BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
keterampilan menulis teks cerpen di kelas XI SMA. Kedua, teknik Copy the
Master berbasis model Problem Based Learning. Ketiga, penerapan teknik Copy
yang kompleks karena menulis melibatkan cara berpikir yang teratur serta
Keterampilan menulis adalah keterampilan yang dapat dimiliki oleh peserta didik
setelah melalui proses pembelajaran yang intensif. Salah satu hal yang perlu
membaca sebuah tulisan, bahasa yang digunakan harus sesuai kaidah kebahasaan
salah satu keterampilan menulis yang diajarkan adalah menulis teks cerpen yang
menulis teks cerpen, berikut ini diuraikan (a) pengertian teks cerpen, (b) unsur
intrinsik dan ekstrinsik teks cerpen, (c) struktur teks cerpen, (d) kaidah
7
8
cerpen, (g) indikator keterampilan menulis teks cerpen, dan (h) evaluasi/alat ukur
jumlah halaman atau jumlah tokoh yang terlibat di dalam cerita, melainkan
disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk
karya sastra tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharianto (1982:39) yang
mengatakan bahwa sebuah cerita yang pendek belum tentu digolongkan ke dalam
jenis cerita pendek jika ruang lingkup dan permasalahan yang diungkapkan tidak
memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek. Sementara itu, Sumardjo
pendek bukanlah sekedar ukurannya, tetapi cerita pendek membatasi diri pada
satu efek atau sebuah kesan yang timbul dalam pikiran pembaca.
karya fiksi merupakan suatu bentuk wacana yang mengisahkan suatu kejadian
merupakan cerita yang ditulis dengan pemaparan peristiwa secara lebih padat,
sedangkan latar maupun kilas balik peristiwa disinggung sambil lalu saja. Lebih
lanjut, Thahar (2008:4) mengatakan bahwa pada cerita pendek hanya terdapat
menceritakan sebuah peristiwa utama yang dipaparkan secara lebih padat dan
intrinsik dan unsur ekstrinsik yang membentuk cerita karya fiksi. Unsur intrinsik
adalah unsur yang membentuk cerpen sebagai salah satu karya sastra yang
terdapat dalam karya sastra itu sendiri yang meliputi penokohan, alur, latar, tema,
sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur
yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya
sastra itu yang meliputi faktor sosial, ekonomi, dan politik. Berikut ini dijelaskan
masalah penamaan, pemeranan, keadaan fisik dan psikis, dan karakter tokoh yang
tidak hadir secara serta-merta. Masalah penokohan dalam sebuah karya tidak
tokoh secara tepat, sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik
10
tiga teknik pelukisan tokoh dalam cerita sebagai berikut ini. Pertama, teknik
ekspositori atau teknik analitis, yaitu pelukisan tokoh cerita yang dilakukan
mengenai tokoh cerita. Kedua, teknik dramatik, yaitu penampilan tokoh cerita
dengan cara tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah
laku tokoh. Ketiga, teknik catatan identifikasi tokoh, yaitu tokoh cerita utama atau
perkembangan cerita.
2) Alur/Plot
Menurut Keraf (2007:147), alur atau plot cerita merupakan rangkaian pola
sebuah cerita serta memulihkan situasi cerita tersebut ke dalam suatu situasi yang
bahwa alur atau plot adalah konstruksi yang dibuat pengarang mengenai sebuah
deretan peristiwa yang secara logik dan kronologis saling berkaitan dan
adalah rangkaian cerita yang disusun secara kronologis, setiap tindakan harus
bertalian satu sama lain, suatu insiden memiliki hubungan dengan insiden lain,
setiap tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan itu, dan situasi serta
perasaan tokoh yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu terkait dalam suatu
urutan waktu.
11
plot cerita dibagi atas tiga tahap, yaitu (1) tahap awal, (2) tahap tengah, dan (3)
tahap akhir. Tahap awal sebuah cerita menyajikan situasi dasar, memungkinkan
berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya.
mungkin juga telah disinggung secara implisit perwatakannya. Oleh karena itu,
seorang penulis harus menggarap tahap awal cerita dengan sungguh-sungguh agar
bahwa pada tahap awal cerita fungsinya hanya sebatas memberikan informasi dan
permasalahan.
