semarang. _______. (2006). Unsur-unsur Pokok dalam
Ary, D., Jacobs, L.C., & Razavieh A. (1990). Penilaian Kualitas Program Multimedia. Diambil
Instruction to Research in Education. Fourt dari presentasi yang disajikan dalam kegiatan
Worth: Harcourt Brace Collage Publishers. pelatihan penulisan naskah multimedia
A. Zainul Fanani dan Mohamad Sidiq. (2007). interaktif, pada tanggal 9 Agustus 2006.
Bermain logika ActionScript Macromedia Flash Semarang: BPM semarang.
Pro 8. Jakarta: PT. Gramedia. Kusnandar, Ade. (2006). Karakteristik Media
A. Y Sorgeng Ysh. (2006). Dasar-dasar Penelitian Pembelajaran. Makalah yang dipresentasikan
bidang Sosial, Psikologi, dan Pendidikan. pada Lokakarya Penyusunan Instrumen
Semarang : IKIP PGRI Semarang Press. Analisis Kebutuhan pada tanggal 14 Agustus
Borg, W.R. dan Gall, M.D. (1983). Educational 2006 di Semarang. Semarang: BPM
Reseacher: An Introduction, Fourth Edition. Semarang.
New York: Longman. Michael J. Hannafin & Kyle L. Peck. (1988). The
Cheruman, Uwes A. (2007). Indikator Instrumen Design, Development, and Evaluation of
Ujicoba Program. Diambil dari presentasi yang Instructional Software. New York: Collier
disajikan dalam kegiatan lokakarya instrumen Macmillan Canada, Inc.
ujicoba program online dan offline, pada tanggal Moh. Nazir. 2004. Metode Penelitian. Bogor :
24 September 2007. Semarang: BPM Ghalia Indonesia.
semarang. Purbayu Budi Santosa dan Ashari. 2005. Analisis
Gary J. Anglin. (1995). Instructional Technology. Statistik dengan Microsoft Exel dan SPSS.
Englewood, Colorado: Libraries Unlimited, Inc. Yogyakarta: ANDI yogyakarta.
Gay, L. R. (1990). Educational Research: Seels, B. B., and Richey R. C. (1994). Instructional
Competencies Analyses and Application. Technology: The Definition and Domains of the
3 rd .ed. Singapore: Macmillan Publishing Field. AECT-Washington, DC.
Company. Sadiman, Arief S., dkk. (1993). Media Pendidikan,
Haryono. 2008. Pemanfaatn Multimedia untuk Pengertian, Pengembangan dan
Pembelajaran. Disampaikan pada kegiatan Pemanfatannya. Jakarta: CV. Rajawali.
lokakarya penyusunan instrumen ujicoba pada Suharsimi Arikunto. 1998. Evaluasi Program.
tanggal 25 Agustus 2008, di Semarang. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.
_______. 2008. Pengumpulan Data. Disampaikan Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk
pada kegiatan lokakarya penyusunan Meningkatkan Keunggulan Bersaing.
instrumen ujicoba pada tanggal 25 Agustus Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
2008, di Semarang.

uuuuuuuuuuuuu

123
123
22 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
PEMANF
PEMANFAA ATA AN MEDIA PEMBEL AJAR
PEMBELAJAR AN KOMPUTER D
AJARAN AN
DAN
TINGK
TINGKAAT BERFIKIR KREATIF TERHAD
KREATIF AP PREST
TERHADAP ASI BEL
PRESTASI AJAR
BELAJAR
DI SMK NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN
Oleh: Syaad Patmanthara*) dan Prayitno**)

Abstrak

Media konvensional yang dipakai selama ini belum memberikan hasil yang maksimal, sehingga
diperlukan media lain yang mampu berperan lebih baik. Media komputer dapat memenuhi peran
tersebut. Agar memberikan hasil yang baik, media pembelajaran komputer perlu dirancang dan
dikembangkan. Hasil produk pengembangan media pembelajaran komputer sebelum digunakan
telah diuji kelayakannya sebagai media pembelajaran. Penelitian ini adalah jenis quasi eksperimen
(eksperimen semu), di mana populasi penelitian diambil dari siswa kelas III semester gasal dua
kelas sampel program keahlian teknik mekanik otomotip SMKN 1 Seyegan Sleman pada tahun
pelajaran 2006/2007. Hasil penelitian ini adalah: (1) ada perbedaan prestasi belajar kelompok
siswa yang diajar dengan media pembelajaran komputer (kelas eksperimen) lebih tinggi dari pada
kelompok siswa yang diajar dengan media pembelajaran konvensional (kelas kontrol), (2) ada
perbedaan prestasi belajar kelompok siswa yang memiliki tingkat berpikir kreatif tinggi, prestasi
belajarnya lebih baik dari kelompok siswa yang memiliki tingkat berpikir kreatif rendah, dan (3)
tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan komputer dibanding metode pembelajaran
konvensional dengan tingkat berpikir kreatif terhadap prestasi belajar.

Kata kunci: Media, komputer, kreatif, prestasi, pengembangan.

A. PENDAHULUAN sistem pendidikan nasional, di mana salah


satu tujuan khususnya adalah menyiapkan
Latar Belakang peserta didik agar dapat bekerja baik secara
Pemerintah terus berupaya untuk mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang
meningkatkan sumberdaya manusia yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai
handal dalam rangka mendukung upaya tenaga kerja tingkat menengah (Sudjimat,
pembangunan ekonomi dan industri. Untuk 2003).
mendapatkan sumberdaya manusia yang
berkualitas, salah satu di antaranya dapat SMK telah melakukan berbagai upaya untuk
dihasilkan melalui dukungan sistem pendidikan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan
nasional yang berkualitas (Sisdiknas, 2003). kebutuhan dunia usaha dan industri sebagai
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) wujud pertanggung jawaban kepada
merupakan salah satu jalur pendidikan dalam masyarakat. Upaya tersebut sampai kini

*) Dr. Syaad Patmanthara adalah Dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
**) Prayitno

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 23
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
belum memberikan hasil yang maksimal, (4) kurang memperhatikan barrier yang berupa
Industri dan dunia usaha masih mengeluhkan hambatan fisik, terutama keterbatasan daya
rendahnya keahlian lulusan SMK (Kedaulatan indera; (5) sajian tampilan media kurang variatif,
Rakyat, Senin 13 Maret 2006). Berdasarkan sehingga kurang memberi kemenarikan dan
tujuan pendidikan kejuruan di atas, SMK kurang memberi keaktifan pada siswa.
seharusnya mampu menyiapkan tenaga kerja
tingkat menengah yang dibutuhkan oleh dunia Kekurangan media pembelajaran konvensional
usaha dan industri. Menurut Triatmoko tersebut dimungkinkan dapat terpenuhi oleh
(Kompas 30 April 2002) SDM kita tidak mampu media pembelajaran komputer, dengan
bersaing secara global karena pola pertimbangan: (1) software komputer mampu
pembelajaran yang telah diimplementasikan memberikan illustrasi cara kerja komponen
bertahun-tahun ternyata tidak mampu sistem AC dalam bentuk tayangan klip video
menghasilkan kualitas tamatan yang dan animasi; (2) komputer mampu
memenuhi standar kompetensi tempat kerja. menghadirkan lebih dari satu jalur media pada
saat yang bersamaan; (3) komputer mampu
Hasil survey menunjukkan prestasi belajar menampilkan detil foto/gambar komponen
siswa dalam bentuk prosentase pencapaian sistem AC melalui perbedaan komposisi
kompetensi servis sistem AC pada semester warna; (4) pengguna dapat melakukan
genap tahun 2004/2005 adalah 73.03% pengamatan, pembacaan, dan pendengaran
(survey, 20 Pebruari 2006). Pencapaian dalam jangkauan indera yang relatif sama; (5)
tersebut termasuk sebagai kriteria lulus uji pengguna dapat melakukan pengulangan pada
kompetensi dengan predikat cukup. Salah bagian-bagian yang diperlukan; (6) pengguna
satu strategi pembelajaran kompetensi dapat melakukan pengecekan pemahaman
produktif adalah mastery learning, di mana melalui soal-soal latihan yang disediakan.
ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar Kelebihan media komputer tersebut sesuai
idealnya adalah 75% (KTSP SMKN 1 Seyegan, dengan fungsi media pendidikan secara umum,
2006). Sehingga predikat cukup tersebut perlu yaitu: (1) memperjelas penyajian pesan agar
ditingkatkan untuk mencapai tingkatan tidak terlalu bersifat verbalistis; (2) mengatasi
mastery. keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera;
(3) dapat mengatasi sikap pasif anak didik; (4)
Pembelajaran konstruksi dan prinsip kerja memberikan rangsang, pengalaman, dan
sistem AC di SMKN 1 Seyegan, selama ini persepsi yang sama (Sadiman dkk, 2005).
berlangsung dengan menggunakan media
konvensional yang berupa: (1) modul; (2) Pemakaian komputer sebagai media
gambar diam (gambar proyeksi dan non pembelajaran selain memenuhi karakteristik
proyeksi); (3) papan tulis; (4) komponen sistem yang diperlukan juga selaras dengan prinsip-
AC. Dengan mempertimbangkan data hasil prinsip pengembangan kurikulum tingkat
survey pencapaian kompetensi Servis Sistem satuan pendidikan (KTSP) yang menyatakan
AC di atas, berarti pembelajaran konstruksi kurikulum dikembangkan atas dasar
dan prinsip kerja sistem AC dengan media kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi
konvensional belum memberikan hasil secara dan seni berkembang secara dinamis. Oleh
maksimal. karena itu, semangat dan isi kurikulum
memberikan pengalaman belajar peserta didik
Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada untuk mengikuti dan memanfaatkan
pembelajaran dengan media konvensional perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
adalah: (1) tidak ada pengayaan presentasi dan seni (BNSP, 2006). Pemilihan komputer
pengajaran dengan klip video dan animasi; (2) sebagai produk teknologi adalah karena realita
tidak ada fasilitas multimedia untuk bahwa kita berada dalam era teknologi
membantu pemahaman siswa secara lebih informasi. Dalam milenium ketiga ini setiap
jelas dan nyata; (3) memerlukan banyak aspek kehidupan sangat cenderung
tambahan keterangan verbal sehingga waktu melibatkan komputer dengan berbagai produk
untuk proses belajar mengajar kurang efisien; teknologi yang menyertainya (Setiadi & Agus,
2001).

123
123
24 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Kreativitas atau kemampuan kreatif Tujuan Penelitian
merupakan salah satu faktor internal dari Berdasarkan rumusan masalah yang telah
individu. Kreativitas merupakan bakat yang ditetapkan, maka tujuan yang akan dicapai
secara potensial dimiliki oleh setiap orang, dalam penelitian ini adalah: (1) menghasilkan
yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui produk pengembangan media pembelajaran
pendidikan yang tepat (Munandar,1999). Ciri- komputer yang dirancang secara khusus untuk
ciri kreativitas dibedakan atas dimensi non mendukung proses pembelajaran siswa, (2)
aptitude (sikap kreatif) dan aptitude (berfikir mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa
kreatif). Kaitannya dengan prestasi belajar antara yang mempergunakan pembelajaran
adalah seperti dikemukakan oleh Edwards dan dengan media komputer dan yang
Taylor (dalam Amien, 1987) bahwa beberapa mempergunakan pembelajaran konvensional,
siswa dengan kemampuan kreatif yang tinggi (3) mengetahui perbedaan prestasi belajar
pada umumnya melakukan tugas sama siswa pada antara kelompok tingkat berfikir
baiknya dengan para siswa dengan IQ tinggi kreatif tinggi dan kelompok tingkat berpikir
dalam tes hasil belajar. kreatif rendah, (4) mengetahui apakah ada
interaksi antara penggunaan media
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini pembelajaran dan tingkat berfikir kreatif yang
dilakukan dalam rangka pembuktian secara mem-pengaruhi prestasi belajar.
empirik untuk pengaruh pembelajaran dengan
media komputer terhadap prestasi belajar
siswa pada materi konstruksi dan prinsip kerja B. KAJIAN PUSTAKA
sistem AC. Secara operasional pengaruh
dilihat dalam bentuk perbedaan prestasi belajar Pengaruh Pembelajaran Dengan
siswa antara kelompok yang Media Komputer Terhadap Prestasi
mempergunakan pembelajaran dengan media Belajar
komputer dan kelompok yang Pengaruh dalam penelitian ini dimaksudkan
mempergunakan pembelajaran konvensional. sebagai faktor daya atau kekuatan dari suatu
Selain pengaruh penggunaan media komputer, keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya
juga akan dibuktikan pengaruh tingkat berfikir perubahan terhadap keadaan yang lain. Dalam
kreatif siswa sebagai faktor internal terhadap hal ini faktor tersebut adalah faktor yang
prestasi belajar, baik pada siswa yang belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti
dengan media komputer maupun yang belajar dikemukakan oleh Syah (2000) bahwa secara
dengan media konvensional. global faktor tersebut terdiri atas: (1) faktor
internal, yakni kondisi jasmani dan rohani
Rumusan Masalah siswa; (2) faktor eksternal, yakni kondisi
Rumusan masalah pada penelitian ini lingkungan di sekitar siswa; (3) Faktor
dilakukan 2 tahap yaitu (1) bagaimanakah pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar
pengembangan media pembelajaran komputer, siswa meliputi strategi dan metode yang
(2) penelitian eksperimen, yang meliputi digunakan.
sebagai berikut: (a) Adakah perbedaan
prestasi belajar siswa pada materi konstruksi Pembelajaran merupakan serangkaian
dan prinsip kerja sistem AC antara yang komuniksi yang dilakukan kepada si pebelajar
mempergunakan pembelajaran dengan media (siswa). Komunikasi yang terjadi dalam
komputer dan yang mempergunakan pembelajaran memiliki tujuan utama membantu
pembelajaran konvensional? (b) Adakah proses belajar, yaitu mengubah keadaan si
perbedaan prestasi belajar siswa pada materi belajar dari suatu situasi ke situasi lain. Dalam
konstruksi dan prinsip kerja sistem AC antara pembelajaran standar kompetensi memelihara/
kelompok tingkat berfikir kreatif tinggi dan servis sistem AC, yang dimaksud situasi
kelompok tingkat berpikir kreatif rendah? (c) adalah keadaan tidak kompeten menjadi
Apakah ada interaksi antara penggunaan kompeten. Proses komunikasi atau
media pembelajaran dan tingkat berfikir kreatif penyampaian pesan materi pembelajaran
yang mempengaruhi prestasi belajar pada sering tidak maksimal akibat berbagai
materi konstruksi dan prinsip kerja sistem AC? keterbatasan yang dimiliki oleh siswa maupun

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 25
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
guru. Media pembelajaran sebagai faktor terhadap inteligensi, karena pada keduanya
pendekatan belajar dapat direncanakan oleh berada dalam dimensi yang sama meskipun
guru untuk diisi dengan pesan-pesan sehingga berbeda kategori.
memiliki kemampuan untuk membantu
mengoptimalkan proses komunikasi tersebut. Getzels dan Jackson, dan Yamamoto (dalam
Munandar, 1999) berdasarkan penelitian yang
Pemilihan komputer sebagai strategi belajar dilakukan memberikan kesimpulan yang sama
konstruksi dan prinsip kerja sistem AC, bahwa kelompok siswa yang kreatifitasnya
disebabkan komputer unggul dalam beberapa tinggi tidak berbeda dengan prestasi sekolah
hal dan memiliki kemampuan sebagai media. dari kelompok siswa yang inteligensinya relatif
Guru dapat membuat sajian teks (keterangan tinggi. Sedangkan Edwards dan Taylor (dalam
verbal), gambar diam, gambar gerak (animasi), Amien,1987) menemukan bahwa beberapa
film (video), atau latihan soal dalam bentuk siswa dengan kemampuan kreatif yang tinggi
program komputer. Selain itu guru dapat pada umumnya melakukan tugas sama
membuat tampilan sajian lebih menarik, baiknya dengan para siswa dengan IQ tinggi
sehingga siswa menjadi terkesan dan tidak dalam tes hasil belajar. Dalam kedudukannya
cepat bosan. Materi atau pesan pembelajaran sebagai unsur kreativitas, hasil-hasil penelitian
yang telah tersimpan dalam komputer dapat di atas memperkuat analogi bahwa siswa yang
dipanggil dan dilihat kapan saja melalui layar memiliki tingkat berfikir kreatif tinggi prestasi
monitor. Sehingga dalam waktu singkat belajarnya akan lebih baik, sedangkan siswa
komputer mampu menampilkan apa yang yang memiliki tingkat berfikir kreatif rendah
diinginkan guru kepada siswanya. Dengan prestasi belajarnya juga rendah.
demikian komputer sebagai media
pembelajaran membantu tercapainya tujuan Torrance (dalam Munandar,1977)
belajar yang diprogramkan oleh guru. mengutarakan bahwa kreatifitas merupakan
Perubahan tersebut diukur dengan alat tes, di suatu proses yang terdiri dari: (1) penyelesaian
mana angka interval hasil tes akhir masalah yang sensitif; (2) pengidentifikasian
pembelajaran disebut sebagai prestasi belajar. kesulitan; (3) penyidikan penyelesaian dengan
acuan tertentu; (4) testing dan retesting atas
Pengaruh Tingkat Berfikir Kreatif hipotesis; (5) pelaporan hasil. Pemikiran-
Terhadap Prestasi Belajar pemikiran divergen dan konvergen bukan suatu
Syah (2000) mengemukakan bahwa faktor kondisi yang saling terpisah dan tanpa
internal turut mempengaruhi prestasi belajar. hubungan sama sekali. Dalam penyelesaian
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni suatu masalah, gagasan-gagasan yang sudah
keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa. diungkap (divergen) akan diinvestigasi dan
Aspek jasmaniah atau fisiologis adalah diverifikasi terhadap standar tertentu
menyangkut fisik, organ dan indera. (konvergen) untuk kemudian dipilih dan diuji
Sedangkan aspek rohani atau psikologis terdiri kebenarannya sebagai satu atau lebih alternatif
dari faktor-faktor esensial: (1) tingkat yang dipilih. Sehingga konteks ini dapat saling
kecerdasan/inteligensi siswa; (2) sikap siswa; menyesuaikan terhadap proses pembelajaran
(3) bakat siswa; (4) minat siswa; (5) motivasi dengan pendekatan kompetensi, di mana pada
siswa. akhir pembelajaran terjadi verifikasi produk
terhadap standar yang telah ditentukan.
Pendapat Guilford (dalam Munandar,1977)
bahwa pemikiran konvergen atau penalaran Dengan demikian terdapat kesesuaian antara
logis menuju satu jawaban yang benar, berfikir kreatif sebagai faktor internal individu
merupakan proses yang mendasari test terhadap prestasi belajar konstruksi dan prinsip
inteligensi yang tradisional, sedangkan kerja sistem AC. Pengaruh tingkat berfikir
pemikiran divergen atau corak pemikiran yang kreatif tinggi ditunjukkan dengan pencapaian
menghasilkan bermacam-macam gagasan prestasi belajar yang lebih tinggi pula, demikian
merupakan indikator yang paling nyata dari berlaku sebaliknya.
kreativitas. Dengan demikian berfikir kreatif
sebagai unsur kreativitas memiliki kesetaraan

123
123
26 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
C. METODE PENELITIAN yang telah ada sebagai kelompok eksperimen
Penelitian ini merupakan penelitian maupun kelompok kontrol. Populasi penelitian
pengembangan dan penelitian eksperimen. adalah siswa kelas III semester gasal pada
Media pembelajaran komputer yang Program keahlian teknik mekanik otomotip
direncanakan sebagai variabel bebas pertama SMKN 1 Seyegan Sleman pada tahun
(X1) tidak dapat dipenuhi oleh media pelajaran 2006/2007. Penelitian ini
pembelajaran yang telah ada. Sehingga perlu menggunakan dua kelas sampel dari 3 kelas
dikembangkan sendiri agar sesuai dengan parallel yang ada, di mana kondisi kelas dan
tujuan penelitian. sampel penelitian dilakukan dengan cara
random kelas yaitu dengan cara undian. Hasil
Rancangan Penelitian undian menyatakan bahwa kelas III MO1
Pengembangan adalah sebagai kelas eksperimen dan kelas III
MO2 sebagai kelompok kontrol. Desain dalam
eksperimen ini digunakan model pratest dan
postest atau Nonequivalent Control Group
Design (Sugiyono,2005) mengingat kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak
dapat dipilih secara random. Dalam perhitungan
nilai signifikansi pengaruh perlakuan, bilamana
data eksperimen memenuhi uji persyaratan
normalitas dan homogenitas variansi maka
perhitungan dapat dilakukan dengan teknik
statistik inferensial parametrik (analisis
variant). Metode penelitian ini adalah penelitian
komparatif yaitu bertujuan untuk mengetahui
adanya pengaruh pembelajaran dengan media
komputer terhadap prestasi belajar siswa.
Kelompok pertama disebut sebagai kelompok
Gambar 1. eksperimen, sedangkan kelompok kedua
Bagan Proses Pengembangan disebut kelompok kontrol. Kelompok
ekperimen diberi perlakuan pembelajaran
Berdasarkan kajian pengembangan dan cara
dengan media komputer, sedangkan kelompok
pengujiannya, software media pembelajaran kontrol menggunakan pembelajaran dengan
konstruksi dan prinsip kerja sistem AC dapat
media konvensional.
direalisasikan dengan prosedur seperti
ditunjukkan oleh gambar bagan proses
produksi, yang terdiri atas: (a) Analisis
kebutuhan, (b) Merumuskan tujuan dan butir-
butir materi pembelajaran, (c) Mengembangkan
alat pengukur keberhasilan (Instrumen
Penilaian Media Pembelajaran dan Instrumen
Tes Akhir Pembelajaran), (d ) Membuat Gambar 2.
Flowchart, (e) Menulis naskah media, (f) Desain Penelitian
Membuat Produksi Awal, (h) Mengadakan
Keterangan gambar:
Evaluasi (Tes) formatif dan Revisi (Penilaian 01, 03 : merupakan prestasi belajar siswa sebelum
Ahli, Penilaian Ahli, Penilaian Kelompok Kecil diberi perlakuan
02 : merupakan prestasi belajar siswa sesudah
(Small Group) dan Uji coba lapangan (Field
diberi perlakuan untuk kelompok eksperimen
testing)) 04 : merupakan prestasi belajar siswa sesudah
diberi perlakuan untuk kelompok kontrol
Rancangan Penelitian Eksperimen
Penelitian ini adalah jenis quasi eksperimen Variable dalam penilitian ini meliputi: (1) variable
(eksperimen semu), sehingga subyek bebas (X1), pembelajaran dengan media
penelitian tidak dilakukan secara random komputer; (2) variable bebas (X2), tingkat
individu tetapi mempergunakan kelas-kelas berfikir kreatif ; (3) variable tergantung, prestasi

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 27
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
belajar ( Y ). Variabel bebas (X2), tingkat berfikir kelas kontrol. Tahap II, membuat persiapan
kreatif, adalah sebagai variabel moderator. Tes pelaksanaan kegiatan pembelajaran kelas/
tingkat berfikir kreatif dilakukan pada kelompok kelompok eksperimen dilakukan di
eksperimen maupun kelompok kontrol, Laboratorium Komputer, Sedangkan kelompok
selanjutnya data interval hasil tes kontrol dilakukan di ruangan kelas. Tahap III,
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu kegiatan penelitian diawali dengan
kelompok tingkat berpikir kreatif tinggi dan pelaksanaan tes kemampuan tingkat berfikir
kelompok tingkat berpikir kreatif rendah. kreatif terhadap subyek penelitian (siswa), baik
Penelitian ini mempergunakan rancangan untuk kelompok eksperimen maupun
faktorial 2 x 2. Rancangan faktorial ini kelompok kontrol. Tahap IV, setelah
membagi variabel penelitian dalam kelompok- menyelesaikan tes berfikir kreatif, kemudian
kelompok berdasarkan kondisi dan tipe siswa menjalani pretest untuk mengetahui
perlakuan seperti ditunjukkan tabel 1 kemampuan awal sebelum dilakukan kegiatan
pembelajaran. Tahap V, pelaksanaan
Tabel 1. Rancangan Faktorial 2 x 2 perlakuan pembelajaran adalah sesuai desain
penelitian yang telah disebutkan. Pada awal
pembelajaran kedua kelompok mendapatkan
pengarahan dari guru berhubungan dengan
tujuan, manfaat, dan garis besar materi
pembelajaran. Di akhir pembelajaran siswa
akan memperoleh penegasan tentang materi
yang telah dipelajari. Tanya jawab dapat terjadi
jika siswa menghendaki, yaitu dengan
mengajukan materi yang belum bisa
Keterangan: dimengerti. Tahap VI, pada akhir kegiatan
(K1) (P1) : Pencapaian prestasi belajar siswa yang
belajar dengan menggunakan media pembelajaran dilakukan kegiatan post test,
komputer, dengan kemampuan berfikir siswa diminta mengerjakan soal-soal yang
kreatif tinggi pernah dikerjakan sewaktu pretest. Nilai yang
(K2) (P1) : Pencapaian prestasi belajar siswa yang
belajar dengan menggunakan media diperoleh adalah merupakan pencapaian hasil
komputer, dengan kemampuan berfikir pembelajaran.
kreatif rendah
(K1) (P2) : Pencapaian prestasi belajar siswa yang
belajar dengan menggunakan media Populasi dan Sampel
konvensional, dengan kemampuan Populasi penelitian adalah siswa SMKN 1
berfikir kreatif tinggi
Seyegan Sleman Yogyakarta tingkat III
(K2) (P2) : Pencapaian prestasi belajar siswa yang
belajar dengan menggunakan media semester gasal tahun ajaran 2006/2007,
konvensional, dengan kemampuan program keahlian teknik mekanik otomotip.
berfikir kreatif rendah
Terdiri atas tiga kelas paralel, setiap kelas
terdiri dari 36 siswa. Jumlah keseluruhan siswa
adalah 108 orang. Penelitian ini menggunakan
Prosedur Penelitian
dua kelas sampel dari 3 kelas parallel yang
Penelitian ini dilakukan pada semester gasal
ada, di mana kondisi kelas dan sampel
tahun pelajaran 2006/2007. Berdasarkan
penelitian dilakukan dengan cara random kelas
rambu-rambu KTSP SMKN 1 Seyegan durasi
yaitu dengan cara undian. Hasil undian
waktu belajar standar kompetensi memelihara/
menyatakan bahwa kelas III MO1 (36 siswa)
servis sistem AC adalah 42 x 45 menit, terbagi
adalah sebagai kelas eksperimen dan kelas III
atas 21 x 45 menit pembelajaran tatap muka
MO2 (36 siswa) sebagai kelompok kontrol.
mandiri, 21 x 45 menit pembelajaran praktek
Pertimbangan bahwa kelas-kelas telah
(2 x 21 x 45 menit). Prosedur yang dapat
terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin
dipenuhi untuk menjaga proses penelitian agar
dilakukan random individu, dengan demikian
berjalan seperti yang direncanakan adalah:
diasumsikan kemampuan siswa antar kelas
Tahap I, membuat jadwal pembelajaran untuk
adalah cenderung sama.
menghindari terjadinya komunikasi antara
siswa dari kelas eksperimen dengan siswa dari

123
123
28 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Variabel Penelitian Sebelum dipergunakan instrumen harus diuji
Variable dalam penelitian ini meliputi: (1) terlebih dahulu untuk memenuhi persyaratan
variable bebas (X1), pembelajaran dengan validitas dan reliabilitasnya. Validitas instrumen
media komputer; (2) variable bebas (X2), dapat diartikan sebagai kemampuan suatu alat
tingkat berfikir kreatif; (3) variable tergantung, test untuk dapat mengukur apa yang hendak
prestasi belajar (Y). Variabel bebas (X1) pada diukur. Teguh (2004) bahwa sebagai langkah
kelas eksperimen merupakan pembelajaran awal penelitian adalah menguji validitas butir-
dengan media komputer, sedangkan pada butir pertanyaan, sehingga disebut juga
kelas kontrol adalah merupakan pembelajaran sebagai uji kesahihan butir. Sebuah butir tes
dengan media konvensional. Perbedaan dikatakan sahih (valid) jika mempunyai
penggunaan media ini sebagai bentuk dukungan yang kuat atau korelasi yang tinggi
manipulasi yang akan dilihat pengaruhnya terhadap skor total. Sedangkan reliabilitas
terhadap prestasi belajar. berhubungan dengan kepercayaan terhadap
alat test tersebut. Reliabel atau andal apabila
Variabel terikat (Y) adalah variabel yang nilainya suatu soal diujikan pada subyek sama pada
dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam waktu berbeda hasilnya tidak berbeda.
penelitian ini variabel terikat merupakan Sehingga reliabilitas soal juga disebut
pencapaian prestasi belajar yang dilihat ketetapan soal (konsistensi). Perhitungan nilai
berdasarkan hasil evaluasi akhir pembelajaran. validitas dan reliabilitas selain dapat dilakukan
Variabel bebas (X2) tingkat berfikir kreatif dengan cara manual berdasarkan rumus yang
merupakan variabel moderator, yaitu variabel ada, juga dapat dilakukan dengan bantuan
yang tidak dapat dimanipulasi tetapi komputer program SPSS for Windows.
diperkirakan ikut mempengaruhi hubungan
antara variabel terikat dangan variabel bebas. Alat pengumpul data (soal tes) yang telah valid
Variabel tingkat berfikir kreatif dibagi menjadi dan reliabel akan semakin tinggi manfaatnya
dua yaitu tingkat berfikir kreatif tinggi dan apabila proses pembelajaran itu sendiri
tingkat berfikir kreatif rendah. Hal ini berkaitan berlangsung dengan baik. Dalam penelitian ini
dengan pengujian hipotesis yang telah soal tes digunakan untuk mengukur prestasi
diajukan. belajar sebagai dampak penggunaan media
dalam proses pembelajaran yang meliputi: (1)
Tes Berpikir Kreatif, instrumen tes diambil
dari Materi Sertifikasi Tes Bagi Konselor
Pendidikan Angkatan ke IX Universitas Negeri
Malang (2006), merupakan instrumen hasil
pengembangan dari Munandar (1977). Tes
Berpikir Kreatif diberikan kepada kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen. Tes ini
hanya dilakukan sekali yaitu pada awal
pembelajaran. Tes kemampuan berfikir kreatif
Gambar 3. adalah suatu proses yang dimanifestasikan
Hubungan antara Hipotesis dan Variabel Penelitian
dalam kelancaran (fluency), keluwesan
Keterangan
(fleksibilitas), keaslian (originalitas), dan
P1 : Pembelajaran dengan menggunakan media kerincian (elaboration) dalam berfikir. (2) Tes
komputer akhir pembelajaran, tes akhir diberikan
P2 : Pembelajaran dengan menggunakan media
konvensional kepada kelompok kontrol maupun kelompok
K1 : Kemampuan berfikir kreatif tinggi eksperimen setelah mendapatkan
K2 : Kemampuan berfikir kreatif rendah pembelajaran konstruksi dan prinsip kerja
sistem AC. Tes ini untuk mengetahui
kemampuan akhir setelah kedua kelompok
Instrumen Penelitian menyelesaikan pembelajaran. Penyusunan
Penelitian ini menggunakan dua macam alat instrumen tes akhir pembelajaran dimulai
pengumpul data yaitu soal tes akhir dengan pemetaan indikator tujuan
pembelajaran dan soal tes berfikir kreatif. pembelajaran.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 29
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Pengumpulan Data komputer SPSS 11.5. Jika data eksperimen
Kegiatan pengumpulan data diawali dengan tes memenuhi uji persyaratan normalitas dan
uji coba instrumen berfikir kreatif dan tes homogenitas varians maka pembuktian
pencapaian belajar terhadap kelas III MO3 hipotesis dilakukan dengan perhitungan teknik
SMKN 1 Seyegan. Data yang diperoleh statistik analisis varians 2 x 2 (inferential
kemudian dianalisis untuk menentukan parametrik) dan nilai pretest tidak
validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan diperhitungkan. Pemilihan Analisa Varian 2
daya beda dari instrumen. Setelah dinyatakan X 2 untuk menguji data utama yaitu signifikansi
memenuhi syarat dan tidak ada perbaikan pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap
maka instrumen telah siap sebagai alat variabel tergantung adalah sesuai pendapat
pengambil data pada kelas eksperimen Mukadis (2003) bahwa analisis varian
maupun kontrol. Data yang akan dikumpulkan merupakan salah satu teknik statistik yang
dalam penelitian eksperimen ini terdiri atas paling cocok digunakan untuk menguji
beberapa jenis dan dikumpulkan melalui perbedaan pengaruh perlakuan dalam penelitian
beberapa tahapan: (1) Data hasil tes berpikir pendidikan.
kreatif, diperoleh melalui tes terhadap
kelompok eksperimen maupun kontrol. Hasil
dari tes berfikir kreatif adalah berupa data D. HASIL PENELITIAN
interval (nilai skala) yang dikelompokkan
menjadi tingkat berpikir kreatif rendah dan Pengembangan Media Pembelajaran
tinggi. Data tersebut sebagai variabel Komputer
moderator sesuai rancangan faktorial 2 x 2 Tahapan kegiatan pengujian hasil produk
yang telah ditentukan. (2) Data nilai pre test, pengembangan media pembelajaran komputer
diperoleh melalui kegiatan tes yang dilakukan meliputi: (1) evaluasi media pembelajaran; (2)
sebelum kegiatan pembelajaran. Penggunaan uji coba media. Penentuan kategori setiap
nilai pre test adalah: (1) untuk mengetahui aspek media yang dinilai adalah dengan
kemampuan awal berkaitan sistem pendekatan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
kompetensi di mana siswa yang telah
kompeten diijinkan tidak mengikuti proses
pembelajaran, (2) memastikan kesamaan
kemampuan awal siswa sebelum kegiatan
penelitian dimulai, (3) bergantung pada kondisi
data prestasi akhir pembelajaran sehubungan
dengan analisis statistik yang akan
dipergunakan. (3) Data nilai post test,
diperoleh melalui kegiatan tes akhir
pembelajaran terhadap kelompok eksperimen
maupun kontrol. Data yang diperoleh dari
kegiatan post tes selanjutnya diuji normalitas
dan homogenitas untuk kemudian ditentukan
analisis statistik yang akan dipakai.

Teknik Analisis Data Gambar 4. Contoh Tampilan Media


Analisis data diperlukan untuk menguji Pembelajaran Komputer Hasil Pengembangan

hipotesis penelitian. Sesuai dengan


karakteristik penelitian ini maka teknik analisis
Evaluasi Media
statistik digunakan dalam rangka melihat Evaluasi ahli materi merupakan penilaian yang
diberikan oleh ahli materi pembelajaran AC
pengaruh perlakuan pada variabel bebas
Mobil sebagai masukan untuk penyempurnaan
terhadap variabel tergantung. Untuk
memenuhi persyaratan analisis statistik maka media pembelajaran yang telah dihasilkan.
Pada evaluasi ini selain aspek materiil (isi),
diperlukan adanya pengujian pendahuluan,
juga akan dinilai dari aspek instruksional atau
yaitu : (1) Uji normalitas, (2) uji homogenitas
varians. Uji normalitas dan homogenitas varians pembelajarannya. Evaluasi media merupakan
penilaian yang diberikan oleh ahli media
populasi dilakukan dengan bantuan program
123
123
30 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
pembelajaran sebagai masukan untuk dalam program media pembelajaran; (3)
penyempurnaan media yang telah dihasilkan. melakukan koreksi naskah media serta
Pada evaluasi ini bagian yang dinilai adalah memperbaiki struktur kalimat dan edisi
aspek tampilan dan aspek pemrograman. Skor bahasa; (4) mengevaluasi dan melakukan
penilaian dan saran-saran ahli materi maupun penajaman warna pada tampilan gambar
ahli media pada masing-masing indikator media; (5) mengatur kembali kesesuaian dan
digunakan sebagai masukan untuk revisi media posisi teks; (6) memperbesar ukuran huruf
pembelajaran yang dihasilkan. Rerata teks dan mengatur warna title; (7)
keempat aspek yang dinilai tercantum pada membesarkan ukuran button dan memperjelas
tabel 2 warnanya.

Tabel 2. Rerata Penilaian Ahli Uji Coba Media


Media pembelajaran yang telah diperbaiki atas
masukan dari para ahli, selanjutnya diuji coba
dalam kelompok kecil. Responden uji coba
kelompok kecil diambilkan dari 8 orang siswa.
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa rerata
setiap aspek termasuk dalam kategori sangat
baik. Dengan demikian program media
pembelajaran komputer tidak memerlukan
perbaikan dan dapat digunakan untuk uji
lapangan. Responden uji coba lapangan
diambilkan dari 28 orang siswa yang dipilih dari
kelas III MO3 semester ganjil Program keahlian
Dari tabel di atas terlihat bahwa rerata dari teknik mekanik otomotip SMKN 1 Seyegan
semua aspek yang dikembangkan pada media Sleman pada tahun pelajaran 2006/2007.
pembelajaran komputer memiliki kriteria baik.
Hasil ini menunjukkan bahwa media Tabel 3. Rerata Penilaian Uji Lapangan
pembelajaran komputer sudah sesuai dengan
muatan serta tujuan materi konstruksi dan
prinsip kerja sistem AC. Namun demikian
sesuai masukan tersebut ada beberapa aspek
yang perlu diperbaiki: (1) urutan materi; (2)
kesesuaian latihan soal dengan kompetensi
dasar; (3) kesesuaian latihan soal dengan
materi; (4) dinamisme kalimat agar tidak
menjenuhkan; (5) pemilihan warna untuk
memberi penekanan materi; (6) posisi dan
ukuran teks; (7) pemilihan ukuran dan warna
huruf; (8) keterbacaan teks; (9) penempatan
tanda button. Agar dapat digunakan pada uji
berikutnya, maka masukan dari ahli-ahli Berdasarkan data di atas, rerata setiap aspek
tersebut langsung ditindaklanjuti dengan termasuk dalam kategori baik dan sangat baik,
perbaikan. demikian halnya rerata keseluruhan aspek
yang dinilai juga menunjukkan kategori sangat
Bagian-bagian media yang telah diperbaiki baik. Prosentase ketercapaian tujuan dari
berdasarkan aspek-aspek yang dinilai adalah: masing-masing aspek dalam mendukung
(1) menata urutan pada sub-sub materi fungsi media sangat baik. Dengan demikian
sehingga lebih menunjukkan kesesuaian dan media pembelajaran komputer sesuai dengan
kemudahan pemahaman; (2) memperbaiki muatan serta tujuan materi konstruksi dan
soal-soal latihan sehingga sesuai dengan prinsip kerja sistem AC, sehingga media
kompetensi dasar dan kandungan materi pembelajaran komputer layak dipakai pada
kondisi sebenarnya.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 31
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Data Penelitian Berdasarkan hasil analisis varian pada tabel 5
Data dalam penelitian ini terdiri atas:(1) prestasi di atas menunjukkan bahwa:
belajar pada kelompok eksperimen yang (a) Ho untuk hipotesis 1 ditolak (Fhitung = 7.987
menggunakan metode belajar komputer dan lebih besar dari Ftabel = 3.98 untuk p lebih
kelompok kontrol yang menggunakan metode kecil dari 0.05), H1 diterima. Artinya
belajar konvensional; (2) kemampuan berpikir terdapat perbedaan prestasi belajar siswa
kreatif kelompok eksperiment dan kelompok antara yang memiliki tingkat berpikir kreatif
kontrol. Kemampuan berpikir kreatif rendah dengan yang memiliki tiingkat
dikategorikan tinggi apabila sama atau lebih berpikir kreatif tinggi.
besar dari rerata, dan dikategorikan rendah (b) Ho untuk hipotesis 2 ditolak (Fhitung = 12.127
apabila berada di bawah nilai rerata. Rerata lebih besar dari Ftabel = 3.98 untuk p lebih
tingkat berfikir kreatif pada kelas eksperimen kecil dari 0.05), H1 diterima. Artinya
adalah 102,31 sedangkan rerata tingkat berfikir terdapat perbedaan prestasi belajar siswa
kreatif kelas kontrol adalah 99,64. Secara antara yang diajar dengan media
umum data tingkat berpikir kreatif dan rerata pembelajaran komputer dengan media
prestasi belajar siswa dicantumkan pada pembelajaran konvensional.
lampiran tabel 4 (c) Ho untuk hipotesis 3 diterima (Fhitung =
0,024 lebih kecil dari Ftabel = 3.98 untuk p
Tabel 4. Data Rerata Prestasi Belajar lebih besar dari 0.05), H1 ditolak. Artinya
dan Tingkat Berfikir Kreatif tidak ada dampak interaksi antara
penggunaan media pembelajaran (media
komputer dan media konvensional) dan
tingkat berpikir kreatif (tinggi dan rendah )
yang mempengaruhi prestasi belajar.

E. PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN

Analisis Varian (Anova) 2 Jalur Kajian Akhir Media Pembelajaran


Hipotesis dari penelitian ini akan diuji dengan Komputer
teknik analisis varian (ANOVA) dua jalur di Media pembelajaran komputer dibuat dengan
mana sebagai alat bantu untuk menghitung tujuan dapat membantu memecahkan
digunakan SPPSS 11.5. Hasil penelitian masalah dalam proses belajar mengajar materi
berdasarkan analisis varian sebagai pembuktian konstruksi dan prinsip kerja sistem AC. Media
dari hipotesis disajikan pada tabel 5 pembelajaran komputer yang dihasilkan, telah

Tabel 5.
Tabel Hasil Perhitungan ANAVA

123
123
32 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
direvisi dan disempurnakan atas dasar analisis mengemukakan bahwa komputer yang
data dari tahapan kegiatan: evaluasi ahli, digunakan dalam pembelajaran dapat
evaluasi klinis, uji coba kelompok kecil, dan meningkatkan motivasi belajar serta
uji coba lapangan. Aspek-aspek yang direvisi mendorong siswa menikmati sajian dan latihan
pada dasarnya untuk memenuhi kualitas media dari tayangan komputer. Sedangkan Arsyad
pembelajaran dari unsur: (1) kemampuan (2002) mengemukakan pemanfaatan
media dalam membawakan materi sesuai komputer dalam belajar meliputi penyajian
dengan tujuan belajar yang telah ditentukan; informasi isi materi pelajaran, latihan, atau
(2) kemampuan media dalam menyajikan kedua-duanya. Kesesuaian pendapat kedua
materi sesuai prinisip-prinsip pembelajaran; (3) ahli di atas dengan kondisi lapangan tercermin
kualitas tampilan dalam penyajian materi dalam penelitian yang dilakukan oleh Yohanes
belajar; (4) kemampuan program dalam (1994) dalam kaitannya dengan metode
mengemas dan mengorganisasi materi pengajaran, penggunaan komputer sebagai
pembelajaran; (5) kemampuan menampilkan alat bantu memberikan kesimpulan bahwa
macam-macam unsur keperagaan sehingga kelompok siswa SLTP yang diajar oleh guru
dapat membantu pemahaman konsep dan dibantu komputer memiliki prestasi belajar
pesan yang disampaikan; (6) daya tarik matematika yang lebih baik. Penelitian yang
tampilan media pembelajaran komputer sejenis telah dilakukan oleh Suharyanto dkk
memberikan motivasi bagi siswa untuk belajar (1996) pada pengembangan model remedial
lebih banyak, merasa senang, dan mendorong pengajaran fisika berbantuan komputer, yang
siswa untuk menuntaskan beban belajarnya. memberikan kesimpulan bahwa progaram
Dengan demikian keseluruhan penilaian remidi dapat meningkatkan rerata skor
terhadap aspek media pembelajaran komputer prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
yang dikembangkan memperoleh rerata baik, fisika dasar sebesar 6,09 pada program remidi
sehingga layak digunakan dalam kegiatan tertulis dan 9,60 pada program remidi
pembelajaran yang sebenarnya. Media berbantuan komputer. Kedua penelitian di atas
pembelajaran yang telah memenuhi kelayakan menguatkan bukti bahwa media komputer
tersebut digunakan sebagai media dapat berperan dengan baik pada program
pembelajaran dalam penelitian eksperimen ini. pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
teoritis.

Pengaruh pembelajaran dengan Hasil penelitian di atas, menunjukkan


media komputer dibandingkan kecenderungan yang sama. Deskripsi data
dengan pembelajaran dengan perolehan hasil belajar siswa menunjukkan
media konvensional terhadap bahwa kelas yang diajar dengan menggunakan
prestasi belajar siswa media pembelajaran komputer memiliki rerata
Arsyad (2002) dan Sadiman dkk (2005) hasil belajar 79,22, berarti lebih tinggi bila
mengemukakan bahwa media dapat dibandingkan dengan rata-rata perolehan hasil
memperjelas pesan, mengarahkan perhatian, belajar pada kelas yang menggunakan media
mengatasi keterbatasan indra, memberikan pembelajaran konvensional yaitu dengan rerata
kesamaan pengalaman, mengatasi sikap pasif 76,56. Hal tersebut sesuai hasil perhitungan
siswa, dan membantu kesulitan guru. Dengan teknik statistik analisis variant 2 x 2, di mana
mempergunakan media, dapat berlangsung pembelajaran dengan media komputer
proses pembelajaran yang efektif dan menarik. memberikan hasil pada Fhitung = 12.127 lebih
Dalam pembelajaran konstruksi dan prinsip besar daripada Ftabel = 3,98, dengan demikian
kerja sistem AC, keefektifan belajar diukur Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Artinya terdapat
dengan evaluasi yang dilakukan untuk me- perbedaan hasil antara siswa yang diajar
nentukan sejauh mana tujuan pembelajaran menggunakan media komputer dibandingkan
sudah tercapai. dengan metode pembelajaran konvensional.
Siswa yang diajar menggunakan media
Komputer merupakan salah satu media pembelajaran komputer memperoleh prestasi
pembelajaran yang kini banyak digunakan. belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa
Thompson (Elida dan Nugroho, 2003) yang diajar menggunakan media konvensional.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 33
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Pengaruh tingkat berpikir kreatif Data penelitian juga menunjukkan bahwa rerata
tinggi dibandingkan tingkat berpikir pencapaian nilai prestasi belajar untuk tingkat
kreatif rendah terhadap prestasi berfikir kreatif tinggi pada kelas eksperimen
belajar siswa. adalah 80,353 dan rerata nilai prestasi belajar
Kreativitas berhubungan erat dengan untuk tingkat berfikir kreatif tinggi pada kelas
kemampuan individu dalam menggunakan kontrol adalah 77,68. Sedangkan rerata
proses berfikir sehingga mampu mengkaji pencapaian nilai prestasi belajar siswa
permasalahan dan mencari pemecahannya kelompok tingkat berfikir kreatif rendah pada
dengan gagasan-gagasan baru. Prinsip dari kelas eksperimen adalah 78,211 dan rerata
pengertian tersebut berkaitan dengan proses pencapaian nilai prestasi belajar untuk tingkat
belajar seseorang dalam berbagai hal, berfikir kreatif rendah pada kelas kontrol adalah
sehingga wujud gagasan dan bentuk 75,29. Data tersebut menunjukkan bahwa
pemecahannya akan berbeda-beda pula. kelompok siswa yang memiliki tingkat berfikir
Nasution (1982) dan Wolson (Alih bahasa kreatif tinggi pada kelas eksperimen dan kelas
Samosir, 1988) memberikan penekanan yang kontrol memiliki prestasi belajar yang lebih
hampir sama dalam batasan pengertian tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa
kreativitas yaitu kemampuan untuk yang memiliki tingkat berfikir kreatif rendah.
menemukan hubungan atau gagasan baru guna
mendapatkan jawaban dalam rangka Interaksi antara penggunaan media
memecahkan masalah. Munandar (1985) pembelajaran dan tingkat berpikir
mengemukakan bahwa tingkah laku kreatif kreatif terhadap prestasi belajar
(kemampuan kreatif) terwujud dari kognitif Pengujian hipotesis ketiga adalah untuk
kreatif dan afektif kreatif. Tingkat berfikir kreatif mengetahui adanya interaksi antara
dalam hal ini bermakna sebagai jenjang interval penggunaan media pembelajaran (komputer
skala kognitif kreatif dari masing-masing dan konvensional) dan tingkat berfikir kreatif
individu. (tinggi dan rendah) yang mempengaruhi
prestasi belajar. Dengan menggunakan
Berdasarkan data penelitian diketahui rerata perhitungan statistik analisis variant 2 x 2
tingkat berfikir kreatif pada kelas eksperimen diperoleh Fhitung = 0.024 lebih kecil dari pada
adalah 102,31. Karena memiliki score test Ftabel = 3.98. Sehingga Ha3 ditolak, berarti tidak
berfikir kreatif di atas rerata maka 17 siswa ada interaksi antara pembelajaran dengan
termasuk kelompok tingkat berfikir kreatif media komputer dibandingkan dengan
tinggi, sedangkan 19 siswa tergolong memiliki pembelajaran dengan media konvensional dan
tingkat berfikir kreatif rendah. Untuk kelas tingkat berfikir kreatif terhadap prestasi belajar
kontrol rerata tingkat berfikir kreatif adalah materi konstruksi dan prinsip kerja sistem AC.
99,64 sehingga sebanyak 21 siswa termasuk
memiliki tingkat berfikir kreatif tinggi sedangkan Berkaitan dengan penggunaan media,
15 siswa tergolong memiliki tingkat berfikir pembuktian hipotesis ke tiga menunjuk-kan
kreatif rendah. Penghitungan dengan statistik bahwa tidak terdapat pengaruh secara
analisis variant 2 x 2 menunjukkan bahwa bersama-sama antara penggunaan media
kelompok eksperimen memberikan hasil F pembelajaran komputer dan konvensional,
hitung 7.987 > F tabel 3,98. Dengan begitu serta tingkat berfikir kreatif tinggi dan rendah
Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Artinya terdapat terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.
perbedaan hasil belajar konstruksi dan prinsip Penggunaan media pembelajaran memberikan
kerja system AC antara kelompok siswa yang pengaruh yang berbeda terhadap prestasi
memiliki tingkat berfikir tinggi dibandingkan belajar, terlepas dari tingkat berfikir kreatif.
dengan kelompok siswa yang memiliki tingkat Demikian halnya tingkat berfikir kreatif yang
berfikir kreatif rendah. berbeda memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap prestasi belajar, terlepas dari
penggunaan media pembelajaran.