Tahap akhir sebuah cerita adalah tahap penyelesaian masalah yang
tahap peleraian menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks yang
bahwa pada tahap akhir ditampilkan akhir sebuah cerita, misalnya penyelesaian
12
bersifat maju. Selain alur maju, ada yang disebut dengan alur mundur atau kilas
balik. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (1995:155) yang menyatakan
kepada tokoh lain, tokoh lain menceritakan masa lalu tokoh lain, atau pun
3) Latar/Setting
penokohan sebagai penjelas suasana, tempat, dan waktu peristiwa yang terjadi
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
keadaan tokoh yang dapat ditangkap pembaca dari sudut penceritaan, yang
latar. Pertama, latar tempat, yaitu menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat dengan nama
tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar tempat
13
mencerminkan atau tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat
yang bersangkutan.
Kedua, latar waktu, yaitu berkaitan dengan kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Kadang-kadang latar waktu
secara dominan diperlihatkan oleh penulis, tetapi ada juga yang ditujukan secara
samar karena mungkin dianggap kurang penting. Latar waktu dalam fiksi dapat
menjadi dominan dan fungsional jika dianggap secara teliti, terutama jika
dihubungkan dengan waktu sejarah, namun hal itu membawa sebuah konsekuensi
yang dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir, bersikap, dan hal lain yang tergolong spritual. Latar sosial
berperan untuk menentukan apakah sebuah latar khususnya latar tempat menjadi
khas. Status sosial tokoh merupakan bagian latar secara keseluruhan. Jadi, latar
sosial berada dalam kepaduannya dalam unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur
tersebut akan menyaran pada makna yang lebih khas dan meyakinkan.
4) Tema
Menurut Nurgiantoro (1994: 70), tema adalah topik dalam suatu tulisan
atau karya fiksi. Jadi, tema tidak lain dari suatu gagasan sentral yang menjadi
dasar tersebut. Yang menjadi unsur sentral adalah tema yang merupakan adalah
topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai oleh pengarang
dengan topiknya.
5) Sudut Pandang
14
berikut. Pertama, pengarang sebagai tokoh cerita. Pengarang sebagai tokoh cerita
yang luas untuk menguraikan dan menjelaskan tentang dirinya, perasaan, dan
pikirannya. Akan tetapi, tidak banyak yang diketahui atau dapat diceritakannya
tentang peristiwa yang berlangsung pada tempat lain pada saat pelaku itu sendiri
hal ini adalah seorang tokoh sampingan yang menceritakan peristiwa yang
bertalian, terutama dengan tokoh utama cerita. Cara penyampaian cerita itu juga
sering pula ia bercerita sebagai orang ketiga yang mengamati peristiwa dari jauh
orang ketiga yang berada di luar cerita bertindak sebagai pengamat sekaligus
perasaan dan pikiran para pelaku cerita.Pengarang sebagai orang ketigas ini pada
daarnya dapat dibagi pula atas dua jenis: pertama, pengarang hanya mengamati
satu pelaku tertentu saja. Dan biasanya pelaku utama cerita. Kedua, Pengarang
bertindak sebagai pengamat yang sama sekali netral dan mengamati semua tokoh
cerita.
15
sebagai pelaku utama cerita dan sekaligus sebagai narator yang menceritakan
tentang orang lain di samping tentang dirinya, biasanya keluar masuk cerita.
6) Gaya Bahasa
paikan ceritanya. Pengarang yang satu dengan yang lain dalam menggunakan
bahasa untuk mengungkapkan ide atau tema pada karyanya pastilah memiliki
kekhasan masing-masing.
luar biasa adalah unik karena selain dekat dengan watak dan jiwa penyair juga
membuat bahasa yang digunakannya berbeda dalam makna kemesraan. Jadi, gaya
serta dengan itu pula ia menyentuh dan menggelitik hati pembacanya dan arena
gaya bahasa itu berasal dari dalam batin seorang pengarang maka gaya bahasa itu
berasal dari dalam batin seorang pengarang dalam karyanya secara tidak langsung
Berdasarkan pendapat ahli bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
7) Amanat
16
pembaca lewat karya yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini, tentu saja tidak
disampaikan secara langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur
secara implicit dan eksplisit. Amanat biasanya memberikan manfaat yang dapat
dipetik dari cerita yang dibaca. Oleh karena itu, walaupun suatu karya sastra itu
c. Struktur Cerpen
oleh (1) abstraksi, (2) orientasi, (3) komplikasi, (4) evaluasi, (5) resolusi, dan (6)
cerita. Orientasi adalah pengenalan cerita yang berkenaan dengan penokohan atau
pun bibit-bibit masalah yang dialami. Komplikasi atau puncak konflik, yakni
bagian cerpen yang menceritakan puncak masalah yang dialami tokoh utama.
Masalah itu tentu saja tidak dikehendaki oleh sang tokoh. Bagian ini pula yang
paling menegangkan dan rasa penasaran pembaca tentang cara sang tokoh di
merupakan komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita, mungkin juga diisi
Menurut KBBI (offline) ciri adalah tanda khas yang membedakan sesuatu
dari yang lain, sedangkan unsur adalah bagian terkecil dari suatu benda. Jadi,
ketika kita membahas ciri kebahasaan teks cerita pendek, maka kita juga akan
teks cerita pendek adalah: penggunaan tanda baca (EYD), pembentukan kata,
mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Pada satu saat,
bahasa tidak dituntut dapat mengekspresikan sesuatu dengan efisien karena ingin
penerimanya. Pada saat yang lain, bahasa dituntut efisien dalam menyampaikan
gagasan secara objektif dan logis supaya dapat dicerna dengan mudah oleh
perasaan dan pemikiran dalam berbagai macam jenis teks. Salah satunya adalah
cerpen ditulis dengan kata “memproduksi” teks cerpen yang terdapat pada
Kompetenti Dasar 4.2 kelas XI semester I, yaitu “Memproduksi teks cerpen sesuai
dengan karakteristik teks, baik secara lisan maupun tulisan”. Jadi, kedudukan
18
apa tujuan dalam menulis. Hal itu perlu karena menulis merupakan kegiatan yang
memahami tujuan menulis serta adanya dorongan yang kuat dalam diri individu.
memberikan uraian atau penjelasan tentang sesuatu hal yang harus diketahui oleh
sesuatu yang sedang belangsung di suatu tempat pada suatu waktu. Keempat,
agar pembaca bisa menyetujui atau sependapat dengan apa yang diungkapkan
penulis.
Indikator keterampilan menulis teks cerpen ada empat yaitu, (1) struktur,
1) Struktur Cerpen
teks yang akan dibuat, baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan kedudukan
keterampilan menulis teks cerpen dalam kurikulum 2013 di atas, dalam penelitian
ini siswa diarahkan untuk terampil menulis teks cerpen dengan menggunakan
teknik Copy the Master. Indikator penilaian teks cerpen siswa yang pertama
adalah struktur teks, yaitu menulis teks cerpen dengan struktur teks cerpen yang
2) Isi Cerpen
Indikator keterampilan menulis teks cerpen yang kedua adalah isi. Terkait
dengan isi, penilaian terhadap cerpen yang ditulis peserta didik dibatasi pada
unsur intrinsik cerpen yaitu alur, penokohan, dan latar. Ketiga unsur ini akan
dan diksi. Mekanik sering juga disebut sebagai unsur kebahasaan. Indikatornya
meliputi penggunaan tanda baca, huruf kapital, kata depan dan konjungsi,
sedangkan diksi berkaitan dengan pemilihan bahasa yang lebih tepat atau lebih
efektif dan berseni. Indikator untuk diksi dibatasi pada penggunaan gaya bahasa.
pretest, yaitu sebelum pelaksanaan siklus 1. Periode kedua, dilakukan setiap akhir
siklus atau postest, misalnya akhir siklus 1 dan 2 jika penelitian dilaksanakan
20
dalam dua siklus. Postest akhir siklus 1 juga dapat ditempatkan sebagai pretest
siklus 2.
kembali konsep cerpen, tugas, pilihan tema, dan penutup. Sebelum digunakan
sebagai alat evaluasi, tes kinerja keterampilan menulis cerpen itu ditimbang oleh
kolaborator.