123
123
34 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
F. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan dalam penelitian ini
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil diberikan saran-saran sebagai bahan
penelitian ini adalah: (1) Media pembelajaran pertimbangan sebagai berikut: (1) Kepada
komputer yang dirancang secara khusus pada pihak sekolah untuk memberikan perhatian dan
materi konstruksi dan prinsip kerja sistem AC dorongan agar para guru dapat merencanakan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang kegiatan pembelajaran yang mengapresiasi
sebenarnya. (2) Ada perbedaan prestasi belajar nilai-nilai kreatif, sehingga potensi kreatif
siswa kelas yang mempergunakan media tersebut dapat semakin berkembang dalam diri
pembelajaran komputer lebih tinggi dari kelas siswa. (2) Kegiatan pembelajaran memerlukan
yang mempergunakan media pembelajaran perencanaan yang baik. Komputer merupakan
konvensional. (3) Ada perbedaan prestasi media yang memiliki banyak keunggulan,
belajar siswa memiliki tingkat berfikir kreatif sehingga bila didesain secara khusus akan
tinggi memperoleh prestasi belajar lebih baik mampu mengakomodasi potensi kreatif dan
dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar. (3)
memiliki tingkat berfikir kreatif rendah. (4) Tidak Kepada pihak terkait, untuk dapat memberikan
ada interaksi antara pembelajaran media pelatihan-pelatihan tentang kreatifitas dan
komputer dibandingkan pembelajaran pembelajaran kreatif kepada para guru,
konvensional dengan tingkat berfikir kreatif sehingga mampu mengembangkan
terhadap prestasi belajar dengan media pembelajaran yang bercirikan prinsip-prinsip
pembelajaran komputer dan media kreatif.
pembelajran konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Semiawan, C. 1984. Memupuk Bakat dan
Alam (IPA ) Dengan Mengguakan Metode Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta:
Discovery dan Inquiri. Jakarta: Depdikbud Dikti PT.Gramedia
P2LPTK Setiadi, R., & Agus, A.2001.Dasar-dasar
Arsyad, Azhar, 2002, Media Pembelajaran. Pemrograman Software Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Jakarta: FPMIPA UPI
Dick, W. & Carey, L. 1985. The Systematic design Sudjimat, D.A.2003. Perencanaan Pengajaran.
of Instruction. Illinois: Scott, Foreman and Materi Program Akta Mengajar (Tidak
Company diterbitkan). Malang: Fakultas Teknik UM
Gagne, R.M. 1977. The Conditions of Learning. Suharyanto dkk. 1996. Pengembangan Model
New York: Holt Rinehart and Wiston Inc Pengajaran Fisika Berbantuan Komputer.
Margono, T.1999. Efektifitas Pembelajaran Dengan Yogyakarta: Laporan Penelitian FPMIPA IKIP
Animasi Dalam Menggali Informasi IPTEK. Yogyakarta
Yogyakarta: Majalah Ilmiah Pendidikan Sutedjo, Budi DO. 2002. e-Education. Yogyakarta:
Cakrawala UNY Andi
Munandar, Utami, S.C. 1985. Mengembangkan Syah, M. 2000. Psikologi Pendidikan dengan
Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
PT Gramedia Rosdakarya
Pardjono dkk. 2004. Pengembangan Pembelajaran Torrance, E.P. 1974. Torrance Test of Creative
Konstruktivistik Berbasis Media Komputer Thinking, Norm Technical Manual. Princeton:
Dalam Penerapan Kurikulum Berbasis NJ Personnel Press Inc
Kompetensi Pada Mata Diklat Praktek Yohanes, R.,S.1994.Pengaruh Pengajaran
Permesinan. Yogyakarta: Laporan Penelitian Berbantuan Komputer Terhadap Tingkat
Lemlit UNY Kecemasan Dan Prestasi Belajar Matematika.
Sadiman, Arief, S. dkk.2003.Media Pendidikan, Malang: Tesis UM
Pengertian, dan Pengembangannya. Jakarta: . . . . . . . . . . 2006. Kurikulum KTSP SMKN 1
PT. Rajagrafindo Persada Seyegan Sleman. Yogyakarta

uuuuuuuuuuuuu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 35
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
HUBUNG
HUBUNGANAN ANTAR
ANTAR
ARAA SIK AP SISW
SIKAP A SMA
SISWA
DAL AM PENGGUNA
DALAM PENGGUNAANAN MEDIA PEMBEL AJAR
PEMBELAJAR AN FISIK
AJARAN FISIKAA
DAL
DALAMAM BENTUK CD TERHAD
TERHADAPAP HASIL BEL AJAR
BELAJAR
Oleh: I Made Astra

Abstrak

Dari hasil survey terhadap siswa-siswa SMA menunjukan sebagian besar tidak menyukai mata
pelajaran Fisika. Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukainya di antaranya
pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru monoton dan tidak sesuai dengan materi
pelajaran, media pembelajaran yang digunakan tidak variatif, guru cenderung menonjolkan segi
matematis dari pada fisisnya sehingga hal ini dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap mata
pelajaran fisika. Dengan perkembangan ICT, banyak media pembelajaran yang dapat dibuat sehingga
dapat menarik minat siswa untuk mempelajari fisika yang sebagian besar materinya abstrak. Dari
hasil penelitian pendekatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dalam bentuk
CD pada pokok bahasan gelombang mekanik menggunakan software flash MX minat siswa
terhadap keingintahuan fisika sangat besar., hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar
yang diperoleh siswa.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam bentuk CD
dapat mempengaruhi sikap positip siswa dan memberikan kontribusi yang linear terhadap hasil
belajar fisika siswa. Oleh sebab itu untuk meningkatkan hasil berlajar siswa dapat digunakan media
pembelajaran dalam bentuk CD.

Kata kunci: ICT, CD pembelajaran, flash MX

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fisika merupakan suatu ilmu yang dengan ilmu lainnya, seperti matematika,
mempelajari gejala dan peristiwa atau bahasa, seni, sosial, musik, dan lainnya.
fenomena alam dalam kehidupan sehari-
hari. Fisika merupakan ilmu pengetahuan Berdasarkan standar kompetensi 6 untuk
yang paling mendasar, sebagaimana kelas XII yaitu menerapkan konsep dan
diungkapkan oleh Richard A.D prinsip gejala gelombang dan optik dalam
(hyperphysics,2004), bahwa fisika adalah menyelesaikan masalah, dan kompetensi
pusat dari semua sains. Sains merupakan dasar 6.5 yaitu melakukan kajian ilmiah
bagian integral dalam kehidupan. Konsep- untuk mengenali gejala dan ciri-ciri
konsep fisika sangat teratur, sangat gelombang mekanik seperti gelombang
berhubungan dengan kejadian nyata dalam bunyi serta penerapannya dalam teknologi
kehidupan sehari-hari. Fisika integrasi yang terdiri dari 9 indikator (Depdiknas

*) Dr. I Made Astra, M.Si. adalah dosen Jurusan Fisika pada Fakultas MIPA Universitas Negeri - Jakarta

123
123
36 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
2003:35), maka perlu kiranya diberikan penerapan konsep fisika yang ada dalam
tambahan tentang aplikasi/penerapan kehidupan sehari-hari; (2) para guru kurang
konsep fisika pada gelombang mekanik memperhatikan kondisi belajar siswa; (3)
bagi siswa. para guru kurang memiliki semangat
belajar; (4) Mayoritas para guru tidak
Sedangkan berdasarkan fungsi dan tujuan menguasai dan memahami dengan baik
mata pelajaran fisika untuk tingkat SMA konsep fisika; (5) para guru tidak memiliki
dan MA pada kurikulum 2004 no.6 adalah motivasi intrinsink untuk memperbaiki cara
sebagai sarana untuk membentuk sikap mengajarnya; (6) para guru hanya
positif terhadap fisika dengan mengamati menyampaikan materi fisika dengan
dan menyadari keindahan keteraturan metode ceramah, tanya jawab, dan tugas-
perilaku alam serta dapat menjelaskan tugas. Maka, secara umum apabila dilihat
berbagai peristiwa alam dan keluasan dari segi hasil belajar dan proses
penerapan fisika dalam teknologi pembelajaran fisika di kelas belum
(Depdiknas 2003:7). memenuhi fungsi dan tujuan pembelajaran
fisika, untuk itu perlu dicari
Siswa harus dipersiapkan dalam proses penyelesaiannya. Maka dari itu penulis
pembentukkan pengembangan mengajukan suatu alternatif untuk
kemampuan dalam bidang sains, menyelesaikan masalah tersebut dengan
khususnya dalam menyesuaikan diri cara membuat media pembelajaran fisika
dengan perubahan dan memasuki dunia dalam bentuk CD.
teknologi, dan mengarahkan siswa menjadi
pebelajar yang aktif dan luwes.Siswa Media pembelajaran fisika dalam bentuk
sebagai penerus kelangsungan hidup CD ini merupakan media pembelajaran
bangsa harus dibentuk dan dipersiapkan yang interaktif dan atraktif bagi siswa,
untuk memahami berbagai konsep, prinsip, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
proses sains, dan aplikasi sains melalui sikap positif siswa terhadap pembelajaran
berbagai pengalaman belajar langsung, fisika, khususnya dalam peningkatan hasil
pada akhirnya siswa diharapkan dapat belajar siswa sehingga menjadi lebih
mengaplikasikan sains dengan situasi bermakna, meningkatkan kompetensi
dunia nyata. Jadi proses belajar siswa penguasaan pengetahuan dan melatih
harus dirancang dalam suasana yang belajar mandiri.
menyenangkan (tidak tertekan), siswa
dapat belajar secara mandiri. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang
Umumnya pembelajaran fisika di kelas masalah, maka dapat diidentifi-kasi
dalam suasana tidak menyenangkan. beberapa masalah sebagai berikut:
Fakta-fakta yang ada dilapangan tentang 1. Apakah siswa memiliki sikap positif
pembelajaran fisika di kelas, dilihat dari terhadap pendekatan pembelajaran
segi siswa: (1) siswa merasa tertekan menggunakan CD untuk kajian
dalam mempelajari fisika; (2) siswa tidak penerapan konsep fisika pada
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi; (3) gelombang mekanik?
siswa tidak memiliki kecenderungan untuk 2. Bagaimana pengaruh pembelajaran
bertanya; (4) siswa tidak mengetahui fisika dengan menggunakan media
bagaimana belajar fisika yang benar; (5) pembelajaran dalam bentuk CD yang
siswa cenderung segan kepada pengajar dibuat menggunakan software Flash
mata pelajaran fisika; (6) siswa malas MX terhadap hasil belajar siswa?
belajar fisika; (7) mata pelajaran fisika 3. Bagaimana sikap siswa terhadap
kurang diminati dikalangan siswa; (8) siswa pembelajaran fisika dengan
tidak memiliki minat belajar fisika; (9) menggunakan media pembelajaran
motivasi intrinsik siswa lemah. dalam bentuk CD yang di buat dengan
menggunakan software Flash MX?
Sedangkan dilihat dari segi guru: (1) para
guru jarang selkali menekankan pada

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 37
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
C. Pembatasan Masalah adalah perasaan mendukung atau
Pembatasan masalah dari identifikasi memihak maupun perasaan tidak
masalah-masalah di atas adalah masalah mendukung atau tidak memihak pada objek
dibatasi pada hubungan antara sikap siswa tertentu.
SMA dalam penggunaan media
pembelajaran fisika dalam bentuk CD Sedangkan Aiken (1994:3) menyatakan
terhadap hasil belajar untuk kajian bahwa sikap adalah suatu kecenderungan
penerapan konsep fisika pada gelombang yang dipelajari untuk menanggapi suatu
mekanik khususnya bunyi yang dibuat objek, situasi, kondisi instuisi atau
dengan menggunakan software Flash MX. manusia tertentu secara positif atau
negatif.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari pembatasan Dalam sikap positif kecenderungan
masalah di atas adalah: Apakah terdapat tindakan adalah mendekati, menyenangi,
hubungan yang positif antara sikap siswa mengharapkan objek tertentu, sedangkan
SMA dalam menggunakan media dalam sikap negatif terdapat
pembelajaran fisika dalam bentuk CD kecenderungan untuk menjauhi,
dengan hasil belajar (untuk kajian menghindari, membenci, tidak menyukai
penerapan konsep fisika pada gelombang objek tertentu (Sarlito Wirawan Sarwono
mekanik khususnya gelombang bunyi 1976:94).
yang dibuat dengan menggunakan software
Flash MX)? Sikap hanya dapat dikenali melalui perilaku
karena sikap tidak dapat dikenal secara
E. Tujuan Penelitian lansung, sikap tidak sama dengan tingkah
Tujuan penelitian ini adalah untuk laku. Seperti halnya dinyatakan oleh Paul
mengetahui pengaruh sikap siswa SMA Hersey dan Kenneth H.B (1985:24) yaitu
dalam penggunaan media pembelajaran dengan perilaku dimaksudkan sebagai
fisika dalam bentuk CD terhadap hasil tindakan aktual yang diperlihatkan oleh
belajar siswa. menejer seperti dilihat orang lain, sikap
lebih mengacu pada perhatian yang
ditimbulkan oleh perasaan untuk
II. KAJIAN PUSTAKA berperilaku sedemikian rupa. Oleh sebab
itu, sikap belum menunjukkan perilaku
A. Pengertian Sikap aktual seperti yang dilihat orang lain.
Sikap sudah sejak lama menjadi salah
satu konsep yang dianggap paling penting Selanjutnya, Fleming dan Levie (1978:4)
dalam berbagai ilmu khususnya psikologi. mengemukakan beberapa karakteristik
Berbagai telaah yang mendalam telah yang menunjukkan konsep sikap yaitu:
dilakukan guna merumuskan pengertian 1) Sikap adalah variabel laten;
yang jelas mengenai sikap. Banyak ahli 2) Sikap mempunyai objek;
telah mengemukakan pendapatnya 3) Sikap mempunyai suatu komponen
mengenai sikap, diantaranya: afektif;
4) Sikap mempunyai suatu komponen
Louis Thurstone (lihat Daniel J. Mueller behavioral;
1993:3) mendefinisikan sikap sebagai 5) Sikap mempunyai suatu komponen
jumlah seluruh kecenderungan dan kognitif;
perasaan, kecurigaan dan prasangka, 6) Sikap secara relatif tetap dan bertahan
pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa
takut, ancaman, dan keyakinan tentang Melengkapi uraian di atas Fleming dan
suatu hal yang khusus. Levie (1978:4) menyatakan lagi bahwa
sikap yang dibentuk melalui kontak
Berkowitz (1972:5) mengemukakan bahwa langsung dengan suatu objek akan
sikap seseorang terhadap suatu objek cenderung menjadi positif, dan akan

123
123
38 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
cenderung menjadi negatif jika pengalaman timbul ide atau konsep dari objek yang
memberatkan atau berhubungan dengan dilihat dari individu. Komponen afeksi akan
kemungkinan negatif. memberikan evaluasi emosional terhadap
objek,apakah individu menyukai objek
Veitzal Rivai (2000:3) menyatakan bahwa tersebut atau tidak. Selanjutnya komponen
struktur sikap terdiri atas tiga komponen konasi akan berperan sebagai penentu
yang saling menunjang yaitu komponen tindakan yang akan diambil individu sebagai
kognitif (pengetahuan), afektif (emosional reaksinya terhadap objek.
dan motivasional), dan konatif (behavioral
atau tindakan). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
ketiga komponen sikap tidak dapat berdiri
Komponen kognisi adalah komponen yang sendiri melainkan berinteraksi membentuk
berhubungan dengan beliefs, ide dan satu kesatuan dimana komponen kognisi
konsep. Komponen afeksi menyangkut dapat dikatakan sebagai komponen
kehidupan emosional individu dan penggerak. Agar tercapai sikap yang
komponen konasi merupakan diinginkan dan berarah positif, maka perlu
kecenderungan bertindak (Mar’at 1984:13). adanya keseimbangan, dimana ketiga
komponen tersebut harus berjalan selaras
Komponen kognisi merupakan komponen dan konsisten. Apabila ketiganya tidak
yang berhubungan dengan kepercayaan/ berjalan dengan selaras dan konsisten,
keyakinan individu terhadap suatu objek. maka akan timbul sikap negatif terhadap
Kepercayaan dapat timbul persepsi dalam objek. Konsisten antara kepercayaan,
diri individu mengenai objek tersebut. Dalam perasaan dan kemauan betindak
mengamati objek, individu mengamati merupakan landasan dalam penyimpulan
melalui kacamatanya sendiri dan diwarnai sikap.
oleh kepribadian masing-masing individu.
Selanjutnya pengalaman, sosialisasi, Dari uaraian di atas Mar’at (1984:23)
cakrawala dan pengetahuan akan menyimpulkan pembentukan sikap dalam
memberikan arti terhadap objek, dan suatu skema yang dinamakan skema
melalui komponen kognisi inilah akan persepsi. Seperti diperlihatkan gambar 1.

Gambar 1. Skema Persepsi

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 39
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Respons yang dapat dijadikan dasar penyimpulan sikap dari perilaku berdasarkan analisis dari
Rosenberg dan Hovalnd (lihat Ajzen 1995:5) disajikan dalam tabel 1.

Tablel 1. Respon yang digunakan untuk Penyimpulan Sikap

Dalam Tabel 1 diatas, respons kognitif 6. Sikap tidak hanya satu macam saja,
verbal merupakan pernyataan mengenai melainkan bermacam-macam sesuai
apa yang dipecayai atau diyakini mengenai dengan banyaknya objek yang dapat
objek sikap. Respons kognitif yang non- menjadi perhatian orang yang
verbal lebih sulit untuk diungkap di samping bersangkutan (Sarlito Sarwono
informasi tentang sikap yang diberikannya 1976:95).
lebih bersikap tidak langsung.
Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui
Respon afektif verbal dapat dilihat pada empat macam cara, yaitu:
pernyataan verbal perasaan seseorang a. Adopsi: Kejadian-kejadian dan
mengenai sesuatu. Respons afektif non- peristiwa-peristiwa yang terjadi
verbal berupa reaksi fisik seperti ekspresi berulang-ulang dan terus menerus,
muka yang mencibir, tersenyum, gerakan lama kelamaan secara berangsur-
tangan, dan sebagainya. angsur akan diserap ke dalam diri
individu dan mempengaruhi
Respon konatif verbal merupakan terbentukknya suatu sikap.
kecenderungan untuk berbuat yang b. Differensiasi: Dengan berkembangnya
terungkap lewat pernyataan keinginan. intelegensi, bertambahnya
Respons konatif non-verbal dapat berupa pengalaman, sejalan dengan
ajakan pada orang lain. bertambahnya usia, maka ada hal-hal
yang tadinya dianggap sejenis,
Sikap merupakan ciri-ciri, di antaranya: sekarang dipandang tersendiri lepas
1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan dari jenisnya.
subjek-objek c. Integrasi: Pembentukan sikap terjadi
2. Sikap tidak terbawa sejak lahir, secara bertahap dimulai dengan
melainkan dipelajari dan dibentuk berbagai pengalaman yang
melalui pengalaman-pengalaman berhubungan dengan satu hal tertentu,
3. Karena sikap dipelajari, maka sikap sehingga akhirnya terbentuk sikap
dapat berubah sesuai dengan keadaan mengenai hal tersebut.
di lingkungan di sekitar individu yang d. Trauma: Pengalaman yang tiba-tiba,
bersangkutan pada saat yang mengejutkan, yang meninggalkan
berbeda-beda kesan mendalam pada jiwa orang yang
4. Dalam sikap tersangkut juga faktor bersangkutan (Sarlito Wrawan
motivasi dan perasaan Sarwono 1976:96).
5. Sikap tidak menghilang walau
kebutuhan sudah terpenuhi
123
123
40 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono Gagne dan Briggs (ut.ac.id, 2004)
(1976:97), faktor-faktor yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah
mempengaruhi terbetuknya sikap, yaitu: suatu sistem yang bertujuan untuk
1) Faktor interen, yaitu faktor-faktor yang membantu proses belajar siswa, yang
terdapat dalam diri orang yang berisi serangkaian peristiwa yang
bersangkutan sendiri. Misalnya: dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
intelektual, jasmani. mempengaruhi dan mendukung terjadinya
2) Faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang proses belajar siswa.
berada di luar diri orang yang
bersangkutan: Menurut Wahono Widodo (2003:4)
a) Sifat objek yang dijadikan sasaran pembelajaran adalah pengembangan
sikap pengetahuan, keterampilan, atau sikap
b) Kewibawaan orang yang baru pada saat individu berinteraksi dengan
mengemukakan suatu sikap informasi dan lingkungan.
c) Sifat orang-orang atau kelompok yang
mendukung sikap tertentu Sedangkan Morgan (lihat Wahono Widodo
d) Media komunikasi yang digunakan 2003:28) menyebutkan bahwa suatu
dalam menyampaikan sikap kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki
e) Situasi pada saat sikap itu dibentuk tiga ciri sebagai berikut:
1) Belajar adalah perubahan tingkah laku
Menurut Saifudin (1995:90-99), metode 2) Perubahan terjadi karena latihan dan
pengungkapan sikap yang telah dilakukan pengalaman, bukan karena
orang di antaranya: pertumbuhan
1) Observasi perilaku 3) Perubahan tersebut harus bersifat
2) Penanyaan langsung permanen dan tetap ada untuk jangka
3) Pengungkapan langsung (suatu versi waktu yang cukup lama.
penanyaan langsung secara tertulis)
4) Skala sikap (berupa kumpulan Menurut Snelbeker (lihat Sarlito
pernyataan-pernyataan mengenai Wirawan Sarwono 1988:80), berbicara
suatu objek sikap) tentang belajar pada dasarnya
5) Pengukuran terselubung (objek berbicara tentang bagaimana tingkah
pengamatan berupa reaksi-reaksi laku seseorang berubah sebagai
fisiologis yang terjadi di luar kendali akibat pengalaman.
orang yang bersangkutan)
Sedangkan Greddler (lihat Elok
Dari berbagai pendapat di atas, maka Sudibyo 2003:6) menyatakan bahwa
hakikat sikap pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dan tingkah
kecenderungan untuk bertingkah laku, laku pada dasarnya berlangsung pada
untuk bertindak, untuk berperilaku terhadap suatu lingkungan buatan
suatu objek, situasi, kondisi instuisi atau (eksperimental) dan sangat sedikit
manusia tertentu secara positif atau sekali bergantung pada situasi alami/
negatif. kenyataan. Oleh karena itu lingkungan
belajar yang sangat mendukung dapat
B. Pengertian Hasil Belajar diciptakan, agar proses belajar ini
Aktivitas guru untuk menciptakan kondisi dapat berlangsung dengan optimal.
yang memungkinkan proses belajar siswa
berlangsung optimal disebut dengan Menurut Winkel (1982:30), setiap jenis
kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar
pembelajaran proses belajar tersebut menghasilkan suatu perubahan tingkah
terjadi secara bertujuan dan terkontrol laku pada siswa dari belum mampu
(ut.ac.id, 2004). Pembelajaran didefinisikan menjadi sudah mampu. Perubahan
dalam beberapa versi oleh para ahli, di inilah yang disebut sebagai hasil
antaranya: belajar. Sedangkan Nana Sudjana

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 41
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
(1990:2) mengatakan hasil belajar 1995:72) yang menyatakan bahwa
adalah kemampuan yang dimiliki siswa media adalah komponen sumber
setelah ia menerima pengalaman belajar yang dapat merangsang siswa
belajar. untuk belajar.

Selanjutnya Samuel Soeitoe (1975:83) Begitu juga Yusufhadi (lihat


menyatakan hasil belajar merupakan Soekartawati & Suharjono 1995:72)
perubahan mental siswa atas menyatakan bahwa media adalah
modifikasi kecenderungan yang segala sesuatu yang dapat
meliputi tiga jenis perubahan yaitu: merangsang terjadinya proses belajar
perubahan kognitif, motivasi dan pada diri siswa.
tingkah laku.
Sedangkan menurut Santoso S.
Dari berbagai pendapat di atas dapat Hamijaya (lihat Ahmad Rohani 1997:2),
disimpulkan bahwa yang dimaksud media adalah semua bentuk perantara
dengan hasil belajar adalah perubahan yang dipakai orang, penyebar ide,
yang terjadi dalam diri individu akibat sehingga ide/gagasan itu sampai pada
usaha yang dilakukan secara integral, penerima.
baik pengetahuan, sikap dan
kebiasaannya. Jadi jika seseorang Dari berbagai pendapat di atas maka
belajar, maka perubahan yang terjadi dapat disimpulkan bahwa media
tidak hanya pada salah satu aspek pembelajaran adalah segala alat fisik
saja, melainkan seluruh aspeknya yang berfungsi sebagai perantara (alat
berintegasi Ketiga aspek tersebut bantu) baik berupa alat-alat elektronik,
adalah kognitif, afektif, dan psikomotor. gambar, alat peraga, buku, dan lain-
lain yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi
C. Pengertian Media Pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan b. Fungsi Media Pembelajaran
suatu proses komunikasi. Proses Fungsi media pembelajaran dalam
komunikasi harus diciptakan melalui kegiatan pembelajaran bukanlah
kegiatan penyampaian dan tukar sekedar peraga bagi guru melainkan
menukar pesan atau informasi oleh pembawa informasi atau pesan
setiap guru dan siswa. Melalui proses pembelajaran yang dibutuhkan siswa.
komunikasi, pesan atau informasi Dengan demikian tugas guru dapat
dapat diserap dan dihayati oleh siswa. lebih terpusat pada bimbingan dan
Agar tidak terjadi kesesatan dalam penyuluhan invidual dan pengelolaan
proses komunikasi perlu digunakan pembelajaran.
sarana yang membantu proses
komunikasi yang disebut media Fungsi media pembelajaran menurut
pembelajaran. Beberapa ahli telah Derek Rountree (lihat Ahmad Rohani
mengemukakan pendapatnya 1997:2) adalah:
mengenai media pembelajaran, di 1) Membangkitkan motivasi belajar
antaranya: 2) Mengulang apa yang telah
Brigg (lihat Ahmad Rohani 1997:2) dipelajari
mendefinisikan media adalah segala 3) Menyediakan stimulus belajar
alat fisik yang menyajikan pesan yang 4) Mengaktifkan respon siswa
merangsang, yang sesuai untuk 5) Memberikan balikan dengan
belajar, misalnya media cetak, dan segera
media elektronik. 6) Menggalakkan latihan dengan
serasi.
Pernyataan di atas didukung oleh
Gagne (lihat Soekartawi & Suharjo

123
123
42 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
c. Klasifikasi Media Pembelajaran d. Karakteristik Media Pembelajaran
Beberapa pendapat para ahli dalam hal Karakteristik media dapat dilihat
klasifikasi media pembelajaran seperti menurut kemampuan membangkitkan
yang dikutip Ahmad Rohani (1997:16) rangsangan indera perabaan,
adalah sebagai berikut: penglihatan, pendengaran,
1) Klasifikasi yang dikemukakan oleh pengecapan, maupun penciuman.
Jerold E.Kemp:
a) Media cetak Sebagaimana yang dikemukakan oleh
b) Media display Kemp seperti yang dikutip Arief S
c) Overhead tranparancies Sadiman (1996:28) adalah:
d) Audio tape recording ’karakteristik media merupakan dasar
e) Slide dan film-strips pemilihan media sesuai dengan situasi
f) Montipicture,dan belajar tertentu”.
g) Komputer
Menurut Arief S. Sadiman (1996:28),
2) Klasifikasi menurut Gerlach dan karakteristik beberapa jenis media
Ely: pembelajaran yang umumnya
a) Gambar diam (misalnya dalam digunakan dalam kegiatan
buku teks, slides, film-strip, pembelajaran, antara lain:
atau OHP) 1. Media Grafis
b) Gambar gerak Media grafis berkaitan dengan
c) Rekaman suara (misalnya indera penglihatan. Pesan yang
dalam kaset atau piringan akan disampaikan dituangkan
hitam) kedalam simbol-simbol
d) Televisi komunikasi visual. Fungsi media
e) Benda-benda hidup, similasi grafis untuk menarik perhatian,
model, dan memperjelas sajian ide,
f) Instruksional berprogran atau mengilustrasikan atau menghiasi
CAI (Computer Assisten fakta yang mungkin akan cepat
Instruction) dilupakan atau diabaikan bila tidak
digrafiskan. Beberapa jenis media
Dalam penggunaan, pemilihan, dan yang dapat dikelompokkan dalam
pemanfaatan media perlu kriteria- media grafis, antara lain: gambar/
kriteria berikut ini: foto, sketsa, diagram, bagan/chart,
a) Tujuan, hendaknya menunjang dan grafik.
tujuan instruksional yang telah
dirumuskan. 2. Over Head Projector (OHP)
b) Ketepatan, tepat dan berguna bagi OHP merupakan media proyeksi
pemahaman bahan yang dipelajari. visual yang relatif sederhana, dan
c) Keadaan siswa, kemampuan daya memerlukan bahan transparan
pikir dan daya tangkap siswa perlu untuk diproyeksikan.
dipertimbangkan.
d) Ketersediaan, perlu 3. Media Audio
memperhatikan ada suatu Media audio berkaitan dengan
tindakan media tersebut serta indera pendengaran. Pesan yang
mudah sulitnya diperoleh. akan disampaikan dituangkan ke
e) Mutu teknis, media harus memiliki dalam bahasa lisan. Beberapa
kejelasan dan kualitas yang baik. jenis media yang dapat
f) Biaya, hal ini perlu dikelompokkan dalam media
dipertimbangkan apakah sesuai audio, antara lain: radio, tape
dengan hasil yang dicapai atau reorder.
tidak.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 43
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
4. Media Audio Visual kemampuan mengkomunikasikan dan
Media audio visual adalah media menyempurnakan tujuan (Depdiknas
yang menyampaikan pesan-pesan 2003:7).
pembelajaran dengan disertai
unsur gerak. Beberapa jenis media E. Pengertian Penggunaan
yang dapat dikelompokkan dalam Multimedia (Macromedia Flash
media audio visual antara lain: film, MX)
televisi, dan CD pembelajaran. Menurut Farid Ruskanda (2001:3),
multimedia adalah suatu perangakat
5. Media Permainan komunikasi yang melibatkan foto, gambar,
Permainan (games) adalah setiap video, animasi, suara, bunyi, musik, huruf,
kontes antara para pemain yang grafik, dan lain sebagainya.
berinteraksi dengan mengikuti
aturan-aturan tertentu untuk Bentuk fisik dari multimedia itu di
mencari tujuan-tujuan tertentu antaranya adalah televisi, komputer, kaset,
pula. DVD, dan CD. Untuk mode laboratorium,
adalah satu peran CD sebagai sumber
D. Pengertian Fisika belajar, CD ini dapat dipakai untuk
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang memvisualisasikan situasi laboratorium
mempelajari hubungan antara alam dan menjadi suatu model percobaan guna
interaksi di dalamnya, interaksi yang mnyediakan data-data yang akan
terjadi terungkap melalui fenomena- digunakan untuk berbagai latihan dalam
fenomena alam. Fisika diidentifikasikan menyelesaikan masalah. Salah satu
oleh beberapa ahli, di antaranya: bentuk visualisasi dari CD adalah animasi
Menurut Soehardjo Poertadji (2001.:5), yang dihasilkan macromedia Flash MX.
fisika merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan alam (IPA), yaitu suatu ilmu Menurut Didik Wijaya dan Andar Parulian
yang mempelajari gejala dan peristiwa atau Hutasoit (2001:1) macromedia Flash MX
fenomena alam, serta berusaha untuk adalah software yang dipakai luas oleh para
mengungkapkan segala rahasia dan hukum profesional web karena kemampuannya
semesta. yang mengagumkan dalam menampilkan
multimedia, gabungan antara grafis,
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang animasi, suara, serta interaktifitas bagi
paling mendasar, sebagaimana pengguna internet. Software ini berbasis
diungkapkan oleh Richard A.D animasi vektor yang dapat digunakan untuk
(hyperphysics 2002), bahwa fisika adalah menghasilkan animasi web, presentasi,
pusat dari semua jenis sains, dan sains game, dan bahkan film.
merupakan bagian integral dari kehidupan.
Konsep-konsep fisika sangat teratur, sangat
berhubungan dengan kejadian nyata dalam III. METODELOGI PENELITIAN
kehidupan sehari-hari. Fisika terintegrasi
dengan ilmu lannya, seperti matematika, A. Tujuan Operasional Penelitian
bahasa, seni, sosial, misik, dan lainnya. Tujuam operasional penelitian ini adalah
untuk mendapatkan informasi yang tepat
Dengan demikian hakikat belajar fisika mengenai kekuatan hubungan dan
adalah mengembangkan sejumlah kontribusi sikap siswa SMA dalam
kompetensi adaptif yang terkait dengan penggunaan media pembelajaran fisika
kondisi kini dan kondisi masa depan yang dalam bentuk CD dengan hasil belajar.
tercermin dalam sikap ilmiah meliputi
kemampuan merencanakan dan B. Tempat dan Waktu Penelitian
melaksanakan percobaan, kemampuan Penelitian ini dilakukan di SMA YP UNJ
memilih, memilah, dan menata informasi, Rawamangun Jakarta, yang dilaksanakan
kemampuan menyimpulkan, serta pada semester I untuk siswa SMA kelas
XII.IPA 2 kelas.
123
123
44 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
C. Metode Penelitian melakukan pembelajaran dengan
Metode yang digunakan dalam penelitian mengunakan media pembelajaran
ini adalah metode eksperimen dan metode fisika dalam bentuk CD untuk kajian
deskriptif untuk memperoleh data penerapan konsep fisika pada
mengenai sikap siswa SMA dalam gelombang mekanik khususnya bunyi.
penggunaan media pembelajaran fisika Siswa diberikan tes hasil belajar untuk
dalam bentuk CD dengan hasil belajar. kajian penerapan konsep fisika pada
kelompok yang diberikan tanpa membuat gelombang bunyi. Siswa diberikan
atau menarik kesimpulan kelompok yang beberapa pernyataan sikap dalam
besar. Dalam hal ini kelompok yang dibuat penggunaan media pembelajaran
dalam penggunaan media pembelajaran dalam bentuk CD.
fisika dalam bentuk CD dan hasil belajar.
F. Instrumen Penelitian
D. Populasi dan Sampel 1. Konsepsi
Pengukuran sikap siswa SMA dalam
1. Populasi penggunaan media pembelajaran fisika
a. Populasi Target dalam bentuk CD memerlukan
Seluruh siswa SMA YP UNJ instrumen penelitian. Instrumen ini
Rawamangun Jakarta berbentuk pernyataan-pernyataan
b. Populasi Terjangkau sikap siswa yang dibuat oleh peneliti
Siswa kelas XII SMA YP UNJ dengan menggunakan skala Likert
Rawamangun Jakarta dengan dimensi kognitif, afektif, dan
konatif. Butir-butir pernyataan yang
2. Sampel digunakan sebanyak 40 butir dengan
Sampel yang diambil dari populasi metode penskoran 1 – 2 – 3 – 4 – 5
terjangkau sebanyak dua kelas (kelas (untuk pernyataan positif) dan
XII.IPA) sebanyak 70 orang, yang penskoran 5 – 4 – 3 – 2 – 1 (untuk
dipilih tidak berdasarkan individu pernyataan negatif).
melainkan berdasarkan kelasnya,
pengambilan data berdasarkan jam Konsep untuk hasil belajar didasarkan
pelejaran (6 x 45 menit). pada ranah kognitif dengan mengukur
tiga aspek, yaitu:
E. Teknik Pengumpulan Data a. Pengetahuan:
Siswa diminta mengingat kembali
1. Variabel Penelitian satu atau lebih fakta-fakta yang
a. Variabel Bebas : Sikap siswa SMA sederhana
dalam penggunaan media b. Pemahaman:
pembelajaran siswa dalam bentuk Siswa diminta menunjukkan bukti-
CD. bukti bahwa ia memehami
b. Variabel Terikat : Hasil belajar hubungan hal-hal yang sederhana
diantara fakta-fakta
2. Sumber Data c. Aplikasi:
Data dalam penelitian ini diperoleh dari Kemampuan untuk menyeleksi
hasil tes sikap siswa SMA dalam suatu abstraksi tertentu (ide/
penggunaan media pembelajaran fisika gagasan atau metode,konsep)
dalam bentuk CD dan tes hasil belajar secara tepat untuk situasi baru dan
siswa untuk kajian siswa kelas XI.IPA menggunakan secara benar
SMA YP UNJ Rawamangun Jakarta (Muhsin Lubis 1987:11).
sebanyak 70 orang.
Instrumen hasil belajar untuk kajian
3. Perlakuan Terhadap Kelas penerapan konsep fisika pada
Perlakuan terhadap kelas yang gelombang bunyi berjumlah 40 butir.
dilakukan guru adalah: Siswa Instrumen ini disusun berdasarkan

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 45
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
prosentase yang dikemukakan oleh Sejumlah tes dikatakan baik sebagai
Suharsimi Harikunto, yaitu: alat ukur jika memenuhi persyaratan
pengetahuan 40%, pemahaman 40%, tes yaitu validitas dan reliabilitas yang
dan aplikasi 20% (Muhsin Lubis baik.
1987:12).
Sebuah tes dikatakan memiliki
Penskoran hasil belajar adalah untuk reliabilitas baik apabila tes tersebut
setiap jawaban yang benar diberikan memprlihatkan hasil yang tetap.
skor 1 dan untuk jawaban yang salah
diberikan skor 0. Namun, agar tidak Uji reliabilitas instrumen sikap siswa
terjadi kesenjangan antara skor sikap SMA dalam pengumuman media
siswa SMA dalam penggunaan media pembelajaran fisika dalam bentuk CD
pembelajaran fisika dalam bentuk CD, menggunakan formula Alpha sebagai
maka hasil belajar dari penelitian berikut:
ditransfer dalam bentuk nilai hasil
belajar siswa, dengan rumus:

N= ∑ X x 100
(Saifudin Azwar 1995:184)
n
α = Koefisien reliabilitas Alpha
N = Nilai
k = Banyaknya responden
ΣX = Jumlah skor soal yang dijawab
benar = Varians skor belahan
n = Jumlah skor total soal
S2 x = Varians skor total
2. Pengujian Instrumen
Data hasil tes sikap siswa SMA dalam Varians kor total suatu skala sikap
penggunaan media pembelajaran fisika dapat dihitung dengan rumus:
dalam bentuk CD dan hasil belajar
untuk kajian penerapan konsep fisika N ∑ X 2 - ( ∑ X) 2
pada gelombang bunyi diolah dengan S2 X =
cara skor mentah ditransfer menjadi
N(N - 1)
skor baku (skorT) dengan
menggunakan rumus: S²X = Varians skor total
X = Skor tes uji coba
N = Banyaknya responden
T = 50 + 10 ⎡ X + X ⎤
⎢⎣ S ⎥⎦
Sedangkan, untuk varians skor
belahan suatu skala sikap datang
T = Skor standar atau skor baku hitung dengan rumus:
X = Skor responden yang hendak
diubah menjadi skor T N ∑ j2 - ∑ ( j)2
S j=
2
X = Rata- rata skor N(N - 1)
S = strandar deviasi
S²j = Varians skor belahan
Pengujian instrumen yang digunakan
N = Banyaknya responden
adalah uji validitas isi. Sebuah tes
dikatakan validitas isi apabila tes
tersebut mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi dan
isi pelajaran yang diberikan.

123
123
46 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Menurut Triton PB (2005:284), tingkat sukar, sedang atau mudah. Sedangkan
reliabilitas tes berdasarkan nilai Alpha daya pembeda soal mempunyai
(á) yang didapat dengan menggunakan kemampuan untuk membedakan
formula Alpha, sebagai berikut: kelompok siswa pandai (upper group)
0.0 – 0.2 = Kurang reliabel dan kelompok siswa kurang pandai
> 0.2 – 0.4 = agak reliabel (lower group). Untuk menghitung
> 0.4 – 0.6 = cukup reliabel tingkat kesukaran daya pembeda dari
> 0.6 – 0.8 = reliabel soal, digunakan rumus;
> 0.8 – 1.0 = sangat reliabel

Sedangkan, uji reliabilitas instrumen


hasil belajar siswa untuk kajian dan
penerapan konsep fisika pada U−L
gelombang bunyi menggunakan rumus D=
0,5T
kuder Richardson yang lebih dikenal
dengan KR-21 (Suharsimin Arikunto P = Tingkat kesukaran soal
1998:185), yaitu: D = Daya pembeda soal

( )
U = Jumlah siswa yang menjawab
n 1- X n - X benar untuk upper group
rn =
(n - 1) nS2 L = Jumlah siswa yang menjawab
benar untuk lower group
T = Jumlah siswa untuk upper group
dimana
dan lower group
N ∑ X 2 - ( ∑ X)2
S = 2
Untuk menentukan jumlah siswa yang
N(N - 1)
termasuk upper group dan lower group,
digunakan rumus:
rn = reliabilitas Kuder Richardson
n = jumlah soal N = n x 27 %
U+L
P= X = skor tes uji coba N = Jumlah siswa yang termasuk
T upper group atau lower group
X = nilai rata – rata tes uji coba
N = banyaknya responden n = Jumlah seluruh siswa pengikut
S² = Varians skor total tes

Rumus KR-21 digunakan karena data Kriteria untuk menentukan tingkat


yang telah diperoleh adalah data kesukaran soal (P) sebagai berikut:
dikotom I dan soal memiliki derajat > 0.7 = Mudah
yang berbeda. 0.5 = Sedang
< 0.49 = Sukar
Tingkat reliabilitas tes menggunakan
rumus Kuder Richardson untuk harga Sedangkan kriteria untuk menentukan
rn adalah sebagai berikut: daya pembeda soal (D) sebagai
0.800 – 1.000 = sangat tinggi berikut:
0.600 – 0.799 = tinggi > 0.4 = Baik
0.400 – 0.599 = cukup 0.2 – 0.39 = Cukup
0.200 – 0.399 = rendah < 0.19 = Buruk
< 0.200 = sangat rendah
G. Hipotesis Statistik
Selain itu dilakukan pula analisa butir Perumusan hipotesis statistik untuk
tentang tingkat kesukaran dan daya mengetahui apakah terdapat hubungan
pembeda dari soal. Pengukuran antara sikap siswa SMA dalam
tingkat kesukaran digunakan untuk penggunaan media pembelajaran fisika
menentukan apakah suatu butir tes dalam bentuk CD (X) dengan hasil belajar
(Y) untuk kajian penerapan konsep pada

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 47
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
gelombang bunyi, adalah sebagai berikut: diperoleh harga Fhitung sebesar 2601,19 untuk
1. H0 : β = 0 uji keberartian model regresi dan Fhitung sebesar
H1 : β > 0 1,92 untuk linieritas. Ini berarti model regresi
β adalah koefisiensi regresi (Y = a + yang diperoleh sangat signifikan dan bentuk
bX) untuk populasi hubungan antara sikap siswa SMA dalam
2. H0 : ρ xy = 0 ; Tidak ada hubungan menggunakan media pembelajaran fisika
antara sikap siswa SMA dalam dalam bentuk CD dan hasil belajar untuk kajian
penggunaan media pembelajaran fisika penerapan konsep fisika pada gelombang bunyi
dalam bentuk CD dengan hasil belajar. adalah linear.
H1 : xy > 0 ; Terdapat hubungan
antara sikap siswa SMA dalam
penggunaan media pembelajaran fisika V. KESIMPULAN DAN SARAN
dalam bentuk CD dengan hasil belajar.
xy adalah koefisien korelasi antara sikap A. Kesimpulan
siswa SMA dalam penggunaan media Berdasarkan hasil penelitian dapat
pembelajaran fisika dalam bentuk CD disimpulkan bahwa penggunaan media
dengan hasil belajar. pembelajaran dalam bentuk CD dapat
mempengaruhi sikap positip siswa
terhadap pelajaran Fisika. Selain itu
IV. HASIL PENELITIAN DAN penggunaan media pembelajaran Fisika
dalam bentuk CD juga memberikan
PEMBAHASAN
kontribusi yang linear terhadap hasil belajar
fisika siswa. Oleh sebab itu untuk
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data
meningkatkan hasil berlajar siswa dapat
penelitian tentang sikap siswa dalam
digunakan media pembelajaran dalam
penggunaan media pembelajaran dalam bentuk
bentuk CD. Ini juga berarti CD-CD
CD yang diujikan pada 70 siswa kelas X!I IPA
pembelajaran yang dikembangkan
SMA YP UNJ Rawamangun Jakarta.
PUSTEKKOM Depdiknas (khususnya
Menghasilkan skor tertinggi 185 dan terendah
untuk mata pelajaran Fisika dapat
85(skor mentah). Setelah dijadikan skor-T atau
digunakan sebagai media pembelajaran di
skor baku, skor tertinggi 85 dan skor trendah
SMA dan dapat meningkatkan prestasi
26. Mean yang didapat sebesar 50,2 dengan
belajar Fisika siswa..
median 52 dan modus 52, sedangkan standar
deviasinya 9,87. Koefisien reliabilitas yang
B. Saran
dihasilkan dengan menggunakan formula alpha
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
adalah 0,930.
dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
Sedangkan data penelitian tentang hasil
1. Penggunaan CD sebagai media
belajar untuk kajian penerapan konsep fisika
pembelajaran (khususnya untuk
pada gelombang bunyi menghasilkan skor
pelajaran Fisika) terbukti berpengaruh
tertinggi 100 dan terendah 49.(skor mentah).
positif terhadap pembentukan sikap
Setelah dijadikan skor-T atau skor baku, skor
dan peningkatan prestasi belajar siswa
tertinggi 69 dan skor terendah 30. Mean yang
terhadap pelajaran Fisika. Oleh karena
didapat sebesar 50,18, dengan median 54 dan
kepada para guru Fisika disarankan
modus 56, sedangkan standar deviasinya
untuk memanfaatkan media dalam
10,018. Koefisien reliabilitas yang dihasilkan
bentuk CD pembelajaran.
dengan menggunakan KR-21 adalah 0,899,
sedangkan rata-rata daya pembeda soal 0,38,
2. Penelitian tentang penggunaan CD
dan rata-rata tingkat kesukaran soal adalah
sebagai media pembelajaran semacam
0,83.
ini baru sebatas untuk pelajaran Fisika.
Oleh karena itu penelitian perlu
Berdasarkan analisis data, diperoleh model
dilanjutkan tentang pemanfaatan CD
regresi Y = 2,75 + 0,95 X. Dari hasil pengujian
untuk mata pelajaran lainnya.
keberartian model regresi dan linieritas

123
123
48 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
DAPTAR PUSTAKA

H.S Ruskanda, Dr, Ir, MSc, 2001 Penggunaan Sarlito Wirawan Sarwono, DR. 1976. Pengantar
Multimedia untuk Membentu pemahaman Umum Psikologi. Bulan Bintang. Jakarta.
Fisika. Tangerang. Sarlito wirawan Sarwono, Dr. 1988. Psikolog
I Made Putrawan.1990 . Pengujian Hipotesis Remaja. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
dalam Penelitian-Penelitian Sosial. Rineka Suharsimi Arikunto, DR,Prof. 1998. Prosedur
Cipta. Jakarta. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Muhsin Lubis, H, Drs, M.Sc. 1987. Evaluasi Cipta. Jakarta.
Penulisan Soal dan Cara Perhitungan Nilai Saifuddin, Drs, MA. Juli,1995. Sikap Manusia Teori
Hasil Belajar. Diktat. Jurusan Fisika FPMIPA dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
IKIP Jakarta. Jakarta. Yogyakarta.
Nana Sudjana. 1990 Penelitian Hasil Proses Belajar Soehardjo Poertadji, Dr. 2001. Memahami Fisika
Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung. Klasik dan Fisika Modern,dan Kaitannya
Samuel Soeitoe. 1975. Psikologi Pendidikan Jilid dengan Teknologi. Tangerang.
III. Rako Press. Yogyakarta.

uuuuuuuuuuuuu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 49
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
DIFUSI DAN INSTITUSIONALIS
DAN ASI INO
INSTITUSIONALISASI VASI
INOV
DAL AM TEKNOL
ALAM OGI PEMBEL
TEKNOLOGI AJAR
PEMBELAJAR AN
AJARAN
Oleh: Bambang Warsita*)

Abstrak

Teknologi pembelajaran adalah suatu bidang inovasi dalam pendidikan. Inovasi dapat berupa gagasan,
benda, atau teknologi yang dipandang baru oleh individu atau organisasi. Adanya inovasi merupakan
syarat terjadinya proses difusi. Difusi merupakan proses mengkomunikasikan suatu inovasi sehingga
dapat diadopsi dan digunakan oleh warga masyarakat. Proses difusi inovasi melalui tahapan
pengetahuan, persuasi (bujukan), keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Sedangkan proses
adopsi inovasi melalui tahapan kesadaran, minat, penilaian, percobaan dan adopsi. Dalam proses
adopsi inovasi menuntut adanya konsekuensi berupa perubahan pada individu atau sistem sosial
sebagai akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Institusionalisasi inovasi terjadi bila
inovasi telah menjadi bagian integral dalam suatu organisasi atau sistem sosial masyarakat. Dalam
teknologi pembelajaran, teori difusi inovasi dapat diaplikasikan dalam pemanfatan teknologi
khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti pembelajaran berbantuan komputer
(CAI), e-dukasi.net, siaran televisi edukasi (TVE), siaran radio edukasi, dan sebagainya. Bahkan
aplikasi teknologi pembelajaran telah menghasilkan berbagai sistem pembelajaran yang inovatif,
seperti:( 1) strategi pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM),
(2) pembelajaran atraktif dan inovatif (PAINO), (3) pembelajaran kontekstual, pembelajaran berbasis
TIK, dll.

Kata kunci: difusi, inovasi, difusi inovasi, institusionalisasi, teknologi pembelajaran.

A. LATAR BELAKANG DAN


PERMASALAHAN
Studi tentang difusi (penyebaran) dan Teknologi pembelajaran merupakan salah satu
institusionalisasi (pelembagaan) inovasi cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang
(pembaruan) teknologi pembelajaran berkembang seiring dengan perkembangan
merupakan hal penting dalam upaya teknologi. Kehadiran teknologi telah
meningkatkan kualitas pembelajaran memberikan kemudahan-kemudahan kepada
masyarakat. Difusi dan institusionalisasi manusia dalam mengelola berbagai aspek
inovasi merupakan pangkal terjadinya kehidupan. Bahkan masa depan pendidikan
perubahan sosial (social change) yang ada di tangan mereka yang mampu memahami
merupakan inti pembangunan masyarakat. arti penting teknologi (James Finn). Dalam
Masyarakat yang sedang membangun merasa bidang pendidikan teknologi telah memainkan
berkepentingan dengan inovasi, penemuan peranan penting dalam proses pembelajaran.
baru, baik berupa gagasan, barang atau alat Sebagian lembaga pendidikan telah
baru, maupun tindakan. mengadopsi teknologi untuk memfasilitasi dan

*) Drs. Bambang Warsita, M. Pd., adalah staf Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)
Departemen Pendidikan Nasional.

123
123
50 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
memudahkan proses pembelajaran baik di proses difusi tersebut memungkinkan
dalam maupun diluar kelas. Namun, masih suatu inovasi diketahui oleh orang banyak
banyak juga lembaga pendidikan yang belum dan dikomunikasikan sehingga menyebar
akrab dengan teknologi tersebut. luas dan akhirnya digunakan oleh
masyarakat. Dengan kata lain, difusi
Ketidakakraban tersebut pada satu sisi dapat merupakan proses penyebaran inovasi dari
diduga sebagai akibat difusi teknologi yang tidak suatu kelompok ke kelompok lain atau dari
merata. Pada sisi lain, ada kemungkinan karena suatu masyarakat ke masyarakat lain.
keterbatasan biaya dan sumber daya manusia Oleh karena itu, tujuan proses difusi adalah
dalam lembaga pendidikan tersebut. diadopsinya suatu inovasi oleh anggota
Keberhasilan difusi teknologi merupakan suatu sistem sosial tertentu. Anggota sistem
inovasi yang dapat melembaga (institusionalisasi) sosial yaitu individu, kelompok informal,
dalam suatu masyarakat melalui peran agen organisasi dan atau sub sistem (Rogers,
pembaharuan, sistem sosial dan organisasi. 1995).

Inovasi-inovasi di bidang teknologi Proses difusi biasanya terjadi karena ada


pembelajaran, seperti pemanfaatan siaran radio pihak-pihak yang menginginkannya, atau
pendidikan, televisi, komputer dan internet secara sengaja merencanakan dan
dengan berbagai jenis inovasi turunannya mengupayakannya terjadinya suatu
sudah pasti menuntut pendidik dan peserta perubahan. Dalam proses difusi terjadi
didik mampu mengubah dirinya menjadi interaksi antara empat komponen, yaitu:
pengguna teknologi, khususnya Teknologi (a) karakteristik inovasi itu sendiri, (b)
Informasi dan Komunikasi pendidikan (TIK) bagaiman informasi tentang inovasi
yang kreatif. Apabila pendidik dan peserta didik dikomunikasikan, (c) waktu dan (d) sifat
menjadi adopter TIK yang kreatif sudah pasti sistem sosial di mana inovasi
kualitas proses pembelajarannya akan diperkenalkan.
meningkat. Adapun permasalahannya adalah
bagaimana strategi difusi inovasi yang efektif 2. Pengertian Inovasi
dan efisien? dan bagaimana aplikasi difusi Inovasi berasal dari kata Latin, innovation
inovasi dalam teknologi pembelajaran? yang berarti pembaharuan dan perubahan.
Secara sederhana inovasi dimaknai
sebagai pembaruan dengan ditandai oleh
B. KAJIAN LITERATUR adanya hal yang baru. Artinya inovasi
merupakan suatu ide, gagasan, praktik
1. Pengertian Difusi atau obyek/benda yang dianggap baru oleh
Menurut Everett Rogers (1995) difusi seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
adalah sebagai berikut: Inovasi adalah suatu perubahan yang baru
Diffusion as the process by which an inovation menuju kearah perbaikan atau berbeda dari
is adopted and gains acceptance by members
yang ada sebelumnya, yang dilakukan
of a certain community. A number of factors
interact to influence the diffusion of an dengan sengaja dan berencana (Ihsan,
innovation. The four major factors that influence 2005). Keberanian bertindak untuk
the diffusion process are the innovation itself,
how information about the innovation is
melakukan suatu inovasi tidak pernah
communicated, time,and the nature of the berakhir walaupun hal tersebut bukan suatu
social system into which the innovation is being hal yang mudah dilaksanakan. Artinya
introduced.
manusia dalam menghadapi berbagai
masalah dalam segala sektor
Difusi diartikan sebagai proses di mana
kehidupannya selalu mencari pemecahan
suatu inovasi dikomunikasikan, diadopsi
yang baru, yang belum ada sebelumnya,
dan dimanfaatkan oleh warga masyarakat
atau yang dianggap baru oleh individu atau
tertentu. Difusi merupakan suatu proses
sekelompok individu, itulah inovasi.
mengkomunikasikan inovasi melalui suatu
saluran dalam suatu rentang waktu di
Kita seringkali menemukan kasus
antara anggota suatu sistem sosial,
seseorang memiliki gagasan baru yang
termasuk sistem pendidikan. Melalui

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 51
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
cemerlang, namun gagasan tersebut diyakini dan dimaksudkan untuk
berhenti dalam bentuk pemikiran yang tidak memecahkan permasalahan yang timbul
tertuang dalam suatu tindakan nyata dalam dan memperbaiki suatu kedaan tertentu
upaya perbaikan kualitas pendidikan, ataupun proses tertentu yang terjadi di
bahkan acapkali pula mati di dalam masyarakat. Dalam bidang pendidikan,
pikirannya sendiri. Hal ini disebabkan misalnya bagaimana supaya peserta didik
karena ia ragu-ragu atau tidak berani cepat mengerti pelajaran yang
mengemukakan atau berbagi gagasan disampaikan guru? Bagaimana peserta
tersebut dengan orang lain. Atau, didik yang tinggal di daerah terpencil masih
seseorang mempunyai gagasan yang baik bisa bersekolah? dan sebagainya. Dalam
tetapi kemudian setelah diluncurkan bidang pertanian, misalnya bagaimana
ternyata tidak dapat diterima oleh supaya setahun bisa panen tiga kali? Maka
lingkungan kerjanya. akan muncul inovasi.

Ada kalanya gagasan baru tersebut telah Selain itu, untuk memecahkan persoalan-
diluncurkan dan digunakan oleh suatu persoalan yang dihadapi, telah banyak
institusi pendidikan, tetapi kemudian dilontarkan model-model inovasi dalam
berhenti penggunaanya sehingga tidak berbagai bidang, antara lain: usaha
dapat menjamin kelangsungan pemerataan pendidikan, peningkatan
penerapannya secara berkelanjutan. Ada mutu, peningkatan efisiensi dan efektifitas
kalanya pula suatu gagasan diluncurkan pendidikan, dan relevansi pendidikan.
dan pada awalnya ditolak oleh orang lain. Kesemuanya dimaksudkan agar difusi
Namun setelah melalui jangka waktu inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan
tertentu, gagasan tersebut diterima dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan
dipergunakan secara berkelanjutan. pemecahan permasalahan pendidikan di
Ilustrasi tersebut menggambarkan betapa tanah air. Beberapa contoh inovasi
suatu inovasi dalam pendidikan bukan pendidikan antara lain: program pendidikan
suatu hal yang sederhana dan mudah terbuka jarak jauh, manajemen berbasis
dilaksanakan. sekolah, pembelajaran kelas rangkap,
pembelajaran konstektual (contectual
Inovasi adalah suatu objek atau gagasan learning), Pembelajaran Aktif, Kreatif,
yang dianggap baru oleh individu atau unit Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
yang mengadopsi. Dengan kata lain,
inovasi berarti sebagai ide, temuan, cara Kebaruan tersebut dapat pada tingkat
atau objek yang dianggap baru oleh ‘ketahuan’, tingkat sikap kesiapan untuk
individu, organisasi, atau sistem sosial menerima, atau tingkat perilaku
(Purwanto, 2000). Kata ‘baru’ dapat penerapannya. Seandainya suatu inovasi
diartikan apa saja yang baru dipahami, diterima oleh suatu lingkungan pendidikan,
diterima, atau dilaksanakan oleh penerima apakah otomatis inovasi tersebut benar-
inovasi. Kebaruan ini mungkin menyangkut benar diterapkan oleh setiap warga
pengetahuan, sikap, dan adopsi atau pendidikan dalam bekerja sehari-hari?
penolakan terhadap gagasan tersebut. Jawabnya adalah belum tentu, bahkan pasti
Oleh karena itu, inovasi dapat berupa tidak otomatis. Lalu, apa strategi yang
gagasan, tindakan, benda, atau teknologi tepat untuk menerapkan inovasi secara
yang dipandang baru oleh yang akan efektif? Ketepatan atau tidaknya strategi
menerima inovasi tersebut. tersebut akan menentukan terjadi tidaknya
perubahan ke arah perbaikan atau
Inovasi pada dasarnya merupakan perubahan yang diharapkan.
pemikiran cemerlang yang bercirikan hal
baru ataupun berupa praktik-praktik Dalam kaitan ini, antara difusi dan inovasi
tertentu ataupun berupa produk dari suatu mempunyai hubungan yang erat. Proses
hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang difusi dapat terjadi jika ada inovasi. Adanya
diterapkan melalui tahapan tertentu yang unsur inovasi merupakan syarat mutlak

123
123
52 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
bagi proses difusi. Oleh karena itu, difusi Dalam bidang pendidikan, banyak usaha
inovasi (diffusion of innovation) adalah yang dilakukan untuk kegiatan yang
proses berkomunikasi melalui strategi sifatnya inovasi. Inovasi dalam bidang
yang terencana dengan tujuan untuk adopsi pendidikan, antara lain dalam hal
(Seels & Richey, 2000). Ide, cara atau objek/ manajemen pendidikan, metodologi
benda baru bisa benar-benar baru bila pembelajaran, pemanfaatan media, sumber
merupakan hasil suatu penemuan baru belajar, pelatihan guru, implementasi
(invention) hasil rekayasa dan dapat pula kurikulum, pemanfaatan TIK untuk
berupa ide, cara atau objek baru yang pembelajaran, dan sebagainya.
diperbaharui (renewal).
Inovasi dapat terjadi pada modus
Difusi inovasi adalah suatu proses di mana pendidikan apapun, baik yang
suatu inovasi dikomunikasikan melalui menggunakan sistem tatap muka maupun
saluran tertentu selama jangka waktu jarak jauh. Pada sistem pendidikan tatap
tertentu terhadap anggota suatu sistem muka, berbagai inovasi dapat dilakukan
sosial. Artinya dalam difusi suatu inovasi pada metode pembelajaran, pemanfaatan
menuntut adanya inovasi, melalui saluran media pembelajaran, sistem insentif untuk
komunikasi apa saja inovasi tersebut para pendidik, sistem manajemen berbasis
diperkenalkan, kepada siapa, dalam jangka sekolah, atau penerapan prinsip-prinsip
waktu tertentu. manajemen kualitas total dalam
pengelolaan pendidikan.
Contoh program Keluarga Berencana (KB).
Suatu inovasi yang bernama KB ini Dalam suatu sistem pendidikan, komponen
dikomunikasikan melalui berbagai saluran guru/pendidik memegang peran kunci
komunikasi baik saluran interpersonal dalam menentukan keberhasilan
maupun media massa, kepada suatu pembelajaran. Guru/pendidik yang baik
sistem sosial yaitu seluruh masyarakat adalah makhluk yang kreatif, sehingga para
Indonesia. Inovasi KB ini terjadi dalam kurun guru selalu mencari pendekatan atau
waktu tertentu agar inovasi tersebut dapat strategi baru dalam pembelajaran.
dimengerti, dipahami, diterima, dan Pencarian strategi baru inilah yang
dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia. menimbulkan terwujudnya berbagai
Program KB di Indonesia dilaksanakan macam inovasi dalam pembelajaran.
dengan menerapkan prinsip difusi inovasi. Wujud, bentuk, dan upaya inovasi ini dapat
Program KB merupakan contoh difusi bermacam-macam. Namun demikian,
inovasi, di mana inovasinya adalah suatu semuanya memiliki tujuan yang sama,
ide atau program kegiatan. yaitu terwujudnya suatu proses
pembelajaran berkualitas sehingga dapat
Contoh lain yang berupa produk atau meningkatkan kompetensi, kemampuan,
benda, traktor agar petani bisa berpindah keterampilan, serta daya saing peserta
dari bercocok tanam tradisional ke didik suatu program pendidikan pada
pertanian modern. Kompor gas, agar para jenjang, jenis maupun jalur pendidikan.
ibu rumah tangga, bahkan di pedesaan
dapat berpindah dari menggunakan kompor Salah satu contoh inovasi dalam
minyak atau kayu ke kompor gas. Dari pendidikan tinggi adalah penerapan
contoh tersebut, semua inovasi program Pekerti/AA (Applied Approach),
membutuhkan proses difusi yang yaitu upaya peningkatan kemampuan
melibatkan teknik komunikasi tertentu agar mengajar bagi para dosen yunior di seluruh
dapat diterima oleh suatu sistem sosial Indonesia. Pada sistem pendidikan jarak
tertentu. Semua inovasi, memiliki jauh yang berbasis korespondensi, inovasi
karakteristik yang berbeda baik dari sisi dapat dilakukan dengan penerapan
inovasinya maupun sistem sosial di mana teknologi baru, seperti belajar elektronik,
inovasi tersebut akan diberlakukan. penerapan sistem tutorial serta bantuan
belajar bagi peserta didik dengan

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 53
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
menggunakan media berbasis teknologi misalnya pendidik/guru yang
informasi dan internet atau berbasis TIK. paling awal menggunakan strategi
pembelajaran baru tersebut,
Bentuk inovasi dalam sistem pembelajaran adalah memiliki pendidikan dan
dapat bervariasi, namun mengarah pada status sosial yang lebih tinggi,
tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan mempunyai pengalaman yang
efisiensi pembelajaran bagi perserta didik. lebih banyak dengan saluran
Inovasi harus berpusat atau bertitik tolak media massa dan saluran antar
dan diciptakan atas dasar kesesuaiannya pribadi, mempunyai kontak atau
dengan peserta didik. Inovasi selalu akses yang lebih banyak dengan
menciptakan perubahan yang dinamis dari media, mempunyai partisipasi
waktu ke waktu, dan dari lingkungan sosial lebih banyak, dan memiliki
budaya yang satu ke lingkungan budaya wawasan lintas budaya atau
yang lain dari peserta didik. kosmopolitan.
2) Persuasion (persuasi) yaitu
Dalam konteks teknologi pembelajaran, memberikan kesan positif atau
inovasi mengacu kepada pemanfaatan negatif akan inovasi tersebut.
teknologi canggih, baik perangkat lunak Dalam tahap persuasi (bujukan),
(software) maupun perangkat keras pendidik/guru membentuk sikap
(hardware), misalnya pemanfaatan TIK suka atau tidak suka terhadap
dalam proses pembelajaran. Tujuan utama inovasi. Pada tahap ini pendidik/
aplikasi teknologi baru ini adalah untuk guru dipengaruhi oleh
meningkatkan mutu, efektivitas dan pandangannya terhadap inovasi
efisiensi pembelajaran. Metode dan strategi dalam hal keuntungan relatif dan
pembelajaran juga merupakan sebuah kesepadanan. Keuntungan relatif
inovasi dalam pembelajaran. meliputi hal-hal yang bersifat
ekonomis, mengurangi kekurang-
3. Teori Difusi Inovasi enakan, mengurangi waktu, atau
Teori difusi yang paling banyak dikenal kecepatan mendatangkan
adalah yang diajukan oleh Everett ganjaran, atau efeknya tidak dapat
M.Rogers dalam bukunya Diffusion of terlihat oleh mata.
Innovation, yang menyediakan suatu
tinjauan yang komprehensif tentang teori Inovasi yang bersifat pencegahan
difusi inovasi. Rogers mengemukakan dan abstrak, misalnya cenderung
empat teori difusi inovasi, yaitu: lambat untuk diadopsi karena
a. Teori Proses Keputusan Inovasi dipandang lambat mendatangkan
Menurut teori ini, suatu inovasi yang ganjaran. Kesepadanan terkait
didifusikan memerlukan waktu untuk dengan faktor-faktor seperti nilai
sampai kepada keputusan diterima atau keyakinan, gagasan yang
atau ditolak oleh adopter di mana sudah dikenal sebelumnya,
dalam prosesnya melalui lima tahapan kebutuhan, keterkaitan dengan
sebagai berikut: gagasan baru yang lain,
1) Knowledge (pengetahuan) yaitu penamaan, penempatan dalam
mengetahui akan suatu inovasi dan inovasi lain, kompleksitas, peluang
memperoleh suatu pemahaman untuk diuji-cobakan, serta dapat
dasar akan inovasi yang dimaksud. dilihat.
Dalam tahap pengetahuan, 3) Decision (keputusan) yaitu
misalnya strategi pembelajaran memberikan keputusan apakah
baru, individu mengetahui adanya inovasi tersebut diterima atau
inovasi dan mendapatkan ditolak. Dalam tahap keputusan,
pengertian bagaimana strategi keputusan mengadopsi atau
baru itu berfungsi. Karakteristik menolak sangat tergantung pada
seorang pengadopsi awal, sikap yang terbentuk selama
tahap persuasi.

123
123
54 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
4) Implementation (implementasi) orang-orang yang inovatif akan
yaitu inovasi yang diterima, secara mengadopsi suatu inovasi lebih awal
fakta digunakan. Dalam tahap dari pada mereka yang kurang inovatif.
implementasi, peran agen Berdasarkan teori ini individu dapat
perubahan seperti atasan atau digolongkan atau dikelompokkan
teman sejawat yang telah lebih menjadi lima kategori yang memiliki
dahulu menerapkannya sangat angka perkiraan tentang jumlah
penting dalam menggerakkan para prosentasenya, yang membentuk
pendidik/guru lain untuk benar- kurva normal, yaitu dari yang sangat
benar memahami inovasi, serta inovatif sampai yang tidak inovatif,
menghayati dan menerapkan sehingga dapat dijabarkan sebagai
inovasi tersebut melalui tindakan berikut:
nyata yang mengubah perilaku 1) Innovators/Venturesome (orang
para pendidik/guru. Dalam tahap yang siap atau berani menerima
inilah keterampilan komunikasi inovasi) berjumlah 2,5 %
dan hubungan antar pribadi 2) Early adopter/respect (Adopter
berperan besar. awal, the individual to check with
5) Confirmation (konfirmasi) yaitu before using a new idea ) berjumlah
mencari informasi tentang inovasi 13,5 %
untuk melanjutkan atau tidak 3) Early majority/deliberate (sengaja
dalam menggunakan inovasi. mengadopsi inovasi) berjumlah
Tahapan konfirmasi ini bisa juga 34%
menjelaskan terhadap suatu 4) Late Majority/skeptical (ragu-ragu
inovasi yang sebelumnya ditolak. dalam mengadopsi inovasi)
berjumlah 34 %
Dalam tahap konfirmasi, ada dua 5) Laggards/Traditional (kelompok
kemungkinan yang dapat terjadi, tertinggal dalam mengadopsi
yaitu: (1) memutuskan untuk inovasi) berjumlah 16 %.
mengadopsi dan terus
menggunakan, atau berbalik c. Teori Kecepatan Adopsi
menghentikan; dan (2) Teori ini menyatakan bahwa inovasi
memutuskan untuk mengadopsi didifusikan dalam waktu yang terpola
kemudian atau menunda adopsi, dalam suatu kurva ketajaman yang
atau terus menolak. Tahap dikenal S-shaped adoption curve.
konfirmasi ini sangat tergantung Kecepatan adopsi suatu inovasi
pada persepsi pendidik/guru berjalan mulai dari tahapan lambat,
terhadap akibat penggunaan tumbuh secara gradual, kemudian
inovasi. Inovasi pembelajaran yang bertambah secara dramatik dan cepat,
efektif menghendaki setelah itu diikuti masa stabil. Periode
pemberdayaan, pemanfaatan, dan ekspansi yang cepat tersebut terjadi
melibatkan orang-orang kunci yang ketika faktor-faktor teknis dan sosial
memiliki pengaruh kuat dalam berkombinasi untuk menjadikan
organisasi. inovasi tersebut mengalami
pertumbuhan yang dramatik. Sebagai
b. Teori Keinovatifan Individual contoh: banyak faktor-faktor yang
Teori ini menyatakan bahwa untuk berkombinasi, sehingga terjadi
inovasi yang sudah ada, sebuah penerimaan yang meluas akan WWW
persentase tertentu dari populasi (Worid Wide Web) antara tahun 1995
dengan siap akan mengadopsi inovasi, dan 2000.
sementara yang lain ada kemungkinan
untuk tidak mengadopsi. Menurut Kecepatan inovasi untuk diadopsi
Rogers, ada suatu distribusi normal tergantung pada lima faktor sebagai
dari kategori-kategori pengadopsi yang berikut:
beragam yang membentuk kurva Bell.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 55
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
a. Inovasi akan cepat diadopsi bila 4. Elemen-Elemen Difusi Inovasi
mendatangkan keuntungan relatif Menurut Everett Rogers (1995) dalam
bagi calon pengadopsi. proses difusi inovasi terjadi interaksi antara
b. Inovasi akan cepat diadopsi bila empat komponen, di mana komponen-
sesuai bagi calon pengadopsi, komponen tersebut merupakan unsur
baik dilihat dari sisi pengetahuan utama dalam difusi inovasi, yaitu sebagai
dan pengalaman, maupun dari sisi berikut:
tata nilai serta budayanya. a. Innovation yaitu adanya suatu
c. Inovasi akan cepat diadopsi bila gagasan (on idea), tindakan (practice),
tidak terlalu kompleks bagi calon atau objek yang dianggap baru
pengadopsi. Bila terlalu kompleks sehingga diadopsi baik oleh individu
sampai sulit dipahami maka maupun kelompok.
inovasi itu akan lambat diadopsi. b. Communication Channels, difusi
d. Inovasi akan cepat diadopsi bila inovasi dapat terjadi dengan
dapat dicoba oleh calon menggunakan saluran komunikasi
pengadopsi. Inovasi harus dapat yang berisi pesan atau ide baru. Dalam
dicoba oleh calon pengadopsi difusi inovasi terjadi penyampaian
sampai berhasil dengan baik atau informasi tentang ide baru kepada satu
memuaskan. Bila telah berkali-kali orang atau beberapa orang (kelompok).
gagal maka inovasi tersebut akan Proses komunikasi atau penyampaian
ditinggalkan. informasi tersebut dapat terjadi apabila
e. Inovasi akan cepat diadopsi bila memenuhi empat syarat sebagai
hasilnya dapat diamati oleh calon berikut: (1) adanya ide baru, (2) adanya
pengadopsi. pihak yang memiliki pengetahuan
tentang ide baru, (3) adanya pihak
d. Teori Persepsi Tentang Atribut yang belum memiliki pengetahuan dan
Inovasi. pengalaman tentang ide baru, dan (4)
Menurut teori ini, orang yang berpotensi adanya saluran komunikasi yang dapat
menjadi adopter menilai suatu inovasi menghubungkan kedua belah pihak
atas dasar persepsinya tentang tersebut.
karakteristik inovasi tersebut. Atribut c. Time, dalam menjalani prosesnya,
yang dipersepsikan oleh calon adopter difusi inovasi memerlukan waktu. Hal
tersebut antara lain sebagai berikut: ini dimaksudkan bahwa dalam proses
1) Relative advantage (keuntungan keputusan individu mulai dari tahap
relatif), bahwa setiap adopter lebih pengetahuan sampai pada tahap
cenderung mengadopsi suatu menerima atau menolak inovasi
inovasi yang menawarkan memerlukan waktu, dan butuh waktu
keuntungan bagi adopter tersebut. yang cukup dalam mengadopsi inovasi
2) Compability (kesesuaian), bahwa baik oleh individu maupun kelompok.
inovasi akan diadopsi, jika sesuai d. Social System, adalah seperangkat
dengan kebutuhan, kepercayaan jaringan yang terbentuk atas dasar
dan nilai-nilai adopter tersebut. kebersamaan untuk memecahkan
3) Complexity (kerumitan), adopter masalah atau mencapai suatu tujuan.
hanya akan mengadopsi inovasi Proses difusi atau proses penyebaran
yang bagi dirinya tidak terlalu rumit inovasi tersebut terjadi dalam sistem
dalam penggunaannya dan tentu sosial. Inovasi masuk ke masyarakat
saja tidak mempersulit adopter melalui agen pembaharuan (change
tersebut agent), kemudian diterima oleh seluruh
4) Triabilility (dapat diuji coba), inovasi masyarakat atau sebagian besar
tersebut dapat diuji coba sebelum anggota masyarakat/sistem atau
diadopsi inovasi itu gagal tersebar. Dalam hal
5) Observability (dapat diamati), ini ada beberapa komponen sistem
maksudnya dapat diteliti oleh para sosial yang mempunyai peranan
ahli atau masyarakat. penting dalam proses difusi inovasi,

123
123
56 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
yaitu sebagai berikut: (1) agen yang tinggi di antara para pendidik/guru,
pembaharuan (change agent), (2) dan (8) sikap dan nilai kosmopolitan di
anggota sistem sosial sebagai antara para pendidik/guru.
penerima inovasi (adopter), (3) tokoh
masyarakat sebagai sumber bagi 6. Proses Adopsi Inovasi
penyebaran ide baru, dan (4) saluran Sesuai dengan teori proses keputusan
komunikasi yang dipergunakan dalam inovasi, proses difusi inovasi dapat berjalan
proses difusi. secara efektif dengan melalui lima tahapan
sebagai berikut:
5. Peran Agen Pembaharuan Dalam a. Inovasi harus dimulai dengan membuat
Proses Difusi Inovasi calon pengadopsi tahu, paham, atau
Menurut Everett M.Rogers (1995) ada tujuh mengerti tentang isi inovasi tersebut.
peranan agen pembaharuan dalam proses Misalnya dalam inovasi peningkatan
memperkenalkan inovasi kepada kualitas pembelajaran, seluruh
masyarakat, yaitu: (1) membangkitkan pendidik/guru harus diajak untuk
kebutuhan untuk berubah,( 2) mengadakan memahami atau mendalami makna dan
hubungan untuk perubahan, (3) manfaat inovasi sampai mereka yakin
mendiagnosis masalah, (4) menciptakan benar tentang hal tersebut. Pelatihan
motivasi untuk berubah pada diri adopter, langsung di tempat kerja adalah cara
(5) merencanakn tindakan pembaharuan, terbaik dengan menempatkan atasan
6) memelihara program pembaharuan dari langsung, misalnya sebagai pelatih.
berbagai hambatan, dan 7) menciptakan b. Sepanjang tahap pengetahuan
kemandirian adopter tersebut, ditanamkan dan diyakinkan
pula apa manfaat inovasi tersebut bagi
Dalam menjalani perannya, ada beberapa pendidik/guru dalam melaksanakan
faktor yang menunjang keberhasilan agen tugasnya. Bujukan atau persuasi itu
pembaharuan tersebut, antara lain: (a) disebut efektif bila pendidik/guru
gencarnya usaha promosi, (b) lebih bersemangat dan bertekad untuk
berorientasi pada klien, (c) bekerjasama menerapkannya. Tahapan ini disebut
dengan tokoh masyarakat, dan (d) tahap ‘persuasi dan keputusan’.
kredibilitas agen pembaharuan di mata c. Atas dasar pemahaman terhadap
klien. makna inovasi serta didukung oleh
semangat dan tekad untuk
Agen perubahan, misalnya kepala sekolah, menerapkan, maka pendidik/guru
mempengaruhi guru lain dalam rangka dibimbing dalam menerapkan inovasi
adopsi inovasi ke arah yang diharapkan dalam pekerjaan sehari-hari, di bawah
sehingga adopsi inovasi dapat berlangsung supervisi dari dekat dan terus menerus
lebih cepat. Peran penting agen perubahan dari atasan langsung masing-masing.
adalah sebagai penghubung yaitu Keberhasilan penerapan inovasi
memperlancar arus inovasi dari sumber berkorelasi secara positif dengan usaha
inovasi kepada para pendidik/guru. atasan langsung. Sepanjang supervisi
tersebut diberikan penghargaan, seperti
Keberhasilan agen perubahan berkaitan berupa pujian lisan, atas keberhasilan
secara positif dengan berbagai aspek, menerapkannya dan koreksi atau
seperti: (1) usaha menghubungi para penguatan negatif atas kegagalan atau
pendidik/guru sebagai calon pengadopsi, kekurang-berhasilannya. Pemberian
(2) usaha yang berfokus pada para pendidik/ hukuman diupayakan dihindari, sampai
guru sebagai calon pengadopsi, (3) atasan langsung yakin bahwa tidak
kesepadanan inovasi dengan kebutuhan ada alat penghargaan dan koreksi yang
para pendidik/guru, (4) perasaan lebih suka mempan.
terhadap para pendidik/guru, (5) status d. Partisipasi atasan tidak boleh turun
sosial yang tinggi di antara para pendidik/ atau lemah sampai semua pendidik/
guru, (6) partisipasi sosial yang tinggi di guru telah terbiasa bekerja secara
antara para pendidik/guru, (7) pendidikan ‘otomatis’ sesuai dengan prinsip inovasi

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 57
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
yang ditetapkan. Bila kebiasaan kehidupannya sehinga ia
tersebut telah terbentuk maka membutuhkannya.
frekuensi pujian dan penguatan negatif e. Adoption, pada tahap ini, individu
dapat dikurangi sampai batas memutuskan untuk meneruskan
pelaksanaan kerja ‘tetap efektif dan menggunakn inovasi secara utuh.
efisien’. Bilamana tampak penurunan Tahap ini merupakan keakraban
semangat dan kualitas kerja maka individu dengan inovasi yang sudah
atasan langsung harus segera dimilikinya sehingga ia akan
melakukan upaya menaikkannya menggunakannya secara
kembali melalui persuasi lebih dalam, berkesinambungan
keterlibatan langsung lebih dekat,
supervisi lebih ketat, penghargaan Dalam proses adopsi inovasi tersebut, ada
yang lebih dalam, dan koreksi yang konsekuensi yang merupakan perubahan
lebih intensif. yang terjadi pada individu atau sistem
e. Apabila tujuan inovasi telah tercapai sosial sebagai akibat dari mengadopsi atau
dan menjadi acuan sehari-hari dan menolak suatu inovasi. Terdapat tiga
masuk dalam kebiasaan atau budaya klasifikasi dari konsekuensi yaitu sebagai
kerja maka pada saat itu institusi berikut:
pendidikan harus mampu menciptakan a. Konsekuensi yang diharapkan dan
lagi inovasi lain yang dapat membuat tidak diharapkan.
pembelajaran lebih berkualitas. Konsekuesi yang diharapkan adalah
suatu inovasi mempunyai pengaruh
Proses adopsi merupakan proses mental fungsional sesuai dengan keinginan
dimana individu mengetahui suatu inovasi individu atau sistem sosial. Sedangkan
dimulai dari mendengar kemudian konsekuensi yang tidak diharapkan
mengadopsikannya. Menurut Rogers, adalah suatu dampak yang timbul
proses adopsi inovasi dapat dibagi ke padahal dampak tersebut tidak
dalam lima tahapan, yaitu: dikehendakinya.
a. Awareness (kesadaran), pada tahap b. Konsekuensi langsung dan tidak
ini, individu sangat menyukai inovasi langsung.
tetapi tidak memperoleh informasi yang Konsekuensi langsung adalah inovasi
cukup. Namun, ia telah mempunyai mempunyai pengaruh yang segera
kesadaran untuk memiliki suatu terhadap individu atau sistem sosial.
inovasi. Sedangkan konsekuensi tidak
b. Interest (minat), pada tahap ini, individu langsung adalah inovasi yang
mulai berminat atau tertarik pada ide memberikan pengaruh secara lambat.
baru atau teknologi baru dan mencoba c. Konsekuensi diantisipasi dan tidak
mencari informasi tambahan tentang dapat diantisipasi.
itu. Di sini individu terdorong untuk Konsekuensi diantisipasi adalah
mencari informasi lebih banyak lagi konsekuensi yang telah diperkirakan
tentang objek yang diminatinya. sebelumnya; sedangkan konsekuensi
c. Evaluation, pada tahap ini individu tidak diantisipasi adalah dampak
secara mental, mengaplikasikan susulan yang muncul kemudian
inovasi ke dalam kehidupannya saat setelah terjadi adopsi atau menolak
ini dan sekaligus mengantisipasi ke inovasi. Konsekuensi yang tidak
masa akan datang dan kemudian diantisipasi bisa bersifat positif, dan
memutuskan apakah ia mencobanya bisa juga negatif.
atau tidak. Tahap ini merupakan tahap
selektif terhadap suatu inovasi untuk 7. Insitusionalisasi Inovasi
menentukan sikap. Miles, Eckholm, and Vandenburghe (1987),
d. Trial (percobaan), pada tahap ini, seperti dikutip Reiser dan Demsey,
individu menggunakan secara penuh menyatakan “institusionalization takes
suatu inovasi. Jadi, inovasi sudah place when an innovation is assimlated into
dimiliki dan menjadi bagian dari

123
123
58 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
the structure of an organization and menggunakan teori-teori dan konsep-
changes that organization in a stable way” konsep tersebut untuk mempelajari difusi
inovasi teknologi pembelajaran. Dalam
Dari pernyataan di atas dapat dipahami wilayah teknologi pembelajaran, teori difusi
bahwa institusionalisasi (pelembagaan) sangat sering diaplikasikan terhadap studi
terjadi ketika suatu inovasi terasimilasi mengenai pemanfatan teknologi, belajar
kedalam struktur suatu organisasi dan dan pembelajaran, seperti tehnik-tehnik
dengan inovasi tersebut terjadi perubahan- pembelajaran inovatif (Holloway, 1996).
perubahan secara stabil. Dengan demikian,
pelembagaan adalah penggunaan yang Ernest Burkman (1987) adalah salah satu
rutin dan pelestarian dari inovasi dalam penulis yang secara khusus
suatu struktur atau budaya organisasi menghubungkan teori difusi dengan
(Seels & Richey, 2000). Tujuan teknologi pembelajaran. Burkman telah
pelembagaan adalah untuk menggunakan atribut-atribut yang
mengintegrasikan inovasi dalam struktur menurutnya penting untuk
dan kehidupan organisasi. mengembangkan suatu metode/
pendekatan baru dalam mengembangkan
Menurut The Regional Laboratory for produk-produk pembelajaran yang tentu
Educational Improvement of the Northeast saja merupakan daya tarik bagi para
and Islands (Eisemen, Fleming & Roody, pengadopsi potensial.
1990), ada enam indikator institusionalisasi
yang secara umum dapat diterima, yaitu: Burkman menyebut pendekatan baru
(a) diterima oleh peserta yang relevan – tersebut sebagai pendekatan instruksional
suatu persepsi bahwa inovasi memiliki yang berorientasi pada pengguna “User-
legitimasi, (b) inovasi bersifat stabil dan Oriented Instruksional Development
digunakan secara rutin, (c) penggunaan (UOID)”. Ada lima langkah dalam UOID
inovasi secara luas meliputi seluruh Burkman yaitu:(1) mengidentifikasi
lembaga dan organisasi, (d) adanya suatu pengadopsi inovasi yang potensial, (2)
harapan yang pasti untuk diterapkan dan mengukur persepsi-persepsi pengadopsi
diteruskan pemakaiannya dalam sutu potensial yang relevan, (3) mendesain dan
lembaga, (e) keberlangsungan penggunaan mengembangkan suatu produk yang
tidak hanya oleh individu tetapi juga sesuai dengan pengguna, (4)
menjadi budaya dalam organisasi dan menyampaikan informasi kepada adopter
struktur sosial, dan (f) adanya alokasi waku potensial, dan 5) menyediakan pendukung
dan dana. pasca adopsi.

Enam indikator di atas bukanlah sesuatu Selain Burkman, para peneliti lain telah
yang mutlak, tetapi menjadi standar menggabungkan teori difusi ke dalam
evaluasi, apakah inovasi tersebut sudah teknologi pembelajaran. Misalnya, Stockdill
terinstitusionalisasi atau belum. Suatu dan Morehouse (1992) telah menggunakan
inovasi dikatakan sudah melembaga dalam konsep-konsep difusi pada pendidikan
suatu masyarakat jika inovasi tersebut jarak jauh dan tekhnologi pendidikan
telah menjadi bagian dari kehidupan lainnya. Farquhar danSurry (1994) telah
warganya atau sudah menjadi bagian menggunkan teori difusi untuk
integral dalam suatu organisasi atau sistem mengidentifikasi dan menganalisis faktor-
sosial. faktor yang dapat membantu dalam proses
adopsi inovasi pembelajaran di dalam
8. Aplikasi Teori Difusi Inovasi organisasi-organisasi. Sherry, Lwyer-Brook
Dalam Teknologi Pembelajaran dan Black (1997) telah menggunakan
Berbagai teori dan konsep telah konsep-konsep difusi sebagai basis untuk
didiskusikan oleh Rogers dalam Diffusion mengevaluasi sebuah program, seperti
of Innovations dapat diaplikasikan pada memperkenalkan guru dengan teknologi
studi tentang inovasi-inovasi di hampir informasi dan internet. Dan masih banyak
semua bidang. Sejumlah peneliti telah lagi penelitian-penelitian lainnya.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 59
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Inovasi dalam teknologi pembelajaran dapat untuk menghasilkan inovasi
dikatakan berhasil bilamana berdampak pembelajaran yang komprehensif.
positif bagi proses pembelajaran peserta d. Bentuk inovasi yang disesuaikan
didik. Inovasi dalam teknologi pembelajaran dengan kemampuan satuan pendidikan
dapat dilakukan pada salah satu atau tempat inovasi tersebut dilaksanakan
beberapa komponen pembelajaran. cenderung akan menghasilkan inovasi
Komponen-komponen tersebut meliputi yang parsial dan seadanya.
peserta didik, pendidik/guru, materi e. Tidak ada yang dapat mengklaim
pelajaran, metode dan strategi paling benar sepanjang belum dapat
pembelajaran, media, sarana dan dibuktikan efektifitas dan efisiensinya
prasarana, dan biaya. Inovasi yang efektif terhadap hasil belajar yang diharapkan
perlu dilakukan secara bertahap dan hati- oleh dan sesuai dengan kebutuhan
hati. peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Oleh karena itu, setiap inovasi
Inovasi yang terlalu ambisius menjadi tidak harus terus dilaksanakan sampai
realistis sehingga sangat besar berhasil kecuali bila ditemukan inovasi
kemungkinannya mengalami kegagalan yang lebih tepat.
atau penolakan dari berbagai pihak yang f. Inovasi selalu diwarnai dengan suasana
terkait dengan upaya inovasi tersebut. ketidakpastian mengenai efektifitasnya
Inovasi lebih dari mengemukakan suatu terhadap kualitas pembelajaran namun
gagasan cemerlang melainkan bagaimana selalu menciptakan perubahan yang
mewujudkan gagasan tersebut dalam dinamis dari waktu ke waktu dan dari
tindakan nyata yang berdampak positif bagi lingkungan budaya yang satu ke
peningkatan kualitas pembelajaran. lingkungan budaya peserta didik yang
lain, dari lingkungan budaya yang satu
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ke lingkungan budaya yang lain dari
dalam menerapkan inovasi dalam teknologi peserta didik yang sama. Oleh karena
pembelajaran yang diharapkan itu, inovasi yang berhasil di suatu
berimplikasi positif bagi proses belajar dan daerah belum tentu berhasil di daerah
pembelajaran adalah sebagai berikut. lain.
a. Inovasi yang dilakukan untuk g. Inovasi dalam pembelajaran dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dilaksanakan baik pada sektor
pembelajaran bagi peserta didik pendidikan formal, pendidikan non
tertentu menuntut pendidik/guru formal/kursus/pelatihan, maupun
menciptakan berbagai strategi pendidikan informal pada segala
pembelajaran yang sesuai dengan macam bentuk, jalur dan jenjang
karakteristik peserta didik. Inovasi pendidikan yang terkait dengan
seperti ini memerlukan upaya berbagai bidang kehidupan.
sungguh-sungguh dan strategi yang
andal untuk dapat diterapkan dalam Dalam teknologi pembelajaran, teori difusi
sistem pembelajaran di sekolah. inovasi dapat diaplikasikan dalam
b. Inovasi harus berpusat atau bertitik pemanfatan teknologi khususnya TIK
tolak atau diciptakan atas dasar seperti pembelajaran berbantuan komputer
kesesuaiannya bagi peserta didik (CAI), e-dukasi.net, siaran televisi edukasi
sehingga mempunyai implikasi yang (TVE), siaran radio edukasi, dan lain
positif bagi kemudahan belajar peserta sebagainya. Bahkan aplikasi teknologi
didik. pembelajaran telah menghasilkan berbagai
c. Para pakar, perancang pembelajaran, sistem pembelajaran yang inovatif, seperti:
pengembang bahan belajar, dan para (1) strategi pembelajaran yang aktif,
pendidik/guru yang pada umumnya interaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
mensintesis suatu sistem (PAIKEM) artinya proses pembelajaran
pembelajaran dari bentuk-bentuk yang dirancang agar mengaktifkan anak,
inovasi yang ditarik dari seluruh mengembangkan kreativitas sehingga
subsistem pembelajaran cenderung efektif namun tetap menyenangkan; (2)