Pada subbagian ini akan dibahas enam hal. Pertama, hakikat model
penerapan teknik Copy the Master. Kelima, keunggulan teknik Copy the Master.
Problem Based Learning (PBL) atau yang dikenal sebagai model pembelajaran
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah
yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu
21
sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dimana guru
harus menjelaskan dengan rinci apa yang dilakukan oleh siswa maupun guru, serta
sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat mengerti dalam
pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam
proses ini. Pertama, tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah
besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-
membantu, sedangkan siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan
temannya. Keempat, selama tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang untuk
anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan
utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif
Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar
karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan
merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong
pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan
untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah siswa
bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pembelajaran pada fase ini,
penuh. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir
tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta kualitas informasi
yang dikumpulkan.
pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape
hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik
jika dalam pameran ini melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang tua, dan
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini
guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah
metode dan strategi. Salah satunya dengan meniru model atau Copy the Master.
Metode tersebut dimaksudkan sebagai meniru contoh yang sudah ada. Copy the
Master dalam pembelajaran menulis teks cerpen adalah meniru teks cerpen yang
sudah ada.
master yang diberikan. Model harus dibaca terlebih dahulu, dilihat isi, dan
dilakukan.
25
Santoso (2003:17) mengemukakan bahwa teknik tiru model atau Copy the
Master adalah teknik peniruan terhadap suatu objek yang membutuhkan tenggang
waktu yang alam agar karya yang dihasilkan tidak sama dengan modelnya tetapi
memiliki gaya sendiri. Dalam pembelajran menulis, teknik ini dapat diterapkan
dengan mempersiapkan banyak buku yang akan disajikan master atau model.
Menurut suhadi dan Senduk (dalam Trianto 2009:49), tiru model atau
Copy the Master pada dasarnya membahas gagasan yang dipikirkan mendemons-
trasikan bagaimana guru menginginkan para siswa untuk belajar dan melakukan
apa yang guru inginkan agar siswa melakukannya. Copy the Master dapat
Copy the Master atau tiru model merupakan teknik menulis dengan
dalam pembelajaran menulis teks cerpen, guru harus menyediakan teks cerpen
meniru motivasi siswa agar terampil menulis, yang menurut santoso (2003) dapat
dilakukan dalam dan di luar kelas. Salah satu teknik pembelajaran tersebut adalah
teknik tiru model atau copy the Master. Santoso mengemukakan bahwa dalam
pelaksanaan teknik tiru model ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan di
kelas, yaitu (1) model yang dipilih guru dibaca bersama-sama di kelas, (2) baca
terlebih dahulu analisis model (setiap model disertai sedikit analisis mengenai
bagus tidaknya tulisan itu dan menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika
26
menciptakan tulisan itu), (3) guru mengajak siswa memikirkan objek-objek lain
yang dapat dituliskan dengan menggunakan pola, gaya atau cara-cara yang
dipakai dalam model itu, (4) siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model
mempersiapakan suatu karangan model yang akan disajikan sebagai model atau
bahwa penerapan teknik tiru model menekankan bahwa karangan yang dihasilkan
tidak persis sama dengan karangan model, walaupun terkadang mungkin saja
Oleh sebab itu, diperlukan teknik untuk memicu motivasi siswa agar terampil
dalam dan di luar kelas. Salah satu teknik pembelajaran tersebut adalah teknik
the Master adalah menulis dengan melakukan latihan-latihan yang sesuai dengan
Master yang diberikan. Master tersebut dapat berupa cerpen utuh untuk
adanya imajinasi, manusia dapat menciptakan sesuatu yang lain dari kepeni-
ruannya itu menjadi sesuatu yang berharga. Tanpa imajinasi, tidak mungkin
karya seni pun lahir dari fakta dan imajinasi, termasuk seni sastra.