123
123
60 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
pembelajaran atraktif dan inovatif (PAINO), baik dan tambah banyak serta dampak
(3) pembelajaran kontekstual atau yang lebih luas.
Contextual Teaching and Learning (CTL),
dengan strategi process approach, life skill
education, authentic assessment, inquiry C. PENUTUP
base learning, problem base learning,
cooperative learning, service learning, dll. 1. Kesimpulan
a. Manusia dalam menghadapi berbagai
Kecepatan inovasi untuk diadopsi bila permasalahan dalam segala sektor
mendatangkan keuntungan relatif dan kehidupannya berusaha untuk mencari
hasilnya dapat diamati secara nyata dalam pemecahan yang baru, yang belum
meningkatkan kualitas pembelajaran. ada sebelumnya, atau yang dianggap
Berbagai inovasi dalam teknologi baru oleh individu atau sekelompok
pembelajaran dapat memberikan individu, itulah inovasi.
keuntungan untuk berikut: b. Inovasi akan terus terjadi karena
1. Memperluas kesempatan belajar, didorong oleh adanya faktor luar dan
misalnya SD Pamong (pendidikan anak faktor dalam diri manusia serta adanya
oleh masyarakat, orang tua dan guru), interaksi antar keduanya. Faktor dalam
SMP Terbuka, Universitas Terbuka, diri misalnya keinginan dan kebutuhan
Kejar Paket A & B, Diklat guru SD serta adanya potensi untuk
melalui siaran radio pendidikan (Diklat meningkatkan dan memenuhi
SRP). kebutuhan hidupnya. Sedangkan faktor
2. Meningkatkan efektivitas luar adalah perubahan-perubhan yang
pembelajaran, misalnya visualisasi terjadi dilingkungannya. Interaksi
konsep abstrak dengan media antara faktor luar dan faktor dalam
pembelajaran, penerapan berbagai teori menyebabkan terjadinya
pembelajaran, pemanfaatan TIK dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
kegiatan pembelajara, dll. teknologi serta inovasi tanpa henti.
3. Kesesuaian kondisi dan kebutuhan c. Dalam proses difusi inovasi
peserta didik, misalnya belajar kadangkala membawa keberhasilan
sepanjang hayat, belajar dengan yang gemilang karena inovasi diterima
berbantuan komputer, pemanfaatan dengan baik oleh masyarakat; dan
program multimedia pembelajaran kadangkala mengalami kendala
interaktif, belajar mengenai apa saja, sehingga menghambat keberhasilan
dari apa dan siapa saja, belajar kapan dan bahkan kegagalan karena ditolak
dan dimana saja, dll. oleh masyarakat, proses difusi inovasi
4. Belajar lebih efisien, misalnya itu mendatangkan konsekuensi-
menghemat waktu, belajar di waktu konsekuensi.
senggang, belajar tampa d. Difusi diartikan sebagai proses di mana
meninggalkan tugas rutin, menghemat suatu inovasi dikomunikasikan,
biaya transport dan akomodasi, diadopsi dan dimanfaatkan oleh warga
menghemat tenaga di tempat terdekat, masyarakat tertentu. Sedangkan difusi
dll. inovasi merupakan suatu proses di
5. Belajar lebih menarik, misalnya sarana mana suatu inovasi dikomunikasikan
pendidikan tersebar, materi melalui saluran tertentu selama
pembelajaran yang mudah dicerna, jangka waktu tertentu terhadap
sumber belajar yang beraneka, anggota suatu sistem sosial.
suasana yang merangsang dan e. Teori difusi inovasi dapat diaplikasikan
menyenangkan, dll. dalam teknologi pembelajaran. Dengan
6. Belajar lebih produktif, artinya dengan memahami faktor-faktor yang
masukan yang diatur kembali dapat mempengaruhi adopsi inovasi
diperoleh proses yang lebih cepat dan tersebut, maka para teknolog
hasil lebih baik, dengan tambahan pembelajaran dapat menjelaskan,
masukan akan diperoleh hasil yang memprediksi dan mempertimbangkan
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 61
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
faktor-faktor yang menghambat dan d. Untuk keberhasilan suatu inovasi
mempermudah difusi inovasi teknologi dalam teknologi pembelajaran ada
pembelajaran. beberapa hal yang perlu diantisipasi,
f. Dalam bidang teknologi pembelajaran, dipersiapkan serta dilaksanakan tahap
teori difusi sangat sering diaplikasikan demi tahap sehingga inovasi diterima
terhadap studi mengenai pemanfatan dengan baik, mengingat di dunia ini
teknologi khususnya TIK, belajar dan tidak ada upaya tanpa hasil, dan sama
pembelajaran, seperti tehnik-tehnik halnya pula tidak akan ada hasil yang
pembelajaran inovatif, pembelajaran dapat kita raih tanpa upaya yang
berbantuan komputer (CAI), e- sungguh-sungguh dalam melakukan
dukasi.net, siaran TVE, siaran radio inovasi dalam teknologi pembelajaran.
edukasi, dan lain sebagainya. e. Akhirnya mari kita semua berani
melakukan inovasi secara sistematis,
2. Saran-Saran sehingga tujuan inovasi dapat tercapai.
a. Tantangan terbesar inovasi pada Selamat berinovasi. Jangan pernah
teknologi pembelajaran adalah pada menyerah sebelum inovasi berhasil
saat gagasan atau teknologi baru dilaksanakan secara efektif. Jangan
mulai diluncurkan. Secara alamiah, pernah berhenti menciptakan inovasi
hampir dapat dipastikan bahwa setiap karena tercapainya cita-cita bangsa
gagasan atau teknologi baru dalam hari esok selalu membutuhkan inovasi
pembelajaran akan mendapatkan berkelanjutan dalam teknologi
tantangan dan mungkin tentangan pembelajaran.
yang keras dari berbagai pihak. Suatu
inovasi dalam teknologi pembelajaran
dapat mengancam kemapanan DAFTAR PUSTAKA
sekelompok orang dalam suatu
institusi yang selama ini sudah merasa Robert A. Reiser & John v. Demsey, Trends and
mapan, maka inovasi perlu memiliki Issues in Instructional Design and Technology,
legitimasi. New Jersey, Columbus, Ohio: Merrrill Prentice
b. Agar efektif, keberhasilan adopsi Hall, 2002.
inovasi teknologi pembelajaran supaya Everett M. Rogers, Diffusion of Innovation, New
diawali dengan sosialisasi gagasan York: The Free Press, 1995.
yang handal dan menyeluruh, Klaus, D. J. Instructional innovation and
partisipasi seluruh komponen individualization. Pittsburgh: USAID, 1969.
organisasi, keterlibatan sumber daya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
manusia dalam suatu organisasi Standar Nasional Pendidikan
pendidikan, serta komitmen pimpinan Ihsan, Fuat, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta:
puncak guna mengarahkan Penerbit Reneka Cipta, 2005.
transformasi atau perubahan Seels, Barbara B. & Richey, Rita C., Instructional
pengetahuan, sikap dan perilaku technology, The definition and domains of the
sesuai dengan harapan dan tujuan field, Terjemahan Dewi S Prawiradilaga, R.
inovasi teknologi pembelajaran untuk Rahardjo, Yusufhadi Miarso, Jakarta: Penerbit
memberikan kemudahan dan fasilitas IPTPI & LPTK, 2000.
belajar dan kegiatan pembelajaran. Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran,
c. Inovasi dalam teknologi pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Penerbit
bukan suatu upaya sekali hentak, dan Reneka Cipta, 2008.
kemudian seluruh komponen dalam Zuhairi, Amin & Suparman, Atwi, Khasanah Inovasi,
institusi akan tunduk mengikutinya Difusi Inovasi, dan Implikasi Inovasi Terhadap
dengan tertib dan disiplin, maka perlu Kualitas Pembelajaran, Jurnal Pendidikan,
banyak upaya persuasi, diskusi, Vol.5, No. 1, Tanggal 11-21 Maret 2004.
sosialisasi, bimbingan, serta pelatihan
agar proses inovasi teknologi
pembelajaran berhasil.
uuuuuuuuuuuuu

123
123
62 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
STUDI KHAL
KHALAAYAK PENDENG AR R
PENDENGAR ADIO EDUK
RADIO ASI/
EDUKASI/
ANALISIS KEBUTUHAN MASY AR
MASYAR
ARAKAK
AKAAT AK AN
AKAN
SIARAN RADIO EDUKASI
Oleh : Innayah*)

Abstrak

Uji coba siaran Radio Edukasi (RE) tahap 1 dilakukan selama 3 bulan (Oktober sampai Desember
2007) dan dihasilkan sejumlah pengalaman dan tantangan baru yang memerlukan perbaikan,
pengembangan dan penyempurnaan RE lebih lanjut. Tetapi kendala yang dialami adalah tidak
tersedianya data terkini tentang animo dan respon khalayak (pendengar dan calon pendengar RE)
untuk keperluan pengembangan dan penyempurnaan positioning RE sebagai sebuah station radio
pendidikan. Untuk itu, perlu dilakukan Riset Khalayak RE. Riset ini dilakukan di wilayah kota
Yogyakarta, kabupaten Sleman, dan kabupaten Bantul tanggal 20-28 Juni 2008, dengan responden
siswa dan guru. Dari data yang diperoleh menunjukkan responden menyatakan senang
mendengarkan siaran radio, meskipun durasi mendengarkan relatif sebentar, yaitu kurang dari satu
jam sampai dua jam. Meskipun belum meluas, sebagian masyarakat sudah mengetahui berdirinya
sebuah stasiun radio pendidikan, yaitu Radio Edukasi. Hal ini dinyatakan dalam angket di mana 30
responden siswa (60%) dan 20 responden guru (83%) telah mengetahui adanya RE. Dari responden
yang mengetahui RE, 19 responden siswa (60%), dan 12 responden guru (60%) menyatakan pernah
mendengarkan siaran RE.

Kata kunci: Radio Edukasi, siswa, guru

I. PENDAHULUAN

Salah satu media pendidikan yang bentuk program acara. Bahan siaran Radio
dikembangkan oleh Balai Pengembangan Edukasi terdiri dari media audio pendidikan,
Media Radio (BPMR) Yogyakarta adalah Radio baik untuk pendidikan formal maupun non
Edukasi (RE) yang dipancarkan melalui formal. Media audio untuk pendidikan formal
Frekwensi AM 1251 kHz. Pengembangan RE adalah Media Audio Penunjang Pendidikan
sebagai radio pendidikan adalah bentuk (MAPP), sedang media audio pendidikan non
kepedulian pemerintah untuk mengatasi formal antara lain adalah Dongeng, Kisah
kesenjangan pendidikan. Tokoh, Risalah Nabi Dan Sahabat, Re Musisi
serta Re JJS (Jalan-Jalan Sore). Di samping
RE menyiarkan berbagai materi pendidikan itu, RE juga ikut menyebarluaskan informasi
yang dikemas dengan santun, cerdas dan serta kebijakan pendidikan dengan pola sajian
menghibur serta disiarkan dalam berbagai yang mendidik, interaktif dan menghibur.

*) Innayah adalah calon tenaga fungsional peneliti bidang pendidikan pada Balai Pengembangan Media Radio (BPMR)-
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)-Departemen Pendidikan Nasional

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 63
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Radio Edukasi (RE) juga merupakan sebuah e. Dapat merangsang partisipasi aktif dari
wadah untuk mengimplentasikan hasil-hasil pendengar.
program media audio yang telah dikembangkan f. Radio dapat memusatkan perhatian siswa
oleh Balai Pengembangan Media Radio pada kata-kata yang digunakan, pada
Yogyakarta. RE berdiri sejak tanggal 1 Oktober bunyi dan artinya.
2007 di Yogyakarta dan telah diujicoba g. Siaran lewat suara terbukti amat tepat/
siarannya selama 3 bulan (Oktober sampai cocok untuk mengajarkan musik dan
Desember 2007). bahasa.
h. Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu
Dari pelaksanaan ujicoba siaran pertama secara lebih baik.
tersebut dihasilkan sejumlah pengalaman dan i. Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu
tantangan baru yang memerlukan perbaikan, yang tidak dapat dikerjakan oleh guru.
pengembangan dan penyempurnaan RE lebih j. Radio dapat mengatasi batasan ruang dan
lanjut. Untuk itu diperlukan data terkini tentang waktu, jangkauannya luas.
animo dan respon khalayak (pendengar dan
calon pendengar RE) untuk keperluan Hambatan atau kelemahan media radio antara
pengembangan dan penyempurnaan lain:
positioning RE sebagai sebuah station radio a. Karena sifatnya yang auditif, dalam
pendidikan. penggunaan media ini harus benar-benar
konsentrasi khususnya indera
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, pendengaran kita karena hanya sekilas
menganalisis data, dan memberikan saja, tidak ada siaran ulang.
rekomendasi tindak lanjut penelitian tentang b. Media ini belum mampu untuk menyajikan
animo dan respon khalayak sasaran hal-hal yang sifatnya kompleks seperti
(pendengar dan calon pendengar) terhadap rumus-rumus matematika, fisika, dan kimia
berdirinya Radio Edukasi. sehingga kurang efektif jika diterapkan pada
materi yang sifatnya berhitung.
c. Materi yang disajikan kurang mendalam.
II. KAJIAN LITERATUR d. Tidak dapat diterapkan pada audience yang
mengalami gangguan dengan
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pendengaran, karena radio membutuhkan
pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan konsentrasi yang cukup pada indera
radiasi elektromagnetik (gelombang pendengar.
elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan
merambat lewat udara dan bisa juga merambat Radio termasuk media yang dinamis dan dapat
lewat ruang angkasa yang hampa udara, mengikuti perkembangan zaman. Hal ini
karena gelombang ini tidak memerlukan selaras dengan fungsi radio sebagai media
medium pengangkut (seperti molekul udara). hiburan, informasi dan pendidikan (Masduki :
(Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia 2001). Informasi sewaktu-waktu selalu
bebas) berubah, setiap hari bahkan bisa berubah
hanya dalam hitungan detik. Fungsi media
Menurut Arief S. Sadiman dkk (1986:51-53) yang seperti ini yang dipandang efektif dan
berpendapat bahwa media radio mempunyai mempunyai sumbangan yang besar dalam
beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan kemajuan pendidikan di negara kita. Dunia
media yang lain, yaitu: pendidikan juga selalu menuntut sesuatu yang
a. Harganya relatif murah dan variasi baru, informasi yang aktual sesuai dengan
programnya lebih banyak daripada TV. tuntutan dunia pendidikan (Erna Yulikah:2008).
b. Sifatnya mudah dipindahkan (mobile). RE melalui siarannya dapat menyampaikan
c. Jika digunakan bersama-sama dengan alat pengajaran secara efektif, dapat menambah
perekam radio bisa mengatasi problem pengalaman dan pengetahuan serta dapat
jadwal. menimbulkan motivasi belajar siswa. Bentuk
d. Radio dapat mengembangkan daya siarannya berupa ceramah, cerita, wawancara,
imajinasi anak. sandiwara, dan sebagainya.

123
123
64 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Menurut Sungkono (2006) media pendidikan Adapun responden yang diambil berasal dari:
sebelum digunakan secara luas perlu 1. SDN Nogopura, terdiri dari 5 responden guru
dievaluasi terlebih dahulu, baik dari segi isi dan 10 responden siswa Kelas V.
materi, segi edukasi, maupun segi teknis 2. Siswa SDN Gedong Kiwo, terdiri dari 5
permediaan, sehingga media tersebut responden guru dan 10 responden siswa
memenuhi persyaratan sebagai media Kelas V.
pendidikan. Evaluasi media dimaksudkan untuk 3. Siswa SDN Tegalrejo 2, terdiri dari 5
mengetahui apakah media yang dibuat dapat responden guru dan 10 responden siswa
mencapai tujuan yang ditetapkan atau tidak. Kelas V.
Hal ini penting untuk diperhatikan dan dilakukan 4. Siswa SDN Sokowaten Baru, terdiri dari 5
karena banyak orang yang beranggapan bahwa responden guru dan 10 responden siswa
sekali mereka membuat media pasti baik. Kelas V.
5. Siswa SMPN 9 Yogyakarta, terdiri dari 5
responden guru dan 10 responden siswa
III. METODOLOGI Kelas VIII.

Metode yang digunakan adalah survey. Penelitian dilakukan pada tanggal 20-28 Juni
Penelitian survey adalah penelitian yang hanya 2008. Pengumpulan data dengan cara
dilakukan atas sampel (Singarimbun dan memberikan angket untuk siswa Kelas V SD
Effendi, 1989 : 3 dalam Jurnal Teknodik 2007). dan Kelas VIII SMP beserta guru SD dan SMP.
Sedangkan data dikumpulkan dengan Angket berisi pertanyaan tertulis dengan pilihan
menggunakan teknik kuesioner melalui angket. jawaban dan alasan mengenai pilihan jawaban
responden.
Populasi adalah keseluruhan responden.
Adapun populasi dalam survey ini yaitu seluruh Analisis data yang digunakan adalah teknik
siswa dan guru SD dan SMP yang masih deskriptif kuantitatif di mana data dianalisis
berada dalam jangkauan siaran RE. Adapun berdasarkan frekuensi kejadiannya dengan
sampel diambil dengan teknik purposiv random menggunakan kategori tertentu serta
sampling, yaitu sampel diambil secara acak diwujudkan dengan cara persentase untuk
pada populasi dengan tujuan tertentu. Sampel memprediksi kecenderungannya. Untuk
pada penelitian survey ini yaitu: memperoleh kesimpulan mengenai respon
1. 40 (empat puluh) siswa kelas V SD, 10 khalayak dalam mendengarkan siaran radio,
(sepuluh) siswa kelas VIII SMP. dilakukan interpretasi berdasarkan data
2. 20 (dua puluh) orang guru SD, 4 (lima) statistik dan konteks yang menyertainya.
orang guru SMP. Kesimpulan yang diperoleh akan menjadi dasar
dalam perbaikan, pengembangan RE dan riset
Keseluruhan populasi dan sampel ini berada selanjutnya.
di wilayah kota Yogyakarta, kabupaten
Sleman, dan kabupaten Bantul.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 65
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
IV. HASIL DAN BAHASAN

Tabulasi Data Angket Responden Siswa dan Guru


1. Responden Siswa
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan terhadap lima puluh (50) responden siswa
diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Angket Responden Siswa

123
123
66 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Berdasarkan Tabel 1 (responden siswa) di responden (10%) memilih acara dongeng
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: atau sandiwara. Alasannya untuk
Sebanyak 49 orang (98%) responden menambah wawasan, pengetahuan,
senang mendengarkan radio dengan informasi, dan hiburan serta untuk
alasan untuk menambah wawasan atau refreshing dan mengisi waktu luang.
pengetahuan, informasi, refreshing,
mengisi waktu luang dan hiburan. Selain 30 responden (60%) mengetahui
itu karena Radio dapat dibawa kemana- didirikannya stasiun radio pendidikan, yaitu
mana sehingga bisa didengarkan sambil Radio Edukasi (RE) karena responden
melakukan pekerjaan lain. berlokasi relatif dekat dengan BPMR dan
ada yang mendapatkan informasi dari
Sedangkan 1 orang (2%) responden teman, guru, serta poster.
menyatakan tidak senang mendengarkan
radio dengan alasan membosankan. Sedangkan 20 responden (40%)
menyatakan tidak tahu adanya RE karena
21 responden (42%) mendengarkan radio kurang adanya sosialisasi dan belum
kurang dari 1 jam per hari, 24 responden mendapatkan informasi.
(48%) mendengarkan radio selama 1-2 jam
per hari, 3 responden (6%) mendengarkan Dari 50 responden, 49 orang (98%) setuju
radio selama 3-4 jam per hari, dan 2 adanya RE karena banyak manfaat yang
responden (4%) mendengarkan radio lebih bisa diperoleh misalnya menambah
dari 4 jam per hari. Hal ini dengan alasan referensi pembelajaran dan membantu
banyak media informasi dan hiburan lain memperjelas pelajaran di sekolah. Satu
yang tersedia, terlalu lama mendengarkan responden (2%) tidak setuju karena
radio membuat bosan dan harus membagi menurut ybs. belajar melalui radio itu sulit.
waktu untuk kegiatan lain.
50 responden (100%) berminat
2 responden (4%) memilih informasi dan mendengarkan siaran RE dengan alasan
hiburan, 18 responden (35%) memilih acara karena acaranya menarik dan RE
ilmu dan pengetahuan, 10 responden (19%) merupakan radio pendidikan yang
memilih acaran pendidikan, 17 responden diharapkan dapat memberikan manfaat,
(32%) memilih acara musik, sedangkan 5 menambah pengetahuan, informasi, ilmu,
dan hiburan.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 67
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
50 responden (100%) menyatakan bahwa dan Budaya) dipilih oleh 2 responden (2%).
siaran radio dapat digunakan untuk belajar
dengan alasan siaran radio dapat Berdasarkan bentuk sajian, ceramah dipilih
digunakan untuk menyampaikan mata oleh 22 responden (19%), diskusi oleh 18
pelajaran, siaran radio dapat membuat responden (29%), drama/sandiwara oleh
pelajaran lebih menarik dan adanya 22 responden (36%) dan telepon interaktif
informasi atau pengetahuan yang dapat oleh 10 responden (16%).
diambil dari siaran radio.
Berdasarkan pendapat responden, jika
Berkaitan dengan mata pelajaran di pelajaran di sekolah dibantu dengan media
sekolah yang dapat dibantu dengan media radio, 44 responden menyatakan setuju
radio, pelajaran bahasa (Indonesia dan dan 6 responden (12%) menyatakan tidak
Inggris) dipilih oleh 35 responden (32%), setuju.
pelajaran IPS dipilih oleh 23 responden
(21%), pelajaran IPA/Sains dipilih oleh 23 2. Respoden Guru
responden (21%), pelajaran Matematika Berdasarkan hasil angket yang dilakukan
dipilih oleh 27 responden (24%), terhadap dua puluh empat (24) responden
sedangkan pelajaran lain (Agama, Seni guru diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Angket Responden Guru

123
123
68 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Berdasarkan Tabel 2 (responden guru) di mendengarkan radio bisa membuat bosan
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: dan karena harus membagi waktu untuk
Sebanyak 24 orang (100%) responden kegiatan lain.
senang mendengarkan radio dengan 16 responden (4%) memilih acara informasi
alasan untuk refreshing, mengisi waktu dan hiburan, 3 responden (7%) memilih
luang, menambah wawasan, pengetahuan, acara ilmu dan pengetahuan, 8 responden
informasi, dan hiburan serta karena radio (20%) memilih acaran pendidikan, 7
dapat dibawa kemana-mana sehingga bisa responden (17%) memilih acara musik,
didengarkan sambil melakukan pekerjaan sedangkan 7 responden (17%) memilih
lain. acara dongeng atau sandiwara. Hal tersebut
dengan alasan untuk menambah wawasan,
9 responden (37%) mendengarkan radio pengetahuan, informasi, dan hiburan serta
kurang dari 1 jam per hari, 11 responden untuk refreshing dan mengisi waktu luang.
(46%) mendengarkan radio selama 1-2 jam 20 responden (83%) mengetahui didirikannya
per hari, 3 responden (13%) mendengarkan stasiun radio pendidikan RE, karena
radio selama 3-4 jam per hari, dan 1 sebagian guru terlibat pada kegiatan
responden (4%) mendengarkan radio lebih BPMR, lokasi sekolah yang relatif dekat
dari 4 jam per hari. Alasan responden tidak dengan BPMR dan mendapatkan informasi
begitu lama mendengarkan radio adalah dari teman, guru, serta poster. Sedangkan
banyaknya media informasi dan hiburan 4 responden (40%) menyatakan tidak tahu
lain yang tersedia, terlalu lama adanya RE dengan alasan kurang adanya

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 69
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
sosialisasi dan belum mendapatkan responden (23%), dan telepon interaktif
informasi. oleh 3 responden (12%).

20 responden mengetahui informasi adanya Berdasarkan pendapat responden jika


stasiun radio pendidikan (RE), 12 responden pelajaran di sekolah dibantu dengan media
(60%) pernah mendengarkan siaran RE radio, 24 responden (100%) menyatakan
dengan alasan ada acara yang menarik. Dari setuju.
12 responden yang pernah mendengarkan
siaran RE, 2 responden (17%) pernah Pernyataan tersebut diatas merupakan
mendengarkan siaran RE di sekolah, 10 tugas atau peran radio sebagai media
responden (83%) pernah mendengarkan publik yaitu mewadahi sebanyak mungkin
siaran RE di rumah. Sedangkan 8 orang kebutuhan dan kepentingan pendengar.
(40%) belum pernah mendengarkan siaran Kebutuhan tersebut adalah informasi,
RE karena tidak memiliki radio dan belum pendidikan dan hiburan. Tidak
tahu jadwal siaran RE. terpenuhinya salah satu dari 3 kebutuhan
itu membuat radio kehilangan fungsi
Keseluruhan responden (100% responden) sosialnya, kehilangan pendengar, dan pada
setuju adanya RE karena banyak manfaat akhirnya akan digugat masyarakat sebab
yang bisa diperoleh misalnya menambah tidak berguna (Masduki:2001). Oleh sebab
referensi pembelajaran dan membantu itu RE mengadakan riset khalayak untuk
memperjelas pelajaran di sekolah. hal tersebut.

24 responden (100%) berminat Menurut Masduki, program hiburan


mendengarkan siaran RE dengan alasan biasanya merupakan primadona suatu
karena RE merupakan radio pendidikan radio. Ini merupakan tantangan yang harus
yang diharapkan dapat memberikan disikapi oleh RE sebagai radio pendidikan
manfaat, menambah pengetahuan, dan pengajaran yang membantu siswa dan
informasi, ilmu, dan hiburan, serta karena guru. Oleh karena itu program RE
acaranya menarik dan penasaran ingin tahu dirancang sesuai kebutuhan audience
acara-acaranya. dengan mempertimbangkan informasi,
pendidikan dan hiburan dengan sajian
50 responden (100%) menyatakan bahwa sesuai pilihan pendengar. Antara lain:
siaran radio dapat digunakan untuk belajar, drama/sandiwara, diskusi, ceramah, dan
karena siaran radio dapat digunakan untuk telepon interaktif. Di samping itu, dalam
menyampaikan mata pelajaran, siaran siarannya RE harus mengatur jadwal
radio dapat membuat pelajaran lebih sesuai kebutuhan pendengar.
menarik dan adanya informasi dan
pengetahuan yang dapat diambil dari Seperti halnya disampaikan (Sudarwan
siaran radio. Danim:2008) bahwa di radio pendidikan
siaran khusus untuk pendidikan diatur
Berkaitan dengan mata pelajaran di dengan jadwal. Radio ini mempunyai nilai
sekolah yang dapat dibantu dengan media tertentu, seperti memberikan berita yang
radio, pelajaran bahasa (Indonesia dan up to date, menarik minat, jangkauan luas,
Inggris) dipilih oleh 21 responden (29%), berdasarkan kenyataan, mendorong
pelajaran IPA/Sains dipilih oleh 19 kreatifitas, dan mempunyai nilai kreatif.
responden (26%) pelajaran IPS dipilih oleh
18 responden (25%), pelajaran Matematika Fungsi media yang seperti ini yang
dipilih oleh 14 responden (19%), dipandang efektif dan mempunyai
sedangkan pelajaran lain belum begitu sumbangan yang besar dalam kemajuan
mendapatkan respon. pendidikan di negara kita. Dunia pendidikan
juga selalu menuntut sesuatu yang baru,
Berdasarkan bentuk sajian, drama dipilih informasi yang aktual sesuai dengan
oleh 15 responden (60%), diskusi oleh 9 tuntutan dunia pendidikan (Rini
responden (36%), ceramah dipilih oleh 8 Susanti:2009).

123
123
70 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
V. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Saran
a. Radio Edukasi perlu lebih
1. Kesimpulan meningkatkan daya jangkauan
Berdasarkan penelitian dapat ditarik terutama meliputi seluruh wilayah DIY.
kesimpulan sebagai berikut: b. Program acara siaran agar dikemas
a. Pada umumnya responden lebih menarik.
menyatakan senang mendengarkan c. Jadwal siaran RE perlu diberikan ke
siaran radio, meskipun durasi sekolah-sekolah disertai block grant
mendengarkan relatif sebentar, yaitu radio transistor untuk dimanfaatkan
kurang dari satu jam sampai dua jam. dalam pembelajaran di kelas.
Meskipun belum meluas, sebagian d. Jam siaran RE perlu ditambah agar
masyarakat sudah mengetahui dapat memenuhi kebutuhan target
berdirinya sebuah stasiun radio audience yang beragam.
pendidikan, yaitu Radio Edukasi. Hal e. Sosialisasi perlu ditingkatkan agar RE
ini dinyatakan dalam angket di mana lebih dikenal.
30 responden siswa (60%) dan 20 f. Perlu ada interaksi antara pendengar
responden guru (83%) telah dan penyiar melalui sms dan surat
mengetahui adanya RE. pendengar selain melalui telepon.
b. Responden setuju dengan didirikannya g. Kerjasama dengan pihak lain terutama
Radio Edukasi dan menyatakan bahwa sekolah perlu ditingkatkan.
media radio dapat digunakan sebagai
media untuk membantu pembelajaran
baik bagi siswa ataupun guru terutama DAFTAR PUSTAKA
untuk mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, bahasa Inggris, IPS, Sadiman, Arif S dkk. 1986. Media Pendidikan.
IPA/Sains, Matematika, dan beberapa Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
mata pelajaran lainnya. Masduki.2001.Jurnalistik Radio.Yogyakarta : LkiS
c. Responden menyatakan bahwa siaran Sungkono.2006. Evaluasi Media Audio.(Makalah)
radio dapat digunakan untuk belajar, Purwanto. 2007. Metode-Metode Penelitian
karena siaran radio dapat untuk Pendidikan Menggunakan Pendekatan
menyampaikan mata pelajaran, Kuantitatif. Artikel dalam jurnal TEKNODIK,
membuat pelajaran lebih menarik dan edisi April 2007.Tahun XI No 20.Jakarta.
adanya informasi dan pengetahuan Pustekkom Depdiknas
yang dapat diambil dari siaran radio. Danim, Sudarwan.2008.Media Komunikasi
d. Secara umum, bentuk sajian yang Pendidikan.Jakarta.PT. Buni Aksara
menjadi pilihan utama responden/ Websites : http ://id.wikipedia.org/wiki/
pendengar adalah drama/sandiwara, Radio.Radio.Wikipedia bahasa Indonesia,
diskusi, ceramah, dan telepon ensiklopedia bebas.
interaktif. Erna Yulikah http ://Errorcluck.blogspot.com/2008/
06 Peran-Radio- Pendidikan.
Rini Susanti. http://smp4rajadesaciamis.
blogspot.com/2009/03/radio-pendidikan-yang-
terlupakan.html

uuuuuuuuuuuuu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 71
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
SIARAN TELEVISI SEBAGAI
MEDIA PEMBEL AJAR
PEMBELAJAR AN DI SEK
AJARAN OL
SEKOL AH
OLAH
Oleh: Sudirman Siahaan*) dan Haryono**)

Abstrak

Siaran televisi memberikan kontribusi yang besar terhadap daya serap siswa mengenai materi
pelajaran. Siswa dapat menyerap sekitar 94% materi pelajaran yang ditayangkan melalui siaran
televisi (83% materi pelajaran melalui indra penglihatan dan 11% melalui indra pendengaran). Dengan
demikian, siaran televisi sebagai media audio visual (media pandang dengar) sangat potensial
untuk dapat dijadikan guru sebagai salah satu media pembelajaran di sekolah. Dengan keunggulan
yang demikian ini, pemanfaatan siaran televisi sebagai media pembelajaran di sekolah secara
terencana dan teratur akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mutu pendidikan pada
umumnya. Sekalipun siaran televisi sebagai media pendidikan (media pembelajaran) sudah mulai
dikenal, baik di kalangan guru dan pendidik khususnya dan masyarakat pada umumnya namun
pemanfaatannya sebagai media pembelajaran di sekolah tampaknya belum dilaksanakan secara
maksimal. Dalam kaitan ini, Departemen Pendidikan Nasional melalui Pusat Teknologi Informasi
dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) telah berupaya membantu melengkapi sekolah-sekolah
dengan peralatan pemanfaatan siaran TVE walaupun masih dalam skala yang terbatas. Demikian
juga dengan pelaksanaan pelatihan pemanfaatan siaran TVE di kalangan guru. Upaya yang telah
dirintis sebagai stimulan ini diharapkan dapat direspon positif oleh Pemerintah Daerah dalam
melakukan tindak lanjutnya.

Kata Kunci : Televisi, Media Pembelajaran, Prestasi Belajar.

A. PENDAHULUAN

Pada era globalisasi sekarang ini sudah tidak merupakan kebutuhan pokok dan bagian dari
ada lagi jurang pemisah antara benua yang satu sistem kehidupan manusia global.
dengan benua yang lainnya, antara negara
yang satu dengan negara yang lainnya, antara Siaran televisi dari belahan dunia mana pun
pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, dapat disaksikan setiap saat tanpa ada batasan
bahkan antara orang yang satu dengan orang waktu dengan menggunakan perangkat
yang lainnya. Setiap orang di belahan bumi parabola maupun melalui televisi kabel. Televisi
manapun dapat menyaksikan siaran televisi dapat menyiarkan kejadian atau peristiwa
yang disiarkan oleh stasiun televisi manapun secara langsung maupun menyiarkan ulang
sehingga siaran televisi seakan-akan sudah (siaran tunda) berbagai kejadian yang telah

*) Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd., adalah tenaga fungsional peneliti bidang pendidikan pada Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)-Departemen Pendidikan Nasional.
**) Drs. Haryono, adalah tenaga edukatif yang Dipekerjakan pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
PGRI Ngawi.

123
123
72 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
berlalu. Televisi juga dapat menyiarkan secara lingkungan anak adalah siaran televisi yang
luas materi-materi siaran yang sangat beragam setiap saat dapat disaksikannya. Siaran
yang sudah dikemas atau direkam dalam televisi sangat besar pengaruhnya terhadap
bentuk hiburan, berita, dan masih banyak lagi pembentukan imajinasi, pribadi, nilai-nilai,
jenis acara yang lainnya. Dengan akhlaq, hubungan sosial, dan sebagainya.
keberagaman acara yang disiarkan secara Dengan seringnya menyaksikan tayangan-
luas sangat memungkinkan seluruh warga tayangan televisi, maka secara lambat laun
masyarakat dari balita (di bawah usia lima akan dapat mempengaruhi pembentukan
tahun) sampai manula (manusia usia lanjut) karakter dan sifat anak. Materi siaran yang
dapat menyaksikannya. ditayangkan stasiun televisi mudah diserap
oleh anak-anak, baik materi yang dapat
Demikian juga dengan adanya alat komunikasi berdampak positif maupun negatif.
seluler yang sangat canggih yaitu hand phone
(HP). Dengan HP sekarang ini manusia dapat Mengingat televisi sebagai media pendidikan
berkomunikasi tanpa memandang jarak, usia, atau media pembelajaran mempunyai potensi
status sosial, baik lewat percakapan maupun yang besar dalam menunjang tercapainya
pesan singkat/tulisan (SMS). Terlebih-lebih lagi tujuan pendidikan dan pembelajaran, maka
dengan hadir dan maraknya pemanfaatan masyarakat pada umumnya, para guru dan
media baru yang disebut sebagai internet. orang tua khususnya hendaknya senantiasa
Internet dapat menyajikan beragam tampilan mengkondisikan agar anak-anak
yang dapat diakses oleh seluruh pengguna di memperlakukan siaran televisi sebagai media
alam jagad raya ini. pendidikan dan pembelajaran, baik di sekolah
maupun di rumah.
Televisi sebagai media massa sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku dan corak
kehidupan manusia dewasa ini. Banyak sajian B. KAJIAN LITERATUR
materi yang mengandung kajian ilmiah, ilmu
pengetahuan, hiburan, pelajaran agama/ 1. Televisi sebagai Media
santapan rohani, olah raga, kesenian, dan lain- Pembelajaran di Sekolah
lain. Materi siaran televisi yang beragam Siaran TVE dirancang berdasarkan
tersebut disajikan dan disiarkan ke seluruh kurikulum pendidikan sekolah sehingga
penjuru dunia yang dapat dinikmati oleh seluruh materi pelajaran yang ditayangkannya
warga masyarakat. Keanekaragaman materi sesuai dengan program pembelajaran yang
siaran dari masing-masing stasiun televisi tentu dirancang guru di sekolah. Oleh karena itu,
saja akan mempengaruhi perilaku manusia siaran TVE akan membantu
secara positif maupun negatif, baik terhadap mempermudah siswa memahami materi
anak-anak maupun orang dewasa. pembelajaran yang diberikan guru.
Pemanfaatan siaran TVE yang dilakukan
Materi siaran televisi yang berdampak positif secara terintegrasi dengan Rancangan
biasanya tidak banyak dikomentari oleh Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di setiap
masyarakat pemirsanya. Berbeda dengan sekolah akan memfasilitasi pencapaian
materi siaran yang berdampak negatif terhadap tujuan pembelajaran/indikator yang telah
perilaku anak-anak khususnya dan juga orang dirumuskan.
dewasa pada umumnya. Materi siaran yang
berdampak negatif selalu menjadi buah bibir Jika kegiatan pembelajaran dipandang
dan perbincangan di kalangan pemerhati bidang sebagai suatu sistem, maka komponen
pendidikan terlebih-lebih lagi yang menyangkut media pembelajaran merupakan komponen
perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma- yang integral atau komponen yang
norma agama dan adat. menyatu dengan sistem. Dengan
demikian, komponen media pembelajaran
Secara psikologis, anak-anak usia sekolah merupakan komponen yang tidak dapat
masih sangat rentan terhadap pengaruh yang dipisahkan dari sistem pembelajaran
berasal dari lingkungannya. Salah satu bentuk (Depdikbud., 1981). Proses pembelajaran

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 73
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
yang dikelola guru akan dapat lebih Gambar 1 di bawah ini.
bervariasi dan menyenangkan apabila
berbagai jenis media pembelajaran
dimanfaatkan. Banyak jenis media
pembelajaran yang dapat dipilih guru untuk
dimanfaatkan dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada siswanya. Salah satu di
antaranya adalah media televisi.

Televisi sebagai media pandang dengar


(media audio visual) mempunyai
kemampuan untuk menyajikan informasi/
pesan dalam bentuk visual gerak dan suara
sehingga dinilai sangat efektif untuk
menyampaikan pesan/materi
pembelajaran kepada siswa di sekolah.
Sesuai dengan karakteristiknya, siaran
televisi dapat dipilih untuk digunakan guru
sebagai media pembelajaran yang efektif
dan efisien dalam membelajarkan para Gambar 1. Dale’s Cone of Experience/
Kerucut Pengalaman Dale
siswanya. Berdasarkan penelitian yang (AECT, 1994)
dilakukan oleh Dwyer pada tahun 1978
tentang dampak pemanfaatan siaran Kerucut Pengalaman Edgar Dale
televisi bagi siswa sebagaimana yang mengkategorikan media pembelajaran
dirujuk oleh Sudirman Siahaan dkk. menjadi 10 kategori, yaitu:
menyebutkan bahwa siswa dapat a. Direct Purposeful Experiences
menyerap sekitar: (a) 83% melalui indera (Pengalaman Langsung).
penglihatan, (b) 11% melalui indera b. Contrived Experiences (Pengalaman
pendengaran, dan (c) sisanya 6% melalui Buatan).
indera pengecapan, penciuman, dan rabaan c. Dramatized Experiences (Pengalaman
(Siahaan, dkk., 2006). Dramatisasi).
d. Demonstrations (Demonstrasi).
Berdasarkan hasil penelitian Dwyer e. Field Trips (Perjalanan Wisata).
dapatlah disimpulkan bahwa media televisi f. Exhibits (Pertunjukan/Pameran).
merupakan media pandang dengar (media g. Television/Motion Pictures (Televisi).
audio visual) yang mempunyai kontribusi h. Recordings, Radio, Still Pictures
yang sangat besar terhadap kemampuan (Rekaman, Radio, Gambar Diam).
siswa memahami atau menyerap pesan i. Visual Symbols (Simbol Visual).
atau materi pelajaran (sekitar 94%). j. Verbal Symbols (Simbol Verbal).
Mengingat potensi media televisi yang
memungkinkan para siswa mampu Media televisi menempati urutan ketujuh
menyerap sebagian besar materi pelajaran dari sepuluh kategori media pembelajaran
yang ditayangkan melalui siaran televisi, dalam Kerucut Pengalaman Edgar Dale
maka media televisi sangatlah potensial tersebut di atas. Hal ini menunjukkan
untuk digunakan guru sebagai media bahwa pengalaman belajar yang diperoleh
pembelajaran di sekolah. siswa dengan menggunakan media televisi
lebih banyak dibandingkan dengan media
Selanjutnya, Edgar Dale dalam Kerucut rekaman audio, radio, gambar diam, simbol
Pengalamannya mengemukakan bahwa visual, maupun simbol verbal. Dalam kaitan
televisi atau motion pictures merupakan ini, Arief S. Sadiman, dkk. merujuk
media pembelajaran yang dapat pendapat Rudy Bretz, yang
memberikan banyak pengalaman kepada mengemukakan bahwa media
siswa sebagaimana yang disajikan pada pembelajaran dapat dikategorikan menjadi

123
123
74 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
delapan jenis media, yaitu: (a) media audio Dalam opersional penyiarannya, TPI
visual gerak, (b) media audio visual diam, bekerja sama dengan Departemen
(c) media audio semi gerak, (d) media Penerangan (TVRI). Sedangkan dalam
visual gerak, (e) media visual diam, (f) penyediaan programnya (khusus yang
media semi gerak, (g) media audio, dan bersifat pendidikan dan pembelajaran), TPI
(h) media cetak (Sadiman, dkk., 1986). bekerja sama dengan Pusat Teknologi
Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan-
Televisi sebagai media Audio Visual Gerak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menempati urutan pertama di antara yang sekarang berubah menjadi Pusat
delapan kategori media pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
menurut Rudy Bretz. Dari kedelapan Pendidikan (Pustekkom).
kategori media yang dikemukakan oleh
Rudy Bretz, media audio visual gerak Siaran televisi pendidikan sekolah yang
(televisi) mempunyai banyak kelebihan ditayangkan melalui stasiun TPI berjalan
dibandingkan dengan tujuh kategori media dengan baik sampai dengan tahun 1998.
pembelajaran yang lainya seperti media Tetapi pada awal reformasi, siaran televisi
audio visual diam, media audio semi gerak pendidikan sekolah tidak lagi menjadi salah
dan seterusnya. Hal ini menunjukan bahwa satu mata acara siaran stasiun TPI
media audio visual gerak atau televisi dikarenakan berbagai kendala yang
mempunyai banyak keunggulan sebagai dihadapi. Menghadapi keadaan yang
media pembelajaran di sekolah. demikian ini, Menteri Pendidikan Nasional
mencari alternatif lain dalam
Di sisi lain, televisi sebagai media pandang menyelenggarakan siaran televisi
dengar yang menyajikan pesan melalui pendidikan sebagai salah satu upaya, baik
gambar bergerak dan suara mampu untuk menunjang peningkatan mutu
mempengaruhi emosi penontonnya. pendidikan maupun memperluas akses
Apabila keterlibatan secara emosional ini layanan pendidikan. Alternatif yang
muncul dalam konteks pembelajaran, tentu ditempuh adalah penyelenggaraan siaran
dapat kita bayangkan betapa berkesannya televisi pendidikan yang dikelola oleh
materi pelajaran yang dipelajari siswa. Departemen Pendidikan Nasional melalui
Keterlibatan emosional dalam mempelajari Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
sesuatu adalah hal yang positif karena akan Pendidikan (Pustekkom).
memberikan kesan yang mendalam dan
tidak mudah dilupakan (masuk dalam Televisi Edukasi (TVE) memiliki visi
ingatan jangka panjang). Dengan demikian, “Menjadi siaran televisi pendidikan yang
materi pembelajaran yang disampaikan santun dan mencerdaskan”. Sedangkan
melalui media televisi bersifat lebih misinya adalah: (1) mencerdaskan
permanen (tidak mudah dilupakan) dan masyarakat, (2) menjadi tauladan
mudah diingat kembali oleh siswa masyarakat, (3) menyebarluaskan
(Situmorang, 2006). informasi dan kebijakan Depdiknas, dan (4)
mendorong masyarakat gemar belajar
2. Cara-cara memanfaatkan Televisi (Pustekkom, 2007). Dengan visi dan misi
sebagai Media Pembelajaran di yang demikian ini, TVE menjadi pilihan
Sekolah utama sebagai stasiun televisi yang khusus
Ide pemanfaatan siaran televisi sebagai menyiarkan program instruksional atau
media pembelajaran di sekolah sebenarnya program pembelajaran yang dapat diakses
sudah muncul sejak awal tahun 1990-an. oleh sekolah-sekolah yang ada di seluruh
Pada tanggal 23 Januari 1991, Presiden Indonesia.
Republik Indonesia (pada saat itu Presiden
Soeharto) meresmikan sebuah stasiun Terlepas dari keberadaan berbagai stasiun
televisi swasta yang mengkhususkan diri televisi swasta yang ada di Indonesia saat
di bidang pendidikan dan pembelajaran, ini, TVE merupakan satu-satunya stasiun
yaitu TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). televisi yang memberikan pelayanan

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 75
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
penyiaran program pembelajaran untuk a. Pemanfaatan Siaran TVE Terintegrasi
kepentingan proses pembelajaran bagi dengan Program Pembelajaran
peserta didik, mulai dari Sekolah Taman 1) Pemanfaatan dalam Kelompok
Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Besar atau Klasikal
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Cara pemanfaatan siaran TVE
Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan secara klasikal berarti siaran TVE
Tinggi (PT), dan Sekolah Luar Biasa (SLB) dimanfaatkan dalam bentuk
sesuai dengan jadwal dan materi siaran kelompok. Kelompok dapat saja
yang sudah ditentukan. Bahkan berupa siswa satu kelas, yang
perkembangan lebih jauh lagi adalah bahwa dilakukan secara terpadu dalam
saat ini, siaran TVE sudah dapat diakses proses pembelajaran di kelas,
melalui fasilitas internet. dengan jumlah siswa sebanyak
satu kelas. Rata-rata jumlah siswa
Pustekkom-Depdiknas bekerjasama satu kelas berkisar antara 30
dengan Lembaga Penyiaran Publik (TVRI) sampai dengan 40 siswa.
untuk menerus-siarkan sebagian dari
materi pelajaran yang ditayangkan TVE. Program siaran TVE yang dapat
Waktu dan materi pelajaran yang digunakan secara langsung pada
disepakati untuk diterus-siarkan melalui bentuk klasikal adalah program
TVRI masih sangat terbatas, yaitu hanya pendidikan formal yang telah
materi pelajaran SMP yang ditayangkan dikembangkan sesuai dengan
pada pukul 07.30-09.00 WIB dan disiarkan kurikulum yang berlaku. Guru
ulang pada pukul 16.00-17.30. Semua bidang studi atau guru kelas
materi tayangan ini bermuara pada (untuk SD) harus merencanakan
pemberian layanan kepada siswa untuk pemanfaatan siaran TVE
mencapai kompetensi seperti yang dituntut terintegrasi dengan Rancangan
oleh kurikulum” (Siahaan dkk., 2006). Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan mengacu pada jadwal
Pemanfaatan siaran TVE sebagai media siaran TVE yang sudah disusun
pembelajaran di sekolah dapat dilakukan sebelumnya.
dengan cara mengintegrasikannya ke
dalam kegiatan belajar-mengajar yang Dengan jumlah siswa yang cukup
dikelola guru di kelas. Terintegrasi banyak dalam suatu kelas, guru
mengandung pengertian bahwa materi harus mampu memotivasi siswa
pelajaran yang ditayangkan melalui siaran agar mereka dapat aktif mengikuti
TVE terencana dalam Rancanangan dan merespon siaran televisi.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Semua siswa diusahakan dapat
disusun guru. Dalam kaitan ini, guru dengan jelas melihat gambar dan
merancang/merencanakan materi mendengar suara televisi sehingga
pelajaran yang akan disajikannya pada tidak timbul penafsiran dan
setiap awal semester yang di dalamnya penerimaan yang berbeda-beda di
telah mengakomodasikan materi pelajaran antara para siswa. Posisi televisi
yang akan ditayangkan melalui siaran TVE. dan tempat duduk siswa perlu
Selain itu, siaran TVE dapat juga diatur sedemikian rupa sehingga
dimanfaatkan secara lepas oleh peserta memudahkan siswa untuk
didik, baik di bawah bimbingan guru mengikuti siaran televisi dengan
maupun tanpa guru (siswa secara nyaman. Berikut disajikan tata
perseorangan atau dalam kelompok kecil). cara penempatan pesawat televisi,
posisi siswa yang disarankan, dan
Selanjutnya, berikut ini diuraikan beberapa sudut pandang siswa terhadap
cara pemanfaatan siaran TVE sebagai pesawat TV untuk dijadikan
media pembelajaran yang dapat sebagai pedoman.
dipertimbangkan guru untuk diterapkan.

123
123
76 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
2) Pemanfaatan dalam Kelompok
Kecil
Kelompok kecil dapat saja terdiri
dari 5 sampai dengan 7 siswa.
Cara pemanfaatan siaran TVE
dalam kelompok kecil akan lebih
efektif jika guru telah terlebih
dahulu memberikan tugas yang
sesuai dengan materi pelajaran
yang akan ditayangkan melalui
siaran TVE. Kegiatan diskusi
dapat dilakukan siswa dalam
kelompok kecil setelah mereka
mengikuti siaran TVE. Siswa
Gambar 2. dapat menyaksikan siaran TVE di
Tata Cara Penempatan Pesawat Televisi
sekolah pada jam pelajaran di
bawah bimbingan guru atau siswa
dalam jumlah yang terbatas (5-7
orang) dapat juga menyaksikan
siaran TVE di luar jam pelajaran
atau di luar sekolah.