mempersiapkan suatu karangan model yang akan dijadikan sebagai model atau
bahwa dalam penerapan teknik Copy the Master karangan yang dihasilkan tidak
harus persis sama dengan karangan model, walaupun terkadang mungkin saja
Master atau Copy the Master adalah teknik peniruan terhadap suatu objek yang
membutuhkan tenggang waktu yang relatif lama agar karya yang dihasilkan tidak
sama dengan modelnya tetapi memiliki gaya sendiri. Dalam pembelajaran menulis
teknik ini dapat diterapkan dengan mempersiapkan banyak buku yang akan
the Master merupakan salah satu teknik pembelajaran yang berlandaskan pada
Selain itu, karena sifatnya yang deskriptif itulah maka teori ini seolah
memberi arah proses belajar. Semua tujuan pendidikan bersifat ideal, dan teori
generealitation terhadap konsep belajar. Memang, pada satu sisi belajar itu
memiliki sisi universal tetapi tetap memiliki dimensi khas individual. Intinya,
model tidak selamanya efektif jika perlakuan guru terhadap model serta
Kajian teori yang digunakan dalam penerapan teknik Copy the Master
Copy the Master dalam pembelajaran keterampilan menulis teks cerpen, (b)
faktor yang teknik Copy the Master terhadap pembelajaran keterampilan menulis
the Master ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan di kelas, yaitu (1)
teknik yang dipilih guru dibaca bersama-sama di kelas, (2) baca pula analisis
29
teknik itu karena setiap model disertai sedikit analisis mengenai bagus tidaknya
tulisan itu dan menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu,
(3) guru mengajak siswa memikirkan objek-objek lain yang kira-kira dapat
dituliskan dengan menggunakan pola, gaya atau cara-cara yang dipakai dalam
model itu, (4) siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model yang dibahas
Untuk dapat menulis seseorang harus banyak membaca. Membaca adalah sarana
utama menuju keterampilan menulis. Teknik Copy the Master merupakan cara
model tulisan dengan cara membaca beberapa model cerpen terlebih dahulu,
kemudian model itu ditiru dan dicontoh kerangkanya saja, setelah itu
dikembangkan sesuai ide siswa. Tujuannya agar siswa mampu menulis dengan
teknik Copy the Master pada dasarnya menuntut melakukan latihan-latihan sesuai
dengan master yang diberikan. Model harus dibaca terlebih dahulu, dilihat isi, dan
dilakukan. Menulis dengan teknik Copy the Master maksudnya bukan menyalin
secara keseluruhan, tetapi hanya mencontoh kerangkanya saja, idenya, cara atau
teknik yang digunakan. Untuk itu siswa sudah semestinya dapat berpikir,
berkreasi dan berkomunikasi dengan bahasa tulis secara langsung dan lancar.
teknik Copy the Master sebagai berikut. Pertama, guru membagikan model
cerpen. Model itu dibagikan kepada siswa, boleh secara perorangan ataupun
30
satu model cerpen. Untuk model, hendaknya seluruh siswa dalam satu kelas
tersebut. Sebaiknya, jenis membaca yang dilakukan siswa adalah membaca dalam
hati agar suasana kelas tidak terganggu. Ketika siswa membaca, guru berkeliling
yang utama adalah: (1) tokoh, (2) latar, (3) kejadian, dan (4) tindakan tokoh.
pengisian format. Dalam kegiatan ini, guru menanyakan siapa tokoh-tokoh dalam
cerpen, latar, kejadian, dan apa tindakan para tokoh. Jika perlu, guru mengakhiri
sesi tanya-jawab dengan cara memberikan tugas kepada satu kelompok pasangan
untuk menceritakan kembali isi cerpen. Siswa yang tampil tidak diperkenankan
membawa atau membaca cerpen model tetapi hanya membawa format yang telah
diisinya.