Melalui pemanfaatan siaran TVE


dalam kelompok kecil ini
diharapkan siswa dapat lebih
berkonsentrasi dalam mengikuti
siaran TVE dan dapat
mendiskusikan tugas yang
berhubungan dengan materi siaran
Gambar 3. tersebut dalam kelompoknya.
Tata Cara Pengaturan Tempat Duduk Pola Klasikal Kemudian, masing-masing
kelompok dapat
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya di kelas dilanjutkan
dengan kegiatan diskusi kelas.
Kegiatan yang demikian ini
seyogianya dirancang terlebih
dahulu oleh guru di dalam RPP-
nya. Berikut ini disajikan tata cara
penempatan pesawat TV dan
posisi siswa dalam kelompok kecil
memanfaatkan siaran TVE.

Gambar 4.
Sudut Pandang Siswa terhadap Pesawat TV

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 77
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
jika guru bidang studi tertentu
berhalangan hadir di sekolah.
Biasanya kegiatan mengajar dari guru
yang berhalangan hadir digantikan oleh
guru piket. Pemanfaatan siaran TVE
pada jam pelajaran kosong (atau guru
berhalangan hadir) dapat dilaksanakan
secara klasikal, kelompok kecil, atau
perorangan.

c. Pemanfaatan TVE sebagai Penugasan


Gambar 5. Tata Cara Penempatan Pesawat TV Siswa
dan Posisi Siswa dalam Kelompok Kecil
Memanfaatkan Siaran TVE. Bentuk penugasan dapat dilakukan
agar siswa mempunyai kesiapan
dalam mengikuti pelajaran di kelas.
3) Perorangan atau Individual Penugasan ini dapat dilakukan di
Pemanfaatan TVE secara rumah sebagai pekerjaan rumah (PR)
perorangan dapat dilakukan para atau dapat juga dilakukan di sekolah
siswa setelah terlebih dahulu guru sebagai pekerjaan sekolah (PS).
memberikan tugas perorangan Penugasan dilakukan sebelum guru
kepada siswa. Tugas yang menyampaikan materi pokok pada
diberikan guru adalah yang pembahasan tertentu. Dengan
berhubungan dengan materi penugasan tersebut diharapkan siswa
pelajaran yang akan ditayangkan akan memiliki kesiapan diri dan
melalui siaran TVE. Siswa dapat memiliki dasar pengetahuan mengenai
menyaksikan siaran TVE, baik di materi pelajaran yang akan diberikan
sekolah maupun di tempat lain oleh guru. Penugasan dapat dilakukan
sesuai dengan keinginannya dan secara kelompok kecil atau
kondisi yang ada. Dalam hal ini perorangan/individual (http://
dibutuhkan kemandirian siswa www.martiningsih.blogspot.com).
secara penuh dalam proses
belajarnya. 3. Kelebihan dan Kelemahan Media
Televisi sebagai Media
Cara pemanfaatan yang bersifat Pembelajaran di Sekolah
perorangan atau individual ini
sangat cocok diterapkan untuk a. Kelebihan Media Televisi sebagai
tujuan pengayaan bagi siswa dan Media Pembelajaran di Sekolah
sekaligus juga untuk melatih 1) Dapat menjembatani keterbatasan
kemandirian siswa dalam belajar. pengalaman siswa terhadap obyek
Agar siswa lebih terarah dalam yang langka.
belajarnya, maka guru harus 2) Mampu memberikan pengalaman
menyiapkan Lembar Kerja Siswa nyata kepada siswa.
(LKS) yang berhubungan dengan 3) Memotivasi keterlibatan siswa
materi yang disajikan lewat TVE. secara aktif dalam pembelajaran
Dengan demikian, siswa akan melalui diskusi yang dirancang
lebih terfokus pada pokok guru.
pembahasannya. 4) Mendorong munculnya pola
pembelajaran yang bervariasi
seperti tanya jawab, diskusi,
b. Pemanfaatan TVE pada Jam Pelajaran melakukan kajian pustaka,
Kosong melakukan penelitian lapangan,
Pemanfaatan siaran TVE pada jam- membuat laporan ilmiah,
jam pelajaran kosong dapat dilakukan presentasi, dan sebagainya.

123
123
78 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
5) Pesan/materi pelajaran yang 6) Kurangnya teknisi di setiap
diterima siswa sulit untuk sekolah dalam pemanfaatan atau
dilupakan. perawatannya.
6) Mampu menghadirkan berbagai 7) Kurangnya kemampuan guru
peristiwa alam ke dalam kelas. dalam sistem pemanfaatan televisi
7) Mampu mengaktualisasikan sebagai media pembelajaran di
pesan dari abstrak menjadi konkrit. sekolah.
8) Mampu menarik perhatian siswa 8) Tayangan yang tidak ada
dan mendorong perubahan perilaku hubungannya dengan materi
yang positif. pelajaran dapat berpengaruh
9) Dapat membimbing siswa untuk negatif terhadap program
belajar mandiri. pembelajaran di sekolah.
10) Dapat menyederhanakan pesan 9) Dibutuhkan sumber arus listrik
yang kompleks. yang cukup besar.
11) Memudahkan pencapaian tujuan 10) Layar TV yang kecil kurang efektif
yang sudah dirumuskan digunakan untuk kelompok besar
(Situmorang, 2006). (klasikal).
11) Masih banyak kesulitan
Kelebihan lain yang dimiliki media mengintegrasikan siaran televisi
televisi sebagai media pembelajaran dengan program pembelajaran di
adalah: sekolah.
1) Mempunyai potensi penetratif
untuk mempengaruhi sikap, 4. Kendala Pemanfaatan Siaran TVE
pandangan, gaya hidup, orientasi, dalam Pembelajaran dan Cara
minat, dan motivasi siswa. Mengatasinya
2) Dapat berfungsi sebagai bahan Siaran TVE sebagai media pembelajaran
pengayaan, pelengkap dan bahkan di sekolah sampai saat ini tampaknya
kompensatoris. belum dapat dimanfaatkan secara
3) Dapat menjangkau wilayah siaran maksimal oleh guru bersama siswa.
yang sangat luas dalam waktu Keadaan yang demikian ini terkait dengan
yang bersamaan sehingga dapat berbagai kendala/hambatan yang
dimanfaatkan oleh banyak siswa. berhubungan dengan sistem pendidikan
4) Dapat melayani siswa yang invalid/ dan pembelajaran itu sendiri.
cacat, khususnya untuk siswa
SLB Tuna Wicara dan Tuna Rungu. a. Kendala-kendala Memanfaatkan
Siaran TVE dalam Kegiatan
b. Kelemahan Media Televisi sebagai Pembelajaran
Media Pembelajaran 1) Masih terbatasnya jumlah materi
1) Dibutuhkan pengembangan dan pelajaran yang terdapat dalam
produksi program siaran yang kurikulum yang dikembangkan
mahal harganya. dan diproduksi oleh stasiun
2) Biaya pengadaan perangkat keras penyiaran.
(pesawat televisi) yang cukup 2) Masih terbatasnya jumlah guru
tinggi. yang telah mengintegrasikan
3) Dibutuhkan stasiun pemancar RPP-nya dengan siaran TVE.
televisi yang dapat diakses oleh 3) Masih terbatasnya jumlah sekolah
seluruh warga sekolah. yang mempunyai laboratorium
4) Merupakan media pembelajaran audio visual.
searah (Molenda dkk.). 4) Masih terbatasnya jumlah sekolah
5) Dipengaruhi oleh gangguan cuaca yang mempunyai pesawat televisi
sehingga siarannya dapat yang memadai dan antena
terganggu. parabola.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 79
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
5) Masih terbatasnya jumlah petugas 7) Memaksimalkan kinerja dan
khusus (teknisi) di sekolah yang mensinergikan semua komponen
mempunyai pengetahuan dan yang terkait dalam pemanfaatan
kemampuan/keterampilan siaran TVE sebagai media
menangani televisi sebagai media pembelajaran di sekolah.
pembelajaran.
6) Televisi masih cenderung dianggap Apabila upaya-upaya di atas dapat
sebagai media hiburan dan media dilakukan dengan seksama, sistemik dan
informasi belaka. sistematis serta mendapat dukungan dari
7) Masih kurangnya sosialisasi semua pihak dan komponen dalam sistem
tentang pemanfaatan TVE sebagai pendidikan, pastilah siaran televisi
media pembelajaran di sekolah. khususnya Televisi Edukasi (TVE) dapat
menjadi primadona sebagai media
b. Upaya-upaya Mengatasi Kendala yang pembelajaran di sekolah.
Dihadapi
1) Meningkatkan secara terus-
menerus jumlah materi pelajaran C. KESIMPULAN DAN SARAN
yang ditayangkan melalui siaran
TVE. 1. Kesimpulan
2) Melaksanakan pelatihan guru Televisi sebagai media audio visual (media
secara berkesinambungan pandang dengar) memberikan kontribusi
sehingga semakin banyak jumlah yang besar terhadap daya serap siswa
guru yang mempunyai mengenai materi pelajaran. Siswa dapat
pengetahuan, keterampilan dan menyerap sekitar 94% materi pelajaran
sikap yang berhubungan dengan yang ditayangkan melalui siaran televisi
pemanfaatan siaran TVE sebagai (83% materi pelajaran melalui indra
media pembelajaran di sekolah. penglihatan dan 11% melalui indra
3) Mengupayakan agar terus pendengaran). Dengan demikian, siaran
bertambah jumlah sekolah yang televisi sangat potensial untuk dapat
mempunyai laboratorium audio dijadikan guru sebagai salah satu media
visual. pembelajaran di sekolah.
4) Meningkatkan kerjasama dengan
stasiun-stasiun televisi di berbagai 2. Saran-saran
daerah sehingga membantu a. Untuk Pemerintah Daerah (khususnya
memudahkan pemanfaatan siaran Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/
TVE, baik di lingkungan sekolah Kota)
maupun di masyarakat tanpa Mengingat potensi siaran televisi yang
ketergantungan akan adanya dapat menjangkau wilayah yang luas
antena parabola. dan adanya materi pembelajaran yang
5) Diperlukan adanya kebijakan dari ditayangkan secara teratur melalui
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota TVE, maka disarankan agar
mengenai pemanfaatan siaran pemerintah daerah, khususnya Dinas
TVE sebagai media pembelajaran Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota
di sekolah, baik pengadaan memfasilitasi sekolah-sekolah untuk
perangkat kerasnya maupun yang dapat memanfaatkannya secara
berkaitan dengan pemanfaatannya teratur. Mengingat materi siaran TVE
dalam kegiatan pembelajaran. dirancang dan dikemas secara khusus
6) Menyiapkan petugas teknisi di oleh para ahli, maka disarankan agar
setiap sekolah untuk memelihara Pemerintah daerah dapat menjalin
dan mengoperasionalkan kerjasama dengan stasiun TV lokal
peralatan di laboratorium audio untuk menerus-siarkan siaran TVE
visual (Pusat Sumber Belajar). sehingga dapat dimanfaatkan

123
123
80 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
masyarakat luas pada umumnya dan DAFTAR PUSTAKA
para siswa khususnya, baik di sekolah
maupun di rumah. Selain itu, peran AECT Barbara B. Seels, Rita C Richey.
Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/ (Terjemahan Yusufhadi Miarso dkk.). 1994.
Kota sangat diharapkan juga dalam Teknologi Pembelajaran Definisi dan
melakukan sosialisasi keberadaan Kawasannya. Jakarta: Unit Percetakan
siaran TVE. Universitas Negeri Jakarta.
Sadiman, Arief S., dkk. 1986. Media Pendidikan
b. Untuk Kepala Sekolah dan Guru Pengertian, Pengembangan dan
Kepala Sekolah hendaklah selalu Pemanfaatannya. Jakarta: CV. Rajawali.
memotivasi guru agar secara teratur Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen
memanfaatkan siaran televisi sebagai Pendidikan dan Kebudayaan. 1981. Materi
media pembelajaran di sekolah. Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V
Mengingat manfaat siaran TVE dapat Buku IIIC Teknologi Instruksional. Jakarta:
meningkatkan prestasi belajar siswa, PPIPT.
maka disarankan agar guru secara Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
terencana mengelola pemanfaatan Pendidikan (Pustekkom). 2007. Pedoman
siaran TVE dengan cara Pemanfaatan Siaran Televisi Edukasi. Jakarta:
mengintegrasikannya dengan RPP Pustekkom-Departemen Pendidikan Nasional.
yang disusunnya. Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi. 2003. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
c. Untuk para Siswa 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Para siswa disarankan agar berupaya Ngawi: tp.
dengan sungguh-sungguh Situmorang, Robinson. 2006. Media Televisi.
memanfaatkan siaran televisi Jakarta: Pustekkom Depdiknas.
khususnya siaran TVE sebagai media Siahaan, Sudirman., dkk. 2006. Televisi Pendidikan
pembelajaran, baik di sekolah maupun di Era Global. Jakarta: Pustekkom Depdiknas.
di rumah. Hendaknya siswa Website: http://www.martiningsih.blogspot.com
memperlakukan siaran televisi sebagai (sumber dari Internet yang diakses pada tangal
media pembelajaran yang dapat 12 Desember 2008).
membantu meningkatkan prestasi
belajar mereka.

uuuuuuuuuuuuu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 81
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
STAND
STAND ARDIS
ANDARDIS ASI TES BAK
ARDISASI BAKAAT SKOL
SKOL ASTIK (TBS)
OLASTIK
(PENGEMBANG
(PENGEMBANGAN AN AL
ALAAT UKUR BAK
BAKAAT SKOL
SKOL ASTIK
OLASTIK
SEBAG AI TES ST
SEBAG AND
STAND AR DAL
ANDAR AM SELEKSI MAHASISW
DALAM MAHASISWA A BARU
MEL ALUI JALUR TES BAK
MELALUI AT SK
BAKA OL
SKOL ASTIK
OLASTIK
DI LINGKUNGAN POLITEKNIK NEGERI BALI)
Oleh: I Ketut Darma*)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mendapatkan seperangkat tes bakat skolastik yang standarisasi
sebagai alat seleksi calon mahasiswa baru dan 2) untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas
tes bakat skolastik yang telah distandarisasi. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Bali
terhadap calon mahasiswa baru yang mendaftar melalui jalur TBS tahun 2008/2009. Objek penelitian
adalah butir soal TBS sebanyak 210 butir, terdistribusi pada tiga aspek yaitu penalaran verbal
sebanyak 75 butir, penalaran kuantitatif 60 butir, dan penalaran analisis 75 butir. Sebelum uji coba
tes telah divalidasi secara teoretik menggunakan teknik Gregory dan hasil pengujian menunjukkan
tingkat validitas 0,96. Selanjutnya, secara proposional sampling diambil 90 butir sebagai sampel,
untuk selanjutnya dianalisis. Berikutnya dilaksanakan pengujian validitas konstruk menggunakan
analisis faktor konfirmatory. Hasil pengujian mendapatkan 72 butis tes yang valid sebagai butir-
butir tes yang terstandarisasi dengan koefisien reliabilitas sangat tinggi, yakni 0,936. Dimensi
pengukuran tes mencakup penalaran verbal, kuantitatif, dan analitis. Calon mahasiswa dinyatakan
diterima, bila memperoleh skor mentah di atas 39 atau di atas skor baku 48

Kata Kunci: Validitas, Reliabilitas, Tes Bakat Skolastik, Politeknik

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Politeknik Negeri Bali (PNB) sebagai salah Sistem SPMB sebagai sarana menjaring
satu pendidikan tinggi di lingkungan input (calon mahasiswa) yang berkualitas
Provinsi Bali menyelenggarakan pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan
vokasional. Dalam menunjang terwujudnya (output). SPMB, di PNB dilaksanakan
visi dan misinya, disiapkan berbagai melalui 3 jalur salah satu diantaranya
fasilitas pendukung salah satu di antaranya melalui jalur Tes Bakat Skolastik (TBS).
menyempurnakan sistem penerimaan Penerimaan mahasiswa melalui jalur ini,
mahasiswa baru (SPMB). diseleksi berdasarkan hasil TBS yang
disusun oleh tim lokal dari PNB

*) Drs I Ketut Darma, M.Pd adalah Dosen Matematika Terapan pada Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali. Grantis
Penelitian Dosen Muda DP2M DIKTI 2008

123
123
82 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Jalur TBS dilaksanakan mulai tahun ajaran Fenomena tersebut di atas cukuplah
2004/2005 didasarkan pada didasarkan beralasan. Pengelolaan TBS sebagai salah
pada kebijakan internal melalui surat satu alat seleksi mahasiswa baru terbatas
keputusan Direktur. Calon mahasiswa pada sistem pelaksanaan, pengawasan,
diseleksi berdasarkan pada kemampuan dan kriteria penerimaan. Faktor utama
potensialnya yang meliputi kemampuan: yang menyangkut kualitas TBS baik
verbal, kuantitatif/numerik, dan analitis menyangkut validitas isi dan konstruk
maupun reliabilitas, dan penormaannya
Bakat skolastik (scholastic aptitude) belum diketahui. Sebagai alat ukur potensi
merupakan salah satu potensi intelektual intelektual, TBS mestinya memenuhi
berkenaan dengan kapasitas dasar untuk standardisasi tes; baik menyangkut isi,
menguasai pelajaran atau perkuliahan. konstruk maupun keajegannya
Bakat skolastik secara langsung (reliabilitas). TBS yang memenuhi
mempengaruhi keberhasilan yang standardisasi tes selain dapat memberikan
ditunjukkan dengan prestasi akademik. hasil pengukuran yang akurat, dapat
Bakat skolastik berperan menentukan sebagai prediktor yang akurat terhadap
tinggi rendahnya prestasi akademik keberhasilan belajar calon mahasiswa
mahasiswa. Perpaduan komponen yang diterima melalui jalur TBS.
penalaran verbal, penalaran kuantitatif, dan
penalaran analitis pada diri mahasiswa akan Tujuan dilaksanakan TBS adalah untuk
memberikan fasilitas dalam menjaring calon mahasiswa yang memiliki
mengembangkan kemampuan untuk kemampuan potensial sebagai calon
memahami materi perkuliahan secara lulusan berkualitas tinggi. Untuk
keseluruhan. Pada akhirnya, mahasiswa mengoptimalkan pencapain tujuan ini, perlu
yang memiliki bakat skolastik yang tinggi dikembangkan suatu alat ukur bakat
cenderung bisa mendapatkan prestasi skolastik yang terstandardisasi. Hal ini
akademik yang tinggi. Darma (2006: 163) perlu dilaksanakan, untuk memberikan
menemukan hubungan yang positif dan dampak yang positif terhadap hasil
signifikan antara bakat skolastik dengan pelaksanaan TBS.
prestasi akademik sebesar r = 0,579
dengan total sumbangan efektif bakat 2. Rumusan Masalah
skolastik terhadap prestasi akademik Pokok masalah yang dikaji, yaitu: 1)
sebesar 24,9 % didapatkan dari pola bagaimanakah bentuk tes bakat skolastik
hubungan langsung sebesar 18,2% dan yang testandardisasi sebagai alat seleksi
pola hubungan tidak langsung melalui sikap mahasiswa baru di lingkungan Politeknik
profesional sebesar 6,7%. Negeri Bali, dan 2) sejauh manakah tingkat
validitas dan reliabilitas tes bakat skolastik
Terlihat bahwa, bila bakat skolastik yang telah distandardisasi sebagai alat
mahasiswa dikelola dengan baik akan seleksi mahasiswa baru di lingkungan
dapat memberikan hasil belajar yang Politeknik Negeri Bali.
optimal pada mahasiswa. Mahasiswa yang
diterima melalui jalur TBS cenderung 3. Tujuan Penelitian
memperoleh prestasi belajar yang baik. Di Tujuan penelitian adalah untuk: 1)
sisi lain, dari hasil pengamatan langsung mendapatkan seperangkat tes bakat
pada mata kuliah matematika terapan skolastik yang standardisasi sebagai alat
prestasi belajar mahasiswa yang diterima seleksi calon mahasiswa baru di
melalui jalur TBS dengan jalur lainnya tidak lingkungan Politeknik Negeri Bali, dan 2)
menunjukkan perbedaan yang berarti. mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas
tes bakat skolastik yang telah
distandardisasi.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 83
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
B. KAJIAN LITERATUR dengan angka, dan 3) penalaran analitis:
mengukur kemampuan untuk mengevaluasi
1. Tes Bakat Skolastik dan menyusun simpulan
Kerlinger (2004: 790) mendefinisikan
bahwa bakat adalah kemampuan potensial Penalaran verbal yaitu mengukur
untuk berprestasi. Misalnya, seseorang kemampuan penalaran verbal.
memiliki bakat skolastik yang tinggi bila Komponennya dikelompokkan menjadi 4
diberikan latihan-latihan yang intensif bagian, yaitu: kosa kata, padanan kata dan
melalui proses pendidikan, tentulah ia akan lawan kata, perbandingan verbal, dan
sangat mudah menguasai masalah- pemahaman wacana. Penalaran kuantitatif
masalah dalam pendidikannya. mencakup kemampuan mengorganisasi
Sukmadinata (2003: 102) menyatakan informasi untuk menyelesaikan masalah
bahwa, individu mililiki 2 kelompok bakat yang berkaitan memecahkan masalah
yaitu bakat sekolah (scholastic aptitude) yang berhubungan konsep-konsep numerik
dan bakat pekerjaan (vocational aptitude). atau bilangan. Penalaran analisis
Bakat pekerjaan, adalah bakat yang mencakup kemampuan untuk
berkenaan dengan bidang pekerjaan atau mengevaluasi dan menyusun simpulan.
jabatan tertentu. Bakat sekolah, Kemampuan ini meliputi kemampuan
merupakan bakat yang dimiliki seseorang dalam menganalisis rangkaian suatu
yang mendukung menyelesaikan tugas- kejadian, memecahkan masalah,
tugas perkembangan atau sekolah atau mengeluarkan ide-ide baru dengan cepat,
pendidikan. Suryabrata ( 2004: 170) dan menarik suatu simpulan dengan tepat.
mengatakan bakat skolastik merupakan
salah satu ragam potensi intelektual 2. Pengembangan Instrumen
individu. Jadi, bakat skolastik adalah salah Pengembangan alat ukur psikologis
satu potensi intelektual seseorang yang menyangkut serangkaian kegiatan terurut
mendukung menyelesaikan tugas-tugas langkah demi langkah yang telah dianggap
perkembangan di sekolah atau pendidikan. baku. Langkah-langkah tersebut haruslah
menyeluruh, rinci, dan spesifik
Bakat seseorang dapat diukur dengan tes menunjukkan keseluruhan kualitas dan ciri-
bakat. Tes bakat skolastik (TBS) ciri alat ukur yang akan dikembangkan.
merupakan tes yang dapat mengukur
potensi seseorang untuk belajar di Kegiatan pengembangan spesifikasi tes
perguruan tinggi tetapi tidak terkait dengan adalah proses pengambilan keputusan.
pencapaian kurikulum dan fasilitas sekolah Setiap keputusan harus diambil
(Depdiknas 2001:2). Gronlund (1981: 335) berdasarkan atas pertimbangan mengenai
menegaskan bahwa, That scholastic berbagai hal, seperti atribut psikologis yang
aptitude tests do not measure native akan diukur, dasar teoretis yang dijadikan
capacity or learning potential directly. Like landasan, subjek yang akan dikenai
all other tests used in school, a scholastic pengukuran, tujuan pengukuran, cara
aptitude tests measures performance penggunaan hasil pengukuran, pengaruh
based on learned abilities. alternatif terhadap reliabilitas dan validitas
alat ukur dan sebagainya (Suryabrata,
Depdiknas (2001: 2) menyatakan bahwa, 2004: 48).
tes bakat skolastik dikembangkan
berdasarkan teori tes inteligensi dan Pada dasarnya terdapat dua cara dalam
disusun berdasarkan aspe-aspek dalam pengembangan instrumen alat ukur, yaitu:
bentuk 3 subtes, yaitu: 1) verbal: mengukur (1) dengan mengembangkan sendiri, dan
kemampuan penalaran verbal dan (2) dengan menyadur (adaptation). Bila
memahami gagasan suatu wacana, 2) instrumen dikembangkan sendiri, secara
kuantitatif: mengukur kemampuan umum langkah-langkah pengembangan tes
mengorganisasi informasi untuk hasil belajar, tes inteligensi, dan tes potensi
menyelesaikan masalah yang berkaitan intelektual yaitu: (1) pengembangan

123
123
84 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
spesifikasi tes, (2) penulisan soal, (3) proses kalibrasi atau validasi secara
penelaahan soal, (4) perakitan soal (untuk teoretik dan empirik sehingga memiliki
keperluan uji coba), (5) uji coba tes, (6) tingkat kesahihan atau validitas dan
analisis butir, (7) seleksi dan perakitan keterandalan atau reliabilitas yang
soal, (8) pencetakan tes, (9) administrasi memadai dan kriterianya adalah validitas
tes bentuk akhir, dan (10) penyusunan dan reliabilitasnya cukup tinggi. Artinya,
skala dan norma (Suryabrata, 2002: 169. tes standar atau baku adalah tes dihasilkan
Pengembangan instrumen dengan melalui beberapa kali proses kalibrasi
menyadur, pengembang dapat secara teoretis dan empirik sehingga
menggunakan tes yang sudah ada atau tes memiliki tingkat validitas dan reliabilitas
yang telah digunakan dalam penelitian cukup tinggi.
sebelumnya maupun berupa tes baku
dalam bahasa asing Menurut Anastasi (2003: 8), proses
standardisasi sebuah tes biasanya
TBS yang dikembangkan dalam penelitian dilakukan melalui uji coba pada sampel
ini dikembangkan sendiri, mengacu pada yang luas dan representatif dari jenis orang
teori tersebut di atas, langkah-langkah yang memang menjadi sasaran
pengembangannya, yaitu: perencanaan, perancangan tes tersebut. Kelompok ini
penyusunan butir, pengujian (kalibrasi) disebut sampel standardisasi yang
teoretis, uji coba (kalibrasi empiris), analisis berfungsi menetapkan norma-norma.
validitas, analisis reliabilitas, seleksi dan
perakitan soal, administrasi tes bentuk Langkah yang dapat dilakukan oleh
akhir, dan penyusunan skala maupun pengembang tes ada dua. Pertama,
norma. menyediakan petunjuk-petunjuk yang rinci
bagi penyelenggara tes yang baru
3. Standardisasi Tes dikembangkan. Petunjuk-petunjuk tersebut
Anastasi (2003: 3) mengatakan bahwa, tes meliputi: jumlah butir soal, batas waktu
pada dasarnya merupakan suatu yang disediakan untuk mengerjakan tes,
pengukuran yang objektif dan standar instruksi-instruksi lisan, demontrasi awal,
terhadap sampel perilaku. Surapranata cara menjawab pertanyaan dari peserta
(2004: 49) mengatakan, bahwa dua prinsip tes, dan setiap rincian lain dari situasi
mendasar yang berkaitan dengan tes yaitu: testing serta petunjuk-petunjuk lain yang
apakah sebuah tes telah mengukur apa ditujukan para penguji. Kedua, penerapan
yang hendak diukur dan apakah tes telah norma-norma yang mengidentifikasikan
tepat digunakan untuk membuat suatu bagi siapa dan untuk tujuan apa tes
keputusan tentang pengambil tes. Sebuah tersebut cocok dipakai, sekaligus cara
tes dikatakan mempunyai kualitas yang pelaksanaan dan penginterprestasiannya.
baik apabila tes tersebut memiliki atau
memenuhi dua hal yaitu ketepatan atau Standardisasi dalam penelitian ini
keakuratan (validity) dan ketetapan atau difokuskan pada menstandardisasi isi dan
keajegan (reliability). pengadministrasian tes. Standardisasi isi
tes mencakup butir-butir tes dan petunjuk
Dalam kaitan standardisasi tes, Anastasi pengerjaannya. Standardisasi
(2003: 4) menjelaskan bahwa, pembakuan pengadministrasian tes mencakup
(standardisasi) mengaplikasikan perlengkapan tes, penyelenggaraan tes,
keseragaman cara dalam penyelenggaraan prosedur pengukuran, alokasi waktu,
dan penskoran tes. Tes baku memiliki penskoran, skor standar, norma, dan
identitas bahwa, tes memerlukan interpretasi hasil tes.
beberapa kali percobaan dan analisis dari
segi validitas dan reliabilitas (Sudjana, Perakitan soal dilakukan setalah dilakukan
2004: 6; Arikunto,1999: 80). Pendapat pengujian soal secara teoretis dan lebih
lainnya (Ebel,1986: 30; Maba, 2004: 165), operasional disebut telaah item review.
tes terstandar dihasilkan melalui kegiatan Penelaahan soal merupakan proses

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 85
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
evaluasi terhadap soal-soal yang telah 1978: 262). Gable (1986: 39) menegaskan
ditulis berdasarkan pendapat pakar bahwa, banyaknya subjek untuk keperluan
(professional judgment). Penelaahan soal kalibrasi suatu tes adalah antara 6 sampai
dari segi isi bidang yang diuji menentukan 7 kali jumlah butir soal. Nampaknya, tidak
validitas isi tes, sedangkan dari segi ada ketentuan yang pasti tentang jamlah
pengukuran menentukan kualitas soal dan subjek. Dalam penelitian ini melihat
kualitas tes. Hasil pengujian secara keterbatasan subjek, ditetapkan banyak
teoretis, menjadi dasar perakitan soal subjek uji coba adalah 6 kali jumlah butir
menjadi seperangkat tes. Hasil perakitan soal.
soal ini merupakan tes yang secara teoretis
baik dan siap diujicobakan. 4. Pengujian Validitas dan
Reliabilitas Tes
Uji coba dilakukan lebih dari satu siklus. Validity mempunyai arti sejauh mana
Tetapi khusus dalam pengembangan tes ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
standardisasi, diperlukan minimal dua kali (tes) pengukur dalam melakukan fungsi
uji coba (Suryabrata, 2002: 119). Untuk ukurnya (Azwar, 2001: 173). Suatu alat
keperluan ini, uji coba pertama disebut pra ukur dikatakan valid apabila mengukur
uji coba dan kedua disebut uji coba. Pra secara tepat keadaan yang ingin diukurnya
uji coba merupakan pengadministrasian (Purwanto, 2004: 154). Suatu tes
butir-butir soal yang telah selesai ditelaah dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
(review) kepada sampel calon yang akan apabila tes tersebut dapat memberikan
diberikan tes. Fungsi utamanya adalah hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai
semacam penjajagan bagi pembuat tes dengan maksud dan tujuan digunakannya
untuk mendapatkan feeling bagaimana tes tes tersebut. Tes yang valid, tidak sekedar
yang secara teori telah dinyatakan baik mampu mengungkapkan data dengan
kalau diterapkan di lapangan. Butir-butir tepat akan tetapi juga harus memberikan
soal yang memenuhi syarat dikompilasi gambaran yang cermat mengenai data
untuk langkah uji coba berikutnya. tersebut. Cermat dalam arti bahwa, hasil
pengukuran itu mampu memberikan
Kumpulan butir-butir soal yang dikompilasi gambaran mengenai perbedaan sekecil-
merupakan perangkat tes bentuk awal, siap kecilnya di antara subjek yang satu dengan
diujicobakan. Hasil uji coba dianalisis, lain (Azwar, 2003: 6). Ada empat jenis
direvisi, dan dikompilasikan menjadi validitas alat ukur, namun bahasan
perangkat tes bentuk akhir, dan siap difokuskan pada jenis validitas yang
diadministrasikan untuk tujuan berkaitan dengan standardisasi tes, yaitu
standardisasi, penyusunan norma, dan validitas isi dan validitas konstruk.
sejenisnya.
Validitas isi (content validity) menunjukkan
Hal pokok yang perlu mendapat perhatian sejauh mana butir-butir dalam tes
pada tahap uji coba, yaitu: pemilihan mencakup keseluruhan kawasan isi yang
subjek atau sampel untuk uji coba hendak diukur oleh tes itu ( Azwar, 2001:
dilakukan secara hati-hati, agar kelompok 175). Ada empat langkah yang bisa
subjek yang dipilih benar-benar dilakukan standardisasi untuk
mencerminkan populasi atau representatif mendapatkan validitas isi, yaitu: 1)
bagi kelompok yang akan dikenai tes. mendefinisikan domain perilaku yang ingin
Secara ideal, subjek dipilih secara random diukur, 2) memilih juri yang ahli dan
dari populasinya. Banyak subjek pada kompeten dalam domain perilaku yang
tahap uji coba; untuk keperluan kalibrasi ingin dinilai, 3) memberikan/menetapkan
tes paling sedikit 5 kali jumlah butir struktur kerangka kerja proses untuk
(Fernandes 1979: 8). Untuk keperluan pemilihan item yang menggambarkan
standarisasi tes, diperlukan subjek dengan perilaku yang ingin diukur, serta 4)
jumlah yang cukup besar yaitu antara 5 mengumpulkan dan menyimpulkan data
sampai 10 kali jumlah butir soal (Nunnaly, dari proses matching. Salah satu teknik

123
123
86 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
yang dapat dilakukan untuk menentukan Faktor-faktor yang terbentuk dapat dilihat
validitas isi tes, yakni melalui pendapat dari tabel Total Variance Explained. Apabila
pakar atau profesional (professional dalam tabel tersebut sudah menunjukkan
judgment), tetapi umumnya bersifat nilai eigenvalue berubah kurang dari 1
kualitatif. Gable (dalam Gregory, 2000: 97- maka faktor yang ditunjukkan merupakan
98) mengembangkan suatu teknik faktor yang paling ideal. Untuk menentukan
pengujian validitas isi yang lebih kuantitatif, butir mana masuk faktor yang mana dapat
yaitu mengunakan hasil penilaian judgment dilihat dari tabel Component Matrix.
yang telah dikuantitatifkan. Dalam Kriterianya adalah, ke faktor mana variabel
penelitian ini, pengujian validitas isi tersebut memiliki korelasi tertinggi, pada
mengacu kepada pendapatnya Gable faktor itulah variabel tersebut seharusnya
dengan memilih 2 orang judgment. bergabung.

Validitas konstruk (construct validity) suatu Apabila ada beberapa variabel memiliki
tes adalah sejauhmana tes bisa dikatakan korelasi yang berimbang terhadap lebih dari
mengukur suatu konstruk atau sifat yang satu faktor, perlu dilakukan rotasi. Proses
teoretis (Anastasi 2003: 153). Konsep rotasi akan dapat menghasilkan koefisien
validitas ini sangat berguna untuk mengukur korelasi satu variabel dengan faktor-faktor
konstruk teoretik yang tidak memiliki yang terbentuk akan menunjukkan
kriteria eksternal. Pengujian validitas perbedaan yang semakin jelas. Validitas
konstruk melalui teknik analisis statistik butir-butir tes yang dikalibrasi, dilihat dari
yang lebih komplek daripada pengujian besar kecilnya muatan faktor yang ada
validitas lainnya, namun hasil estimasinya pada tiap-tiap butir dan muatan
tidak dinyatakan dalam bentuk suatu comumunality. Kategori muatan faktor 0,7
koefisien validitas. Salah satu metode adalah istimewa, 0,63 adalah sangat baik,
untuk pengujian validitas konstruk sampai 0,55 adalah baik, 0,45 adalah cukup baik
sekarang diakui oleh para ahli di bidang dan 0,32 adalah sedang (Norrusis 1988:
ini, yaitu teknik analisis faktor ( Kerlinger, 43). Batas penerimaan validitas digunakan
2004: 749). kriteria terendah yaitu 0,32 ( Maba, 2004:
169).
Bhuono (2005: 91) mengatakan bahwa,
analisis faktor merupakan analisis statistik Reliabilitas berhubungan dengan
yang bertujuan untuk mengidentifikasi, kestabilan, konsistensi atau
mengelompokkan, dan meringkas faktor- keterpercayaan hasil pengukuran.
faktor yang merupakan dimensi suatu Reliabilitas tes adalah ketepatan atau
variabel, definisi dari sebuah fenomena keajegan tes tersebut dalam menilai apa
tertentu. Uji analisis faktor digunakan untuk yang dinilainya (Sudjana, 2004: 16). Ada
memastikan apakah butir-butir tertentu tujuh teknik yang populer dan banyak
mendukung faktornya dan faktor-faktor digunakan untuk mengetimasi reliabilitas,
mendukung variabel (Kerlinger, 2004: 1000) salah satu di antaranya koefisien Alpha
Cronbach ( Suryabrata, 2002:21). Untuk
Prinsip analisis faktor adalah tujuan praktis seperti memprediksi dan
mengelompokkan data berdasarkan standardisasi, tes dituntut memiliki
interkorelasi antar butir. Sebuah butir dapat koefisien reliabilitas yang memuaskan.
dikatakan merupakan pembentuk faktor Fernandes (1984: 41) menjelaskan bahwa:
jika koefisien korelasinya lebih besar atau “ What is satifactory level of reliability of
sama dengan 0,5 (Ariyanto, 2005: 102). test ? There is no general answer to this
Jika sebuah variabel mempunyai question. If we are making individual
kecenderungan mengelompok atau decisios, a reliability of 0.90 is minimum.
membentuk sebuah faktor maka variabel If we are drawing conclusions about grous,
tersebut akan mempunyai korelasi yang e. g. comparing mean diffrences, row
cukup tinggi dengan variabel lainnya reliability of 0.5 is permitted” (Nunnally,
(Santoso, 2002: 97). 1978: 246)

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 87
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Nampaknya tidak terdapat suatu ukuran norma yang umum digunakan, yaitu: norma
yang pasti berapa tinggi koefisien nasional, norma daerah wilayah atau lokal,
reliabilitas. Reliabilitas yang baik dan norma disiplin ilmu, norma sekolah,
memuaskan tergantung kepada tujuan maupun norma-norma kelompok yang
atau keguanaan tes. Menurut Rammers lainnya seperti jenis kelamin, bidang
(dalam Surapranata, 2004: 114) bahwa, keahlian, jurusan dan lain-lainya.
koefisien reliabilitas sebesar 0.5
menunjukkan reliabilitas tes yang kurang 6. Interpretasi Hasil Tes
baik, tetapi bisa digunakan untuk tujuan Interpretasi data nilai bertujuan untuk
penelitian. Untuk tes-tes standar dalam menentukan posisi dan prestasi atau nilai
pengukuran dibidang pendidikan koefisien individu dibandingkan dengan kelompoknya
reliabilitasnya minimal 0,8 untuk populasi dan menentukan batas-batas kelulusan
yang sesuai. berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Salah satu cara yang dapat digunakan,
Biasanya kesepakatan informal yaitu batas kelulusan (Sudjana, 2004: 106).
menghendaki koefisien reliabilitas haruslah Batas kelulusan berorientasi pada acuan
setinggi mungkin, tetapi suatu koefisien norma yakni: batas lulus aktual dan batas
reliabilitas 0,90 sudah dapat dianggap lulus ideal. Batas lulus ini mengacu pada
memuaskan (Azwar, 2001: 189). Kriteria rata-rata dan simpangan baku. Batas lulus
yang lebih operasional untuk koefisien lainnya beorientasi pada sistem penilaian
reliabilitas tes standar, yakni reliabilitasnya acuan patokan, yakni batas lulus purposif.
tinggi biasanya berkisar antara 0,8 sampai Batas lulus purposif ditentukan kriteria
0,95, sering kali digunakan di atas 0,90. tertentu misal persentasi dari skor
Gronlund (1986: 306): menegaskan “ maksimun (Sudjana, 2004 :107). Dalam
Reliability high: commonly between .80 and penelitian ini digunakan batas lulus ideal
.95, frequently is above .90”. Pada dan selanjutnya disebut sebagai batas
penelitian ini, reliabilitas tes yang dihitung penerimaan.
adalah reliabilitas konsistensi internal
dengan menghitung interkorelasi antara
skor butir individu. Kriteria yang digunakan C. METODOLOGI PENELITIAN
mengacu pada pandangan Gronlund,
yaitu reliabilitas untuk tes baku adalah 0,8 1. Populasi dan Sampel
sampai dengan 0,95. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik
Negeri Bali tahun akademik 2008/2009,
5. Skala dan Norma pada semua calon mahasiswa baru yang
Penskalaan bertujuan untuk menentukan diseleksi melalui jaur TBS dan mahasiswa
posisi relatif individu-individu dalam semester I. Sampel diambil secara
kelompok normanya, baik pada skor proporsional random sampling dengan
keseluruhan maupun pada skor-skor memperhitungkan perbandingan jumlah
komponen. Beberapa skala yang mungkin subpopulasi, yaitu jurusan. Penelitian ini
untuk digunakan dalam tes potensi adalah pembakuan (standardisasi) tes,
intelektual pada dasarnya sama dengan besarnya ukuran sampel mengacu pada
skala yang dapat dikembangkan dan teori Gable, dengan mengambil 6 kali
digunakan dalam tes hasil belajar, seperti: jumlah butir soal. Butir soal yang
(1) skala skor mentah, (2) skala skor dikembangkan dalam penelitian adalah 90
persentase, (3) skala jenjang persentil, dan butir, banyak subjek yang diperlukan 540
(4) skala skor baku. orang.

Pada umumnya tes potensi intelektual 2. Rancangan Penelitian


menggunakan skala baku dan Scholastic Penelitian ini merupakan penelitian
Aptitude Test (SAT) umumnya mengunakan pengembangan (Development Research ),
simpangan baku 500 dan rata baku 100 dilakukan untuk mendapatkan seperangkat
(Suryabrata, 2002: 174). Berapa macam tes bakat skolastik yang terstandarisasi

123
123
88 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
sebagai alat seleksi calon mahasiswa di kepada calon pengawas dan korektor.
lingkungan Politeknik Negeri Bali. Calon pengawas dan korektor adalah staf
Standarisasi mencakup isi dan dosen yang ditugaskan sebagai panitia
pengadministrasian tes. Langkah-langkah penerimaan mahasiswa baru.
standarisasi melalui tahapan-tahapan
berikut: Tahap kelima, melakukan uji coba. Uji coba
dan kegiatan-kegiatan yang mengikuti
Tahap pertama, perencanaan terdiri dari dilaksanakan 2 kali, yaitu prauji coba dan
tujuan standarisasi tes yaitu uji coba, hingga semua persyaratan yang
pengembangan spesifikasi tes bakat telah dirancang pada spesifikasi tes
skolastik. Pengembangan spesifikasi tes dipenuhi. Pada kegiatan prauji coba, tes
adalah mengembangkan kisi-kisi tes. Kisi- dicobakan pada 83 orang sampel dan
kisi mencakup konstruk teoretis yang dilaksanakan pada mahasiswa semester
dijadikan rujukan bakat skolastik, yaitu: 3 jurusan teknik mesin tahun ajaran 2007/
penalaran verbal, penalaran kuantitatif, dan 2008.
penalaran analisis.
Untuk memenuhi target tes bentuk akhir,
Kelompok yang dikenai tes adalah pada tahap prauji coba dibuat butir soal
kelompok lulusan SMA dan SMK, lebih banyak dan alokasi waktu lebih
sedangkan tujuan dilaksanakan tes adalah longgar yakni 2 menit per butir soal .
untuk mengetahui kualitas bakat skolastik Banyaknya butir soal pada prauji coba
calon mahasiswa, yang selanjutnya yakni 210. Selanjutnya, butir-butir soal
dijadikan dasar pengambilan keputusan yang memenuhi syarat dikompilasi menjadi
menentukan posisi relatif calon mahasiswa 90 buah butir untuk keperluan langkah
dalam kelompok normanya. berikutnya. Kriteria yang digunakan adalah
koefisien validitas butir. Butir yang
Tahap kedua, penyusunan tes. Draf tes memenuhi syarat, yakni butir soal yang
mengacu pada rekaan teoretis yang telah memiliki koefisien validitas butir lebih dari
dituangkan dalam kisi-kisi. Aspek bakat 0,32. Butir-butir soal ini, merupakan
skolastik dituangkan menjadi tiga subtes, perangkat tes bentuk awal, yang siap
yaitu subtes 1 penalaran verbal 30 butir, diujicobakan pada tahap uji coba kedua.
subtes 2 penalaran kuantitatif 25 butir, dan
subtes 3 penalaran analitis 20 butir Hasil uji coba tahap kedua selanjutnya
pernyataan verbal dan 25 butir figural. Tes dianalisis, direvisi, dan dikompilasikan
bakat skolastik dikembangkan menjadi 90 menjadi perangkat tes bentuk akhir, dan
butir soal. Setelah butir-butir tes bakat siap diadministrasikan untuk tujuan
skolastik ini disusun, dilakukan validasi pembakuan atau standarisasi, penyusunan
teoretik dalam bentuk penilaian 2 orang norma, dan sejenisnya. Uji coba tahap
pakar (judgment) bakat dan uji coba. Hasil kedua dilaksanakan pada kondisi yang
penilaiannya, dianalisis dengan teknik sebenarnya yakni pada seleksi mahasiswa
Gregory. Selanjutnya, dilakukan revisi baru Politeknik Negeri Bali melalui jalur
terhadap butir soal dan validasi empirik TBS tahun ajaran 2008/2009, melalui
melalui kalibrasi di lapangan. penggabungan ke 90 butir soal yang telah
dikompilasi dengan butir tes seleksi
Tahap ketiga, menentukan skala butir dan mahasiswa baru melalui jalur TBS.
penafsiran nilai. Skala atau skor penilaian
bakat skolastik menggunakan skor 0 dan Tahap keenam, kalibrasi tes di lapangan.
1. Bobot masing masing-masing aspek Kalibrasi pada tahap ini adalah pengujian
adalah sama yaitu 1. Kualitas bakat terhadap validitas konstruk. Pengujian
skolastik masing-masing responden dilakukan menggunakan analisis faktor
menggunakan berdasarkan norma ideal konfirmatory dengan bantuan program
SPSS. Langkah yang dilakukan, yaitu
Tahap keempat, menyamakan persepsi pemilihan variabel yang layak dianalisis

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 89
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
dengan memperhatikan korelasi matrik,
melakukan ekstraksi (extraction) dengan 3. Metode Pengumpulan Data dan
metode principle component, melakukan Instrumen
rotasi (rotation) faktor dengan metode Data yang diperlukan dalam penelitian
ortogonal atau varimax, dan persamaan berupa data tentang bakat skolastik
atau penafsiran faktor. Variabel yang layak responden, selanjutnya digunakan sebagai
dianalisis adalah variabel memiliki KMO > dasar menentukan penskalaan, validitas,
0,5. Untuk menentukan butir mana masuk reliabilitas, dan penormaan. Data
ke faktor yang mana dilihat dari tabel dikumpulkan melalui tes performan
component matrix. Banyaknya faktor maksimum ( performance maximun test)
terbentuk ditentukan berdasarkan berupa tes bakat skolastik. Tipe tes adalah
besarnya commulative percent yaitu lebih verbal dan non- verbal dalam bentuk objektif
besar dari 50%. dengan 5 pilihan jawaban. Tes ini
dikembangkan oleh peneliti dan
Tahap ketujuh, menghitung koefisien selanjutnya dikembangkan menjadi
reliabilitas. Perhitungan dilakukan dengan seperangkat tes bakat skolastik yang
memperhatikan interkorelasi antara skor terstandardisasi.
butir perolehan. Pengujian reliabilitas
menggunakan analysis-scale Alpha 4. Analisis Data
dengan paket program SPSS. Kriteria yang Pengujian validitas dilakukan dua kali, yaitu
digunakan reliabilitas tinggi untuk tes baku validitas isi dan validitas konstruk.
berkisar dari 0,8 sampai dengan 0,95 Pengujian validitas isi dilakukan melalui
pengujian teoretis oleh 2 orang judgment.
Tahap kedelapan, adalah skala dan Hasil pengujian dianalisis menggunakan
penormaan. Skala yang digunakan adalah teknik analisis validitas isi. Validitas
skala baku, yaitu T- skor dengan rata-rata konstruk diuji menggunakan analisis faktor.
baku dan standar deviasi yang diinginkan Kriteria penerimaan butir yang valid adalah
adalah 50 dan 10 . Rumus T-skor yang muatan faktor di atas 0,40. Artinya butir-
digunakan adalah sebagai berikut. butir yang memiliki muatan faktor kurang
dari 0,40 dinyatakan gugur atau tidak valid,
⎛X−X ⎞
T = 50 + 10⎜⎜ ⎟⎟ sedangkan banyaknya faktor terbentuk
⎝ Sx ⎠ ditentukan berdasarkan besarnya
commulative percent yaitu lebih besar dari
,
50 %.
dengan X, X dan Sx berturut-turut adalah
skor, rata-rata skor dan standar deviasi
Reliabilitas tes yang dihitung adalah
perolehan. Sedangkan norma yang
reliabilitas konsistensi internal dengan
digunakan adalah norma lokal, yakni
menghitung interkorelasi antara skor butir
bidang keahlian di lingkungan Politeknik
perolehan. Pengujian reliabilitas
Negeri Bali dan jurusan.
menggunakan analysis-scale Alpha
dengan paket program SPSS. Kriteria yang
Tahap kesembilan, adalah penafsiran hasil
digunakan mengacu pada pandangan
tes. Hasil tes diinterprestasi menggunakan
Gronlund, yaitu reliabilitas untuk tes baku
norma lokal. Batas penerimaan
berkisar antara 0,8 sampai dengan 0,95.
menggunakan batas lulus ideal batas
penerimaan adalah skor di atas X i + 0,25
SDi ( X i dan SD-i rata-rata dan standar
deviasi ideal). Bila situasi tertentu misalnya
D. HASIL PENELITIAN DAN
porsi untuk penerimaan melalui jalur TBS PEMBAHASAN
yang ditetapkan oleh lembaga tidak Tes Bakat Skolastik dikembangkan untuk
terpenuhi, batas penerimaan digunakan mengukur kualitas bakat skolastik calon
batas lulus purposif. Tahap keduabelas mahasiswa baru Politeknik Negeri Bali.
pengadministrasian tes bentuk akhir. Konstruk teoretis tes bakat skolastik

123
123
90 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
mencakup 3 aspek pengukuran, yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, dan penalaran analitis.
Penalaran verbal mencakup aspek kemampuan berfikir abstrak, generalisasi, dan konstruktif dengan
memahami konsep verbal. Penalaran kuantitatif meliputi aspek: kemampuan berpikir mengorganisasi

informasi untuk menyelesaikan masalah yang Barlrtlet”s Test sebesar 0,933. Nilai KMO
berkaitan dengan angka. Penalaran analitis menunjukkan lebih 0,5 nilai Barlrtlet”s Test
meliputi aspek kemampuan berpikir 62908,426 dan signifikan ,000. Namun, masih
mengevaluasi dan menyusun simpulan. ada 3 variabel memiliki nilai koefisein korelasi
Spesifikasi tes, sebagai berikut. Anti-image (Anti-image correlation) kurang dari
0,5, yaitu butir n6, n7, dan n19. Ketiga butir ini
Hasil analisis faktor, menunjukkan bahwa tidak memiliki kecenderungan mengumpul
sumbangan masing-masing faktor terhadap untuk membentuk faktor, sehingga dinyatakan
varian total ke 72 butir tes hampir relatif merata, tidak valid sebagai pembentuk faktor dan
yaitu: faktor 1 sebesar 9,66%, faktor 2 sebesar dikeluarkan atau dinyatakan gugur.
9,47%, faktor 3 sebesar 9,42 %, faktor 4
sebesar 8,7%, faktor 5 sebesar 6,26%, faktor Pengujian selanjutnya, menunjukkan bahwa
6 sebesar 5,5%, faktor 7 sebesar 5,1%, faktor nilai Kaiser Mayer Olkin dan Measure of
8 sebesar 4,9%, faktor 9 sebesar 4,43%, faktor Sampling Adequency pada kotak KMO dan
10 sebesar 4,24%, faktor 11 sebesar 3,71%, Barlrtlet”s Test sebesar 0,950. Nilai KMO
faktor 12 sebesar 3,69% faktor 13 sebesar menunnjukkan lebih 0,5 nilai Barlrtlet”s Test
2,72%, dan faktor 14 sebesar 2,48%. 64908,426 dan signifikan ,000. Semua butir
Kumulatif varian totalnya 80,29 %, artinya memiliki nilai koefisien Anti-image korelasi di
80,29 % variansi bakat skolastik dapat atas 0,5. Artinya, semua skor butir memiliki
dijelaskan oleh ke 14 faktor yang terbentuk. kecederungan untuk menggumpul dan
Angka ini termasuk cukup memuaskan karena cenderung membentuk faktor. Secara umum,
di atas 50% variansi variabel bakat skolastik instrumen ini dapat dinyatakan telah memenuhi
dapat dijelaskan oleh ke 14 faktor tersebut. syarat valid dan skor butir dapat dinyatakan
valid membentuk faktor-faktor bakat skolastik.
Untuk menentukan butir yang valid dilakukan Oleh karena itu, matrik korelasi ini cukup
rotasi menggunakan Extraction Method dijadikan dasar untuk analisis lebih lanjut.
Principal Component Analysis, dan Rotation
Method Varimax with Kaiser Normalization. Rotasi ortogonal atau varimax sebanyak 8 kali,
Rotasi dilakukan sebanyak hingga 8 kali. memberikan nilai total Initial Eigenvalues lebih
Kalibrasi tahap pertama memberikan hasil, dari 1 dibentuk oleh 14 faktor. Faktor yang lain
bahwa koefisien validitas isi menunjukkan 0,96. memiliki nilai total Initial Eigenvalues kurang
Kriteria khusus untuk tes distandardisasi nilai dari 1. Faktor ini tidak dapat menjelaskan
validitas isi harus ³ 0,9 ( Gable dalam Gregory, dengan baik dan dinyatakan tidak valid
2000: 97). Keseluruhan butir soal telah membentuk faktor (Ariyanto, 2005: 113).
memenuhi syarat untuk diuji coba. Diperoleh 14 faktor dinyatakan valid. Nilai
persentasi kumulatif total Initial Eigenvalues
Kalibrasi tahap kedua, uji persyaratan analisis sebesar 80,29 %. Nilai sebesar cukup besar
bahwa nilai Kaiser Mayer Olkin dan Measure dan terkategori sangat baik, karena terbukti
of Sampling Adequency pada kotak KMO dan lebih dari 50 % variabel bakat skolastik dapat

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 91
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
dijelaskan oleh ke 14 faktor yang terbentuk. reliabilitas lebih dari 0,70. Artinya, koefisien
Setiap butir memiliki muatan faktor di atas 0,4, reliabiltas tes sudah sangat tinggi dan
harga varians bersama (communality) faktor memenuhi syarat untuk tes terstandardisasi.
cukup tinggi dan paling rendah 0,4. Keadaan ini, sesuai dengan kriteria untuk
koefisien reliabilitas ter standardisasi yang
Identifikasi komponen faktor bakat skolastik, dinyatakan oleh Gronlund.
menunjukkan: (1) skor butir yang mengumpul
pada faktor f1, f2, f7, f11, dan f12 dinamakan Dari hasil kalibrasi tahap pertama dan kedua,
faktor penalaran verbal; (2) skor butir yang didapatkan seperangkat alat ukur (tes) bakat
mengumpul pada faktor f4, f5, f8, f10, dan f13 skolastik yang memenuhi syarat tes baku
dinamakan faktor penalaran kuantitatif; dan (3) (standarisasi). Dimensi pengukurannya
skor butir yang mengumpul pada faktor f3, f6, mencakup tiga faktor yaitu penalaran verbal,
f9, dan f13 dinamakan faktor penalaran analitis. kuantitatif, dan analitis. Bentuk tes adalah
Tetapi butir a23 (0,54), a28 (0.40), a34 (0.59), verbal dan nonverbal masing-masing 5 alternatif
a35 (0,40), dan n4 (0,53), n13 (0,59), dan masuk jawaban, terdiri dari 72 butir soal dan alokasi
ke indikator penalaran verbal. Butir a23, a28, waktu 135 menit. Tes terdiri dari 3 subtes, yaitu
a34, a35 merupakan variabel untuk mengukur subtes penalaran verbal 27 butir, subtes
penalaran analitis dan butir n4 dan n13 penalaran kuantitatif 19 butir, dan subtes
merupakan variabel untuk mengukur penalaran penalaran analitis 26 butir. Tes memiliki validitas
kuantitatif. konstruk dengan muatan faktor paling rendah
0,4 dan paling tinggi 0,917. Koefisien
Dilihat dari kecenderungannya, butir a23, a28, reliabilitasnya sangat tinggi, yakni 0,936.
a34, a35, dan n4, n13 berimplikasi dapat
digunakan untuk mengukur penalaran verbal Hasil uji penskalaan mendapatkan tidak ada
dan kuntitatif. Namun, secara konseptual perbedaan skor rata-rata antara kelompok Tata
(kostruk teori) membangun penalaran verbal, Niaga dengan kelompok Rekayasa. Artinya,
butir-butir ini tidaklah sesuai. Akibatnya, butir- skala dan norma untuk kedua kelompok
butir tersebut harus direvisi atau digugurkan. tersebut tidak perlu dibuat berbeda. Keadaan
Demikian pula dengan butir v10 (0,49) dan v26 ini disebabkan karena Tes bakat skolastik
(0,75) masuk ke faktor yang membangun merupakan tes untuk mengukur potensi
penalaran analitis. Tetapi kedua butir ini seseorang untuk belajar tetapi tidak terkait
merupakan variabel untuk mengukur indikator dengan pencapaian kurikulum, dan fasilitas
penalaran verbal. Jadi tidak sesuai dengan sekolah (Depdiknas 2001:2; Gronlund, 1981:
konstruk teori yang membangun penalaran 331, dan Cronbach ,1966: 29).
analitis. Butir-butir ini direvisi atau dinyatakan
gugur. Rata-rata dan standar deviasi ideal didapatkan
36 dan 12. Bakat Skolastik responden
Rata-rata kumunalitas penalaran verbal sebesar diklasifisikan menurut kriteria berikut.
0,78, penalaran kuantitatif sebesar 0,85, dan 48 <X < 72 → bakat tinggi
penalaran analitis sebesar 0,79. Ketiga faktor 24 <X < 48 bakat sedang
ini mempunyai muatan faktor substansial lebih 0 <X < 24 bakat rendah
dari 0,40, sehingga dapat dianggap mempunyai
satu faktor umum yang sama dan selanjutnya Batas penerimaan lulus 39. Artinya, calon
dinamakan faktor bakat skolastik. Oleh karena dapat dinyatakan diterima melalui TBS, bila
hasil analisis menunjukkan adanya mempemperoleh skor mentah di atas 39 atau
interkorelasi positif antara variabel penalaran di atas skor baku 48. Bila norma ini digunakan
(verbal, kuantitatif, dan analitis), maka temuan sebagai batas penerimaan, artinya calon
ini telah sesuai dengan konstruk teori bakat mahasiswa yang dinyatakan diterima melalui
skolastik (Depdiknas 2001: 2 ) jalur TBS adalah calon mahasiswa yang
memiliki bakat skolastik terkategori sedang.
Hasil pengujian reliabilitas mendapatkan Kondisi ini memberikan indikasi sangat baik
koefisien Cronbach’s Alpha 0,936. Setiap butir dalam upaya meningkat kualitas lulusan, bila
tes bakat skolastik memiliki koefisien mereka diberikan kesempatan pelatihan
secara kontinu dalam proses pembelajaran.
123
123
92 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Bila situasi tertentu misalnya porsi untuk aspek penalaran verbal, penalaran
penerimaan melalui jalur TBS yang ditetapkan kuantitatif, dan penalaran analisitis. Tes
oleh lembaga tidak terpenuhi, batas terdiri 72 butir dengan 5 alternatif jawaban.
penerimaan digunakan batas lulus purposif. Secara rinci spesifikasi tes adalah sebagai
Namun implikasinya, fungsi prediktor hasil tes berikut.
cenderung kurang akurat.

Penelitian ini memiliki berbagai


keterbatasan baik internal maupun
eksternal. Secara internal (validitas
internal), antara lain: (1) kalibrasi tes bakat
skolastik sebanyak 2 kali sehingga masih
diperlukan kalibrasi lanjutan untuk dapat
digunakan secara luas (nasional) sebagai
alat seleksi mahasiswa baru, (2) sulit
mendapatkan responden yang memiliki
homogenitas varians yang cukup memadai,
dari calon mahasiswa baru yang mendaftar
melalui jalur TBS dan tidak memungkinkan
mendapat ukuran sampel 540 orang, (3)
butir soal yang dikembangkan terlalu
sedikit, sehingga banyak butir soal yang
memenuhi kriteria tes terstandarisasi belum
memadai dengan alokasi waktu untuk
seleksi penerimaan mahasiswa baru.

Secara eksternal (validitas eksternal) antara


lain: (1) keterbatasan di lembaga pelaksanaan
uji coba tidak bisa dilakukan pada satu ruangan, 2. Saran
(2) koreksi hasil uji coba dilakukan oleh staf Berkaitan dengan hasil yang didapatkan pada
dosen yang ditunjuk sebagai panitia penelitian ini, beberapa saran dapat
penerimaan mahasiswa dari tahun 2008/2009) disampaikan, yaitu:
a. Pelaksanaan tes diharapkan pengikuti
Walaupun, penelitian ini memiliki berbagai prosedur yang ditetapkan pada petunjuk
keterbatasan, hasil penelitian ini telah dapat soal, 2)
memberikan indikasi awal bahwa standardisasi b. Pengembangan butir soal dapat dilakukan
tes bakat skolastik memiliki kontribusi positif dengan melakukan revisi terhadap butir
terhadap usaha peningkatan kualitas soal yang dinyatakan gugur pada kalibrari
mahasiswa yang akan diterima melalui jalur tahap kedua penelitian ini, karena secara
TBS. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teoretik keseluruhan butir sebanyak 210
optimal, dapat dilakukan kalibrasi lebih dari dua telah memiliki validitas sangat tinggi, yaitu
kali, dengan jumlah butir soal dan responden 0,936.
yang lebih banyak. c. Untuk mendapatkan calon mahasiswa
yang lebih berkualitas diharapkan
menggunakan batas lulus ideal, yakni
E. SIMPULAN DAN SARAN calon dinyatakan diterima bila memperoleh
skor di atas skor mentah 39 atau skor
1. Simpulan baku 48. Bila tidak memungkinkan dapat
Tes bakat skolastik yang terstandarisasi memenuhi kauta yang tetapkan oleh
sebagai alat seleksi mahasiswa baru kebijakan lembaga, sebaiknya
melalui jalur TBS di lingkungan Politeknik menggunakan kriteria penerimaan
Negeri Bali bertipe verbal dan nonverbal, kombinasi batas lulus ideal dengan
dengan dimensi pengukuran mencakup purposif.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 93
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
d. Kalibrasi butir tes dilaksanakan di Ebel, R.L. 1986. Essentials of Educational
Politeknik Negeri Bali dengan jumlah Measurement. Englewood Cliffh, New York:
butir dan responden yang sangat Prentice-Hill Inc.
terbatas, untuk dapat digunakan Fernandes, H.J.X. 1979. Contruction of An
secara luas diharapkan kepada pihak Achievement Test. Jakarta: Pusat Penelitian
lain untuk dapat melaksanakan BP3K.
kalibrasi lanjutan hingga lebih dari 2 Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and
kali dengan melibatkan responden Measurement. Jakarta: National Education
yang sesuai dengan ketentuan Planing, Evaluation and Curriculum
standardisasi tes, dan Development
e. Untuk mengetahui efektivitas tes Gronlund, Norman E. 1986. Measurement and
diharapkan dapat dilaksanakan Evaluation in Teaching. New York: Macmillan
penelitian lanjutan, untuk ada tidaknya Publishing co. Inc
secara signifikan perbedaan rata-rata Gable Robert K.1986. Intrumen Deveplopment in
hasil belajar mahasiswa yang diterima The Affective Domin. Boston, MA: Kluwer-
melalui jalur TBS dengan yang diterima Nijhoff Publishing
melalui jalur PMBT atau UMPN Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing:
History, Principles, and Aplications. Boston:
Allyn and Bacon.
DAFTAR PUSTAKA Kerlinger, Fred N. 2004. Asas-Asas Penelitian
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University
Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara. Press
Anastasi, Anne, Susana Urbina. 2003. Tes Maba, Wayan. 2004. “ Standardisasi Tes Bakat
Psikologi, Psychological Testing 7e, Edisi Musik”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Bahasa Indonesia Jilid 1, Alih Bahasa: Drs IKIP Negeri Singaraja No.2.TH. XXXVIII April
Robertus Hariono S. Iman, MA. Jakarta: PT 2004.
Prenhallindo Nunnally, Jum C. 1978. Psychometric Theory. New
Azwar, Saifuddin. 2001. Tes Prestasi: Fungsi dan York: McGraw-Hill Book Company
Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Nasoetion Hakim Andi. 1980. Landasan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Matematika. Jakarta: Bhatara Karya Akasara
Azwar, Saifuddin 2003. Penyusunan Skala Norrusis Marija J. 1988. SPSS/PC+ Advanced
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Statistic. Chicago: SPSS Inc
Ariyanto. 2005. Pengembangan Analisis Purwanto. 2004. “Analisis Faktor: Konsep,
Multivariate Dengan SPSS 12. Jakarta: Prosedur Uji, Dan Interpretasi”. Jurnal Teknodik
Selemba Infotek. Edesi VIII No. 15 Desember 2004
Barret, Jim. 2004. Advanced Aptitude Tests Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS
(Panduan Sukses Menghadapi Tes Bakat). Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Gramedia
Solo: Tiga Serangkai. Sukmadinata Nana Syaodih. 2003. Landasan
Bhuono, Agung, N. 2005. Strategi Jitu Memilih Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT
Metode Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.
CV. Andi Sudjana Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses
Cronbach, Lee, J. 1966. Essential of Psychological Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Testing. New York: Harper and Row Publisher. Rosdakarya
Depdiknas. 2001. “Tes Bakat Skolastik”. Dalam Suryabrata, Sumadi. 2002. Pengembangan Alat
Masa Depan. http://www.depdiknas.go.id/ Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
publikasi/Masadepan.html. diakses tgl 14 Surapranata, Sumartana. 2004. Analisis Validitas,
Februari 2006 Reliabelitas, dan Interprestasi Hasil Tes.
Darma, I Ketut. 2006. “Kontribusi Bakat Skolastik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Motivasi Berprestasi, dan Sikap Profesional
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa
Politeknik Negeri Bali”. Tesis . Singaraja:
Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja

uuuuuuuuuuuuu

123
123
94 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
MASIHK AH RELEV
MASIHKAH AN MODEL PENA
RELEVAN PENATTAR AN GURU SD
ARAN
MEL ALUI SIAR
MELALUI AN R
SIARAN ADIO PENDIDIK
RADIO AN?
PENDIDIKAN?
Oleh: Sudirman Siahaan*)

Abstrak

Penggunaan siaran radio untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran tidak hanya dikenal di
negara-negara berkembang saja tetapi juga di negara-negara maju. Indonesia sebagai salah satu
negara berkembang memanfaatkan siaran radio untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran
(education and instruction) di samping untuk kepentingan informasi (information) dan hiburan
(entertainment). Sekalipun teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah berkembang sedemikian
pesatnya, namun pada kenyataannya, siaran radio masih tetap dirasakan kebutuhan dan manfaatnya
oleh masyarakat luas. Program media siaran radio untuk pendidikan telah memiliki sejarah yang
panjang. Di bidang pendidikan masyarakat dikenal dengan adanya Radio Jawatan Pendidikan
Masyarakat pada tahun 1951. Selama Orde Baru, pemerintah dengan sangat gencarnya
memanfaatkan siaran radio untuk kepentingan masyarakat petani/pedesaan (Siaran Perdesaan).
Untuk kepentingan penataran guru, khususnya guru Sekolah Dasar (SD), dikenal dengan adanya
pendidikan dan pelatihan guru SD melalui siaran radio pendidikan (Diklat SRP Guru SD) yang
perintisannya dimulai pada tahun 1976. Pada awalnya, pemanfaatan siaran radio untuk kepentingan
penataran guru SD dimulai secara terbatas, yaitu di daerah persemaian, Yogyakarta dan Semarang.
Berdasarkan hasil evaluasi, Diklat SRP ini kemudian disebarluaskan ke 9 propinsi lainnya. Dengan
kebijakan otonomi daerah, pengelolaan penataran guru SD melalui siaran radio ini mengalami
pasang surut. Di beberapa propinsi, pemanfaatan siaran radio untuk penataran guru SD sudah
terhenti. Kemudian, seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini,
yang menjadi pertanyaan adalah “Apakah siaran radio masih relevan diselenggarakan untuk
kepentingan pelayanan pendidikan khususnya penataran guru SD?”. Tulisan ini diharapkan dapat
menjadi salah satu bahan pemikiran dalam upaya menghidupkan kembali pemanfaatan siaran
radio sebagai salah satu strategi penataran guru SD.

Kata-kata Kunci: siaran radio, strategi pembelajaran, bahan-bahan belajar, sumber belajar,
penataran guru

A. PENDAHULUAN

Penyelenggaraan perintisan pemanfataan 1968, “Education in Indonesia: Diagnosis of


siaran radio untuk penataran guru-guru SD the Present Situation with Identification of
didasarkan atas berbagai hasil penelitian dan Priorities Development”. Salah satu hasil yang
kajian. Salah satu di antaranya adalah yang dikemukakan di dalam penelitian LHS Emerson
dilaksanakan oleh LHS Emerson melalui ini adalah mengenai prioritas untuk
bantuan pendanaan dari UNESCO pada tahun pemanfaatan teknologi komunikasi, khususnya

*) Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd., adalah peneliti bidang pendidikan pada Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pendidikan (Pustekkom)-Departemen Pendidikan Nasional.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 95
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
siaran radio dan televisi dalam membantu setelah otonomi daerah ditingkatkan menjadi
memecahkan masalah-masalah pendidikan. Balai Tekkom sebagai UPTD Propinsi).

Perintisan pemanfataan siaran radio untuk Penyelenggaraan Diklat SRP Guru SD


penataran guru-guru SD dilakukan di Daerah merupakan satu inovasi yang dikembangkan
Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada oleh satu tim atau satuan tugas (Satgas) pada
tahun 1976 (Miarso dan Suhedi, 1984). Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP)
Program ini lebih dikenal dengan nama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan dan Pelatihan Guru Sekolah Dasar Satgas ini diberi tugas khusus untuk mengelola
melalui Siaran Radio Pendidikan (Diklat SRP program pengembangan dan pemanfaatan
Guru SD). Naskah program siaran teknologi komunikasi bagi kepentingan
dipersiapkan oleh suatu tim yang di dalamnya pengembangan pendidikan dan kebudayaan.
terdiri atas guru-guru SD yang telah dilatih di Satgas inilah yang selanjutnya lebih dikenal
bidang penulisan naskah siaran radio, tenaga dengan nama Satgas Teknologi Komunikasi
edukatif perguruan tinggi yang latar Pendidikan dan Kebudayaan (Satgas TKPK)
belakangnya sesuai dengan materi disipilin yang pada awalnya terdiri atas: Drs. Paul
ilmu yang akan dikembangkan, dan tenaga ahli Soerono, Drs. Sinwari Natakusumah, dan
yang berasal dari RRI dan non-RRI. Yusufhadi Miarso, M.Sc. Seiring dengan
perkembangan tuntutan, Satgas ini terus
Setahun setelah masa perintisan, model berkembang, baik dalam pengertian jumlah
penataran guru SD melalui siaran radio tenaga dan kompetensinya maupun kegiatan
pendidikan ditetapkan Menteri Pendidikan dan yang dilaksanakan.
Kebudayaan untuk disebarluaskan ke tujuh
propinsi lainnya. Degan demikian, Diklat SRP Salah satu produk fenomenal yang dihasilkan
Guru SD mencakup 9 propinsi, yaitu daerah- oleh Satgas TKPK ini adalah berdirinya suatu
daerah yang terpencil dan sulit, khususnya lembaga yang secara khusus menangani
Irian Jaya (sekarang Papua), Maluku, Sulawesi pengembangan dan pemanfaatan teknologi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, komunikasi untuk kepentingan pembangunan
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, D. I. pendidikan dan kebudayaan. Lembaga inilah
Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Yang menjadi yang selanjutnya bernama Pusat Teknologi
tujuan dari penyelenggaraan Diklat SRP Guru Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan
SD adalah menunjang pelaksanaan (Pustekkom). Pendirian Pustekkom ini
pembangunan pendidikan, khususnya didasarkan atas Keputusan Presiden Republik
peningkatan mutu pendidikan dasar dengan Indonesia Nomor 27 Tahun 1978 tertanggal 31
mengintegrasikan penerapan media dan Agustus 1978 (Miarso dan Suhedi, 1984a).
teknologi komunikasi secara terencana dan Karena kekhususannya, maka Pustekkom
terarah sebagai suatu sub sistem dalam pada awalnya berada langsung di bawah
pendidikan dasar. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan
secara teknis sehari-harinya dibina oleh Kepala
Kemudian, penyelenggaraan Diklat SRP Guru Badan Penelitian dan Pengembangan-
SD disebarluaskan lagi 2 propinsi lainnya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
yaitu (1) Nusa Tenggara Barat, dan (2) Nusa
Tenggara Timur. Sasaran program Diklat SRP Sebagai landasan operasionalisasi
Guru SD adalah para guru dan calon guru SD Pustekkom, Menteri Pendidikan dan
yang berada di daerah-daerah yang terpencil Kebudayaan menerbitkan Surat Keputusan
dan sulit. Untuk mengikuti Diklat SRP Guru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
SD ini, para guru dianjurkan untuk membentuk 0145/O/1979 tertanggal 30 Juni 1979 yang
kelompok-kelompok belajar. Masing-masing kemudian diperbaharui dengan Surat
kelompok belajar memilih Ketua, Sekretaris Keputusan Menteri Pendidikan dan
dan anggotanya. Setiap kelompok belajar Kebudayaan Nomor 0222g/O/1980 tertanggal
diwajibkan memberikan laporan pelaksanaan 11 September 1980. Melalui reformasi di
pemanfaatannya secara periodik ke Sanggar berbagai bidang, maka peraturan perundang-
Tekkom (yang semula adalah UPT Pusat, undangan yang terakhir melandasi

123
123
96 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
operasionalisasi Pustekkom adalah Surat penulis untuk mencoba melakukan kajian
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang apakah masih relevan model penataran
Nomor 23 Tahun 2005. guru SD melalui siaran radio pendidikan untuk
dihidupkan kembali sekalipun media elektronik
Materi Diklat SRP Guru SD disiarkan oleh 23 dan jaringan telah berkembang pesat.
stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), 17
Radio Pemerintah Daerah (RPD), dan 4 stasiun
radio swasta niaga. Penyiaran program Diklat B. KAJIAN LITERATUR DAN
SRP Guru SD didasarkan atas perjanjian PEMBAHASAN
kerjasama antara Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Departemen Penerangan. 1. Pemanfaatan Siaran Radio untuk
Untuk membantu para guru memanfaatkan Kepentingan Pendidikan dan
program Diklat SRP Guru SD, maka Pembelajaran
Pustekkom mengembangkan bahan penyerta Beberapa negara maju tidak hanya
tercetak dan didistribusikan ke semua memanfaatkan siaran radio untuk
Kelompok Belajar. Setiap tahunnya kepentingan domestiknya tetapi juga untuk
dikembangkan dan disiarkan sekitar 312 kepentingan masyarakat global. Sebagai
program. contoh adalah (a) Radio Australia (ABC),
Radio Inggris (BBC), dan Radio Amerika
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, (VOA) yang menjangkau masyarkat global
maka penyelenggaraan Diklat SRP Guru SD dengan menggunakan berbagai bahasa
sangat tergantung pada kebijakan masing- termasuk bahasa Indonesia.
masing Dinas Pendidikan dan Pemerintah
Daerah. Dewasa ini dapatlah dikemukakan Ketiga stasiun radio tersebut di atas, selain
bahwa sebagian besar daerah-daerah yang berfungsi untuk membelajarkan
semula berperanserta dalam penyelenggaraan masyarakat luas berbahasa Inggris, ketiga
Diklat SRP Guru SD telah mengambil stasiun radio ini juga menyajikan berita-
keputusan untuk menghentikan kegiatannya. berita terkini mengenai perkembangan atau
Yang tercatat sejauh ini bahwa daerah yang kemajuan yang terjadi di berbagai negara
masih aktif menyelenggarakan siaran radio termasuk kemajuan ilmu pengetahuan dan
untuk kepentingan pendidikan pada umumnya, teknologi. Tidak jauh berbeda dengan
maupun untuk peningkatan kemampuan para Radio Jepang (NHK) yang membelajarkan
guru SD pada khususnya adalah propinsi Jawa masyarakat global berbahasa Jepang dan
Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Radio Jerman (Deutche Welle, DW) yang
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). masyarakat global berbahasa Jerman,
kedua stasiun radio ini juga menyajikan
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, berbagai informasi sebagaimana yang
kiranya propinsi yang telah mempunyai Unit dilakukan ABC, BBC, dan VOA.
Pelaksana Teknis Daerah Balai Teknologi
Informasi dan Komunikasi (UPTD Balai Sehubungan dengan pemanfaatan siaran
Tekkom) dapat melakukan kajian ulang radio untuk kepentingan pendidikan/
mengenai kemungkinan pemanfaatan siaran pembelajaran, beberapa negara
radio sebagai salah satu upaya untuk sebagaimana yang dikemukakan Andrea
menunjang pembangunan pendidikan di Bosch telah memanfaatkan siaran radio
wilayahnya. Usulan ini didasarkan atas untuk kepentingan pembangunan di bidang
pertimbangan tentang potensi siaran radio itu pendidikan/pembelajaran (Bosch, 2002),
sendiri yang sangat strategis dan fasilitas yaitu:
pemanfaatannya juga sudah bersifat merakyat a. Lao PDR. Penggunaan siaran radio
(tidak sulit mendapatkan pesawat radio). Di melalui 3 stasiun radio pemerintah
samping itu, telah banyak tersedia tenaga yang daerah (1,5 jam setiap minggunya),
terlatih, baik di bidang pengembangan maupun surat kabar bulanan yang berisikan
pengelolaan program siaran radio pendidikan. materi pembelajaran, dan tutorial tatap
Kondisi yang demikian inilah yang menggugah muka yang dilaksanakan 2 kali

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 97
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
sebulan. Setiap program berlangsung masyarakat adalah bertujuan untuk
selama 30 menit dan mencakup 3 topik mendapatkan (a) informasi tentang
bahasan. Materi siaran mencakup perkembangan yang terjadi (berita), (b)
kesehatan dan nutrisi, keluarga hiburan, baik melalui musik atau obrolan-
berencana, pertanian dan peternakan, obrolan yang bersifat komedian, dan
usaha meningkatkan penghasilan, dan sandiwara atau drama radio, dan (3)
pendidikan anak (Shouvong, 2003). pengetahuan umum atau materi
b. Thailand. Pemerintah Thailand pada pembelajaran yang bersifat khusus
awalnya menggunakan siaran radio (information, entertainment, and
untuk kegiatan pembelajaran yang education).
ditujukan kepada para peserta didik
kelas 1 dan 2 SD, khususnya tentang 2. Pengalaman Indonesia
mata pelajaran matematika sejak Memanfaatkan Siaran Radio
tahun 1980. Materi siaran dalam bentuk untuk Penataran Guru SD
kaset audio dikirimkan kepada peserta Sekalipun teknologi informasi dan
didik yang tinggal di daerah komunikasi (TIK) sudah berkembang
pegunungan. sedemikian pesatnya, namun pada
c. Nikaragua. Siaran radio digunakan kenyataannya, siaran radio masih tetap
untuk membelajarkan peserta didik SD saja dirasakan manfaatnya oleh
kelas 1-3 di bidang pelajaran masyarakat luas. Beberapa contoh
matematika. Pemanfaatan siaran radio program siaran radio yang bernafaskan
pendidikan di Nikaragua ini dimulai pendidikan yang ternyata digemari
pada tahun 1974. Salah satu yang masyarakat luas antara lain adalah “butir-
dapat dicatat dari hasil pemanfaatan butir pasir di laut”, “tutur tinular”, “brahma
siaran radio untuk pelajaran kumbara”, “misteri gunung merapi”, dan
matematika ini adalah bahwa nilai “arya kamandanu”.
prestasi belajar peserta didik
meningkat dari 39% menjadi 65%. Di bidang pendidikan masyarakat dikenal
d. Ekuador. Siaran radio dimanfaatkan dengan adanya Radio Jawatan Pendidikan
untuk membantu orang dewasa dalam Masyarakat pada tahun 1951. Sesuai
pengembangan keterampilan berpikir dengan namanya, maka materi program
kritis mereka dan pengembangan yang disiarkan adalah mengenai
resolusi konflik bagi para remaja dan pendidikan masyarakat. Yang menjadi
anak-anak. Pemerintah Ekuador telah prioritas sasaran siaran ini adalah pelajar
memulai kegiatan pemanfaatan siaran demobilisan yang setelah selesainya
radio untuk kepentingan pendidikan ini perang kemerdekaan mengalami banyak
sejak tahun 1996. masalah, baik untuk kembali ke bangku
e. Bangladesh. Pemerintah Bangladesh sekolah maupun untuk menyesuaikan diri
menggunakan siaran radio yang dalam masyarakat. Siaran Radio Jawatan
ditujukan untuk pelajaran bahasa Pendidikan Masyarakat hanya bertahan
Inggris. Sasarannya adalah sekolah- selama 2 tahun disebabkan antara lain
sekolah yang berada di lingkungan karena kurang didukung oleh tenaga
pendidikan non-formal. Pemanfaatan terlatih yang memadai, pembinaan yang
siaran radio untuk pelajaran bahasa terus-menerus, dan bahan penyerta siaran
Inggris ini telah dimulai sejak tahun (Miarso, 1984).
1995.
Sedangkan untuk kepentingan penataran
Pemanfaatan siaran radio di Indonesia guru, khususnya guru Sekolah Dasar (SD),
sebagai salah satu negara berkembang dikenal dengan adanya pendidikan dan
ternyata tidak hanya dilakukan oleh pelatihan guru SD melalui siaran radio
masyarakat perdesaan saja tetapi juga pendidikan (Diklat SRP Guru SD) yang
dilakukan oleh masyarakat perkotaan. perintisannya dimulai pada tahun 1976.
Pemanfaatan siaran radio yang dilakukan Pada awalnya, pemanfaatan siaran radio

123
123
98 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
untuk kepentingan penataran guru SD pembelajaran dilaksanakan secara
dimulai penyelenggaraannya secara mandiri. Selain belajar mandiri, para guru
terbatas di propinsi D.I. Yogyakarta dan juga dituntut untuk mengikuti kegiatan
Jawa Tengah. Berdasarkan hasil evaluasi, tutorial tatap muka yang dilaksanakan
Diklat SRP Guru SD ini kemudian sekali seminggu atau 16 kali selama satu
disebarluaskan ke 7 propinsi lainnya . semester.
Program Diklat SRP Guru SD dikemukakan
oleh Isjoni bertujuan untuk meningkatkan Bagi para guru yang bertempat tinggal tidak
pengetahuan dan keterampilan profesional terlalu jauh dari pelaksanaan tempat
guru SD (Isjoni, 2005). tutorial setiap minggunya, tentunya tidak
terlalu sulit mengikuti kegiatan tutorial tatap
Memperhatikan kondisi para guru SD yang muka yang dilaksanakan setiap
bertugas di Irian Jaya yang pada awalnya minggunya. Tetapi bagaimana dengan para
belum semuanya memiliki ijazah Sekolah guru SD yang jauh dan sangat jauh atau
Pendidikan Guru (SPG), maka sulit geografisnya, baik dari lokasi
diselenggarakanlah kegiatan pemanfaatan perguruan tinggi maupun dari tempat
siaran radio yang bersifat khusus bagi penyelenggaraan tutorial tatap muka?
mereka. Kegiatan penataran ini disebut Tentunya mereka juga mempunyai hak
sebagai Kursus Pendidikan Guru melalui yang sama dengan rekan-rekan guru SD
Udara atau lebih dikenal dengan nama lainnya.
KPG Udara. Melalui keikutsertaan para
guru SD dalam KPG Udara, maka mereka Dalam rangka merespons “para guru yang
dimungkinkan untuk memperoleh kurang beruntung” karena keberadaan
persamaan ijazah SPG. mereka yang jauh atau sangat jauh dan
bahkan sulit geografisnya untuk dapat
Sesuai dengan tuntutan perkembangan secara teratur menjangkau perguruan tinggi
kebutuhan di mana kualifikasi pendidikan yang ada atau mendatangi tempat
minimal yang ditetapkan pemerintah untuk penyelenggaraan tutorial tatap muka, maka
menjadi guru SD adalah Diploma-II, maka dilakukanlah berbagai penyesuaian model
para guru SD yang ada dituntut untuk belajar jarak jauh yang diselenggarakan UT
meningkatkan kualifikasi pendidikannya. sehingga memungkinkan “para guru SD
yang kurang beruntung” ini tetap dapat
Ada beberapa pilihan yang tersedia bagi mengikuti pendidikan Diploma-II.
guru SD dalam meningkatkan kualifikasi
pendidikannya menjadi Diploma-II, yaitu (a) Melalui kerjasama dengan UT, Pusat
mengikuti pendidikan Diploma-II secara Teknologi Informasi dan Komunikasi
konvensional melalui perguruan tinggi yang (Pustekkom)-Departemen Pendidikan
terdekat dengan tempat tinggal, atau para Nasional mengembangkan sebuah
guru SD yang tidak memungkinkan program yang disebut “Program
mengikuti pendidikan Diploma-II secara Penyetaraan Diploma II Siaran Pendidikan”
konvensional, maka mereka dapat (b) (atau lebih dikenal dengan nama D-II SP).
mengikuti pendidikan Diploma-II melalui Bahan-bahan belajar yang dikembangkan
sistem belajar jarak jauh yang oleh UT yang berupa bahan belajar mandiri
diselenggarakan oleh Universitas Terbuka modul tetap menjadi bahan belajar utama
(UT). Sebagian guru mendapatkan bantuan para guru SD. Kegiatan tutorial tatap muka
beasiswa untuk menyelesaikan pendidikan setiap minggunya yang digantikan dengan
Diploma-II dan sebagian lagi membiayai kegiatan tutorial melalui siaran pendidikan
dirinya sendiri. (baik melalui siaran radio maupun melalui
media rekaman kaset video).
Para guru SD yang melanjutkan
pendidikannya melalui UT tidak perlu Berbagai failitas pemanfaatan media
meninggalkan tugas mengajar sehari-hari rekaman kaset video dan demikian juga
karena sebagian besar kegiatan dengan program VCD yang bersisikan

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 99
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
materi tutorial dibagikan kepada para guru Diklat SRP Guru SD sudah “mati suri” atau
melalui kelompok-kelompok belajar yang terhenti.
mereka bentuk sendiri. Pembentukan
Kelompok Belajar ini memperhatikan lokasi Apakah terhentinya kegiatan Diklat SRP
tempat tinggal para guru SD yang saling Guru SD akan berlangsung selamanya
berdekatan. Para guru SD yang berhasil ataukah hanya sementara saja karena
menyelesaikan pendidikan Diploma-II-nya, adanya peralihan pemerintahan dari Orde
baik melalui program Diploma-II Jarak Jauh Baru ke pemerintahan Reformasi. Atau,
maupun melalui Program D-II SP diberikan apakah terhentinya kegiatan Diklat SRP
ijazah yang sama. Guru SD juga dapat disebabkan oleh
karena persaingan yang ketat yang terjadi
Di sisi lain, para guru SD yang mengikuti dengan perkembangan/kemajuan teknologi
program Diklat SRP Guru SD secara teratur informasi dan komunikasi (media televisi
dan berhasil dalam mengikuti evaluasi yang dan jaringan) dewasa ini.
diselenggarakan setiap semester, maka
kepada mereka diberikan sertifikat. Apabila dikatakan kegiatan Diklat SRP
Sertifikat yang diperoleh para guru ini diakui Guru SD telah “mati suri”, maka yang
angka kreditnya. Artinya, apabila mereka menjadi pertanyaan adalah apakah masih
melanjutkan pendidikannya untuk relevan untuk menghidupkan kembali
mendapatkan Diploma-II, maka tidak kegiatan pemanfaatan siaran radio untuk
semua mata kuliah yang ditawarkan itu kepentingan penataran guru SD secara
harus mereka tempuh. Artinya, mereka khusus atau untuk kepentingan
terbebas dari sebagian mata kuliah. pembelajaran peserta didik pada
umumnya.
Sebagai ilustrasi, berdasarkan dokumen
yang diterbitkan Pustekkom, bahwa pada Kemudian, seiring dengan perkembangan
tahun 1978 terdapat 70.000 orang guru yang terjadi dewasa ini, maka yang
yang bergabung di dalam Kelompok menjadi pertanyaan adalah “Apakah siaran
Belajar Diklat SRP Guru SD. Jumlah radio masih relevan diselenggarakan untuk
peserta Diklat SRP Guru SD berkembang kepentingan pelayanan pendidikan
menjadi 90.000 guru SD pada tahun 1981. khususnya penataran guru SD?”. Tulisan
Pada tahun anggaran 1984/1985, program ini diharapkan dapat menjadi salah satu
Diklat SRP Guru SD diperluas ke 3 propinsi bahan pemikiran dalam upaya
lainnya sehingga keseluruhan jumlah menghidupkan kembali pemanfaatan
propinsi yang berperanserta dalam siaran radio sebagai salah satu strategi
penyelenggaraan Diklat SRP Guru SD penataran guru SD. Untuk mendapatkan
adalah 14 propinsi (Miarso dan Suhedi, jawaban yang obyektif, kiranya perlu
1984). dilakukan kegiatan penelitian.

Sampai dengan era sebelum berakhirnya 3. Kajian terhadap Pemanfaatan


pemerintahan Orde Baru atau era Siaran Radio bagi Penataran
diberlakukannya otonomi daerah, program Guru Sekolah Dasar
Diklat SRP Guru SD telah dilaksanakan di Pada suatu waktu, penulis bertemu dengan
21 propinsi dengan melibatkan 23 stasiun 2 orang guru wanita setengah baya yang
pemancar Radio Republik Indonesia (RRI), bertugas di daerah perdesaan yang jauh
17 Radio Pemerintah Daerah (RPD), dan dari ibukota kecamatan di propinsi yang
4 Radio Swasta Niaga. Namun dengan berbeda. Seorang ibu guru sedang dalam
diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, perjalanan pulang ke tempat tugas
maka pengelolaan penataran guru SD (Kalimantan Barat) setelah cuti pulang
melalui siaran radio ini mengalami pasang kampung (Jawa Tengah). Ibu guru
surut. Kegiatan Diklat SRP Guru SD akhir- membawa beberapa bagasi yang cukup
akhir ini tidak terdengar lagi. Dengan besar. Ketika penulis menanyakan apa
singkat dapat dikatakan bahwa kegiatan isinya, penulis terkesima sesaat sebab

123
123
100 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
sebagian besar isinya dikemukakan sang penataran yang telah mereka dengarkan
ibu guru adalah bahan cetakan yang buku- sebelumnya. Ditekankan oleh ibu guru
buku (baik untuk kepentingan siswa bahwa siaran radio pendidikan merupakan
maupun para guru). sumber belajar yang mudah mereka akses
dan materi siarannya mereka akui
Dikemukakan lebih lanjut oleh ibu guru bermanfaat bagi dalam membelajarkan
bahwa sangat sulit bagi mereka untuk para peserta didiknya. Disesalkan
mendapatkan bahan-bahan bacaan di mengapa program yang bermanfaat
tempat mereka bertugas sebagai guru SD tersebut tidak dilanjutkan setelah otonomi
karena tidak tersedia. Itulah sebabnya, daerah.
dengan bersusah payah, sang ibu guru
dengan penuh semangat membawa bahan- Pertemuan penulis dengan kedua orang ibu
bahan bacaan dalam perjalanan kembali guru tersebut di atas mengisyaratkan
ke tempat tugas setelah pulang mudik ke bahwa sumber belajar bagi para guru dan
Jawa. Sekalipun membawa beban yang peserta didik yang berada di daerah-daerah
relatif berat dan merepotkan menurut perdesaan yang jauh atau sulit,
penulis, tetapi tiada tampak sedikitpun perbatasan, dan di daerah terpencil sangat
terlintas di wajah sang ibu guru tentang dibutuhkan. Salah satu sumber belajar
beban berat yang dibawanya; tetapi yang sangat memungkinkan untuk
sebaliknya, justru keceriaan yang dijangkau oleh kelompok masyarakat
terpancar/diperlihatkan ibu guru selama perdesaan, perbatasan dan yang terpencil
percakapan. adalah siaran radio. Mengapa?