model. Jadi, dalam menuliskan kembali cerpen yang telah dibacanya siswa tidak
31
Ketujuh, secara acak guru menampilkan cerpen karya siswa untuk dibahas
Mengingat keterbatasan waktu, tidak mungkin seluruh cerpen karya siswa dapat
dibahas.
guru menugasi seluruh siswa untuk merevisi kembali cerpen yang telah ditulisnya.
yang diberikan, maka faktor pertama yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
teknik ini adalah master itu sendiri. Dalam hal ini, yang dimaksudkan adalah
cerpen yang dijadikan master atau model. Cerpen model hendaknya sesuai dengan
tingkat usia, minat, dan pengetahuan siap siswa. Untuk itu, pemilihan cerpen
guru atau peneliti PTK itu sendiri yang menulis cerpen master.
Faktor lain adalah guru. Guru atau pelaksana PTK merupakan faktor
utama atau penentu keberhasilan penerapan teknik Copy the Master. Di samping
idealnya guru memiliki keterampilan yang layak dalam menulis cerpen, guru juga
32
mencontek cerpen master. Untuk itu, guru harus menyiapkan dirinya dengan baik
hendaknya telah menugasi siswa untuk memahami kembali aspek teoretis tentang
cerpen. Bahkan, lebih ideal jika guru juga telah menugasi siswa untuk membaca
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) cerpen master atau model, (3)
format pengidentifikasian cerpen, dan (4) lembaran kertas untuk siswa dalam
(satu siklus). Jika penelitian ini dilaksanakan dua siklus, dipersiapkan dua RPP.
RPP tersebut mencerminkan delapan langkah utama penerapan teknik Copy the
Master.
Cerpen master atau model hendaknya sesuai dengan kriteria standar cerpen
yang baik. Di samping itu, cerpen master juga sesuai dengan tingkat usia, minat
dan kesiapan siswa. Jumlah cerpen master disesuaikan dengan jumlah siklus
pembelajaran.
Format pengidentifikasian cerpen digunakan siswa untuk menganalisis
cerpen model. Jika format pengidentifikasian cerpen sudah diisi, hasilnya juga
33
akan dimanfaatkan siswa untuk menuliskan kembali cerpen baru sesuai dengan
cerpen model. Bentuk dan struktur format tersebut adalah sebagai berikut ini.
Tabel 1
Contoh Format Pengidentifikasian Cerpen Model
A. Judul : ..................................................
B. Pengarang : ..................................................
C. Pesan/Amanat
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
siswa untuk menulis cerpen tiruan sesuai dengan hasil pengidentifikasian cerpen
master atau model. Jumlah kertas disesuaikan dengan jumlah siswa. Idealnya,
setiap siswa memperoleh dua lembar kertas, satu untuk menulis draf cerpen dan
B. Penelitian Relevan
yang sudah pernah di lakukan sebelumnya diantaranya oleh Fajar Marta (2009)
observasi siklus I berada pada kualifikasi kurang dan siklus kedua berada pada
teknik, dan kurikulum. Latar dalam penelitian ini adalah di kelas XI MIA 1 SMA
10 Padang, teknik yang dipakai adalah teknik copy the Master berbasis
C. Kerangka Konseptual
harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam menulis
karena tidak tahu kata-kata apa yang akan ditulis. Selain itu, pembelajaran
menulis teks cerpen di SMA adalah pelajaran yang baru karena kurikulum 2013
menerapkan teknik Copy the Master dalam pembelajaran menulis teks cerpen.
keterampilan menulis teks cerpen peserta didik. Sesuai dengan rumusan masalah
Bagan 1
Kerangka Konseptual
D. Hipotesis Tindakan
penelitian berupa jawaban sementara dari penelitian ini. Untuk itu, diajukan
1. (Hi) : penggunaan teknik Copy the Master berbasis Problem Based Learning
cerpen siswa kelas XI MIA 1 SMA 10 Padang, hipotesis diterima jika x >
KKM (80).
2. (Ho) : penggunaan teknik Copy the Master berbasis Problem Based Learning