Pada waktu yang berbeda, penulis bertemu Indonesia sebagai negara kepulauan,
dengan seorang ibu guru setengah tua di masalah transportasi antar daerah untuk
salah satu propinsi yang pernah sebagian wilayah (terutama wilayah timur)
menyelenggarakan pemanfaatan siaran dapat dikatakan masih perlu terus-
radio pendidikan untuk penataran guru- menerus ditingkatkan. Selain biaya tinggi,
guru SD (Diklat SRP Guru SD). Sang ibu keterbatasan ketersediaan jenis sarana
mengemukakan bahwa dengan adanya transportasi, tentunya juga faktor waktu
Diklat SRP Guru SD, sang ibu guru dan tempuh yang relatif lama di samping
teman-temannya mereka sangat terbantu kondisi cuaca yang sewaktu-waktu sangat
dalam mengelola kegiatan belajar- berpengaruh menjadi masalah tersendiri
mengajar selama beberapa tahun. Mereka dalam penduduk.
secara individual mendengarkan siaran
radio pada sore hari di tempat mereka Oleh karena itu, mobilitas secara fisik
masing-masing. dalam menunjang kegiatan pendidikan/
pembelajaran mungkin tidak harus selalu
Diuraikan sedikit lebih rinci oleh ibu guru dikedepankan, tetapi penyampaian pesan-
bahwa pada saat istrahat yang pertama di pesan (materi) pendidikan/ pembelajaran
sekolah, sang ibu guru bersama teman yang perlu mendapat perhatian lebih.
guru lainnya berkesempatan untuk Dalam kaitan ini, keberadaan siaran radio
mendengarkan program penataran guru akan sebagai salah satu sumber belajar
melalui siaran radio pendidikan (durasi yang mempunyai beberapa potensi yang
program siaran berkisar antara 15-20 perlu menjadi pertimbangan dalam upaya
menit). Sang ibu guru mendengarkan untuk memanfaatkannya kembali bagi
program siaran radio pendidikan melalui kepentingan pendidikan pada umumnya
stasiun RRI setempat. dan penataran guru-guru SD pada
khususnya.
Kemudian dituturkan oleh ibu guru bahwa
selama istrahat kedua, apabila keadaan Persebaran SD dan keberadaan para
memang memungkinkan, beberapa di gurunya yang sebagian besar berada di
antara guru mendiskusikan materi daerah perdesaan (sekitar 70% penduduk

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 101
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Indonesia berada di daerah perdesaan), siaran radio pendidikan menjadi pilihan
maka ada beberapa hal yang dapat yang strategis bagi mereka untuk
dikemukakan yaitu sebagai berikut: secara terus-menerus meningkakan
a. Adanya hambatan dalam kapabilitas diri mereka.
pengangkatan guru untuk ditempatkan
di daerah perdesaan. Keadaan yang Kemudian, pada bagian berikut ini akan
demikian ini dapat mengakibatkan dikemukakan beberapa potensi atau
adanya SD yang hanya dikelola oleh kelebihan yang dimiliki radio yaitu:
guru yang jumlahnya terbatas. a. Dapat dimanfaatkan di mana saja,
Terkendala dengan sulitnya sarana tidak harus stasioner atau terikat di
transportasi mengakibatkan sulitnya tempat tertentu. Dengan kemasan
mendapatkan bahan-bahan bacaan yang ringan sehingga dapat dibawa
yang diperlukan, baik untuk kemana-mana dan sumber tenaga
kepentingan para guru terlebih lagi yang tidak harus terikat dengan tenaga
untuk kepentingan belajar para peserta listrik, maka seorang guru dapat
didik. Kemungkinan sangat sedikit memanfaatkannya di mana dan kapan
jumlah Kepala Sekolah atau guru yang saja sesuai dengan keberadaannya.
mau bersusah-payah mencari dan Kelebihan media siaran radio yang
membawa bahan-bahan bacaan dari fleksibel ini akan sangat
daerah perkotaan sewaktu ada memungkinkan setiap guru dalam
kesempatan pulang mudik misalnya. keberadaannya untuk memanfaatkan
siaran radio bagi kepentingan
b. Sekalipun sudah diterapkan kebijakan peningkatan kapabilitasnya maupun
pemerintah tentang “Listrik Masuk secara tidak langsung untuk
Desa”, namun belum semua sekolah kepentingan pembelajaran para
atau rumah yang terdapat di daerah peserta didiknya (mobile/portable).
pedesaan yang jauh, sangat jauh,
terpencil atau di daerah perbatasan b. Dapat dioperasikan dengan mudah
yang mendapatkan sambungan sehingga masing-masing guru tidak
sumber tenaga listrik. Keadaan yang membutuhkan seseorang untuk
demikian ini menjadi kendala dalam membantu memanfaatkannya atau
memanfaatkan fasilitas/peralatan tidak memerlukan pelatihan khusus
untuk menunjang kegiatan untuk dapat memanfaatkannya
pembelajaran yang menggunakan (simplicity in operation).
sumber tenaga listrik. Pesawat radio
menjadi alternatif yang potensial untuk c. Dapat dimanfaatkan secara serempak
digunakan bagi kepentingan kegiatan dalam cakupan sasaran yang luas.
pembelajaran, baik yang ditujukan bagi Program pendidikan/pembelajaran
kepentingan guru SD maupun peserta yang dikemas dalam kualitas yang
didiknya. sama dapat diikuti oleh banyak guru
dalam waktu yang bersamaan sesuai
c. Masih terbatasnya kesempatan atau dengan radius stasiun pemancar yang
peluang yang sampai kepada para digunakan (simultenously at large
guru SD yang berada di daerah coverage).
perdesaan yang jauh, sangat jauh atau
terpencil untuk dapat mengikuti d. Dapat dijangkau dengan relatif mudah
kegiatan penataran yang dilaksanakan dan murah oleh masyarakat luas
secara tatap muka, baik di tingkat pengadaannya sehingga tidak
propinsi terlebih lagi di tingkat nasional. diperlukan lagi pengalokasian
Walaupun menjadi hal yang langka anggaran pemerintah untuk
untuk mendapat kesempatan pengadaannya. Dengan demikian, para
mengikuti penataran secara tatap guru dapat secara langsung
muka, maka model penataran melalui berperanserta dalam kegiatan

123
123
102 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
pemanfaatan siaran radio untuk propinsi, unit kerja yang demikian ini
kepentingan peningkatan kapabilitas telah ada yaitu Unit Pelaksana Teknis
dirinya masing-masing (easily Daerah (UPTD) Balai Teknologi
purchased and affordable). Informasi dan Komunikasi Pendidikan
(Balai Tekkom) atau dengan nama
e. Dapat dikemas oleh tenaga terlatih lainnya. Beberapa tenaga yang bekerja
yang tersedia. Dengan banyaknya di UPTD Balai Tekkom ini sudah
tenaga yang dihasilkan oleh lembaga- mendapatkan pelatihan dalam
lembaga pendidikan di bidang perencanaan pengembangan program
penyiaran (broadcasting) di satu sisi siaran, penulisan naskah, dan
dan banyaknya stasiun-stasiun siaran produksi naskah.
radio yang beroperasi, maka
pengemasan materi siaran yang Apabila memang dinilai masih
bermuatan pendidikan/pembelajaran diperlukan penyelenggaraan pelatihan
bukan lagi suatu pekerjaan yang sulit yang relevan, maka Pusat Teknologi
dilakukan. Para guru yang berprestasi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
dapat diberikan pelatihan khusus (Pustekkom) Departemen Pendidikan
sehingga memiliki kemampuan untuk Nasional akan menyediakan bantuan
merancang dan mengembangkan tenaga ahlinya. Keberadaan dan
naskah siaran (availability of pengembangan karier staf UPTD Balai
expertise). Tekkom akan lebih terarah dengan
telah diundangkannya Peraturan
Memperhatikan beberapa kelebihan yang Menteri Negara Pendayagunaan
melekat pada media siaran radio seperti Aparatur Negara (Menpan) tentang
tersebut di atas di samping pesawat radio Jabatan Fungsional Pengembang
bukan lagi barang mewah karena harganya Teknologi Pembelajaran di mana
relatif terjangkau (sudah memasyarakat) Departemen Pendidikan Nasional
dan dapat diperoleh dengan mudah di sebagai insitusi pembinanya.
pasaran, pengoperasiannya yang relatif
mudah, tidak menuntut ketersediaan b. Bagi propinsi yang belum memiliki
tenaga listrik, maka adalah tepat untuk UPTD Balai Tekkom, perlu dilakukan
merencanakan kembali pemanfaatan penjajakan untuk pendiriannya.
siaran radio sebagai salah satu sumber Prosedur dan penyiapan dokumen
belajar bagi penataran para guru-guru SD. (naskah akademik) yang diperlukan,
dapat bekerjasama dengan propinsi
Sekalipun telah dikemukakan beberapa lainnya yang telah lebih dahulu berhasil
faktor pertimbangan yang perlu mendapat mendirikan UPTD Balai Tekkom.
perhatian dalam melakukan kembali
perencanaan pemanfaatan siaran radio bagi c. Perencanaan pengembangan program
kepentingan penataran guru-guru SD, siaran, penulisan naskah, dan
namun ada beberapa faktor penting juga produksi program siaran, apabila
yang kiranya perlu mendapatkan perhatian semuanya harus dilakukan dari awal,
dalam perencanaan dan pelaksanaan maka diperlukan waktu sekitar 2-3
pengelolaan penyelenggaraan siaran radio tahun. Waktu untuk memulai kembali
pendidikan untuk penataran guru-guru SD penyelenggaraan siaran radio
dan untuk kepentingan pendidikan pada pendidikan tentunya akan dapat lebih
umumnya, yaitu: dipersingkat apabila berbagai espertise
a. Adanya unit kerja yang memang dan sarana dan prasarana yang
diberikan mandat (tugas dan fungsinya) tersedia dapat dioptimalkan.
untuk mengelola penyelenggaraan Pengembangan kerjasama dengan
pemanfaatan siaran radio pendidikan berbagai institusi yang relevan akan
untuk penataran guru SD. Di beberapa mendukung keterlaksanaan
penyelenggaraan siaran radio

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 103
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
pendidikan, baik untuk pentaran guru- c. Sebagian besar propinsi telah
guru SD maupun untuk kepentingan berpengalaman mengelola
pendidikan pada umumnya. Khusus penyelenggaraan siaran radio
untuk penataran guru SD, materi siaran pendidikan, baik untuk kepentingan
haruslah mengacu pada kebijakan penataran guru-guru SD maupun untuk
pemerintah di bidang peningkatan pemberdayaan masyarakat
kompetensi, kualifikasi, dan sertifikasi. perdesaan. Pengalaman pengelolaan
ini dapat menjadi modal dasar bagi
daerah dalam merencanakan dan
C. PENUTUP melaksanakan pengelolaan
pemanfaatan saran radio pendidikan
1. Kesimpulan untuk penataran guru-guru SD dan
Berdasarkan pembahasan tentang masih untuk kepentingan pendidikan pada
relevan tidaknya pemanfaatan siaran radio umumnya.
untuk penataran guru-guru Sekolah Dasar, d. Guru-guru SD yang berada di daerah
maka kesimpulan yang dapat perdesaan yang jauh, sangat jauh,
dikemukakan adalah bahwa terpencil atau di daerah perbatasan
penyelenggaraan siaran radio untuk mengalami kesulitan mendapatkan
penataran guru-guru SD dan pendidikan berbagai sumber belajar untuk
pada umumnya masih relevan. Beberapa peningkatan kualitas diri mereka.
pertimbangannya adalah sebagai berikut: Terlebih lagi mendapatkan sumber
a. Siaran radio masih tetap dirasakan belajar untuk kepentingan para peserta
manfaatnya oleh masyarakat luas didik yang menjadi tanggung jawab
sekalipun teknologi informasi dan pembinaan mereka. Guru-guru SD
komunikasi (TIK) sudah berkembang yang telah pernah mengalami
sedemikian pesatnya. Tidak hanya pemanfaatan siaran radio pendidikan
dimanfaatkan di lingkungan untuk penataran guru-guru SD
masyarakat perdesaan, tetapi juga di menyatakan bahwa mereka tidak perlu
lingkungan masyarakat di perkotaan. meninggalkan tempat tugas untuk
Keberadaan SD yang sebagian besar mendapatkannya melainkan sumber
di daerah perdesaan dan demikian juga belajarlah yang mendatangi mereka.
dengan beradaan para gurunya di Kehadiran siaran radio pendidikan
samping aspirasi masyarakat untuk sebagai salah satu sumber belajar akan
mendengarkan siaran radio, maka sangat membantu para guru SD
upaya untuk menyelenggarakan mengembangkan potensi dirinya dan
pemanfaatan siaran radio bagi para sekaligus juga dalam membelajarkan
guru SD dan masyarakat pada peserta didiknya.
umumnya menjadi sangat relevan
(kondisi yang kondusif). 2. Saran-saran
b. Pengalaman di bidang pengembangan Berdasarkan kesimpulan yang telah
program siaran radio untuk dikemukakan di atas, maka berikut ini
kepentingan pendidikan masyarakat diajukan beberapa saran dalam
sejak tahun 1951 (penyelenggaraan implementasi pemanfaatan siaran radio
Radio Jawatan Pendidikan untuk pentaran guru SD dan untuk
Masyarakat) dan kemudian dilanjutkan kepentingan pendidikan pada umumnya:
dengan pengembangan program siaran a. Sosialisasi rencana penyelenggaraan
radio untuk penataran guru-guru pemanfaatan siaran radio pendidikan
Sekolah Dasar (SD) sejak tahun 1976 untuk penataran guru-guru SD perlu
dapat dijadikan sebagai modal dasar dilakukan agar para guru khususnya,
memulai kembali penyelenggaraan dinas pendidikan dan instansi lainnya
siaran radio pendidikan untuk di bidang pendidikan telah mengetahui
penataran guru SD dan untuk informasinya dan mempunyai
kepentingan pendidikan pada kesiapan untuk mendukung
umumnya. keterlaksanaan programnya. Dalam

123
123
104 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
kaitan ini, perlu juga dirumuskan apa KEPUSTAKAAN
yang akan menjadi konsekuensi dari
para guru yang berhasil mengikuti Bosch, Andrea. (2002). Interactive Radio
kegiatan penataran melalui siaran radio Instruction: Twenty-three Years of Journal
pendidikan (misalnya berupa angka Improving Educational Quality, dalam
kredit). Siahaan, Sudirman (2003). “Pemanfaatan
Radio Instruksional Interaktif Untuk Menunjang
b. Kegiatan yang secara periodik perlu Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran”,
dilakukan setelah penyelenggaraan Jurnal PTJJ Universitas Terbuka Volume 4 No.:
penataran melalui siaran radio 1 Maret 2003
pendidikan adalah pemantauan dan Habib, Zamris, (1984). “Siaran Radio Pendidikan
pembinaan para guru sehingga untuk Penataran Guru-guru Sekolah Dasar”
berbagai kesulitan dan harapan para dalam Haryono, Anung (eds.). Teknologi
guru dapat dengan teratur direspons Komunikasi Pendidikan: Pengertian dan
pengelola. Pengembangan database Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Pusat
para guru yang menjadi peserta Teknologi Komunikasi Pendidikan dan
penataran melalui siaran radio Kebudayaan.
pendidikan adalah juga kegiatan yang Isjoni. (2005). Mendayagunakan Teknologi
turut menentukan keberhasilan Pengajaran. Pekanbaru: UNRI Press.
pengorganisasian peserta. Acara Miarso, Yusufhadi. (1984). “Pendidikan Melalui
kontak dengan peserta juga akan dapat Radio: Apa yang Dapat Disampaikan?” dalam
meningkatkan motivasi para guru Haryono, Anung (eds.). Teknologi
untuk teratur mengikuti kegiatan Komunikasi Pendidikan: Pengertian dan
penataran yang dilaksanakan. Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Pusat
c. Penjajakan kerjasama dengan stasiun Teknologi Komunikasi Pendidikan dan
radio setempat untuk penyiaran Kebudayaan.
program perlu dilakukan sehingga pada Miarso, Yusufhadi dan Suhedi, (1984).
saat akan dimulainya kegiatan “Perkembangan Kelembagaan Pusat Teknologi
penataran guru SD melalui siaran radio Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan”
atau untuk kepentingan pendidikan dalam Haryono, Anung (eds.). Teknologi
pada umumnya, maka stasiun Komunikasi Pendidikan: Pengertian dan
pemancar sudah dalam keadaan siap Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Pusat
(diperlukan adanya naskah Teknologi Komunikasi Pendidikan dan
kerjasama). Kebudayaan.
d. Salah satu unsur yang penting dalam Miarso, Yusufhadi dan Suhedi, (1984a). “Peranan
penyelenggaraan siaran radio dan Fungsi Pusat Teknologi Komunikasi
pendidikan sebagaimana yang telah Pendidikan dan Kebudayaan” dalam Haryono,
diperlihatkan oleh beberapa negara Anung (eds.). Teknologi Komunikasi
adalah ketersediaan bahan-bahan Pendidikan: Pengertian dan
cetakan yang bersifat mendukung Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Pusat
(supporting printed materials) materi Teknologi Komunikasi Pendidikan dan
siaran. Dengan dukungan teknologi Kebudayaan.
internet, pengadaan dan pengiriman Shouvong, Chaleun. (2003). Experiences and
bahan-bahan cetakan penunjang Best Practices: A Case of Distance
materi siaran dapat dilakukan oleh Education in Addressing Quality and Equity
masing-masing daerah (kabupaten/ in the Lao PDR, makalah yang disajikan pada
kota). Bahan-bahan cetakan ini akan A two-day Regional Seminar, jointly organized
memfasilitasi para guru untuk by SEAMOLEC and Muhammadiyah University
memanfaatkan siaran radio of Surakarta di Solo, November 2003.
pendidikan.

uuuuuuuuuuuuu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 105
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
STR
STRAATEGI PEMBEL AJAR
PEMBELAJAR AN UNTUK KEGIA
AJARAN KEGIATTAN PENDIDIK AN
PENDIDIKAN
DAN PEL ATIHAN (DIKL
PELA (DIKLAAT) PENULIS AN NASK
PENULISAN AH
NASKAH
PROGR AM TELEVISI /VIDEO PEMBEL
PROGRAM AJAR
PEMBELAJAR AN
AJARAN
Oleh: Waldopo *)

Abstrak

Mendidik seseorang untuk menjadi penulis naskah/skenario program televisi /video pembelajaran
memerlukan strategi tersendiri, karena menulis naskah/skenario untuk program tersebut disamping
harus menguasai materi pembelajarannya juga dituntut untuk memiliki rasa seni (sense of art)
yang tinggi. Seorang penulis naskah/ skenario program video pembelajaran dituntut untuk mampu
berimaginasi sehingga ia bisa membayangkan setting ataupun visual apa saja yang akan ditampilkan,
narrasi atau penjelasan yang akan diucapkan serta suara-suara lain (seperti sound effect, musik
ataupun lagu) yang akan mengiringi setiap visual yang ditampilkan, sehingga menjadi sebuah sajian
yang mendidik sekaligus menarik.. Dengan kata lain penulis dituntut untuk mampu menuangkan
ide-ide nya dalam bentuk visual berikut narrasinya yang akan diproduksi dalam bentuk program
video/televisi pembelajaran. Agar kegiatan Diklat dapat berhasil dengan baik, dibutuhkan strategi
pembelajaran tersendiri. Salah satu strategi yang harus diperhatikan adalah membuat peserta
Diklat ikut terlibat (involve) dalam mengembangkan ide-ide kreatifnya. Instruktur bukan hanya dituntut
untuk pandai menyampaikan materi Diklat, tetapi juga dituntut untuk pandai membuat peserta
Diklat terlibat aktif (involve) di dalamnya, sehingga peserta Diklat menjadi enjoy dan terinspirasi
untuk menemukan ide-ide yang akan divisualkan. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada Diklat ini yaitu: memberi kesempatan kepada
peserta Diklat untuk aktif mengemukakan ide-ide kreatifnya, jangan memaksakan gaya (style)
penulisan tertentu kepada peserta Diklat tetapi kewajiaban instruktur adalah mengarahkan gaya/
style dari masing-masing peserta Diklat ke arah yang lebih baik. menerapkan berbagai metode
pembelajaran dan mendorong terjadinya sebuah teamwork yang baik.

Kata kunci: Strategi pembelajaran, pendidikan dan pelatihan (Diklat), skenario program televise/
video pembelajaran dan style penulisan.

*) Drs. Waldopo, M.Pd., adalah tenaga peneliti pada Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan,
Departemen Pendidikan Nasional.

123
123
106 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
A. PENDAHULUAN Untuk menjaga keberlangsungan siaran
TVE selama 24 jam sehari diperlukan
1. Latar belakang program-progam video/program siaran
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan televisi yang tidak sedikit jumlahnya.
Nasional (Permendiknas) Nomor 38 Tahun Program-program tersebut disamping
2008 tentang pengelolaan TIK (Teknologi sifatnya mendidik juga harus menarik,
Informasi dan Komunikasi) di lingkungan sehingga program siaran TVE sekaligus
Departemen Pendidikan Nasional, maka bisa menjadi sarana hiburan (edutainment)
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi para pemirsanya. Karena kebutuhan
Pendidikan (Pustekkom) ditunjuk sebagai suplay materi program yang tidak sedikit
instansi yang bertanggung jawab dalam jumlahnya, maka diperlukan SDM yang
pengelolaan TIK di lingkungan Departemen mahir menulis naskah/skenario program
Pendidikan Nasional. Termasuk di televisi/video.
dalamnya adalah TIK yang dimanfaatkan
untuk kepentingan Pendidikan/ Oleh karena itu secara berkesinambungan
Pembelajaran. dibututuhkan adanya sebuah usaha untuk
memberikan pelatihan kepada para calon
Tugas dan fungsi Pustekkom sebelumnya penulis naskah/skenario program televisi/
diatur melalui SK Menteri Pendidikan dan video pembelajaran. Agar pelaksanaan
Kebudayaan nomor 0222g Tahun 1978, dan pelatihan dapat berlangsung secara effektif
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dan effisien maka diperlukan sebuah
nomor 23 Tahun 2005 Tentang Organisasi strategi pembelajaran tertentu dalam
dan Tata Kerja Pusat-Pusat di lingkungan pelaksanaannya.
Departemen Pendidikan Nasional.
Untuk kepentingan ini, penulis selaku tim
Sebagai lembaga yang bertugas dalam penulis naskah/skenario program video
mendaya gunakanTIK untuk pendidikan, pembelajaran yang sekaligus juga ditugasi
Pustekkom mengembangkan berbagai sebagai instruktur ataupun pembimbing
program kegiatan diantaranya adalah dalam kegiatan Diklat penulisan naskah
Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas), program video/siaran televisi pendidikan
Siaran Radio Pendidikan, dan Siaran ingin menyampaikan sebuah karya tulis
Televisi Edukasi. Televisi Edukasi (TVE) ilmiah yang didasarkan hasil pengalaman
adalah sebuah stasiun televisi digital yang tentang strategi pembelajaran yang dirasa
dibangun Pustekkom untuk memberikan effektif untuk memberikan Diklat tentang
layanan pendidikan/pembelajaran, Penulisan Naskah Program Siaran Televisi/
informasi maupun hiburan yang mendidik Video Pembelajaran.
kepada seluruh warga masyarakat yang
memerlukan. 2. Perumusan Masalah
Salah satu tugas Pustekkom sesuai
Siaran Televisi Edukasi lebih diarahkan tusinya, adalah meneliti, mengembangkan
sebagai konten provider. Oleh karena itu dan memanfaatkan program-program
siapapun dibolehkan merelay siaran TVE siaran televise/video untuk kepentingan
tanpa harus membayar. Untuk menangkap pendidikan/ pembelajaran. Untuk
siaran TVE diperlukan adanya parabola memenuhi tusi tersebut Pustekkom perlu
atau melalui stasiun-stasiun TV lokal yang didukung oleh tenaga-tenaga penulis
telah menjalin kerjasama dengan naskah program televisi/video
Pustekkom. Siaran TVE memiliki 2 pembelajaran yang handal dalam jumlah
saluran, yakni saluran 1 khusus untuk yang mencukupi. Untuk kepentingan
siswa dan umum serta saluran 2 khusus tersebut, Pustekkom semenjak tahun 2001
untuk guru. TVE saluran 1 mengudara hingga sekarang hamper setiap tahun
selama 24 jam sehari, sedangkan saluran memberikan pelatihan kepada para guru,
2 mengudara selama 10 jam sehari. dosen serta tenaga teknis lainnya dalam
bidang penulisan naskah/skenario program
televisi pendidikan/ pembelajaran.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 107
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Permasalahan yang timbul adalah “strategi merencanakan/menentukan Strategi
pembelajaran seperti apa yang cocok atau Pembelajaran merupakan salah satu
effektif digunakan untuk melatih para calon langkah yang harus dilakukan sebelum
penulis naskah program televisi/video Diklat tersebut benar-benar dilaksanakan
pendidikan/ pemebelajaran”? di lapangan. Suparman (2001)
mendeskripsikan bahwa perumusan
3. Alasan pemilihan judul strategi pembelajaran dilakukan setelah
Berdasarkan permaslahan seperti yang Analisis Kebutuhan, Analisis Kharakteristik
telah dirumuskan; sebagai peneliti yang peserta Diklat, Analisis intruksional, dan
bekerja di Pustekkom penulis merasa Perumusan tujuan.
berkewajiban untuk mencari sebuah cara/
strtategi pembelajaran yang cocok atau Sehubungan dengan masalah pemilihan
effektif untuk melaksaanakan kegiatan metode dan strategi pembelajaran, William
Diklat dalam bidang penulisan naskah/ Arthur Ward (http://bostonworks
skenario program televisi/video pendidikan/ boston.com/honnorrol/) menyampaikan
pembelajaran . pesan penting yang perlu menjadi perhatian
bagi para perancang, pelaksana ataupun
4. Tujuan pengelola Diklat. Pesan tersebut adalah
Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk sebagai berikut:
menemukan sebuah strategi pembelajaran The mediacre teacher tells,
yang effektif untuk Diklat penulisan naskah The good teacher explains,
program televisi/video pembelajaran. The superior teacher demonstrates, and
The great teacher inspires.

B. KAJIAN TEORI Ward membuat empat kategori untuk


seorang guru atau instruktur dalam
1. Strategi Pembelajaran melaksanakan kegiatan pembelajarannya
Kalau mau jujur, di era abad 21 seperti (menyajikan materi pembelajaran Diklat
sekarang ini, profesi dari jenis apapun untuk pesertanya; Pen.). Ada 4 (empat)
orang tidak bisa melepaskan diri dari kategori, yaitu instruktur yang biasa-biasa
masalah Pendidikan dan Pelatihan saja (mediacre), instruktur yang baik
(Diklat). Diklat biasanya diperlukan untuk (good),, instruktur yang pintar (superior) dan
meningkatkan kompetensi seseorang. instruktur yang luar biasa (great).
Diklat juga diperlukan untuk
mempersiapkan seseorang dalam Kategori pertama adalah instruktur yang
memasuki dunia baru. Dunia baru di sini biasa-biasa saja. Adalah instruktur yang
bisa berupa masalah pekerjaan, sosial- cara mengajarnya/cara menyajikan materi
budaya, sosial - politik, kondisi geografis, Diklatnya hanya sekedar memberi tahu
sistem/tata-kehidupan baru dan lain-lain. (tells). Mereka hanya sekedar memberi
tahu, dari awal hingga akhir Diklat hanya
Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ceritera saja dengan menggunakan metode
yang biasanya diikuti oleh orang dewasa, ceramah. Masalah materi bisa dipahami
memerlukan strtategi pembelajaran atau tidak kurang begitu dipedulikan.
tersendiri yang tentunya berbeda (tidak
sama) dengan strategi pembelajaran yang Kategori kedua adalah instruktur yang baik.
diterapkan untuk anak-anak usia sekolah. Adalah instruktur yang cara mengajarnya/
Ia lebih memerlukan strtategi pembelajaran cara menyajikan materi Diklatnya dengan
untuk pendidikan orang dewasa memberikan penjelasan (explains). Di sini
(Andragogi). instruktur berusaha untuk menjelaskan
materi hingga peserta Diklat memperoleh
Siapapun yang berkepentingan/berkeingian pemahaman.
untuk melaksanakan kegiatan pendidikan
dan pelatihan (DIKLAT), maka Kategori ketiga adalah instruktur yang

123
123
108 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
pintar. Intruktur yang pintar adalah diminta untuk menjawab/menjelaskan
instruktur yang mampu pertanyaan-pertanyaan yang muncul,
mendemonstrasikan materi melakukan pemecahan masalah (problem
pembelajarannya kepada peserta Diklat. solving), mengerjakan tugas,
Dia bukan hanya sekedar memberitahu dan mempraktekkan atau mengaplikasikan
menjelaskan tetapi juga teori yang diperoleh dalam pekerjannya
mendemonstrasikan. sehari hari dan lain-lain. Keberhasilan
kegiatan pembelajaran ditentukan oleh
Sedangkan kategori keempat adalah seberapa besar, seberapa banyak dan
instruktur yang luar biasa. Instruktur yang seberapa jauh pengetahuan/keterampilan
luar biasa adalah instruktur yang mampu yang disampaikan dalam kegiatan
memberikan inspirasi/ilham bagi para pembelajaran dapat diserap dan
peserta Diklatnya. Instruktur kategori ini diaplikasikan oleh peserta Diklat.
mampu membuat peserta Diklat dapat
mengembangkannya sendiri 2. Komponen Perumusan Strategi
kemampuannya, sehingga dapat Pembelajaran
menemukan sesuatu yang baru. Secara garis besar ada lima komponen
perumusan Strategi Pembelajaran yang
Di bagian lain Ward juga mengatakan harus dilakukan oleh seorang intruktur
(http://en.thinkexist.com): dalam menyampaikan materi Diklat dalam
Tell me and I’ll forget kegiatan pembelajarannya. Lima
Show me and I may remember komponen tersebut adalah
Involve me and I’ll understand (Waldopo:2009): pendahuluan, penyajian
materi pembelajaran, membangkitkan
Ucapan tersebut (secara bebas) kurang partisipasi peserta Diklat, serta
lebihnya dapat diterjemahkan sebagai memberikan tes dan tindak lanjut. Secara
berikut: lebih rinci penjelasan dari lima komponen
Katakan padaku dan aku akan tersebut adalah sebagai berikut:
melupakannya
Tunjukkan padaku dan aku mungkin dapat a. Pendahuluan
mengingatnya Dalam fase pendahuluan setidaknya
Libatkan aku, maka aku akan ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh
memahaminya. instruktur yaitu menginformasikan
tentang tujuan pembelajaran yang
Dari pendapat Ward dapat disimpulkan ingin dicapai mendiskusikan
bahwa Instruktur merupakan salah satu pentingnya kompetensi yang akan
faktor yang sangat menentukan dikuasai oleh peserta Diklat dan
keberhasilan Diklat disamping faktor-faktor memberikan appersepsi (pengaitan
lainnya seperti : motivasi dan kesungguhan antara kompetensi/pengetahuan yang
peserta, serta sarana dan prasarana. telah dikuasai peserta Diklat dengan
materi yang akan disajikan).
Tingkat keberhasilan suatu kegiatan
pembelajaran (Diklat) akan banyak Pada bagian pendahuluan, tujuan
tergantung pada seberapa jauh guru/ pembelajaran berikut manfaat yang
instruktur melibatkan peserta didik/Diklat akan diperoleh para peserta Diklat
dalam dalam proses pembelajaran itu (setelah menguasai kompetensi) perlu
sendiri; (meskipun tidak bisa dipungkiri diberitahukan sebelum dilakukan
adanya faktor-faktor lain yang turut penyajian materi. Dengan adanya
menentukan keberhasilan seperti sarana informasi ini, peserta Diklat diharapkan
dan prasarana). akan timbul rasa ingin tahu yang tinggi
sehingga termotivasi untuk belajar lebih
Instruktur dapat melibatkan peserta didik giat dan lebih serius. Disamping itu
dalam berbagai hal misalnya peserta Diklat mereka juga akan terkondisikan

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 109
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
tentang kesiapan mentalnya untuk Hasil pre test nantinya akan dapat
menyerap materi yang akan mereka dijadikan tolok ukur (indicator) untuk
pelajari. Mereka dapat menyiapkan mengetahui tingkat keberhasilan
berbagai permasalahan atau kegiatan pembelajaran yang telah
pertanyaan yang akan ditanyakan dilaksanakan. Seberapa besar tingkat
guna memperoleh jawabannya, keberhasilan kegiatan pembelajaran
melakukan klarifikasi, memberikan akan diketahui setelah
usulan-usulan dan sebagainya, membandingkan antara hasil pre test
termasuk di dalamnya kesiapannya dengan hasil post test.
untuk membuka situs-situs guna
melakukan browshing di dunia maya b. Penyajian materi Pembelajaran/Diklat
(internet). Penyampaian informasi Langkah berikutnya adalah penyajian
tentang tujuan Diklat tersebut misalnya materi pembelajaran (materi Diklat).
dapat Anda lakukan dengan cara: Penyajian materi Diklat dapat
dilakukan dengan berbagai metode,
“Saudara-saudara setelah mengikuti misalnya melalui metode ceramah,
sajian ini dengan serius dan diskusi/tanya jawab, demonstrasi,
mengerjakan tugas-tugas yang problem solving, praktikkum atau
diberikan dengan baik, maka Anda gabungan dari berbagai metode
akan dapat . ... “. tersebut.

“Dengan pengusaan kompetensi Apapun metode yang dipilih, jika


tersebut, coba kira-kira manfaat apa instruktur menginginkan adanya hasil
saja yang Anda dapatkan terutama yang maksimal dalam kegiatan
dalam menunjang keberhasilan karir pembelajaran yang mereka
Anda (PESERTA DIKLAT DIMINTA laksanakan, maka keberadaan media
MENCOBA MENGURAIKAN pembelajaran mutlak diperlukan.
JAWABANNYA). Sebagai contoh jika materi
pembelajarannya berhubungan dengan
Hal yang lain yang perlu disampaikan masalah suara (seperti mengajarkan
dalam langkah pendahuluan adalah bahasa, seni musik, seni suara, aneka
pemberian appersepsi. Appersepsi suara binatang, membedakan antara
dimaksudkan untuk mengaitkan bunyi mesin yang bagus dengan bunyi
pengetahuan atau keterampilan yang mesin yang bermasalah dan lain-lain),
telah dimiliki peserta Diklat dengan maka tentu diperlukan adanya media
pengetahuan/keterampilan baru yang audio/radio.
akan mereka pelajari.
Jika materi pembelajarannya
Dengan adanya appersepsi, peserta berhubungan dengan masalah proses
Diklat diharapkan dapat mengaitkan (seperti proses terjadinya batu bara,
hubungan antara pengetahuan/ proses terjadinya minyak bumi, proses
keterampilan yang dimilki dengan terjadinya perubahan warna, proses
pengetahuan/ keterampilan baru yang terjadinya transaksi perbankan dan
akan dipelajari. Dengan demikian lain-lain), maka diperlukan adanya
peserta Diklat diharapkan akan media pembelajaran yang berupa video/
menjadi lebih mudah untuk menyerap/ televisi atau film.
memahami materi pembelajaran baru.
Selain menginformasikan tujuan dan Jika materi pembelajarannya
memberikan appersepsi, kegiatan lain berhubungan dengan masalah rumus
yang dapat dilakukan dalam fase atau formula, cara membuktikan
pendahuluan adalah memberikan pre kebenaran suatu rumus, contoh-
test. contoh penyelasian soal dengan
menggunakan rumus seperti dalam

123
123
110 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
pelajaran Matematika, maka hal pndapatnya itu salah. Akan bijaksana
tersebut perlu ditunjang dengan media jika instruktur menunjukkan kelebihan-
cetak atau media transparansi atau kelebihannya terlebih dahulu,
media power point. Jika materinya kemudian kelemahan-kelemahannya
tentang perkembangan terkini dari dan selanjutnya mamberikan alternatif
suatu bisnis seperti perkembangan untuk mengatasi kelemahan-
harga saham, nilai mata uang asing kelemahannya tersebut.
dan lain-lain, maka perlu ditunjang oleh
media televisi atau media lain yang Dengan demikian diharapkan peserta
berbasis internet (online media base). Diklat akan terinspirasi untuk
menemukan sendiri jalan keluar yang
c. Membangkitkan Partisipasi Peserta terbaik dengan menyesuaikan situasi
Diklat dan kondisi yang ada, dengan tanpa
Membangkitkan partisipasi peserta merasa disalahkan secara langsung.
Diklat erat kaitannya dengan nasehat Inilah salah satu bentuk dari penerapan
Ward : involve me and I’ll understand teori Ward yang mengatakan The great
seperti yang telah penulis kutip pada teacher inspires. Cara lain yang dapat
awal tulisan ini. Intinya bahwa kegiatan dilakukan instruktur untuk
pembelajaran yang bagus adalah mengaktifkan peserta Diklat adalah
kegiatan pembelajaran yang banyak dengan mengajukan pertanyaan-
melibatkan peserta Diklat, “Involve me pertanyaan yang berkaitan dengan
I’ll understand” kata Ward. materi pembelajaran yang akan
disampaikan atau bisa juga mereka
Banyak yang dapat dilakukan diminta untuk menceritakan
instruktur untuk mengangaktifkan pengalaman-pengalamannya dalam
peserta didik dalam kegiatan Diklat mengatasi permasalahan yang
Salah satunya adalah melalui teknik mereka temui.
problem solving. Setelah memperoleh
penjelasan seperlunya serta prinsip- Sebagai contoh jika materi
prinsip atau rumus-rumus atau pembelajaran yang akan disampaikan
formula-formula yang dapat dijadikan tentang Cara Mengatasi Kredit Macet
dasar dalam memecahkan masalah, Dalam Dunia Perbankan, maka
maka peserta Diklat perlu diberikan instruktur dapat meminta satu atau dua
permasalahan dan diminta untuk peserta Diklat yang telah memiliki
mencarikan jalan keluarnya. pengalaman dalam menangani kredit
macet. Contoh lainnya (untuk Diklat
Peserta Diklat diminta untuk Bidan Desa), jika materi yang akan
membentuk kelompok guna disampaikan tentang cara membantu
mendiskusikan permasalahan yang Ibu yang melahirkan bayi sungsang,
diberikan untuk dicarikan jalan maka instruktur perlu bertanya kepada
keluarnya. Selanjutnya masing- peserta Diklat, “Apakah ada di antara
masing kelompok diminta untuk mereka yang pernah membantu
mempresentasikan hasilnya untuk menangani kelahiran sungsang?” dan
memperoleh masukan dari rekan-rekan sebagainya.
peserta Diklat lainnya.
Mereka diminta untuk menceritakan
Apapun yang dihasilkan oleh pengalamannya. Sementara yang
kelompok, instruktur seyogyanya lainnya diminta untuk memperhatikan,
memberikan appresiasi (penghargaan) mengklarifikasi, mempertanyakan dan
atas usaha yang telah mereka lakukan. jika diperlukan mengkritisinya. Peserta
Instruktur dianjurkan untuk tidak Diklat yang menyajikan/
mencerca atau menyalahkan pendapat menceriterakan pengalamannya tentu
tersebut secara langung, meskipun diberi kesempatan untuk menjawab

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 111
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
pertanyaan-pertanyaan, memberikan cara mengatasi berbagai kasus dan
klarifikasi ataupun memberikan hal-hal lain yang bersifat psikomotor,
penjelasan terhadap pendapat teman- dapat dites melalui penugasan yang
teman yang mengkritisinya, barulah berupa kegiatan tindak lanjut. Dengan
pada gilirannya instruktur untuk demikian penilaian tidak hanya
memberikan komentar dan didasarkan pada hasil tes yang bersifat
menyampaikan materi yang telah kognitif, tetapi dari penugasan-
direncanakan untuk disampaikan. penugasan ataupun hasil-hasil lainnya
yang relevan dalam bentuk portofolio.
Cara pengaktifan lainnya bisa
dilakukan dengan meminta peserta e. Tindak Lanjut
Diklat untuk mempraktikkan secara Kegiatan pembelajaran tidak boleh
kelompok atau secara bergiliran satu berhenti atau hanya terbatas di ruang
persatu di bawah pengawasan/ kelas/di ruang Diklat. Karena pada
bimbingan instruktur. Hal ini dilakukan prinsipnya yang namanya belajar yang
tentunya setelah peserta Diklat sesungguhnya (the real learning) itu
memperoleh penjelasan tentang dasar- tidak dapat dilaksanakan hanya
dasar teori yang cukup ataupun sebatas di ruang kelas/diklat. Kegiatan
prinsip-prinsip yang mendasarinya. tersebut harus ditindak lanjuti hingga
di luar kelas. The real learning dapat
d. Memberikan Tes berlangsung di mana saja dan kapan
Untuk mengetahui sejauh mana saja. Berdasarkan pertimbangan ini,
peserta Diklat telah menguasai/ para instruktur harus memikirkan
menyerap materi pembelajaran (Diklat) tugas-tugas relevan apa saja yang
yang telah mereka pelajari, maka harus dilaksanakan peserta Diklat
kepada mereka perlu diberikan tes. setelah mengikuti pembelajaran di
Soal –soal tes dapat menggunakan kelas. Kegiatan ini sangat bermanfaat
soal-soal yang sudah ada, namun untuk memperluas, memperdalam dan
instruktur juga diperbolehkan untuk menyempurnakan pengetahuan dan
mengembangkan soal-soal sendiri. keterampilan yang diperoleh peserta
Yang penting soal-soal yang Diklat. Hanya dengan cara yang
dikembangkan hendaknya mengacu demikian maka tujuan Diklat yang
pada tujuan atau indikator-indikator sebenarnya akan dapat dicapai.
(komptensi yang ingin dicapai) dari
kekegiatan pembelajaran yang telah Kegiatan tindak lanjut ini bisa berupa
dirumuskan. Selain itu seluruh tugas untuk brosing atau melakukan
indikator yang ada harus terwakili. Jadi pencarian informasi di dunia maya
jika ada 4 indikator, maka keempat- (internet), melakukan wawancara
empatnya harus terwakili. Tidak boleh dengan pakar atau dengan orang-
jika soal-soal yang disusun hanya orang yang memiliki pengalaman nyata
mengukur keberhasilan indikator 1 dan (wawancara langsung, melalui e-mail,
2, atau terbatas pada indikator 1, 2 dan melalui telephone, melalui chatting,
3, atau terbatas indikator 2, 3 dan 4 dan lain-lain), menonton tayangan
dan seterusnya. televisi atau VCD, praktik di
laboratorium atau praktik di lapangan
Karena keterbatasan waktu (jam/ dan lain-lain.
session yang disediakan) mungkin
instruktur hanya mampu mengukur Di bawah supervisi instruktur atau tutor
faktor kognitif dan problem solving atau fasilitator ditunjuk, mereka diminta
yang bersifat teoritis saja; namun hal untuk melakukan praktikkum di
ini tidaklah masalah karena faktor- laboratorium, praktek langsung di
faktor lain seperti yang berhubungan lapangan dan melaporkan hasilnya
praktikkum, yang harus dipraktekkan, kepada instruktur. Hasil enugasan-

123
123
112 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
penugasan tindak lanjut ini hendaknya Dalam hal waktu, Pustekkom menerapkan dua
menjadi salah satu faktor yang model atau pola. Model Diklat yang
dijadikan pertimbangan dalam berlangsung selama 7 hari dan model Diklat
melakukan penilaian terhadap yang berlangsung selama 10 hari. Pesertanya
keberhasilan peserta Diklat dalam biasanya diambil dari kalangan guru atau dosen
mengikuti kegiatan pembelajaran. bidang studi. Dengan peserta seperti ini maka
tidak ada masalah lagi soal penguasaan
materi.
C. TEMUAN DAN BAHASAN
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sikap
Strategi Pembelajaran untuk Diklat para instruktur dalam menularkan ilmu dan
Penulisan Naskah Program Televisi/Video pengalamannya. Banyak instrutur yang
Pembelajaran yang effektif cenderung untuk memaksakan style atau gaya
Pelatihan penulisan naskah program televisi/ penulisaan yang ia kuasaai kepada peserta
video dilaksanakan secara rutin setiap tahun Diklat. Hal yang demikian dirasa kurang
oleh Pustekkom sejak tahun 1990-an, ketika menguntungkan, karena pada hakekatnya
Pustekkom bekerja sama dengan stasiun setiap orang memiliki style yang berbeda ia
Televisi Pendidikan Indonesia dimana 16% dari akan dapat berkembang secara maksimal
jumlah jam siarannya diisi oleh program- sesuai potensi yang dimiliki, kalau dipaksa
program televisi yang dikembangkan oleh harus mengikuti style orang lain maka
Pustekkom. Sejak diresmikan berdirinya potensinya tentu sulit untuk bias berkembang
Stasiun Televisi Edukasi (TVE) pada tahun secara maksimal.
2004, maka program-program televisi/video
produksi Pustekkom ditayangkan melalui Oleh karena itu akan bijaksana jika instruktur
Stasiun TVE. mengarahkan peserta agar potensinya dapat
berkembang secara maksimal sesuai stylenya
Pelatihan yang ingin penulis laporkan di sini masing-masing.
adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh
Pustekkom dari tahun 2004 sampai dengan Untuk lamanya Diklat, Pustekkom pernah
tahun 2008. Dalam pereode tersebut telah menerapkan dua model/pola, yaitu model
dilatih sebanyak 134 orang yang dibagi dalam Diklat yang berlangsung 7 hari dan model
5 angkatan. Diklat yang berlangsung 10 hari. Pada tipe 7
hari secara berturut-turut peserta didampingi
Selama pelatihan tersebut ada beberapa prinsip dan dibimbing oleh instruktur baik untuk
yang perlu diperhatikan antara lain dalam mempelajari teori maupun praktek. Sedangkan
seleksi calon peserta, sikap para instrutur dan pada pola 10 hari, peserta diberi jeda waktu
pemilihan metode. Berdasarkan pengalaman selama 4 hari untuk bekerja secara mandiri
sebelumnya menunjukkan penentuan peserta (tanpa didampingi oleh instruktur). Sedangkan
yang tanpa diseleksi cenderung sulit untuk 6 hari sisanya mereka didampingi instruktur.
menghasilkan penulis-penulis yang berkualitas.
Oleh karena itu sebelum diberikan pelatihan Untuk instrukturnya (baik pola 7 maupun 10
calon peserta harus diseleksi terlebih dahulu hari) memiliki kharakteristik yang sama. Ada
terutama mengenai bakat dan minatnya. tiga tipe yang memnerikan pelatihan, yaitu
instruktur yang yang menonjol dalam hal
Calon peserta harus dipilih dari orang-orang akademis yaitu masalah penguasaan teori,
yang memang memiliki bakat dan minat dalam instruktur yang berpengalaman dalam
bidang tulis-menulis, karena orang yang tidak penyutradaran dan instruktur yang
memiliki bakat dan minat di bidang tersebut, berpengalaman sebagai penulis naskah.
maka mereka akan sulit untuk dididik dapat
menjadi penulis program televisi/video Untuk menghasilkan penulis-penulis naskah
pembelajaran yang berkualitas dengan masa program televisi/video yang berkualitas, maka
pelatihan yang hanya berlangsung selama 7 ketiga tipe instrutur tersebut harus terwakili
atau 10 hari. dalam tim pengajarnya.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 113
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Untuk waktu pelatihan, menurut pengamatan bagus. Peserta diminta mengomentari
penulis pola 10 hari lebih effektif jika program tersebut dan dibahas teori tentang
dibandingkan dengan pola pelatihan 7 hari. kharakteristik program televise/video
Sistemnya blended learning, dengan pola pembelajaram dan visualisasi ide. Di sini
pembagian waktunya sebagai berikut: peserta hendaknya diberi kebebasan untuk
berdiskusi dan tanya jawab.
• Tiga hari peserta belajar melalui tatap muka
dengan instruktur untuk mempelajari teori Demikian pula sebelum disajikan materi
dan praktik langsung di bawah bimbingan tentang Format Program Televisi/Video
instruktur, Pembelajaran, maka kepada para peserta
• Empat hari peserta mengerjakan tugas perlu diputarkan contoh-contoh format
menulis nakah secara mandiri, dan program video seperti format narrasi,
• Tiga hari sisanya finalisasi naskah dari hasil drama, diskusi,magazine dan lain-lain.
tugas mandiri.
Setelah menonton tayangan program
Strategi pembelajarannya dengan menerapkan dengan berbagai format sajian, melalui
berbagai metode yang meliputi: penyampaian ceramah Tanya jawab dan diskusi disajikan
teori yang dilanjutkan dengan tanya jawab dan materi tentang Format Sajian Dalam
diskusi, praktik langsung yang dibimbing Program Televisi/Video Pembelajaran.
langsung oleh instruktur, praktek penulisan Setelah tidak ada masalah dengan ketiga
secara mandiri dan bimbingan dalam jenis materi tersebut, maka selanjutnya
memfinalisasikan naskah. disajikan materi tentang membuat
rancangan naskah. Di dalam rancangan
Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut: naskah terdapat identifikasi, synopsis dan
treatmen.
1. Materi Diklat
Materi yang perlu disajikan untuk Diklat ini Dalam identifikasi program antara lain
meliputi : berisikan informasi tentang judul, sasaran
a. Kharakteristik media Televisi/Video program, kompetensi maupun indikator-
Pembelajaran, indikator pencapaiannya, pokok-pokok
b. Visualisasi Ide, materi, durasi dan sumber pustaka.
c. Format Program Televisi/Video, Sinopsis adalah ringkasan ceritera atau
d. Membuat Rancangan Naskah informasi singkat tentang isi program.
Program televisi/video Pembelajaran Sedangkan Treatment adalah urut-urutan
(Identifikasi Program, Sinopsis dan jalannya ceritera.
Treatment),
e. Gerakan dan Angle Kamera, Untuk menyajikan materi ini dapat
f. Teknik Penulisan Naskah Video serta dilakukan dengan metode ceramah, tanya
g. Praktik Menulis Naskah Video jawab, diskusi serta praktik langsung
Pembelajaran. membuat rancangan naskah. Setelah
memperoleh kejelasan teorinya, dengan di
2. Penyajian Materi bawah bimbingan instruktur peserta Diklat
Materi yang berupa Kharakteristik media diminta untuk melakukan praktik membuat
Televisi/Video Pembelajaran, Visualisasi rancangan naskah program video
Ide, Format Program Televisi/Video pembelajaran.
disajikan secara berturut-turut dengan
menggunakan metode ceramah, tanya Ada baiknya diberi jeda waktu barang 2
jawab dan diskusi. atau 3 jam untuk memperoleh inspirasi
tentang topik yang akan ditulis. Selanjutnya
Sebelum membahas materi tentang mereka diminta untuk menuangkannya
Kharakteristik media televisi/video dalam bentuk tertulis yang berisikan
pembelajaran dan Visualisasi Ide,, kepada identifikasi program, ringkasaan ceritera
peserta perlu diputarkan sebuah contoh atau sinosis dan urut-urutan ceritera atau
program video pembelajaran yang dianggap treatment.

123
123
114 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Setelah selesai membuat rancangan Karena menulis naskah banyak menuntut
naskah, maka masih 2 (dua) materi lagi adanya rasa seni (sense of art) maka
yang disajikan yaitu Gerakan dan Angle instruktur janganlah memaksakan gaya
kamera serta Teknik menulis naskeh (style) penulisan tertentu (yang ia kuasai
televisi/video pembelajaran. ataupun yang ia senangi) untuk diikuti atau
ditiru peserta Diklat. Kewajiaban instruktur
Dengan menggunakan bekal teori yang adalah mengarahkan gaya/style dari
sudah dikuasai serta rancangan naskah masing-masing peserta Diklat agar dapat
yang sudah ditulis melalui bimbingan berkembang secara maksimal dan menuju
instruktur peserta Diklat diminta untuk ke arah yang lebih baik.
praktik menulis naskah barang 2 atau 3
scane sampai menjadi sebuah naskah Menerapkan berbagai metode dalam
yang dinilai bagus. menyajikan materi Diklat merupakan
sesuatu yang bagus dan akan dapat
3. Tugas Mandiri mendorong terjadinya sebuah teamwork
Pada pereode ini peserta diminta untuk yang baik.
mengerjakan tugas mandiri, yaitu
melanjutkan menulis naskahnya yang
sudah ia selesaikan sekitar 2 atau 3 scane D. KESIMPULAN DAN SARAN
dengan baik. Di sini peserta bisa bekerja
berkelompok dan juga bisa bekerja masing- 1. Kesimpulan
masing sampai naskahnya selesai ditulis. Darii uraian yang telah dikemukakan, ada
beberapa hal yang dapat disimpulkan di
4. Finalisasi Naskah sini yaitu:
Setelah naskah selesai ditulis, para a. Untuk melaksanakan kegiatan Diklat
peserta dikumpulkan kembali bertemu dalam penulisan naskah program
dengan instruktur guna memperoleh televisi/video pembelajaran yang
pengkajian, kritik maupun saran-saran effektif, diperlukan strategi
perbaikan atas naskah yang telah mereka pembelajaran tersendiri.
tulis. Dalam kesempatan ini para peserta b. Salah satu strategi yang harus
diberi kesempatan untuk berkonsultasi diperhatikan adalah membuat peserta
sekaligus memperbaiki naskah masing- Diklat ikut terlibat (involve) dalam
masing sampai naskah dinyatakan final mengembangkan ide-ide kreatifnya.
dan peserta dinyatakan lulus mengikuti c. Instruktur bukan hanya dituntut untuk
Diklat Penulisan Naskah/Video pandai menyampaikan materi Diklat,
pembelajaran. tetapi juga dituntut untuk pandai
membuat peserta Diklat terlibat aktif
Pengalaman menunjukkan bahwa agar (involve) di dalamnya, sehingga
kegiatan Diklat dapat berhasil dengan baik, peserta Diklat menjadi enjoy dan
dibutuhkan strategi pembelajaran terinspirasi untuk menemukan ide-ide
tersendiri. Salah satu strategi yang harus yang akan divisualkan.
diperhatikan adalah hendaknya instruktur d. Instruktur perlu memberi kesempatan
mampu membuat peserta Diklat untuk ikut yang seluas-luasnya kepada peserta
terlibat (involve) aktif di dalamnya terutama Diklat untuk aktif mengemukakan ide-
dalam mengembangkan ide-ide kreatifnya ide kreatif yang akan dituangkan dalam
untuk dituangkan dalam naskah. sebuah naskah program.
e. Instruktur hendaknya jangan
Instruktur bukan hanya dituntut untuk memaksakan gaya (style) penulisan
pandai menyampaikan materi Diklat, tetapi tertentu kepada peserta Diklat tetapi
juga dituntut untuk pandai menciptakan kewajiaban instruktur adalah
situasi yang bias membuat peserta Diklat mengarahkan gaya/style dari masing-
merasa enjoy dan terinspirasi untuk masing peserta Diklat ke arah yang
menemukan ide-ide yang akan lebih baik.
divisualkan.
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 115
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
f. Konsep blended learning dengan DAFTAR KEPUSTAKAAN
mengkombinasikan antara system
belajar tatap muka dengan system Chaeruman, Uwes. “Integrasi TIK Ke dalam
belajar mandiri merupakan cara yang Proses Pembelajaran”, Journal Teknodik
cukup effektif. Nomor 16/IX/Teknodik/Juni/2005, Jakarta :
g. Menerapkan berbagai metode Pustekkom Depdiknas, 2005.
pembelajaran merupakan hal positif Francis M Dwyer. Strategies for improving visual
dan dapat terjadinya sebuah teamwork learning, State- College, Pensylvania :
yang baik. Learning Services, 1978.
Suparman, Atwi. Pekerti Mengajar di Perguruan
2. S a r a n Tinggi: Desain Instruksional, Pusat Antar
Berdasarkan hasil kesimpulan seperti yang Universitas, Universitas Terbuka, Jakarta 2000.
telah dikemukakan, maka dapat Waldopo, “Potensi Televisi Sebagai Media
disampaikan beberapa saran sebagai Pendidikan dan Pembelajaran”,
berikut: “Strategi Journal Teknodik Nomor 8/IV/Teknodik/
a. Agar pelaksanaan Diklat penulisan Mei/2000, Jakarta : Pustekkom Depdikbud,
naskah program televisi/video pem- 2000.
belajaran dapat berjalan dengan ________, Membuat Sinopsis dan Treatment
effektif, maka perlu diperhatikan untuk Program Video Pembelajaran,
strategi pembelajarannya. Pustekkom Depdikbud, Jakarta, 2000.
b. Hasil kajian ini barulah sebuah
informasi awal, untuk memperoleh ________, Strategi Pembelajaran untuk
informasi yang lebih dalam lagi, Kegiatan Pendidikan dan pelatihan (Diklat)”,
Pustekkom atau lembaga-lembaga Journal Teknodik Vol 1 Tahun 2009, Jakarta :
penyelenggara Diklat penulisan naskah Pustekkom Depdiknas, 2009.
media pembelajaran perlu melakukan Ward, Arthur William “Honor Your Favourite
penelitian lebih lanjut. Teacher”, (http://bostonworks boston.com/
c. Perlu dilakukan penelitian serupa untuk honnorrol/)
Diklat-Diklat penulisan media yang lain ................ , http://en.thinkexist.com
seperti penulisan naskah radio,
penulisan naskah WEB, penulisan
naskah multimedia, pemanfaatan TIK
untuk pembelajaran dan lain-lain

uuuuuuuuuuuuu

123
123
116 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
PENGUKURAN DAN INSTRUMEN
AL
ALAAT UKUR PENDIDIK AN
PENDIDIKAN
Oleh: Rini Susanti*)

Abstrak

Penelitian kuantitatif mempersyaratkan kebenaran ilmiah yang bersifat positif, pasti, tidak subjektif,
dapat diobservasi, terukur, terbuka untuk diuji dan bersifat universal. Berbagai persyaratan tersebut
hanya dapat dipenuhi apabila data diperoleh melalui proses pengukuran. Pengukuran merupakan
cara kerja ilmu alam dalam pengumpulan data. Dalam penelitian sosial dan pendidikan yang
menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan dilakukan dengan meniru pengukuran dalam ilmu
alam. Hasil tersebut dapat dicapai kalau komunikasi dan proses dilakukan dengan data kuantitatif
yang diukumpulkan lewat proses pengukuran. Pengukuran dilakukan juga dalam penelitian sosial
dan pendidikan. Pengukuran sebaiknya disajikan dalam bentuk kuantitatif sehingga memungkinkan
melihat adanya hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lainnya dalam pendidikan.

Kata kunci: Penelitian, kuantitatif, instrumen, pengukuran

A. PENDAHULUAN
Perilaku alam mempunyai keteraturan sehingga kebenarannya. Kebenaran ilmiah dengan
darinya dapat disusun peramalan-peramalan. berbagai persyaratan itu dapat dicapai apabila
Gejala alam bersifat objektif, dapat diobservasi, data yang dikumpulkan bersifat objektif serta
dan terukur sehingga memungkinkan disusun terbebas dari subjektivitas dan kepentingan
hukum yang berlaku universal. Perilaku pengumpul data. Data demikian hanya dapat
manusia dalam ilmu sosial termasuk diperoleh melalui kegiatan pengukuran.
pendidikan, seperti juga dalam ilmu alam, Pengukuran membebaskan data dari
dapat diobservasi, terukur dan objektif. subjektivitas dan kepentingan karena dalam
Kebenarannya tampak dalam perilaku, dapat pengumpulan data, mandat pengumpulan data
diobservasi, dan dapat diuji keberlakuannya. telah diserahkan oleh pengumpul data kepada
Oleh karenanya, seperti ilmu alam, pada ilmu alat ukur.
sosial dan pendidikan dapat disusun
peramalan dan hukum-hukum objektif dan Dalam lapangan sosial, manusia mempunyai
universal. banyak peranan. Manusia dapat berperan
dalam lapangan hukum, politik, ekonomi,
Ilmu (kebenaran) haruslah memenuhi beberapa pendidikan, kebudayaan, psikologi, sejarah,
persyaratan dasar seperti: positif, nyata, bebas komunikasi, dan sebagainya. Apapun peranan
dari prasangka subjektivitas, dan harus selalu manusia dalam lapangan sosial, tetap tidak
terbuka untuk diragukan dan diuji ulang dapat dilepaskan bahwa manusia merupakan

*)
Rini Susanti, M.Pd., adalah tenaga fungsional peneliti bidang pendidikan pada Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)-Departemen Pendidikan Nasional.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 117
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
makhluk biologis yang perilakunya merupakan penelitian memberikan hasil yang objektif.
respons atas stimulus lingkungan yang datang Objektivitas penelitian dapat dicapai karena
kepadanya. Menurut psikologi behavioral, penggunaan alat ukur untuk mengukur sifat
perilaku manusia sepenuhnya mencerminkan objek yang diteliti. Dengan alat ukur, peneliti
keadaan jiwanya, sebab perilaku manusia yang melakukan pengumpulan data mengambil
adalah responsnya atas stimulus lingkungan. jarak dari objek yang diteliti dan menggunakan
Hal itu disebabkan karena kesan indera alat ukur untuk mengukur sifat objek agar
berhubungan dengan dorongan untuk bertindak peneliti tidak punya kesempatan menyertakan
(Bower dan Hilgard, 1981). subjektivitasnya ke dalam data yang
dikumpulkan.
Paham empirisme mempunyai pandangan
yang sama, yaitu bahwa perilaku manusia Sistem pengukuran (metric system) sebagai
sepenuhnya dikendalikan oleh stimulus usaha untuk mendapatkan hasil pengamatan
lingkungan. Oleh karena itu, perilaku manusia yang objektif mendorong usaha pengukuran
mempunyai keteraturan pola, objektif, terukur atas gejala sosial termasuk pendidikan. Ilmu
, dan dapat diramalkan. Kepribadian manusia alam mencontohkan usaha menghindari
merupakan jumlah stimulus yang diterima subjektivitas dalam mengukur gejala alam
manusia dari lingkungan. Paham ini dengan melakukan pengukuran. Pengukuran
menekankan pada lingkungan eksternal yang merupakan usaha menghindarkan masuknya
memengaruhi perilaku manusia. subjektivitas pengumpul data, sebab dengan
menggunakan alat ukur untuk mengumpulkan
Yang membentuk pribadi manusia adalah data, maka pengukur tidak lagi dapat
lingkungan, bukan kejadian mental yang menyertakan subjektivitasnya karena proses
bersifat internal (Hjelle dan Ziegler, 1992). pengukuran sepenuhnya menjadi wewenang
Paham lain yang sealiran adalah paham alat ukur.
positivisme. Dalam pandangan positivisme,
ilmu (kebenaran ilmiah) haruslah positif, pasti, Penelitian kuantitatif mempersyaratkan
nyata, bebas prasangka, dan dapat kebenaran ilmiah haruslah positif, pasti, tidak
diobservasi. Sehubungan dengan perilaku subjektif, dapat diobservasi, terukur, terbuka
manusia, kebenaran haruslah behavioral dan untuk diuji, dan berlaku universal. Berbagai
dapat diobservasi untuk senantiasa dapat persyaratan tersebut hanya dapat dipenuhi
dilakukan pengujian kembali. apabila data diperoleh melalui proses
pengukuran. Proses pengukuran menghasilkan
Usaha mencapai objektivitas sebagai syarat data berbentuk angka (kuantitas). Angka
kebenaran ilmiah menuntut data yang tersebut merupakan simbol yang tidak
dikumpulkan diubah ke dalam ukuran bilangan emosional dan subjektif sehingga
(kuantitatif). Bilangan merupakan bahasa memungkinkan komunikasi dan hasil penelitian
artifisial yang objektif dan tanpa emosi sehingga bersifat objektif.
dapat dijadikan sebagai sarana mencapai
kebenaran objektif. Kuantifikasi itu dilakukan
dalam proses pengukuran. Pengukuran adalah B. KAJIAN LITERATUR
membandingkan objek yang diukur dengan alat
ukurnya dan kemudian menerakan angka pada 1. Pengukuran
objek yang diukur menurut aturan tertentu. Pengumpulan data adalah pengumpulan
Angka itu merupakan simbol yang diterakan keterangan kuantitatif mengenai suatu
pada keadaan tertentu objek agar pengumpul keadaan pada tiap-tiap objek.
data mengendalikan subjektivitasnya ke dalam Pengumpulan data dilakukan melalui
data. pengukuran atas objek-objek yang diukur
pada gejala tertentu. Pengukuran
Dalam penelitian kuantitatif, instrumen merupakan cara kerja yang digunakan ilmu
digunakan untuk mengumpulkan data variabel alam dalam pengumpulan data. Cara kerja
yang akan dianalisis. Penggunaan data itu memengaruhi pengumpulan data dalam
kuantitatif dimaksudkan agar komunikasi ilmu sosial sehingga dikenal pengukuran

123
123
118 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
dalam sosiologi (sosiometri), psikologi dan 1996), pengukuran adalah permainan objek
pendidikan (psikometri), anthropologi dan angka dengan peraturan tertentu.
(anthropotri), ekonomi (ekonometri), dan Misalnya: berat sebuah benda dapat
hukum (jurimetri). diketahui sebesar 60 kg setelah benda
yang bersangkutan dibandingkan melalui
Dalam penelitian sosial yang dilakukan timbangan yang menunjuk pada skala 60
dengan metode kuantitatif, data kg atau penampilannya dibandingkan
dikumpulkan dengan cara melakukan dengan anak timbangan yang setara
pengukuran. Pengumpulan data melalui dengan timbangan 60 kg. Itulah sebabnya,
pengukuran dilakukan untuk mencapai objek itu diterakan sebagai benda yang
kebenaran ilmu yang positif, objektif, mempunyai berat 60 kg. Jenis kelamin
terukur, dapat diamati, dan dapat diuji. diukur dengan cara tertentu di mana pada
Pengukuran berarti menyerahkan mandat laki-laki diterakan bilangan 1 (satu) dan
pengumpulan data kepada alat ukur yang perempuan diterakan bilangan 0 (nol).
tidak memiliki pertimbangan subjektif.
Melalui pengumpulan data yang Motivasi belajar diukur dengan butir-butir
menggunakan alat ukur maka gejala dapat pada cara-cara tertentu di mana kalau pada
dijelaskan secara objektif (sebagaimana sebuah butir seseorang menampilkan
keadaan sebenarnya) tanpa masuknya respons “selalu” diberikan skor 4, “sering”
prasangka subjektivitas peneliti yang diberikan skor 3, “kadang-kadang”
berkepentingan dengan pengumpulan data. diberikan skor 2, “jarang” diberikan skor 1,
Dengan demikian, usaha mencapai dan “tidak pernah” diberikan skor 0. Semua
kebenaran yang objektif, netral, dan sistem pengukuran bekerja dengan cara
terbuka untuk diuji dapat tercapai. yang sama di mana pengukuran
merupakan kesepakatan atau ketentuan
Pengumpulan data dengan melakukan dalam menerakan bilangan pada suatu
pengukuran memungkinkan data diubah objek yang diukur.
menjadi skor-skor kuantitatif. Kenyataan,
baik alam maupun sosial, terdiri dari gejala Pengukuran dilakukan atas gejala tertentu
yang kompleks, acak, dan tidak beraturan dari objek yang hendak diukur. Misalnya:
sehingga tidak dapat dijelaskan dengan mengukur berat 10 benda. Objek yang
mudah oleh manusia. Dalam penelitian hendak diukur adalah 10 benda dan
kuantitatif, gejala yang tidak beraturan itu keadaan yang ingin diukur adalah berat.
disederhanakan dalam ukuran yang Keadaan objek yang hendak diukur dikenal
terukur dan dapat diobservasi sehingga sebagai variabel. Variabel dari objek dapat
darinya dapat dikumpulkan data dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel
(kuantitatif). Dari data yang dikumpulkan, faktual dan variabel konseptual. Variabel
dapat dilakukan pembuktian hubungan faktual tampak dari faktanya sehingga
antara satu gejala dengan gejala yang lain. pengukuran tidak perlu menggunakan alat
Dengan pengukuran secara terus- ukur baku. Oleh karena itu, pengukuran
menerus, manusia yang menemukan terhadap 10 benda dapat menggunakan
sesuatu yang tidak beraturan dan tidak variabel yang berupa: warna, bahan, bentuk,
diketahui berubah menjadi pengetahuan dan sebagainya. Variabel konseptual tidak
manusia. tampak dari fakta, tapi tersembunyi dalam
konsep, sehingga pengukurannya harus
Pengukuran adalah membandingkan menggunakan alat ukur baku. Termasuk
sesuatu yang diukur dengan alat ukur dan variabel konsep adalah berat, tinggi,
kemudian menerakan angka tertentu volume, lebar, suhu, dan sebagainya.
menurut aturan tertentu. Pengukuran
merupakan sistem peneraan bilangan atas 2. Instrumen
suatu karakteristik objek berdasarkan Pengukuran dalam rangka pengumpulan
sistem pengukuran yang ditentukan data dilakukan dengan menggunakan
(disepakati). Menurut Kerlinger (Kerlinger, instrumen alat ukur. Misalnya: untuk

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 119
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
pengumpulan data tentang suhu badan atau hasil karya manusia pelaku
para pasien dilakukan pengukurannya pendidikan. Manusia pelaku pendidikan
dengan menggunakan termometer yang dapat berupa siswa, guru, kepala sekolah,
menjadi instrumen alat ukur, data berat karyawan, pengurus yayasan, pengawas,
dikumpulkan dengan menimbang berat komite sekolah, pengguna lulusan, dan
badan melalui penggunaan timbangan, sebagainya.
jarak diukur dengan mistar, dan
sebagainya. Yang dapat diukur dari siswa misalnya
adalah variabel: usia, jenis kelmin, agama,
Sehubungan dengan pengukuran jumlah saudara, minat belajar, prestasi
pengumpulan data, bila instrumen alat belajar, kecerdasan, kreativitas, konsep diri,
ukur yang baku telah ada, maka dan sebagainya. Hasil karya manusia
pengukuran dapat langsung dilakukan pelaku pendidikan dapat berupa:
dengan memilih alat ukur yang sesuai kurikulum, buku teks, sistem evaluasi, buku
dengan kebutuhan pengukuran. Dalam ilmu harian, laporan administrasi, persiapan
alam, telah banyak alat ukur baku seperti mengajar, anggaran pendapatan belanja
meteran, timbangan, termometer, arloji, dan sekolah, laporan kerja kepala sekolah,
sebagainya. Dalam ilmu sosial, banyak laporan keuangan, tugas mengarang,
ahli juga telah membakukan alat ukur untuk media pembelajaran, metode mengajar,
beberapa kebutuhan pengukuran. Dalam dan sebagainya. Dari objek yang berupa
penelitian sosial, apabila diinginkan buku teks dapat diukur variabel: jumlah
penggunaan instrumen baku untuk lembar, penampilan, kualitas bahan,
pengukuran, maka pengumpul data perlu penataan, kesesuaian dengan kurikulum,
melaporkan hasil pengujian kualitas alat kesesuaian dengan kebudayaan siswa,
ukur oleh orang yang telah kejelasan pembahasan, dan sebagainya.
membakukannya.
4. Instrumen dalam Pendidikan
Dalam penelitian sosial termasuk Untuk mengumpulkan data berbagai
pendidikan, banyak alat ukur pengumpulan variabel diperlukan alat ukur yang dalam
data yang belum ada. Dalam keadaan penelitian dikenal dengan instrumen. Untuk
demikian, peneliti yang akan memahami berbagai hal mengenai
mengumpulkan data harus terlebih dulu instrumen, pada berikut ini akan dibahas
membakukan alat ukur yang akan tentang pengertian, macam, pelaksanaan,
digunakannya untuk pengumpulan data. syarat, dan cirinya.

3. Pengukuran dalam Pendidikan a. Pengertian


Kegiatan pengukuran untuk pengumpulan Penelitian kuantitatif adalah metode
data yang diadaptasi oleh ilmu sosial dari penelitian yang cara kerjanya meniru
ilmu alam juga dialami oleh disiplin ilmu model penelitian alam. Salah satu
pendidikan. Bidang ilmu sosial yang paling kegiatan yang ditiru adalah
berpengaruh terhadap pendidikan adalah pengumpulan data yang dilakukan
psikologi. Akibatnya pengukuran dalam dengan cara mengukur. Mengukur
psikologi (psikometri) banyak adalah membandingkan sesuatu
mempengaruhi pekerjaan pengumpulan dengan alat ukurnya. Dalam
data dalam pendidikan. pengukuran, pengumpulan data
dilakukan dengan membandingkan
Pengukuran dalam pendidikan melibatkan objek yang diukur dengan alat ukur dan
objek-objek yang terdapat dalam proses kemudian menerakan label berupa
pendidikan. Objek-objek dalam pengukuran angka pada objek menurut aturan
pendidikan dikenal sebagai responden. peneraan tertentu. Oleh karena itu,
Responden dalam pengukuran pendidikan untuk pengukuran dan pengumpulan
dapat berupa manusia pelaku pendidikan data diperlukan alat ukur atau
instrumen.

123
123
120 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Instrumen adalah alat ukur yang konsep, alat ukur dibakukan terlebih
digunakan untuk mengumpulkan data. dahulu. Termasuk dalam variabel
Sebagaimana dalam ilmu alam, konsep adalah motivasi belajar, minat
sebuah alat ukur hanya cocok untuk menjadi guru, prestasi belajar,
mengukur keadaan tertentu yang kecerdasan, bakat musik, konsep diri,
memang tepat diukur menggunakan dan sebagainya. Kesalahan data
alat ukur tersebut. Misalnya: variabel “kecerdasan” misalnya, dapat
timbangan tepat untuk mengukur saja kemungkinan disebabkan oleh
berat, mistar tepat untuk mengukur alat ukur pengumpulan data
jarak, termometer tepat untuk kecerdasan yang salah konsep.
mengukur waktu, dan sebagainya. Hal
yang sama berlaku dalam ilmu sosial Alat ukur juga berhubungan dengan
dan pendidikan. Sebuah instrumen penampilan variabel yang diukur.
harus tepat mengukur keadaan yang Berdasarkan penampilan variabel yang
diukurnya. Misalnya: instrumen hendak diukur, variabel dapat
motivasi belajar harus tepat mengukur digolongkan menjadi dua yaitu variabel
motivasi belajar, instrumen konsep diri yang mengukur performansi maksimal
akademik harus tepat mengukur dan yang mengukur performansi tipikal.
konsep diri akademik, dan sebagainya.
Variabel maksimal adalah variabel yang
b. Macam dalam pengumpulan datanya,
Instrumen alat ukur sangat responden didorong untuk
berhubungan dengan variabel yang menunjukkan penampilan
hendak diukur. Berdasarkan perlu- maksimalnya. Dari penampilan
tidaknya alat ukur dibakukan, variabel maksimal dapat diketahui kepemilikan
dibagi menjadi variabel faktual dan variabel itu pada responden. Instrumen
konseptual. yang digunakan untuk mengukur
performansi maksimal adalah berupa
Variabel faktual adalah variabel yang tes. Termasuk dalam variabel
terdapat di dalam faktanya. Oleh performansi maksimal adalah
karena bersifat faktual, bila terdapat kreativitas, bakat, prestasi belajar,
kesalahan dalam data, maka potensi akademik, kemampuan verbal,
kesalahan bukan terletak pada penguasaan bahasa Inggris, dan
instrumen alat ukurnya, tetapi sebagainya.
responden memberikan respons yang
tidak jujur. Alat ukur untuk mengukur Dalam pengumpulan data variabel-
variabel faktual tidak perlu dibakukan. variabel tersebut, peserta didorong
Yang termasuk dalam variabel faktual untuk menunjukkan penampilan
adalah jenis kelamin, agama, maksimal dalam merespons tes
pendidikan, usia, asal sekolah, sehingga diketahui tingkat
pekerjaan, status perkawinan, asal kreativitasnya, bakatnya, prestasi
tempat tinggal, dan sebagainya. belajarnya, dan sebagainya. Alat ukur
yang digunakan dapat berupa tes
Variabel konseptual adalah variabel bakat, tes kreativitas, tes prestasi
yang tidak terlihat dalam fakta tetapi belajar, tes potensi akademik, dan
tersembunyi dalam konsep. Oleh sebagainya.
karena tersembunyi dalam konsep,
maka kesalahan data dapat Variabel tipikal adalah variabel yang
disebabkan oleh kesalahan konsep dalam pengumpulan datanya,
pada alat ukur yang digunakan. Untuk responden tidak didorong untuk
memastikan alat ukur tidak salah menunjukkan penampilan maksimal,
konsep (valid) maka sebelum tapi lebih didorong untuk melaporkan
digunakan untuk mengukur variabel secara jujur keadaan dirinya dalam

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 121
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
variabel yang diukur. Yang termasuk tiap butir sesuai dengan demonstrasi
variabel tipikal adalah minat menjadi yang ditampilkan oleh peserta.
guru, sikap terhadap IPA, motivasi
belajar, tipe kepribadian, dan Kemudian, respons peserta diskor
sebagainya. Untuk merespons butir- dengan aturan tertentu untuk
butir pada instrumen yang mengukur mengubah hasil belajar menjadi ukuran
variabel-variabel ini, responden lebih kuantitatif. Misalnya: dalam mengukur
didorong untuk merespons sesuai “hasil belajar dalam mata pelajaran
keadaan diri, perasaan, dan pikirannya. mengetik”, beberapa butir yang
Instrumen yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan mengetik
mengumpulkan data variabel tipikal dituliskan dalam lembar observasi.
adalah instrumen non-tes. Salah satu di antaranya adalah sebagai
berikut: Menempatkan jari (sangat
c. Pelaksanaan bagus, bagus, sedang, buruk, sangat
Instrumen alat ukur, baik yang berupa buruk) di mana nanti respons “sangat
tes maupun non-tes dalam bagus” akan diberikan skor 4, “bagus”
pelaksanaan pengukurannya dapat diberikan skor 3, “sedang” diberikan
dilakukan dengan empat cara, yaitu skor 2, “buruk” diberikan skor 1 dan
pengamatan, wawancara, tertulis, dan “sangat buruk” diberikan skor 0.
dokumen.
Penampilan tipikal juga dapat diukur
Pelaksanaan pengukuran dapat dengan mengadakan pengamatan.
dilakukan dengan mengadakan Sebagaimana dalam instrumen tes,
pengamatan. Pengamatan dilakukan pengamatan juga dibantu dengan
apabila data yang hendak lembar pengamatan disertai pilihan
dikumpulkan nampak dalam aktivitas yang telah didesain. Misalnya:
yang dapat diamati. Pengukuran mengukur tipe kepribadian (ekstravert-
penampilan maksimum dengan tes introvert). Pengukuran dilakukan
dapat dilakukan dengan mengadakan dengan melakukan pengamatan
pengamatan. Cara yang demikian ini perilaku anak dan memberikan respons
banyak dilakukan pada pengukuran pada lembar pengamatan. Misalnya:
hasil belajar ranah psikomotorik di bermain dengan teman pada waktu
mana hasil belajar terlihat dari istirahat sekolah (selalu, sering,
kemampuan peserta kadang, jarang, tidak pernah).
mendemonstrasikan keterampilan
tertentu. Cara ini dikenal dengan ujian Pengukuran dapat dilakukan dengan
praktek. Ujian praktek ini dapat wawancara lisan. Cara ini dilakukan
dilakukan dalam memeragakan apabila data yang hendak
penggunaan alat percobaan, proses dikumpulkan dapat diketahui dengan
membuat lukisan, menjalankan mesin, menanyakan dan meminta respons
melakukan gerakan tari, dan secara lisan. Pengukuran dilakukan
sebagainya. dengan menggunakan alat ukur berupa
panduan wawancara dalam bentuk
Dalam melakukan pengukuran dengan yang terstruktur.
pengamatan, pengumpul data dibantu
oleh lembar pengamatan sebagai alat Dalam mengukur penampilan
ukur. Lembar pengamatan berisi maksimum, pengumpulan data
sejumlah butir yang mendorong dilakukan dengan mengajukan
peserta untuk memberikan penampilan pertanyaan dan meminta respons
dalam variabel yang diukur berikut secara lisan. Cara ini dikenal sebagai
pilihan tertentu yang disediakan untuk ujian lisan. Cara ini baik dilakukan
direspons pengumpul data. Pengumpul apabila hasil belajar yang hendak
data memberikan respons pada tiap- diukur tampak dari kemampuan

123
123
122 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
orasinya. Misalnya: kemampuan disampaikan responden memberikan
pidato, baca puisi, berbicara dalam petunjuk tentang pikiran dan
bahasa Inggris, menyanyi, dan perasaannya. Pengukuran tertulis ini
sebagainya. Cara ini juga baik banyak memberikan keuntungan.
dilakukan apabila peserta tes belum Sejumlah besar responden dapat
dapat membaca atau belum mampu diukur sekaligus dalam satu tempat
memahami kalimat dengan baik, dan waktu. Berbeda dengan
sehingga pengajuan pertanyaan akan pengamatan dan wawancara, yaitu
lebih jelas dilakukan secara lisan. harus dilakukan satu-persatu. Dalam
pengukuran tertulis, pertanyaan
Dalam pengukuran yang menggunakan stimulus ditulis dan dicetak untuk diisi
instrumen non-tes, pengumpulan data oleh responden. Responden
juga dapat dilakukan dengan dikumpulkan di satu tempat atau
wawancara. Wawancara dilakukan tempat terpisah dalam kondisi yang
secara terstruktur dengan panduan sama sehingga mereka memberikan
wawancara yang dilengkapi dengan respons serempak dalam satu waktu.
pilihan yang ditentukan. Pengumpulan
data dilakukan oleh pengumpul data Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan memberikan respons pada dengan cara menganalisis dokumen.
panduan wawancara berdasarkan Untuk keperluan pengukuran, analisis
ekspresi lisan yang ditunjukkan oleh dokumen dilengkapi dengan lembar
responden. Cara ini baik dilakukan analisis sebagai alat ukur. Lembar
apabila responden tidak dapat analisis memuat sejumlah butir
membaca atau memahami pertanyaan pertanyaan atau pernyataan tentang
tertulis sehingga pengumpulan data aspek yang akan diukur dari dokumen.
dilakukan dengan melakukan Dalam pengukuran penampilan
wawancara terhadap satu persatu maksimum, peserta ditugaskan
responden. membuat sebuah karya. Pengukuran
kemampuan atau penguasaan
Pelaksanaan pengukuran dilakukan atas karya yang dihasilkan.
menggunakan instrumen dapat juga
dilakukan secara tertulis. Cara ini baik Berbeda dengan ujian praktek di mana
dilakukan apabila responden dapat yang diamati adalah penampilan
melaporkan apa yang dipikirkan dan demonstratifnya; sedangkan
dirasakan dengan memberikan pengukuran terhadap dokumen
respons secara tertulis karena dapat dilakukan atas hasil demonstrasinya.
membaca dan memahami pertanyaan Misalnya: lukisan, karangan, puisi,
tertulis. Dalam pengukuran penampilan patung, radio, hasil rekam medik,
maksimum menggunakan tes, peserta program komputer dan sebagainya.
memberikan respons tertulis atas Karya diukur dengan menggunakan
alternatif yang disediakan setelah lembar analisis di mana responden
membaca pertanyaan yang menjadi memberikan respons atas pilihan yang
stimulusnya. Peserta memberikan disediakan berdasarkan pertanyaan
respons berupa penampilan maksimal atau pernyataan yang mengukur
dan dari responsnya dapat diketahui kualitas karya. Dalam pengukuran
kemampuan atau penguasaannya. penampilan tipikal yang menggunakan
instrumen non-tes, maka keadaan,
Dalam pengukuran penampilan tipikal pikiran dan perasaan responden diukur
secara tertulis, responden diminta dari karya dan dokumen yang
untuk memberikan respons tertulis dihasilkan. Misalnya: kepribadian
atas pilihan yang disediakan dari diukur dengan mempelajari dan
sejumlah daftar pertanyaan mengukur agenda harian, buku yang
(questionaire). Respons yang ditulis, biografi, dan karya lainnya.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 123
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
d. Syarat data yang “sama”. Instrumen dengan
Instrumen merupakan alat ukur yang hasil pengukuran yang berubah-ubah
digunakan untuk mengumpulkan data secara ekstrim tidak memberikan
dengan cara mengukur. Sebagai informasi apapun mengenai responden
sebuah alat ukur, instrumen harus karena tidak reliabel.
memenuhi syarat yang diperlukan
sebagaimana yang dituntut oleh alat e. Komponen
ukur baku dalam ilmu alam, seperti: Instrumen alat ukur pengumpulan data
mistar, neraca, stopwatch, mempunyai beberapa komponen yaitu:
termometer, seismograf, dan judul, data faktual, pengantar, petunjuk
barometer. pengerjaan, pertanyaan/pernyataan,
alternatif/pilihan, dan respons/jawaban.
Terdapat dua syarat psikometris yang 1) Judul menginformasikan tentang
harus dipenuhi oleh sebuah instrument, judul instrumen menurut variabel
yaitu validitas dan reliabilitas. Banyak yang akan dikumpulkan.
keuntungan penelitian kuantitatif, Misalnya: judul instrumen yang
namun harus diwaspadai proses akan digunakan untuk mengukur
pengukuran variabelnya (kuantifikasi) variabel motivasi belajar adalah
yaitu proses mengubah data kualitatif “instrumen motivasi belajar”.
menjadi kuantitatif. Data yang 2) Data faktual memuat keterangan
diperoleh harus sesuai dengan faktual mengenai responden yang
keadaan sebenarnya sehingga diperlukan dalam penelitian.
validitas internalnya tinggi. Untuk itu, Beberapa data faktual yang
data harus diambil dengan instrumen kemungkinan diperlukan adalah:
pengumpulan data yang secara ilmiah nama, kelas, sekolah, umur,
dapat dipertanggungjawabkan agama, jenis kelamin, pendidikan,
(Suryabrata, 1998). suku, pekerjaan, indeks prestasi,
penghasilan orang tua, asal
Validitas adalah kemampuan yang sekolah, tempat tinggal, jarak dari
dimiliki oleh sebuah alat ukur untuk rumah ke sekolah, jenis kendaraan
mengukur secara tepat keadaan yang ke sekolah, dan sebagainya.
akan diukur. Misalnya: timbangan 3) Pengantar menjelaskan tentang
adalah alat ukur yang valid untuk pentingnya dilakukan
mengukur berat, tapi tidak valid untuk pengumpulan data dalam
mengukur jarak. Begitu pula dalam penelitian, serta kemungkinan
pendidikan, tes prestasi belajar kepentingan responden dalam
matematika bukan alat ukur yang valid penelitian. Pengantar berisi kalimat
untuk mengukur sikap terhadap mata persuasif yang mengajak
pelajaran matematika, sebab tes responden untuk memberikan
prestasi belajar matematika bukan alat responsnya secara jujur sesuai
ukur yang tepat untuk mengukur sikap dengan keadaan, pikiran, dan
terhadap mata pelajaran matematika. perasaannya. Pengantar juga
memuat jaminan bahwa respons
Instrumen juga harus memenuhi syarat yang diberikan responden tidak
reliabilitas. Reliabilitas berhubungan memberikan resiko terhadap
dengan tingkat kepercayaan pribadi dan harga dirinya sehingga
instrumen. Instrumen dapat dipercaya responden akan memberikan
apabila memberikan hasil pengukuran respons secara aman tanpa
yang relatif stabil dan konsisten. perasaan tertekan dan terancam.
Pengukuran terhadap responden yang
sama pada kedaaan dirinya yang Dari pengantar diharapkan
sama diukur menggunakan alat ukur responden akan memberikan
yang sama seharusnya menghasilkan respons apa adanya. Contoh

123
123
124 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
pengantar sebuah instrumen: 7) Jawaban atau respons. Respons
“Mohon Bapak/Ibu/Saudara adalah jawaban yang dipilih oleh
memberikan jawaban secara jujur responden di antara pilihan yang
sesuai dengan pikiran dan disediakan untuk merespons
perasaan Bapak/Ibu/Saudara. stimulus pertanyaan atau
Jawaban Bapak/Ibu/Saudara akan pernyataan.
dijaga kerahasiaannya dan tidak
akan memberikan resiko apapun f. Ciri
bagi Bapak/Ibu/Saudara. Jawaban Pengukuran dalam pendidikan
jujur Bapak/Ibu/Saudara akan mempunyai ciri-ciri yang meniru model
menjadi data yang sangat pengukuran dalam ilmu alam, bersifat
berharga dalam penelitian ini. Hasil tidak langsung, menggunakan ukuran
penelitian ini akan diperlukan kuantitatif, dan mengandung
dalam pengambilan kebijakan kesalahan. Masing-masing ciri ini
mengenai penanganan anak-anak dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bapak/Ibu/Saudara”. 1) Meniru model pengukuran dalam
4) Petunjuk pengisian instrumen ilmu alam. Pengukuran adalah cara
memberikan informasi mengenai yang digunakan dalam ilmu alam
apa yang harus dilakukan oleh untuk pengumpulan data. Cara ini
responden untuk memberikan diadaptasi ke dalam ilmu sosial
repons terhadap butir-butir dan pendidikan untuk tujuan yang
instrumen. Misalnya: “Mohon sama.
Bapak/Ibu/Saudara menentukan 2) Pengukuran bersifat tidak
pilihan yang disediakan pada tiap langsung. Pengukuran dalam ilmu
butir dengan memberikan tanda alam dilakukan secara langsung
silang (X) pada pilihan yang sesuai dengan membandingkan sesuatu
dengan pikiran atau perasaan dengan alat ukur. Cara ini dapat
Bapak/Ibu/Saudara” atau “Tuliskan dilakukan karena objek yang
pada kolom yang disediakan pada diukur berada di luar diri pengamat.
tiap butir dengan menuliskan SS Hal itu berbeda dengan
bila “sangat setuju”, S bila “setuju”, pengukuran dalam ilmu sosial dan
R bila “ragu”, TS bila “tidak setuju”, pendidikan yang bersifat tidak
dan STS bila “sangat tidak setuju”. langsung. Dalam penelitian sosial
5) Pertanyaan atau pernyataan. termasuk pendidikan, objek berada
Pertanyaan atau pernyataan dalam diri manusia yang tidak
adalah kalimat yang berisi dapat secara langsung diobservasi
stimulus yang akan direspon oleh dan diukur. Pengukuran dilakukan
responden. Misalnya salah satu dengan terlebih dulu mendorong
butir yang mengukur “motivasi responden memberikan respons
belajar” yang diajukan kepada dan setelah itu barulah kemudian
responden adalah dimaksudkan dilakukan pengukuran atas
untuk mengetahui kadar motivasi respons dengan aturan tertentu.
belajar: “Saya belajar sampai 3) Menggunakan ukuran kuantitatif.
bisa”. Penelitian kuantitatif berusaha
6) Pilihan. Pilihan adalah alternatif menjaga netralitas dari prasangka
respons yang disediakan bagi subjektivitas. Penelitian ini dapat
responden untuk dipilih sebagai dilakukan apabila data hasil
respons atas stimulus pertanyaan pengukuran disajikan dalam
atau pernyataan. Misalnya untuk bentuk kuantitatif. Dengan
merespons butir “Saya belajar melibatkan bilangan sebagai data
sampai bisa” disediakan pilihan: maka komunikasi dalam penelitian
selalu, sering, kadang-kadang, dapat dilakukan tanpa emosi untuk
jarang, tidak pernah. menghasilkan kesimpulan yang
bersifat objektif.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 125
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
4) Memungkinkan terjadinya Pengukuran adalah kegiatan
kesalahan. Pengukuran atas membandingkan sesuatu dengan alat
gejala alam mungkin menimbulkan ukurnya dan kemudian menerakan angka
resiko kesalahan yang kecil menurut aturan tertentu. Dalam
karena benda mempunyai perilaku pengukuran terdapat proses kuantifikasi
yang stabil dan tidak dapat untuk mengubah sifat kualitatif data ke
menyembunyikan keadaan dalam ukuran kuantitatif menggunakan
mengenai dirinya. Pengukuran instrumen alat ukur.
dalam pendidikan mempunyai
resiko kesalahan lebih besar. 2. Saran
Sumber kesalahan dapat berasal Pengukuran yang menggunakan instrumen
dari alat ukur, orang yang alat ukur dilakukan juga dalam penelitian
melakukan penilaian, anak yang sosial dan pendidikan. Dalam kegiatan ini,
dinilai, atau situasi di mana sebaiknya data sosial dan pendidikan
penilaian berlangsung (Arikunto, disajikan dalam bentuk kuantitatif sehingga
1995). memungkinkan untuk melihat adanya
hubungan antara gejala yang satu dengan
gejala lainnya dalam pendidikan.
C. PENUTUP

1. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA


Pengukuran merupakan cara kerja ilmu
alam dalam pengumpulan data. Dalam Arikunto, Suharsimi. (1995). Dasar-dasar Evaluasi
penelitian sosial dan pendidikan yang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
menggunakan metode kuantitatif, Bower, Gordon H. dan Hilgard, Ernest. (1981).
pengumpulan data dilakukan dengan Theories of Learning. Fifth edition. Englewood
meniru pengukuran dalam ilmu alam. Cara Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.
kerja yang demikian ini diperlukan untuk Hjelle, Larry A. dan Ziegler, Daniel J. (1992).
memenuhi persyaratan kebenaran ilmiah Personality Theories. Third edition. New York:
yang ingin dicapai, yaitu positif, nyata, McGraw Hill, Inc.
dapat diobservasi, terukur, bebas nilai, Kerlinger, Fred N. (1996). Asas-asas Penelitian
berlaku universal, dan terbuka untuk diuji Behavioral. Terjemahan Landung R
kembali. Proses mencapai kebenaran Simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada
ilmiah dapat dicapai kalau komunikasi dan University Press.
proses dilakukan dengan data kuantitatif Soekanto, Soerjono. (1997). Sosiologi: Suatu
yang diukumpulkan lewat proses Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
pengukuran. Suryabrata, Sumadi. (1998). Pengembangan Alat
Ukur Psikologis. Jakarta: Ditjen Dikti
Depdikbud.

uuuuuuuuuuuuu

123
123
126 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
ACUAN PENULISAN

1. Naskah belum pernah dimuat/diterbitkan di jurnal lain, diketik dengan 2 spasi pada kertas kuarto,
jumlah 10 sampai dengan 30 halaman dilengkapi abstrak sebanyak 100 - 150 kata. Naskah dikirim
ke alamat redaksi dalam bentuk ketikan dan disertai disketnya. Berkas naskah dalam disket diketik
dengan menggunakan pengolah kata MicrosoftWord, WordStar, WordFerfect.

2. Naskah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan tentang kebijakan, penelitian, pemikiran,
kajian, analisis dan atau reviu teori/konsep/metodologi, resensi buku baru dan informasi lain yang
berkaitan dengan permasalahan teknologi pendidikan informasi.

3. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai
struktur dan sistematika serta persentase jumlah halaman sebagai berikut. (Sistematika/struktur ini
hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan setara dengan
pedoman ini).
a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian (10%).
b. kajian literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (15%).
c. Metodologi yang berisi rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data (10%).
d. Hasil dan Bahasan (50%).
e. Simpulan dan Saran (15%).
f. Pustaka Acuan.

4. Artikel memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan
sistematika serta persentasenya dari jumlah halaman sebagai berikut. (Sistematika/struktur ini
hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri secara setara).
a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penulisan (10%).
b. Kajian literatur dan pembahasan serta pengembangan teori/konsep (70%).
c. Simpulan dan Saran (20%).
d. Pustaka Acuan.

5. Artikel buku resensi selain menginformasikan bagian-bagian penting dari buku yang diresensi juga
menunjukan bahasan secara mendalam kelebihan dan kelemahan buku tersebut serta
membandingkan teori/konsep yang ada dalam buku tersebut dengan teori/konsep dari sumber-
sumber lain.

6. Khusus naskah hasil penelitian yang disponsori oleh pihak tertentu harus ada pernyataan
(acknowledgement) yang berisi isi sponsor yang mendanai dan ucapan terima kasih kepada sponsor
tersebut.

7. Pustaka Acuan disajikan mengikuti tata cara standar dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

8. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel dan gambar mengikuti ketentuan dalam pedoman
Penulisan Artikel Jurnal terbitan JIP. Naskah diketik dengan memperhatikan aturan tentang
penggunaan tanda baca dan ejaan yang dimuat dalam pedomam Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (Depdiknas, 1987).

9. Pengiriman naskah diserta dengan alamat, nomor telepon, fax atau e-mail (bila ada). Naskah yang
tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali ada permintaan penulis. Kepada penulis akan diberikan
2 eksemplar jurnal tanda bukti pemuatan.

10. Isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 127
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
JURNAL

TEKNODIK
Teknologi Pendidikan
Wahana komunikasi pengembangan dan pendayagunaan teknologi pendidikan

Vol. XIII No. 2 Desember 2009

Pengarah : Sekretaris Jenderal Depdiknas

Pemimpin Umum/
Penanggungjawab : Kepala Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan

Mitra Bestari : Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc.


Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc.

Ketua Penyunting : Dr. Purwanto (Teknologi Pembelajaran)

Wakil Ketua Penyunting : Drs. Waldopo, M.Pd. (Penelitian dan Evaluasi


Pendidikan)

Penyunting Penyelia : 1. Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd. (Teknologi


Pembelajaran)
2. Drs. Rusjdy S. Arifin, M.Sc. (Teknologi
Pembelajaran)
3. Hardjito, S.Ip., M.Si. (Teknologi Pembelajaran)
4. Drs. Bagja Mulya, MM., M.Pd (Manajemen
Pendidikan)

Penyunting Pelaksana : 1. Drs. Kusnandar, M.Pd. (Teknologi Pembelajaran)


2. Uwes A. Chaeruman, S.Pd., M.Pd (Teknologi
Pembelajaran)

Tata Letak : Erdiyansyah Alim

Desain Sampul : Roesno Prihardoyo

Sekretariat : Drs. Nasiruddin

Sirkulasi : Drs. Bambang Susanto, M.Hum.

Homepage : Muhamad Adi Bagus Nuryadi, S.Kom.

Monitoring dan Evaluasi : Drs. Sarjani

Alamat Redaksi: Jl. RE Martadinata, Km 15,5 Ciputat, Jkt - Bgr


PO Box 7/CPA Ciputat 15411
Telp.: (021) 7401851 - 7401852
Fax. : (021) 7401727
Website: http://pustekkom.depdiknas.go.id

123
123
128 123
123
123
123
Vol. XIII No. 2 Des 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123

Anda mungkin juga menyukai

  • DSP
    DSP
    Dokumen93 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen103 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen93 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2014 Desember
    2014 Desember
    Dokumen130 halaman
    2014 Desember
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2004 Desember No 15 Oke
    2004 Desember No 15 Oke
    Dokumen181 halaman
    2004 Desember No 15 Oke
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2015 April Ok
    2015 April Ok
    Dokumen124 halaman
    2015 April Ok
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen112 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen215 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2017 Juni Ok
    2017 Juni Ok
    Dokumen115 halaman
    2017 Juni Ok
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen135 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen119 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen132 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat