Anda di halaman 1dari 132

DEPDIKNAS

JURNAL

TEKNODIK
Website: http://pustekkom.depdiknas.go.id

Vol. XIII No. 1 Juni 2009

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika


pada Materi Bilangan Prima melalui VCD Pembelajaran

Pengaruh Penggunaan Penilaian Berdasarkan Fortopolio


terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa

Kajian Learning Content Management Systems (LCMS)


dalam Kerangka Disain Pembelajaran

Jurnal Jakarta ISSN:


Vol. XIII No. 1 Hal 1-126
Teknodik Juni 2009 0854-915X

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 1
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
JURNAL
TEKNODIK
Vol. XIII No. 1 Juni 2009

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

EDITORIAL ..................................................................................................... 3

1. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Bilangan Prima Siswa


Kelas V SD Al-Muslim Sidoarjo melalui Pembelajaran dengan VCD Pembelajaran
(Rr. Martiningsih) ............................................................................................ 7
2. Pengaruh Penggunaan Penilaian Berdasarkan Fortopolio terhadap
Prestasi Belajar Fisika Siswa
(Drs. I Made Astra, M.Si) ............................................................................. 18
3. Kajian Learning Content Management Systems (LCMS) dalam
Kerangka Disain Pembelajaran
(Dewi Salma Prawiradilaga) .......................................................................... 35
4. Sekolah Menengah Tingkat Pertama Terbuka (SMP Terbuka) sebagai Bentuk
Pendidikan yang Merakyat
(Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd) .................................................................... 52
5. Strategi Pembelajaran dan Implikasinya pada Peningkatan Efektivitas
Pembelajaran
(Drs. Bambang Warsita, M.Pd) ...................................................................... 63
6. Strategi Pembelajaran untuk Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
(Drs. Waldopo, M.Pd.) ................................................................................ 75
7. Peran Teknologi Multimedia dalam Menyajikan Konsep-konsep Kimia
pada Tingkat Makroskopis, Mikroskopis, dan Simbolis
(Ida Ayu Anom Arsani, S.Si., M.Pd.) ............................................................ 86
8. Model dan Format Analisis Kebutuhan Multimedia Pembelajaran Interaktif
(M. Miftah, M.Pd.) ....................................................................................... 92
9. Pembelajaran Berbasis TIK terhadap Orang Dewasa
(Diana Ariani, S.Pd) .................................................................................... 104
10.Membangun UNJ sebagai Organisasi Belajar yang Unggul (Building State
University of Jakarta as the Excellence Learning Organization)
(Khaerudin) ................................................................................................ 115

ACUAN PENULISAN ....................................................................................... 126

123
123
2 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
EDITORIAL

ara pembaca yang budiman, puji syukur ke Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta,
P hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas
rahmatNya telah memungkinkan Jurnal
berbagi hasil penelitian yang dilakukannya
mengenai “Pengaruh Penggunaan Penilaian
TEKNODIK Vol. XIII No. 1 JUNI 2009 dapat hadir berdasarkan Fortopolio terhadap Prestasi Belajar
di hadapan kita masing-masing. Redaksi Fisika Siswa”. Yang menjadi fokus di dalam
menyampaikan terima kasih kepada para penelitian yang menggunakan metode quasi
pembaca yang telah berperanserta dalam berbagi eksperimen ini adalah pengaruh penggunaan
pendapat/pemikiran, gagasan atau pengalaman penilaian berdasarkan fortopolio terhadap semua
melalui pengiriman artikel atau tulisan. Dalam hasil belajar fisika siswa kelas XI SMA YP UNJ.
edisi ini, sebagaimana edisi sebelumnya, ada Kesimpulan yang diperoleh sebagai dampak dari
10 artikel/tulisan yang disajikan, baik yang berupa hasil penelitiannya adalah meningkatnya prestasi
hasil penelitian maupun kajian, yang semuanya belajar fisika siswa. Berdasarkan hasil penelitian
diharapkan akan dapat menambah khasanah ini disarankan agar para guru menggunakan
pengetahuan kita. model penilaian berdasarkan fortopolio dalam
mengajarkan mata pelajaran fisika.
Rr. Martiningsih, guru matematika pada Lembaga
Pendidikan Al Muslim Cabang Jawa Timur, Kemudian, Dewi Salma Prawiradilaga, tenaga
Sidoarjo, menyajikan sebuah hasil penelitian edukatif pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi
mengenai pelajaran matematika melalui Pendidikan-Fakultas Ilmu Pendidikan,
pemanfaatan VCD pembelajaran bagi para menyajikan hasil kajiannya mengenai “Learning
siswanya yang duduk dikelas V SD Al Muslim Content Management Systems (LCMS) dalam
Sidoarjo, Jawa Timur. Hasil penelitiannya kerangka Disain Pembelajaran”. Di dalam kajian
mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang ini diuraikan bahwa distance learning dan e-
signifikan mengenai hasil belajar siswa kelas V learning telah menjadi simbol globalisasi dan
SD Al Muslim Sidoarjo yang mempelajari industrialisasi dunia pendidikan. Model ini dapat
matematika dengan dan tanpa memanfaatkan dilaksanakan dengan memanfaatkan suatu
VCD pembelajaran. VCD Pembelajaran yang platform LCMS untuk menyajikan materi secara
digunakan adalah yang diproduksi oleh Pusat online. Dalam pengisian dan penyusunan LCMS,
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan penulis mengemukakan beberapa kaidah disain
(Pustekkom)-Departemen Pendidikan Nasional. pembelajaran yang perlu mendapat perhatian,
Prestasi belajar matematika siswa yang diajar yaitu (a) memaknai perangkat menulis yang
melalui pemanfaatan VCD ternyata lebih tersedia dalam LCMS dalam konteks disain
meningkat karena siswa merasa lebih termotivasi pembelajaran, (b) menganalisis topik yang
mempelajari matematika. Menurut siswa, mengacu pada pola sistem diterapkan dengan
mempelajari matematika melalui VCD penyesuaian terhadap tujuan pembelajaran,
pembelajaran terasa lebih mudah dipahami, peserta didik, kemampuan prasyarat, dan sifat
termasuk penerapan rumus-rumus dan konsep- materi ajar, (c) alur penyajian, (d) disain pesan,
konsep yang disajikan. Siswa juga digugah untuk dan (e) hak cipta.
mengembangkan kemampuan bernalarnya
melalui kegiatan pembelajaran yang Sudirman Siahaan, tenaga fungsional peneliti
memanfaatkan VCD. bidang pendidikan pada Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pendidikan
I Made Astra, tenaga edukatif pada Jurusan (Pustekkom)-Departemen Pendidikan Nasional,
Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu menulis tentang “Sekolah Menengah Pertama

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 3
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Terbuka (SMP Terbuka) sebagai Bentuk hubungan antara instruktur/widyaiswara dengan
Pendidikan yang Merakyat”. SMP Terbuka peserta didik adalah hubungan yang sejajar dan
merupakan salah satu alternatif pendidikan yang lebih bersifat kemitraan. Agar kegiatan Diklat
inovatif dalam menghadapi permasalahan dapat berhasil baik, salah satu strategi
aksesibilitas masyarakat (menyekolahkan anak- pembelajaran yang harus diperhatikan adalah
anaknya) ke SMP regular/konvensional. Pada membuat peserta didik berpartisipasi aktif dalam
umumnya, SMP reguler/konvensional masih keseluruhan kegiatan Diklat. Selanjutnya,
terbatas sampai pada tingkat kecamatan. SMP beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
Terbuka dikatakan sebagai bentuk pendidikan instruktur/widyaiswara dalam kegiatan
yang merakyat karena SMP Terbuka (1) pembelajaran pada Diklat adalah (1) melakukan
mendatangi anak-anak, (2) memungkinkan anak- penyusunan strategi dan pemilihan metode
anak tetap dapat belajar sekalipun harus bekerja pembelajaran, (2) menciptakan kegiatan
membantu orang tua mencari nafkah, (3) tidak pembelajaran yang mengaktifkan semua peserta
mengharuskan anak-anak datang setiap hari ke didik, (3) menghargai berbagai ragam pendapat
gedung SMP untuk belajar, (4) tidak peserta didik, (4) memfasilitasi terjadinya
mengharuskan anak-anak memakai baju penemuan, dan (5) menggunakan media
seragam, sepatu atau uniformitas lainnya, (5) pembelajaran (pembelajaran berbasis aneka
mengoptimalkan berbagai sumber daya yang ada sumber).
di lingkungan masyarakat untuk kegiatan
pembelajaran, dan (6) tidak membebani orang Ida Ayu Anom Arsani, tenaga edukatif pada
tua dengan berbagai bentuk biaya pendidikan. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali,
berbagi pendapat melalui artikel yang ditulisnya
Bambang Warsita, staf Pusat Teknologi Informasi mengenai “Peran Tknologi Multimedia dalam
dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)- menyajikan Konsep-konsep Kimia pada Tingkat
Departemen Pendidikan Nasional, berbagi Makroskopis, Mikroskopis, dan Simbolis”.
pemikiran melalui artikel yang berjudul “Strategi Dikemukakan bahwa penggunaan teknologi
Pembelajaran dan Implikasinya pada multimedia dalam pendidikan sangat menunjang
Peningkatan Efektivitas Pembelajaran”. efisiensi dan efektivitas proses belajar-mengajar.
Dikemukakan bahwa aplikasi praktis teknologi Lebih lanjut dikemukakan bahwa multimedia yang
pembelajaran dalam pemecahan masalah mengkombinasikan suara,animasi, gambar dan
pembelajaran mempunyai bentuk kongkrit yaitu video secara bersamaan dapat merangsang
strategi pembelajaran yang memudahkan peserta semua panca indera peserta didik sehingga pada
didik untuk belajar. Strategi pembelajaran ini akhirnya memudahkan peserta didik memahami
merupakan proses memilih dan menyu-sun materi pelajaran. Salah satu hasil penelitian yang
kegiatan pembelajaran dalam suatu unit dilakukan adalah menemukan implikasi dari
pembelajaran seperti urutan, sifat materi, ruang penggunaan multimedia yaitu mendorong
lingkup materi, metode dan media yang paling pebelajar aktif, terorganisasi, dan dapat
sesuai untuk mencapai kompetensi mengintegrasikan informasi yang diperoleh untuk
pembelajaran. Memilih strategi pembelajaran (1) memahami berbagai konsep dan prinsip yang
hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, sulit dan (2) memecahkan masalah.
melainkan didasarkan atas kriteria atau standar
tertentu karena pemilihan strategi pembelajaran M. Miftah, staf pengkajian dan perancangan Balai
yang tepat dapat memudahkan peserta didik Pengembangan Multimedia Semarang-
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran Pustekkom Depdiknas, menyajikan sebuah artikel
(efektivitas pembelajaran lebih meningkat). yang berjudul “Model dan Format Analisis
Kebutuhan Multimedia Pembelajaran Interaktif”.
Waldopo, tenaga fungsional peneliti bidang Dikemukakan bahwa multimedia yang apabila
pendidikan pada Pusat Teknologi Informasi dan dirancang secara khusus dan kreatif akan dapat
Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)- membantu memecahkan masalah-masalah
Departemen Pendidikan Nasional, menyajikan pembelajaran dan menjadi alternatif yang sangat
artikelnya tentang “Strategi Pembelajaran untuk berperan dalam penerapan kurikulum tingkat
Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)”. satuan pendidikan (KTSP). Agar pengembangan
Dikemukakan bahwa pada kegiatan Diklat, multimedia pembelajaran sesuai dengan

123
123
4 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
kebutuhan belajar peserta didik, perlu dilakukan belajar. Namun tujuan pembelajaran berbasis TIK
analisis kebutuhan. Sehubungan dengan ini, terhadap orang dewasa kadangkala tidak tercapai
dilakukanlah pengkajian kurikulum yang karena adanya defence dari orang dewasa
melibatkan berbagai pihak, seperti: guru, terhadap perangkat TIK yang digunakan.
kalangan akademisi, pengembang kurikulum, dan
pengembang teknologi pembelajaran dalam Pada bagian akhir, Khaerudin, tenaga edukatif
bentuk lokakarya. Dengan menggunakan alur pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi
kerja, model, dan format analisis kebutuhan Pendidikan-Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
dalam kegiatan lokakarya dapatlah diidentifikasi Negeri Jakarta, menyajikan hasil kajiannya yang
berbagai topik mengenai materi pelajaran yang berjudul: “Membangun UNJ sebagai Organisasi
dibutuhkan untuk dikemas ke dalam multimedia Belajar yang Unggul (Building the State University
pembelajaran. of Jakarta as an Excellence Learning
Organization”. Di dalam tulisan ini dibahas konsep
Diana Ariani, tenaga edukatif luar biasa pada organisasi belajar dan cara yang sebaiknya
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan- diterapkan dari sisi dinamika belajar. Dalam
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri rangka membangun UNJ sebagai sebuah
Jakarta, menulis tentang “Pembelajaran berbasis organisasi belajar yang unggul, maka UNJ
TIK terhadap Orang Dewasa”. Di dalam haruslah mampu mengembangkan dinamika
tulisannya dikemukakan bahwa salah satu model belajar yang dilakukan oleh sivitas academika,
pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan melakukan transformasi organisasi,
pembelajaran orang dewasa adalah yang memberdayakan sumber daya manusia yang
berbasis teknologi informasi dan komunikasi dimiliki, mengembangkan manajemen
(TIK). Melalui pembelajaran berbasis TIK pengetahuan yang baik, dan memanfaatkan
terhadap orang dewasa diharapkan para peserta teknologi untuk mendukung terjadinya berbagai
didik orang dewasa mampu belajar perubahan guna mengatasi dan mengantisipasi
menggunakan TIK sebagai media dan sumber berbagai perubahan yang terjadi pada lingkungan
yang mempengaruhi keberadaan atau eksistensi
UNJ. (ss)

uuuuuuuuuuuuu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 5
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
123
123
6 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA MATERI BILANGAN PRIMA SISWA KELAS V
SD AL MUSLIM SIDOARJO MELALUI PEMBELAJARAN
DENGAN VCD PEMBELAJARAN
Oleh: Rr. Martiningsih *)

Abstrak

Salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas pembelajaran adalah belum dimanfaatkannya
berbagai sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun siswa. Dengan
dimanfaatkannya berbagai sumber belajar, siswa termotivasi untuk berpikir logis dan sistematik
sehingga memiliki pola pikir yang nyata dan semakin mudah memahami hubungan materi
pelajaran dengan alam sekitar serta kegunaan belajar dalam kehidupan sehari–hari. Atas dasar
pemikiran inilah, peneliti ingin mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika siswa kelas V
SD Al Muslim Sidoarjo sebelum dan sesudah memanfaatkan VCD Pembelajaran dalam
pembelajaran matematika. Disimpulkan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas
V SD antara yang diajar sebelum dan sesudah memanfaatkan VCD Pembelajaran. Perbedaan
ini dikarenakan siswa dapat (1) mengembangkan kemampuan bernalar melalui pemanfaatan
VCD Pembelajaran, (2) menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari melalui
tayangan VCD Pembelajaran sehingga mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah, dan (3) menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika berdasarkan pembelajaran melalui tayangan VCD Pembelajaran.

Kata kunci: Media VCD Pembelajaran, Pembelajaran Matematika, Prestasi Belajar.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang dan Permasalahan belajar siswa. Di samping itu, siswa juga
Penggunaan media pembelajaran VCD diharapkan akan tergugah untuk
matematika adalah sebagai alat bantu berperan sebagai peneliti atau analis, dan
bukan sepenuhnya menggantikan peran tidak hanya sebagai konsumen informasi
guru dalam proses belajar-mengajar. saja; pemanfaatan media pembelajaran
Pemilihan dan pemanfaatan media VCD tidak terbatas oleh waktu.
pembelajaran VCD sebagai salah satu
sumber belajar matematika adalah untuk Pada hakikatnya, belajar dan mengajar
mengkondisikan siswa melakukan matematika membutuhkan berbagai
kegiatan belajar secara mandiri, berpikir aktivitas bahasa, seperti membaca,
aktif, dan mampu meningkatkan motivasi mendengar, menulis, merepresentasi,

*) Rr. Martiningsih adalah Guru Matematika pada Lembaga Pendidikan Al Muslim Cabang Jawa Timur, Sidoarjo.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 7
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
dan berdiskusi. Fungsi bahasa dalam
konteks kelas matematika adalah bahwa Namun pada kenyataannya, guru jarang
bahasa telah terbukti sepanjang masa sekali menyelenggarakan kegiatan
untuk mengembangkan gagasan- pembelajaran dengan memanfaatkan
gagasan. Bahasa disajikan sebagai suatu berbagai sumber belajar walaupun
makna representasi & makna komunikasi. mereka memahami bahwa strategi
Pendidik matematika menyebutnya pembelajaran yang demikian ini sangat
“mathematics an extension of language” menunjang atau membantu tingkat
(http://adechandraprayogi.blogspot.com/ penguasaan siswa terhadap materi
2008) pelajaran. Mengapa terjadi keadaan yang
demikian ini? Apabila guru ditanya
Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan mengenai hal ini, maka kemungkinan
dirasakan secara langsung dalam akan banyak alasan pembenaran yang
perkembangan kehidupan masyarakat, diajukan.
kelompok, dan individu (Mulyasa, 2005b).
Pendidikan menentukan model manusia Sebagian guru mungkin akan
yang akan dihasilkannya. Pendidikan mengatakan bahwa mengajar dengan
juga memberikan kontribusi yang sangat menggunakan buku teks saja, para
besar terhadap kemajuan suatu bangsa, siswanya sudah memperlihatkan prestasi
dan merupakan wahana dalam belajar yang memadai atau bahkan
menerjemahkan pesan-pesan kontributif membanggakan. Kemungkinan sebagian
serta sarana dalam membangun watak guru lainnya akan mengatakan bahwa
bangsa (Mulyasa, 2005b). mencari sumber-sumber lainnya di luar
buku teks yang sudah ditetapkan tentulah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan menyita waktu di samping membutuhkan
teknologi yang pesat memungkinkan biaya. Sebagian guru lainnya
siapa saja dapat memperoleh informasi kemungkinan akan mengatakan bahwa
yang melimpah, cepat, dan mudah dari untuk apa repot-repot memikirkan
berbagai sumber dan tempat di dunia. pemanfaatan berbagai sumber belajar
Selain perkembangan yang pesat, dalam kegiatan belajar-mengajar (KBM)
perubahan juga terjadi dengan cepat. jika tidak ada konsekuensinya yang dapat
Karena itu, diperlukan kemampuan untuk dirasakan.
memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi agar dapat VCD pembelajaran dewasa ini, mulai
bertahan atau bahkan menyesuaikan diri membudaya dalam masyarakat dan
dengan keadaan yang selalu berubah, pemanfaatannya dalam kegiatan
tidak pasti, dan kompetitif. pembelajaran dapat diulang-ulang setiap
waktu serta mudah dioperasikan.
Menurut (Mulyasa 2005a) salah satu Berdasarkan pengalaman sebagian guru
faktor yang menyebabkan rendahnya yang telah memanfaatkan media
kualitas pembelajaran adalah belum pembelajaran VCD, dikemukakan bahwa
dimanfaatkannya berbagai sumber VCD pembelajaran mampu
belajar secara integral dan maksimal, baik meningkatkan prestasi belajar siswa.
oleh guru maupun siswa. Dengan Faktor lainnya adalah hasil
memanfaatkan berbagai sumber belajar pengamatan peneliti sejauh ini di mana
secara integral dan optimal, siswa dapat masih jarang sekali guru memanfaatkan
termotivasi untuk berpikir logis dan berbagai sumber belajar pada umumnya
sistematik sehingga memiliki pola pikir dan media VCD Pembelajaran pada
yang nyata dan semakin mudah khususnya dalam pembelajaran
memahami hubungan materi pelajaran matematika. Kondisi yang demikian inilah
dengan lingkungan alam sekitar serta yang mendorong peneliti untuk mengkaji
kegunaaan belajar dalam kehidupan ada-tidaknya peningkatan prestasi belajar
sehari–hari. matematika siswa kelas V SD Al Muslim

123
123
8 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Sidoarjo sesudah memanfaatkan media memperoleh informasi dari berbagai sumber,
pembelajaran VCD dalam KBM. salah satunya adalah dari VCD pembelajaran
(http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/
Di samping itu, peneliti juga berpendapat skripsi-lainnya/).
bahwa masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah penting karena akan Berbagai upaya pemanfaatan media untuk
dapat meyakinkan para guru dalam kepentingan pendidikan dan pembelajaran
mengelola kegiatan pembelajaran yang telah pernah dilakukan, baik media audio,
memanfaatkan media pembelajaran media visual, maupun media audio visual.
VCD. Dengan adanya keyakinan ini Melalui pemanfaatan media, terutama audio
diharapkan para guru akan termotivasi visual, masyarakat pada umumnya
untuk merancang kegiatan pembelajaran memperoleh manfaat yaitu semakin luasnya
yang memanfaatkan berbagai sumber khasanah pengetahuan atau wawasan;
belajar secara optimal dan sekaligus sedangkan siswa pada khususnya
meninggalkan kecenderungan memperoleh tambahan pengetahuan di luar
pengelolaan kegiatan pembelajaran yang diperoleh dari gurunya. Mengingat
secara konvensional. besarnya potensi media audio visual yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
2. Rumusan Masalah pembelajaran, maka seyogianya para guru
Apakah ada peningkatan prestasi belajar dapat menjadikannya sebagai salah satu
matematika siswa kelas V SD Al Muslim sumber belajar dan memanfaatkannya
Sidoarjo sesudah pembelajaran melalui sebagai bagian yang integral dalam kegiatan
pemanfaatan VCD Pembelajaran? belajar-mengajar (KBM).

3. Tujuan 1. Siswa dan Pelajaran Matematika


Tujuan dari tulisan ini adalah untuk Belajar merupakan proses
mengetahui apakah ada peningkatan berkesinambungan yang berlangsung
prestasi belajar matematika siswa kelas seumur hidup. Belajar juga diartikan
V SD Al Muslim Sidoarjo sesudah sebagai perolehan perubahan tingkah
pemanfaatan media VCD dalam kegiatan laku yang relatif parmanen dalam diri
pembelajaran. seseorang mengenai pengetahuan atau
tingkah laku karena adanya pengalaman.
4. Hipotesis Belajar tidak disebabkan oleh adanya
Ada peningkatan prestasi belajar kedewasaan. Hasil belajar merupakan
matematika siswa kelas V SD Al Muslim tingkah laku yang dapat diukur dengan
Sidoarjo sesudah pemanfaatan media tes tentang bidang yang dipelajari
VCD dalam kegiatan pembelajaran. (Anaktototy, 2001:2).

Matematika adalah ilmu yang


B. KAJIAN LITERATUR mempelajari bilangan dan ruang yang
Sebagai sumber belajar, media pendidikan/ bersifat abstrak. Itulah sebabnya,
pembelajaran diperlukan untuk membantu pelajaran matematika dipandang sebagai
guru dalam menumbuhkan pemahaman mata pelajaran yang sulit. Akibatnya, tidak
siswa terhadap materi pelajaran. Sementara sedikit para siswa yang mengalami
itu, seiring dengan pesatnya perkembangan kesulitan memahami materi pelajaran
media informasi dan komunikasi, baik matematika. Bahkan pelajaran
perangkat keras (hardware) maupun matematika dianggap sebagai pelajaran
perangkat lunak (software), akan membawa yang menakutkan (“momok”) oleh
perubahan bergesernya peranan guru, sebagian para siswa. Perasaan siswa
termasuk guru matematika sebagai yang tidak atau kurang menyukai
penyampai pesan/informasi. Guru tidak bisa pelajaran matematika akan semakin
lagi berperan sebagai satu–satunya sumber memberatkan apabila guru yang
informasi bagi kegiatan pembelajaran para mengajarkannya membosankan atau
siswanya. Akan tetapi siswa dapat kurang menarik.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 9
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
language”.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
sebagian guru matematika berupaya Belajar matematika merupakan sifat
untuk mengubah “image” siswa terhadap suatu aktivitas sosial. Naasnya,
pelajaran matematika. Salah satu upaya pengajaran matematika secara
yang dilakukan guru adalah memilih konvensional yang dilaksanakan dengan
metode yang tepat di samping menggunakan komunikasi satu arah
menggunakan media pembelajaran yang mengabaikan sifat sosial dari belajar
sangat berperan dalam membimbing matematika dan juga mengganggu
abstraksi siswa. Dengan bantuan media perkembangan matematika siswa.
pembelajaran, materi pelajaran Merancang strategi pengajaran
matematika yang bersifat abstrak atau matematika secara berkelompok akan
yang sulit dipahami menjadi lebih mudah, membuat siswa mampu berkomunikasi
baik untuk disajikan guru maupun untuk dengan sesama temannya untuk
dipahami oleh siswa. Bahkan, dengan membangun pengetahuan dari aktivitas
bantuan media, kegiatan pembelajaran belajar berkelompok. Manfaat besar dari
matematika menjadi lebih hidup dan aktivitas belajar secara berkelompok akan
menyenangkan karena konsep yang membantu siswa mengembangkan
abstrak disajikan dalam bentuk yang lebih pengetahuan matematika, kemampuan
konkrit. pemecahan masalah dan penalaran,
meningkatkan kepercayaan diri siswa,
Tampaklah bahwa fungsi media dalam serta memberdayakan keterampilan
kegiatan pembelajaran (khususnya sosial dan komunikasi siswa (Prayogi,
pelajaran matematika) antara lain adalah 2008).
untuk: (a) mengurangi atau menghindari
terjadinya salah komunikasi, (b) 2. Media Pembelajaran VCD dan
membangkitkan minat atau motivasi Pelajaran Matematika
belajar siswa, dan (c) membuat konsep Media pembelajaran secara sederhana
matematika yang abstrak menjadi lebih dapat dirumuskan sebagai segala
konkrit sehingga dapat lebih mudah sesuatu yang dapat memberikan
dipahami, dimengerti dan dapat disajikan kemudahan kepada siswa untuk
sesuai dengan tingkat-tingkat memperoleh sejumlah informasi,
kemampuan berpikir siswa. Dengan pengetahuan, pengalaman, dan
meningkatnya motivasi dan semangat ketrampilan dalam proses belajar-
belajar siswa terhadap matematika, maka mengajar. Salah satu faktor yang
diharapkan hasil belajar siswa juga akan menyebabkan rendahnya kualitas
meningkat pula pembelajaran adalah belum
( w w w. m a t h e m a t i c . t r a n s d i g i t . c o m / dimanfaatkannya media pembelajaran
mathematic-journal). secara maksimal, baik oleh guru maupun
siswa (Mulyasa, 2005a).
Apabila pembelajaran matematika lebih
terfokus pada menghafalkan istilah-istilah Media pembelajaran adalah alat, metode,
daripada mengkomunikasikan ide-ide dan teknik yang digunakan dalam rangka
matematika, maka siswa akan banyak mengefektifkan komunikasi dan interaksi
mengalami kesulitan. Oleh karena itu, antara guru dan siswa dalam proses
pelajaran matematika perlu pendidikan dan pengajaran di sekolah.
diperkenalkan lebih dini secara tepat Media pembelajaran juga seringkali
karena matematika pada dasarnya diartikan sebagai alat yang dapat dilihat
merupakan “bahasa asing” bagi siswa. dan didengar yang digunakan dalam
Sekalipun demikian, matematika dapat kegiatan pembelajaran. Tujuannya
digunakan untuk berkomunikasi di mana adalah untuk lebih mengefektifkan dan
saja, dengan bahasa pengantar apa saja mengefisienkan proses komunikasi.
sehingga tepatlah kalau dikatakan bahwa Dengan menggunakan media, maka guru
matematika merupakan “the universal dan siswa dapat berkomunikasi lebih

123
123
10 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
mantap, hidup, dan interaksinya bersifat sumber belajar yang direncanakan
banyak arah. Seperti yang maupun sumber belajar yang
dikemukakan oleh Hamalik dalam bahwa dimanfaatkan. Sumber belajar untuk
proses komunikasi akan berjalan lancar pelajaran matematika adalah segala
dengan hasil yang maksimal apabila sesuatu, baik yang berwujud benda
menggunakan alat bantu yang disebut maupun orang yang dapat menunjang
dengan media komunikasi (Arsyad 2006). keinginan untuk belajar matematika.
Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa
Dalam proses belajar-mengajar, sumber belajar mencakup semua sumber
kehadiran media mempunyai arti yang yang mungkin dapat digunakan oleh
cukup penting karena pemanfaatan pembelajar sehingga terjadi perilaku
media sebagai perantara dapat belajar termasuk belajar matematika.
memperjelas bahan atau materi pelajaran
yang disampaikan guru yang sifatnya Sesuai dengan pedoman yang ditentukan
abstrak. Kerumitan atau kompleksitas Departemen Pendidikan Nasional tentang
bahan atau materi pelajaran yang akan pelaksanaan pembelajaran termasuk
disampaikan guru kepada siswa dapat pembelajaran berbasis kompetensi, maka
disederhanakan dengan bantuan media. penentuan media pembelajaran
(instructional media) dilakukan setelah
Media pembelajaran dapat membantu identitas mata pelajaran, standar
guru yang mengalami kesulitan untuk kompetensi, dan kompetensi dasar
menjelaskan materi bahasan tertentu ditentukan (Depdiknas, 2003). Dalam
secara verbal (melalui kata-kata). Bahkan kaitan ini tampaklah bahwa media
obyek bahasan yang tidak dapat dilihat pembelajaran merupakan salah satu
secara kasat mata, terlalu mahal untuk komponen sistem pembelajaran yang
dihadirkan ke dalam kelas, atau yang memegang peranan penting dalam
terlalu berbahaya untuk dibawa ke dalam membantu siswa mencapai kompetensi
kelas dimungkinkan untuk dipelajari siswa dasar dan standar kompetensi.
dengan bantuan media. Dengan
demikian, siswa akan lebih mudah Video Compact Disc (VCD) adalah sistem
mencerna bahan atau materi pelajaran penyimpanan data/informasi yang berupa
melalui bantuan media. caption, grafis, suara dengan kapasitas
maksimal 700 MB (Yusuf, 2008). Dewasa
Media pembelajaran yang akan ini, banyak materi pelajaran yang dikemas
digunakan dalam kegiatan belajar- dalam bentuk media VCD. Salah satu
mengajar haruslah dipilih dengan tepat topik pelajaran matematika yang telah
agar dapat seoptimal mungkin membantu dikemas ke dalam media pembelajaran
siswa mencapai standar kompetensi dan VCD oleh Pusat Teknologi Informasi dan
kompetensi dasar yang ditetapkan. Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)
Menurut Djamarah, pengertian media di Departemen Pendidikan Nasional adalah
lingkungan kegiatan belajar-mengajar “Bilangan Prima” dengan durasi 23 menit
merupakan wahana penyalur informasi 20 detik. Contoh teknik pemanfaatan
belajar. Bila media dikatakan sebagai media pembelajaran VCD adalah sebagai
sumber belajar, maka manusia, benda, berikut:
ataupun peristiwa yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan dan Guru menayangkan materi pelajaran
ketrampilan dapat dikatakan sebagai matematika, misalnya tentang
media dalam pengertian yang luas “bilangan prima” yang terdapat di
(Djamarah, 2002). dalam media pembelajaran VCD
berdurasi sekitar 23 menit. Pada saat
Dalam proses belajar, komponen sumber tayangan, siswa diminta untuk
belajar ini mungkin dimanfaatkan secara memperhatikan secara cermat
tunggal atau secara kombinasi, baik penjelasan yang disampaikan oleh
VCD dan juga menjawab pertanyaan.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 11
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Beberapa variasi teknik dapat berada di 3 kelas yang diperkenankan
dilakukan, misalnya dengan untuk digunakan sebagai sampel
memanfaatkan tombol-tombol pada penelitian. Dalam kaitan ini, pemilihan
VCD Player, guru dapat mem-pause kelas sebagai sampel penelitian
adegan tertentu dan mengulanginya dilakukan secara acak. Yang terpilih
beberapa kali sampai siswa benar- sebagai sampel penelitian adalah siswa
benar memahami materi pelajaran. kelas V-A, V-D, dan V-E sebagaimana
Usahakan agar para siswa menebak yang disajikan pada Tabel 2.
jawaban atas pertanyaan secara
bersama-sama, atau secara Penelitian eksperimen ini dialksanakan
individual dengan sistem kompetisi. pada Agustus 2008. Pertimbangannya
Apabila siswa tidak mampu, guru adalah bahwa sesuai dengan silabi
dapat membantu mereka dengan sekolah, para siswa mendapatkan
memberikan pemicu, umpan atau pelajaran matematika yang membahas
bahkan jawaban yang benar. “bilangan prima” maka pada bulan
Agustus 2008.

C. METODOLOGI Tabel 2
Keadaan Sampel Penelitian
1. Subyek Penelitian dan Waktu
Penelitian
Menurut Sugiyono, populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu
(Sugiyono, 2004). Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
V SD Al Muslim Sidoarjo yang berjumlah
118 siswa, yang tersebar dalam 5 kelas
sebagaimana yang disajikan pada Tabel Sumber: Al Muslim Cabang Jawa Timur
1. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2. Variabel
V-A, V-D, dan V-E SD Al Muslim Sidoarjo Variabel bebas adalah variabel yang
Jawa Timur yang berjumlah 72 siswa. menjadi sebab berubahnya variabel
terikat. Sedangkan variabel terikat adalah
Tabel 1 variabel yang dipengaruhi oleh variabel
Keadaan Populasi Penelitian bebas (Sugiyono, 2004). Berdasarkan
pemahaman ini, maka variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pelajaran
matematika dengan menggunakan media
pembelajaran VCD dan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar siswa
pada materi “bilangan prima” pelajaran
matematika.

3. Instrumen dan Analisis Data


Prestasi belajar siswa kelas V SD untuk
Sumber: Al Muslim Cabang Jawa Timur
mata pelajaran matematika, baik sebelum
Mengingat adanya keterbatasan tenaga maupun sesudah pembelajaran dengan
dan waktu, maka tidak semua kelas dan menggunakan media Pembelajaran VCD
siswa dijadikan sebagai responden diperoleh melalui penggunaan soal-soal
penelitian. Keterbatasan lainnya adalah tes pelajaran matematika berdasarkan
kebijakan dari pimpinan sekolah yang SKM (Standar Ketuntasan Minimal). Tes
menetapkan bahwa hanya siswa yang
123
123
12 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
adalah suatu alat pengumpul informasi
yang bersifat lebih resmi karena penuh Dari informasi yang disajikan pada Tabel
dengan batasan-batasan (Arikunto, 3 di atas dapat dikemukakan beberapa
2005). Instrumen lain yang juga kesimpulan, yaitu sebagai berikut.
digunakan adalah angket. a. Jumlah siswa yang prestasi belajar
matematikanya berada pada
Teknik analisis data yang digunakan rentangan nilai 0 sampai dengan 25
untuk menguji hipotesis yang ditentukan sebanyak 10 orang (14,10%).
adalah uji t. Penelitian ini adalah untuk b. Jumlah siswa yang prestasi belajar
mengetahui apakah ada peningkatan matematikanya berada pada
prestasi belajar matematika siswa kelas rentangan nilai 26 sampai dengan 50
V SD Al Muslim Sidoarjo sebelum dan sebanyak 21 orang (29,60%).
sesudah diberi perlakuan. Perlakuan c. Jumlah siswa yang prestasi belajar
yang diberikan adalah pemanfaatan matematikanya berada pada
media pembelajaran VCD yang rentangan nilai 51 sampai dengan 75
membahas materi “bilangan prima” pada sebanyak 22 orang (31,00%).
pelajaran matematika untuk kelas V SD. d. Jumlah siswa yang prestasi belajar
matematikanya berada pada
D. HASIL PENELITIAN DAN rentangan nilai 75 sampai dengan
BAHASAN 100 sebanyak 18 orang (25,40%).

1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Selanjutnya, prestasi belajar matematika


Matematika siswa sesudah mengikuti pelajaran
Pada penelitian ini, data prestasi belajar matematika tentang “bilangan prima”
matematika siswa diperoleh dari hasil tes melalui pemanfaatan media
prestasi belajar matematika yang pembelajaran VCD yang membahas
dilaksanakan sebelum dan setelah siswa pelajaran matematika mengenai
mendapatkan perlakuan pembelajaran “bilangan prima” memperlihatkan
melalui pemanfaatan media perbedaan sebagaimana yang disajikan
pembelajaran VCD. Skala yang dipakai pada Tabel 4 berikut ini.
untuk menganalisis prestasi belajar siswa
adalah skala ordinal, di mana skala ini Tabel 4
berfungsi membedakan suatu kategori Prestasi Belajar Matematika sesudah
dari kategori lain. Pada penelitian ini bila Perlakuan Pembelajaran dengan Media
siswa mengerjakan suatu nomor pada Pembelajaran VCD
soal matematika benar skalanya adalah
1, bila salah, skalanya adalah 0 (Santosa,
2005:4). Hasil prestasi belajar siswa
disajikan pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3
Prestasi Belajar Matematika sebelum
Perlakuan Pembelajaran dengan Media
Pembelajaran VCD

Tabel 4 di atas mengemukakan 3


kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
a. Tidak ada responden yang nilai
prestasi belajar matematika-nya 50 ke
bawah. Artinya, semua responden
mencapai nilai 51 keatas.
b. Jumlah responden yang nilai prestasi
belajar matematika-nya berada pada
rentangan 51 sampai dengan 75

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 13
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
sebanyak 22 siswa (32,40%). 2. Persepsi Siswa terhadap Pelajaran
c. Lebih dari separoh responden Matematika melalui Media
(67,60%) mencapai nilai prestasi Pembelajaran VCD
belajar matematika pada rentangan Persepsi siswa terhadap materi
76 sampai dengan 100. pembelajaran dapat dilihat dari hasil
pengisian angket yang diberikan kepada
mereka sebagaimana yang disajikan
pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5
Persepsi Responden tentang Pembelajaran Matematika, baik dengan
maupun tanpa Media Pembelajaran VCD

Untuk mempermudah pengisiannya, kelas dengan menggunakan media


dipakai angket tertutup. Pada saat pembelajaran VCD.
pembelajaran berlangsung, jenis kegiatan
pembelajaran matematika yang paling Kemudian, alasan responden
disenangi siswa adalah pembelajaran menyenangi pelajaran matematika
yang dilaksanakan di lab audiovisual melalui media pembelajaran VCD
dengan menggunakan media sebagaimana yang disajikan pada Tabel
pembelajaran VCD dan didampingi oleh 6 adalah karena mereka mengatakan
guru (91,50%). bahwa belajar matematika: (a) seperti
menonton TV (9,90%), (b) disertai
Sedangkan sebagian kecil responden dengan contoh-contoh yang disajikan
(4,20%) mengatakan bahwa mereka secara jelas (18,30%), dan (c) disertai
menyenangi pelajaran matematika di dengan penjelasan, rumus-rumus, dan
kelas yang disajikan oleh guru tanpa konsep-konsep yang disajikan dengan
menggunakan media; dan sebagian kecil jelas dan mudah dipahami (71,80%).
kelompok lainnya (4,20%) mengatakan Persentase jumlah responden Jawaban
bahwa mereka menyenangi pelajaran responden terhadap pertanyaan kedua ini
matematika yang disajikan oleh guru di disajikan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6
Alasan Responden Menyenangi Pelajaran Matematika melalui
Media Pembelajaran VCD

123
123
14 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Selanjutnya, kepada responden 3. Analisis Data
ditanyakan tentang pendapat mereka Kegiatan penelitian selalu dibutuhkan dan
mengenai materi pelajaran matematika dilakukan dengan tujuan untuk
yang disajikan melalui media mendapatkan suatu hasil kesimpulan
pembelajaran VCD. Sebagaimana yang yang merupakan perbaikan dari segala
disajikan pada Tabel 7, tampaklah bahwa sesuatu yang telah ada (Wahana, 2004).
pembelajaran matematika melalui media Kesimpulan didapatkan dari pengujian
pembelajaran VCD: (a) dapat menambah hipotesis. Pada bagian ini akan dijelaskan
wawasan ilmu pengetahuan (74,60%), (b) hasil perhitungan statistik untuk uji
menarik karena contoh yang diperagakan hipotesis. Hipotesis penelitian yang
jelas (18,30), dan (c) perlu ditingkatkan dirumuskan adalah:
dengan pembelajaran yang lebih menarik Ha : Ada peningkatan prestasi belajar
(7,00%). matematika siswa kelas V SD Al Muslim

Tabel 7
Pendapat Responden mengenai Materi Pelajaran Matematika
Yang Disajikan melalui Media Pembelajaran VCD

Sidoarjo sesudah pembelajaran melalui adalah 59,30 dengan standar deviasi


pemanfaatan media pembelajaran VCD. 25,331; sedangkan setelah
Ho : Tidak ada peningkatan prestasi diselenggarakan kegiatan pembelajaran
belajar matematika siswa kelas V SD dengan menggunakan media
Al Muslim Sidoarjo sesudah pembelajaran VCD, maka rata-rata hasil
pembelajaran melalui pemanfaatan prestasi belajar matematika siswa adalah
media pembelajaran VCD. 83,80 dengan standar deviasi 14,577.

Untuk menguji hipotesis yang telah Hasil korelasi menunjukkan nilai sebesar
ditetapkan digunakan uji t (Trihendradi, 0,244 dengan taraf signifikasi 0,040.
2005:46) dengan software SPSS 16. Selanjutnya, dengan menggunakan
Melalui perhitungan dengan SPSS 16 Paired Samples Test, maka diperoleh
didapat hasil sebagai berikut: bahwa rata-rata perbedaan prestasi

Tabel 8
Paired Samples Statistics

Dari hasil tersebut terlihat bahwa rata-rata belajar matematika sebelum dan sesudah
nilai prestasi belajar matematika siswa pembelajaran dengan menggunakan
sebelum pembelajaran dengan media pembelajaran VCD adalah 24,507,
menggunakan media pembelajaran VCD dengan standar deviasi 25,955. Hasil
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 15
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
penghitungan t statistik menghasilkan
nilai minus 7,956 dan signifikasi 0,000.

Tabel 9
Paired Samples Correlations

Dengan hasil signifikasi 0,000 bisa grafik, diagram dalam menjelaskan


diambil keputusan untuk menolak Ho gagasan.
yang berbunyi tidak ada perbedaan b. Siswa diharapkan dapat
prestasi belajar matematika siswa kelas menggunakan penalaran pada pola,
V SD antara yang diajar sebelum dan sifat atau melakukan manipulasi
sesudah menggunakan media matematika dalam membuat
pembelajaran VCD. Sebagai generalisasi, menyusun bukti, atau
konsekuensinya adalah menerima Ha menjelaskan gagasan dan
yang berbunyi bahwa ada perbedaan pernyataan matematika berdasarkan
prestasi belajar matematika siswa kelas pengalaman belajar melalui
V SD antara yang diajar sebelum dan pemanfaatan media pembelajaran
sesudah menggunakan media VCD.
pembelajaran VCD. Karena level c. Guru diharapkan dapat menunjukkan
signifikasi lebih kecil daripada alpha 0,05, pemahaman konsep matematika
maka dapat disimpulkan bahwa yang dipelajari, menjelaskan
pembelajaran dengan media keterkaitan antar konsep dan
pembelajaran VCD memberikan mengaplikasikan konsep atau
pengaruh secara signifikan. algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan
E. SIMPULAN DAN SARAN masalah melalui pemanfaatan media
pembelajaran VCD.
1. Simpulan d. Guru diharapkan dapat
Simpulan yang dapat diambil dari merencanakan dan memanfaatkan
penelitian eksperimen ini adalah bahwa media pembelajaran VCD dalam
ada perbedaan prestasi belajar kegiatan belajar-mengajar secara
matematika siswa kelas V SD Al Muslim teratur sehingga siswa mendapatkan
yang signifikan antara yang diajar pengalaman belajar dari sumber
sebelum dan sesudah menggunakan belajar yang berhubungan dengan
media pembelajaran VCD. materi di luar guru.
e. Kepala sekolah atau pengelola
2. Saran-saran sekolah diharapkan dapat
Saran-saran yang dapat diajukan memfasilitasi pemanfaatan media
sehubungan dengan hasil penelitian yang pembelajaran VCD untuk
dilakukan adalah sebagai berikut: pembelajaran dan memberikan
a. Siswa diharapkan dapat kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan kemampuan mengikuti pelatihan pengoperasian
bernalar melalui kegiatan peralatan pemanfaatan media
pemanfaatan media pembelajaran pembelajaran VCD (pesawat televisi,
VCD, melakukan eksplorasi dan DVD player) agar mereka dapat
eksperimen sebagai alat pemecahan memanfaatkannya secara teratur.
masalah melalui pola pikir dan model
matematika, serta sebagai alat
komunikasi melalui simbol, tabel,

123
123
16 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
PUSTAKA ACUAN problem-solving-dengan-video-compact-disk-
dalam-pembelajaran-matematika.html
Anaktototy, Jacob. 2001. Hasil Belajar Pendidikan Prayogi, Ade Chandra. 2008. Paradigma
Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan Pembelajaran Matematika Bermakna dan
Nasional <http://www.depdiknas.go.id/ Jurnal Menyenangkan . http://
/44/jacob.htm> adechandraprayogi.blogspot.com/2008/01/
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar paradigma-pembelajaran-matematika.html
Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP Santosa, Purbayu Budi. 2005. Analisis statistik
& MTs. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang dengan Microsoft Excel d& SPSS.
Depdiknas. Yogyakarta: Penerbit Andi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Sugiono. 2004. Statistika untuk Penelitian.
Teknologi Instruksional. Jakarta: P2LPTK. Bandung: Alfabeta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Trihendradi, Cornelius. 2005. SPSS Statistik
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Inferen Teori Dasar & Aplikasinya.
Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Yogyakarta: Penerbit Andi
Konsep Karakteristik, dan Implementasi. Universitas Negeri Malang. 2003. Pedoman
Bandung: Remaja Rosdakarya. Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Penerbit
Mulyasa.2005. Menjadi Guru Profesional Universitas Negeri Malang.
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Wahana Komputer. 2004. 10 Model Penelitian
Menyenangkan. Bandung: Remaja dan Pengolahannya dengan SPSS.
Rosdakarya. Yogyakarta: Penerbit Andi
Nuriana. 2007. Model Pembelajaran Creative Yusuf, Maulana. 2008. Efektivitas VCD sebagai
Problem Solving dengan Video Compact Disk Media Pembelajaran IPS Kelas IV di MI
dalam Pembelajaran Matematika . http:// Tsamrotul Huda 1 Jatirogo. http://
www.mathematic.transdigit.com/mathematic- artikelipsku.blogspot.com/2008/08/
journal/model-pembelajaran-creative- efektivitas-vcd-sebagai-media.html

uuuuuuuuuuuuu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 17
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
PENGARUH PENGGUNAAN PENILAIAN BERDASARKAN
FORTOPOLIO TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA
Oleh: I Made Astra *)

Abstrak

Dengan diterapkannya di semua tingkat sekolah sekarang yaitu kurikulum tingkat satuan
pendidikan, maka guru diharapkan bisa menerapkan kurikulum tersebut dengan baik. Demikian
pula dalam hal penilaian guru dituntut mencari sistem penilaian yang tepat, supaya tidak merugikan
semua siswa. Salah satu sistem penilaian yang perlu dicoba adalah penilaian berdasarkan
fortopolio, yaitu penilaian yang menilai semua hasil kerja siswa. Atas dasar itu telah diteliti pengaruh
penggunaan penilaian berdasarkan fortopolio terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini
dilakukan di SMA YP UNJ terhadap siswa kelas XI. Penelitian ini menggunakan metode quasi
eksperimen. Dari hasil penelitian diperoleh hasil yaitu ada peningkatan prestasi belajar fisika
siswa dengan menggunakan penilaian berdasarkan fortopolio. Untuk itu para guru di sekolah
bisa menggunakan cara penilaian tersebut terhadap anak didiknya.

I. PENDAHULUAN sedalam mungkin yakni dengan cara


belajar.
A. Latar Belakang Masalah
Modal dasar dan kunci keberhasilan
Adanya perkembangan ilmu
pembangunan nasional adalah sumber
pengetahuan dan teknologi yang sangat
daya manusia yang berkualitas. Hal ini
pesat dewasa ini sangat berpengaruh
merupakan tantangan bagi sekolah
terhadap kehidupan masyarakat.
sebagai pencetak generasi penerus
Masyarakat cenderung mengalami
bangsa untuk menghasilkan lulusan yang
perubahan pola pikir dan gaya hidup,
berkualitas,yakni dengan cara
bahkan kehidupan masyarakat kini tidak
meningkatkan mutu pendidikan.
lagi dapat dipisahkan dari kedua aspek
tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi mutu
suatu pendidikan. Salah satu faktor yang
Kalangan masyarakat yang sedikit
perlu mendapatkan perhatian lebih
memiliki ilmu pengetahuan dan kurang
adalah faktor kompetensi guru.
menguasai teknologi akan jauh tertinggal
Pembaruan dibidang pendidikan tidak
oleh masyarakat yang kaya akan ilmu
harus disertai dengan pemakaian alat
pengetahuan dan mahir dalam hal
yang serba modern, tetapi perlu
teknologi. Sehingga untuk mengurangi
ditekankan pada pentingnya
jarak ketertinggalan, setiap orang harus
pengembangan cara-cara baru dalam
menggali ilmu pengetahuan dan teknologi
mencapai efektifitas belajar, termasuk

*) Dr. I Made Astra, M.Si adalah dosen pada jurusan fisika MIPA UNJ.

123
123
18 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
didalamnya adalah cara-cara atau teknik berkesinambungan yang dilakukan
penilaian. selama proses pembelajaran.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan Model penilaian yang dikembangkan saat


untuk menggunakan Kurikulum Berbasis ini adalah model penilaian berbasis kelas.
Kompetensi (KBK) atau nama lainnya Penilaian berbasis kelas adalah proses
adalah kurikulum 2004. Kebijakan ini pengumpulan dan penggunaan informasi
didasarkan pada Peraturan Pemerintah oleh guru untuk pemberian nilai terhadap
Nomor 25 tahun 2000 dan diperkuat hasil belajar siswa berdasarkan tahapan
dengan ditetapkannya “Undang-Undang kemajuan belajarnya, sehingga
Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) didapatkan potret/profil kemampuan
nomor 20 tahun 2003 bab IX pasal 35 ayat siswa sesuai dengan daftar kompetensi
(1) bahwa standar pendidikan terdiri atas yang ditetapkan dalam
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kurikulum.(Asworo, 2005) Penilaian ini
kependidikan, sarana dan prasarana, dilakukan oleh guru untuk mengetahui
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian kemajuan siswa, hasil belajar siswa,
yang harus ditingkatkan secara mendiagnosa kesulitan belajar, dan
berencana dan berkala.” (Yamin, 2004) menentukan kenaikan kelas. Penilaian
Oleh karena itu, dari tingkat Sekolah berbasis kelas dilakukan antara lain
Dasar hingga Sekolah Menengah Atas melalui Portfolios (Kumpulan Kerja
mulai menerapkan KBK. Siswa), Performances (Unjuk Kerja), dan
Paper and Pencils (tes tulis). (Supriyati,
Penyempurnaan kurikulum dilaksanakan 2004)
sebagai salah satu upaya peningkatan
mutu pendidikan . Penyempurnaan Peneliti mencoba mengangkat satu hal
dilakukan karena hasil penilaian penting dari penyebab utama ketidak
pelaksanaan kurikulum 1994 berhasilan penilaian dalam pendidikan,
menunjukkan bahwa penilaian yang yaitu orientasi pendidikan yang hanya
dilakukan di kelas kurang mampu terfokus pada pemberian materi saja yang
memperlihatkan tuntutan hasil belajar tujuannya untuk mencerdaskan siswa
siswa, yaitu: secara kognitif. Sementara pendidikan
1. Mengungkapkan pemahamannya tentang sikap dan nilai-nilai yang sangat
secara lisan dan tertulis penting bagi kehidupan siswa cenderung
2. Mengekspresikan gagasan, terlupakan karena ukuran nilai dan sikap
khususnya dalam bentuk gambar, tidak dapat diwakili oleh suatu skor
grafik, diagram, atau symbol lainnya (angka).
3. Mengembangkan keterampilan
fungsional sebagai hasil interaksi Bersamaan dengan diujikannya KBK,
dengan lingkungan fisik, sosial, dan kebutuhan akan penilaian yang bersifat
budaya komprehensif dirasa makin mendesak.
4. Menggunakan lingkungan (fisik, Banyak hal yang harus diperhatikan
sosial, dan budaya) sebagai sumber dalam memutuskan hasil akhir proses
dan media belajar belajar siswa, dan hal ini tidak terwakili
5. Membuat laporan penelitian dan oleh model penilaian yang lama.
membuat sinopsis
6. Mengembangkan kemampuan Untuk menjawab kebutuhan akan sebuah
berekspresi dan mengaktualisasi diri. penilaian yang komprehensif, penilaian
(Asworo, 2005) atau penilaian secara portofolio mulai
menjadi perhatian. Model penilaian ini
Kelemahan-kelemahan tersebut diatas merangkum kegiatan siswa baik secara
harus diatasi dengan penilaian atau akademik maupun non akademik sebagai
penilaian yang bersifat menyeluruh pada pertimbangan penilaian hasil belajar
ketiga aspek yaitu: kognitif, afektif dan siswa. Tidak hanya itu kondisi dan situasi
psikomotorik, serta penilaian saat proses belajar berlangsung pun ikut

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 19
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
dijadikan bahan pertimbangan. D. Perumusan Masalah
Dari masalah yang ada dapat dirumuskan
Model penilaian yang terbilang baru ini sebuah masalah yaitu: “Apakah pengaruh
dapat menjawab kebutuhan untuk penggunaan penilaian secara portofolio
melakukan penilaian yang lengkap terhadap hasil belajar fisika siswa SMA?”
mengenai kemajuan belajar siswa yang
meliputi aspek kognitif, afektif dan E. Tujuan Penelitian
psikomotorik. Perkembangan Adapun penelitian ini dilakukan dengan
kemampuan siswa dalam pembelajaran tujuan untuk mengetahui pengaruh
fisika pun dapat terpantau dengan penggunaan penilaian secara portofolio
menggunakan model penilaian ini. dalam proses pembelajaran fisika
terhadap hasil belajar siswa SMA, dimana
Ternyata pada prakteknya, saat hasil belajar yang dinilai meliputi 3 ranah
pelaksanaan penelitian sekolah sudah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
tidak menggunakan KBK lagi, tetapi
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan F. Manfaat Penelitian
Pendidikan (KTSP). Akan tetapi untuk Hasil penelitian ini diharapkan dapat
model penilaian portofolio sangat cocok bermanfaat bagi guru khususnya fisika,
digunakan karena penilaian yang siswa dan mahasiswa fisika sebagai
digunakan pada KTSP dilakukan calon guru. Bagi guru mata pelajaran
terhadap pengusaan siswa tiap indikator fisika , agar dapat memberikan masukan
. tentang penggunaan portofolio dalam
melakukan penilaian sehingga diperoleh
B. Identifikasi Masalah penilaian yang bersifat menyeluruh baik
Berdasarkan uraian latar belakang aspek kognitif, afektif maupun
masalah diatas, maka dapat psikomotorik.
diidentifikasikan beberapa masalah
sebagai berikut: Manfaat bagi siswa, supaya siswa lebih
1. Apakah portofolio dapat menilai terampil dalam melakukan penelitian dan
aspek afektif dan psikomotorik siswa? juga cerdas dalam mengolah hasil
2. Apakah portofolio dapat menilai penelitian/percobaan tersebut dalam
keterampilan siswa dalam melakukan bentuk laporan, siswa lebih variatif dalam
penelitian ? menungkan ide/pemikirannya dalam
3. Apakah portofolio dapat menilai bentuk makalah.
keterampilan siswa dalam membuat
sinopsis atau laporan hasil penelitian? Kegunaan bagi mahasiswa sebagai calon
4. Kumpulan kerja (portofolio) apa guru, agar dapat memperkaya
sajakah yang dapat dilakukan siswa pengetahuan mereka tentang portofolio
SMA? beserta teknik penilaiannya, yang dapat
5. Apakah pengaruh penggunaan mereka terapkan dalam proses
penilaian secara portofolio(Kumpulan pembelajaran .
Kerja Siswa) terhadap hasil belajar
fisika siswa di SMA?
II. LANDASAN TEORI DAN
C. Pembatasan Masalah KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan identifikasi masalah diatas,
peneliti membatasi masalah pada A. Landasan Teori
pengaruh penggunaan penilaian secara 1. Pengertian Hasil Belajar Fisika
portofolio (kumpulan kerja siswa) Beberapa aliran yang
terhadap hasil belajar fisika siswa SMA mengemukakan pandangan tentang
kelas sebelas (XI). belajar yang dikutip dalam buku Ali
Imron, diantaranya yaitu:

123
123
20 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
a. Pandangan psikologi pengetahuan alam yang mempelajari
behavioristik, belajar adalah sifat-sifat gejala alam yang
suatu kontrol instrumental yang dinyatakan dalam zat dan energi
berasal dari lingkungan (Kertiasa, 1997). Sedangkan menurut
b. Pandangan kognitif, belajar Herbert Druxes, dalam buku yang
adalah suatu usaha untuk telah diterjemahkan oleh Soepomo
mengerti tentang sesuatu menyatakan bahwa fisika merupakan
c. Pandangan humanistik, belajar ilmu pengetahuan yang berusaha
dilakukan dengan cara menguraikan serta menjelaskan
memberikan kebebasan yang hukum-hukum alam dan kejadian-
sebesar-besarnya kepada kejadian alam dengan gambaran
individu menurut pemikiran manusia (Druxes,
d. Pandangan Gestalt, belajar terdiri 1983). Fisika diawali dengan
dari hubungan stimulus respons mengamati gejala alam yang harus
yang sederhana tanpa adanya disertai data kuantitatif dari hasil
pengulangan ide/proses berpikir pengukuran, bahkan menurut
(Imron, 1996) seorang fisikawan bernama Lord
Kelvin berkata: “ bila kita dapat
Pengertian belajar dari beberapa ahli mengukur apa yang sedang kita
yang dikutip oleh Nana Sudjana: bicarakan dan menyatakannya
a. Mouly mengatakan bahwa belajar dengan angka-angka berarti kita
adalah proses perubahan tingkah mengetahui apa yang kita bicarakan.”
laku seseorang berkat adanya (Kanginan, 2002).
pengalaman
b. Kimble dan Garmezi mengatakan Jadi pada dasarnya fisika adalah ilmu
bahwa belajar adalah perubahan pengetahuan dasar dan murni seperti
tingkah laku yang relatif matematika, kimia, biologi yang
permanen terjadi sebagai hasil menjelaskan tentang hukum-hukum
dari pengalaman alam beserta gejala-gejalanya.
c. Gerry dan Kingsley menyatakan
belajar adalah proses perubahan Menurut Nana Sudjana, hasil belajar
tingkah laku yang meliputi: diartikan sebagai kemampuan-
perubahan keterampilan, kemampuan yang dimiliki siswa
kebiasaan, sikap, pengetahuan, setelah menerima pengalaman
pengalaman dan apresiasi berkat belajar. Pengalaman belajar tersebut
adanya pengalaman dalam diperoleh siswa dalam proses
proses belajar yang berasal dari pembelajaran. Pada proses
interaksi individu dengan pembelajaran itu terjadi interaksi
lingkungan antara siswa dengan lingkungannya
(Sudjana, 1997) sehingga terjadi pengalaman belajar
pada diri siswa (Sudjana, 1992).
Dari beberapa pengertian belajar
diatas dapat diambil kesimpulan Dalam sistem pendidikan nasional
bahwa belajar adalah suatu proses menggunakan klasifikasi hasil belajar
perubahan tingkah laku seseorang, dari Benyamin Bloom seperti yang
yang dilakukan secara sadar akibat dikutip oleh Nana Sudjana yang
adanya pengalaman dan latihan. membagi menjadi 3 ranah yaitu:
Perubahan tersebut bersifat a. Kognitif: pengetahuan atau
permanen yang meliputi perubahan ingatan, pemahaman, aplikasi,
pengetahuan, keterampilan dan analisis, sintesis dan penilaian
sikap. b. Afektif : penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi
Menurut Nyoman Kertiasa, Fisika dan internalisasi
merupakan bagian dari ilmu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 21
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
c. Psikomotorik: gerakan refleks, tujuan pembelajaran yang sudah
ketrampilan gerakan dasar, ditetapkan telah tercapai. Selain itu
kemampuan perceptual, penilaian juga dapat mengukur tingkat
keharmonisan atau ketepatan, keberhasilan guru dalam mendidik
gerakan ketrampilan kompleks, dan mengajar, serta dapat mengukur
gerakan ekspresif dan keberhasilan siswa dalam belajar.
interpretatif (Sudjana, 2001). Penilaian adalah suatu keputusan
tentang nilai yang dipengaruhi oleh
Jadi hasil belajar merupakan tingkah hasil pengukuran. Sedangkan
laku akhir (terminal) dari kegiatan pengukuran adalah proses
belajar siswa yang dapat diamati, pengumpulan data melalui
sehingga hasil belajar merupakan pengamatan empiris. Untuk menaksir
pencerminan proses pengajaran prestasi siswa, guru melakukan
yang telah berlangsung. pengukuran dengan membaca apa
yang telah dilakukan siswa,
Dari definisi-definisi tersebut di atas mengamati kinerja mereka,
dapat diambil kesimpulan bahwa mendengarkan apa yang mereka
pengertian dari hasil belajar fisika katakan dan pada umumnya
adalah tingkat penguasaan yang menggunakan indra mereka dalam
dicapai siswa dalam mengikuti proses bentuk mengumpulkan informasi
belajar mengajar mata pelajaran fisika yang relevan dengan tujuan yang
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan telah dinyatakan. (Cangelosi, 1995).
dengan menghasilkan kemampuan
dalam 3 ranah yaitu kognitif, afektif Jadi penilaian pada dasarnya
dan psikomotorik. berhubungan dengan setiap bagian
dari proses pembelajaran, bukan
Hasil belajar yang dimaksud dalam hanya keberhasilan belajar saja,
penelitian ini adalah nilai yang tetapi mencakup semua proses
diperoleh siswa dalam mata pelajaran pembelajaran, dan kegiatannya tidak
fisika secara kognitif saja, sedangkan terbatas pada karakteristik siswa saja,
untuk ranah afektif dan psikomotorik tetapi juga mencakup karakteristik
dinilai pada saat proses belajar metode mengajar, kurikulum, fasilitas,
mengajar karena masuk ke dalam dan administrasi sekolah.
rangkaian penilaian portofolio.
Tes adalah pengukuran terencana
2. Pengertian Penilaian yang dipakai para guru untuk
Salah satu tugas guru adalah mencoba menciptakan kesempatan
memonitor, mengpenilaian dan bagi siswanya untuk memperlihatkan
menunjukkan apakah pengetahuan prestasi mereka dalam kaitannya
siswa berlaku untuk menghadapi dengan tujuan yang telah ditetapkan.
persoalan baru yang berkaitan. (Cangelosi, 1995)
Suparno, 1997). Penilaian adalah
suatu proses untuk menentukan nilai Dalam mendapat pengukuran
dari suatu proses pembelajaran yang kompetensi dasar siswa, kita perlu
telah dilakukan untuk mengetahui membuat alat penjaringan informasi
apakah tujuan pembelajaran telah berupa tagihan-tagihan. Tagihan-
tercapai.(Miarso, 1994). tagihan ini dirancang sedemikian rupa
dan bervariasi,sehingga merupakan
Penilaian atau penilaian merupakan sistem dalam pengujian kompetensi
salah satu kegiatan yang sangat dasar siswa, yang berkaitan dengan
penting dalam proses pembelajaran, kognitif ataupun psikomotorik, antara
karena dengan adanya kegiatan lain:
penilaian akan diketahui apakah

123
123
22 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
a. Pertanyaan lisan kelompok. Bentuk soal yang
Materi yang ditanyakan berupa digunakan adalah uraian dengan
pemahaman konsep, prinsip, tingkat berpikir yang tinggi yaitu
atau teorema. Pertanyaan ini kita aplikasi sampai penilaian. Siswa
lemparkan kepada siswa, dianjurkan untuk mencari data di
kemudian mereka diberi lapangan atau melakukan
kesempatan untuk berpikir, lalu pengamatan terhadap suatu
kita pilih satu siswa untuk fenomena, atau membuat suatu
menjawab. Dalam menjawab kegiatan terencana dan dilakukan
siswa diberi kebebasan untuk secara berkelompok, tugas ini
mengemukakan gagasannya. menekankan pada penilaian
Selanjutnya dilempar ke siswa psikomotor.
lain untuk mengklarifikasi f. Ulangan Semester
jawaban tersebut. Setelah itu Adalah ujian yang dilakukan pada
guru menyimpulkan jawaban akhir semester, dengan bentuk
yang benar.Pertanyaan ini dapat soal ujian pilihan ganda atau
dilakukan diawal maupun akhir uraian, campuran pilihan ganda
pelajaran. dan uraian, atau uraian semua.
b. Kuis Materi yang diujikan berdasarkan
Pertanyaan yang diajukan kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang
kepada siswa dalam waktu yang terlibat dari pemahaman hingga
terbatas, kurang lebih 15 menit. penilaian.
Pertanyaannya dalam bentuk g. Ulangan kenaikan kelas
option atau jawaban singkat. Kuis Ujian kenaikan kelas sama
dilakukan untuk mendapatkan dengan ujian semester, hanya
gambaran tentang materi cakupan materinya yang lebih
sebelumnya yang telah diajarkan banyak, karena materi yang
ke siswa. Biasanya dilakukan diujikan dalam satu tahun
diawal pelajaran. Jika masih ada pelajaran. Akan tetapi materinya
siswa yang tidak menguasai harus mengacu pada materi yang
materi tersebut, maka sebaiknya essensial, berkelanjutan,dan
dijelaskan kembali secara memiliki nilai aplikatif.
singkat. h. Laporan Praktikum
c. Ulangan Harian Mata pelajaran yang dapat
Ulangan harian dapat dilakukan dilakukan dalam bentuk praktikun
secara periodic, setiap materi di laboratorium adalah mata
pokok yang diajarkan selesai. pelajaran tertentu seperti fisika,
Guru dapat membuat soal dalam kimia dan biologi.
bentuk objektif maupun non i. Responsi atau ujian praktik
objektif. Tingkat berpikir yang Responsi yang dilakukan adalah
terlibat sebaiknya mencakup mata pelajaran yang berkaitan
pemahaman, aplikasi dan dendan praktik dan laboratorium.
analisis. Responsi digunakan untuk
d. Tugas Individu mengetahui penguasaan akhir
Tugas individu dapat diberikan siswa terhadap materi pelajaran
setiap minggu dengan bentuk pada tingkat kognitif dan
tugas/soal uraian objektif maupun psikomotorik.
non objektif. Tingkat berpikir yang j. Ujian Akhir
terlibat sebaiknya aplikasi, Bentuk soal yang digunakan
analisis, bila mungkin sampai hampir sama pada ujian
sintesis dan penilaian. semester, kenaikan kelas, akan
e. Tugas Kelompok tetapi cakupan materi yang diuji
Tugas kelompok digunakan untuk lebih luas, karena menguji
menilai kemampuan kerja kemampuan siswa dari kelas

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 23
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
awal sampai akhir. Pemilihan Rusoni, 2001) antara lain sebagai
materinya harus essensial, berikut:
mewakili seluruh standar a. Paulson, mendefinisikan
kompetensi yang ada. portofolio sebagai kumpulan
Tagihan-tagihan yang dilakukan pekerjaan siswa yang
dalam sistem pengujian berbasis menunjukkan usaha,
kompetensi dasar, meliputi tingkat perkembangan dan kecakapan
berpikir yang berkaitan dengan mereka dalam satu bidang atau
pengetahuan deklaratif dan lebih. Kumpulan ini harus
pengetahuan prosedural. mencakup partisipasi siswa
Deklaratif berisi tentang konsep, dalam seleksi isi, kriteria seleksi,
fakta,dan prinsip. Sedangkan kriteria penilaian dan bukti refleksi
prosedural meliputi proses, diri (Paulson, 1991).
strategi, aplikasi,dan b. Menurut Gronlund, portofolio
keterampilan. (Yamin, 2004) mencakup berbagai contoh
pekerjaan siswa yang tergantung
3. Pengertian Portofolio pada keluasan tujuan. Apa yang
Menurut Budimansyah, Portofolio harus tersurat, tergantung pada
sebenarnya dapat diartikan sebagai subjek dan tujuan penggunaan
suatu wujud benda fisik,sebagai portofolio (Gronlund, 1998).
suatu proses social Contoh pekerjaan siswa ini
pedagogis,maupun sebagai adjektif. memberikan dasar bagi
Sebagai suatu wujud benda fisik pertimbangan kemajuan
portofolio itu adalah bundel, yakni belajarnya dan dapat
kumpulan atau dokumentasi hasil dikomunikasikan kepada siswa,
pekerjaan peserta didik yang orang tua serta pihak lain yang
disimpan pada suatu bundel. tertarik dan berkepentingan.
Misalnya hasil test awal(pre test),
tugas-tugas, hasil test akhir(post Portofolio dapat digunakan untuk
test),dan sebagainya (Budimansyah, mendokumentasikan
2003). perkembangan siswa. Karena
menyadari proses belajar sangat
Sebagai suatu proses sosial penting untuk keberhasilan hidup,
pedagogis, portofolio adalah portofolio dapat digunakan oleh
collection of learning experience yang siswa untuk melihat kemajuan
terdapat didalam pikiran peserta didik mereka sendiri terutama dalam
baik yang berwujud pengetahuan hal perkembangan, sikap
(kognitif), ketrampilan (psikomotorik), keterampilan dan ekspresinya
maupun nilai dan sikap(afektif). terhadap sesuatu.
Adapun sebagai suatu adjektif
portofolio sering kali dihubungkan Secara umum, portofolio
dengan konsep lain, misalnya dengan merupakan kumpulan hasil karya
konsep pembelajaran dan penilaian. siswa atau catatan mengenai siswa
Jika dihubungkan dengan konsep yang didokumentasikan secara
pembelajaran maka dikenal istilah baik dan teratur. Portofolio dapat
pembelajaran berbasis portofolio berbentuk tugas-tugas yang
(portfolio based learning), sedangkan dikerjakan siswa, jawaban siswa
jika disandingkan dengan konsep atas pertanyaan guru, catatan hasil
penilaian maka dikenal istilah observasi guru, catatan hasil
penilaian berbasis portofolio (portfolio wawancara guru dengan siswa,
based assessment). laporan kegiatan siswa dan
karangan atau jurnal yang dibuat
Batasan portofolio oleh beberapa ahli siswa.
menurut data yang ditulis oleh Elin

123
123
24 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Menurut Sumarna Surapranata pelaksanaan tugas-tugas oleh
dan Muhammad Hatta, penilaian peserta didik , misalnya buku
portofolio merupakan penilaian tugas, buku PR, klipping, foto atau
berbasis kelas terhadap gambar
sekumpulan karya peserta didik 4. Daftar ringkasan hasil pekerjaan,
yang tersusun secara sistematis berupa buku catatan peserta didik
dan terorganisasi yang diambil 5. Catatan sebagai peserta dalam
selama proses pembelajaran suatu kelompok
dalam kurun waktu tertentu, 6. Contoh terbaik hasil pekerjaan,
digunakan oleh guru dan peserta menurut pendapat guru dan
didik untuk memantau peserta didik
perkembangan pengetahuan, 7. Catatan dari pihak lain yang
keterampilan, dan sikap peserta relevan, antara lain dari teman
didik dalam mata pelajaran atau orang tua
tertentu (Surapranata dan Hatta, 8. Hasil rekapitulasi daftar kehadiran
2006. 9. Hasil ulangan harian atau
semester
Mengingat begitu beragamnya 10. Prosentase dari tugas-tugas yang
jenis portofolio, guru dapat selesai dikerjakan
mengumpulkannya melalui 11. Catatan tentang peringatan yang
beberapa cara. Cara yang akan diberikan guru jika peserta didik
dipakai disesuaikan dengan melakukan kesalahan
tujuan yang hendak dicapai, 12. Audio Visual (Surapranata dan
tingkatan siswa dan jenis Hatta, 2006)
kegiatan yang dilakukan.
Manfaat Portofolio
Model Portofolio Penilaian portofolio dapat digunakan untuk
Pada penelitian ini akan digunakan model berbagai keperluan, misalnya seperti yang
penilaian portofolio sebagai berikut: dikemukakan oleh Berenson dan Certer
Tabel 1. Model penilaian portofolio seperti yang ditulis oleh Elin Rusoni berikut
ini:
1) Mendokumentasikan kemajuan siswa
selama kurun waktu tertentu
2) Mengetahui bagian - bagian yang
perlu diperbaiki
3) Membangkitkan kepercayaan diri dan
motivasi untuk belajar
4) Mendorong tanggungjawab siswa
untuk belajar (Rusoni , 2001).

Sedangkan menurut Gronlund (1998),


portofolio memiliki beberapa keuntungan,
antara lain sebagai berikut.
1) Kemajuan belajar siswa dapat terlihat
dengan jelas
Bahan-bahan portofolio: 2) Penekanan pada hasil pekerjaan
1. Penghargaan tertulis, misalnya terbaik siswa memberikan pengaruh
sertifikat mengikuti lomba fisika positif dalam belajar.
2. Penghargaan lisan, guru 3) Membandingkan pekerjaan sekarang
mencatat penghargaan lisan dengan yang lalu memberikan
yang diberikan kepada peserta motivasi yang lebih besar dari pada
didik dalam kurun waktu tertentu membandingkan dengan milik orang
3. Hasil kerja biasa dan hasil lain

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 25
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
4) Keterampilan asesmen sendiri Jadi penggunaan penilaian secara
dikembangkan mengarah pada portofolio dalam proses pembelajaran
seleksi contoh pekerjaan dan fisika diharapkan berpengaruh positif
menentukan pilihan terbaik terhadap pencapaian hasil belajar siswa
5) Memberikan kesempatan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
bekerja sesuai dengan perbedaan
individu (misalnya siswa menulis C. Perumusan Hipotesis Penelitian
sesuai dengan tingkat level mereka Berdasarkan deskripsi teoritis dan
tetapi sama-sama menuju tujuan kerangka berpikir, maka dapat
umum) dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
6) Dapat menjadi alat komunikasi yang berikut: Ada pengaruh yang signifikan
jelas tentang kemajuan belajar siswa antara penggunaan penilaian secara
bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan portofolio terhadap hasil belajar fisika
lainnya. siswa.

B. Kerangka Berpikir
Pada proses pembelajaran fisika di III. METODOLOGI PENELITIAN
lapangan yang dinilai oleh guru pada
umumnya hanya hasil belajar siswa A. Tujuan Operasional Penelitian
secara kognitif saja. Orientasi pendidikan Tujuan operasional penelitian yang
hanya terfokus pada pemberian materi hendak dicapai adalah untuk mengetahui
saja, sementara pendidikan tentang nilai pengaruh penggunaan penilaian
dan sikap terkesan diabaikan. Akibatnya portofolio dalam pembelajaran fisika
siswa kurang memiliki keterampilan terhadap hasil belajar siswa, yaitu dengan
motorik dan sikap ilmiah. Padahal ketiga menganalisis secara empirik perbedaan
ranah tersebut harus dapat dicapai hasil belajar siswa yang belajar dengan
secara seimbang dalam proses menggunakan portofolio dengan siswa
pembelajaran. yang belajar tanpa menggunakan
portofolio.
Kelemahan-kelemahan pada proses
penilaian hasil belajar siswa pada
kurikulum 1994, menuntut adanya B. Tempat dan Waktu Penelitian
sebuah penyempurnaan. Solusi yang Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA
dianggap tepat adalah dengan YP UNJ Rawamangun Jakarta pada
digunakannya proses penilaian berbasis semester I untuk siswa kelas sepuluh (XI)
kelas yang bersifat menyeluruh pada tahun ajaran 2006-2007.
ketiga aspek yaitu kognitif, afektik dan
psikomotorik. Penilaian dilakukan guru
untuk mengetahui kemajuan siswa, hasil C. Metode dan Desain Penelitian
belajar siswa, mendiagnosa kesulitan Sesuai dengan permasalahan dan tujuan
belajar, dan menentukan kenaikan kelas. dari penelitian ini, maka metode yang
digunakan adalah metode quasi
Salah satu bentuk penilaian berbasis eksperimen, dengan desain sebagai
kelas adalah penilaian portofolio. berikut:
Penilaian ini merupakan penilaian
terhadap sekumpulan karya peserta didik Tabel 2. Rancangan Desain Penelitian
yang disusun secara sistematis yang
diambil selama proses pembelajaran.
Bentuk penilaian portofolio dilakukan
pada setiap indikator pencapaian hasil
belajar sesuai dengan kompetensi dasar
yang hendak dicapai.

123
123
26 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Keterangan: a. Pembentukan kelas penelitian
Y1 : hasil belajar sebelum proses belajar dengan cara penempatan acak
mengajar (random assignment).
Y2 : hasil belajar sesudah proses belajar b. Pemberian tes awal (pre test)
mengajar terhadap kelas sampel untuk
X1 : penggunaan penilaian secara portofolio mengetahui kemampuan siswa.
X2 : tidak menggunakan penilaian secara c. Kelas A belajar fisika dengan
portofolio menggunakan penilaian secara
portofolio
d. Kelas B belajar fisika tanpa
D. Teknik Pengambilan Sampel menggunakan penilaian secara
1. Populasi Target : seluruh siswa portofolio
Sekolah Menengah Atas YP UNJ e. Setelah seluruh pokok bahasan
Jakarta selesai, diadakan tes hasil belajar
2. Populasi Terjangkau: siswa kelas XI akhir (post test) terhadap dua
SMA YP UNJ Jakarta tahun ajaran kelas penelitian.
2006-2007 sebanyak 40 siswa f. Hasil tes diuji dengan
3. Sampel: dari seluruh siswa kelas XI menggunakan uji-t (sampel
dipilih dua kelas sebagai kelas bebas) untuk mencari perbedaan
sampel secara acak, dan selanjutnya skor rata-rata antara kelas A dan
kelas tersebut diberikan pelakuan B. Kelas manakah yang
yang berbeda yaitu: mempunyai skor rata-rata lebih
a. Kelompok A belajar fisika dengan tinggi.
menggunakan penilaian secara 4. Instrumen Penelitian
portofolio Instumen yang digunakan pada
b. Kelompok B belajar fisika tanpa penelitian ini adalah bentuk soal
menggunakan penilaian secara pilihan ganda untuk pokok bahasan
portofolio Suhu dan Kalor, yang terdiri dari 30
soal. Soal-soal dibuat untuk
mengukur ranah kognitif pada aspek
E. Teknik Pengumpulan Data pemahaman, penerapan, analisis dan
Cara mendapatkan data mengenai hasil sintesis.
belajar siswa dari kelas sampel yang 5. Hasil Uji Coba Instumen
diteliti, diperoleh dari tes hasil belajar Pengujian validitas tes pada
fisika yang berupa soal pilihan ganda dan penelitian ini adalah dengan
uraian. menggunakan validitas isi (content
1. Variabel yang diteliti validity). Untuk menghitung validitas
Variabel terikat: hasil belajar siswa tiap butir soal sebagai instrument
dalam pembelajaran fisika penelitian digunakan teknik korelasi
Variabel bebas: penilaian secara biserial titik (point biserial correlation)
portofolio atau rpbis yaitu:
2. Sumber data
Sumber data adalah sampel yang
M p  Mt p
rpbis 
terdiri dari: St q
Kelas A : kelas XI SMA dengan jumlah Keterangan:
siswa 40 orang
Rpbis : koefisien korelasi point biserial
Kelas B: kelas XI SMA dengan jumlah
Mp : Mean dari subyek-subyek yang
siswa 40 orang menjawab benar item yang dicari
3. Rancangan Penelitian
korelasinya dengan tes
Di dalam rancangan penelitian ini,
Mt : Mean skor total (rata-rata skor dari
perlakuan yang diberikan terhadap seluruh pengikut tes)
kelompok sampel yang diteliti adalah
St : Standar deviasi skor total
sebagai berikut:
p : Proporsi subyek yang menjawab

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 27
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
benar bentuk angka-angka sehingga sifat-sifat
q : Proporsi subyek yang menjawab yang penting dan bentuk penyebaran dari
salah data tersebut dapat dengan mudah
q=1–p diketahui dan diinterpretasikan.

Selanjutnya dihitung dengan uji – t Untuk mengetahui apakah terdapat


dengan rumus: perbedaan rata-rata hasil belajar fisika
siswa antara siswa yang belajar dengan
r n2 menggunakan penilaian secara portofolio
t hitung 
1 r2 dengan siswa yang belajar tanpa
menggunakan penilaian secara
Keterangan:
portofolio, maka dapat dirumuskan
thitung : nilai t hitung
hipotesis statistiknya yaitu:
r : koefisien korelasi hsil r hitung
n : jumlah responden (pengikut tes) H o   A  B
H1   A   B
Distribusi (tabel t) untuk á = 0,05 dan
derajat kebebasan (dk = n-2), maka untuk
thitung lebih besar dari ttabel berarti valid, dan Keterangan :
untuk thitung lebih kecil dari ttabel berarti tidak μA : mean hasil belajar fisika siswa yang
valid. belajar dengan menggunakan penilaian
secara portofolio
Untuk menguji reliabilitas soal, dihitung μB : mean hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan rumus KR-20 sebagai belajar tanpa menggunakan penilaian
berikut: secara portofolio
Ho : hipotesis nol, yaitu mean hasil belajar
 k  s   pq 
2
fisika siswa yang menggunakan
r11    
 k  1  s2  penilaian secara portofolio kurang dari
atau sama dengan mean hasil belajar
Keterangan: fisika siswa yang tidak menggunakan
r11 : koefisien reliabilitasi internal seluruh item penilaian secara portofolio
p : proporsi subyek yang menjawab item H1 : hipotesis penelitian, yaitu mean hasil
benar belajar fisika siswa yang menggunakan
q : proporsi subyek yang menjawab item penilaian secara portofolio lebih tinggi
salah dari pada siswa mean hasil belajar fisika
 pq : jumlah hasil perkalian p dan q siswa yang tidak menggunakan
k : banyaknya item penilaian secara portofolio.
s2 : standar deviasi dari tes
Sebelum dilakukan penelitian pada kedua
Selanjutnya untuk mengetahui instrument kelompok sampel terlebih dulu diberi pre
penelitian reliable atau tidak maka harga test untuk menguji homogenitas yaitu
r11 dari KR-20 dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui tingkat kemampuan
dengan á = 0,05 dan derajat kebebasan awal, maka digunakan uji F. Kemudian
dk = n-2. Untuk r11 lebih besar dari rtabel kedua sampel diberi post test (intrumen
berarti reliable, sebaliknya untuk r11 lebih penelitian) untuk menguji normalitas
kecil dari rtabel berarti tidak reliabel. dengan menggunakan uji liliefors.

Ini digunakan untuk mengetahui apakah


instrumen bersifat tetap dalam setiap  A2
Rumus uji F : Fn 
penelitian.  B2

F. Teknik Analisis Data  A2 : variansi populasi siswa yang


Data yang diperoleh dari penelitian dalam menggunakan penilaian secara

123
123
28 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
portofolio (varians terbesar) IV. HASIL PENELITIAN
 B2 :variansi populasi siswa yang tidak
menggunakan penilaian secara Sebelum penelitian,dilakukan tes terhadap
portofolio (varians terkecil) anak kelas XI IPA di SMA YP UNJ Jakarta
sebanyak 30 siswa, untuk menguji tingkat
Setelah kedua uji persyaratan terpenuhi validitas dan reliabilitas soal, taraf kesukaran
maka pengujian dilanjutkan dengan uji-t dan daya beda soal. Dari hasil uji validitas
untuk sampel bebas dengan taraf ada 7 soal yang drop dan dari daya beda soal
signifikansi 5% (á = 0,05) dan derajat ada 7 soal yang harus direvisi, ketujuh soal
kebebasan dk = nA + nB - 2. tersebut adalah soal yang sama. Sehingga
untuk selanjutnya pada penelitian digunakan
  23 soal untuk pre test dan post test. Dari hasil
X A XB uji reliabilitas dengan menggunakan rumus
t hitung 
 1 KR-20 diperoleh nilai r11= 0,866, sementara
1 
S    nilai r tabel = 0,374 untuk taraf signifikansi
 n A nB    0,05 dan derajat kebebasan dk = n-2 =
30-2 = 28. Sehingga r11 lebih besar dari pada
rtabel berarti soal bersifat reliable.
Keterangan :
X A : skor rata-rata hasil belajar siswa yang Penelitian ini menggunakan hasil belajar fisika
menggunakan penilaian secara
sebagai variabel terikat dan penilaian secara
portofolio
portofolio sebagai variabel bebas. Data
X B : skor rata-rata hasil belajar siswa yang penelitian ini diperoleh dari hasil tes sumatif
tidak menggunakan penilaian secara
siswa kelas eksperimen yaitu kelas yang
portofolio
dipenilaian menggunakan portofolio dan kelas
S : simpangan baku untuk kelas
kontrol yaitu kelas yang tidak dipenilaian
eksperimen dan kelas kontrol
secara portofolio.

nA : jumlah siswa kelompok A


A. Deskripsi Data
nB : jumlah siswa kelompok B
Data yang diambil pada penelitian ini
t : nilai t untuk sampel bebas
adalah data hasil belajar Fisika siswa
yang berupa kemampuan kognitif pada
kelompok siswa yang diajar dengan
G. Langkah Penelitian
menggunakan penilaian portofolio (kelas
1) Menentukan tujuan pembelajaran
eksperimen) dan yang diajar tanpa
yang hendak dicapai
menggunakan penilaian secara portofolio
2) Membuat Rancangan Pembelajaran
(kelas kontrol). Data selengkapnya
3) Membuat soal-soal pre test dan post
mengenai hasil belajar siswa tersebut
test
akan diuraikan sebagai berikut :
4) Membuat lembar penilaian portofolio
5) Mengadakan pre test pada kelas
1. Hasil Belajar Siswa Kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk
Eksperimen
mengukur tingkat kemampuan siswa
Sebelum diberi perlakuan, dari 30
6) Melaksanakan penelitian terhadap
siswa yang diamati, diperoleh
kelas eksperimen untuk mengetahui
sebaran data sebagai berikut: nilai
pengaruh penggunaan penilaian
tertinggi 6,52 dan terendah 2,61
secara portofolio terhadap hasil
dengan rata-rata 4,60. Sedangkan
belajar fisika siswa
setelah perlakuan nilai tertinggi
7) Mengadakan post test pada kedua
meningkat menjadi 8,26 dan terendah
kelas sampel
3.91 dengan rata-rata 6,46.

Distribusi frekuensi dan diagram


batang hasil belajar siswa kelas
eksperimen adalah sebagai berikut:
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 29
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
2. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Untuk kelas kontrol (penilaian tanpa menggunakan portofolio), dari 30 siswa yang diamati,
diperoleh sebaran data sebelum perlakuan sebagai berikut : nilai tertinggi 6,52 dan terendah
2,61 dengan rata-rata 4,55. Sedangkan nilai setelah perlakuan adalah : nilai tertinggi 7.83
dan terendah 3.84 dengan rata-rata 5,77.

Distribusi frekuensi dan diagram batang hasil belajar siswa kelas kontrol dapat dilihat dalam
tabel dan gambar berikut ini :

Gambar 1.
Diagram batang frekuensi hasil belajar siswa kelas eksperimen

B. Pengujian Persyaratan Analisis


Liliefors terhadap hasil belajar fisika siswa
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,
yang dipenilaian menggunakan portofolio
terlebih dahulu dilakukan persyaratan
dan dipenilaian tanpa menggunakan
analisis yang terdiri dari:
portofolio. Uji ini didasarkan pada selisih
maksimum antara F(Z) distribusi kumulatif
1. Uji Normalitas
dengan S(Z) distribusi kumulatif sampel.
Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah sampel hasil belajar
Hasil uji normalitas selengkapnya untuk
terdistribusi normal atau tidak. Pengujian
kedua kelompok sebelum dan sesudah
ini dilakukan dengan menggunakan uji
perlakuan disajikan sebagai berikut:

123
123
30 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Gambar 2.
Diagram batang frekuensi hasil belajar fisika kelas kontrol

Berdasarkan data pada table di atas, untuk kedua kelas baik kelas eksperimen maupun
kelas kontrol didapat bahwa sebelum dan sesudah perlakuan nilai L o<Ltabel sehingga
berdasarkan pada kriteria pengujian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar fisika siswa
terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel hasil belajar fisika siswa berasal
dari kelas yang homogen atau tidak. Pengujian ini menggunakan uji F yakni dengan
menggunakan nilai perbandingan antara varians terbesar dengan varians terkecil. Kemudian
nilai ini dibandingkan dengan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi á= 0,05 dengan derajat
kebebasan dk penyebut = n -1 dan dk pembilang = n – 1.
Hasil dari uji homogenitas sebelum perlakuan diperoleh F hitung sebesar 1.754, sedangkan
F table = 1.85.

Berdasarkan data diatas, didapat bahwa nilai Fhitung< Ftabel, sehingga berdasarkan kriteria
pengujian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar fisika kedua kelas sampel berasal dari
kelas yang homogen.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 31
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
C. Pengujian Hipotesis perkembangan tingkat penguasaan siswa
Setelah data memenuhi persyaratan terhadap tiap indikator pencapaian hasil
analisis, kemudian dilanjutkan dengan belajar. Adanya penugasan untuk
pengujian hipotesis menggunakan membuat makalah dan
perhitungan statistic Uji – t. Dari data mempresentasikannya diakhir
penelitian didapat bahwa rata-rata hasil pembelajaran, membuat siswa berusaha
belajar kelas eksperimen (kelas yang mencari pengetahuan lebih banyak diluar
menggunakan penilaian secara jam sekolah yang berkaitan dengan
portofolio) sebesar 6.46 dengan materi yang sedang dibahas. Penilaian
simpangan baku sebesar 1.269 , terhadap afektif dan psikomotorik siswa
sedangkan rata-rata hasil belajar kelas pun memicu mereka untuk lebih aktif
kontrol (kelas yang tidak menggunakan dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
penilaian secara portofolio) sebesar 5.77 Selain itu siswa juga diberi kesempatan
dengan simpangan baku 1.371. untuk menilai hasil kerjanya sendiri,
dengan tujuan agar siswa mengetahui
Dari hasil perhitungan uji- t diperoleh nilai hasil kerja terbaik mereka dan dimana
thitung sebesar 2.0245. Uji-t yang dilakukan kekurangan mereka, sehingga
adalah uji pihak kanan dengan taraf diharapkan siswa akan memperbaiki
signifikansi á = 0.05 dan derajat kekurangan tersebut.
kebebasan dk = nA+nB – 2 = 30+30 – 2 =
58. Untuk batasan –batasan tersebut, dari
table kritis uji-t diperoleh nilai ttabel sebesar V. KESIMPULAN, IMPLIKASI
2.000. DAN SARAN
Dari data hasil perhitungan di atas A. Kesimpulan
(selengkapnya baca dilampiran uji-t Berdasarkan hasil pengolahan data hasil
setelah perlakuan), didapat bahwa nilai belajar siswa, terdapat perbedaan hasil
thitung>ttabel. Maka Ho ditolak dan H1 diterima. belajar fisika siswa antara yang dinilai
Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil menggunakan portofolio (nilai rata-rata
belajar antara kelompok kelas yang sebesar 6.46) dengan yang tidak
dipenilaian menggunakan portofolio menggunakan portofolio (nilai rta-rata
(kelas eksperimen) dengan kelas yang sebesar 5.77). Hal ini terlihat dari
tidak dipenilaian menggunakan portofolio perhitungan uji – t yang diperoleh nilai
(kelas kontrol), dimana hasil belajar kelas thitung sebesar 2.0245 dan ttabel sebesar
eksperimen lebih tinggi daripada kelas 2.000. Padahal sebelum dilakukan
kontrol. penelitian nilai rata-rata hasil belajar fisika
kedua kelas hampir sama yakni 4.60
untuk kelas eksperimen dan 4.55 untuk
D. Pembahasan HasilPenelitian kelas kontrol. Dari data tersebut, dapat
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilihat bahwa peningkatan hasil belajar
dilakukan, maka terdapat peningkatan siswa kelas eksperimen lebih tinggi
hasil belajar fisika pada kelas yang daripada peningkatan hasil belajar kelas
dipenilaian menggunakan portofolio. Hal kontrol.
ini menunjukkan bahwa penilaian secara
portofolio memberikan pengaruh yang Dari keterangan di atas secara impisit
positif terhadap hasil belajar fisika siswa. dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
penggunaan penilaian secara portofolio
Adanya pengaruh penggunaan penilaian memberikan pengaruh yang positif
secara portofolio terhadap hasil belajar terhadap hasil belajar fisika yakni berupa
fisika siswa sesuai dengan fungsi peningkatan hasil belajar fisika siwa.
penggunaan penilaian secara portofolio Peningkatan hasil belajar siswa ini
yakni untuk melihat perkembangan dikarenakan pada penilaian portofolio
tingkat kemajuan belajar siswa. Penilaian siswa diberi tugas untuk tiap indikator dan
secara portofolio dilakukan untuk melihat
123
123
32 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
setiap indikator yang belum dikerjakan sehingga siswa memperoleh
dengan baik siswa akan terus pembelajaran yang bermakna dan
memperbaikinya hingga penguasaan penilaian yang otentik.
terhadap indikator tersebut tercapai.
Karena keterbatasan studi yang tejadi
dalam penelitian ini, disarankan pula
B. Implikasi untuk melaksanakan penelitian lebih
Hasil penelitian ini diharapkan dapat lanjut, guna mengetahui apakah penilaian
menjadi pertimbangan bagi guru atau secara portofolio ini dapat berpengaruh
calon guru, khususnya bidang studi Fisika terhadap peningkatan hasil belajar fisika
dalam menggunakan penilaian secara siswa untuk materi pelajaran yang lain
portofolio kepada siswa sebagai ataupun dengan sampel yang dapat
alternative cara untuk meningkatkan hasil mewakili berbagai sekolah dengan
belajar fisika siswa dan mengoptimalkan kondisi yang berbeda.
kemampuan siswa dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penilaian Yamin,Martinis. 2004. Strategi pembelajaran
menggunakan portofolio dapat Berbasis Kompetensi. Pamulang:Gaung
meningkatkan hasil belajar siswa, untuk Persada press.
itu diharapkan agar guru atau calon guru Dwi Asworo,Yuliana. 2005. Skripsi: Analisis
fisika untuk menggunakan portofolio Penggunaan Penilaian Unjuk Kerja
dalam mengpenilaian siswa. Namun (Performances Assesment) Pada
demikian, penggunaaan penilaian secara Pembelajaran Kimia di SMA. Universitas
portofolio mempunyai kelemahan, Negeri Jakarta.
khususnya pada siswa yang belum Supriyati,Yetti. 2004. Makalah: Sistem Penilaian
mengerti mengenai portofolio. Ada Portofolio Dalam Pembelajaran Matematika
beberapa siswa yang cenderung malas dan Ilmu Pengetahuan Alam.
untuk memperbaiki dan melengkapi Imran, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran.
tugas-tugasnya. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sudjana, Nana. 1997. Cara Belajar Siswa Aktif
Penilaian secara portofolio ini lebih baik dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
dilakukan untuk mengpenilaian siswa Sinar Baru.
secara individu, sehingga terlihat tingkat Miarso, Yusufhadi. 1994. Definisi Teknologi
kemajuan siswa dalam pembelajaran Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
secara objektif, detail dan lengkap. Oleh Kertiasa, Nyoman.1997. Fisika untuk SMU kelas
karena itu, dibutuhkan kerja ekstra dari I. Jakarta: Balai Pustaka.
guru dalam melakukan penilaian. Druxes, Herbert. 1983. Kependium Didaktik
Fisika. Terjemahan Soepomo. Bandung: CV
Penelitian ini merupakan langkah awal Remaja Karya
untuk mengembangkan model penilaian Kanginan, Marthen. 2002. Fisika untuk SMA kelas
yang lebih baik lagi, khususnya untuk X. Jakarta: Erlangga.
mata pelajaran fisika. Karena dalam ilmu Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktifisme
fisika terdapat banyak materi yang dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
membutuhkan aplikasi ilmu pengetahuan, S. Kangelosi, James. 1995. Merancang Tes untuk
yang diharapkan siswa dapat melakukan Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB
unjuk kerja dan praktik, daripada sekedar Budimansyah, Dasim. 2003. Model Pembelajaran
mengetahui konsep-konsep fisika saja. Portofolio. Bandung: PT Genesindo.
Maka alangkah baiknya kalau secara Surapranata, Sumarna dan Hatta, Muhammad.
bertahap guru mulai menerapkan model 2006. Penilaian Portofolio Implementasi
penilaian secara portofolio, artinya guru Kurikulum 2004. Bandung: Remaja
menilai siswa berdasarkan ketiga aspek Rosdakarya Offset.
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik,
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 33
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Rusoni, Elin. 2001. Portofolio dan Paradigma
Baru dalam Penilaian Matematika. www.
Depdiknas.go.id
Sudjana, Nana. 1992. Penelitian Hasil Belajar
Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: CV Alfabeta.

uuuuuuuuuuuuu

123
123
34 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
KAJIAN LEARNING CONTENT MANAGEMENT SYSTEMS (LCMS)
DALAM KERANGKA DISAIN PEMBELAJARAN

Oleh: Dewi Salma Prawiradilaga *)

Abstract

The article is about a descriptive finding on the function of an LCMS used by the official website
of the Department of Curriculum and Educational Technology, Faculty of Education, State
University of Jakarta, www.courses.web-bali.net. Based on the observation, there are some
principles that may be applied in uploading course content. They are topic analysis and message
design principles which should intensively be applied during developing and structuring learning
objects in a learning path. Chunk is the main concept in content development. Regarding
copyright issue, all parties should respect to those who write or produce creative works accessible
through online.

Keywords: Topic analysis, LCMS (learning content management systems), message design,
learning objects, learning paths, copyright.

A. PENDAHULUAN

1. Pengantar mengirimkan materi ajar melalui internet.


Pemanfaatan jaringan telekomunikasi Dalam pandangan penulis, website yang
dan komputer sudah menjadi bagian dari disediakan oleh mereka tidak lebih dari
kehidupan di Jakarta. Jurusan Kurikulum menawarkan jasa kurir untuk pengiriman
dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu materi ajar. Bahasan mengenai LCMS
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang berbeda dengan sudut pandang
tidak luput dari terjangan angin globalisasi sebagai disainer pembelajaran ini
ini. Tulisan ini merupakan upaya menjadi misi utama yang ingin
memberdayakan segala potensi yang disampaikan oleh penulis.
dapat terjangkau oleh jurusan KTP yang
(kebetulan) secara geografis berada di 2. Latar Belakang
ibukota Indonesia. Websites resmi Globalisasi dan munculnya jaringan luas
jurusan, www.web-bali.net dengan seperti world wide web sebagai inovasi
domain perkuliahan www.courses.web- yang mengubah paradigma di berbagai
bali.net masih under construction. bidang, termasuk dalam dunia
Berdasarkan pengamatan penulis, masih pendidikan. Belajar jarak jauh (distance
banyak lembaga pendidikan yang learning) serta e-learning cepat sekali
menyajikan online learning dengan dikenal. Tawaran untuk mengikuti proses

*) Dewi Salma Prawiradilaga adalah dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan - UNJ,
mengajar matakuliah Disain Pembelajaran serta Konsentrasi Teknologi Kinerja.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 35
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
belajar dengan kedua model ini dari B. KAJIAN LEARNING CONTENT
berbagai lembaga pendidikan di dunia tak MANAGEMENT SYSTEMS
terhitung jumlahnya. Kemudahan- (LCMS) DALAM KERANGKA
kemudahan di antaranya tidak ada
DISAIN PEMBELAJARAN
ketentuan mengikuti jadwal, serta lokasi
belajar yang disesuaikan dengan
1. Ikhtisar Au thoring Tools
kemampuan peserta didik mampu
Antara LMS dan LCMS
menjaring peminat. Dengan mengakses
Kemajuan teknologi digital berikut piranti
internet yang terjangkau di kota besar di
aplikasi sangat pesat. Open source
Indonesia, maka model belajar jarak jauh
banyak menyediakan piranti lunak untuk
dan e-learning menjadi alternatif untuk
berbagai bidang dan profesi, termasuk di
memperoleh dan meningkatkan
dalamnya bidang kependidikan dan
pendidikan. Jenjang yang ditempuhpun
pembelajaran dalam format authoring
beragam, mulai dari kursus singkat
tools. Peran authoring tools dalam
sampai dengan program gelar S3.
pendidikan dan pembelajaran bagi
Dabbagh & Bannan-Ritland yakni,
Di lain pihak, kemandirian peserta didik,
“Authoring tools are softwares that enable
tanpa tergantung kehadiran seorang
instructional designers, teachers, and
guru, menjadi tuntutan yang lumrah
learners to design interactive multimedia
dalam proses belajar tersebut. Untuk itu,
and hypermedia learning environments
salah satu aspek yang menjadi bagian
without knowledge of programming
penting adalah penyampaian materi atau
languages” (hal. 273). Untuk itu, course
isi dari suatu mata pelajaran atau
management disediakan agar para
matakuliah yang diakses. Pengolahan
pengguna dapat mengunduh kemudian
materi untuk belajar mandiri memerlukan
memanfaatkannya bagi penyelenggaraan
rancangan khusus, Kaidah belajar,
model e-learning. Course management
pembelajaran, disain pembelajaran serta
itu sendiri sekarang ini dikenal
disain pesan merupakan persyaratan
mempunyai dua kategori besar, yaitu
yang harus dipenuhi. Dengan demikian,
learning management systems (LMS)
peserta didik dapat mencerna materi
serta learning content management
(online) lebih baik dan lebih mudah lagi.
systems (LCMS).

Pengolahan materi ajar menggunakan


Perdebatan antara pilihan atas LMS
piranti lunak yang termasuk dalam
ataukah LCMS sudah beberapa lama
kategori course management yaitu
muncul ke permukaan (lihat: Dabbagh &
learning content management systems
Bannan-Ritland, hal. 275; Greenberg;
(LCMS). Fungsi-fungsi yang ditawarkan
Chapman, 2001; Robbins, 2002;
oleh LCMS tersebut ternyata masih belum
Mortimer, 2002; Shaw, 2007). Perbedaan
optimal serta belum terungkap makna dari
pendapat mengerucut mengacu pada
setiap model sajian. Terlebih pengajar
keberadaan LMS serta LCMS. Bagi
masih banyak belum terbiasa mengolah
Dabbagh & Bannan-Ritland; Robins, serta
materi secara online. Padahal pilihan
Mortimer, LMS diciptakan sebelum
LCMS baik yang diunduh gratis atau dibeli
LCMS. LMS adalah generasi pendahulu,
dari produsen tertentu sangat banyak.
sedangkan LCMS muncul dan diciptakan
Setiap LCMS memiliki sifat dan kelebihan
karena para ahli berniat
tersendiri. Menciptakan virtual learning
menyempurnakan LMS yang sudah lebih
environment yang sesuai dan benar
dulu beredar. Pendapat berbeda
merupakan tantangan tersendiri bagi
dikemukakan oleh Greenberg. Baginya,
pengajar dan para disainer pembelajaran
LMS berlainan fungsi dengan LCMS (lihat
di era digital ini.
: kutipan tabel dari Greenberg). Namun,
fungsi keduanya dianggap lebih baik dan
lebih optimal lagi jika bersinergi dalam
penyelenggaraan proses belajar.

123
123
36 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Pendapat ini didukung oleh Chapman dan tahun 2004 menyebutkan teknologi
Shaw. Tulisan ini tidak akan pendidikan adalah untuk memfasilitasi
menitikberatkan perbedaan pendapat proses belajar di pendidikan formal serta
tadi, namun cenderung membahas meningkatkan mutu kinerja di organisasi.
pemanfaatan LCMS untuk Tentu saja LCMS dimanfaatkan untuk dua
penyelenggaraan perkuliahan. kepentingan utama tadi.

Untuk bidang teknologi pembelajaran, Dari dua jenis course management (LMS
pilihan menjadi lebih mudah jika kita dan LCMS) yang ditawarkan, LCMS
merujuk pada definisi-definisi tentang dianggap pilihan yang tepat. LCMS
teknologi pendidikan dan teknologi berkaitan langsung dengan proses
pembelajaran dari organisasi profesi belajar dan peningkatan mutu kinerja.
AECT. Benang merah dari rumusan yaitu penyajian materi ajar dengan
teknologi pendidikan dan teknologi menerapkan prinsip disain pembelajaran.
pembelajaran mulai dari definisi tahun Bahasan selanjutnya menegaskan
1977, 1994 serta 2004 (lihat : alasan pemanfaatan LCMS untuk
Januszewski & Molenda, eds., 2008) menciptakan proses belajar.
adalah proses belajar. Definisi AECT

Gambar 1. Tabel Perbandingan LMS dan LCMS menurut Greenberg

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 37
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
disainer pembelajaran untuk
Perbandingan fungsi LMS dan LCMS menyusun materi atau storyboards
Walaupun tulisaan ini tidak membahas sesuai kebutuhan.
perbedaan pendapat mengenai LMS dan • dynamic delivery interface: adanya
LCMS, namun ada baiknya pendapat fungsi (manajemen) pembelajaran
Greenberg di bawah ini dikaji agar alasan seperti asesmen belajar, umpan balik,
pemanfaatan LCMS untuk menciptakan kemudahan akses sumber belajar,
proses belajar lebih kukuh. dst.
• administrative application: fungsi
Learning Content Management System manajemen pendidikan yang
(LCMS) memadai, yang mencakup aspek
Pengertian LCMS laporan perkembangan belajar,
Shaw yang diwawancarai oleh matakuliah yang menjadi prasyarat,
Checkpoint E-Learning Journal kehadiran secara maya, dsb.
menyatakan bahwa “An LCMS is an
application designed to facilitate the Senada dengan Greenberg, Chapman
creation or capture, management, and menyatakan bahwa suatu LCMS
transfer or distribution of content designed sebaiknya memiliki beberapa kekhususan
for learning or performance support. yakni:
Content is created using an object model”. • memiliki authoring tools untuk
Sedangkan Greenberg mengutip menciptakan learning objects dalam
rumusan IDC untuk LCMS dengan suatu repository.
pernyataan, “an LCMS as a system that • kemampuan untuk merangkai dan
creates, stores, assembles and delivers mengkonsolidasikan learning objects
personalized e-learning content in the dalam alur belajar (learning paths)
form of learning objects”. yang dinamis, dikembangkan sesuai
kebutuhan atau tergantung disainer
Chapman juga menyatakan hal yang pembelajaran
serupa dengan kedua pendapat • mampu menelusuri siapa yang
sebelumnya. Ia merumuskan, “An LCMS belajar apa (tracks who takes what).
is a multi-user environment where
learning developers can create, store, Merujuk kedua kutipan tadi, kesimpulan
reuse, manage, and deliver digital yang dapat dirumuskan terkait dengan
learning content from a central object kriteria LCMS yang harus mempunyai (1)
repository”. Ketiga pendapat tadi repository, yaitu pusat data untuk
bermuara pada penyajian isi atau materi menyimpan, mengubah, menambah,
ajar secara digital dalam suatu bentuk materi /isi pelajaran/matakuliah; (2)
khusus dengan istilah learning object. bentuk isi dalam alur belajar (learning
Materi tersebut dibuat, disimpan, path) yang tersusun dari learning
dipelajari atau didaur-ulang/diperbaiki dan objects, (3) authoring tools yang dapat
dapat diakses oleh peserta didik secara digunakan untuk menciptakan learning
online. objects yang dinamis dan dapat didaur-
ulang; serta (4) kemampuan
Kriteria administratif untuk menelusuri laju
Selanjutnya, Greenberg dalam makalah belajar, hasil asesmen, menyimpan
yang sama menyebutkan beberapa dokumen yang diperlukan, jadwal, dan
kriteria yang seharusnya dipenuhi oleh sebagainya. Atau sebagaian besar fungsi
suatu LCMS. Kriteria tersebut adalah: LMS untuk mengelola proses belajar dan
• learning object repository: tempat pembelajaran.
penyimpanan dan pengelolaan isi/
bahasan dari suatu matakuliah. Learning path (alur belajar):
• automated authoring application: Alur belajar sebagai bagian inti dari LCMS
fungsi-fungsi dalam alur belajar yang merupakan ‘lahan’ dan ’pintu’ yang
mempermudah ahli materi/pengajar/ menjadi keistimewaan suatu LCMS

123
123
38 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
dalam rangka penyajian materi ajar.
Pandangan teknologi pendidikan/ Chapman, yang dikutip oleh Mortimer,
pembelajaran yang mementingkan menyebutkan dua model learning objects
proses belajar dikaji secara mendalam yang dapat dimanfaatkan untuk
demi penyajian materi yang terbaik agar pembelajaran, yakni bersifat preskriptif
peserta didik dengan mudah dan dan adaptif. Learning object yang
’nyaman’ dapat mempelajari materi bersifat preskriptif menyediakan slot atau
tersebut. Tozman menyebutkan bahwa lahan untuk diisi oleh ahli materi secara
alur belajar adalah skema belajar yang terstruktur. Penyajian materi disesuaikan
berisi materi ajar terstruktur dan dapat dan mengikuti pola yang telah tersedia.
diikuti oleh pengguna dengan mudah. Pola penyajian biasanya jauh lebih
lengkap dibandingkan dengan pola
Penyajian materi dalam alur belajar adaptive learning object. Sedangkan
memerlukan kemampuan dalam bidang adaptive learning object memiliki pola
disain pesan, yaitu sewaktu memilih, yang tidak lengkap namun lebih luwes
memilah materi untuk dituliskan dalam untuk ’dibentuk’ dan disesuaikan dengan
alur belajar tersebut. Selain itu, penulis keinginan ahli materi. Ketidaklengkapan
atau pengajar harus menterjemahkan lahan biasanya diimbangi dengan
situasi belajar nyata ke dalam situasi perangkat yang dapat dimanfaatkan
belajar maya, yaitu dalam kerangka secara optimal untuk menyusun isi/ materi
menciptakan lingkungan belajar maya ajar.
(virtual learning environment) agar
interaksi belajar, synchronous atau
asynchoronous, terjadi dan lancar.

Learning objects
Learning objectsecara singkat adalah
penggalan materi yang disajikan dalam
satu alur belajar. Chapman merumuskan
learning object sebagai, ’A standalone
learning. May have chipped out of a
legacy course”. Istilah chunk (penggalan)
menunjukkan betapa kecil cakupan isi
dalam suatu learning object. Terkadang,
learning object juga diibaratkan sebesar
butir gula pasir (granulation). Ini
menunjukkan betapa khusus dan kecil Gambar 2 . Ilustrasi cakupan learning
object dalam suatu alur belajar.
cakupan suatu learning object. Jumlah
learning object dalam satu alur belajar
tidak tertentu, tergantung dari pencipta
2. Ikhtisar Disain Pembelajaran
alur belajar tersebut.
Konsep analisis topik
Jika LCMS mengenalkan istilah chunk
Secara gamblang, suatu rangkaian film
(penggalan), dalam konsep disain
berbingkai dapat diubah dan dicantumkan
pembelajaran istilah itu disebut dengan
dalam suatu alur belajar sebagai suatu
analisis topik. Konsep analisis topik
learning object. Begitu pula kalimat,
diperkenalkan oleh Kemp, dkk, sebagai
rumus, pernyataan, atau asesmen belajar
salah satu pola pemikiran dalam disain
yang digunakan untuk mengukur
pembelajaran (Prawiradilaga, 2007)
penguasaan materi yang sedang
dipelajari dapat dibentuk sebagai learning
Berbeda dengan pendekatan sistemik
objects. Rangkaian learning objects yang
yang dirumuskan sebagai ADDIE, analisis
ada pada suatu alur belajar dapat
topik memulai disain pembelajaran tidak
disajikan dalam pdf, gambar penyajian,
dengan merancang situasi belajar
wordprocessing, dan sebagainya.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 39
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
melainkan dengan mengkaji mata ajar. kemampuan yang diharapkan dari
Kajian ini dimulai dengan melakukan peserta didik sebagai hasil belajar;
analisis peserta didik dan • analisis materi ajar yang
mengembangkan dan memilah mata ajar dilaksanakan dengan rincian jelas
menjadi subbagian yang lebih kecil dan menyeluruh, yaitu analisis yang
namun mendalam sebagaimana dilaksanakan sampai dengan
digambarkan dalam pola konvensional komponen terkecil dan sangat
analisis materi berikut ini. Alur analisis khusus;
ini biasa dilakukan oleh seorang ahli • program pembelajaran dan
materi atau subject matter expert. Dalam penyajian materi di kelas, yaitu
ilmu teknologi pendidikan, ahli materi proses penyampaian pesan atau
tidak lain adalah pengajar atau guru. Ilmu kegiatan tatap muka yang harus
yang dimiliki atau latar belakang diikuti oleh peserta didik atas
pendidikan yang menjadi tumpuan profesi bimbingan pengajar;
mengajar inilah yang dijadikan modal • evaluasi pembelajaran yang
dasar bagi konsep analisis topik. mencakup penilaian atas kegiatan
Biasanya semakin kuat latar belakang pembelajaran serta penilaian
keilmua seorang pengajar, semakin rumit terhadap tingkat penguasaan
dan mendalam analisis topik yang kemampuan atau kemampuan
dihasilkan. Untuk membatasinya, analisis peserta didik (asesmen belajar),;
karakteristik akademik peserta didik, serta
jenjang pendidikan serta tujuan • perbaikan dilakukan terhadap
pembelajaran dapat dijadikan acuan program pembelajaran agar segala
untuk melaksanakan analisis topik. keterbatasan dan kekurangan di
Tatakerja analisis topik divisualkan dalam masa yang akan datang dapat
Gambar 4. teratasi dan tidak terjadi lagi.

Gambar 4 : Skema analisis topik menurut Alur Penyajian


Kemp, dkk (dalam Prawiradilaga, ibid). Analisis topik tadi mencakup isi secara
makro. Untuk mengembangkan isi
kedalam LCMS, masih diperlukan saju
jenjang lagi yaitu analisis topik secara
mikro atau yang dikenal sebagai alur
penyajian(lihat: Simonson, dkk, 2006:
136--140). Alur penyajian merupakan pola
penyajian materi ajar untuk media teks.
Pemilihan alur penyajian ditentukan
terutama oleh:
• sifat materi ajar, misalnya materi
yang bersifat lanjutan memerlukan
kemampuan prasyarat. Kemampuan
prasyarat menjadi bagian skema alur
penyajian.
Gambar 5.
Pola Konvensional Analisis Isi
• laju belajar peserta didik dapat
menentukan apakah alur penyajian
Berlandaskan dua konsep tersebut di tersebut harus menyediakan
atas, maka sistem pembelajaran yang pengayaan, atau jika peserta didik
dikembangkan menurut analisis topik termasuk dalam kategori cepat,
terdiri atas subsistem (komponen): apakah alur yang lebih tinggi sudah
• silabus, materi ajar (topik dan tersedia.
subtopik) sebagaimana rincian pada
Gambar 5; Alur penyajian konvensional dan mikro
• tujuan pembelajaran, dirumuskan telah dikenal sejak dulu; diterapkan untuk
dalam format kompetensi atau pengembangan pembelajaran yang

123
123
40 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
diindividukan atau programed instruction. didik itu sendiri. Penyajian hypercontent
Kedua alur penyajian yang dimaksud mencerminkan penerapan paradigma
adalah alur linear dan bercabang learner-centered secara digital. Setiap
(branched). Masing-masing alur bahasan telah dilengkapi seluruh
berperan beda dalam proses belajar komponen yang termasuk dalam sistem
seseorang. Alur linear menyajikan materi pembelajaran, seperti tujuan
secara berurutan, dengan sendirinya pembelajaran serta tugas dan asesmen
materi tersebut dipelajari oleh peserta terkait. Namun, untuk memulai atau
didik berurutan pula. Setiap penggalan mengakhiri, atau laju belajar diserahkan
materi menjadi kemampuan prasyarat sepenuhnya kepada peserta didik. Materi
bagi penggalan selanjutnya. Penggalan yang bersifat hypercontent sesuai bagi
matari lanjutan dianggap tidak dapat peserta didik yang self-directed.
dikuasai oleh peserta didik jika penggalan Karakteristik peserta didik, sifat materi
sebelumnya (yang dianggap lebih ajar serta tingkat kesulitan, kendala
mudah) belum selesai atau belum teknologi dan aspek teknis sebaiknya
dikuasai oleh peserta didik. dipertimbangkan dalam menentukan alur
penyajian materi.
Alur bercabang memberi alternatif lain.
Jika suatu materi yang dianggap menjadi Analisis Topik : Hypercontent
prasyarat namun belum dapat dipahami
peserta didik, maka peserta didik dapat
Ke
mengkaji materi alternatif. Sifat materi Sub Modul
topik
alternatif adalah setara dengan materi lain
yang digantikannya. Hanya, model dan
tehnik penyajiannya yang berbeda dan
diprediksikan lebih memadai bagi peserta Topik
Inti
didik tersebut. Kedua alur penyajian
dapat diterapkan dalam satu alur belajar
untuk suatu LCMS.
Ke
Modul
Alur penyajian keempat, yaitu model self- lain
directed, yang menitikberatkan pada
kemampuan dan kemauan peserta didik
untuk memantau dan mengelola proses Gambar 8. Alur Acak atau Hypercontent
(Simonson, dkk, ibid)
belajar sendiri tidak dibahas. Alur ini
sangat sulit diterapkan karena
LCMS dalam konteks Disain
memerlukan kesadaran penuh atas
pengendalian kegiatan belajar oleh Pembelajaran
peserta didik itu sendiri. • Makna LCMS dalam konteks
Pembelajaran
Gambar 6 . Alur penyajian linear Hampir setiap LCMS memiliki
(Simonson, dkk, ibid). kemiripan satu sama lain. Namun,
pada dasarnya kekhasan dan
kreatifitas pengguna saat
Gambar 7. Alur Bercabang (Simonson, dkk, ibid) mengembangkan materi akan
menjadikan tampilan suatu LCMS
Hypercontent menjadi berbeda satu sama lain.
Pola hypercontent merupakan inovasi Untuk itu, langkah yang paling awal
yang dipengaruhi oleh kemutakhiran dalam pemanfaatan LCMS adalah
teknologi digital yang mampu memaknai authoring tools (perangkat
menyediakan hypermedia. Jika dalam menulis) yang ada dalam kerangka
dua pola konvensional sebelumnya pembelajaran. Sebagai contoh,
peserta didik diatur proses belajarnya, perangkat media center dialihkan
maka pola hypercontent menyerahkan sebagai sumber belajar; course
pengaturan alur belajar kepada peserta description sebagai kontrak

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 41
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
perkuliahan atau silabus, users ’membelajarkan’ adalah bukti
menjadi mahasiswa, assignment kepiawaian seorang disainer
adalah tugas perkuliahan. pembelajaran atau pengajar. Tugas
inilah yang membedakan penyajian
Selanjutnya, jika proses memaknai materi di ruang kelas dan dalam dunia
terus berlanjut, secara perlahan- maya. Selama ini, program e-learning
lahan sifat pembelajaran yang banyak dikembangkan dengan tehnik
nyata dapat dialihkan ke dalam mengubah format penyajian di kelas
situasi pembelajaran maya (virtual langsung ke format elektronik.
learning environment). Dengan Penerapan tehnik seperti ini
demikian, secara bertahap seluruh sebenarnya hanyalah memfungsikan
perangkat menulis beralih fungsi jaringan global sebagai kurir
menjadi subsistem pembelajaran. pengiriman materi ajar bukan untuk
Memaknai perangkat menulis adalah menciptakan proses belajar atau
pekerjaan besar pertama yang harus pembelajaran.
’ditangani’ oleh seorang disainer
pembelajaran atau pengajar dalam • Penerapan teori belajar dan
suatu lingkungan belajar maya. pembelajaran.
Dengan kata lain, pengajar dengan Tidak hanya analisis topik dengan
kesadaran tinggi harus mengubah tehnik penggalan saja yang
pola pikir sendiri serta digunakan dalam LCMS. Komponen
mengembangkan daya kreatifitasnya lain seperti adanya kemungkinan
untuk menciptakan pembelajaran hyperlink atau mengukur hasil belajar
maya. secara langsung menjadikan LCMS
dapat dimaknai dengan teori
• Analisis Topik dalam LCMS pembelajaran dan teori belajar
Dibalik cakupannya yang sangat kecil lainnya. Konsep sistem tetap dapat
dan khusus, ternyata membuat suatu diterapkan secara terus menerus
learning object adalah pekerjaan untuk penyajian online. Selain itu,
besar, sangat penting, dan tidak bisa strategi pembelajaran dengan
diwakilkan. Penyusunan learning metode diskusi dapat dilakukan
object adalah pekerjaan yang besar. dengan cara mengaktifkan interaksi
Awalnya, topik dianalisis dengan antar mahasiswa (users) dengan
memilah-milah sebagaimana mengolah chatting menjadi diskusi.
diilustrasikan pada Gambar 4 dan Secara teknis, perangkat menulis
Gambar 2. Setelah itu, hasil yang umumnya memiliki icons yang
pemilahan dikembangkan dalam sama untuk digunakan menciptakan
bentuk peta informasi yang lengkap. pola belajar dan pembelajaran.
Pemilihan alur penyajian ditentukan
setelah peta informasi selesai.
Setelah itu, penyusunan learning
object secara online dapat dimulai.
Sambil menyusun, dengan
mempertimbang-kan faktor peserta
didik, tujuan pembelajaran dan situasi
yang diharapkan, paradigma
pembelajaran sekaligus dapat Gambar 9. Kutipan Perangkat
Menulis (LCMS “claroline”)
ditentukan.
Gambar pensil mewakili kegiatan
Learning object menjadi salah satu
menulis, artinya jika gambar pensil diclick,
ciri baik atau buruknya penyajian
para pengguna dapat menulis,
materi online. Penyusunan learning
mengganti, memodifikasi learning object.
object menjadi rangkaian materi ajar
Dalam hal ini, materi ajar dapat
yang dapat diserap dan

123
123
42 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
digunakan. Sebaliknya, jika gambar groupings, objects, words, and
silang diclick maka learning object dapat people”. Persepsi dalam konteks
dihapus. Dan inilah salah satu kelebihan disain pesan merupakan aspek
learning object yaitu dapat didaurulang utama belajar. Persepsi adalah
(reusable). Jika gambar mata yang kemampuan seseorang untuk
dipilih, maka konteks yang terkandung di mencerna segala sesuatu yang
dalamnya adalah paradigma pendidikan. berada di lingkungan melalui indera,
Pengajar yang sengaja menutup atau termasuk lingkungan untuk
membuka gambar mata sesuai dengan penyelenggaraan proses belajar.
pengamatannya atas proses belajar,
maka ia menerapkan prinsip teacher- Terkait dengan sifat penyajian secara
centered. Namun jika ia membiarkan digital yang termasuk media teks
seluruh mata terbuka untuk seluruh (Smaldino, dkk, 2008: 7), prinsip
learning object, berarti dia menerapkan disain pesan tersebut adalah “(1.27).
learner-centered. Membuka dan Digital messages (words, numbers)
menutup icon mata berarti membuka atau can be perceived through either
menutup akses bagi peserta didik auditory or visual modalities or both.
untukmengkaji materi online. Masih Iconic messages can only be
banyak lagi prinsip pembelajaran dan perceived through vision”. Terkait
disain pembelajaran yang dapat dikaji dan dengan prinsip penggalan, prinsip
diterapkan dalam LCMS. disain pesan yang diterapkan adalah,
“(1.32). Perceivers partition the
• Disain Pesan avalaible information into as large or
Penyusunan learning objects yang as appropriate an item size as the
berlandaskan prinsip penggalan stimulus and their experience and
mengandung aspek disain pesan intention allow. They are said to
diterapkan dalam kerangka : chunk or cluster or group”.
• pemanfaatan potensi hypermedia
yang dapat menyajikan learning
object dalam format interaktif, C. PENERAPAN MODEL
• pemanfaatan gambar penyajian E-LEARNING PADA JURUSAN
dalam berbagai format KURIKULUM DAN TEKNOLOGI
(powerpoint, pdf, ds);
PENDIDIKAN, FAKULTAS ILMU
• penyusunan dan pemilihan
PENDIDIKAN, UNIVERSITAS
kalimat yang efektif dan mudah
dicerna serta tehnik penggalan
NEGERI JAKARTA : LESSON
atau chunk, LEARNED.
• penggunakan contoh-contoh
yang tepat sebagai learning Jurusan KTP FIP UNJ sedang
object, mengembangkan model belajar hibrida yang
• menghidupkan seluruh potensi mungkin dapat diterapkan dalam suatu
teknologi yang terkandung dalam universitas konvensional. Model belajar
LCMS untuk penyajian pesan hibrida yang dimaksud adalah penerapan
atau materi ajar. KBM sebagaimana universitas konvensional
serta memanfaatkan potensi komputer dan
Prinsip umum disain pesan (Fleming jaringan global sebagai web-based learning
& Levie, 1978) yang terkandung bagi penyajian beberapa topik atau bahasan
dalam LCMS diantaranya untuk kuliah, terutama yang terkait dengan aspek
persepsi yang berbunyi, “(1.3). kognitif. Adapun official website jurusan
Perception is organized. We do not adalah www.web-bali.net dengan domain
generally perceive chaotic arrays of untuk perkuliahan : www.courses.web-
different brightness, colors, bali.net. Sedangkan blogs www.tpers.net
temperatures, and noises. Rather, we serta www.teknologipendidikan.net tetap
perceptually construct relationships, dipertahankan sebagai sarana interaksi antar

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 43
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
mahasiswa dan siapa saja yang berminat
urun pendapat tentang teknologi pendidikan.

Beberapa hal yang dapat diuraikan selama


proses pengembangan ini sedang
berlangsung diantaranya adalah:

1. Disain Lingkungan Belajar Maya


(Design of Virtual Learning
Environment)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
Jurusan KTP sedang mengembangkan
pola belajar hibrida. Tahap awal adalah
membangun model e-learning dengan
menerapkan LCMS claroline yang Gambar 10.
diunduh secara bebas dan gratis. Kutipan Course Description dari platform Claroline

Penjelasan berikut menggambarkan


langkah awal yaitu memberi makna Aspek adaptif dalam bagian Learning
LCMS claroline dalam kerangka disain Path List diilustrasikan seperti di
pembelajaran. Langkah-langkah yang halaman berikut.
dilakukan yaitu :
• mengkaji platform LCMS claroline
mengenai sifat dan perangkat yang
ada di dalamnya dengan acuan teori
LCMS dari berbagai sumber. Hasil
kajian menunjukkan bahwa platform
tersebut bersifat adaptif.
• mengujikan tingkat adaptif platform
dengan cara mencoba mengisi
platform tersebut dengan salah satu
matakuliah yang ditawarkan di Gambar 11.
jurusan, yaitu matakuliah Disain Kutipan Learning Path Admin
Pembelajaran (untuk mahasiswa
baru). Alasan mendasar pemilihan Icon Move dimanfaatkan untuk
matakuliah Disain Pembelajaran ini penjenjangan materi ajar dalam
dengan prediksi bahwa peserta rangka pemilahan topik menjadi
didiknya adalah mahasiswa baru learning object. Jika icon ini dipilih
yang dipersiapkan untuk sosialisasi maka akan muncul panel yang
model belajar hibrida. menanyakan root atau daftar
penggalan materi yang sudah ditulis.
Aspek adaptif dipenuhi dengan Dengan demikian, materi ajar dapat
beberapa kekhususan seperti bagian dipilah menjadi lebih tinggi, atau lebih
Course Description melalui visualisasi rendah sesuai dengan keinginan
berikut: pengguna. Icon Order digunakan
untuk menggeser atau memindahkan
urutan learning object dalam satu
jenjang yang sama.

123
123
44 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Gambar 12.
Panel untuk Menentukan Jenjang Materi

• memaknai platform tersebut dalam


konteks pembelajaran. Sebagai a. Menyusun alur belajar dalam skema
contoh, course description tadi disain pembelajaran dengan tehnik
diumpamakan sebagai sistem analis topik dan tipografi (lihat:
pembelajaran. Morrison, Ross, & Kemp, 2007: 77
dan 176-180). Setiap subtopik
Authoring tools ini tersedia di dijadikan sebagai satu alur belajar.
halaman muka dari LCMS Claroline. Penerapannya seperti:
Selanjutnya semua perangkat ini
‘dianggap’ sebagai learning Matakuliah : Disain Pembelajaran
technologies yang akan Topik : Peran dan Kedudukan
dimanfaatkan untuk menciptakan Disain Pembelajaran dalam
proses belajar maya. Secara khusus, TP
perangkat kemudian dianggap Prinsip Dasar Disain
sebagai suprasistem pembelajaran. Pembelajaran,
Model KBM PROGRAM
dst
Subtopik : (diamblil dari salah satu
topik secara acak) Model
KBM
PROGRAM terdiri atas
1. Model KBM dan fungsinya.
a. Perumusan Tujuan
Pembelajaran
b. dst.

Gambar 14. Panel untuk Penyusunan Alur Belajar

b. Menerapkan prinsip disain pesan


sebagai rujukan dalam penyusunan
learning object. Alur penyajian yang
dipilih bersifat linear. Sedangkan
prinsip disain pesan dari Fleming &
Gambar 13. authoring tools sebagai Levie (op.cit) yang dapat digunakan
suprasistem pembelajaran sebagai acuan menentukan
penggalan (chunk) selain prinsip
2. Pengembangan Isi (Content yang telah dijelaskan sebelumnya
Development) diantaranya adalah:
Pengembangan isi dilakukan dengan • (1.33). The better organized or
mengacu pada beberapa prinsip dasar patterened a message is
sebagai berikut: perceived to be, the more

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 45
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
information we can receive (and
process) at one time. c. Menyusun peta konsep (concept
• (1.35). For verbal materials in a mapping) bagi penggalan materi yang
single channel situations, the rumit dan kontekstual Sebagai
more difficult or complex the contoh, subtopik Perumusan Tujuan
verbal material, the greater the Pembelajaran termasuk dalam
perceptual advantage of the kategori rumit, kontekstual dan
visual channel (printed) over the sangat penting. Untuk itu, peta
auditory (spoken). konsep dibuat seperti ilustrasi berikut.
• (2.2.) Learning is to associate or Peta konsep membantu pengajar
relate two or more objects or untuk menentukan pemilihan tehnik
events (stimuli and/or responses) penyajian yang akan dipilih. Dalam
is facilitated where they occur or hal ini, seperti pengertian, dan fungsi
are encountered in contiguity, i.e. masing-masing dapat dijadikan
close together in time or space. learning object dalam bentuk teks.
• (2.26). Where material to be Sedangkan kriteria, yang
learned is organized and that menjelaskan tentang tehnik
organization is apparent to the merumuskan tujuan pembelajaran
learner, acquisition will be disajikan dalam bentuk powerpoint
facilitated. (gambar bingkai penyajian) yang
• (3.3). Abstract concepts can be selanjutnya diubah menjadi learning
learned from a variety of verbal object. Begitu seterusnya sampai
structures, e.g. definitions dengan pembahasan Tujuan
(including criterial attributes), Pembelajaran tersebut tuntas.
sentence contexts, described
examples, and synonyms. d. Paradigma (digital) pendidikan yang
• (3.5). Choose both examples and dianut adalah paradigma teacher-
non examples for instruction. centered. Paradigma teacher-
• (3.14). Presenting a definition as centered diterapkan dalam kerangka
a list of criterial attributes can dosen sebagai course manager
facilitate concept acquisition over bertugas untuk mengatur alur belajar
presenting it in typical sentence serta menentukan isi atau learning
form. objects. Penerapan teacher-centered
juga mempertimbangkan perilaku
Begitu pula dengan prinsip disain pesan belajar mahasiswa yang masih
dari Morrison, dkk (hal. 175-176) bertumpu pada kehadiran dan upaya
mengenai tehnik penyusunan isi dalam dosen untuk mengikuti perkuliahan.
bentuk skema teks (text’s schema)
dengan cara : e. Berdasarkan teori pemanfaatan
• lists of items or ideas media pembelajaran dari Bretz, maka
• comparisons or contrasts penyajian isi dalam website bagi
• temporal sequences model belajar hibrada adalah sebagai
• cause-and-effect structures, or subsistem atau pengayaan. Fungsi
explanations subsistem berarti bahwa penyajian
• definitions and example structures. materi secara online hanya salah satu
bagian dari seluruh kegiatan
Prinsip tersebut di atas dapat diterapkan perkuliahan yang sebagian besar
secara simultan dalam satu alur belajar berbasis kampus. Materi kuliah yang
berikut berlaku untuk penyusunan disampaikan online termasuk dalam
learning object. Dalam hal ini, yang patut ragam pengetahuan kognitif.
diingat adalah falsafah penyusunan
materi ajar yaitu ‘membelajarkan melalui
web atau online’.

123
123
46 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
jumlah mahasiswa yang besar dan
Satu fungsi yang tidak dapat dipandang tidak ideal untuk berada
dilakukan adalah menerapkan model dalam satu ruang kelas.
e-learning secara utuh, yaitu sebagai
sistem pembelajaran, yakni 100% f. Menerapkan prinsip kaizen atau
mengandalkan penyajian materi continuous improvement dalam
secara online. Jurusan KTP FIP UNJ rangka peningkatan mutu
ini merupakan universitas perkuliahan. Setiap saat course
konvensional yang basisnya adalah manager harus selalu siap
kegiatan belajar di kampus. Model menambah, memperbaiki,
belajar hibrida dikembangkan untuk mengurangi dsb untuk menyediakan
mengatasi salah satu kendala yaitu materi yang up to date

Gambar 15. Contoh Peta Konsep tentang Tujuan Pembelajaran

Gambar 16. Contoh Learning Object ‘tujuan pembelajaran’

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 47
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
3. Optimalisasi Peran Pengajar self-directed. Perilaku self-directed
Seperti telah disebutkan beberapa kali termasuk proses akulturasi dari
dalam tulisan ini, pengajar atau dosen perilaku belajar yang disuapi,
berperan besar dalam mengembangkan diarahkan oleh dosen menjadi
model e-learning. Dosen bukan hanya perilaku pengelola belajar sendiri.
menyajikan materi secara langsung dan
tatapmuka di kelas. Ia juga sebaiknya Sebutan mahasiswa cenderung
bersedia untuk menyisihkan waktu, dicerna sebagai peserta didik belajar
tenaga dan pikiran untuk duduk di depan dan datang ke kampus untuk
komputer dalam waktu yang relatif lama. mengikuti perkuliahan. Pergeseran
Peran pengajar dalam e-learning dapat lokasi belajar (penyajian materi) di
dijelaskan sebagai beirkut: ruang kelas menjadi tayangan online
• sebagai course manager dan dapat dilakukan dimana saja
Ia adalah course manager sekaligus masih sulit ditanamkan pada
creator proses belajar maya. Profesi mahasiswa yang memiliki pola pikir
dosen menjadi lebih sulit dan rumit konvensional. Berdasarkan
karena ia tidak dapat mewakilkan pengamatan dalam matakuliah Disain
penyajian online kepada seseorang Pembelajaran, para mahasiswa
untuk mengirim (upload) materi. masih belum terbiasa belajar sendiri.
Pengajar dalam pembelajaran maya Budaya belajar ke kampus dan ada
diuntungkan oleh beberapa hal, dosen di kelas masih tetap melekat.
diantaranya adalah keluwesan waktu Untuk itu, dosen ditantang untuk
dan lokasi. Selain itu, kemampuan menyebarkan gagasan pergeseran
untuk memanfaatkan jaringan internet lokasi belajar serta inovasi penyajian
sebenarnya mencerminkan materi ini setahap demi setahap.
kemampuan lain yang harus dimiliki
oleh seorang dosen. Ia harus • sebagai dosen
memperbaiki serta mengisi sendiri Sebutan dosen digunakan untuk
alur belajar dalam LCMS. Jika ada merujuk segala sesuatu pekerjaan
perubahan, maka ia harus Iangsung yang masih tetap harus dilakukan
berselancar di dunia maya. Sebagai oleh dosen dengan mengandalkan
course manager, ia dituntut untuk kehadiran secara fisik dan
mampu beradaptasi dengan cepat pelaksanaan pekerjaan manual.
atas teknologi yang terus Membimbing skripsi, menilai,
berkembang. Ia harus mampu menyusun kontrak perkuliahan
mengoperasikan LCMS itu sendiri. hanyalah beberapa tugas saja yang
Pengorbanan lain adalah ketelatenan masih harus dilakukan secara
serta waktu yang harus dihabiskan manual. Interaksi antar individu,
sewaktu menulis dan mengisikan antara dosen dengan mahasiswanya,
materi ke dalam LCMS. masih tetap dilaksanakan namun
dalam porsi yang lebih efektif.
• sebagai katalis (catalyst) sekaligus Pengalihan sebagian tugas ke
agen pembaharu (change agent) hypermedia, diterapkan agar tugas-
Seorang katalis bekerja untuk tugas lain yang belum tertangani
menjaring dan menjembatani proses secara manual dapat diselesaikan
akulturasi yang terjadi dimana dia dengan baik.
berada. Dosen sebagai katalis
adalah dosen yang mampu 4. Manfaat dan Keterbatasan Model
menterjemahkan kegiatan belajar- e-learning
mengajar dengan bertatapmuka a. Manfaat
langsung menjadi suatu kegiatan • Penyelenggaran model e-
belajar-mengajar maya. Pola pikir learning bagi Jurusan KTP FIP
yang ditanamkan kepada para UNJ dapat membantu mengatasi
mahasiswa adalah perilaku belajar ’jumlah’ mahasiswa yang besar
123
123
48 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
dengan cara menyelenggarakan pemanfaatanya.
belajar hibrida. Jurusan KTP FIP
UNJ sebagaimana universitas 5. Hak Cipta
konvensional, tetap Sama halnya dengan perdebatan antara
melaksanakan proses belajar LMS dan LCMS, hak cipta juga masih
mengajar di kelas. Efektifitas mejadi isu hangat dalam pembelajaran
PBM dapat dicapai dengan cara online. Simonson, dkk dan Dabbagh &
memilah materi kuliah yang Bannan-Ritland telah mengingatkan
sesuai untuk PBM dan secara produsen (LCMS, materi ajar) untuk
online. kemungkinan penggunaan secara tak
• Penyajian materi online dapat terhingga/terbatas. Selain itu, mereka
pula dimanfaatkan untuk program juga mengingatkan para pengguna untuk
pengayaan yang berlangsung menghormati hak cipta yang ada pada
setiap waktu. produsen. Hak cipta ini berlaku bagi
• Materi online dapat diperbaiki, segala sesuatu yang diunduh secara
dikembangkan setiap saat tanpa bebas atau karya kreatif yang
dosen harus selalu datang ke dikomersialkan. Beberapa hal yang perlu
kampus. diperhatikan diantaranya adalah :
• Sarana website dapat
dimanfaatkan untuk a. Prinsip fair use
berkomunikasi dengan Prinsip fair use merujuk pada
mahasiswa. penggunaan secara terbuka untuk
sebagian, seluruhnya, atau
b. Keterbatasan sepenggal dari piranti lunak, karya
• Jurusan KTP FIP UNJ terikat tulis/ilmiah, atau karya kreatif lain
dalam suprasistem UNJ dan untuk digunakan oleh seseorang,
Ditjen DIKTI, serta Fakultas Ilmu suatu organisasi, suatu negara dan
Pendidikan. Dengan sendiri, laju seterusnya dengan menyebutkan
pemanfaatan dapat terkendala. sumber sebagai bukti pengakuan
Sebagai contoh, kelancaran kerja (acknowledgment) bahwa karya
jaringan di UNJ berdampak tersebut digunakan baik untuk tujuan
terhadap seluruh kegiatan terkait nirlaba atau komersial. Pengakuan
dengan e-learning. ini adalah bentuk penghargaan atas
• Keterbatasan kemampuan karya orang/pihak lain yang
kampus untuk bermanfaat untuk kepentingan
menyelenggarakan wi-fi bersama. Terkait dengan materi ajar,
menyebabkan terhambatnya karya suatu materi ajar yang disebar
faktor teknis jaringan. melalui suatu platform, tetap menjadi
• Ketersediaan SDM pengelola, milik si pengisi atau penulis, namun
dosen dan web administrator dapat dimanfaatkan oleh siapa saja
terbatas. Penyajian materi online dengan pengakuan terhadap penulis.
memerlukan kemampuan khusus
sebagai dosen. Dengan b. Tenggat waktu (duration)
sendirinya tuntutan kemampuan Terkadang, waktu menjadi patokan
terhadap seorang dosen menjadi penggunaan karya kreatif tertentu.
berlapis-lapis, yaitu menguasai Dalam hal ini, pengguna diwajibkan
disiplin ilmu, disain pembelajaran untuk langsung berkomunikasi
sekaligus menjadi creator, course dengan produsen karya kreatif dan
manager bagi model e-learning. mengikuti persyaratan yang telah
• model e-learning termasuk ditentukan oleh produsen tersebut.
mahal, tidak hanya berdasarkan Untuk karya kreatif pembelajaran
pembiayaan, namun waktu serta biasanya perlu menjabarkan
kemampuan dosen dan prosedur penggunaan serta tujuan
mahasiswa dalam penggunaan dari karya kreatif itu.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 49
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
memproduksi materi ajar tersebut.
c. Ranah Publik
Produsen karya kreatif harus 2. Saran
menyadari bahwa karya yang disebar Mengacu pada keismpulan di atas, maka
secara online sudah dipastikan penyelenggaraan model e-learning,
menjadi terbuka dan dapat khususnya di Perguruan Tinggi
dimanfaatkan oleh siapa saja. Untuk hendaknya memperhatikan dan atau
itu, ia perlu menyiapkan perangkat mempertimbangkan beberapa hal
penggunaan untuk publik serta sebagai berikut:
prosedur pemantauan • sebelum memanfaatkan suatu LCMS
penggunaannya. tertentu hendaknya memahami betul
fasilitas/fitur LCMS khususnya yang
terkait dengan desain pembelajaran.
D. KESIMPULAN DAN SARAN Setiap LCMS memiliki fitur yang
kurang lebih mirip tapi agak memiliki
1. Kesimpulan perbedaan, sehingga penting untuk
Model e-learning telah menjadi simbol dipahami dengan seksama terlebih
globalisasi dan industrialisasi dunia dahulu agar dapat digunakan secara
pendidikan. Model ini dapat dilaksanakan optimal untuk tujuan pembelajaran
dengan memanfaatkan suatu platform yang diinginkan terjadi.
LCMS untuk menyajikan materi secara • Analisis topik hendaknya dilakukan
online. Dalam pengisian dan penyusunan dengan seksama mengacu pada
LCMS, beberapa kaidah disain tujuan pembelajaran, karakteristik
pembelajaran diantaranya adalah : peserta didik , sert5a difat dari materi
• memaknai perangkat menulis yang itu sendiri.
tersedia dalam LCMS dalam konteks • Alur penyajian hendaknya dirancang
disain pembelajaran, bukan sebagai sedemikian rupa agar memungkinkan
kemampuan perangkat lunak online terjadinya self-directed learning
yang tersedia dalam komputer; dengan mengoptimalkan prinsip
• analisis topik yang mengacu pada branching dan hypercontent.
pola sistem diterapkan dengan • Dalam pengembangan materi
penyesuaian terhadap tujuan (konten), hendaknya memperhatikan
pembelajaran, peserta didik, prinsip desain pesan (message
kemampuan prasyarat serta sifat design).
materi ajar atau topik itu sendiri. • Sebagai aktifitas ilmiah, maka hak
• alur penyajian : linear, bercabang, cipta dan hak kekayaan intelektual
atau hypercontent, penting diperhatikan baik ketika
• disain pesan : pengembangan materi memanfaatkan karya orang lain
ajar dengan menyelaraskan (eksternal) maupun ketika
penggalan (chunk) dengan prinsip memanfaatkan karya sendiri
disain pesan tertentu agar menjadi (internal).
penggalan materi terkecil, khusus,
namun tetap bermakna dan
mengandung aspek kemampuan DAFTAR PUSTAKA
yang sesuai.
• hak cipta menjadi sangat penting Tozman, Reuben. “Another New Paradigm for
karena pengguna atau peserta didik, Instructional Design”. www.astd.org.
jika disajikan secara tak terhingga, Oristian, Katie. “Online Learning Modules”.
maka materi ajar tersebut dapat dikaji http://coe.sdsu.edu/articles/learningmodules/
dan dimanfaatkan oleh siapa saja. start.htm.
Aturannya adalah pengakuan Greenberg, Leonard. “ LMS and LCMS : What’s
terhadap kreatifitas penulis, the Difference ?”.
perancang, atau pihak yang telah http://www.learningcircuits.org/2002/dec2002/

123
123
50 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
greenberg.htm. Prawiradilaga, Dewi Salma (2007). Prinsip Disain
Checkpoint E_Learning Journal, “Insight into Pembelajaran, Jakarta : Kencana, PT
Learning Content Management Systems : an Prenada Media Group.
Interview with Stephen Shaw”. Januszewski, Alan and Michael Molenda (2008).
Mortimer, Lori, “(Learning) Objectss of Desire : Educational Technology : A Definition with
Promise and Practicality”. www.astd.org. Commentary. New York : Lawrence Erlbaum
Bryan Chapman, “LCMS” : An IDC White Paper. Associates – Taylor & Frances Group.
Dabbagh, Nada & Brenda Bannan-Ritland (2005). Schlosser, Lee Ayres, and Michael Simonson
Online Learning : Concepts, Strategies, and (2006). Distance Education : Definition and
Application. Upper Saddle River, NJ : Glossary of Terms (2nd ed). Greenwich,
Pearson (Merrill – Prentice Hall, Inc). CONN. : Information Age, Pub.
Fleming, Malcolm and W. Howard Levie (1978). Simonson, Michael, Sharon Smaldino, Michael
Instructional Message Design. Englewood Albright, and Suzan Zvacek (2006). Teaching
Cliffs, NJ : Educational Technology Publ. and Learning at a Distance : Foundations of
Holmes, Bryn and John Gardner (2006). E- Distance Education (3rd Ed.).. Upper Saddle
Learning : Concepts and Practice. London, River, NJ : Pearson (Merrill – Prentice Hall,
UK : Sage Publ. Inc).
Morrison, Gary R, Steven M. Roos, Jerrold E.
Kemp (2007). Designing Effective Instruction
(5th ed). Hoboken, NJ : John Wiley & Sons,
Inc.

uuuuuuuuuuuuu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 51
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
SEKOLAH MENENGAH TINGKAT PERTAMA TERBUKA
(SMP TERBUKA) SEBAGAI BENTUK PENDIDIKAN YANG
MERAKYAT
Oleh: Sudirman Siahaan *)

Abstrak

Dalam kondisi perekonomian yang sulit, yang menjadi prioritas adalah bagaimana dapat bertahan
hidup. Atau, yang menjadi prioritas dalam kehidupan sehari-hari adalah makan atau urusan
“perut”. Setiap orang berupaya dengan berbagai cara mendapatkan makanan. Yang dipentingkan
adalah “perut kenyang”. Berbagai kebutuhan hidup sehari-hari lainnya cenderung disisihkan
untuk sementara dan baru menjadi perhatian apabila perut sudah kenyang. Dalam kondisi yang
demikian ini, aspek kesehatan dan pendidikan menjadi “kurang mendapat perhatian”. Penghasilan
difokuskan untuk membuat “perut” kenyang. Berbagai bentuk pengeluaran lainnya terpaksa
ditunda atau ditekan menjadi seminimal mungkin. Di antara berbagai biaya pengeluaran lainnya
yang dinilai sangat mendasar adalah memenuhi kebutuhan akan kesehatan dan pendidikan.
Bagaimana menyekolahkan anak-anak apabila kondisi keuangan (a) tidak atau kurang
mendukung, atau (b) hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari? Sejalan
dengan Wajib Belajar 9 Tahun, para orang tua seyogianya mengupayakan anak-anak mereka
dapat menyelesaikan pendidikan 9 Tahun. Sekalipun kondisi masyarakat kurang menguntungkan
secara finansial, namun anak-anak usia SMP sebenarnya masih dapat menyelesaikan pendidikan
SMP, yaitu melalui Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka) yang tersebar di setiap
propinsi. SMP Terbuka dikatakan sebagai bentuk pendidikan yang merakyat karena antara lain:
(a) pendidikan yang mendatangi anak-anak, (b) anak-anak tetap dapat membantu orang tua
mencari nafkah sehari-hari, (c) anak-anak tidak harus datang setiap hari belajar di SMP, (d)
anak-anak tidak perlu memakai seragam, (e) orang tua tidak dibebani berbagai bentuk biaya
pendidikan, dan (f) kegiatan pembelajaran mengoptimalkan pemanfaatan berbagai sumber belajar
di lingkungan sekitar.

Kata-kata Kunci: SMP Terbuka, belajar mandiri, tutorial tatap muka, pendidikan yang merakyat

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan perusahaan yang pada akhirnya


Masyarakat masih belum sepenuhnya bermuara pada pemutusan hubungan
pulih dari akibat krisis moneter (krismon) kerja (PHK) pekerja. Kehilangan
yang terjadi, krisis global datang pekerjaan yang mengakibatkan
menerpa. Dampak krisis global yang pengangguran di satu sisi, dan semakin
sangat dirasakan masyarakat adalah sulitnya mencari pekerjaan di sisi yang
tutup atau bangkrutnya berbagai lain, sangat berpengaruh terhadap

*) Sudirman Siahaan adalah tenaga fungsional peneliti di bidang pendidikan pada Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Pustekkom)-Departemen Pendidikan Nasional.

123
123
52 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
kehidupan perekonomian keluarga bentuk biaya pendidikan, dan (f) kegiatan
sehari-hari. pembelajaran mengoptimalkan
pemanfaatan berbagai sumber belajar di
Menghadapi kesulitan hidup yang lingkungan sekitar.
dirasakan semakin berat, sebagian
masyarakat harus berjuang keras untuk 2. Dorongan untuk Menulis SMP
tetap dapat bertahan hidup. Dengan kata Terbuka sebagai Bentuk
lain, masalah “perut” menjadi kebutuhan Pendidikan yang Merakyat
hidup sehari-hari yang sangat tinggi
prioritasnya untuk dipenuhi. Sebagai Penulisan artikel ini didorong oleh
konsekuensinya, kebutuhan lainnya yang pengalaman penulis mengunjungi
dinilai sangat mendasar yang Sekolah Menengah Pertama Terbuka
membutuhkan dukungan dana/biaya, (SMP Terbuka) di berbagai daerah.
seperti kebutuhan akan pendidikan dan Dalam kunjungan dan pengamatan
kesehatan untuk sementara waktu langsung tentang penyelenggaraan SMP
“terpaksa” ditangguhkan atau “kurang Terbuka, berbagai perasaan takjub/
mendapat perhatian”. bangga berbaur sekaligus dengan
perasaan prihatin. Perasaan takjub/
Sehubungan dengan kondisi sulitnya bangga karena melihat semangat dan
kehidupan sehari-hari, maka yang motivasi belajar yang tinggi yang
menjadi masalah adalah “Bagaimana diperlihatkan oleh anak-anak lulusan
menyekolahkan anak-anak (khususnya Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah
pada satuan pendidikan SMP) apabila (MI). Demikian juga halnya dengan para
kondisi keuangan (a) tidak atau kurang fasilitator/tutor (Guru Pamong) yang
mendukung, atau (b) hanya cukup untuk memperlihatkan ketulusan dan dedikasi
memenuhi kebutuhan makan sehari- mereka yang tinggi untuk mendampingi
hari?”. peserta didik belajar. Keprihatinan yang
mencuat adalah menyaksikan para guru
Sejalan dengan Wajib Belajar 9 Tahun, mata pelajaran (Guru Bina) yang dengan
para orang tua seyogianya tetap penuh semangat mendatangi peserta
mengupayakan agar anak-anak mereka didik di tempatnya guna memberikan
setidak-tidaknya dapat menyelesaikan kegiatan belajar tutotial tatap muka
pendidikan 9 Tahun. Sekalipun kondisi sekalipun harus melalui hutan dan
masyarakat kurang menguntungkan menginap di rumah penduduk.
secara finansial, namun anak-anak usia
sekolah haruslah tetap melanjutkan Dorongan lain yang menggugah penulis
pendidikannya sehingga setidak-tidaknya untuk mengetengahkan topik “SMP
dapat menyelesaikan pendidikan SMP. Terbuka sebagai Bentuk Pendidikan yang
Dalam kaitan ini, salah satu alternatif Merakyat” adalah hasil pengamatan
pendidikan yang merakyat yang tersebar terhadap anak-anak lulusan Sekolah
di setiap propinsi adalah Sekolah Dasar (SD) yang belum sepenuhnya
Menengah Pertama Terbuka (SMP dapat menikmati layanan pendidikan
Terbuka). Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
tersedia. Mereka adalah anggota
SMP Terbuka dikatakan sebagai bentuk masyarakat yang berada “jauh dari
pendidikan yang merakyat karena antara berbagai kemudahan”. Berbagai bentuk
lain ditandai dengan karakteristiknya, kemudahan yang dimaksudkan dalam hal
seperti: (a) pendidikan yang mendatangi ini antara lain adalah mengakses layanan
anak-anak, (b) anak-anak tetap dapat pendidikan, layanan sarana transportasi,
membantu orang tua mencari nafkah sarana komunikasi, sumber tenaga listrik,
sehari-hari, (c) anak-anak tidak harus dan kemungkinan juga kemudahan
datang setiap hari belajar di SMP, (d) mengakses berbagai sumber informasi.
anak-anak tidak perlu memakai seragam, Salah satu contoh konkrit adalah ketika
(e) orang tua tidak dibebani berbagai penulis melakukan kegiatan pengamatan
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 53
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
terhadap penyelenggaraan pendidikan hanya hutan yang menjadi
SMP Terbuka di salah satu kabupaten di pemandangan, baik di sisi kiri maupun
Propinsi Riau. Dalam kaitan ini, untuk kanan sungai disertai dengan suara
dapat menjangkau peserta didik binatang atau “penghuni hutan”.
dibutuhkan kesabaran dengan perjalanan
yang cukup melelahkan. Pada umumnya, Guru Bina bertugas
menyelenggarakan kegiatan belajar
Untuk menjangkau lokasi SMP Negeri tutorial tatap muka kepada peserta didik
yang berfungsi sebagai sekolah induk SMP Terbuka satu atau dua kali setiap
SMP Terbuka dari ibukota Kabupaten minggunya. Kegiatan belajar tutorial tatap
dapat digunakan mobil atau sepeda motor muka dapat dilaksanakan di sekolah
sampai ke pinggiran sungai. Kemudian induk, di TKB, atau di tempat lain yang
perjalanan dilanjutkan dengan memungkinkan semua peserta didik
menggunakan “getek” atau “klotok” dapat berkumpul untuk belajar. Namun
menyeberangi sungai. Setelah itu, untuk sampel SMP Terbuka seperti yang
dengan menggunakan sepeda atau telah disebutkan, Guru Bina yang
sepeda motor, barulah sekolah induk mendatangi peserta didik. Mengingat
dapat dicapai. Para guru mata pelajaran kondisi geografis yang ada, Guru Bina
yang bertugas atau mengajar di sekolah harus menginap di rumah penduduk
induk inilah yang menjadi Guru Bina SMP setiap kali menyelenggarakan kegiatan
Terbuka. Dari lokasi sekolah induk ini, belajar tutorial tatap muka.
perjalanan dilanjutkan dengan
menggunakan sepeda motor untuk tiba Akibat yang lebih jauh lagi adalah bahwa
di tepian sebuah sungai. Di tepian sungai Guru Bina tidak dapat menyelenggarakan
ini telah siap sampan carteran untuk kegiatan belajar tutorial tatap muka setiap
mengunjungi peserta didik SMP Terbuka minggu karena biaya operasional yang
atau masyarakat handai tolan yang tinggi sehingga frekuensi
terdapat di beberapa “dusun” atau pelaksanaannya tidak lagi sekali setiap
“kampung”. Sungai ini membelah hutan minggu, melainkan hanya 1 - 2 kali setiap
dan merupakan “satu-satunya jalan” semester. Menghadapi masalah yang
untuk menjangkau beberapa TKB SMP demikian ini dan mengupayakan agar
Terbuka. kegiatan pembelajaran dengan Guru Bina
dapat dilaksanakan secara teratur setiap
Sampan yang bersiap-siap di tepi sungai minggunya, maka di beberapa lokasi
adalah sampan yang telah terlebih dahulu SMP Terbuka yang sejenis telah
dipesan pada hari-hari sebelumnya. diterapkan pemanfaatan teknologi radio
Sampan ini hanya berkapasitas antara 4 komunikasi 2 arah.
sampai dengan 5 orang dan dilengkapi
dengan mesin atau motor tempel. 2. Tujuan Penulisan
Sampan inilah yang biasanya dicarter Yang menjadi tujuan dari penulisan artikel
para Guru Bina untuk mengunjungi tentang “SMP Terbuka sebagai Bentuk
peserta didik SMP Terbuka yang terdapat Pendidikan yang Merakyat” adalah untuk
di beberapa TKB. Yang unik dalam berbagi informasi mengenai
perjalanan menggunakan sampan ini penyelenggaraan pendidikan yang
adalah bahwa apabila permukaan sungai bersifat merakyat (diselenggarakan
melebar dan kedalaman sungai menjadi sesuai dengan tuntutan perkembangan
sangat dangkal, maka terpaksalah kebutuhan masyarakat akan layanan
“sampan naik orang”. Artinya, para pendidikan) yang memungkinkan anak-
penumpang turun dari sampan dan anak lulusan SD/MI di berbagai wilayah,
kemudian bersama-sama memikul baik yang terkendala secara geografis,
sampan sampai ke permukaan sungai ekonomis, maupun terkendala secara
yang menyempit dengan kedalaman waktu dapat mengikuti pendidikan di SMP
yang memadai untuk dilalui sampan. reguler yang ada.
Sepanjang perjalanan ke lokasi TKB,

123
123
54 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
B. KAJIAN LITERATUR berbagai sumber belajar di
lingkungan sekitar peserta didik
1. Konsep Pendidikan SMP Terbuka dengan seminimal mungkin bantuan
a. SMP Terbuka sebagai Subsistem orang lain. Bahan belajar utama yang
Sekolah Menengah Tingkat Pertama digunakan di SMP Terbuka adalah
merupakan salah satu subsistem bahan belajar mandiri tercetak
pendidikan jalur sekolah yang (modul).
memberikan pelayanan pendidikan
tingkat SMP melalui prinsip belajar b. Strategi Pembelajaran di SMP
mandiri. Status SMP Terbuka sama Terbuka
dengan SMP biasa/reguler, baik Pada umumnya, peserta didik SMP
ditinjau dari kurikulum, mutu maupun Terbuka belajar secara mandiri, baik
statusnya (Haryono, 1984). SMP secara individual di tempat masing-
Terbuka yang ada selama ini adalah masing sesuai dengan waktu yang
juga SMP Negeri namun dengan dimiliki maupun secara bersama-
kegiatan pembelajaran yang berbeda. sama datang ke Tempat Kegiatan
Peserta didik SMP Terbuka Belajar (TKB) pada sore hari setelah
mempunyai hak untuk memperoleh mereka selesai membantu orang tua
pendidikan dan ijazah yang sama masing-masing bekerja mencari
dengan peserta didik SMP biasa/ nafkah kehidupan sehari-hari. Yang
reguler (Rahadi, 2005). digunakan sebagai TKB dapat saja
antara lain gedung Sekolah Dasar
Berbagai ketentuan lain yang berlaku (SD) yang tidak digunakan pada sore
di SMP reguler diberlakukan juga hari, Balai Desa, atau bahkan juga
pada SMP Terbuka, seperti misalnya: rumah-rumah penduduk yang
kurikulum yang digunakan, sistem memungkinkan.
penilaian hasil belajar, persyaratan
calon peserta didik (harus lulus SD/ Di TKB inilah, para peserta didik
MI, usia antara 13-15 tahun), dan berkumpul dan belajar dengan
ijazah yang diberikan kepada para teman-temannya (sosialisasi).
lulusan. Yang menjadi perbedaan Peserta didik berpakaian bebas (tidak
antara SMP Terbuka dengan SMP ada tuntutan untuk menggunakan
reguler adalah terletak pada strategi pakaian seragam sebagaimana
kegiatan pembelajaran yang halnya dengan peserta didik SMP
diterapkan (Siahaan, 2005). reguler) dan tidak ada keharusan
untuk memakai sepatu. Untuk
Sasaran umum SMP Terbuka adalah memfasilitasi kegiatan belajar peserta
(1) peserta didik yang tidak dapat didik, diangkatlah seorang fasilitator/
ditampung di SMP biasa/regular, (2) tutor (Guru Pembimbing) yang
peserta didik SMP reguler yang putus berasal dari kalangan masyarakat
sekolah (drop-outs SMP), (3) anak- setempat.
anak lulusan SD/MI di daerah
terpencil dan terisolasi yang tidak ada Tidak ada persyaratan khusus
SMP-nya, dan anak-anak dari mengenai kualifikasi pendidikan bagi
keluarga tidak mampu yang terpaksa Guru Pembimbing. Yang
tidak bersekolah karena harus dipentingkan adalah kesediaan
membantu orang tua mencari nafkah anggota masyarakat yang sudah
(Sadiman, 1999). dewasa untuk meluangkan waktunya
secara teratur (selama 4-5 hari setiap
Sebagian besar kegiatan minggunya) membimbing,
pembelajaran yang diterapkan di mengawasi, dan memotivasi peserta
SMP Terbuka adalah belajar mandiri didik dalam kegiatan
dengan megoptimalkan pemanfaaan pembelajarannya. Para Guru
Pembimbing pada umumnya adalah

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 55
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
guru-guru SD, Kepala SD, pamong belajar tutorial tatap muka yang
desa, atau orang tua yang terpanggil diselenggarakan oleh Guru Bina.
dan berkenan meluangkan waktunya.
Secara faktual yang dijumpai di lokasi Jika kegiatan belajar tutorial tatap
SMP Terbuka adalah bahwa para muka diselenggarakan di sekolah
fasilitator/tutor pada umumnya adalah induk, maka peserta didik tidak hanya
guru SD dan Kepala SD. dapat berinteraksi dengan Guru Bina
sebagai salah satu sumber belajar
Peserta didik SMP Terbuka di setiap tetapi peserta didik juga dapat
lokasi dikelompokkan ke dalam 3 berinteraksi dengan berbagai sumber
sampai dengan 5 TKB. Setiap TKB belajar lainnya yang tersedia di
dapat mengakomodasikan sekitar 10- sekolah induk, seperti: buku-buku
20 peserta didik. Pengelompokkan teks yang tersedia di perpustakaan,
peserta didik ini pada umumnya media CD atau VCD pembelajaran
dilakukan berdasarkan kedekatan yang tersedia, laboratorium yang
tempat tinggal. Masing-masing TKB dimiliki oleh sekolah induk, dan
dapat mencakup 3 rombongan belajar fasilitas olahraga.
yang terdiri atas peserta didik kelas
VII, VIII, dan IX. Sebagaimana halnya dengan SMP
reguler, evaluasi belajar peserta didik
Sebagian besar waktu belajar peserta yang dilaksanakan di SMP Terbuka
didik digunakan untuk belajar mandiri juga tidak berbeda. Evaluasi belajar di
di TKB dan di tempat lainnya. Selain SMP Terbuka tidak hanya dilakukan
itu, peserta didik SMP Terbuka juga oleh guru atau lembaga
berkesempatan untuk belajar secara penyelenggara pendidikan tetapi juga
tatap muka (tutorial tatap muka) oleh peserta didik sendiri. Ada 4
dengan guru mata pelajaran (Guru macam tes yang diselenggarakan,
Bina) 1 – 2 kali setiap minggunya, baik yaitu (a) tes mandiri (yang dilakukan
yang diselenggarakan di sekolah sendiri oleh masing-masing peserta
induk maupun di tempat yang terdekat didik), (b) tes akhir modul, (c) tes akhir
dengan tempat tinggal peserta didik. unit, dan (d) tes akhir semester.
Tutorial tatap muka merupakan Kemudian, pada akhir semester
kegiatan pemberian layanan dan keenam, peserta didik SMP Terbuka
bantuan oleh Guru Bina kepada mengikuti ujian akhir (soal yang sama
peserta didik SMP Terbuka dalam dengan yang diberikan kepada
pemecahan berbagai kesulitan belajar peserta didik SMP reguler) yang
yang ditemui/dialami peserta didik pelaksanaannya disesuaikan dengan
selama mereka melaksanakan SMP biasa/reguler (Rahadi, 2005).
kegiatan belajar mandiri di TKB, di
rumah atau di tempat lain (Ibrahim, c. Bahan Belajar
2003). Bahan belajar utama yang digunakan
di SMP Terbuka adalah bahan belajar
Guru Bina dapat saja mandiri tercetak yang disebut modul.
menyelenggarakan kegiatan belajar Bahan belajar modul dirancang dan
tutorial tatap muka di TKB atau di dikembangkan sedemikian rupa
tempat lain yang dinilai lebih dekat sehingga dapat dipelajari oleh
dengan tempat tinggal peserta didik. masing-masing peserta didik secara
Jika demikian ini keadaannya, berarti mandiri di mana dan kapan saja.
sumber belajar Guru Bina yang Bahan belajar modul didistribusikan
mendatangi peserta didik sehingga Departemen Pendidikan Nasional
terjadi interaksi peserta didik dengan sampai ke TKB sehingga peserta
sumber belajar. Tetapi dapat saja terjadi didik tidak perlu mencari sumber
bahwa peserta didik yang datang ke belajar modul tetapi sebaliknya,
sekolah induk untuk mengikuti kegiatan sumber belajar modul yang datang

123
123
56 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
kepada peserta didik melalui TKB. 2. Pemikiran SMP Terbuka sebagai
Bahan belajar lainnya adalah yang Bentuk Pendidikan Kerakyatan
berupa media elektronik, seperti: Undang-undang Dasar 1945
kaset audio/CD, kaset video/DVD/ mengamanatkan bahwa (a) pendidikan
VCD, dan siaran TV. adalah tanggung jawab pemerintah,
keluarga, dan masyarakat dan (b) setiap
Bahan-bahan belajar untuk peserta warga negara berhak mendapatkan
didik SMP Terbuka dirancang dan pendidikan. Dalam kaitan ini, salah satu
dikembangkan secara khusus oleh kebijakan pemerintah adalah Wajib Belajar
sebuah tim pengembang yang terdiri 6 tahun pada tahun 1984 dan program
dari para spesialis di berbagai bidang Wajib Belajar 9 Tahun pada tahun 1994.
sehingga dimungkinkan untuk Dalam rangka menuntaskan Wajib Belajar
dipelajari peserta didik secara 9 Tahun, SMP Terbuka merupakan salah
mandiri. Yang termasuk sebagai Tim satu di antara berbagai pola layanan
Pengembang sumber belajar adalah pendidikan yang diterapkan.
(a) ahli materi yang berasal dari guru
mata pelajaran di sekolah (pada Pendidikan yang merakyat yang
umumnya adalah guru inti), (b) ahli dimaksudkan di dalam tulisan ini adalah
materi dari perguruan tinggi pendidikan yang pro rakyat kebanyakan,
(pengembang disiplin keilmuwan), (c) bukan hanya bagi kelompok masyarakat
ahli pengembangan media yang tertentu (masyarakat dengan
berasal dari Pusat Teknologi kemampuan finansial yang memadai).
Informasi dan Komunikasi Pendidikan Pendidikan yang merakyat memberikan
(Pustekkom), dan (d) ahli kemudahan bagi masyarakat yang
pengembangan kurikulum dari Pusat kurang beruntung (marginal), baik yang
Pengembangan Kurikulum (Puskur)- terkendala secara geografis, ekonomis,
Balitbang Diknas, dan (e) ahli maupun waktu, untuk mendapatkan
penilaian pendidikan dari Pusat layanan pendidikan/pembelajaran.
Pengembangan Penilaian Pendidikan
(Puspendik)-Balitbang Diknas. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa pendidikan yang merakyat
Bahan belajar lainnya yang juga ditandai antara lain dengan: (a)
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik pendidikan yang mendatangi anak-anak,
di tempatnya masing-masing adalah (b) anak-anak tetap dapat membantu
siaran televisi edukasi (TVE), kaset orang tua mencari nafkah sehari-hari, (c)
audio/CD, kaset video/DVD/VCD. anak-anak tidak harus datang setiap hari
Memang bahan-bahan belajar ini belajar di SMP, (d) anak-anak tidak perlu
hanya dapat dimanfaatkan apabila memakai seragam, (e) orang tua tidak
tersedia fasilitas pemanfaatannya di dibebani berbagai bentuk biaya
lingkungan tempat tinggal peserta pendidikan, dan (f) kegiatan
didik, seperti: pesawat TV dan DVD pembelajaran mengoptimalkan
player. Kalau tidak tersedia di setiap pemanfaatan berbagai sumber belajar di
keluarga, tentunya peserta didik lingkungan sekitar.
dapat menumpang belajar di rumah
tetangga yang memiliki pesawat TV a. SMP Terbuka Menerapkan Kegiatan
atau peralatan DVD player. Apabila di Belajar yang Fleksibel
komunitas setempat ada anggota SMP Terbuka dinilai sebagai model
masyarakat yang mempunyai antena pendidikan yang efektif dan fleksibel
parabola, maka siaran TVE dapat menunjang Wajib Belajar 9 Tahun
diikuti selama 24 jam dengan cara terutama untuk daerah-daerah yang
mengarahkan antena parabola ke terkendala secara geografis
satelit Telkom-1. (pegunungan, dataran, dan pantai)
dan yang menghadapi keterbatasan
sarana mobilitas untuk menjangkau
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 57
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
SMP reguler yang ada (Siahaan, secara khusus, maka setiap peserta
2002). Fleksibilitas SMP Terbuka didik dapat melaksanakan kegiatan
terletak pada perkembangan belajarnya di mana dan kapan saja.
kebutuhan masyarakat akan layanan Namun setiap sore hari, peserta didik
pendidikan SMP. memang dikondisikan untuk datang
bersama-sama mengikuti kegiatan
Apabila masyarakat di suatu wilayah belajar mandiri di TKB. Di TKB inilah,
mempunyai kebutuhan akan layanan peserta didik dapat melaporkan
pendidikan SMP, tetapi tidak kemajuan kegiatan belajarnya dan
memungkinkan menyekolahkan sekaligus juga menyerahkan modul
anak-anak mereka ke SMP reguler yang telah selesai dipelajari dengan
yang ada, baik karena kondisi nilai ketuntasan yang dipersyaratkan
geografis yang sulit, jarak tempuh dan mengambil modul berikutnya
yang relatif jauh, maupun karena tidak yang akan dipelajari.
tersedianya sarana transportasi untuk
menjangkau lokasi SMP reguler, Apabila dinilai lebih sulit bagi para
maka SMP Terbuka dapat peserta didik untuk datang ke sekolah
diselenggarakan. Apabila kemudian induk (SMP reguler yang ditunjuk),
pada suatu waktu, bahwa ternyata di maka guru mata pelajaran dari
lokasi yang sama tidak lagi sekolah induklah yang mendatangi
dibutuhkan layanan pendidikan SMP, peserta didik. Mengenai tempat
maka SMP Terbuka yang telah ada pertemuan untuk penyelenggaraan
dapat ditutup. Oleh karena itu, kegiatan belajar tutorial tatap muka,
pembukaan dan penutupan dapat disepakati bersama antara
penyelenggaraan SMP Terbuka dapat Guru Bina dan peserta didik.
dilakukan di mana dan kapan saja Tempatnya dapat di TKB atau tempat
sesuai dengan tuntutan lain yang tidak memberatkan peserta
perkembangan kebutuhan didik untuk datang belajar. Namun,
masyarakat akan layanan pendidikan yang menjadi masalah lagi adalah
SMP (Siahaan, 2005). menjangkau para peserta didik yang
berada di daerah terpencil, kondisi
Manakala masyarakat di suatu lokasi geografis yang sulit, dan keterbatasan
yang ada SMP Terbuka-nya sedang sarana transportasi.
mengalami musin menanam, musim
panen, atau musim penangkapan b. SMP Terbuka tidak Membebani
ikan, maka kegiatan pembelajaran di Masyarakat
TKB dimungkinkan saja ditiadakan Pendidikan di SMP Terbuka tidak
untuk sementara waktu. Manakala menuntut biaya dari para orang tua
kesibukan masyarakat pada musim peserta didik. Sesuai dengan prinsip
tertentu telah usai, maka kegiatan penyelenggaraannya yang
pembelajaran dapat dimulai kembali. mengoptimalkan pemanfaatan
Kondisi yang demikian inilah yang berbagai sumber belajar yang
memperlihatkan bahwa kegiatan tersedia di lingkungan sekitar, maka
pembelajaran di SMP Terbuka anak-anak yang menjadi peserta didik
bersifat fleksibel sesuai dengan SMP Terbuka tidak dipungut biaya.
kondisi yang berkembang di Tidak juga diharuskan menggunakan
masyarakat. pakaian seragam, atau pembelian
buku-buku atau bahan-bahan belajar
Mengingat prinsip pembelajaran yang yang akan digunakan peserta didik
diterapkan di SMP Terbuka adalah selama mengikuti pendidikan di SMP
belajar mandiri dengan Terbuka. Bahkan para peserta didik
menggunakan bahan-bahan belajar SMP Terbuka juga mendapatkan
mandiri yang telah dipersiapkan bantuan beasiswa. Secara singkat

123
123
58 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
dapat dikatakan bahwa para orang berbagai keterampilan (misalnya:
tua yang menyekolahkan anak- jahit-menjahit, bordir, pembudidayaan
anaknya ke SMP Terbuka tidak madu/lebah, sablon, kerajinan
terbebani dengan berbagai bentuk tangan, pembuatan makanan khas
biaya penyelenggaraan pendidikan. setempat) diminta kesediaannya oleh
pengelola SMP untuk mengajarkan
Yang justru sangat dibutuhkan dari keterampilan yang dimiliki kepada
para orang tua adalah mendorong para peserta didik SMP Terbuka.
dan menggugah agar anak-anak Permintaan pengelola SMP Terbuka
mereka dapat menggunakan waktu kepada anggota masyarakat tertentu
mereka seoptimal mungkin secara untuk membelajarkan para peserta
teratur untuk belajar setelah selesai didik di bidang keterampilan pada
membantu orang tua bekerja mencari umumnya, dirasakan sebagai suatu
nafkah. Setiap peserta didik kebanggaan atau kehormatan
dimungkinkan untuk belajar secara tersendiri.
teratur di mana dan kapan saja
karena bahan belajar yang Berbagai produk yang dihasilkan oleh
disediakan bagi mereka adalah peserta didik dijual kepada
bahan belajar mandiri. Demikian masyarakat, baik secara langsung
juga halnya dengan peran para maupun melalui unit-unit usaha yang
fasilitator/tutor atau Guru Pembimbing ada tergantung jenis produk yang
dan Guru Bina. Mereka ini secara dihasilkan. Dana yang diperoleh
terus-menerus dituntut memotivasi digunakan untuk membeli bahan-
peserta didik sehingga tergugah dan bahan yang diperlukan dalam
termotivasi untuk seoptimal mungkin memproses/menghasilkan produk
memanfaatkan waktunya secara yang berikutnya, baik yang sejenis
teratur belajar setiap hari. maupun yang baru yang akan
dipelajari. Dalam hal ini, para peserta
didik dilatih untuk mengembangkan
c. SMP Terbuka Mengembangkan keterampilan yang menghasilkan dan
Keterampilan/Kecakapan Hidup (Life sekaligus juga memasarkan produk.
Skill) Namun pada akhir-akhir ini, semakin
Keterampilan/kecakapan hidup (Life berkurang jumlah SMP Terbuka yang
Skill) merupakan kemampuan, memberikan pembekalan peserta
keterampilan, dan kesanggupan yang didiknya dengan keterampilan/
diperlukan seseorang untuk kecakapan hidup.
menghadapi dan menjalankan
kehidupan nyata sehari-hari d. SMP Terbuka Memungkinkan
(Subijanto, 2007). Setiap daerah Sumber Belajar Mendatangi Peserta
mempunyai bentuk kecakapan hidup Didik
yang khas yang perkembangkannya Bilamana pada SMP reguler, para
dilakukan dengan cara peserta didik yang mendatangi
mengajarkannya kepada generasi sumber belajar, baik yang berupa
yang lebih muda. Melalui pembekalan insani (guru) maupun non insani yang
peserta didik dengan kecakapan terdapat di sekolah. Sedangkan di
hidup, maka diharapkan peserta didik SMP Terbuka, sumber belajar telah
akan dapat mendatangkan disediakan dan tersedia di lingkungan
penghasilan bagi dirinya sendiri. peserta didik. Para fasilitator/tutor
atau Guru Pembimbing juga
Sesuai dengan prinsip SMP Terbuka mendatangi peserta didik di TKB
yang mengoptimalkan pemanfaatan untuk mengarahkan mereka belajar
berbagai sumber belajar yang mandiri dan berdiskusi.
tersedia di lingkungan sekitar, maka
anggota masyarakat yang memiliki

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 59
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Sedangkan sumber belajar yang e. SMP Terbuka Diselenggarakan
berupa Guru Bina, tergantung pada sesuai dengan Kondisi Masyarakat
kondisi masing-masing lokasi SMP Sesuai dengan strategi pembelajaran
Terbuka. Adakalanya untuk daerah yang diterapkan di SMP Terbuka,
tertentu yang dinilai tidak maka bahwa peserta didik sebagai
memungkinkan peserta didik datang anak di tengah-tengah keluarga tetap
mengikuti kegiatan pembelajaran dari dapat melaksanakan kegiatan
Guru Bina di sekolah induk, maka belajarnya dan sekaligus juga masih
Guru Bina yang datang ke TKB atau dapat membantu orang tua mencari
tempat lain di mana peserta didik nafkah kebutuhan hidup sehari-hari
dapat dengan mudah berkumpul. dari pagi sampai siang hari (urusan
Tetapi manakala kondisi yang ada perut). Peserta didik SMP Terbuka
memungkinkan peserta didik datang barulah berkumpul untuk belajar
ke sekolah induk untuk mengikuti mandiri di TKB pada sore hari.
kegiatan pembelajaran dari Guru
Bina, maka peserta didik dan Guru Tujuan berkumpulnya peserta didik di
Bina yang datang ke sekolah induk TKB bukanlah untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran dari guru mata
Sumber belajar lain yang dapat pelajaran sebagaimana yang terjadi
dimanfaatkan oleh peserta didik SMP di SMP reguler. Peserta didik
Terbuka di tempatnya masing-masing berkumpul di TKB untuk melakukan
(tentunya keluarga yang mempunyai kegiatan belajar mandiri di bawah
fasilitas pesawat TV) adalah siaran bimbingan atau pengawasan tutor/
televisi edukasi (TVE). Dengan fasilitator atau yang biasanya disebut
pesawat TV biasa, siaran TVE dapat sebagai Guru Pembimbing . Kegiatan
ditangkap melalui stasiun TVRI. berkumpul ini juga sekaligus sebagai
Semenjak 17 Juli 2006, stasiun TVRI wahana sosialisasi bagi para peserta
menerus-siarkan siaran TVE secara didik.
nasional setiap hari pada pukul 07.00-
09.00 WIB dan pukul 14.00-16.00 Di TKB inilah peserta didik belajar
WIB. Jadwal siaran TVE tentunya mandiri, baik secara individual, dalam
dapat diperoleh/diketahui peserta kelompok-kelompok kecil maupun
didik dari sekolah induk (Pustekkom, melakukan kegiatan diskusi. Peserta
2007). didik SMP Terbuka datang berkumpul
ke TKB untuk belajar mandiri selama
Selain TVRI, Pustekkom juga 4-5 hari setiap minggunya. Pada
bekerjasama dengan berbagai prinsipnya, selain di TKB, belajar
stasiun TV lokal, operator TV Kabel, mandiri dapat juga dilakukan oleh
dan Pemerintah Daerah dalam masing-masing peserta didik di mana
menerus-siarkan program TVE saja dan kapan saja sesuai dengan
(Leaflet Pustekkom). Mengingat ketersediaan waktu mereka.
kemajuan teknologi yang pesat,
peralatan DVD player hampir Di samping bahan belajar mandiri
dipastikan tidak sulit ditemukan di tercetak (modul) sebagai bahan
lingkungan masyarakat. Dalam kaitan belajar utama, peserta didik SMP
ini, peserta didik juga dapat Terbuka pada awal perintisannya
memanfaatkan VCD pembelajaran pada tahun 1979 dilengkapi juga
yang didistribusikan Departemen dengan bahan belajar lainnya,
Pendidikan Nasional ke SMP seperti: media kaset audio, siaran
Terbuka. Caranya adalah dengan radio, media kaset video, dan film
meminjam VCD dari sekolah induk bingkai suara (sound slide programs).
untuk dimanfaatkan secara bersama Pada tahap perkembangan
dalam kelompok. selanjutnya, bahan-bahan belajar
yang diberikan kepada peserta didik

123
123
60 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
adalah modul, CD dan VCD. Dengan Negeri yang berfungsi sebagai pusat
adanya siaran televisi edukasi (TVE), sumber belajar yang akan
peserta didik SMP Terbuka juga dapat membelajarkan para peserta
memanfaatkan siaran TVE sebagai pendidikan SMP Terbuka dan di
salah satu sumber belajar. masing-masing TKB. Sebelum
pengoperasian, para Guru Bina, Guru
Sekali seminggu, peserta didik SMP Pembimbing , dan Pengelola SMP
Terbuka datang ke SMP Negeri yang Terbuka diberikan kegiatan orientasi
terdekat yang ditunjuk sebagai tentang pengenalan, pengoperasian,
sekolah induk SMP Terbuka. Di dan pemeliharaan/perawatan fasilitas
sekolah induk inilah peserta didik radio komunikasi 2 arah, baik yang
SMP Terbuka mengikuti kegiatan ada di sekolah induk maupun di
pembelajaran secara tatap muka atau masing-masing TKB.
yang disebut sebagai kegiatan belajar
tutorial tatap muka. Tujuannya adalah Kemudian, dilakukan simulasi
untuk memberikan kesempatan pemanfaatan fasilitas radio
kepada semua peserta didik komunikasi dalam situasi
mendiskusikan berbagai kesulitan pembelajaran yang nyata. Tujuannya
yang mereka hadapi selama mereka adalah agar perangkat teknologi yang
melakukan kegiatan belajar mandiri, dipasang di sekolah induk dan di TKB
baik di TKB maupun di tempat lain. dapat dimanfaatkan secara optimal
sesuai dengan prosedur operasional
f. SMP Terbuka Menjangkau standar (POS). Dengan
Masyarakat Marginal memanfaatkan fasilitas radio
Sehubungan dengan keberadaan komunikasi 2 arah ini, maka kegiatan
masyarakat di daerah terpencil, sulit pembelajaran tutorial tatap muka
geografis, keterbatasan sarana antara Guru Bina dengan peserta
transportasi, dan waktu, maka didik dapat diselenggarakan secara
pemanfaatan teknologi merupakan teratur setiap minggunya.
alternatif pemecahannya. Melalui
pemanfaatan kemajuan teknologi, SMP Terbuka tidak hanya dapat
maka peserta didik yang berada di dinikmati oleh anak-anak lulusan SD/
wilayah geografis yang sulit atau MI atau yang putus sekolah di SMP
terpencil dan menghadapi biasa/reguler yang berada di daerah
keterbatasan sarana transportasi terpencil dan terisolasi, sulit
dimungkinkan untuk mendapatkan geografisnya, dan terbatas sarana
layanan pendidikan/pembelajaran. transportasinya. SMP Terbuka juga
Dengan dukungan teknologi, dapat dinikmati oleh anak-anak yang
pendidikanlah yang mendatangi berada di daerah perkotaan tetapi
peserta didik di tempatnya bukan karena kondisi finansial tidak
sebaliknya, peserta didik yang memungkinkan mengikuti pendidikan
mendatangi lembaga-lembaga di SMP biasa/reguler.
pendidikan untuk mendapatkan
layanan pendidikan/pembelajaran.
C. SIMPULAN DAN SARAN
Teknologi yang dimaksudkan di sini
adalah teknologi yang masih bersifat 1. Simpulan
sederhana dan mudah Pendidikan SMP Terbuka, sesuai dengan
pengoperasiannya. Teknologi yang fleksibilitas yang dimilikinya, dapat
dimaksudkan adalah radio diselenggarakan dan dihentikan di mana
komunikasi 2 arah (a two-way dan kapan saja sesuai dengan tuntutan
communication). Fasilitas radio perkembangan kebutuhan masyarakat
komunikasi ini dipasang di SMP akan layanan pendidikan SMP. Pada

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 61
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
umumnya, peserta didik SMP Terbuka a. dapat lebih meningkatkan kuantitas
berasal dari kalangan masyarakat yang dan kualitas penyelenggaraan
bertempat tinggal di daerah-daerah pendidikan SMP Terbuka sehingga
terpencil, sulit geografis dan sarana masyarakat yang sejauh ini belum
mobilitas, keterbatasan kemampuan atau kurang terlayani (under served
finansial, atau terkendala secara waktu atau unserved) di bidang pendidikan
(terutama karena membantu orang tua SMP akan semakin berkurang
mencari nafkah) untuk mengikuti jumlahnya;
pendidikan SMP yang reguler. Prinsip b. melakukan kajian mengenai
penyelenggaraan SMP Terbuka adalah pemanfaatan kemajuan teknologi
bahwa peserta didik belajar secara untuk diterapkan dalam kegiatan
mandiri dengan mengoptimalkan pembelajaran pada jenjang
pemanfaatan berbagai sumber belajar pendidikan dasar dan menengah
yang tersedia di lingkungan masyarakat (khususnya pada satuan pendidikan
sekitar. SMP) sebagai salah satu upaya untuk
menunjang percepatan penuntasan
Dari hasil pengamatan di berbagai lokasi wajib belajar 9 tahun.
tentang pengelolaan SMP Terbuka, c. dapat lebih memberdayakan lembaga
dapatlah disimpulkan bahwa SMP pendidikan SMP melalui (1) pelatihan
Terbuka merupakan bentuk pendidikan guru-gurunya di bidang pemanfaatan
yang merakyat. Dikatakan demikian teknologi dan (2) pengadaan
karena antara lain: pendidikanlah yang berbagai fasilitas yang menunjang
mendatangi anak-anak sehingga penyelenggaraan kegiatan
menjangkau masyarakat marginal (baik pembelajaran sebagai salah satu
yang terkendala secara ekonomis, upaya untuk peningkatan kualitas
mobilitas, atau waktu), peserta didik tidak pendidikan.
harus datang setiap hari belajar di SMP,
peserta didik tetap dapat membantu
orang tua mencari nafkah sehari-hari, KEPUSTAKAAN
mengembangkan keterampilan/ Haryono, Anung. (1984). “Sekolah Menengah
kecakapan hidup (life skill) peserta didik, Terbuka: Suatu Penerapan Teknologi
tidak ada kewajiban peserta didik untuk Pendidikan untuk Pemerataan Kesempatan
memakai pakaian seragam, orang tua Belajar” dalam Teknologi Komunikasi
tidak dibebani berbagai bentuk biaya Pendidikan: Pengertian & Penerapannya
pendidikan, dapat diselenggarakan dan di Indonesia. Jakarta: Pusat Teknologi
dihentikan sesuai dengan kebutuhan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan-
masyarakat akan layanan pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
SMP, dan mengoptimalkan pemanfaatan Ibrahim, Nurdin. (2003). “Hubungan Tempat
berbagai sumber belajar di lingkungan Tutorial Tatap Muka dengan Hasil Belajar
sekitar. Siswa SMP Terbuka” dalam Jurnal
TEKNODIK No. 12/VII/TEKNODIK/
2. Saran-saran OKTOBER 2003. Jakarta: Pusat Teknologi
Memperhatikan fleksibilitas Informasi dan Komunikasi Pendidikan-
penyelenggaraan pendidikan SMP Departemen Pendidikan Nasional.
Terbuka sebagai bentuk pendidikan yang Pustekkom. Leaflet Televisi Edukasi (TVE):
merakyat dan kontribusinya dalam Santun dan Mencerdaskan. Jakarta: Pusat
memberikan layanan pendidikan kepada Teknologi Informasi dan Komunikasi
masyarakat yang kurang beruntung Pendidikan-Departemen Pendidikan
(disadvantaged community) disebabkan Nasional.
karena kondisi geografis, ekonomis, Pustekkom. (2007). Pedoman Pemanfaatan
sarana mobilitas, dan waktu, maka Siaran Televisi Edukasi (TVE). Jakarta:
disarankan agar Pemerintah Kabupaten/ Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kota: Pendidikan-Departemen Pendidikan
Nasional.
123
123
62 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Rahadi, Aristo. (2005). “SMP Terbuka dan Vol. 3 No. 1 Maret 2002. Jakarta: Lembaga
Dinamikanya: SMP Terbuka Sebagaimana Penelitian-Universitas Terbuka.
Sebuah Sistem” dalam Purwanto (ed.) Jejak Siahaan, Sudirman. (2005). Studi tentang
Langkah Perkembangan Teknologi Perintisan Pemanfaatan Media
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Pusat Terintegrasi (Media Kaset Audio dan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Modul) untuk Pembelajaran Bahasa
Pendidikan-Departemen Pendidikan Inggris di SMP Terbuka. Jakarta: Pusat
Nasional. Teknologi Komunikasi dan Informasi
Sadiman, A. S. (ed.). (1999). Jaringan Sistem Pendidikan-Departemen Pendidikan
Belajar Jarak Jauh Indonesia (Jaringan Nasional.
Sistem BJJI). Jakarta: Pusat Teknologi Subijanto. (2007). “Program Pendidikan Life Skills
Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di
(Pustekkom). Wilayah Pesisir” dalam Jurnal Pendidikan
Siahaan, Sudirman. (2002). “Studi tentang dan Kebudayaan Tahun Ke-13, No. 066 Mei
Pengelolaan Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
di Era Otonomi Daerah di Kabupaten Deli Pengembangan Departemen Pendidikan
Serdang-Propinsi Sumatera Utara” dalam Nasional.
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 63
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
STRATEGI PEMBELAJARAN DAN IMPLIKASINYA
PADA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
Oleh Bambang Warsita *)

Abstrak

Aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah pembelajaran mempunyai


bentuk kongkrit yaitu strategi pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk belajar. Strategi
pembelajaran ini merupakan proses memilih dan menyusun kegiatan pembelajaran dalam suatu
unit pembelajaran seperti urutan, sifat materi, ruang lingkup materi, metode dan media yang
paling sesuai untuk mencapai kompetensi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang
tepat dapat memudahkan peserta didik dalam mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran.
Peningkatan efektivitas pembelajaran dapat dilakukan dengan pemilihan strategi pembelajaran
yang tepat. Memilih strategi pembelajaran hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan,
melainkan berdasarkan pada kriteria atau standar tertentu, misalnya tujuan belajar, materi,
karakteristik peserta didik, tenaga kependidikan, waktu, atau biaya.

Kata kunci: pembelajaran, strategi pembelajaran, efektivitas pembelajaran.

A. LATAR BELAKANG DAN


PERMASALAHAN Konsep teknologi pembelajaran dari waktu ke
Sejalan dengan perkembangan dan waktu mengalami proses “metamorfosa”
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuju penyempurnaan. Definisi terbaru
yang sangat pesat, khususnya dalam bidang teknologi pendidikan, yaitu “Educational
pendidikan, psikologi dan Teknologi Informasi technology is the study and ethical practice
dan Komunikasi (TIK) maka tidak mustahil of facilitating learning and improving
teknologi pembelajaran akan semakin terus performance by creating, using, and
berkembang dan memperkokoh diri menjadi managing appropriate technological
suatu disiplin ilmu, program studi, dan profesi processes and resources” (AECT, 2004).
yang dapat berperan dalam memecahkan Artinya tujuan teknologi pembelajaran masih
masalah-masalah belajar dan pembelajaran. tetap untuk memfasilitasi pembelajaran agar
Teknologi pembelajaran sebagai perangkat lebih efektif, efisien dan menyenangkan serta
lunak (sofware technology) yang berbentuk meningkatkan kinerja.
cara-cara yang sistematis dalam
memecahkan masalah pembelajaran Ada lima kawasan teknologi pembelajaran
semakin canggih dan mendapat tempat yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan,
secara luas dalam dunia pendidikan pengelolaan dan penilaian. Kawasan pertama
(Suparman & Zuhairi, 2004). teknologi pembelajaran adalah desain atau
perancangan yang mencakup penerapan

*) Drs. Bambang Warsita, M. Pd., adalah staf Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)
Departemen Pendidikan Nasional.

123
123
64 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
berbagai teori, prinsip dan prosedur dalam efektivitas pembelajaran?
melakukan perencanaan atau mendesain
suatu program atau kegiatan pembelajaran B. KAJIAN LITERATUR
yang dilakukan secara sistemik dan
sistematik. Kawasan desain dapat dilukiskan 1. Pengertian Pembelajaran
dalam gambar berikut ini. Pembelajaran adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan
KAWASAN DESAIN sumber belajar pada suatu lengkungan
belajar (UU No. 20 Tahun 2003 tentang
1. Desain Sistem Pembelajaran Sistem Pendidikan Nasional). Intinya
2. Desain Pesan adalah usaha untuk membuat peserta
3. Strategi Pembelajaran didik belajar. Dengan kata lain,
4. Karakteristik Peserta Didik pembelajaran merupakan upaya
menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan
Gambar 1, Bagan Kawasan Desain belajar. Kegiatan pembelajaran tidak akan
(Seels & Richey, 2000)
berarti jika tidak menghasilkan kegiatan
Pengembangan sistem pembelajaran belajar pada para peserta didiknya.
merupakan suatu proses yang sistematis dan Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika
terus menerus yang akan membantu para peserta didik belajar secara aktif
pendidik atau guru dalam mengembangkan mengalami sendiri proses belajar.
pengalaman-pengalaman belajar yang paling
efektif dan efisien bagi peserta didik. Di dalam Kegiatan pembelajaran dirancang untuk
proses ini dapat diidentifikasikan berbagai memberikan pengalaman belajar yang
variasi pilihan strategi pembelajaran, di mana melibatkan proses mental dan fisik
pilihan ditentukan berdasarkan tujuan yang melalui interaksi antar peserta didik,
ingin dicapai. Selain itu perlu disesuaikan juga peserta didik dengan guru, lingkungan,
dengan jenis materi, karakteristik peserta dan sumber belajar lainnya dalam rangka
didik, serta situasi atau kondisi di mana pencapaian kompetensi dasar (BSNP,
proses pembembelajaran tersebut akan 2006). Pengalaman belajar yang
berlangsung. dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan strategi pembelajaran yang
Aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam bervariasi dan berpusat pada peserta
pemecahan masalah pembelajaran didik (student centred). Pengalaman
mempunyai bentuk kongkrit dengan belajar memuat kecakapan hidup yang
mengembangkan strategi pembelajaran yang perlu dikuasai peserta didik.
memudahkan peserta didik untuk belajar.
Sementara itu strategi pembelajaran adalah Dalam pengertian lain, pembelajaran
spesifikasi untuk menyeleksi serta adalah usaha-usaha yang terencana
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan dalam memanipulasi sumber-sumber
pembelajaran dalam suatu mata pelajaran belajar agar terjadi proses belajar dalam
(Seels & Richey, 2000). diri peserta didik (Sadiman, dkk, 1986).
Pembelajaran (disebut juga sebagai
Strategi pembelajaran merupakan proses kegiatan pembelajaran) adalah usaha
memilih dan menyu-sun kegiatan mengelola lingkungan dengan sengaja
pembelajaran dalam sesuatu unit agar seseorang membentuk diri secara
pembelajaran seperti urutan, sifat materi, positif dalam kondisi tertentu (Miarso,
ruang lingkup materi, metode dan media yang 2004). Dengan demikian, inti dari
paling sesuai untuk mencapai kompetensi pembelajaran adalah segala upaya yang
pembelajaran. Dengan demikian, dilakukan oleh pendidik agar terjadi
permasalahannya bagaimana proses belajar pada diri peserta didik.
mengembangkan strategi pembelajaran yang
efektif?. Selain itu bagaimana peranan Pembelajaran menurut Gagne & Briggs
strategi pembelajaran dalam meningkatkan adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 65
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
membantu proses belajar peserta didik, merasakan adanya kebutuhan yang
yang berisi serangkaian peristiwa yang mendorong dan ada sesuatu yang
dirancang, disusun sedemikian rupa ingin dicapai. Belajar tidak akan
untuk mempengaruhi dan mendukung efektif tanpa adanya dorongan atau
terjadinya proses belajar peserta didik motivasi dan tujuan.
yang bersifat internal (Gagne dan Briggs, e. Pembelajaran merupakan bentuk
1979). Dengan demikian, pembelajaran pengalaman. Pengalaman pada
merupakan segala upaya untuk dasarnya adalah kehidupan melalui
menciptakan kondisi dengan sengaja situasi yang nyata dengan tujuan
agar tujuan pembelajaran dapat tertentu, pembelajaran merupakan
dipermudah (facilitated) pencapaiannya. bentuk interaksi individu dengan
lingkungannya, sehingga banyak
Ada lima prinsip yang menjadi landasan memberikan pengalaman dari situasi
pengertian pembelajaran yaitu sebagai nyata.
berikut:
a. Pembelajaran sebagai usaha untuk Dari uraian di atas dapat disimpulkan
memperoleh perubahan perilaku. bahwa dalam kegiatan pembelajaran
Prinsip ini mengandung makna perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan
bahwa ciri utama proses dapat dicapai. Strategi pembelajaran
pembelajaran itu adalah adanya adalah suatu cara atau metode yang
perubahan perilaku dalam diri peserta dilakukan oleh pendidik (guru) terhadap
didik (walaupun tidak semua peserta didik dalam upaya terjadinya
perubahan perilaku peserta didik perubahan pada aspek kognitif, afektif
merupakan hasil pembelajaran). dan motorik secara berkesinambungan.
b. Hasil pembelajaran ditandai dengan
perubahan perilaku secara 2. Pengertian Strategi Pembelajaran
keseluruhan. Prinsip ini mengandung Strategi identik dengan teknik, siasat atau
makna bahwa perubahan perilaku kiat, namun apabila digabungkan dengan
sebagai hasil pembelajaran meliputi kata pembelajaran (strategi
semua aspek perilaku (kognitif, afektif pembelajaran) dapat dipahami sebagai
dan motorik) dan bukan hanya satu suatu cara atau seperangkat cara atau
atau dua aspek saja. teknik yang dilakukan oleh seorang guru
c. Pembelajaran merupakan suatu atau peserta didik dalam mengupayakan
proses. Prinsip ini mengandung terjadinya suatu perubahan tingkah laku
makna bahwa pembelajaran itu atau sikap. Oleh karena itu, strategi
merupakan suatu aktivitas yang pembelajaran merupakan suatu kegiatan
berkesinambungan yang di dalamnya pembelajaran yang harus dikerjakan guru
ada tahapan-tahapan yang sistematis dan peserta didik agar tujuan
dan terarah. Jadi, pembelajaran pembelajaran dapat dicapai secara efektif
bukan sebagai suatu benda atau dan efisien (Kemp, 1995).
keadaan yang statis, melainkan
merupakan suatu rangkaian aktivitas- Strategi pembelajaran mencakup seluruh
aktivitas yang dinamis dan saling komponen materi pembelajaran dan
berkaitan. prosedur atau tahapan kegiatan belajar
d. Proses pembelajaran terjadi karena yang/atau digunakan oleh guru dalam
adanya sesuatu yang mendorong dan rangka membantu peserta didik
adanya suatu tujuan yang akan mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dicapai. Prinsip ini mengandung (Dick & Carey, 1990). Oleh karena itu,
makna bahwa aktivitas pembelajaran strategi pembelajaran bukan hanya
itu terjadi karena adanya kebutuhan terbatas pada prosedur atau tahapan
yang harus dipenuhi dan adanya kegiatan belajar saja, melainkan
tujuan yang ingin dicapai. Atas dasar termasuk juga pengaturan materi atau
prinsip itulah pembelajaran akan paket program pembelajaran yang akan
terjadi apabila peserta didik disampaikan kepada peserta didik.

123
123
66 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Berikut ini adalah aplikasi strategi SD dituntut untuk memiliki kemampuan
pembelajaran yang mencakup empat berbahasa Inggris yang memadai dan
aspek, yaitu sebagai berikut: memiliki berbagai keterampilan dalam
a. Urutan kegiatan pembelajaran, yang menyajikan materi pelajaran Bahasa
berisikan urutan kegiatan guru dalam Inggris secara komunikatif dan
menyampaikan materi atau isi kontekstual. Agar proses pembelajaran
pelajaran kepada peserta didik. komunikatif, guru SD hendaknya kreatif
b. Metode pembelajaran, yaitu cara guru dalam menyiapkan dan mengelola
mengorganisasikan materi pelajaran kegiatan pembelajaran, memilih dan
dan peserta didik agar terjadi proses memanfaatkan media pembelajaran yang
belajar secara efektif dan efisien. ada di sekitar peserta didik, menciptakan
c. Media pembelajaran, yaitu peralatan situasi pembelajaran yang kondusif
dan bahan pembelajaran yang (merangsang, menantang dan
digunakan guru dan peserta didik menyenangkan), mendorong peserta
dalam kegiatan pembelajaran. didik berperan secara aktif.
d. Waktu yang digunakan guru dan
peserta didik untuk menyelesaikan Strategi pembelajaran menurut
setiap langkah dalam kegiatan konstruktivistik menekankan penggunaan
pembelajaran. pengetahuan secara bermakna, urutan
pembelajaran mengikuti pandangan
Dengan demikian, strategi pembelajaran peserta didik, dan menekankan proses,
merupakan perpaduan dari urutan serta aktivitas belajar dalam konteks
kegiatan, cara pengorganisasian materi nyata, bukan mengikuti urutan dalam
pelajaran dan peserta didik, peralatan dan buku teks. Sedangkan evaluasi
bahan, serta waktu yang digunakan pembelajaran menekankan penyusunan
dalam proses pembelajaran untuk makna secara aktif yang melibatkan
mencapai tujuan pembelajaran yang telah keterampilan terintegrasi dengan
ditentukan. Dengan kata lain, strategi menggunakan masalah dalam konteks
pembelajaran dapat pula disebut sebagai nyata, menggali berpikir secara divergen,
cara yang sistematis dalam menuntut pemecahan ganda bukan
mengkomunikasikan isi pelajaran kepada hanya jawaban benar, dan evaluasi
peserta didik untuk mencapai tujuan merupakan bagian utuh dari proses
pembelajaran tertentu (Suparman, 2004). pembelajaran (Degeng, 2007).

Disisi lain, strategi pembelajaran adalah Dalam realitasnya, pembelajaran di


pendekatan menyeluruh pembelajaran sekolah masih banyak guru yang
dalam suatu sistem pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran
berupa pedoman umum dan kerangka untuk menghabiskan materi
kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran sehingga kurang memberi
pembelajaran, yang dijabarkan dari makna bagi peserta didik. Oleh karena
pandangan falsafah dan atau teori belajar itu, agar aktivitas pembelajaran mampu
tertentu (Miarso, 2004). Sedangkan memberikan makna bagi peserta didik
menurut Gerlach dan Ely, strategi yang belajar, guru perlu mengembangkan
pembelajaran sebagai suatu pendekatan strategi pembelajaran yang mampu
guru terhadap penggunaan informasi, mengkaitkan materi pelajaran dengan
mulai dari pemilihan sumber belajar kehidupan peserta didik sehari-hari.
sampai pada menetapkan peranan
peserta didik dalam pembelajaran Ciri utama pembelajaran yang bermakna
(Gerlach & Ely, 1978). adalah suatu kondisi di mana peserta
didik dapat merasakan manfaat dari
Sebagai contoh adalah penerapan materi pelajaran yang dipelajarinya di
pendekatan komunikatif dengan strategi sekolah dalam kehidupan sehari-hari
pembelajaran tematik dalam (Dryden dan Jeannette Vos, 2000).
pembelajaran bahasa Inggris di SD. Guru Pembelajaran harus memberikan

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 67
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
manfaat bagi peserta didik yang belajar. pembelajaran kepada peserta didik, (c)
Untuk itu, guru harus dapat menciptakan mengingatkan kompetensi prasyarat, (d)
keterkaitan suatu topik dengan kehidupan memberi stimulus (masalah, topik,
peserta didik sehari-hari, danmerayakan konsep), (e) memberi petunjuk belajar
setiap keberhasilan peserta didik sebagai (cara mempelajari), (f) menimbulkan
kunci dalam strategi pembelajaran yang penampilan peserta didik, (g) memberi
bermakna (DePorter, 1999). umpan balik, (h) menilai penampilan, dan
(i) menyimpulkan (Suparman, 2004).
Akhirnya, pentingnya strategi Namun kenyataannya, tidak semua mata
pembelajaran adalah untuk menentukan pelajaran memerlukan kesembilan
semua langkah dan kegiatan yang perlu strategi pembelajaran tersebut,
dilakukan, sehingga dapat memberi tergantung pada karakteristik peserta
pengalaman belajar kepada peserta didik. didik dan jenis tingkah laku yang dituntut
Jadi strategi pembelajaran adalah dalam tujuan/kompetensi.
keputusan guru dalam menetapkan
berbagai kegiatan yang akan Strategi pembelajaran terdiri dari lima
dilaksanakan, sarana dan prasarana komponen utama, yaitu: (a) urutan
yang akan digunakan, termasuk jenis kegiatan pembelajaran, (b) metode, (c)
media yang digunakan, materi yang media, dan (d) waktu (Suparman, 2004).
diberikan, dan metodologi yang Sedangkan urutan kegiatan
digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara umum terdiri dari
pembelajaran. Diharapkan peserta didik tiga tahap, yaitu:
dapat mendapatkan pengalaman yang a. Pendahuluan (introduction)
diperlukan untuk mencapai tujuan Pada tahap awal atau persiapan,
pembelajaran. Dengan kata lain, strategi kegiatan dimaksudkan untuk
pembelajaran adalah suatu kondisi yang mempersiapkan mental peserta didik
diciptakan oleh guru (seperti metode, dalam mempelajari pengetahuan,
sarana dan prasarana, materi, media, dan keterampilan dan sikap baru. Artinya
sebagainya) agar peserta didik difasilitasi guru sebaiknya mempersiapkan
(dipermudah) dalam mencapai tujuan peserta didik agar memperhatikan
pembelajaran yang ditetapkan. dan belajar secara sungguh-sungguh
selama tahap penyajian. Guru juga
3. Komponen Strategi Pembelajaran hendaknya menjelaskan secara
Dalam menerapkan strategi singkat tentang materi yang akan
pembelajaran, ada beberapa komponen dipelajari peserta didik, kegunaan
yang harus diperhatikan agar dalam materi tersebut dalam kehidupan
kegiatan pembelajaran dapat mencapai sehari-hari, hubungan atau relevansi
suatu tujuan yang telah ditentukan. materi tersebut dengan materi yang
Pendapat Dick and Carey sebagaimana telah dikuasai peserta didik dan
dikutip Suparman, menyebutkan 5 tujuan/kompetensi yang harus
komponen umum strategi pembelajaran dikuasai oleh peserta didik pada akhir
yakni: (a) kegiatan pembelajaran kegiatan.
pendahuluan, (b) penyampaian informasi,
(c) partisipasi peserta didik, (d) tes, dan Tujuan kegiatan pada tahap
(e) kegiatan tindak lanjut (Suparman, pendahuluan ini untuk: (a)
2004). memberikan motivasi dan
memusatkan perhatian peserta didik
Sedangkan pendapat Gagne and Briggs, agar mereka bisa mempersiapkan diri
sebagaimana dikutip oleh Suparman, untuk menerima pelajaran dan (b)
bahwa komponen strategi pembelajaran mengetahui kemampuan peserta
yang disebut sebagai sembilan urutan didik atau apa yang telah dikuasai
kegiatan pembelajaran, yaitu: (a) peserta didik sebelumnya dan
memberikan motivasi atau menarik berkaitan dengan materi pelajaran
perhatian, (b) menjelaskan tujuan yang akan disampaikan. Hal-hal yang

123
123
68 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
dilakukan pada tahap ini adalah benar menguasainya. Namun,
memberikan gambaran singkat perlu diingat bahwa latihan
tentang isi pelajaran, menjelaskan merupakan bagian dari proses
relevansi isi pelajaran baru dengan pembelajaran, bukan tes.
pengalaman peserta didik, dan
menjelaskan tentang tujuan c. Penutup (test and follow up)
pembelajaran. Kegiatan pada tahap penutup
merupakan kegiatan akhir dalam
b. Penyajian (presentation) urutan kegiatan pembelajaran. Tujuan
Tahap penyajian merupakan proses dari kegiatan tahap penutup adalah
pembelajaran yang utama atau inti untuk memberikan penegasan atau
dari kegiatan pembelajaran. Tahap ini kesimpulan dan penilaian terhadap
meliputi bagian-bagian sebagai penguasaan materi pelajaran yang
berikut: telah diberikan, baik tes formatif dan
1) Uraian (explanation) adalah umpan balik (follow up). Selanjutnya
penjelasan tentang materi adalah kegiatan tidak lanjut. Kegiatan
pelajaran atau konsep, prinsip, akhir pembelajaran yang mencakup:
dan prosedur yang akan dipelajari 1) Pelaksanaan tes hasil belajar
peserta didik. Uraian, baik dalam untuk mengukur kemajuan
bentuk verbal maupun non verbal belajar peserta didik. Tes ini
seperti penggunaan media sering disebut sebagai tes
gambar, benda sebenarnya, formatif yang dapat diberikan
model, demontrasi, simulasi dan secara lisan atau tertulis.
sebagainya. Pada saat 2) Umpan balik (feedback) adalah
memberikan uraian ini guru dapat informasi hasil tes peserta didik
menggunakan berbagai metode dan diikuti dengan penjelasan
seperti ceramah, diskusi, kemajuan peserta didik. Hal ini
demonstrasi, dan sebagainya. penting bagi peserta didik agar
2) Contoh (example) dan non proses pembelajaran menjadi
contoh (non example) adalah efektif, efisien dan
benda atau kegiatan yang ada di menyenangkan. Selain itu,
sekitar peserta didik sebagai kegiatan umpan balik sangat
wujud materi pelajaran yang berpengaruh terhadap hasil
sedang diuraikan, baik bersifat belajar peserta didik.
positif maupun negatif. Oleh 3) Tindak lanjut (follow up) adalah
karena itu, guru perlu berupa petunjuk tentang apa
memberikan contoh dan non yang harus dilakukan peserta
contoh yang praktis dan kongkrit didik setelah mengikuti tes
dari uraian konsep yang masih formatif dan mendapatkan umpan
abstrak agar menjadi jelas bagi balik. Maksudnya peserta didik
peserta didik. yang memperoleh hasil tes
3) Latihan (exercise) adalah formatif kurang harus
kegiatan praktik bagi peserta didik mempelajari ulang materi
untuk menerapkan konsep, tersebut. Sedangkan peserta
prinsip atau prosedur yang masih didik yang sudah memperoleh
abstrak sesuai dengan kehidupan nilai baik tes formatif bisa
sehari-hari. Dengan latihan, meneruskan ke materi
peserta didik akan belajar aktif selanjutnya, baik untuk
sehingga mudah menguasai memperdalam materi atau untuk
materi yang sedang dipelajari. mempersiapkan materi yang
Latihan yang dilakukan peserta akan datang. Namun, perlu
didik harus diikuti dengan diingat bahwa kegiatan ini
petunjuk, bimbingan dan koreksi merupakan salah satu bentuk
sehingga peserta didik benar- pemberian tanda atau bantuan

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 69
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
kepada peserta didik untuk planel (flannel board), (10) papan
memperlancar kegiatan belajar buletin (bulletin board), (11)
selanjutnya. transparansi (OHP), (12) slide (film
bingkai), (13) film, (14) audio atau
Selain urutan kegiatan pembelajaran radio, (15) video (VCD) atau TV, (16)
di atas, guru perlu menentukan komputer, dan (17) internet (Sadiman,
metode pembelajaran dan alat atau dkk., 1986).
media pembelajaran yang digunakan
dalam menyampaikan materi Mengingat media yang dapat
pelajaran. Dengan demikian, metode digunakan dalam kegiatan
pembelajaran berfungsi sebagai cara pembelajaran itu beraneka ragam,
dalam menyajikan (menguraikan, maka guru harus melakukan
memberi contoh, dan memberi pemilihan berdasarkan pertimbangan
latihan) isi pelajaran kepada peserta tertentu, seperti: (1) tujuan/
didik untuk mencapai tujuan/ kompetensi yang harus dikuasai, (2)
kompetensi tertentu. Namun, perlu tinggi rendahnya kemampuan media
diingat bahwa tidak setiap metode dalam mencapai tujuan, atau
sesuai untuk mencapai tujuan/ dukungan terhadap isi pelajaran, (3)
kompetensi tertentu. Oleh karena itu, kemudahan memperoleh media, (4)
beberapa metode yang dapat keterampilan guru dalam
digunakan dalam kegiatan menggunakannya, (5) ketersediaan
pembelajaran, adalah metode waktu menggunakannya, dan (6)
ceramah (lecture), metode sesuai dengan taraf berpikir peserta
demonstrasi, metode penampilan didik.
atau praktik, metode diskusi, metode
pemberian tugas/latihan, simulasi, Pemilihan media pembelajaran dapat
dan sebagainya. juga didasarkan atas pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:
Selain metode pembelajaran, langkah 1) Biaya yang lebih murah baik pada
selanjutnya yang harus dilakukan saat pembelian maupun
ádalah menentukan alat atau media pemeliharaan.
pembelajaran. Media adalah alat 2) Kesesuaian dengan metode
yang digunakan untuk pembelajaran.
menyampaikan pesan atau informasi 3) Kesesuaian dengan karakteristik
dari pengirim kepada penerima siswa.
pesan. Media dapat berupa alat-alat 4) Pertimbangan praktis, seperti
elektronik, gambar, buku, model dan kemudahan untuk dipindahkan,
sebagainya. Ada beberapa kesesuaian dengan fasilitas yang
pengelompokan media pembelajaran ada di kelas, kemampuan
yang dilakukan, seperti penggunaannya, daya tahannya,
pengelompokan kedalam: (a) media dan kemudahan baik dalam
cetak dan non-cetak, (b) media perbaikan maupun perawatan.
elektronik dan non-elektronik, (c) 5) Ketersediaan media tersebut
media projected dan non-projected, berikut suku cadangnya di
dan (d) media tradisional dan modern. pasaran dan ketersediaannya
bagi peserta didik.
Media pembelajaran dapat juga
dibedakan dari yang sudah jarang Kemudian yang perlu
dipergunakan sampai dengan jenis dipertimbangkan adalah pola-pola
media yang paling banyak digunakan pembelajaran, baik dalam bentuk
secara luas, yaitu: (1) foto/gambar, (2) kelompok besar (klasikal), kelompok
sketsa, (3) diagram, (4) bagan (chart), kecil, atau pembelajaran individual
(5) grafik (graphs), (6) kartun, (7) (belajar mandiri). Pola-pola
poster, (8) peta dan globe, (9) papan pembelajaran ini akan dapat

123
123
70 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
menentukan metode dan alat atau datang (kronologis), (7) dari dalil ke
media pengajaran yang digunakan. contoh atau sebaliknya, (8) dari
Misalnya bila pembelajaran yang pengindraan ke pemikiran, dll.
dilaksanakan bersifat klasikal atau (Miarso, 2004).
kelompok besar, maka metode yang
tepat adalah ceramah; sedangkan 4. Kriteria Pemilihan Strategi
media yang digunakan dapat berupa Pembelajaran
papan tulis, gambar, audio kaset atau Pemilihan strategi pembelajaran pada
radio, program video pembelajaran. dasarnya membandingkan antara satu
jenis strategi pembelajaran dengan jenis
Kemudian bila pembelajaran yang strategi pembelajaran yang lain
akan dilaksanakan dalam bentuk berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria,
kelompok kecil, maka metode yang tolok ukur atau standar adalah sesuatu
tepat adalah diskusi kelompok, ukuran yang digunakan sebagai patokan
penugasan kelompok, kerja atau batas minimal untuk memilih
kelompok, simulasi, dialog dan sesuatu. Oleh karena itu, setiap pemilihan
sebagainya. Apa bila pembelajaran strategi pembelajaran diperlukan kriteria
yang akan dilaksanakan bersifat sebagai acuan atau patokan.
individual, maka metode yang tepat
adalah tutorial, bimbingan individual, Pemilihan strategi pembelajaran dapat
tugas mandiri dan lain-lain. dilakukan berdasarkan pertimbangan
atau kriteria: (a) tujuan belajar, yaitu jenis
Dasar pertimbangan utama dalam dan jenjangnya; (b) materi atau isi
memilih metode dan media pelajaran, yaitu sifat, kedalaman dan
pembelajaran adalah kompetensi/ banyaknya; (c) peserta didik, yaitu latar
tujuan pembelajaran. Apabila belakang, motivasi, gaya belajar serta
kompetensi dasarnya adalah peserta kondisi fisik dan mentalnya; (d) tenaga
didik dapat mengucapkan nama kependidikan yaitu jumlah, kualifikasi, dan
makanan dan minuman dengan lafal kompetensinya; (e) waktu, yaitu lama dan
yang benar, maka metodenya adalah jadwalnya; (f) sarana yang dapat
pemberian tugas atau latihan. dimanfaatkan, dan (g) biaya (Miarso,
Kegiatan pembelajarannya dapat 2004).
menggunakan gambar realita untuk
memperkenalkan nama makanan Menurut Mayer, beberapa kriteria yang
dan minuman. Kemudiaan, peserta dapat digunakan dalam memilih strategi
didik dilatih untuk mengucapkan kosa pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
kata baru dan berlatih mengeja kosa a. Berorientasi pada tujuan
kata baru yang dikenalkan. pembelajaran.
Tipe perilaku apa yang diharapkan
Selain urutan kegiatan pembelajaran dapat dicapai oleh peserta didik.
seperti diuraikan di atas, yang perlu Misalnya peserta didik mampu
diperhatikan adalah urutan belajar, menyusun bagan analisis
yaitu penahapan materi pembelajaran instruksional. Maka strategi
yang akan diberikan kepada peserta pembelajaran yang paling efektif
didik agar lebih mudah dipahami. adalah metode pemberian tugas dan
Kemungkinan urutannya adalah: (1) latihan praktik langsung.
dari yang mudah ke yang sukar, (2) b. Pilih metode dan teknik pembelajaran
dari yang sudah diketahui ke hal yang yang sesuai dengan keterampilan
baru, (3) dari yang kongkret ke yang yang diharapkan dapat dimiliki
abstrak, (4) dari yang sederhana ke peserta didik saat bekerja nanti
yang rumit (kompleks), (5) dari (berorientasi pada dunia kerja).
keseluruhan ke rincian atau bagian, Misalnya kompetensi dasarnya,
(6) dari permulaan sampai akhir, (g) peserta didik mampu memprogram
dari yang lampau ke yang akan data komputer (programmer).
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 71
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Dengan demikian metode yang paling dimensi meliputi enam jenjang mulai
tepat adalah praktikum, analisis kasus mengingat sampai mencipta. Oleh
atau pemecahan masalah (problem karena itu setiap jenis pengetahuan
solving). membutuhkan strategi pembelajaran
c. Gunakan media pembelajaran yang tertentu untuk mencapainya.
sebanyak dan sevariasi mungkin Misalnya pengetahuan yang bersifat
untuk memberikan rangsangan pada verbal akan efektif bila menggunakan
semua indra peserta didik. Misalnya strategi ekspositori (penjelasan), dan
salah satu cara yang khusus sebagainya. Namun, yang perlu
digunakan untuk mengetahui diperhatikan tidak ada satupun
kebutuhan jenis media dan bahan strategi pembelajaran cocok untuk
belajar dalam suatu kurikulum yaitu semua jenis pengetahuan.
melalui identifikasi kurikulum. Dari c. Kesesuaian strategi pembelajaran
kegiatan identifikasi ini akan diketahui dengan sasaran, misalnya siapakah
materi mana yang membutuhkan peserta didik yang akan
media video dan materi mana yang menggunakan strategi pembelajaran,
membutuhkan media dan bahan bagaimana karakteristiknya, berapa
belajar lain untuk mencapai jumlahnya, bagaimana latar belakang
kompetensinya. Dengan demikian pendidikan, sosial ekonominya,
tidak lagi terjadi kesalahan dalam bagaimana motivasi, minat dan gaya
pemilihan media dan bahan belajar belajarnya. Adapun karakteristik
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang perlu diperhatikan
materi pembelajaran tertentu. yaitu: 1) karakteristik atau keadaan
Misalnya ada sub-pokok bahasan yang berkenaan dengan kemampuan
yang efektif dicapai dengan media awal atau “prerequisite skill” seperti :
audio, sedangkan sub-pokok kemampuan intelektual, kemampuan
bahasan lain-nya menggunakan berpikir, dan kemampuan gerak atau
media televisi atau video, atau psychomotor skills; 2) karakteristik
menggunakan jenis media lainnya yang berhubungan dengan latar
(Mayer, 1977). belakang dan status sosial
kebudayaan (sosiocultural); 3)
Pelilihan strategi pembelajaran yang karakteristik yang berkenaan dengan
efektif merupakan keterampilan yang perbedaan-perbedaan kepribadian,
harus dimiliki oleh seorang guru. Oleh seperti: sikap, perasaan, perhatian,
karena itu, pelilihan strategi pembelajaran minat, motivasi dan sebagainya.
harus memperhatikan kriteria, yaitu: d. Beaya, penggunaan strategi
a. Kesesuaian strategi pembelajaran pembelajaran dimaksudkan untuk
dengan tujuan atau kompetensi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi
maksudnya setiap tujuan apakah pembelajaran. Apa artinya bila
masuk dalam kawasan koknitif, menimbulkan pemborosan. Oleh
afektif, psikomotor pada hakekatnya karena itu berapa beaya yang
dapat menggunakan strategi diperlukan untuk membuat, membeli
pembelajaran tertentu untuk atau menyewa media tersebut terlalu
mencapainya. Oleh karena itu dalam mahal atau terlalu murah untuk
menentukan strategi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan yang
harus mengacu pada kata kerja yang diharapkan.
digunakan sebagai indikatornya. e. Kemampuan strategi pembelajaran,
b. Kesesuaian strategi pembelajaran untuk belajar individual (belajar
dengan jenis pengetahuan, mandiri), kelompok kecil (kooperatif,
maksudnya secara konseptual materi kolaboratif, dll), kelompok besar atau
pelajaran dibagi dalam beberapa klasikal (konvensional).
jenis pengetahuan, misalnya verbal, f. Karakteristik strategi pembelajaran
visual, konsep, prinsip, proses, yang bersangkutan, apa kelebihan
prosedural dan sikap. Selain itu dan kekurangannya, bagaimana

123
123
72 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
karakteristiknya, bagaimana pengetahuan, dan sikap serta yang
kemampuan strategi pembelajaran membuat peserta didik senang (Dick
dalam menyajikan informasi, dan & Reiser, 1989). Pembelajaran yang
sebagainya. Artinya tergantung pada efektif memudahkan peserta didik
masalah yang berkaitan dengan mata untuk belajar sesuatu yang
pelajaran dan gabungan di antaranya. bermanfaat, seperti: fakta,
Misalnya dapat menggunakan keterampilan, nilai, konsep, cara
pendekatan pembelajaran tematik, hidup serasi dengan sesama, atau
pembelajaran pemecaan masalah, sesuatu hasil belajar yang diinginkan.
pembelajaran inkuiri, belajar
menemukan, dan sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran
g. Waktu, berapa lama waktu yang yang efektif adalah suatu
diperlukan untuk melaksanaan pembelajaran yang memungkinkan
strategi pembelajaran yang dipilih, peserta didik untuk dapat belajar
berapa lama waktu yang tersedia dengan mudah, menyenangkan, dan
untuk menyajikan materi tersebut, dapat tercapai tujuan pembelajaran
dan sebagainya. sesuai degan harapan (Sutikno,
2007).
5. Efektivitas Pembelajaran
a. Pengertian dan Prinsip-prinsip b. Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran Ada beberapa ciri pembelajaran yang
Sesuatu kegiatan dikatakan efektif efektif, yaitu: (1) peserta didik menjadi
bila kegiatan itu dapat diselesaikan pengkaji yang aktif terhadap
pada waktu yang tepat dan mencapai lingkungannya melalui
tujuan yang diinginkan. Efektivitas mengobservasi, membandingkan,
menekankan pada perbandingan menemukan kesamaan-kesamaan
antara rencana dengan tujuan yang dan perbedaan-perbedaan serta
dicapai. Oleh karena itu efektivitas membentuk konsep dan generalisasi
pembelajaran sering kali diukur berdasarkan kesamaan-kesamaan
dengan tercapainya tujuan yang ditemukan, (2) guru
pembelajaran, atau dapat pula menyediakan materi sebagai fokus
diartikan sebagai ketepatan dalam berpikir dan berinteraksi dalam
mengelola suatu situasi. pelajaran, (3) aktivitas-aktivitas
peserta didik sepenuhnya didasarkan
Sedangkan pembelajaran yang pada pengkajian, (4) guru secara aktif
efektif adalah yang menghasilkan terlibat dalam pemberian arahan dan
belajar yang bermanfaat dan tuntunan kepada peserta didik dalam
bertujuan bagi peserta didik, melalui menganalisis informasi, (5) orientasi
pemakaian prosedur yang tepat pembelajaran penguasaan isi
(Miarso, 2004). Pengertian ini pelajaran dan pengembangan
mengandung dua indikator, yaitu keterampilan berpikir, serta (6) guru
terjadinya belajar pada peserta didik menggunakan teknik mengajar yang
dan apa yang dilakukan guru. Oleh bervariasi sesuai dengan tujuan dan
karena itu prosedur pembelajaran gaya mengajar guru (Eggen &
yang dipakai oleh guru dan terbukti Kauchak,1998).
peserta didik belajar akan dijadikan
fokus dalam usaha untuk Menurut Wottuba and Wright (1975)
meningkatkan efektivitas menyimpulkan ada tujuh indikator
pembelajaran. yang menunjukkan pembelajaran
efektif, yaitu: (1) pengorganisasian
Pembelajara efektif adalah suatu pembelajaran dengan baik; (2)
pembelajaran yang memungkinkan komunikasi secara efektif; (3)
peserta didik untuk belajar penguasaan dan antusiasme dalam
keterampilan spesifik, ilmu mata pelajaran; (4) sikap positif

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 73
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
terhadap peserta didik; (5) pemberian satuan pendidikan supaya
ujian dan nilai yang adil; (6) diselenggarakan secara interaktif,
keluwesan dalam pendekatan inspiratif, menyenangkan,
pembelajaran; dan (7) hasil belajar menantang, memotivasi peserta didik
peserta didik yang baik (Miarso, untuk berpartisipasi aktif, serta
2004). memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan
c. Implikasi Strategi Pembelajaran kemandirian sesuai dengan bakat,
Terhadap Peningkatan Efektivitas minat, dan perkembangan fisik serta
Pembelajaran psikologis peserta didik (Pasal 19, PP
Konsepsi pembelajaran modern No.19 th 2005 tentang Standar
menuntut peserta didik aktif, Nasional Pendidikan). Dengan
responsif, dan aktif dalam mencari, demikian, proses belajar peserta didik
memilih, menemukan, menganalisis, lebih menarik, menantang,
menyimpulkan, dan melaporkan hasil menyenangkan dan hasilnya
belajarnya. Model pembelajaran bertahan lama dan bermanfaat bagi
semacam ini hanya dapat terlaksana proses belajar lebih lanjut.
dengan baik apabila guru mampu
mengembangkan strategi Berbagai strategi belajar dan
pembelajaran yang efektif. Mengingat pembelajaran yang inovatif, sebagai
terdapat berbagai strategi bentuk aplikasi konsep teknologi
pembelajaran yang dapat digunakan pendidikan, yaitu: belajar berbasis
oleh guru, namun tidak semua sama masalah, belajar berbasis aneka sumber
efektifnya dalam mencapai tujuan (BEBAS), pembelajaran elaboratif,
pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif,
kreativitas guru dalam efektif dan menyenangkan (PAKEM),
mengembangkan dan memilih pembelajaran berbasis Teknologi
strategi pembelajaran yang efektif. Informasi dan Komunikasi (TIK) atau ICT,
seperti e-dukasi net, ASEAN SchoolNet,
Oleh karena itu perlu diciptakan serial televisi ACI (Aku Cinta Indonesia
proses pembelajaran yang =Amir Cici dan Ito), siaran Televisi
menantang dan merangsang otak Edukasi (TVE), dan lain lain.
(kognitif), menyentuh dan
menggerakkan perasaan (afektif),
dan mendorong peserta didik untuk C. PENUTUP
melakukan kegiatan (motorik) serta
bila memungkinkan peserta didik 1. Kesimpulan
mempraktekkan pengetahuan dan a. Pembelajaran adalah proses interaksi
keterampilan dalam suasana konkrit antara peserta didik dengan pendidik
(Soedijarto, 2000). Kegiatan dan sumber belajar pada suatu
pembelajaran dilaksanakan dengan lengkungan belajar. Dengan kata lain
memanfaatkan berbagai sumber merupakan upaya menciptakan
belajar dan memberi kesempatan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.
kepada para peserta didik untuk tidak b. Strategi pembelajaran adalah
saja menerima (reseptif) dan perpaduan dari uraian kegiatan, cara
mengungkapkan (ekspresif), tetapi pengorganisasian materi pelajaran
juga menerapkan apa-apa yang dan peserta didik, peralatan dan
dipelajarinya (aplikatif). Dengan media, serta waktu yang digunakan
demikian, kreativitas guru dalam untuk mencapai tujuan/kompetensi
memilih strategi pembelajaran yang yang telah ditetapkan.
tepat akan berimplikasi pada c. Strategi pembelajaran terdiri dari
peningkatan efektivitas kegiatan empat komponen utama, yaitu: urutan
pembelajaran. kegiatan pembelajaran, metode,
media, dan waktu. Sedangkan
Proses pembelajaran pada setiap
123
123
74 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
menurut Dick and Carey ada 5 minat, dan perkembangan fisik serta
komponen umum strategi psikologis peserta didik.
pembelajaran yaitu: (1) kegiatan
pembelajaran pendahuluan, (2)
penyampaian informasi, (3) DAFTAR PUSTAKA
partisipasi peserta didik (4) tes, dan
(5) kegiatan tindak lanjut. Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan
d. Pembelajara efektif adalah suatu Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
pembelajaran yang memungkinkan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
peserta didik untuk belajar Menengah, Jakarta: BSNP, 2006.
keterampilan spesifik, ilmu Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia
pengetahuan, dan sikap serta yang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
membuat peserta didik senang. Pendidikan Nasional, Jakarta, Biro Hukum
Dengan kata lain pembelajaran yang dan Organisasi Depdiknas, 2003.
efektif adalah suatu pembelajaran Depdiknas., Peraturan Pemerintah RI No. 19
yang memungkinkan peserta didik Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
untuk dapat belajar dengan mudah, Pendidikan, Jakarta, 2005.
menyenangkan, dan dapat tercapai Degeng, Nyoman.S, Paradigma Pendidikan:dari
tujuan pembelajaran sesuai degan Behavioristik ke Konstruktivistik, Bahan
harapan. presentasi, Univ. Negeri Malang, 2007.
e. Indikator pembelajaran efektif, yaitu: Bell Gredler, Margaret E, Belajar dan
(1) pengorganisasian pembelajaran Pembelajaran, Jakarta: Penerbit PT. Raja
dengan baik; (2) komunikasi secara Grafindo Persada bekerjasama dengan PAU-
efektif; (3) penguasaan dan UT, 1994.
antusiasme dalam mata pelajaran; (4) DePorter, Bobbi, & Hermacki, Mike, Quantum
sikap positif terhadap peserta didik; Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan
(5) pemberian ujian dan nilai yang Menyenangkan, Terj. Alwiyah Abdurrahman,
adil; (6) keluwesan dalam pendekatan Bandung, Penerbit Kaifa, 1992.
pembelajaran; dan (7) hasil belajar Dick, W and Carey, L. The Systematic Design of
peserta didik yang baik. Instruction, New York, Harper Collion
Publishers, 1994.
2. Saran-Saran Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi
a. Pemilihan strategi pembelajaran Pendidikan, Jakarta: Penerbit Prenada Media,
supaya berdasarkan pada kriteria: (1) 2004.
tujuan belajar, yaitu jenis dan More, Kenneth D., Effective Instructional
jenjangnya; (2) materi atau isi Strategies; From Theory to Practice, London:
pelajaran, yaitu sifat, kedalaman dan SAGE Publications, 2005.
banyaknya; (3) peserta didik, yaitu Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, Anung Haryono,
latar belakang, motivasi, gaya belajar Hardjito, Media Pendidikan, Pengertian,
serta kondisi fisik dan mentalnya; (4) Pengembangan dan Pemanfaatannya,
tenaga kependidikan yaitu jumlah, Jakarta: Penerbit CV. Rajawali, 1986.
kualifikasi, dan kompetensinya; (5) Seels, Barbara B. & Richey, Rita C., Instructional
waktu, yaitu lama dan jadwalnya; (6) technology, The definition and domains of the
sarana yang dapat dimanfaatkan, dan field, Terjemahan Dewi S Prawiradilaga, R.
(7) biaya. Rahardjo, Yusufhadi Miarso, Jakarta: Penerbit
b. Proses pembelajaran pada setiap IPTPI & LPTK, 2000.
satuan pendidikan supaya Suparman, M. Atwi, Desain Instruksional, Jakarta:
diselenggarakan secara interaktif, Pusat Penerbitan universitas Terbuka, 2004.
inspiratif, menyenangkan, Soedijarto, Pendidikan Nasional, Sebagai
menantang, memotivasi peserta didik Wahana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
untuk berpartisipasi aktif, serta dan Membangun Peradaban Negara-
memberikan ruang yang cukup bagi Bangsa, Sebuah Usaha Memahami Makna
prakarsa, kreativitas, dan UUD 1945, Jakarta: Penerbit CINAPS, 2000.
kemandirian sesuai dengan bakat,

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 75
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Sutikno, M. Sobry, Menggagas Pembelajaran
Efektif dan Bermakna, Mataram: NTP Pres,
2007.
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, Jakarta: Penerbit PT. Bumi
Aksara, 2007.
Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran,
Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Penerbit
PT. Reneka Cipta, 2008.

123
123
76 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
STRATEGI PEMBELAJARAN
UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT)

Oleh: Waldopo *)

Abstrak

Pada prinsipnya kegiatan pembelajaran dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja dengan
peserta didik yang beraneka ragam. Namun orang lebih banyak mengenal kegiatan pembelajaran
yang berlangsung di bangku-bangku sekolah yang peserta didiknya siswa ataupun di bangku-
bangku kuliah yang peserta didiknya mahasiswa. Padahal masih banyak jenis kegiatan
pembelajaran di luar itu. Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran pada Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat). Diklat pada umunnya diikuti oleh orang dewasa tentu memerlukan strategi
tersendiri. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah ataupun di bangku kuliah, hubungan antara
guru/dosen dengan peserta didiknya pada umumnya masih dianggap “central”. Guru/dosen
cenderung masih “ditakuti” oleh siswa/mahasiswa. Para siswa/mahasiswa pada umunya
cenderung tidak berani berbeda pendapat dengan guru/dosennya walaupun kadangkala ilmu
guru/dosen nya sudah ketinggalan jaman. Di sisi lain, guru/dosen cenderung dihinggapi sikap
“arogansi” intelektual, di mana ia merasa lebih tahu, lebih pintar dan tidak mau dikritisi oleh
siswa/mahasiswanya. Berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada Diklat, hubungan antara
instruktur dengan peserta diklat merupakan hubungan yang sejajar dan hubungan yang lebih
bersifat kemitraan. Pada Diklat lebih banyak dibutuhkan strtategi pembelajaran untuk orang
dewasa (andragogi). Agar kegiatan Diklat dapat berhasil dengan baik, dibutuhkan strategi
pembelajaran yang berbeda dengan strategi pembelajaran untuk anak sekolah ataupun untuk
mahasiswa. Salah satu strategi yang harus diperhatikan adalah membuat peserta Diklat ikut
terlibat aktif di dalamnya (involve) secara penuh. Instruktur bukan hanya dituntut untuk pandai
menyampaikan materi Diklat dengan baik, tetapi juga dituntut untuk pandai membuat peserta
Diklat terlibat aktif (involve) di dalamnya, sehingga peserta Diklat menjadi enjoy dan terinspirasi
untuk menemukan sesuatu yang baru. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran pada Diklat yaitu: memberi kesempatan kepada peserta
Diklat untuk aktif, menciptakan kondisi sehingga tumbuh sikap saling menghormati (antara
instruktur dengan instruktur; antara peserta dengan peserta; dan antara peserta dengan instruktur),
menghargai perbedaan pendapat, pihak instruktur dan pengelola memfasilitasi terjadinya
penemuan, menghindari hal-hal yang bersifat ancaman, dan adanya keterbukaan.

Kata Kunci:Strategi pembelajaran, pendidikan dan pelatihan (Diklat) dan


prinsip-prinsip pembelajaran pada Diklat.

*) Drs. Waldopo, M.Pd., adalah tenaga peneliti pada Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
Departemen Pendidikan nasional.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 77
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
A. PENDAHULUAN siswa/mahasiswa dengan guru/dosen lebih
Pada prinsipnya kegiatan pembelajaran itu bersifat vertikal dimana guru/dosen sebagai
dapat berlangsung di mana saja dan kapan sentralnya; maka pada Diklat hubungan
saja dengan peserta didik yang beraneka antara Instruktur dengan peserta Diklat lebih
ragam, namun umumnya orang lebih merupakan hubungan yang bersifat
mengenal kegiatan pembelajaran yang horizontal, hubungan sejajar dan hubungan
berkangsung di bangku-bangku sekolah yang bersifat kemitraan. Berdasarkan
ataupun di bangku-bangku kuliah. Padahal analisis/pemikiran tersebut, maka untuk
masih banyak kegiatan pembelajaran yang kegiatan Diklat diperlukan strtategi
berlangsung di luar itu, salah satunya adalah pembelajaran tersendiri yang tentunya tidak
kegiatan pembelajaran pada Pendidikan dan sama dengan strategi kegiatan pembelajaran
Pelatihan (Diklat). di sekolah ataupun strategi pembelajaran di
bangku sekolah maupun di bangku kuliah.
Hubungan antara siswa/mahasiswa dengan
guru/dosen dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah/di bangku kuliah (hingga saat ini) B. Perumusan Strategi Pembelajaran
pada umunya guru/dosen sebagai sentralnya. Kalau mau jujur, di era sekarang ini, profesi
Guru/dosen cenderung masih “ditakuti” oleh dari jenis apapun orang tidak bisa
siswa/mahasiswanya. Para siswa/mahasiswa melepaskan diri dari masalah Pendidikan dan
pada umunya cenderung tidak berani Pelatihan (Diklat). Diklat biasanya diperlukan
berbeda pendapat dengan guru/dosennya untuk meningkatkan kompetensi seseorang.
walaupun kadangkala guru/dosen ilmunya Diklat juga diperlukan dalam mempersiapkan
sudah ketinggalan jaman. seseorang dalam memasuki dunia baru.
Dunia baru di sini bisa berupa masalah
Di sisi lain guru/dosen cenderung dihinggapi pekerjaan, sosial-budaya, sosial - politik,
sikap “arogansi” intelektual, di mana ia kondisi geografis, sistem/tata-kehidupan baru
merasa lebih tahu, lebih pintar dan tidak mau dan lain-lain. Kegiatan Pendidikan dan
dikritisi oleh siswa/mahasiswanya. Padahal Pelatihan (Diklat) yang biasanya diikuti oleh
di era perkembangan teknologi informasi dan orang dewasa, memerlukan strtategi
komunikasi yang begitu spectakuler pada pembelajaran tersendiri yang tentunya
saat ini, bukanlah hal yang mustahil jika berbeda (tidak sama) dengan strategi
pengetahuan siswa/mahasiswa lebih up to pembelajaran yang diterapkan untuk anak-
date dibandingkan dengan guru/dosennya. anak usia sekolah. Ia lebih memerlukan
strtategi pembelajaran untuk pendidikan
Hal tersebut di atas sangat mungkin terjadi orang dewasa (Andragogi).
jika guru/dosen dalam mengajarnya
bersumber dari buku-buku, literatur dan Siapapun yang berkepentingan/berkeingian
catatan-catatan kuliah yang mereka dapatkan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan
ketika berada di bangku kuliah dulu, pelatihan (DIKLAT), maka merencanakan/
sementara siswa/mahasiswanya sudah menentukan Strategi Pembelajaran
melanglang jauh ke dunia maya; mereka merupakan salah satu langkah yang harus
menggali berbagai informasi dengan dilakukan sebelum Diklat tersebut benar-
broushing dari internet/intranet, melakukan benar dilaksanakan di lapangan. Suparman,
chatting dan e-mail dengan berbagai pakar mendiskripsikan perumusan strategi
di seluruh dunia dan sebagainya. Kondisi pembelajaran dilakukan setelah Analisis
demikian jelas dapat diprediksi bahwa Kebutuhan, Analisis Kharakteristik peserta
pengetahuan siswa/mahasiswa tentu akan Diklat, Analisis intruksional, dan Perumusan
lebih up to date atau bahkan mungkin lebih tujuan Diklat (Suparman, 2001) .
lengkap dari pada pengetahuan guru/
dosennya. Sehubungan dengan masalah pemilihan
metode dan strategi pembelajaran, William
Berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada Arthur Ward (http://bostonworks boston.com/
Diklat, jika kegiatan pembelajaran pada honnorrol/) menyampaikan pesan penting
sekolah/perguruan tinggi hubungan antara yang perlu menjadi perhatian para
123
123
78 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
perancang, pelaksana ataupun pengelola (meskipun tidak bisa dipungkiri adanya faktor-
Diklat. Pesan tersebut adalah sebagai berikut: faktor lain yang turut menentukan
The mediacre teacher tells, keberhasilan seperti sarana dan prasarana).
The good teacher explains,
The superior teacher demonstrates, and Instruktur dapat melibatkan peserta didik
The great teacher inspires. dalam berbagai hal misalnya peserta Diklat
diminta untuk menjawab/menjelaskan
Ward membuat empat kategori untuk seorang pertanyaan-pertanyaan yang muncul,
guru atau instruktur dalam melaksanakan melakukan pemecahan masalah (problem
kegiatan pembelajarannya (menyajikan solving), mengerjakan tugas, mempraktekkan
materi Diklat untuk pesertanya; Pen.) yaitu atau mengaplikasikan teori yang diperoleh
instruktur yang biasa-biasa saja (mediacre), dalam pekerjannya sehari hari dan lain-lain.
instruktur yang baik (good), instruktur yang Keberhasilan kegiatan pembelajaran
pintar (superior) dan instruktur yang luar biasa ditentukan oleh seberapa besar, seberapa
(great). banyak dan seberapa jauh pengetahuan/
keterampilan yang disampaikan dalam
Instruktur yang biasa-biasa saja adalah kegiatan pembelajaran dapat diserap dan
instruktur yang cara mengajarnya/cara diplikasikan oleh peserta Diklat.
menyajikan materi Diklatnya dengan memberi
tahu (tells), instruktur yang baik adalah Secara garis besar ada lima komponen
instruktur yang cara mengajarnya/cara perumusan Strategi Pembelajaran yang
menyajikan materi Diklatnya dengan harus dilakukan oleh seorang intruktur dalam
memberikan penjelasan (explains), instruktur menyampaikan materi Diklat dalam kegiatan
yang pintar adalah instruktur yang mampu pembelajarannya. Lima komponen tersebut
mendemonstrasikan materinya kepada adalah: pendahuluan, penyajian materi
peserta Diklat. Sedangkan Instruktur yang pembelajaran, membangkitkan partisipasi
luar biasa adalah instruktur yang mampu peserta Diklat, serta memberikan tes dan
memberikan inspirasi/ilham bagi para peserta tindak lanjut. Secara lebih rinci penjelasan
Diklatnya sehingga peserta Diklat dapat dari lima komponen tersebut adalah sebagai
mengembangkannya sendiri atau berikut:
menemukan sesuatu yang baru.
1. Pendahuluan
Di bagian lain Ward juga mengatakan (http:// Dalam fase pendahuluan setidaknya ada
en.thinkexist.com): tiga hal yang perlu dilakukan oleh
Tell me and I’ll forget instruktur yaitu menginformasikan tentang
Show me and I may remember tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Involve me and I’ll understand mendiskusikan pentingnya kompetensi
yang akan dikuasai dan memberikan
Ucapan tersebut (secara bebas) kurang appersepsi (pengaitan antara
lebihnya dapat diterjemahkan sebagai berikut: kompetensi/pengetahuan yang telah
Katakan padaku dan aku akan dikuasai peserta Diklat dengan materi
melupakannya yang akan disajikan).
Tunjukkan padaku dan aku mungkin
dapat mengingatnya Pada bagian pendahuluan, tujuan
Libatkan aku, maka aku akan pembelajaran berikut manfaat yang akan
memahaminya. diperoleh para peserta Diklat (setelah
menguasai kompetensi) perlu
Jadi kesimpulannya, disamping motivasi dan diberitahukan sebelum dilakukan
kesungguhan peserta, tingkat keberhasilan penyajian materi. Dengan adanya
suatu kegiatan pembelajaran (Diklat) akan informasi ini, peserta Diklat diharapkan
banyak tergantung pada seberapa jauh guru/ akan timbul rasa ingin tahu yang tinggi
instruktur melibatkan peserta didik/Diklat sehingga termotivasi untuk belajar lebih
dalam dalam proses pembelajaran itu sendiri; giat dan lebih serius.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 79
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Di samping itu. mereka juga akan kegiatan pembelajaran akan diketahui
terkondisikan tentang kesiapan setelah membandingkan antara hasil pre
mentalnya untuk menyerap materi yang test dengan hasil post test.
akan mereka pelajari. Mereka dapat
menyiapkan berbagai permasalahan atau 2. Penyajian materi Pembelajaran/
pertanyaan yang akan ditanyakan guna Diklat
memperoleh jawabannya, melakukan Langkah berikutnya adalah penyajian
klarifikasi, memberikan usulan-usulan materi pembelajaran (materi Diklat).
dan sebagainya, termasuk di dalamnya Penyajian materi Diklat dapat dilakukan
kesiapannya untuk membuka situs-situs dengan berbagai metode, misalnya
guna melakukan browshing di dunia melalui metode ceramah, diskusi/tanya
maya (internet). Penyampaian informasi jawab, demonstrasi, problem solving,
tentang tujuan Diklat tersebut misalnya praktikkum atau gabungan dari berbagai
dapat Anda lakukan dengan cara: metode tersebut. Apapun metode yang
“Saudara-saudara setelah mengikuti dipilih, jika instruktur menginginkan
sajian ini dengan serius dan mengerjakan adanya hasil yang maksimal dalam
tugas-tugas yang diberikan dengan baik, kegiatan pembelajaran yang mereka
maka Anda akan dapat . ... “. laksanakan, maka keberadaan media
“Dengan penguasaan kompetensi pembelajaran mutlak diperlukan. Sebagai
tersebut, coba kira-kira manfaat apa saja contoh jika materi pembelajarannya
yang Anda dapatkan terutama dalam berhubungan dengan masalah suara
menunjang keberhasilan karir Anda (seperti mengajarkan bahasa, seni musik,
(PESERTA DIKLAT DIMINTA MENCOBA seni suara, aneka suara binatang,
MENGURAIKAN JAWABANNYA). membedakan antara bunyi mesin yang
bagus dengan bunyi mesin yang
Hal yang lain yang perlu disampaikan bermasalah dan lain-lain), maka tentu
dalam langkah pendahuluan adalah diperlukan adanya media audio/radio.
pemberian appersepsi. Appersepsi
dimaksudkan untuk mengaitkan Jika materi pembelajarannya
pengetahuan atau keterampilan yang berhubungan dengan masalah proses
telah dimiliki peserta Diklat dengan (seperti proses terjadinya batu bara,
pengetahuan/keterampilan baru yang proses terjadinya minyak bumi, proses
akan mereka pelajari. Dengan adanya terjadinya perubahan warna, proses
appersepsi, peserta Diklat diharapkan terjadinya transaksi perbankan dan lain-
dapat mengaitkan hubungan antara lain), maka diperlukan adanya media
pengetahuan/keterampilan yang dimilki pembelajaran yang berupa video/televisi
dengan pengetahuan/ keterampilan baru atau film. Jika materi pembelajarannya
yang akan dipelajari. Dengan demikian berhubungan dengan masalah rumus
peserta Diklat diharapkan akan menjadi atau formula, cara membuktikan
lebih mudah untuk menyerap/memahami kebenaran suatu rumus, contoh-contoh
materi pembelajaran baru. penyelesaian soal dengan menggunakan
rumus seperti dalam pelajaran
Selain menginformasikan tujuan dan Matematika, maka hal tersebut perlu
memberikan appersepsi, kegiatan lain ditunjang dengan media cetak atau media
yang dapat dilakukan dalam fase transparansi atau media power point. Jika
pendahuluan adalah memberikan pre materinya tentang perkembangan terkini
test. Hasil pre test nantinya akan dapat dari suatu bisnis seperti perkembangan
dijadikan tolok ukur (indicator) untuk harga saham, nilai mata uang asing dan
mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan lain-lain, maka perlu ditunjang oleh media
pembelajaran yang telah dilaksanakan. televisi atau media lain yang berbasis
Seberapa besar tingkat keberhasilan internet (online media base).

123
123
80 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
3. Membangkitkan partisipasi
peserta Diklat Cara lain yang dapat dilakukan instruktur
Membangkitkan partisipasi peserta Diklat untuk mengaktifkan peserta Diklat adalah
erat kaitannya dengan nasehat Ward: dengan mengajukan pertanyaan-
involve me and I’ll understand seperti pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang telah penulis kutip pada awal tulisan pembelajaran yang akan disampaikan
ini. Intinya bahwa kegiatan pembelajaran atau bisa juga mereka diminta untuk
yang bagus adalah kegiatan menceritakan pengalaman-
pembelajaran yang banyak melibatkan pengalamannya dalam mengatasi
peserta Diklat, “Involve me I’ll understand” permasalahan yang mereka temui.
kata Ward. Sebagai contoh jika materi pembelajaran
yang akan disampaikan tentang Cara
Banyak yang dapat dilakukan instruktur Mengatasi Kredit Macet Dalam Dunia
untuk mengangaktifkan peserta didik Perbankan, maka instruktur dapat
dalam kegiatan Diklat. Salah satunya meminta satu atau dua peserta Diklat
adalah melalui teknik problem solving. yang telah memiliki pengalaman dalam
Setelah memperoleh penjelasan menangani kredit macet.
seperlunya serta prinsip-prinsip atau
rumus-rumus atau formula-formula yang Contoh lainnya (untuk Diklat Bidan Desa),
dapat dijadikan dasar dalam jika materi yang akan disampaikan
memecahkan masalah, maka peserta tentang cara membantu Ibu yang
Diklat perlu diberikan permasalahan dan melahirkan bayi sungsang, maka
diminta untuk mencarikan jalan instruktur perlu bertanya kepada peserta
keluarnya. Peserta Diklat diminta untuk Diklat, “Apakah ada di antara mereka
membentuk kelompok guna yang pernah membantu menangani
mendiskusikan permasalahan yang kelahiran sungsang?” dan sebagainya.
diberikan untuk dicarikan jalan keluarnya. Mereka diminta untuk menceritakan
pengalamannya. Sementara yang lainnya
Selanjutnya masing-masing kelompok diminta untuk memperhatikan,
diminta untuk mempresentasikan mengklarifikasi, mempertanyakan dan
hasilnya untuk memperoleh masukan dari jika diperlukan mengkritisinya. Peserta
rekan-rekan peserta Diklat lainnya. Diklat yang menyajikan/menceriterakan
Apapun yang dihasilkan oleh kelompok, pengalamannya tentu diberi kesempatan
instruktur seyogyanya memberikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan,
appresiasi (penghargaan) atas usaha memberikan klarifikasi ataupun
yang telah mereka lakukan. Instruktur memberikan penjelasan terhadap
dianjurkan untuk tidak mencerca atau pendapat teman-teman yang
menyalahkan pendapat tersebut secara mengkritisinya, barulah pada gilirannya
langung, meskipun pndapatnya itu salah. instruktur untuk memberikan komentar
Akan bijaksana jika instruktur dan menyampaikan materi yang telah
menunjukkan kelebihan-kelebihannya direncanakan untuk disampaikan.
terlebih dahulu, kemudian kelemahan-
kelemahannya dan selanjutnya Cara pengaktifan lainnya bisa dilakukan
mamberikan alternatif untuk mengatasi dengan meminta peserta Diklat untuk
kelemahan-kelemahannya tersebut. mempraktikkan secara kelompok atau
Dengan demikian diharapkan peserta secara bergiliran satu persatu di bawah
Diklat akan terinspirasi untuk menemukan pengawasan/bimbingan instruktur. Hal ini
sendiri jalan keluar yang terbaik dengan dilakukan tentunya setelah peserta Diklat
menyesuaikan situasi dan kondisi yang memperoleh penjelasan tentang dasar-
ada, dengan tanpa merasa disalahkan dasar teori yang cukup ataupun prinsip-
secara langsung. Inilah salah satu bentuk prinsip yang mendasarinya.
dari penerapan teori Ward yang
mengatakan The great teacher inspires.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 81
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
4. Memberikan Tes setelah mengikuti pembelajaran di kelas.
Untuk mengetahui sejauh mana peserta Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk
Diklat telah menguasai/menyerap materi memperluas, memperdalam dan
pembelajaran (Diklat) yang telah mereka menyempurnakan pengetahuan dan
pelajari, maka kepada mereka perlu keterampilan yang diperoleh peserta
diberikan tes. Soal–soal tes dapat Diklat. Hanya dengan cara yang
menggunakan soal-soal yang sudah ada, demikian maka tujuan Diklat yang
namun instruktur juga diperbolehkan sebenarnya akan dapat dicapai.
untuk mengembangkan soal-soal sendiri.
Yang penting soal-soal yang Kegiatan tindak lanjut bisa berupa tugas
dikembangkan hendaknya mengacu untuk brosing atau melakukan pencarian
pada tujuan atau indikator-indikator informasi di dunia maya (internet),
(komptensi yang ingin dicapai) dari melakukan wawancara dengan pakar
kekegiatan pembelajaran yang telah atau dengan orang-orang yang memiliki
dirumuskan. Selain itu seluruh indikator pengalaman nyata (wawancara
yang ada harus terwakili. Jadi jika ada 4 langsung, melalui e-mail, melalui
indikator, maka keempat-empatnya harus telephone, melalui chatting, dan lain-lain),
terwakili. Tidak boleh jika soal-soal yang menonton tayangan televisi atau VCD,
disusun hanya mengukur keberhasilan praktik di laboratorium atau praktik di
indikator 1 dan 2, atau terbatas pada lapangan dan lain-lain. Di bawah supervisi
indikator 1, 2 dan 3, atau terbatas indikator instruktur atau tutor atau fasilitator
2, 3 dan 4 dan seterusnya. ditunjuk, mereka diminta untuk
melakukan praktikkum di laboratorium,
Karena keterbatasan waktu (jam/session praktek langsung di lapangan dan
yang disediakan) mungkin instruktur melaporkan hasilnya kepada instruktur.
hanya mampu mengukur faktor kognitif Hasil enugasan-penugasan tindak lanjut
dan problem solving yang bersifat teoritis ini hendaknya menjadi salah satu faktor
saja; namun hal ini tidaklah masalah yang dijadikan pertimbangan dalam
karena faktor-faktor lain seperti yang melakukan penilaian terhadap
berhubungan praktikkum, yang harus keberhasilan peserta Diklat dalam
dipraktekkan, cara mengatasi berbagai mengikuti kegiatan pembelajaran.
kasus dan hal-hal lain yang bersifat
psikomotor, dapat dites melalui
penugasan yang berupa kegiatan tindak C. PRISIP-PRINSIP YANG PERLU
lanjut. Dengan demikian penilaian tidak DIPERHATIKAN DALAM
hanya didasarkan pada hasil tes yang PEMEILIHAN METODE DAN
bersifat kognitif, tetapi dari penugasan- PERUMUSAN STRATEGI
penugasan ataupun hasil-hasil lainnya PEMBELAJARAN DIKLAT
yang relevan dalam bentuk portofolio. Pemilihan metode dan perumusan strategi
pembelajaran dalam kegiatan Diklat tentu
5. Tindak Lanjut erat kaitannya dengan masalah pendidikan
Kegiatan pembelajaran tidak boleh dan pembelajaran untuk orang dewasa
berhenti atau hanya terbatas di ruang (andragogi). Strategi pembelajaran untuk
kelas/di ruang Diklat. Karena pada orang dewasa jelas berbeda dengan strategi
prinsipnya yang namanya belajar yang pembelajaran untuk anak-anak usia Sekolah
sesungguhnya (the real learning) itu tidak Dasar ataupun anak-anak usia remaja.
dapat dilaksanakan hanya sebatas di Penggunaan metode ceramah secara terus-
ruang kelas/diklat. Kegiatan tersebut menerus (dari awal sampai akhir) tentulah
harus ditindak lanjuti hingga di luar kelas. tidak tepat. Disamping membuat peserta
The real learning dapat berlangsung di Diklat cenderung pasif, penggunaan metode
mana saja dan kapan saja. Berdasarkan ceramah secara terus menerus juga akan
pertimbangan ini, para instruktur harus membuat peserta Diklat menjadi bosan dan
memikirkan tugas-tugas relevan apa saja ngantuk. Kalau sudah demikian keadaannya,
yang harus dilaksanakan peserta Diklat maka kegiatan pembelajaran sudah
cenderung tidak effektif lagi.
123
123
82 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
kesempatan untuk menjawab pertanyaan
Penggunaan metode ceramah secara terus- (baik yang berasal dari instruktur maupun
menerus juga akan membuat peserta Diklat pertanyaan yang berasal dari sesama
cenderung pasif. Selama kegiatan peserta), diberi kesempatan untuk
pembelajaran peserta Diklat akan cenderung mengemukakan pendapatnya,
untuk sekedar mendengarkan, mencatat dan mendiskusikan berbagai masalah yang
menerima materi apa saja yang disampaikan dihadapi, dan lain-lain.
oleh instrukturnya. Kegiatan pembelajaran
yang demikian tentu akan membuat peserta 2. Saling menghormati
Diklat cenderung kurang aktif berpartisipasi Keaktifan peserta Diklat dalam kegiatan
atau menurut istilahnya Ward menjadi kurang pembelajaran akan tercipta dengan
involve dalam proses pembelajaran. sebaik-baiknya dan sewajar-wajarnya jika
di dalamnya terjadi sikap saling
Berdasarkan pengalaman penulis, menjadi menghormati dan saling menghargai
instruktur dalam berbagai kegiatan Diklat, pendapat orang lain. Antara peserta
maka ada beberapa hal/prinsip perlu dengan peserta, antara instruktur dengan
diperhatikan para instruktur dalam peserta, antara instruktur dengan
melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk instruktur ataupun dengan pihak
orang dewasa, terutama dalam hal pemberian manajemen pengelola Diklat. Dalam
Diklat. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: kaitan ini, baik pihak instruktur maupun
1. Memberi kesempatan peserta Diklat pihak manajemen dituntut untuk dapat
untuk aktif. menciptakan suasana yang
2. Saling menghormati. memungkinkan terjadinya sikap saling
3. Menghargai perbedaan pendapat. menghormati antara peserta dengan
4. Memfasilitasi terjadinya penemuan. peserta, dan antara instruktur dengan
5. Menghindari hal-hal yang bersifat peserta. Artinya instruktur dengan
ancaman, dan dukungan dari pihak manajemen harus
6. Adanya keterbukaan. dapat memberikan contoh dan
menciptakan situasi yang kondusif untuk
Secara singkat prinsip-prinsip tersebut terjadinya sikap saling menghargai dan
dapat dijelaskan sebagai berikut: menghormati.

1. Memberi kesempatan peserta Jika terjadi hal-hal yang kurang bagus


Diklat untuk aktif atau yang mengarah pada sikap saling
Dalam melaksanakan kegiatan meremehkan atau saling tidak
pembelajaran usahakan agar peserta menghormati, maka instruktur perlu
diklat dapat berpartisipasi aktif dari awal cepat-cepat mengambil kendali,
hingga akhir kegiatan. Berikan mengingatkan sikap yang salah tersebut
kesempatan agar mereka dapat involve dan menunjukkan pada hal-hal/sikap
(terlibat di dalamnya), ikut memecahkan yang sebaiknya dilakukan.
berbagai persoalan yang dihadapi, diberi
kesempatan untuk bertanya, 3. Menghargai perbedaan pendapat
mengemukakan pendapat-pendapatnya, Poin yang ketiga ini erat kaitannya
menjawab pertanyaan (baik pertanyaan dengan poin kedua. Di manapun dan
yang datang dari instruktur ataupun yang kapanpun yang namanya perbedaan
datang dari sesama peserta Diklat) dan pendapat itu pasti akan selalu ditemui,
lain-lain; terutama pada hal-hal yang walaupun untuk hal-hal yang sudah jelas
menyangkut masalah substansi materi. sekalipun. Untuk menciptakan terjadinya
Keaktifan mereka bisa secara individual, situasi yang saling menghargai
namun bisa juga secara kelompok. perbedaan pendapat, maka harus terjadi
sikap saling menghormati satu sama lain.
Untuk mengaktifkan peserta Diklat dapat Hal ini harus dimulai dari instruktur yang
dilakukan dengan berbagai cara misalnya biasanya menjadi figur terdepan dalam
diberi kesempatan untuk bertanya, diberi
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 83
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
kegiatan pembelajaran di kelas. Instruktur bersangkutan jangan langsung
perlu memberikan contoh dalam disalahkan.
menghargai pendapat orang lain
(termasuk pendapat dari peserta Diklat). 4. Memfasilitasi terjadinya
Instruktur perlu mengingatkan jika ada penemuan pada peserta Diklat
orang (peserta Diklat) yang tidak mau Salah satu prinsip yang perlu dipegang
menghargai pendapat teman-temannya. oleh instruktur dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran untuk Diklat
Untuk bisa menghargai perbedaan adalah Students Oriented atau Students
pendapat, maka batas-batas yang berupa Center. Artinya peserta didik atau peserta
senioritas, jenjang pangkat, usia, jabatan, Diklat yang menjadi central (fokus
tingkat pendidikan formal, jenis kelamin, perhatian). Peserta Diklat hendaklah
pengalaman dan lain-lain seyogyanya menjadi subyek dalam kegiatan
dilupakan. Karena jika hal ini tidak pembelajaran dan bukan sebagai obyek.
dilakukan, maka orang akan cenderung
untuk kurang menghargai bahkan Sudah bukan jamannya lagi instruktur
meremehkan pendapat orang lain yang menganggap dirinya sebagai pihak yang
dianggap masih memiliki level di lebih tahu. Apalagi di jaman globalisasi
bawahnya. seperti sekarang ini, orang dapat
mengakses informasi dari bebagai
Sering terjadi di arena Diklat karena yang sumber belajar. Salah satau sumber
berbeda pendapat itu orang yang belajar yang sifatnya tanpa batas
pangkatnya lebih rendah atau usianya (menyediakan informasi tentang apa saja,
lebih muda atau tingkat senioritasnya dapat diakses kapan saja dan di mana
masih berada di bawahnya lantas orang saja) adalah sumber belajar yang
tersebut cenderung meremehkan berbasis on line atau internet.
pendapat orang yang dianggap “levelnya”
lebih rendah tersebut. Dalam kaitan ini Oleh karena itu tidaklah aneh jika
ada baiknya kita simak nasehat bijak dari informasi yang dimiliki peserta Diklat
Sayidina Ali bin Abu Tholib (sahabat barangkali jauh lebih lengkap dan lebih
Rosulullah sekaligus Kholifah atau up to date (baru) jika dibandingkan
Presiden terpilih keempat setelah instrukturnya. Hal ini bisa terjadi bila
wafatnya Rosulullah). Ali bin Abu Tholib instruktur hanya mengandalkan informasi
memberikan nasehat sebagai berikut : dari buku-buku yang ia baca, sementara
“Dengarkanlah apa yang dikatakan, peserta Diklat setiap hari menggali
jangan kau lihat siapa yang mengatakan”. informasi sejenis melalui on line atau
internet.
Untuk bisa menghargai pendapat orang
lain, maka perlu dihindari watak atau sifat Dengan adanya berbagai sumber belajar
yang merasa dirinya paling benar, yang bisa diakses kapan saja dan dimana
sementara peserta lain yang berbeda saja tersebut, maka instruktur perlu lebih
pendapat dianggap salah. Sifat ini perlu memfungsikan dirinya sebagai Facilitator
dijauhi, meskipun hanya di dalam hati. bukan sebagai Guru yang menganggap
Kalaupun toh benar demikian dirinya selalu lebih pintar dari peserta
keadaannya (artinya pendapat tersebut Diklat. Sebagai fasilitator instruktur
menurut pandangan instruktur salah), semata-mata hanya bertugas untuk
maka instruktur harus dapat memberikan membimbing serta memfasilitasi peserta
contoh bagaimana menghargai pendapat Diklat dengan menunjukkan berbagai
orang lain, misalnya dengan meminta sumber informasi atau sumber belajar
klarifikasi, meminta diberikan alasan, latar yang dapat diakses, memfasilitasi
belakang atau duduk permasalahannya ataupun membimbing praktikkum, dan
dan lain-lain, sehingga yang kegiatan lain yang bisa menciptakan
bersangkutan (yang berbeda pendapat) situasi dan kondiei sehingga peserta
tidak merasa diremehkan. Artinya yang Diklat memperoleh pengetahuan dan
123
123
84 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
keterampilan yang diinginkan atau
dengan kata lain peserta Diklat Kegiatan Diklat yang pada umumnya
memperoleh kompetensi sebagaimana diikuti oleh peserta orang dewasa dengan
tuntutan kurikulum, bahkan jika kadar wawasan intelektual yang lebih dari
memungkinkan terciptanya inspirasi cukup, sebaiknya dihindari hal-hal yang
untuk menemukan sesuatu yang baru. berbau ancaman. Mereka akan lebih
mengena jika disentuh hati nuraninya,
5. Menghindari hal-hal yang bersifat dijelaskan latar belakangnya, serta
ancaman dijalaskan alasan – alasannya., dijelaskan
Orang dewasa khususnya para manfaat (benefit) yang akan diperoleh jika
intelektual biasanya kurang menyukai suatu kompetensi mereka kuasai dan
pada hal-hal yang bersifat ancaman. sebagainya.
Kalau toh terjadi ketaatan karena adanya
ancaman, biasanya ketaatannya tersebut 6. Keterbukaan
bersifat semu, artinya ketaatan yang Jiwa besar seorang instruktur sangat
bukan berasal dari hati nurani. Karena dibutuhkan dalam menghadapi peserta
sifatnya semu, maka jika ancaman Diklat yang pada umumnya diikuti oleh
tersebut dianggap sudah tidak ada atau orang dewasa dengan kadar wawasan
ternyata ancaman tidak dilaksanakan, intelektual yang lebih dari cukup. Jiwa
maka mereka akan kembali seperti besar tersebut adalah adanya sifat
semula. keterbukaan. Keterbukaan di sini
terutama dalam masalah substansi
Metode ancaman dalam kegiatan materi pembelajaran yang diajarkan.
pembelajaran mungkin terinspirasi oleh Tidaklah bijak jika dengan alasan takut
teori psikologi assosiasinya yang tersaingi seorang instruktur masih
dikembangkan oleh Ivan Pavlov tentang menyembunyikan suatu pengetahuan/
Reword and Punishment. Dalam keterampilan yang ia ketahui ataupun ia
percobaannya dengan menggunakan kuasai, padahal pengetahuan/
seekor anjing salah satu temuannya Ivan keterampilan tersebut sangat dibutuhkan
Pavlov mengatakan bahwa sesuatu yang oleh peserta Diklat.
mengenakkan (karena reword)
cenderung untuk diulangi dan ingin Peserta Diklat hendaknya diberi
dipertahankan menjadi miliknya. keleluasaan untuk menggali informasi
Sebaliknya segala sesuatu yang tidak yang sebanyak-banyaknya dan sedalam-
mengenakkan (punishment ) cenderung dalamnya. Selaku fasilitator instruktur
untuk dijauhi dan ditinggalkan. harus selalu terbuka siap melayani
peserta Diklat untuk memperoleh
Jika seorang guru memberikan PR kompetensi yang telah ditentukan. Jika
kepada anak didiknya, kemudian guru terjadi perbedaan pendapat antara
tersebut memberikan ancaman kepada instruktur dengan peserta Diklat dan
siswa yang tidak mengerjakan PR akan ternyata pendapat peserta Diklat yang
diberi hukuman distrap di depan kelas; benar, maka dibutuhkan kebesaran jiwa
maka dapat diprediksi bahwa seluruh si Instruktur untuk mau mengakuinya. Hal
siswa akan berlomba-lomba untuk tersebut memang tidaklah mudah, namun
mengerjakan PR. Metode ini mungkin mau-tidak mau, senang ataupun tidak
cocok untuk diterapkan di sekolah- senang, jika instruktur menginginkan
sekolah pendidikan formal, namun belum keberhasilan dalam kegiatan
tentu cocok untuk kegiatan pembelajaran pembelajaran yang ia laksanakan, maka
Diklat, bahkan penulis berpendapat tidak hal tersebut harus dilakukan.
cocok jika diterapkan dalam kegiatan
Diklat.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 85
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
D. PEMBUATAN RANCANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
DIKLAT
Setelah selesai membicarakan tentang strategi pembelajaran Diklat, maka materi berikutnya adalah
membuat rancangan kegiatan pembelajaran untuk Diklat. Rancangan kegiatan pembelajaran sering
pula disebut SAP atau Satuan Acara Pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran,
perlu dibuat rancangannya.

Dengan adanya rancangan ini, maka instruktur dapat menyiapkan berbagai hal yang diperlukan,
dapat memprediksi segala sesuatu yang akan terjadi, dan sebagainya sehingga dapat menyiapkan
antisipasinya. Dengan demikian maka kegiatan pembelajaran yang akan di- laksanakan diharapkan
dapat berjalan dengan baik/sistematis, dapat berjalan secara efektif dan efisien dan pada akhirnya
tujuan pembelajaran Diklat dapat tercapai sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.

Ada dua bagian yang perlu dibuat dalam rancangan pembelajaran (Diklat) yaitu bagian identifikasi
dan bagian lain yang berupa bodi rancangan pembelajaran itu sendiri.

Informasi yang terdapat dalam identifikasi ini meliputi: Jenis Mata Sajian, Judul atau Topik yang
akan disajikan, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, Audience
yang menjadi sasaran Diklat, Hari dan tanggal kegiatan kegiatan pembelajaran serta alokasi waktu
yang duisediakan. Sedangkan pada bodi rancangan pembelajaran berupa matriks atau kolom-kolom
yang berisikan informasi tentang berbagai kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya berikut adalah format yang dapat dijadikan pertimbangan/alternatif dalam
mempersiapkan rancangan kegiatan pembelajaran untuk Diklat:

123
123
86 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Format Rancangan Kegiatan Pembelajaran diperhatikan dalam melaksanakan
pembelajaran untuk diklat. Prinsip-
Identifikasi prinsip tersebut antara lain: memberi
Mata Pelajaran : ...............................................
kesempatan peserta Diklat untuk aktif,
saling menghormati, menghargai
Topik : .....................................................
perbedaan pendapat, memfasilitasi
StandarKompetensi: terjadinya penemuan, menghindari
........................................................................... hal-hal yang bersifat ancaman dan
Kompetensi Dasar: adanya keterbukaan.

…………………………………………………
2. S a r a n
ndikator :1. Mengacu pada uraian dan kesimpulan
2. seperti yang telah dikemukakan, di sini
3. dapat disampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
Dan seterusnya
- Untuk melaksanakan kegiatan Diklat
Sasaran : .................................................................. yang pada umumnya diikuti oleh
Hari / Tanggal: ......................................................... orang dewasa, maka strategi
W a k t u: ...... menit. pembelajarannya hendaknya
mengacu pada strtategi pembelajaran
untuk orang dewasa (andragogi), di
E. KESIMPULAN DAN SARAN mana ada beberapa prinsip yang
1. Kesimpulan harus dijadikan landasan antara lain:
Dari berbagai urain tersebut, ada memberi kesempatan kepada peserta
beberapa beberapa hal yang dapat Diklat untuk aktif, adanya sikap saling
disimpulkan di sini yaitu: menghormati, menghargai
- Penyusunan strategi dan pemilihan perbedaan pendapat orang lain,
metode pembelajaran merupakan instruktur memfasilitasi terjadinya
salah satu langkah yang harus penemuan, menghindari hal-hal yang
dilakukan oleh seorang guru/ bersifat ancaman, dan adanya
instruktur dalam melaksanakan keterbukaan.
kegiatan pembelajaran . - Agar tujuan Diklat dapat tercapai
- Kegiatan pembelajaran yang bagus secara maksimal, dalam pelaksanaan
dalam Diklat adalah kegiatan pembelajarannya, instruktur perlu
pembelajaran yang dapat melakukan berbagai upaya,
mengaktifkan peserta Diklat. menciptakan kondisi dan lain-lain
- Untuk mencapai hasil pembelajaran yang dapat membuat peserta Diklat
yang maksimal, maka media bisa involve di dalamnya secara
pembelajaran mutlak diperlukan. maksimal.
- Dalam suatu kegiatan pembelajaran - Untuk membuat suasana Diklat
setidaknya ada 5 hal yang perlu menjadi lebih hidup dan
dilakukan oleh instruktur yaitu menyenangkan, maka pemanfaatan
pendahuluan, mengaktifkan peserta berbagai media pembelajaran dan
Diklat, menyajikan materi, kombinasi dari berbagai metode
memberikan tes dan tindak lanjut. merupakan salah satu usaha yang
- Penggunaan satu macam metode harus dibiasakan oleh instruktur
pembelajaran tidaklah cocok untuk Diklat.
kegiatan pembelajaran pada Diklat.
Metode yang digunakan hendaknya
merupakan kombinasi dari berbagai
metode (disesuaikan dengan tujuan/
kompetensi yang akan dicapai).
- Ada beberapa prinsip yang perlu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 87
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Chaeruman, Uwes. “Integrasi TIK Ke dalam


Proses Pembelajaran”, Journal Teknodik
Nomor 16/IX/Teknodik/Juni/2005, Jakarta :
Pustekkom Depdiknas, 2005.
Francis M Dwyer. Strategies for improving
visual learning, State- College, Pensylvania
: Learning Services, 1978.
Suparman, Atwi. Pekerti Mengajar di Perguruan
Tinggi: Desain Instruksional, Pusat Antar
Universitas, Universitas Terbuka, Jakarta
2000.
Waldopo, “Potensi Televisi Sebagai Media
Pendidikan dan Pembelajaran”, Journal
Teknodik Nomor 8/IV/Teknodik/Mei/2000,
Jakarta : Pustekkom Depdiknas, 2000.
Ward, Arthur William “Honor Your Favourite
Teacher”, (http://bostonworks boston.com/
honnorrol/)
Website: http://en.thinkexist.com

123
123
88 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
PERAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA
DALAM MENYAJIKAN KONSEP-KONSEP KIMIA
PADA TINGKAT MAKROSKOPIS, MIKROSKOPIS,
DAN SIMBOLIS
Oleh: Ida Ayu Anom Arsani *)

Abstrak

Pemanfaatan teknologi multimedia dalam bidang pendidikan sangat menunjang efesiensi dan
efektivitas proses belajar mengajar. Penggunaan multimedia dalam pendidikan dapat menggiring
pebelajar ke dalam pengalaman multisensori untuk promosi belajar. Dalam bidang kimia,
multimedia dimanfaatkan untuk menyajikan konsep-konsep kimia pada tingkat makroskopis,
mikroskopis, dan simbolis. Multimedia dapat menjelaskan konsep-konsep abstrak melalui animasi-
animasi , sehingga, kimia yang dipandang oleh sebagian orang sebagai ilmu yang sulit dipahami,
akan menjadi lebih mudah dipahami. Multimedia dapat mengkombinasikan suara, animasi,
gambar, dan video secara bersamaan serta melibatkan semua panca inderanya dan
mengembangkan gaya belajar yang disukainya. Salah satu hasil penelitian menemukan implikasi
dari penggunaan multimedia dalam pembelajaran kimia yaitu mendorong pebelajar aktif,
terorganisaasi, dan dapat mengintegrasikan informasi yang diperoleh untuk memahami konsep-
konsep dan prinsip yang sulit serta dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Kata Kunci: konsep kimia, media pembelajaran, multimedia, makroskopis, mikroskopis, simbolis.

A. PENDAHULUAN
Kesulitan dalam penguasaan materi mata Perkembangan ilmu pengetahuan dan
kuliah Kimia merupakan kasus tipikal yang teknologi semakin mendorong upaya-upaya
sering terjadi dan meliputi sebagian besar pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
populasi mahasiswa dari berbagai institusi teknologi dalam bidang pendidikan. Arsyad,
kependidikan. Bagi mahasiswa dengan mengemukakan, dalam proses belajar
disiplin ilmu yang tidak berfokus kepada ilmu mengajar, dua unsur yang amat penting
kimia, kasus ini seringkali lebih menonjol. Isu adalah metode mengajar dan media
sentral dalam pendidikan kimia adalah pembelajaran. Kedua aspek ini saling
hubungan antara makroskopik atau dunia berkaitan. Pemakaian media pembelajaran
nyata dan molekular. Pebelajar akan dapat dalam proses belajar mengajar dapat
memahami lebih baik ilmu kimia dan membangkitkan keinginan dan minat yang
mengaplikasikan ilmu yang mereka pahami baru, membangkitkan motivasi dan
untuk memecahkan masalah jika mereka rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
dapat mendalami hubungan antara ke dua isu membawa pengaruh-pengaruh psikologis
sentral tersebut (Vermat & Henny, 2003). terhadap siswa. Media pembelajaran juga

*) Ida Ayu Anom Arsani, S.Si., M.Pd., adalah Dosen Mata Kuliah Kimia Terapan di Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bali

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 89
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
membantu siswa meningkatkan pemahaman B. APLIKASI MEDIA DALAM
materi yang disampaikan. Dalam proses PEMBELAJARAN
belajar mengajar, media mempunyai arti yang Penerapan teknologi dalam bidang
cukup penting, karena dalam kegiatan pendidikan khususnya kurikukum adalah
tersebut ketidak jelasan bahan yang dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat
disampaikan dapat dibantu dengan lunak (software) dan perangkat keras
menghadirkan media sebagai perantara (hardware). Penerapan teknologi dalam
(Arsyad, 2005). perangkat keras dalam pendidikan
dikenal sebagai teknologi alat (tool
Middlecamp dan Kean, mengungkapkan technology), teknologi ini lebih
bahwa ilmu kimia memiliki karakteristik menekankan kepada penggunaan alat-
tersendiri dibandingkan dengan ilmu alat teknologis untuk menunjang efesiensi
pengetahuan lainnya, terutama dalam dan efektivitas pendidikan khususnya
penyampaian pada proses belajar- dalam proses belajar mengajar, seperti
mengajarnya (Middlecamp dan Kean, 1985). penggunaan media.
Piaget sebagaimana di kutip Sastrawijaya,
mengatakan bahwa ilmu kimia banyak Pada mulanya media hanya dianggap
membahas masalah obyek konkrit dalam sebagai alat bantu mengajar, akan tetapi
skala makroskopis dan mikroskopis sehingga saat ini telah banyak dikembangkan
memerlukan model (Sastrawijaya, 1998). program pengajaran yang memadukan
Mayer, menemukan implikasi dari bahan ajar dengan media yang
penggunaan multimedia dalam pembelajaran digunakan dalam bentuk kaset audio.
kimia yaitu mendorong pebelajar aktif, Media memiliki kemampuan merangsang
terorganisaasi, dan dapat mengintegrasikan terjadinya proses belajar yang efektif dan
informasi yang diperoleh untuk memahami efesien.
konsep-konsep dan prinsip yang sulit serta
dapat digunakan untuk memecahkan Kemampuan tersebut adalah (1)
masalah (Mayer, 2003). Program multimedia menghadirkan obyek lingkungan sekitar
kimia didesign untuk memperlihatkan ilustrasi ke dalam lingkungan belajar, (2) membuat
dan konsep-konsep kunci ilmu kimia melalui konsep abstrak menjadi konkrit, (3)
animasi, grafik model-model molekul, dan mampu menyamakan persepsi, (4)
persamaan-persamaan, sehingga dapat mengatasi hambatan waktu, tempat,
memotivasi pebelajar untuk mempelajari jumlah dan jarak, dan (5)
konsep-konsep sulit dalam ilmu kimia. memvisualisasikan aplikasi pemecahan
masalah suatu peralatan dan prosedur
Penggunaan animasi untuk menjelaskan kerja serta cara penggunaan alat.
proses kimia pada tingkat molekul adalah Menurut Kemp dan Dayton (dalam
diusulkan sebagai cara untuk meningkatkan Arsyad), media pembelajaran dapat
pemahaman pebelajar. Rieber (dalam memenuhi tiga fungsi utama, yaitu (1)
Garnet, P, dkk.), menyarankan suatu memotivasi minat dan tindakan, (2)
kerangka kerja sebagai panduan yang sesuai menyajikan informasi, dan (3) memberi
digunakan untuk animasi dan penyajian visual instruksi (Arsyad, 2005).
dinamik dalam mempelajari materi pelajaran.
Penggunaan media pembelajaran tidak Pemanfaatan media dalam pembelajaran
hanya memberikan pengalaman yang konkrit, banyak tergantung pada persepsi
tetapi juga membantu pebelajar pendidik. Hardjito (dalam Sutrisno, dkk.),
mengintegrasikan pengalamannya. pendidik yang mempunyai persepsi positif
Penyajian konsep-konsep kimia memerlukan terhadap peran media, akan
media yang dapat menampilkan gambar- memanfaatkan media dalam
gambar baik yang statis maupun dinamis pembelajaran. Media merupakan bagian
untuk memvisualisasikan konsep-konsep integral dari proses belajar mengajar dan
yang abstrak, yaitu dengan memanfaatkan apapun media yang digunakan
teknologi multimedia. sasarannya akhirnya adalah untuk

123
123
90 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
memudahkan belajar (Sutrisno, dkk., multisensori untuk promosi belajar
2006). (Henich, dkk., 2005). ). Secara
keseluruhan, multimedia terdiri dari tiga
Media akan bermakna bila dalam level (Mayer, 2001) yaitu:
pembuatannya diselaraskan dengan a. Level teknis, yaitu multimedia
perubahan tingkah laku pebelajar sebagai berkaitan dengan alat-alat teknis ;
pengguna media dan disesuaikan alat-alat ini dapat diartikan sebagai
dengan tujuan pembelajaran yang akan wahana yang meliputi tanda-tanda
dicapai. Media dalam pemanfaatannya (signs).
diharapkan dapat membantu pebelajar b. Level semiotik, yaitu representasi
untuk belajar secara aktif karena adanya hasil multimedia seperti teks, gambar,
interaksi fisis dan kognitif. Dengan grafik, tabel, dan lain lain.
pembelajaran yang aktif dari pebelajar c. Level sensorik, yaitu yang berkaitan
akan mempertahankan perhatian, dengan saluran sensorik yang
meningkatkan prestasi, dan membentuk berfungsi untuk menerima tanda
pengetahuan baru. (signs).

Menurut Hamalik, penggunaan media Beberapa ahli mengemukakan


pembelajaran dalam proses belajar keuntungan dari penggunaan multimedia
mengajar dapat membangkitkan dalam pembelajaran:
keinginan dan minat yang baru, a. Pembelajaran aktif
membangkitkan motivasi dan Pembelajaran dengan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan memanfaatkan multimedia
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap melibatkan pebelajar secara aktif,
siswa (Arsyad, 2005). belajar melalui interaksi fisis dan
kognitif. Pembelajaran aktif dapat
Selain membangkitkan motivasi, media mempertahankan perhatian,
pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan prestasi, dan
meningkatkan pemahaman, menyajikan membentuk pengetahuan baru
data dengan menarik dan terpercaya, (Oblinger, 1993).
memudahkan penafsiran data, dan b. Mendorong eksplorasi
memadatkan informasi. Media Program multimedia dapat membantu
pembelajaran juga dapat digunakan pebelajar mengembangkan model
untuk menyalurkan pesan (bahan mental sebagai dasar untuk
pembelajaran), sehingga dapat pembelajaran selanjutnya,
merangsang perhatian, minat, pikiran, membentuk lingkungan yang
dan perasaan pebelajar dalam kegiatan memungkinkan bagi pengajar dan
belajar untuk mencapai tujuan pebelajar untuk melakukan
pembelajaran tertentu. eksplorasi, membantu pebelajar
mengembangkan domain
Pemilihan media dalam proses belajar perspektifnya dan mengembangkan
mengajar sangat perlu susunan pengetahuan terintegrasi
mempertimbangkan beberapa faktor, yang membantu pebelajar
yaitu tujuan pembelajaran, keefektifan, mentransfer pengetahuan ke dalam
karakteristik pebelajar, ketersediaan bentuk yang komplit (Fryer, 1994).
biaya, dan kualitas teknis. Dasar c. Motivasi
pertimbangan pemilihan media sangatlah Teknologi dapat menginspirasikan
sederhana yaitu dapat memenuhi pebelajar dengan membuat
kebutuhan atau mencapai tujuan yang pembelajaran lebih interaktif dan
diinginkan atau tidak (Sadiman, dkk., relevan, sehingga pebelajar dapat
2005). Tujuan dari penggunaan menimati bekerja bersama teknologi
multimedia dalam pendidikan dan dan karenanya dapat bekerja lebih
pelatihan adalah untuk menggiring lama dan ini merupakan keuntungan
pebelajar ke dalam pengalaman jangka panjang (Summer, 1990).

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 91
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
d. Pelibatan multisensori
Beberapa pebelajar mempunyai gaya Makroskopis
belajar yang berbeda. Dengan
pembelajaran multimedia, pebelajar
dapat melibatkan semua panca
indranya dan mengembangkan gaya
belajar yang disukainya (gaya belajar KIMIA
visual, audio, dan audio visual).

Mikroskopis Simbolis
C. PERAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA Gambar 1. Tiga Tingkatan Penyajian Konsep Kimia
Isu sentral dalam pendidikan kimia (Diadaptasi dari : Three Basic Components
adalah hubungan antara makroskopik Representation of Chemistry; Johnstone ;1993)

atau dunia nyata dan molekular. Pebelajar


akan dapat memahami lebih baik ilmu Tingkat makroskopis mengacu pada
kimia dan mengaplikasikan ilmu yang fenomena kimia yang konkrit yang dapat
mereka pahami untuk memecahkan diamati dan dirasakan oleh indera kita
masalah jika mereka dapat mendalami tanpa bantuan alat, seperti: warna dan
hubungan antara ke dua isu sentral bau. Tingkat mikroskopis mengacu pada
tersebut (Vermat & Henny, 2003). Tujuan sesuatu yang abstrak yang memerlukan
utama dari pendidikan kimia adalah bantuan alat untuk menjelaskan, seperti:
pebelajar mendapatkan konsep-konsep atom, elektron, ikatan, dan lain-lain.
kunci dan prinsip-prinsip, seperti: ikatan, Model tingkat simbolis mengacu pada
struktur, reaktifitas, kesetimbangan, penyajian persamaan stoikiometri dan
keasaman, dan lain-lain. grafik-grafik. Multimedia juga dapat
membantu menjelaskan beberapa proses
Gabel 1993 (dalam Russel dan Kozma, yang nyata dengan konsep-konsep
1997), menyebut ada tiga penyebab abstrak dari atom-atom, molekul, dan ion-
kesulitan yang dimiliki dalam ion.
mengembangkan pemahaman konsep
kimia, yaitu: Aplikasi multimedia dalam pembelajaran
a. Pengajaran kimia dapat menimbulkan kimia sangatlah penting untuk membantu
tekanan dalam memecahkan meningkatkan pemahaman dan minat
masalah pada tingkat simbolis, gejala pebelajar dalam mempelajari ilmu kimia,
fenomena dan tingkat partikel. karena multimedia berisi kombinasi
b. Pengajaran kimia berlangsung pada antara teks, grafik, animasi, suara, dan
tingkat makroskopis, mikroskopis, video.
dan simbolis. Hubungan ketiga
tingkatan itu tidak cukup disimpan
dalam memori jangka panjang siswa.
c. Siswa belum mampu memahami
hubungan silang ketiga tingkatan, jika
fenomena kimia yang dihadapi tidak
berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari.

Ketiga tingkatan dalam menyajikan


konsep-konsep kimia dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2. Penerapan Tiga Tingkatan Penyajian
Konsep Kimia (Diadaptasi dari: Vischem
Animations, http://vischem.cadra.com.au)

123
123
92 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Kombinasi ini merupakan kesatuan yang Catrambone dan Stasco 1999 (dalam
secara bersama-sama menampilkan Talib,dkk., 2005) mendefinisikan animasi
informasi, pesan, dan isi pelajaran. adalah suatu proses gerakan dan
Penggunaan teknologi multimedia untuk perubahan beberapa objek pada layar
mengajar kimia mempunyai pengaruh komputer sebagai suatu simulasi dari
yang signifikan terhadap motivasi belajar, teori dinamis, abstrak, dan
prestasi pebelajar dan sikap (Loretta & perkembangan proses dari suatu
Stanley, 1993). kejadian atau fenomena.

Mayer, menemukan implikasi dari


penggunaan multimedia dalam D. IMPLIKASI MULTIMEDIA DALAM
pembelajaran kimia yaitu mendorong PEMBELAJARAN KIMIA
pebelajar aktif, terorganisaasi, dan dapat Penggunaan teknologi multimedia dapat
mengintegrasikan informasi yang mengintegrasikan semua jenis
diperoleh untuk memahami konsep- pengalaman belajar, prinsip-prinsip dapat
konsep dan prinsip yang sulit serta dapat dipresentasikan dan diilustrasikan dalam
digunakan untuk memecahkan masalah waktu yang bersamaan (Loretta &
(Mayer, 2003). Stanley, 1993). Menyajikan proses kimia
untuk pebelajar dengan visualisasi sangat
Program multimedia kimia didesign untuk ditekankan dalam pendidikan kimia,
memperlihatkan ilustrasi dan konsep- karena dapat membantu pebelajar
konsep kunci ilmu kimia melalui animasi, mengembangkan pemahaman terhadap
grafik model-model molekul, dan konsep-konsep kimia (Yang & Andre,
persamaan-persamaan, sehingga dapat 2003).
memotivasi pebelajar untuk mempelajari
konsep-konsep sulit dalam ilmu kimia. Beberapa keuntungan penggunaan
multimedia dalam pembelajaran kimia
Program multimedia dengan bantuan yakni:
komputer adalah metode baru dalam a. Multimedia mempermudah
mengajar kimia. Penelitian intensif mempelajari konsep-konsep dan
dengan pendekatan konstruktivistik dan prinsip
instruksi media komputer, mendorong b. Multimedia adalah suatu proyek yang
digunakannya komputer sebagai inovasi mempunyai target mempelajari
dalam mengajar dan pembelajaran sain konsep-konsep kimia yang sulit (Stieff
(Talib,dkk., 2005). Komputer membantu & Wilensky, 2003).
pengajar maupun pebelajar c. Multimedia untuk investigasi di
mengeksplorasikan konsep-konsep kimia laboratorium
pada tingkat makroskopis, d. Multimedia dapat membantu
submikroskopis, dan simbolis. Aplikasi pebelajar memanipulasi dan
dinamis yang sangat potensial digunakan mengamati berbagai sajian sebelum
untuk menstimulasi pebelajar mencapai eksperimen kimia dilakukan. Mereka
tujuan belajar adalah melalui animasi. dapat membuat dan menganalisis
Penggunaan animasi untuk menjelaskan penyajian eksperimen mereka (
proses kimia pada tingkat molekul adalah Schank & Kozma, 2002).
diusulkan sebagai cara untuk
meningkatkan pemahaman pebelajar.
Rieber (dalam Garnet, P, dkk., tanpa E. KESIMPULAN DAN SARAN
tahun.) menyarankan suatu kerangka 1. Kesimpulan
kerja sebagai panduan yang sesuai Berdasarkan pembahasan tentang
digunakan untuk animasi dan penyajian peran teknologi multimedia dalam
visual dinamik dalam mempelajari materi menyajikan konsep-konsep kimia
pelajaran. pada tingkat makroskopis,
mikroskopis, dan simbolis, bahwa

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 93
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
pemanfaatan teknologi multimedia Loretta, L.J. & Stanley, S.G. 1993. Multimedia
dalam pembelajaran kimia dapat Technology: A Catalyst for Change In Chemical
menunjang efisiensi dan efektivitas Education. Pure and Applied Chemistry. 65(2): 245-
proses belajar mengajar. Ilmu kimia 248
Mayer, R. 2003. Multimedia Learning. Cambridge
yang sebagian besar mengandung
University Press, Cambrigde, UK
konsep-konsep abstrak, dapat
Midde, C. & Kean, E. 1985. Panduan Belajar Kimia
dijelaskan dengan proses-proses
Dasar. Jakarta: Gramedia
nyata melalui visualisasi baik yang Oblinger, D. 1993. Multimedia in Instruction. Chapel
statik maupun dinamik. Proses Hill, NC: The Institute for Acaddemic Technology.
penyajian kimia dengan visualisasi Russel, W.J. & Kozma, B.R. 1997. Use of
sangat ditekankan dalam pendidikan Simultaneous-Synchronized Macroscopic,
kimia, karena dapat membantu Microscopic, and Symbolic Representations to
pebelajar mengembangkan Enchance the Teaching and Learning of Chemistry
pemahaman terhadap konsep- Concept. Journal of Chemical Education, 74(3):
konsep kimia dan mengurangi 330-334.
terjadinya miskonsepsi. Sadiman, S.A., Raharjo, S., Anung, H.R. & Rahardjito.
2005. Media Pendidikan Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta:PT
2. Saran
RajaGrafindo Persada.
Penggunaan multimedia dalam
Sastrawijaya, T. 1988. Proses Mengajar Kimia. Jakarta:
pembelajaran kimia hendaknya P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.
diterapkan di sekolah-sekolah Schank, P., & Kozma, R. 2002. Learning Chemistry
ataupun di kampus-kapus, karena ia Through The Use of A Representation-Based
dapat meningkatkan motivasi dan Knowledge Building Environment. Journal of
pemahaman pebelajar terhadap Computers in Mathematics and Science Teaching,
kimia. Kendala yang banyak dihadapi 21(3): 253-279
dalam implementasinya adalah Stieff, Mike & Wilensky, Uri. 2003. Connected
keterbatasan infrastruktur yang Chemistry-Incorporating Interactive Simulations
dimiliki oleh sekolah-sekolah maupun into the Chemistry Classroom. Journal of Science
kampus. Akan tetapi dengan adanya Education and Technology, 12(3): 286-287
peningkatan anggaran pendidikan, Summer, J.A. 1990-1991. Effect of Interactivity upon
diharapkan hal ini dapat diatasi, Student Achievement, Completion Intervals, and
karena penggunaan teknologi Affective Reception. Journal of Educational
multimedia untuk mengajar kimia Technology System, 19(1): 53-57
mempunyai pengaruh yang signifikan Suparman, A. 1997. Desain Instruktional. Jakarta:
terhadap motivasi belajar dan prestasi Dirjen Dikti, Depdikbud
pebelajar dan sikap. Sutrisno, Taufik, D. & Sugiyono, A. 2006. Profil
Pemanfaatan Media Pembelajaran dalam
Menciptakan Perkuliahan yang Kondusif di
Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendididkan &
DAFTAR PUSTAKA
Pembelajaran. 13(1): 54-62
Talib, Robert, M. & Margaret, S. 2005. Computer-
Arsyard. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Animated Instruction and Students’ Conceptual
Grafindo Persada
Change in Electrochemistry: Preliminary Qualitative
Fryer, B.1994. Multimedia Training. Multimedia World
Analysis. International Education Journal, 5(5): 29-
1(7): 55-59.
42
Garnet, P., Oliver, R. & Hackling, M. Tanpa Tahun.
Vermat, H. & Henny, K.P. 2003. The Use Animation In
Designing Interactive Materials to Support Concept
Chemical Education. Stanford Research Institute,
Development in Beginning Chemistry Class,
(online),
(online), (http://elrond.scam.ecu.edu.au/oliver/
(http://www.rsc.org/images/Issue6-3_tcm18-33086.pdf
docs/98/ICCE.pdf,
Yang, E. & Andre, T. 2003. Spatial Ability and the Impact
Henich, R., Smaldino, Shoron, E. & James, R.D. 2005.
of Visualization/Animation on Learning
Instrutional Technology and Media for Learning.
Electrochemistry. International Journal of Science
New Jersey : Person Merrill Prentice.
Eduation, 25(3): 329-349.
Johnstone, A.H. 1993. The Developments of Chemistry
Teaching. Journal of Chemical Education, 70, 701-
705. uuuuuuuuuuuuu

123
123
94 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
MODEL DAN FORMAT ANALISIS KEBUTUHAN
MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
Oleh: M. Miftah *)

Abstrak

Pembaharuan bidang pendidikan di Indonesia senantiasa dilakukan secara berkesinambungan


dan salah satu di antaranya adalah perbaikan dan pengembangan kurikulum. Kurikulum yang
diberlakukan dewasa ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Multimedia yang
secara sengaja dan kreatif dirancang untuk membantu memecahkan permasalahan
pembelajaran, kiranya merupakan alternatif yang akan banyak mengambil peran dalam
implementasi KTSP. Berbagai bentuk pengalaman belajar, baik yang dapat dicapai di dalam
maupun di luar kelas, pesan-pesan pembelajaran, dan berbagai bentuk pengalaman belajar
perlu dikemas dengan memperhatikan kaidah serta prinsip teknologi pembelajaran dalam bentuk
multimedia. Agar program multimedia yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, perlu dilakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan bertujuan untuk mendapatkan topik-
topik yang akan dimultimediakan. Dalam kaitan ini, digunakanlah alur kerja, model, dan format
analisis kebutuhan. Metode yang diterapkan adalah dalam bentuk lokakarya yang melibatkan
para guru bidang studi, kalangan akademisi, dan para (media, teknologi pembelajaran, teknologi
informasi, kurikulum). Hasil kegiatan yang diharapkan adalah model dan format analisis kebutuhan
yang digunakan untuk mengidentifikasi topik-topik yang akan dimultimediakan melalui pengkajian
kurikulum secara mendalam.

Kata Kunci: model dan format, analisis kebutuhan, multimedia pembelajaran interaktif

A. PENDAHULUAN
sehingga dapat hidup mandiri sebagai
1. Latar Belakang
individu dan makhluk sosial. Dalam
Proses belajar-mengajar atau proses
rangka mencapai tujuan yang
pembelajaran merupakan kegiatan
dimaksudkan, peserta didik berinteraksi
pelaksanaan kurikulum suatu lembaga
dengan lingkungan belajar yang dikelola
pendidikan dengan tujuan untuk
guru melalui proses pembelajaran.
mempengaruhi para peserta didik
mencapai tujuan pendidikan yang telah
Lingkungan belajar yang dikelola guru
ditetapkan. Tujuan pendidikan pada
mencakup tujuan pembelajaran, bahan
dasarnya adalah untuk mengantarkan
pembelajaran, metodologi pembelajaran,
para peserta didik menuju perubahan-
dan penilaian pembelajaran. Unsur-unsur
perubahan tingkah laku, baik yang
inilah yang biasanya dikenal dengan
bersifat intelektual, moral maupun sosial

*) M. Miftah, M.Pd. adalah tenaga pengkajian dan perancangan Balai Pengembangan Multimedia Semarang,
Pustekkom, Depdiknas

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 95
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
komponen-komponen pembelajaran. format materi sajian yang dibutuhkan,
Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang model sajian materi pelajaran yang efektif,
akan dicapai peserta didik pada akhir dan topik materi pelajaran yang tepat
pembelajaran dengan menempuh untuk disajikan melalui program
berbagai pengalaman belajar. Bahan pembelajaran berbasis multimedia.
pembelajaran adalah seperangkat materi
keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, 2. Permasalahan
prinsip, generalisasi suatu ilmu Berdasarkan latar belakang tersebut di
pengetahuan yang bersumber dari atas, maka permasalahan yang akan
kurikulum dan dapat menunjang dibahas di dalam tulisan ini adalah: (a)
tercapainya tujuan pembelajaran. model dan format analisis kebutuhan MPI
Berbagai metodologi pembelajaran yang efektif dan efisien dan (b) prosedur
digunakan guru untuk berinteraksi menyusun model dan format analisis
dengan peserta didik, agar bahan kebutuhan MPI.
pembelajaran yang dirancang guru dapat
dipahami peserta didik sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ditetapkan. B. KAJIAN LITERATUR

Berbicara mengenai metodologi 1. Pemahaman akan Konsep


pembelajaran berarti ada dua aspek yang a. Pengertian Analisis Kebutuhan
paling menonjol yakni metode mengajar Analisis kebutuhan merupakan
dan media pembelajaran sebagai alat aktivitas ilmiah untuk mengidentifikasi
bantu mengajar. Sedangkan penilaian faktor-faktor pendukung dan
adalah alat untuk mengukur atau penghambat (kesenjangan) proses
menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran guna memilih dan
pembelajaran atau penguasaan peserta menentukan media yang tepat dan
didik terhadap kompetensi yang relevan mencapai tujuan
ditetapkan guru (Sudjana dan Rivai, pembelajaran (goals and objectives)
2002). Multimedia pembelajaran interaktif yang mengarah pada peningkatan
merupakan suatu program yang dapat mutu pendidikan. Analisis kebutuhan
mengkombinasikan beberapa jenis media pembelajaran dilakukan
media, seperti: teks, grafik, suara, sebelum suatu media pembelajaran
animasi, dan video dalam satu aplikasi tertentu dirancang dan
(program) komputer. Sedangkan menurut dikembangkan.
Ade Kusnandar, multimedia terdiri dari
beberapa unsur media, terintegrasi, Pada prinsipnya tujuan analisis
kompak, saling mengisi, interaktif, SR, kebutuhan adalah untuk
mandiri, dan self explanation (Kusnandar, mengidentifikasi topik dan media
2007). pembelajaran yang tepat dan relevan.
Uwes Chaeruman mengutip
Seiring dengan perkembangan teknologi, pendapat Brinkerhof & Gill yang
diperlukan penyedia media yang mengatakan bahwa analisis
mengembangkan program pembelajaran. kebutuhan adalah: “a process for
Hasil riset telah membuktikan bahwa identifying the knowledge and skills
komputer merupakan media necessary for achieving
penyampaian materi pembelajaran yang organizational goals” (Chaeruman,
efektif (Thompson, 1980). Agar materi 2007).
pembelajaran yang disajikan melalui
komputer sesuai dengan kebutuhan, Sedangkan Molenda, Pershing, dan
maka diperlukan adanya analisis Reigeluth mengemukakan bahwa
kebutuhan. Tujuan melakukan analisis analisis kebutuhan adalah “a method
kebutuhan itu sendiri adalah untuk of finding out the nature and extent of
mengetahui topik-topik materi pelajaran performance problems and how they
yang benar-benar dibutuhkan pengguna, can be solved” (Molenda, Pershing,
123
123
96 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
& Reigeluth, 1996). Kemudian, Gupta mengembangkan potensi setiap
merumuskan pengertian analisis peserta didik (Hamalik, 2007).
kebutuhan sebagai “a process for
pinpointing reasons for gaps in Menurut Nasution, kurikulum
performance or a method for merupakan alat/sarana/kendaraan
identifying new and future yang sangat penting bagi
performance needs” (Gupta, 1999). keberhasilan suatu pendidikan.
Sebagai kendaraan, kurikulum
Pengertian analisis kebutuhan secara bukannya dimaksudkan untuk
umum adalah “a systematic approach menyeragamkan prosedur dan
to identifying social problems, proses pembelajaran, karena
determining their extent, and penyeragaman prosedur dan proses
accurately defining the target mengakibatkan perlakuan yang
population to be served and the diskriminatif kepada peserta didik.
nature of their service needs” (Rossi, Prosedur dan proses yang seragam
Freeman, & Lipsey, 1998). Secara hanya akan memberi peluang dan
khusus, Suharsimi Arikunto keuntungan kepada segelintir anak
mengemukakan bahwa yang menjadi yang dikategorikan “pintar”
pertimbangan dan kajian dalam sebagaimana yang terjadi dalam
analisis kebutuhan adalah (1) proses pembelajaran di Indonesia
kurikulum, yang meliputi pemilihan sampai saat ini (Nasution, 2006).
topik dan penjabaran materi, dan (2)
silabi, yang meliputi kesulitan materi, Agar kurikulum tidak membelenggu
pentingnya materi, dan adanya minat guru dan tidak menindas siswa, maka
khusus (Arikunto, 2007). dalam implementasinya, kurikulum
perlu diterjemahkan sesuai dengan
Dari pengertian tersebut di atas situasi dan kondisi yang ada. Di
dapatlah dikemukakan bahwa analisis dalam kurikulum, semua situasi dan
kebutuhan multimedia pembelajaran kondisi merupakan potensi awal yang
interaktif merupakan analisis terhadap harus dipahami. Artinya, kurikulum
(1) tuntutan kurikulum (SKL, SK, KD, akan mengakomodasikan segala
indikator), (2) kebutuhan di lapangan, bentuk keragaman yang ada, baik
(3) karakteristik sasaran, (4) potensi keragaman potensi individu siswa
ICT untuk pemecahan masalah/ maupun keberagaman situasi dan
kebutuhan pembelajaran, dan (5) kondisi yang mengitari kehidupan
kecenderungan perkembangan masa siswa sehari-hari. Inilah yang disebut
depan. dengan “curriculum for life”.

b. Kurikulum sebagai Alat Bantu Curriculum for life adalah kurikulum


Mempermudah Guru yang dirancang untuk
Kurikulum Berbasis Kompetensi mengoptimalkan pemberdayaan
(KBK) pada prinsipnya dirancang potensi dalam kapasitas seseorang
untuk memudahkan proses sebagai manusia. Menurut Mauritz
pembelajaran. Dengan adanya Johnson, kurikulum seharusnya tidak
kurikulum, kita dapat dengan mudah dipandang sebagai aktivitas, tetapi
merancang dan merekonstruksi difokuskan secara langsung pada
pembelajaran yang bermakna dan berbagai hasil belajar yang
menyenangkan bagi anak. Dengan diharapkan (intended learning
kata lain, situasi pembelajaran yang outcomes) (Johnson, 1977). Dalam
menyenangkan akan menimbulkan pengertian ini, kurikulum diposisikan
pembelajaran yang bermakna bagi sebagai kerangka berpikir, program,
anak. Dalam kaitan ini, kurikulum “tools” atau kendaraan menuju hasil
dimaknai sebagai “kendaraan” untuk belajar yang diharapkan.
mencapai tujuan, yaitu

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 97
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Hasil belajar yang akan dicapai harus menjadi semakin penting
dilihat sebagai produk dinamis yang peranannya. Yang lebih penting lagi
mendorong tumbuh-kembangnya adalah “seberapa jauh multimedia
kekuatan dan motivasi pembelajaran yang dikembangakan
pengembangan diri selanjutnya mampu memfasilitasi siswa
sehingga setiap siswa mampu memperoleh pengalaman belajar
menghadapi segala kondisi yang yang mencerminkan penguasaan
dihadapi. Dalam kaitan ini, proses kompetensi-kompetensi yang dituntut
pembelajaran merupakan upaya kurikulum?”
memberikan pelayanan terhadap
semua siswa agar berkembang Implementasi kurikulum dalam
secara maksimal sesuai dengan pengembangan program multimedia
potensi yang dimiliki (Zulfikri, 2008). pembelajaran sebaiknya
mempertimbangkan prinsip-prinsip
c. Implementasi Kurikulum perancangan, di antaranya (1)
G. Beauchamp mengartikan berpusat pada potensi,
implementasi kurikulum sebagai “a perkembangan, kebutuhan, dan
process of putting the curriculum to kepentingan siswa dan
work” (Beauchamp, 1975). lingkungannya, (2) beragam dan
Kemudian, Fullan sebagaimana terpadu, (3) tanggap terhadap
dikutip oleh Seller dan Miller perkembangan ilmu, teknologi dan
mengartikan implementasi kurikulum seni, (4) relevan dengan kebutuhan
sebagai “the putting into practice of hidup, (5) menyeluruh dan
an idea, program or set of activities berkesinambungan, (6) belajar
which is new to the individual or sepanjang hayat, dan (7) seimbang
organization using it” (Seller dan antara kepentingan nasional dan
Miller, 1985). Pada dasarnya dapatlah kepentingan daerah. Dalam kaitan ini,
dikatakan bahwa implementasi Donal P. Ely mengemukakan bahwa
kurikulum merupakan suatu kegiatan suatu kurikulum dirancang lebih dari
yang bertujuan untuk mewujudkan sekedar pembelajaran atau pelatihan,
atau melaksanakan kurikulum (dalam tetapi mampu mengorganisasikan
arti rencana tertulis) ke dalam bentuk antara pengetahuan dengan
nyata di kelas, yaitu terjadinya proses keterampilan hidup yang
transmisi dan transformasi segenap sesungguhnya di dalam masyarakat
pengalaman belajar kepada peserta nyata (Ely, 1998).
didik.
Prinsip-prinsip perancangan tersebut
Bagaimana kaitannya dengan dapat dijadikan pertimbangan dalam
pembelajaran berbasis kompetensi perancangan program multimedia
(PBK) dalam implementasi Kurikulum dengan mengikuti prinsip-prinsip
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)? pengembangan KTSP, yakni: (1)
Mengacu pada asumsi bahwa peningkatan iman dan takwa serta
kurikulum dan pembelajaran memiliki akhlak mulia, (2) peningkatan potensi,
kaitan yang erat dan saling kecerdasan, dan minat sesuai
menunjang maka pembahasan dengan tingkat perkembangan dan
mengenai model pembelajaran dalam kemampuan siswa, (3) keragaman
konteks implementasi KTSP tentu potensi dan karakteristik daerah dan
tidak bisa dilepaskan dari karakteristik lingkungan, (4) tuntutan
KTSP. Oleh karena itu, apabila pembangunan daerah dan nasional,
karakteristik utama KTSP adalah (5) tuntutan dunia kerja, (6)
human competence dan mastery perkembangan ilmu, teknologi, dan
learning, maka model pembelajaran seni, (7) agama, (8) dinamika
berbasis komputer atau pembelajaran perkembangan global, (9) persatuan
yang berbasis multimedia tentu saja

123
123
98 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
nasional dan nilai-nilai kebangsaan, kemediaan yang telah dipilih melalui
(10) kondisi sosial budaya analisis dari berbagai jurusan dan
masyarakat detempat, (11) bidang ilmu. Kegiatan ini melibatkan
kesetaraan jender, dan (12) guru dan dosen. Sistematika
karakteristik satuan pendidikan. perumusan analisis kebutuhan
diawali dengan pengarahan dan
Selanjutnya, satu hal yang perlu penjelasan teknis, yang dilanjutkan
diperhatikan juga adalah prinsip- dengan pengenalan multimedia
prinsip pembelajaran berbasis e- pembelajaran interaktif online
learning, yaitu: (1) sistem (terhubung dengan internet) dan
pempelajaran yang mengaplikasikan offline (berbasis CD-ROM). Untuk
teknologi informasi superhighway, memberikan gambaran yang jelas di
yang dikenal dengan istilah belajar kalangan peserta lokakarya, disajikan
melalui internet, e-learning, online contoh program pembelajaran MPI,
learning, virtual learning, web-based baik dari produk swasta maupun
learning, dll, (2) model pembelajaran produk BPM/Pustekkom.
generasi ketiga yang merupakan
perpaduan antara classroom oriented Untuk memperkaya wawasan,
learning dan open space oriented disajikan juga materi bahasan tentang
learning, dan (3) model pembelajaran karakteristik media pembelajaran,
berbasis aneka sumber yang strategi pembelajaran penggunaan
berorientasi pada aktivitas siswa, media, penelitian yang berhubungan
mengarahkan siwa untuk aktif dengan analisis kebutuhan
mencari dan menemukan sendiri multimedia, implementasi kurikulum
informasi yang diperlukan (Haryono, KTSP (sosial dan sains) dalam
2009). multimedia, praktek pemilihan topik-
topik yang akan dimultimediakan, dan
2. Pengantar Pelaksanaan Analisis diakhiri dengan presentasi/ diskusi
Kebutuhan MPI panel hasil pemilihan topik-topik
a. Bentuk Pelaksanaan Analisis sebagai uji empirik.
Kebutuhan MPI
Analisis kebutuhan dilaksanakan b. Desain Pelaksanaan Analisis
dalam bentuk lokakarya untuk Kebutuhan MPI
memperoleh data tentang format Sedangkan skenario atau alur
identifikasi pemilihan topik-topik kegiatan analisis kebutuhan
secara lebih mendetail sesuai dengan multimedia pembelajaran interaktif
kebutuhan dan karakteristik (MPI) dapat dilihat pada skema
berikut ini.

Gambar 1: Desain analisis kebutuhan media pembelajaran

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 99
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
c. Prosedur Analisis Kebutuhan MPI
Pada Gambar 2 berikut ini disajikan langkah-langkah atau prosedur melakukan analisis
kebutuhan multimedia pembelajaran interaktif (MPI).

Gambar 2: Prosedur menganalisis kebutuhan multimedia pembelajaran

Sedangkan cara-cara yang ditempuh sampai dengan kompetensi


dalam mengidentifikasi kebutuhan yang terakhir,
topik multimedia adalah sebagai e) memberi tanda panah pada
berikut: setiap kompetensi dimulai
1) menulis standar kompetensi yang dari kompetensi yang paling
ada dalam satu mata pelajaran, rendah ke kompetensi yang
dan lebih tinggi.
2) melakukan analisis dengan cara: 3) Menuliskan judul program
a) menyeleksi kompetensi- multimedia berdasarkan
kompetensi dasar yang kompetensi program media.
relevan untuk dimediakan, 4) Menentukan versi/jenis untuk
b) menentukan kompetensi- program tertentu, baik online
kompetensi program (berbasis web) dan offline
multimedia, (berbasis CD ROM).
c) menggambarkan hubungan 5) Menentukan kode program
antar kompetensi program multimedia.
media dalam bentuk bagan,
d) memberi nomor setiap Untuk memudahkan cara
kompetensi program media, menganalisis sebaiknya ditentukan
dimulai dari kompetensi yang prioritas dan urutan kompetensi yang
paling awal (dimulai dengan dapat dilihat pada gambar 3 berikut
nomor 1) secara berurutan ini.

123
123
100 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Gambar 3: Penentuan perioritas dan urutan kompetensi

Keterangan:
• KT : Kompetensi Target
• 1, 2, 3, dst. : Kompetensi-kompetensi Program Media

Komponen untuk menyusun format kebutuhan multimedia yaitu: standar kompetensi,


kompetensi dasar, kompetensi program multimedia, judul program multimedia, topik,
penentuan jenis program, dan kode program multimedia dapat dilihat pada gambar 4 berikut:

Format identifikasi kebutuhan program multimedia


Satuan Pendidikan : .........................................................................
Mata Pelajaran : ………….....………......................………………
Kelas/Semester :……...…………/ ......................…………...........
Standar Kompetensi*) : ..………………………………….……..…………

Gambar 4: Komponen untuk menyusun format kebutuhan multimedia.

d. Pemilihan Kompetensi Target


1) Aspek Kompetensi
Untuk merumuskan aspek-aspek kompetensi secara rinci dapat dilakukan dengan cara
menganalisis taksonomi tertentu. Sebagai contoh, misalnya Bloom dkk. menganalisis
kompetensi berdasarkan taksonominya menjadi tiga aspek/ranah, yang masing-masing

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 101
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
disusun secara berjenjang dan kebutuhan peserta didik,
(Bloom, 1956), yaitu: sistematis, relevan, konsisten,
a) Kompetensi pada aspek/ dan cukup (adequate).
ranah kognitif (kecerdasan),
meliputi tingkatan Prinsip pertama dalam
pengetahuan, pemahaman, pengembangan multimedia
aplikasi, analisis, sintesis, dan adalah bahwa multimedia
evaluasi, disusun berdasarkan prinsip
b) Kompetensi pada aspek/ ilmiah. Mengingat multimedia
ranah psikomotor (gerak), berisikan garis-garis besar isi atau
meliputi keterampilan meniru, materi pembelajaran yang akan
memanipulasi, ketepatan dipelajari oleh peserta didik, maka
gerakan, artikulasi, dan materi pembelajaran yang
naturalisasi, dan disajikan dalam multimedia harus
c) Kompetensi pada aspek/ memenuhi kebenaran ilmiah.
ranah afektif (perasaan), Untuk mencapai kebenaran
meliputi pengenalan, ilmiah, maka penyusunan
pemberian respons, multimedia perlu melibatkan
penghargaan terhadap nilai, pakar/ahli bidang keilmuan
pengorganisasian, dan masing-masing mata pelajaran.
internalisasi. Hal ini dimaksudkan agar materi
pembelajaran yang disajikan
Sedangkan Hall & Jones dalam multimedia sahih (valid).
membagi kompetensi menjadi 5
macam (Hall & Jones, 1976), Prinsip kedua yang melandasi
yaitu: penyusunan multimedia adalah
a) Kompetensi kognitif, yang perkembangan dan kebutuhan
mencakup pengetahuan, peserta didik. Cakupan,
pemahaman, dan perhatian. kedalaman, tingkat kesukaran,
b) Kompetensi afektif, yang dan urutan penyajian materi
menyangkut nilai, sikap, dalam multimedia disesuaikan
minat, dan apresiasi. dengan tingkat perkembangan
c) Kompetensi penampilan yang peserta didik. Misalnya materi
menyangkut demonstrasi pembelajaran yang diberikan
keterampilan fisik atau kepada peserta didik kelas satu
psikomotorik. berbeda dengan materi yang
d) Kompetensi produk atau diberikan kepada peserta didik
konsekuensi yang kelas dua maupun kelas tiga, baik
menyangkut keterampilan mengenai cakupan dan
melakukan perubahan kedalaman, maupun urutan
terhadap pihak lain. penyajiannya.
e) Kompetensi eksploratif atau
ekspresif, menyangkut Prinsip ketiga yang melandasi
pemberian pengalaman yang penyusunan multimedia adalah
mempunyai nilai kegunaan di prinsip sistematis. Oleh karena
masa depan, sebagai hasil itu, silabus dianggap sebagai
pengiring yang positif. sebuah sistem. Sebagai sebuah
sistem, multimedia merupakan
2) Prinsip Pemilihan Kompetensi satu kesatuan yang mempunyai
Beberapa prinsip yang mendasari tujuan, yang terdiri dari bagian-
pemilihan kompetensi dalam bagian atau komponen yang satu
pengembangan multimedia sama lain saling berhubungan
antara lain adalah: ilmiah, dalam rangka mencapai tujuan.
memperhatikan perkembangan

123
123
102 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Prinsip keempat dalam Contoh: Cara mengukur
penyusunan multimedia adalah suhu badan menggunakan
prinsip relevansi, konsistensi, dan termometer, cara menelepon
kecukupan antara standar
kompetensi dan kompetensi Berbagai sumber untuk
program multimedia. Relevan mengembangkan program
berarti ada keterkaitan. Konsisten multimedia antara lain adalah: (a)
berarti taat asas. Hubungan kurikulum, (b) buku teks, (c)
antara komponen-komponen laporan hasil penelitian, (d) jurnal,
multimedia harus taat asas. majalah, Koran, (e) media
Sedangkan adequate berarti audiovisual, internet, (f) pakar
cukup atau memadai. Prinsip bidang studi, (g) professional, dan
adekuasi mensyaratkan agar (h) lingkungan (alam, sosial, seni
cakupan atau ruang lingkup budaya, industri, kegiatan
materi yang dipelajari peserta ekonomi, dll.).
didik cukup memadai untuk
menunjang tercapainya e. Pelaksanaan Analisis Kebutuhan MPI
penguasaan kompetensi dasar 1) Makna dan Sumber Informasi
yang pada akhirnya membantu Kebutuhan
tercapainya standar kompetensi. Kebutuhan biasanya dimaknai
sebagai kesenjangan antara
3) Jenis Kompetensi keadaan yang ada dengan
Jenis kompetensi yang harus keadaan yang seharusnya.
dikuasai ditentukan dengan Sedangkan masalah adalah
menyesesuaikan jenis materi kesenjangan yang besar atau
sebagai wahana untuk mendesak untuk diatasi/
penguasaan kompetensi, apakah dipecahkan. Kebutuhan
berupa: fakta, konsep, prinsip, multimedia adalah kebutuhan
atau prosedur, dengan ciri yang berhubungan dengan
masing-masing sebagai berikut: aktivitas perancangan,
a) Jenis materi berupa fakta pengembangan, dan
Kata kunci: Nama, jenis, pemanfaatan multimedia. Adapun
jumlah. Contoh: Jenis-jenis informasi tentang kebutuhan
binatang memamah biak, multimedia dapat bersumber dari
tanaman berbiji tunggal, pendidik/guru, peserta didik,
nama-nama bulan dalam maupun dari masyarakat.
setahun.
b) Jenis materi berupa konsep 2) Proses Pelaksanaan Analisis
Kata kunci: definisi, Kebutuhan MPI
klasifikasi, identifikasi, ciri-ciri. Kegiatan-kegiatan yang
Contoh: Bujursangkar ialah dilakukan dalam menganalisis
empat persegi panjang yang kebutuhan multimedia
keempat sisinya sama pembelajaran interaktif adalah:
panjang a) Menentukan kesenjangan,
c) Jenis materi berupa prinsip yang dilakukan dengan cara
Kata kunci: Hubungan, membandingkan antara
sebab-akibat, jika....maka… kompetensi yang seharusnya
.Contoh: Jika permintaan dengan kompetensi yang
naik, sedangkan penawaran dimiliki (das solen dengan das
tetap, maka harga akan naik. sein),
d) Jenis materi berupa prosedur b) Menilai signifikansi
Kata kunci: Langkah-langkah kesenjangan, yang meliputi
mengerjakan tugas secara penilaian terhadap
urut/prosedural. signifikansi pengaruh, luas

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 103
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
ruang lingkup, serta peran kebutuhan tersebut terhadap masa depan peserta didik,
dan
c) Menetapkan masalah, dengan cara memilih dan memilah kebutuhan mana yang
dianggap penting untuk dipecahkan dengan program multimedia.

Pertimbangan dalam menganalisis kebutuhan multimedia pembelajaran di atas untuk


jelasnya dapat dilihat gambar 5 berikut

Gambar 5:
Pertimbangan menganalisis kebutuhan media pembelajaran

Kesenjangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:


• Keterampilan mengajar (teaching skills).
• Media pembelajaran (instructional media).
• Lingkungan belajar (learning environment).
• Iklim belajar (learning climate).

3) Relevansi Model Analisis Kebutuhan


Relevansi analisis kebutuhan multimedia pembelajaran interaktif ini sesuai dengan
sirkulasi dan konsep teknologi pembelajaran (Seels, 1994), sebagaimana terlihat dalam
gambar 6 berikut ini:

Gambar 6.
Sirkulasi dan Konsep Teknologi Pembelajaran

Sedangkan obyek analisis kebutuhan biasanya berbeda-beda tergantung kebutuhan dan tujuan,
sebagaimana dapat dilihat dalam gambar 7 berikut:

123
123
104 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
2. Saran
Untuk keberhasilan pengembangan dan
pemanfaatan multimedia pembelajaran
interaktif, khususnya yang terkait dengan
implementasi KTSP disarankan agar
semua pihak, baik yang berkiprah di
bidang pengembangan maupun di bidang
pemanfaatan memiliki komitmen untuk
memanfaatkan multimedia pembelajaran,
Gambar 7: Obyek Analisis Kebutuhan
memahami peran dan fungsi multimedia
secara benar, dan memiliki dokumen
C. SIMPULAN DAN SARAN pendukung yang memadai.

Pengemasan berbagai bentuk


1. Simpulan
pengalaman belajar, baik yang dapat
Pertimbangan dalam merumuskan
dicapai di dalam maupun di luar kelas,
langkah-langkah atau prosedur
maupun pesan-pesan pembelajaran,
melakukan analisis kebutuhan adalah: (a)
disarankan agar dilakukan dengan
menentukan dan merumuskan tujuan
memperhatikan kaidah serta prinsip
analisis kebutuhan, (b) menentukan
teknologi pembelajaran dalam bentuk
target audience dan teknik cuplikan, (c)
multimedia sehingga sesuai dengan
menentukan model dan format analisis
kebutuhan peserta didik.
kebutuhan, (d) menyusun topik-topik, (e)
melakukan review/uji ahli, (f) melakukan
revisi, sekaligus menganalisis kesalahan
format dan kebutuhan topik yang lebih DAFTAR PUSTAKA
diperlukan oleh sasaran didik/peserta
didik, dan (g) finalisasi dan pemanfaatan Arikunto, Suharsimi. (2007). Penyusunan
hasil analisis kebutuhan, tidak terbatas Instrumen untuk Analisis Kebutuhan
pada format yang dihasilkan lewat analisis Online dan Offline. Disampaikan dalam
kebutuhan, namun bisa dikembangkan kegiatan lokakarya penyusunan instrumen
komponen-komponennya melalui analisis kebutuhan MPI 2007 pada tanggal
kegiatan lokakarya lain seperti; model dan 27 Maret 2007. Semarang: BPM Semarang
format sajian MPI, peta konsep dan peta Beauchamp, G. (1975). Curriculum Theory.
materi, perumusan garis-garis besar isi Willmette, Illionis: The Kagg Press.
media (GBIM), dan jabaran materi. Dick, Walter, Lou Carrey and James O. Carey.
(2005). The Systematic Design of
Proses menganalisis kebutuhan Instruction. Boston: Pearson, Allyn and
multimedia adalah dengan: (a) Bacon.
menentukan kesenjangan, yang Kusnandar, Ade. (2007). Analisis Kebutuhan
dilakukan dengan cara membandingkan Multimedia Pembelajaran Interaktif.
antara kompetensi yang seharusnya Disampaikan dalam kegiatan lokakarya
dengan kompetensi yang dimiliki (das penyusunan instrumen analisis kebutuhan
solen dengan das sein), (b) menilai MPI 2007 pada tanggal 27 Maret 2007.
signifikansi kesenjangan, yang meliputi Semarang: BPM Semarang.
penilaian terhadap signifikansi pengaruh, Mukminan. (2008). Menganalisis Kebutuhan
luas ruang lingkup, serta peran kebutuhan Multimedia. Disampaikan dalam Kegiatan
tersebut terhadap masa depan peserta Analisis Kebutuhan MPI 2007 pada tanggal
didik, dan (c) menetapkan masalah, 18 Februari 2008. Semarang: BPM
dengan cara memilih dan memilah Semarang.
kebutuhan mana yang dianggap penting Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. (2002). Media
untuk dipecahkan dengan program Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
multimedia. Algensindo.
Seels, Barbara, B. (1994). Instructional
Technology: The definition and domains
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 105
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
of the field. Washington DC: Association For Multimedia Pembelajaran. Disampaikan
Educational Communications and dalam kegiatan lokakarya penyusunan
Technology. instrumen analisis kebutuhan MPI 2007 pada
Seller dan Miller. (1985). Curriculum; tanggal 27 Maret 2007. Semarang: BPM
Perspectives and Practice. New York: Semarang.
Longman. Zulfikri. (2008). Menciptakan Layanan terhadap
Thompson, B.J. 1980. Computers in Reading: A Peserta Didik dalam Upaya Membangun
Review of Application and Implications. Karakter Setiap Individu Peserta didik.
Educational Technology. XX (8): 38-41 Disampaikan dalam kegiatan analisis
Charumen, Uwes. (2007). Analisis Kebutuhan kebutuhan MPI 2008 pada tanggal 18
Februari 2008. Semarang: BPM Semarang.

uuuuuuuuuuuuu

123
123
106 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
PEMBELAJARAN BERBASIS TIK
TERHADAP ORANG DEWASA
Oleh: Diana Ariani *)

Abstrak

Perkembangan jaman menuntut seseorang untuk terus aktif belajar. Proses pembelajaran yang
terjadi bukan hanya milik peserta didik pada usia produktif melainkan juga dilakukan oleh peserta
didik yang berasal dari orang dewasa. Salah satu pembelajaran yang dilakukan adalah proses
pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Tujuan dari pembelajaran
berbasis TIK terhadap orang dewasa adalah agar peserta didik mampu belajar menggunakan TIK
sebagai media dan sumber belajar. Namun dikarenakan karakteristik orang dewasa dan kesalahan
dalam proses pembelajaran yang dilakukan terkadang mengakibatkan pembelajaran berbasis TIK
justru tidak mencapai tujuan karena peserta didik melakukan defence terhadap perangkat teknologi
yang dipakai.

Kata kunci: TIK, orang dewasa, andragogi

A. LATAR BELAKANG
Tuntutan kehidupan selalu berkembang pembelajaran berbasis TIK jika diterapkan
sesuai dengan tuntutan jaman. Saat ini pada peserta didik “muda”, maka akan
banyak sekali orang yang menempuh jalur menimbulkan tingkat antusias dan motivasi
pendidikan guna dapat bersaing dan yang tinggi, namun tidak demikian jika
bertahan dalam era perubahan ini. Teknologi terhadap orang dewasa yang sudah lama
Informasi dan Komunikasi (TIK), merupakan tidak terkena sentuhan teknologi.
satu bidang yang sangat pesat
perkembangannya, bahkan perkembangan Ketika dilakukan sebuah pembelajaran
TIK ini sangat mempengaruhi bidang-bidang berbasis TIK terhadap orang dewasa sedikit
lain yang bersinggungan dengannya tanpa banyak akan menghadirkan defense atau
terkecuali bidang pendidikan. merasa terserang oleh teknologi yang
digunakan. Ciri khas dari pembelajaran pada
Dengan masuknya sentuhan TIK pada orang dewasa adalah mereka (orang
bidang pendidikan, maka mau tidak mau dewasa) sebagai peserta didik telah memiliki
proses pembelajaran yang terjadi saat ini pengalaman lapangan pada era-nya yang
harus pula dilakukan dengan berbasiskan akan dijadikan sebuah pengalaman belajar,
TIK. Keharusan dilaksanakannya oleh karena itu pembelajaran yang diterapkan
pembelajaran berbasis TIK ini merupakan tidak akan efektif jika terkesan mendikte, lebih
sebuah usaha agar dihasilkannya lulusan lagi bila “menyerang dengan berondongan
yang siap bersaingan dalam bidang apapun teori yang disampaikan dengan media TIK”.
termasuk TIK. Pada pelaksanaannya,

*) Diana Ariani, S.Pd., adalah Dosen Luar Biasa, Prog. Studi Teknologi Pendidikan, FIP, UNJ

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 107
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
B. HAKIKAT TEKNOLOGI siaran radio dan televisi. Istilah
INFORMASI DAN KOMUNIKASI internasional dari informasi dan
komunikasi sering disingkat infokom
1. Pengertian Teknologi Informasi (infocom) yang berhubungan dengan
dan Komunikasi pelayanan-pelayanan atau aplikasi-
Teknologi Informasi adalah suatu aplikasi, atau teknologi informasi dan
teknologi yang digunakan untuk komunikasi disingkat TIK (ICT).
mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, Yusufhadi Miarso menyebutkan bahwa
memanipulasi data dalam berbagai cara yang termasuk kedalam teknologi
untuk menghasilkan informasi yang informasi dan komunikasi (TIK) adalah
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, Radio, Televisi, Telepon (fixed & mobile),
akurat dan tepat waktu, yang digunakan Electronic recording (audio & video),
untuk keperluan pribadi, bisnis, dan Komputer dengan segala peripherals;
pemerintahan dan merupakan informasi (Software, Hardware, Useware (program
yang strategis untuk pengambilan atau isi informasi), Jaringan (lokal, wilayah
keputusan. Teknologi ini menggunakan & global/internet).
seperangkat komputer untuk mengolah
data, sistem jaringan untuk Banyak elaborasi pengertian istilah
menghubungkan satu komputer dengan telekomunikasi yang mana adalah:
komputer yang lainnya sesuai dengan komunikasi jarak jauh melalui media
kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi elektromagnetik (tidak termasuk layanan
digunakan agar data dapat disebar dan pos, semapor), fasilitas telekomunikasi
diakses secara global (Wawan, 2008). umumnya berupa telepon, faksimili,
telegraf, siaran radio dan siaran televisi.
Teknologi informasi menurut Tony Ginton (Pasaribu, 2005). Semua layanan dan
adalah “electronic technology for aplikasi tersebut di atas sekarang
collecting, storing, processing & bertambah seperti komunikasi data
communicating information. They can be (menggunakan hubungan antar
sparated into two main categories (1) komputer), internet, SMS (short
those which process information, such Messaging Service), ATM (Automatic
computer systems, & (2) thosewhich Teller Machine), berbagai permainan dan
disseminate information, such as lainnya.
telecommunication system increasingly,
the term is used to describe system that Unesco memberikan pengertian yang
combine both” (Ginton, 1993). lebih luas terhadap istilah teknologi
informasi dan komunikasi (Information
Definisi lain dari teknologi informasi yaitu, and Communication Technology) sebagai
“collective term for the various kombinasi dari teknologi informasi
technologies involved in processing & dengan teknologi komunikasi (Unesco,
transmitting information: computing, 2002). Sementara Tinio menyatakan
telecommunication, & microelectronic. bahwa teknologi informasi dan
Word processing, database, spreadsheet komunikasi diartikan sebagai “berbagai
are just some of the computing software peralatan teknologi dan sumber yang
package that have revolution work in the digunakan untuk mengkomunikasikan,
office environment” (The Hutchinson dan menciptakan, menyebarkan,
Dictionary, 1999). menyimpan, dan mengelola informasi.”
Teknologi ini termasuk komputer, internet,
Istilah lain Teknologi Informasi yaitu teknologi penyiaran (radio dan televisi)
telematik atau informatika..Istilah dan telepon.
telematika yang diadaptasi dari
Masyarakat Telematika Indonesia Pada saat ini, konvergensi antara
(MASTEL) adalah konvergensi teknologi telekomunikasi, penyiaran multimedia
informasi dan telekomunikasi, termasuk dan teknologi informasi dan komunikasi

123
123
108 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
yang diakibatkan oleh masyarakat dan praktek, interaksi, dan kolaborasi
informasi global memungkinkan (Haddad & Daxler, 200).
transformasi pada berbagai sektor
ekonomi, politik, dan sosial pada seluruh Smaldino dkk yang berorientasi pada
strata sosio-kultural. Keuntungan teknologi digital mengelompokkan media
teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran dalam dua kategori besar,
adalah tidak hanya pada yaitu media tradisional dan lingkungan
fungsionalitasnya, tetapi juga variasi digital. Media tradisional adalah media
aplikasinya (Selian, 2003). Konvergensi pembelajaran yang umum digunakan di
(penggabungan) dari Telekomunikasi, kelas, dan terkait dengan penyajian
Media dan Informatika (Telematika) juga pengajar. Sedangkan lingkungan digital
dapat meningkatkan kualitas komunikasi adalah media pembelajaran yang
dan informasi dalam penyediaan berorientasi pada berbasis komputer.
informasi yang mudah dan cepat bagi Teknologi informasi dan komunikasi
masyarakat secara merata. adalah termasuk di dalam lingkungan
digital, di mana Smaldino dkk
Lebih jauh lagi perkembangan teknologi mengklasifikasikan-nya dalam beberapa
Informasi ini memacu suatu cara baru bagian, yaitu:
dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai a) Komputer
sampai dengan berakhir, kehidupan Komputer memberikan respon yang
seperti ini dikenal dengan e-life, artinya instan secara virtual sebagai
kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh masukkan bagi peserta didik, yang
berbagai kebutuhan secara elektronik. dapat menyimpan dan memanipulasi
Dan sekarang ini sedang semarak informasi, dan dapat melayani banyak
dengan berbagai huruf yang dimulai peserta didik secara simultan. Oleh
dengan awalan e seperti e-commerce, e- karena itu, komputer menjadi pilihan
government, e-education, e-learning, e- dalam pembelajaran. Komputer
library, e-journal, e-medicine, e- memiliki kemampuan untuk
laboratory, e-biodiversity, dan yang memberikan pengalaman belajar
lainnya lagi yang berbasis elektronika. yang kaya bagi peserta didik,
memberikan kekuatan dengan
Potensi yang dimiliki oleh teknologi pengaruh yang mendalam dan
informasi dan komunikasi antara lain langsung dalam belajar. Komputer
adalah untuk: (1) peningkatan akses dapat mengendalikan dan
untuk memperoleh informasi dari mana mengintegrasikan berbagai media
saja, siapa saja. kapan saja, dan apa saja, gambar diam dan bergerak, grafik,
(2) peningkatan efektivitas komunikasi dan suara, serta informasi tercetak.
dengan berbagai bentuk rangsangan Komputer dapat juga menyimpan,
indera, (3) peningkatan relevansi dengan menganalisa, dan menanggapi reaksi
kebutuhan yang semakin banyak dan peserta didik mengetik pada papan
beragam, (4) penyesuaian dengan ketik (keyboards) atau dipilih dengan
kondisi lingkungan yang berubah, dan (5) mouse.
peningkatan efisiensi dengan menghemat
waktu, tenaga dan biaya. Ada 2 (dua) aplikasi komputer yang
utama didalam pembelajaran yaitu:
2. Ruang Lingkup Teknologi Pembelajaran Berbantuan Komputer
Informasi dan Komunikasi dalam (PBK) atau Computer Assisted
Pendidikan Instruction (CAI) dan Pembelajaran
Potensi dari setiap teknologi bermacam- dikelola komputer atau computer-
macam tergantung pada bagaimana managed instruction.
media tersebut digunakan. Haddad dan 1) Pembelajaran Berbantuan
Daxler mengidentifikasi dalam lima level Komputer (PBK) atau Computer
teknologi yang digunakan dalam Assisted Instruction (CAI)
pendidikan: presentasi, demosntrasi, drill PBK terjadi ketika peserta didik

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 109
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
berinteraksi secara langsung kompetensi. Peran guru
dengan komputer di dalam sebagai pengelola
aktivitas pembelajarannya. pembelajaran, menyeleksi
Artinya, seluruh peristiwa belajar materi, menyesuaikan latihan
terjadi melalui komputer. bagi peserta didik dan
Misalnya, komputer mengatur mengontrol peningkatan
penyajian materi, seperti program kemampuan mereka.
latihan dan praktek (drill and c) Tutorial
practice), atau sebagai pencetus Di sini, komputer bertindak
aktivitas kreatif peserta didik, sebagai guru. Seluruh
seperti komputer memungkinkan interaksi adalah antara
peserta didik untuk menggambar komputer dengan peserta
melalui layarnya. Di dalam latihan didik. Informasi
dan praktek, komputer dipresentasikan dalam unit
memberikan latihan dan evaluasi kecil, diikuti oleh pertanyaan
(feedback) atas topik yang dan tugas. Komputer
dibahas. menganalisis respon peserta
didik, dan memberikan
Menurut Sharon E. Smaldino, umpan-balik yang tepat.
metode dalam PBK antara lain Peran guru menyeleksi
dapat berupa: materi, mengadaptasi
a) Pemrosesan Konsep pembelajaran, dan
Peserta didik belajar memonitor kegiatan belajar.
mengeksplorasi hubungan d) Games (permainan)
yang mungkin diantara ide- Metode ini bersifat kompetitif
ide yang terkait berupa dengan memberikan latihan
pemetaan konsep. Ide-ide dan praktek yang bersifat
mengenai suatu topik motivasional, baik secara
dihubungkan dengan individual maupun dalam
membentuk jaring yang kelompok kecil. Guru
kompleks dari pemikiran yang menetapkan batasan-
saling berhubungan. batasan untuk mengarahkan
Beberapa paket perangkat proses dan memonitor hasil
lunak didisain untuk belajar peserta didik.
memfasilitasikan proses ini. e) Simulasi
b) Drill-and-tutorial Peserta didik dihadapkan
Peserta didik belajar melalui pada situasi yang menyerupai
serangkaian latihan dan kehidupan nyata, sesuai
contoh untuk menambah atau model-model yang realistik.
m e m p e r l a n c a r Dapat dilakukan dalam
kemampuannya. Peserta kelompok kecil atau
didik memilih sendiri materi individual. Peserta didik
dan tingkat kesulitan, memilih tindakan-tindakan
merespon pertanyaan, yang akan dilakukan,
memberikan umpan-balik mempraktekkan pilihan, dan
dengan mempraktekkan menerima hasil atas
materi yang diajarkan dan keputusannya, serta
menerima konfirmasi/koreksi. mengevaluasi keputusan
Komputer mengevaluasi tersebut. Peran guru
respon peserta didik tersebut menjelaskan materi dan
secara langsung dan memberikan pedoman
mencatat peningkatan aktivitas pembelajaran yang
akan dilakukan.

123
123
110 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
f) Discovery (penemuan) tes pada komputer atau
Merupakan pendekatan memasukkan informasi pada
belajar induktif, dengan portofolio pribadi. Komputer dapat
menyajikan masalah di mana mendiagnosa kebutuhan belajar
peserta didik peserta didik dan
menyelesaikannya melalui menggambarkan urutan
trial and error, atau pembelajaran untuk mereka. Di
pendekatan sistematik. Hal ini dalam domain pembelajaran ada
sesuai untuk digunakan bagi empat (4) kelas aplikasi komputer
pembelajaran laboratori di sebagai: obyek pembelajaran,
luar kelas. Peserta didik sebuah perangkat, alat
menggali informasi dari basis pembelajaran, menyerupai
data, menyusun hipotesis, pengajaran berpikir logik.
menjawab tes, dan • Pembelajaran tentang
mengembangkan prinsip yang komputer dan internet, di
ditemukan. Peran guru adalah mana literasi akan teknologi
memberikan masalah dan menjadi tujuan.
memantau aktivitas peserta • Pembelajaran dengan
didik. komputer dan internet, di
g) Problem Solving (pemecahan mana teknologi memudahkan
masalah) pembelajaran melalui
Peserta didik mendefinisikan kurikulum.
masalah, membuat hipotesis, • Pembelajaran melalui
menguji data dan komputer dan internet di
membangun solusi. Guru mana integrasi antara
berperan untuk memberikan pengembangan kemampuan
tanda atas sejumlah masalah, teknologis dengan aplikasi
membantu siswa dan menguji kurikulum.
hasilnya. Peserta didik
mendefinisikan masalah, Di dalam teknologi pembelajaran,
menyusun solusi, pendekatan yang tepat adalah
memanipulasi variabel- pembelajaran dengan komputer
variabel, dan melakukan trial dan internet, di mana
and error. Sementara, pembelajaran memfokuskan
komputer menyajikan bagaimana teknologi dapat
masalah, memanipulasi data menjadi alat untuk membantu
dan mengembangkan basis mempelajari kurikulum yang
data, serta menyediakan harus dikuasai. Hal-hal yang
umpan-balik yang tepat termasuk di dalamnya adalah:
(Smaldino, 2005). • Presentasi, demonstrasi, dan
manipulasi data.
2) Computer Managed Instruction • Penggunaan jenis aplikasi
(CMI) kurikulum yang spesifik,
Pada CMI, komputer membantu seperti games, drill dan
guru dan peserta didik dalam praktek, simulasi, tutorial,
perawatan informasi tentang laboratorium virtual,
peserta didik dan di dalam visualisasi dan representasi
memandu pembelajaran. grafis atas konsep abstrak,
Komputer dapat komposisi musik, dan sistem
mengorganisasikan, menyimpan ahli.
dan mengambil informasi setiap • Penggunaan informasi dan
peserta didik dan tentang materi sumber-sumber pada CD-
pembelajaran yang relevan. ROM atau online seperti
Peserta didik dapat mengambil encyclopedia, peta atau atlas

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 111
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
interaktif, jurnal elektronik, education:
dan sumber-sumber lainnya. - belajar (learning) dan pembelajaran
(teaching),
Literasi teknologi sangat - belajar adalah membutuhkan
dibutuhkan untuk pembelajaran perencanaan bukan hal yang
dengan teknologi ini agar insidental;
memungkinkan penerapan - belajar adalah normal di dalam
proses dua langkah dalam sebuah ruang yang berbeda pada
belajar, di mana pebelajar belajar pembelajaran; dan
akan teknologi sebelum mereka - komunikasi dengan menggunakan
dapat secara aktual teknologi yang berbeda-beda.
menggunakannya untuk belajar.
Bagaimana pun, terdapat usaha Yusufhadi Miarso mengatakan bahwa
untuk mengintegrasikan kedua secara umum perkembangan dalam era
pendekatan tersebut. informasi menunjukkan ciri ciri sebagai
berikut:
b) Multimedia 1. Meningkatnya daya muat untuk
Multimedia adalah penggunaan mengumpulkan, menyimpan,
secara sekuensial atau simultan memanipulasikan dan menyajikan
berbagai format media didalam informasi.
sebuah presentasi atau program 2. Kecepatan penyajian informasi yang
belajar mandiri melalui berbagai meningkat.
media audio individual, media visual, 3. Miniaturisasi perangkat keras yang
dan komputer yang dapat disertai dengan ketersediannya yang
mempresentasikan teks, gambar- melimpah.
gambar, video, animasi didalam 4. Keragaman pilihan informasi untuk
sebuah rangkaian integrasi. Sistem melayani berbagai macam
Multimedia secara media tradisional kebutuhan;
adalah kombinasi atau bekerjasama 5. Biaya perolehan informasi, terutama
dengan komputer yang dapat biaya untuk transmisi data yang cepat
ditampilkan dalam bentuk teks, dalam jarak jauh, yang secara relatif
gambar-gambar, suara dan video. semakin turun.
Setelah tahun 1950, multimedia 6. Kemudahan penggunaan produk
ditingkatkan dengan penambahan teknologi komunikasi dan informasi,
efek gerak (motion) berupa efek-efek. baik yang berupa perangkat keras
Multimedia pendidikan dan training maupun perangkat lunaknya.
terdiri atas slide-slide dengan audio 7. Kemampuan distribusi informasi yang
synchronized tape, videotapes, CD- semakin cepat dan luas, dan karena
ROM, DVD, World Wide Web dan itu informasi lebih mudah diperoleh,
Virtual Reality (Smaldino, 2005). dengan menembus batas batas
geografis, politis, maupun kedaulatan.
c) Distance Education 8. Meningkatnya kegunaan informasi
Distance education adalah dengan keanekaragaman pelayanan
merencanakan belajar yang terdiri yang dapat diberikan, hingga
secara normal dapat disampaikan di memungkinkan pemecahan masalah
tempat yang berbeda-beda untuk yang ada secara lebih baik serta
proses pembelajarannya, dibuatnya prediksi masa depan yang
membutuhkan spesial desain khusus, lebih tepat.
dan tehnik instruksi, komunikasi
dengan menggunakan berbagai Orang Dewasa
teknologi, dan spesial Penurunan Intelektual
diorganisasikan dan mengatur-ngatur Issue mengenai penurunan intelektual
administrasi. Ada beberapa definisi selama tahun-tahun masa dewasa
yang dipelajari pada distance merupakan suatu hal yang provokatif

123
123
112 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
(Santrock, 2004). David Wechsler, yang bahwa kecepatan memproses informasi
mengembangkan skala inteligensi, mengalami penurunan pada masa
menyimpulkan bahwa masa dewasa dewasa akhir. Penelitian lain
dicirikan dengan penurunan intelektual, membuktikan bahwa orang-orang
karena adanya proses penuaan yang dewasa lanjut kurang mampu
dialami setiap orang (Wechsler , 1972). mengeluarkan kembali informasi yang
Sementara, John Horn berpendapat telah disimpan dalam ingatannya.
bahwa beberapa kemampuan memang
menurun, sementara kemampuan lainnya Kecepatan memproses informasi secara
tidak. Horn menyatakan bahwa pelan-pelan memang akan mengalami
kecerdasan yang mengkristal penurunan pada masa dewasa akhir,
(crystallized intelligence = yaitu namun factor individual differences juga
sekumpulan informasi dan kemampuan- berperan dalam hal ini. Nancy Denney
kemampuan verbal yang dimiliki individu) (Denney, 1986) menyatakan bahwa
meningkat, seiring dengan peningkatan kebanyakan tes kemampuan mengingat
usia. Sedangkan kecerdasan yang dan memecahkan masalah mengukur
mengalir (fluid intelligence=yaitu bagaimana orang-orang dewasa lanjut
kemampuan seseorang untuk berpikir melakukan aktivitas-aktivitas yang
abstrak) menurun secara pasti sejak abstrak atau sederhana. Denney
masa dewasa madya (Horn, 1980). menemukan bahwa kecakapan untuk
menyelesaikan problem-problem praktis,
Pendapat tersebut dipertanyakan Paul sebenarnya justru meningkat pada usia
Baltes (Baltes, 1987)dan K Warner 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain
Schaie (Schaie, 1984), karena metode Denney juga menemukan bahwa individu
yang digunakan Horn adalah cross- pada usia 70-an tidak lebih buruk dalam
sectional, sehingga factor individual pemecehan masalah-masalah praktis bila
differences, seperti perbedaan kohort, dibandingkan mereka yang berusia 20-an.
tidak diperhatikan, padahal mungkin akan
sangat berpengaruh, sehingga kalau pun Pendidikan, Pekerjaan, dan Kesehatan
ditemukan perbedaan antara subjek yang Pada Dewasa Lanjut
berusia 40 tahun dengan subjek yang Pendidikan, pekerjaan dan kesehatan
berusia 70 tahun, mungkin bukan karena adalah 3 komponen penting yang
factor usia, melainkan kesempatan berpengaruh terhadap fungsi kognitif
memperolah pendidikan, misalnya. individu berusia lanjut. Ketiga komponen
ini juga merupakan factor-faktor yang
Schaie sendiri mengadakan penelitian sangat penting untuk memahami
longitudinal tentang hal tersebut (Schaie, mengapa pengaruh kohort (kelompok
1984), dan memperoleh hasil bahwa umur) perlu dimasukkan dalam laporan
ternyata tidak ditemukan penurunan ketika mempelajari fungsi kognitif dari
intelektual pada masa dewasa, orang-orang dewasa lanjut.
setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada
tahun 1994, Schaie kembali mengadakan • Pendidikan
penelitian dan menemukan bahwa Fasilitas pendidikan, semakin tahun
penurunan di dalam kemampuan- memang semakin meningkat,
kemampuan mental rata-rata dimulai sehingga generasi sekarang memiliki
pada usia 74 tahun. kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih baik daripada
Kecepatan memproses, mengingat, generasi sebelumnya. Pengalaman-
dan memecahkan masalah pengalaman di dunia pendidikan,
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & ternyata berkorelasi positif dengan
Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; hasil skor pad tes-tes inteligensi dan
Salthouse,1992, 1993, in press; tugas-tugas pengolahan informasi
Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & (ingatan) (Verhaegen, Marcoen &
McGrane, 1993), diterima secara luas Goossens, 1993).

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 113
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Di negara-negara maju, beberapa berikutnya.
lansia masih berusaha untuk
mengikuti pendidikan yang lebih • Kesehatan
tinggi. Alasan-alasan yang Tidak bisa dipungkiri bahwa fasilitas
dikemukakan antara lain: (1) ingin kesehatan sekarang ini jauh lebih baik
memahami sifat dasar penuaan yang dibanding masa-masa sebelumnya,
dialaminya, (2) ingin mempelajari padahal dari hasil penelitian kondisi
perubahan social dan teknologi yang kesehatan berkorelasi positif dengan
dirasakan mempengaruhi kemampuan intelektual individu
kehidupannya, (3) ingin menemukan (Hultsch, Hammer & Small, 1993).
pengetahuan yang relevan dan Seperti satu hasil penelitian yang
mempelajari ketrampilan-ketrampilan menemukan bahwa hipertensi
yang relevan untuk mengantisipasi ternyata berkorelasi dengan
permintaan-permintaan masyarakat berkurangnya performance pada tes
dan tuntutan pekerjaan, agar tetap WAIS pada individu berusia di atas
dapat berkarier secara optimal dan 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971).
mampu bersaing dengan generasi Semakin tua, semakin banyak
sesudahnya, (4) ingin mengisi waktu masalah kesehatan yang dihadapi
luang agar lebih bermanfaat, serta (Siegler & Costa, 1985). Jadi
sebagai bekal untuk mengadakan beberapa penurunan kemampuan
penyesuaian diri dengan lebih baik intelektual yang ditemukan pada
pada masa pensiunnya. orang-orang dewasa lanjut sangat
mungkin disebabkan oleh factor-
Namun pendidikan sering pula faktor yang terkait dengan kesehatan
menjadi momok yang menakutkan daripada factor usia semata.
bagi orang dewasa yang mengikuti
proses pendidikan hanya karena Selain fasilitas kesehatan, ternyata
keharusan sebuah standar profesi. gaya hidup individu juga berpengaruh
Untuk orang dewasa yang melakukan terhadap kondisi kesehatan fisiknya.
pembelajaran yang “dipaksa” Pada satu penelitian ditemukan
lembaga ini lah yang akan menjadi bahwa ada hubungan antara aktivitas
peserta didik yang memiliki olahraga dengan kecakapan kognitif
perjuangan rendah. Mereka pada subjek pria dan wanita berusia
cenderung pasif dan tidak antusias 55-91 tahun (Clarkson, Smith &
terhadap perubahan yang dirasakan Hartley, 1989). Orang-orang yang giat
akan mengancam kemudahannya, berolahraga memiliki kemampuan
janganlah kita tantang dengan penalaran, ingatan dan waktu reaksi
pembelajaran berbasis TIK terlebih lebih baik daripada mereka yang
dahulu Karena untuk mengikuti kurang/tidak pernah berolah raga.
pembelajaran konvensional saja Penelitian berikutnya (Park, 1992;
mereka tidak akan maksimal. Stones & Kozman, 1989) menyetujui
bahwa olah raga merupakan faktor
• Pekerjaan penting untuk meningkatkan fungsi-
Searah dengan kemajuan teknologi, fungsi kognitif pada orang dewasa
biasanya orang-orang dewasa lanjut, lanjut. Yang harus diperhatikan dalam
sesuai dengan kompetensi yang aktivitas berolah raga pada dewasa
dimiliki, cenderung bekerja dengan lanjut ini adalah pemilihan jenis olah
jenis pekerjaan yang belum raga yang akan dijalani, harus
mengarah ke orientasi kognitif, seperti disesuaikan dengan usia subjek,
generasi sesudahnya. Hal ini dalam arti kondisi fisik individu. Oleh
mengakibatkan banyak tenaga karenanya sangat dianjurkan untuk
dewasa lanjut yang “harus” tersingkir selalu berkonsultasi dengan tenaga
dari dunia kerja karena tidak mampu medis yang kompeten dalam
lagi bersaing dengan generasi yang masalah ini.

123
123
114 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Andragogi Pada proses andragogi, hubungan itu
Pengertian bersifat timbal balik dan saling
Andragogi berasal dari dua kata dalam membantu.Pada proses pedagogi,
bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang hubungan itu lebih ditentukan oleh
dewasa dan agogos berarti memimpin. guru dan bersifat mengarah.
Perdefinisi andragogi kemudian
dirumuskan sebagai “Suatu seni dan ilmu Dalam melaksanakan sebuah
untuk membantu orang dewasa belajar”. pembelajaran berbasis TIK
Kata andragogi pertama kali digunakan maka pertama yang harus
oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 dilakukan adalah
untuk menjelaskan dan merumuskan menumbuhkan nuansa
konsep-konsep dasar teori pendidikan kerjasama dan saling
Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membantu memperkenalkan
membedakan antara pengertian “Social- konsep TIK terlebih dahulu baik
pedagogy” yang menyiratkan arti antara narasumber-peserta
pendidikan orang dewasa, dengan didik atau dari peserta didik
andragogi. Dalam rumusan Kapp, “Social- kepada peserta didik. Hal ini
pedagogy” lebih merupakan proses harus dilakukan agar peserta
pendidikan pemulihan (remedial) bagi didik tidak merasa “ditinggal”
orang dewasa yang cacat. Adapun atau merasa paling bodoh.
andragogi, justru lebih merupakan proses Ketika peserta didik telah
pendidikan bagi seluruh orang dewasa, memiliki citra diri yang baik
cacat atau tidak cacat secara pada pembelajaran berbasis
berkelanjutan. Untuk melaksanakan TIK maka akan lebih mudah
sebuah proses pembelajaran berbasis belajar karena sudah adanya
TIK pada orang dewasa terdapat motivasi dan semangat.
beberapa hal mendasar yang harus
diperhatikan, yaitu: 2. Pengalaman
Orang dewasa dalam hidupnya
1. Citra Diri mempunyai banyak pengalaman
Citra diri seorang anak adalah bahwa yang sangat beraneka. Pada anak-
dirinya tergantung pada orang lain. anak, pengalaman itu justru hal yang
Pada saat anak itu menjadi dewasa, baru sama sekali. Anak-anak
ia menjadi kian sadar dan merasa memang mengalami banyak hal,
bahwa ia dapat membuat keputusan namun belum berlangsung
untuk dirinya sendiri. Perubahan dari sedemikian sering. Dalam
citra ketergantungan kepada orang pendekatan proses andragogi,
lain menjadi citra mandiri. Hal ini pengalaman orang dewasa justru
disebut sebagai pencapaian tingkat dianggap sebagai sumber belajar
kematangan psikologis atau tahap yang sangat kaya.
masa dewasa. Dengan demikian,
orang yang telah mencapai masa Cara-cara yang ditempuh lebih
dewasa akan berkecil hati apabila bersifat diskusi kelompok, simulasi,
diperlakukan sebagai anak-anak. permainan peran dan lain-lain. Dalam
Dalam masa dewasa ini, seseorang proses seperti itu, maka semua
telah memiliki kemauan untuk pengalaman peserta didik dapat
mengarahkan diri sendiri untuk didayagunakan sebagai sumber
belajar. Dorongan hati untuk belajar belajar.
terus berkembang dan seringkali Melakukan sebuah pembelajaran
justru berkembang sedemikian kuat untuk orang dewasa memang lebih
untuk terus melanjutkan proses kompleks karena pengalaman-
belajarnya tanpa batas. Implikasi dari pengalaman yang telah ditemui akan
keadaan tersebut adalah dalam hal menjadi sebuah pengetahuan yang
hubungan antara guru dan murid. mengakar bahkan membatu.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 115
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Proses belajar berbasis TIK untuk • Active Experimentation:
orang dewasa harus dilakukan pembelajaran pada tipe keempat
dengan lebih banyak variasi dan lebih ini mengharuskan peserta didik
bersifat personal, hal ini sesuai untuk melakukan eksperimen
dengan pendapat Honey & Mumford agar terjadinya proses
yang menjelaskan tipologi peserta pembelajaran yang efektif.
didik.
3. Kesiapan Belajar
Berdasarkan tipologi di atas maka Dalam pendekatan andragogi,
pada pembelajaran berbasis TIK peserta didiklah yang memutuskan
untuk orang dewasa dapat apa yang akan dipelajarinya
dilaksanakan sesuai dengan berdasarkan kebutuhannya sendiri.
karakteristik masing-masing, seperti: Guru sebagai fasilitator. Agar
• Concrete Experience: untuk kesiapan belajar berbasis TIK
melaksanakan proses tercapai dengan baik, maka peserta
pembelajaran berbasis TIK maka didik harus selalu dibimbing dengan
pada tipe ini dilakukan dengan personal.
melakukan hal sebenarnya.
Janganlah menjelaskan atau 4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar
melaksanakan pembelajaran Pendidikan seringkali dipandang
yang hanya bersifat abstrak, sebagai upaya mempersiapkan anak
melainkan peserta harus diajak didik untuk masa depan. Dalam
dalam kondisi melakukan pendekatan andragogi, belajar
pembelajaran dengan alat bantu dipandang sebagai suatu proses
atau media belajar berbasis TIK. pemecahan masalah ketimbang
Sebagai contoh, peserta didik sebagai proses pemberian mata
diajak untuk turut pelajaran tertentu. Karena itu,
mengujicobakan sebuah simulasi andragogi merupakan suatu proses
berbasis TIK dengan dibantu penemuan dan pemecahan masalah
sesama peserta didik atau nyata pada masa kini. Arah
narasumbernya. Hal ini akan pencapaiannya adalah penemuan
meningkatkan antusias dan suatu situasi yang lebih baik, suatu
menghilangkan ketakutan tujuan yang sengaja diciptakan, suatu
peserta didik akan media pengalaman pribadi, suatu
berbasis TIK. pengalaman kolektif atau suatu
• Reflective Obeservation: untuk kemungkinan pengembangan
tipe ini maka pembelajaran berdasarkan kenyataan.
berbasis TIK yang dapat
dilakukan adalah mengajak Terdapat beberapa prinsip yang harus
peserta didik untuk melihat dilakukan ketika pembelajaran pada
langsung kondisi dengan media orang dewasa, yaitu:
atau sumber belajar berbasis TIK 1. Orang dewasa belajar dengan
hingga terjadinya sebuah tingkat baik apabila dia secara penuh
pemahaman yang berasal dari ambil bagian dalam kegiatan-
proses refleksi. kegiatan.
• Abstract Conceptualition: tipe 2. Orang dewasa belajar dengan
yang ketiga ini memahami atau baik apabila menyangkut mana
memaknai proses belajar yang menarik bagi dia dan ada
berdasarkan teori yang kaitan dengan kehidupannya
melandasi, oleh karena itu kita sehari-hari.
dapat memberikan sebuah 3. Orang dewasa belajar sebaik
refensi bahan bacaan berupa mungkin apabila apa yang ia
web-site atau e-book untuk pelajari bermanfaat dan praktis.
menigkatkan pengetahuannya. 4. Dorongan semangat dan

123
123
116 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
pengulangan yang terus menerus memiliki pengetahuan dan penguasaan/
akan membantu seseorang kemampuan akan TIK.
belajar lebih baik.
5. Orang dewasa belajar sebaik Cara yang baik untuk membiasakan orang
mungkin apabila ia mempunyai dewasa sebagai peserta didik akan TIK
kesempatan untuk adalah dengan memasukkan unsur TIK pada
memanfaatkan secara penuh proses pembelajaran. Tindakan ini seringkali
p e n g e t a h u a n n y a , justru mendapat perlawanan dari peserta
kemampuannya dan didik yang “menyukai TIK”. Bukan tujuan
keterampilannya dalam waktu pembelajaran yang dicapai melainkan
yang cukup. sebuah defence dari peserta didik yang
6. Proses belajar dipengaruhi oleh dicapai apabila pembelajaran berbasis TIK
pengalaman-pengalaman lalu tidak dikelola sesuai dengan karakteristik
dan daya pikir dari warga belajar. orang dewasa.
7. Saling pengertian yang baik dan
sesuai dengan ciri-ciri utama dari Saran
orang dewasa membantu Agar pembelajaran berbasis TIK untuk orang
pencapaian tujuan dalam belajar. dewasa ini bisa mencapai tujuan maka pada
proses pembelajarannya peserta didik harus
Sedangkan langkah-langkah ditangani sebagai tim dan tidak diperlakukan
kegiatan dan pengorganisasian sebagai “bawahan”. Selain itu, dikarenakan
program pendidikan yang peserta didik pada orang dewasa sudah tidak
menggunakan asas-asas secepat usia muda dalam memahami materi
pendekatan andragogi, selalu maka pada proses pencapaiannya harus dua
melibatkan tujuh proses sebagai kali lebih sabar dan intensif. Hal lain yang
berikut: perlu dilakukan adalah melakukan proses
1. Menciptakan iklim untuk belajar. pembelajaran berdasarkan masing-masing
2. Menyusun suatu bentuk tipe pengalaman yang telah mereka capai.
perencanaan kegiatan secara Hal ini dikarenakan setiap orang dewasa
bersama dan saling membantu. merupakan orang-orang yang telah memiliki
3. Menilai atau mengidentifikasikan pengalaman yang berbeda-beda. Selama
minat, kebutuhan dan nilai-nilai. pembelajaran berbasis TIK ini dilakukan
4. Merumuskan tujuan belajar. dengan pola yang lebih intensif dan
5. Merancang kegiatan belajar. memperhatikan karakteristik dan tipe
6. Melaksanakan kegiatan belajar. pengelaman maka akan tercapailah tujuan
7. Mengevaluasi hasil belajar belajarnya.
(menilai kembali pemenuhan
minat, kebutuhan dan DAFTAR PUSTAKA
pencapaian nilai-nilai. Ginton, Tony. 1993, A Dictionary of Information
Technology & Computer Science, 2nd
ed.,:Penguin Book Ltd. Manchester.
C. KESIMPULAN DAN SARAN Haddad & Daxler dalam http://www.apdip.net/
publications/iespprimers/eprimer-edu.pdf.
KESIMPULAN 2008.
Manusia adalah mahluk yang terus belajar Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih
dan tidak pernah puas terhadap apa yang Teknologi Pendidikan Jakarta: Kencana.
telah dicapainya. Oleh karena itu akan selalu Pasaribu, John B.2005, Pembelajaran Jarak Jauh
terjadi sebuah perubahan ataupun – Distance Learning.
perkembangan. Pendidikan sebagai sarana Selian, Audrey, ICTs in Support of Human Rights,
seseorang memperoleh pengetahuan dan Democracy and Good Governance, a
sekaligus sarana pencapaian “tuntutan background papers in preparation for the
standar profesi” harus mengembangkan upcoming World Summit on the Information
pembelajaran berbasis TIK pada peserta didik Society (WSIS) in, 2003.
orang dewasa agar peserta didik setelah---------------------------
lulus
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 117
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Smaldino, Sharon E. (et al). 2005, Instructional Development.:Unesco.
Technology and Media for Learning. 8th ed.: Wardiana, Wawan, (dalam http://
Pearson. www.informatika.lipi.go.id/perkembangan-
The Hutchinson Dictionary of Computing teknologi-informasi-di-Indonesia, 2008
Multimedia and The Internet, 3rd ed: Helicon Website: http://www.ilmupsikologi.com/?p=11
Publishing, 1999. Website: http://www.bppk.depkeu.go.id/
Unesco, 2002, Information And Communication w e b p a j a k /
Technology In Education: A Curriculum For index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=30
Schools And Programme Of Teacher

--------------------------------

123
123
118 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
MEMBANGUN UNJ
SEBAGAI ORGANISASI BELAJAR YANG UNGGUL
Oleh: Khaerudin *)

Abstrak

Era informasi adalah era di mana segala sesuatu berkembang dan berubah dengan cepat. Suatu
organisasi dituntut untuk terus mampu beradaptasi dan melakukan upaya peningkatan terus-
menerus mengikuti irama perubahan lingkungan agar tetap bertahan (survive) dan mampu
bersaing dengan organisasi lainnya. Sebagai suatu organisasi, Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
dituntut untuk mampu melakukan hal yang sama. Mengacu pada teori dan konsep organisasi
belajar, makalah ini mengupas berbagai cara yang sebaiknya diterapkan oleh UNJ khususnya
atau organisasi serupa lain pada umumnya agar tetap unggul di era global dewasa ini.
Pembahasan meliputi konsep organisasi belajar dan cara yang sebaiknya ditempuh dari sisi (1)
dinamika belajar yang dilakukan oleh anggota organisasi, baik sebagai individu, kelompok,
maupun organisasi, (2) proses transformasi yang dilakukan menuju sebuah organisasi belajar
yang diharapkan, (3) proses pemberdayaan sumber daya manusia yang dimiliki, baik dosen,
karyawan, maupun mahasiswa, (4) proses manajemen pengetahuan sebagai roh dari sebuah
organisasi belajar, dan (5) pemanfaatan teknologi untuk mendukung terjadinya berbagai
perubahan untuk mengatasi dan mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi pada lingkungan
yang akan mempengaruhi eksistensi UNJ.

Kata Kunci: organisasi belajar, disiplin, system thinking, team learning, mental model, shared
vision, personal mastery, dinamika belajar, transformasi organisasi, pemberdayaan
SDM, teknologi, knowledge management

A. PENDAHULUAN pada saatnya nanti akan menghadapi


Sebagai sebuah organisasi, Universitas “kematian”. Berkenaan dengan peristiwa
Negeri Jakarta (UNJ) tidak bisa steril dari “kematian” ini sangat bergantung kepada UNJ
pengaruh lingkungan yang dinamis dan cepat sendiri dalam kemampuannya melakukan
berubah. UNJ harus peka terhadap adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai
perubahan, baik yang terjadi saat ini dan perubahan yang terjadi pada lingkungannya.
terutama perubahan-perubahan yang akan Bisa jadi peristiwa “kematian” itu akan terjadi
terjadi di masa yang akan datang. Layaknya dalam waktu satu tahun, sepuluh tahun, lima
sebagai sebuah organisme yang hidup di puluh tahun, atau seratus tahun ke depan.
alam bebas dan lingkungan yang terus Atau bisa jadi sebelum “kematian” yang
berubah, UNJ juga akan dihadapkan pada sesungguhnya terjadi sudah terlebih dahulu
hukum alam. Ia akan dan telah lahir sebagai “mati suri”, karena keberadaan dan
“bayi”, kemudian tumbuh dan berkembang kehidupannya tidak bisa lagi berbuat dan
menjadi “anak-anak”, “remaja”, “dewasa”, dan menghasilkan apa-apa.

*) Khaerudin, M.Pd., S3-TP PPs UNJ (dosen program studi teknologi pendidikan, FIP, UNJ)

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 119
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
UNJ harus terus belajar mencari solusi atas
Secara lebih jelas Marquardt, mengingatkan setiap permasalahan yang diakibatkan oleh
terdapat empat kekuatan yang akan perubahan yang tidak dapat dihindarkan.
mendorong sebuah organisasi harus terus Dengan kata lain, suatu organisasi seperti
berubah (Marquardt, 1996), yang tentunya UNJ akan mampu bertahan menghadapi
juga harus diantisipasi oleh UNJ, yaitu: perubahan lingkungan apabila UNJ juga terus
1. Perubahan dalam bidang sosial-ekonomi, melakukan perubahan baik melalui proses
dan ilmu pengetahuan, yang disebabkan belajar adaptif maupun generatif. Hal ini
oleh terjadinya globalisasi; berakibat sejalan dengan pendapat Peter F. Drucker
semakin ketatnya tingkat persaingan dalam “The Post Capitalist Society” bahwa
dalam bidang barang dan jasa; terjadinya keunggulan saat ini sangat ditentukan oleh
tekanan pada aspek lingkungan dan “Proses Belajar”. Siapa yang lebih cepat
ekologi seperti pemanasan global (global belajar dan mampu memanfaatkan keadaan,
warming); dan perkembangan dalam maka akan muncul sebagai pemenang
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Yusuf, 2008).
yang sangat pesat.
2. Perubahan pada aspek lingkungan kerja,
sebagai akibat dari tuntutan penerapan B. HAKIKAT ORGANISASI BELAJAR
teknologi informasi dan komunikasi; Organisasi adalah suatu wadah tempat
perubahan dalam struktur organisasi; berkumpulnya lebih dari satu orang yang
adanya tuntutan untuk meningkatkan memiliki tujuan yang sama, dan diikat oleh
efektivitas dan efesiensi organisasi; suatu kesepakatan bersama. Organisasi
ledakan jumlah pekerja magang; dan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama
keragaman dan mobilitas dunia kerja. secara efisien dan efektif, yang sekaligus
3. Perubahan harapan pelanggan menjadi prinsip suatu organisasi. Efisiensi
berkenaan dengan aspek harga, mutu, dan efektivitas menjadi prinsip utama dalam
inovasi dari barang dan jasa yang sebuah organisasi, karena kita menghadapi
ditawarkan oleh organisasi, serta waktu berbagai keterbatasan sumber daya. Oleh
dan pelayanan yang diberikan organisasi. karena itulah, salah satu yang menjadi tujuan
4. Perubahan harapan pekerja yang seseorang masuk ke dalam suatu organisasi
menuntut dimilikinya keahlian dan adalah agar upaya pencapaian tujuannya
keterampilan yang lebih tinggi, dapat dilakukan dengan efisien dan efektif.
diterapkannya berbagai peraturan kerja Sekalipun ukuran efisiensi dan efektivitas
dalam organisasi, serta harapan-harapan masing-masing individu bisa berbeda.
yang menuntut manajer untuk terus
memberi motivasi kepada karyawan dan Agar sebuah organisasi dapat bertahan dan
memberi fasilitas yang diperlukan untuk berkembang di tengah gelombang perubahan
melakukan pekerjaan. yang terjadi dalam lingkungannya, maka
organisasi tersebut harus menjadi organisasi
Berbagai perubahan di atas akan belajar. Terdapat sejumlah pendapat dan
menimbulkan masalah besar dan bahkan definisi tentang organisasi belajar. Peter
bisa berakibat pada kematian organisasi Senge, misalnya, mendefinisikan organisasi
apabila tidak mampu diantisipasi dan belajar sebagai suatu organisasi di mana para
dipecahkan dengan baik oleh organisasi anggota dari suatu organisasi secara terus
(UNJ). Hal lain yang tidak kalah pentingnya menerus memperluas kemampuannya untuk
adalah berbagai masalah tersebut harus terus berkeinginan belajar dan
dipecahkan dengan cara yang berbeda. mengembangkan potensi diri (team learning)
Karena setiap masalah memiliki karakteristik (Senge, 1990). Pedler dan Dixon di dalam
yang berbeda dan menuntut pemecahan juga Beardwell dan Holden (2001) mendefinisikan
yang berbeda. Sebagaimana diungkapakan organisasi belajar sebagai organisasi yang
oleh Albert Einstein “No problem can be memfasilitasikan pembelajaran bagi seluruh
solved from the same consciousness that anggotanya dan mentransformasikan secara
created it; we must learn to see the world sadar dalam konteks organisasi (Yusuf,
anew” Untuk itu setiap organisasi termasuk 2008). Sementara Marquardt mendefinisikan
123
123
120 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
organisasi belajar sebagai suatu organisasi Pengetahuan Alam menjadi Fakultas
yang belajar secara kolektif dan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
bersemangat, dan terus menerus
mentransformasikan dirinya pada Saat ini UNJ terdiri terdiri dari tujuh fakultas
pengumpulan, pengelolaan dan penggunaan dan satu program pasca sarjana, dengan 72
pengetahuan yang lebih baik bagi program studi (kependidikan dan non
keberhasilan perusahaan (Marquardt, 1996). kependidikan). UNJ dikelola dan dibina oleh
535 orang karyawan dan 953 orang dosen
Dari berbagai pendapat di atas dapat termasuk 37 orang profesor. Sementara
disimpulkan bahwa organisasi belajar adalah jumlah mahasiswa yang dibina sekitar 19.857
suatu organisasi yang memfasilitasi dan orang.
menumbuhkan komitmen semua anggotanya
untuk terus mengembangkan dirinya melalui Visi UNJ adalah “menghasilkan tenaga
kegiatan belajar. kependidikan yang bermutu tinggi untuk
memenuhi kebutuhan sistem pendidikan
Untuk menjadi organisasi belajar, Senge nasional, mengembangkan ilmu pendidikan
mengemukakan, suatu organisasi harus serta menghasilkan tenaga non-kependidikan
menerapkan lima disiplin belajar berikut, yaitu dan mengembangkan ilmu non-kependidikan
berpikir sistem (system thinking), model yang relevan. Lembaga ini dikembangkan
mental (mental models), penguasaan pribadi dengan semangat kewirausahaan sebagai
(personal mastery), visi bersama (share universitas yang religius, modern, efesien dan
vision), dan belajar beregu (team learning). mampu bersaing dan bekerjasama dalam
Sementara Marquardt mengemukakan suatu tataran global” (UNJ, 2002).
organisasi belajar akan terbangun dengan
menerapkan lima subsistem yang saling Sedangkan misi yang diemban adalah
berinteraksi dan saling mendukung menjadi membina dan mengembangkan:
sebuah sistem. Kelima subsistem tersebut, a. Ilmu, teknologi, dan seni yang dapat
adalah subsistem orang, pengetahuan, meningkatkan kualitas hidup manusia
organisasi, teknologi, dan subsistem belajar dan lingkungan.
sebagai intinya (Marquardt, 1996). b. Tenaga akademik dan/atau profesional
yang bermutu, bertanggung jawab dan
mandiri di bidang pendidikan dan non-
C. PROFILE UNJ SEBAGAI SEBUAH kependidikan guna menghadapi berbagai
ORGANISASI tantangan di masa depan.
Universitas Negeri Jakarta adalah nama yang c. Berbagai bentuk pengabdian kepada
digunakan untuk mengganti IKIP Jakarta yang masyarakat di bidang ilmu, teknologi, dan
mendapatkan perluasan mandat (wider seni yang berdaya guna dan berhasil
mandate), dari perguruan tinggi yang memiliki guna.
tugas sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga d. Budaya akademik yang kondusif bagi
Kependidikan (LPTK) yang menghasilkan pemberdayaan semua potensi
tenaga kependidikan menjadi perguruan kemanusiaan yang optimal dan
tinggi yang juga menghasilkan tenaga non terintegrasi secara berkesinambungan.
kependidikan. Dengan perluasan mandat ini e. Dirinya selaku universitas yang mampu
maka sejak tahun 1998, IKIP Jakarta berubah menerapkan prinsip-prinsip
nama menjadi Universitas Negeri Jakarta, enterpreneurship dalam kinerjanya
dan sejak saat itu, UNJ mulai membuka secara berkesinambungan.
program studi non kependidikan. Di samping f. Budaya kewirausahaan dan kerjasama
itu, semua fakultas, kecuali Fakultas Ilmu yang saling menguntungkan dengan
Pendidikan (FIP), berubah nama dengan berbagai lembaga di dalam maupun di
menghilangkan kata “Pendidikan” nya, seperti luar negeri dalam melaksanakan
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Tridarma Perguruan Tinggi sebagai
berubah menjadi Fakultas Bahasa dan Seni, perwujudan dari kebersamaan hidup
Fakultas Pendidikan Matematika Ilmu untuk membangun masa depan yang
lebih baik.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 121
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
g. Kemitraan dalam rangka menyelenggara- yang kondusif menjadi syarat mutlak
kan otonomi daerah (UNJ, 2002). untuk menjadi organisasi belajar. Oleh
karena itu, iklim belajar yang dinamis dari
Di samping Visi dan Misi, UNJ juga memiliki sebuah organisasi seperti UNJ sangat
Motto, yaitu “Building Future Leader” bergantung pada proses belajar yang
(mempersiapkan pemimpin masa depan) dilakukan oleh anggota organisasinya,
(UNJ, 2002). baik secara individual, tim (group),
maupun organisasi.
Dilihat dari lokasi, posisi UNJ berada di kota
Metropolitan Jakarta, yang merupakan satu- Seberapa besar dan intens anggota
satunya perguruan tinggi negeri. Namun di organisasi (stake holders) melakukan
sekitarnya terdapat sejumlah perguruan tinggi proses belajar akan berpengaruh
swasta yang “bonafid” di samping tentunya terhadap dinamika belajar organisasi.
ratusan perguruan tinggi swasta yang apa Karena dinamika organisasi belajar akan
adanya. terjadi hanya melalui individu yang
belajar. Sekalipun belajar individu tidak
menjamin terjadinya belajar organisasi,
D. MEMBANGUN UNJ SEBAGAI namun tanpa belajar individu tidak akan
ORGANISASI BELAJAR terjadi belajar organisasi, demikian
Mencermati berbagai perubahan lingkungan, dikatakan Peter Senge (Senge, 1990).
baik yang berasal dari lingkungan internal
maupun eksternal, tidak ada pilihan bagi UNJ, Salah satu upaya untuk menciptakan
agar tetap eksis dan berkembang, untuk belajar yang dinamis dalam rangka
melakukan tranformasi diri menjadi organisasi membangun organisasi belajar adalah
belajar. Merujuk pada konsep organisasi dengan memberi kesempatan belajar
belajar yang dikemukakan oleh Marquardt, yang seluas-luasnya bagi setiap anggota
maka untuk menjadi organisasi belajar yang organisasi (individu), seperti kesempatan
unggul, UNJ harus membangun sebuah belajar mengelola diri sendiri, belajar dari
sistem yang utuh dan komprehensif, dengan dan bersama teman kerja, menyediakan
cara mengembangkan (1) dinamika belajar fasilitas akses internet yang memadai
yang dilakukan oleh anggota organisasi, baik agar anggota individu dapat belajar
sebagai individu, kelompok, maupun melalui bantuan komputer, berbagi
organisasi, (2) proses transformasi yang (sharing) pengalaman kerja sehari-hari
dilakukan menuju sebuah organisasi belajar antaranggota organisai, memberi tugas
yang diharapkan, (3) proses pemberdayaan khusus untuk mengerjakan sebuah
sumber daya manusia yang dimiliki, baik proyek, dan mengembangkan wawasan
dosen, karyawan, maupun mahasiswa, (4) pribadi, baik melalui kegiatan pendidikan
proses manajemen pengetahuan sebagai roh formal maupun non formal dan informal.
dari sebuah organisasi belajar, dan (5)
pemanfaatan teknologi untuk mendukung Iklim belajar yang dinamis akan terwujud
terjadinya berbagai perubahan untuk apabila proses belajar bukan hanya
mengatasi dan mengantisipasi berbagai dilakukan individu tetapi juga oleh tim dan
perubahan yang terjadi pada lingkungan yang organisasi. Belajar tim memiliki peran
akan mempengaruhi eksistensi UNJ. yang sangat penting pada saat organisasi
menghadapi permasalahan yang
1. Membangun lingkungan belajar kompleks yang sulit dipecahkan secara
yang dinamis dengan melibatkan individual; dan pada saat memerlukan
indvidu, kelompok, dan pemikiran yang variatif dan komprehensif.
organisasi Belajar tim yang sangat solid
Belajar merupakan inti dari organisasi memungkinkan ditemukannya pemikiran
belajar. Tanpa belajar maka tidak kolektif dan komunikasi yang efektif dan
terbangun suatu organisasi belajar. juga kemampuan untuk bekerja secara
Karena itu penciptaan suasana belajar kreatif dan konstruktif sebagai sebuah
sistem.

123
123
122 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
mandate). Upaya ini harus terus didorong
Sejumlah indikator yang harus dicapai agar proses transformasi UNJ sebagai
oleh UNJ untuk menjadi organisasi organisasi yang selama ini belum belajar
belajar yang dinamis, adalah adanya menjadi organisasi belajar.
dukungan yang optimal dari top manajer,
para pimpinan universitas, fakultas, dan Upaya yang harus dilakukan UNJ untuk
unit pendukung, untuk tercapainya visi melakukan transformasi organisasi
organisasi belajar; adanya iklim yang adalah:
mendukung dan kesadaran dari semua a. Membangun visi bersama
stake holders akan pentingnya belajar; Visi adalah image, gambaran, wujud
UNJ sebagai sebuah organisasi terus yang ingin dicapai oleh seseorang
belajar, bukan hanya dari kesuksesan- atau sebuah organisasi. Visi adalah
kesuksesan yang telah diraihnya, tetapi arah kemana seseorang atau
juga belajar dari kegagalan-kegagalan organisasi akan melangkah. Oleh
yang dialaminya di masa lalu; karena itu, dalam konteks organisasi,
terbangunnya komunikasi yang efektif visi organisasi harus dipahami oleh
antara anggota organisasi pada berbagai semua anggota organisasi. Visi
level, dikuasainya kemampuan dan organisasi jangan hanya dimiliki oleh
keterampilan belajar adaptif, antisipatori, pimpinan organisasi. Visi organisasi
deutro, dan belajar aksi. harus benar-benar menjadi impian
semua anggota organisasi. Dengan
Secara praktis, Marquardt kata lain visi organisasi harus menjadi
mengemukakan terdapat sepuluh strategi visi bersama.
untuk membangun subsistem belajar
yang dinamis yaitu:1 Untuk mewujudkan visi bersama,
1) Mengembangkan program tindakan proses penyusunan visi harus
belajar melalui organisasi. melibatkan semua unsur atau stake
2) Meningkatkan kemampuan individu holders (mahasiswa, dosen,
untuk belajar bagaimana belajar. karyawan, dan para pemakai lulusan)
3) mengembangkan disiplin dialog melalui suatu proses dialog. Untuk itu
dalam organisasi. perlu dibentuk gugus tugas
4) menciptakan rencana (taskforce) yang bertugas
pengembangan karir untuk karyawan. membangun dialog dengan stake
5) membangun program cash holders, sehingga dapat diserap
pengembangan diri. harapan dan “impian” dari masing-
6) membangun keterampilan belajar masing unsur tentang UNJ seperti
beregu. apa yang ingin diwujudkan di masa
7) mendorong dan mempraktekan yang akan datang. Dengan langkah
berpikir sistem. ini diharapkan akan terumuskan visi
8) menggunakan scanning dan skenario bersama yang mengakomodir
rencana untuk mengatisipasi belajar. harapan semua pihak, dan benar-
9) mendorong/memperluas pola pikir benar akan menjadi arah dan impian
(mindsets) dan belajar perbedaan, bersama. Visi yang dirumuskan harus
multikultural dan global. benar-benar khas yang menjadi
10) merubah pola mental relatif untuk penciri UNJ, sehingga dapat
belajar (Marquardt, 1996). dibedakan dengan perguruan tinggi
yang sejenis sebagai LPTK yang
2. Melakukan transformasi mendapat perluasan mandat.
organisasi
Kegiatan trasformasi organisasi dilakukan b. Membuat indikator pencapaian visi
sebagai upaya untuk mereformasi, Agar proses pencapaian visi dapat
merestrukturisasi, memfokuskan kembali dikontrol dan diukur maka sebuah visi
peran dan fungsi UNJ sebagai LPTK yang harus dijabarkan menjadi sejumlah
memiliki mandat yang diperluas (wider
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 123
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
indikator pencapaian. Karena itu 4) merekayasa kembali kebijakan
sebuah visi yang baik harus dan struktur organisasi UNJ yang
mencantumkan target waktu memungkinkan anggotanya terus
pencapaiannya, dan belajar;
menggambarkan ruang lingkup (area) 5) menerapkan prinsip reward and
visi tersebut akan diwujudkan. Target punishment kepada anggota
waktu pencapaian menjadi penting yang terus belajar baik secara
untuk menentukan tahap-tahap individual maupun beregu;
pencapaian yang lebih sistematis dan 6) membuat belajar menjadi bagian
sistemik. Sekalipun dalam perjalanan dari seluruh kebijakan dan
visi tersebut bisa saja harus berubah prosedur organisasi UNJ;
karena tuntutan perubahan 7) membangun pusat keunggulan
lingkungan. Demikian juga dengan yang menjadikan UNJ sebagai
ruang lingkup (area) pencapaian organisasi belajar;
diperlukan untuk dapat dianalisis 8) menggunakan pengukuran
kekuatan, kelemahan, tantangan, dan finansial dan nonfinansial sebagai
peluang (SWOT) organisasi (UNJ) sebuah aktivitas belajar;
dalam membangun kerjasama 9) menciptakan waktu, tempat, dan
dengan rekan kerja (partnership), dan lingkungan fisik untuk belajar; dan
dalam menghadapi persaingan 10) membuat belajar yang disengaja
dengan para pesaingnya di area yang pada setiap waktu dan di semua
telah ditetapkan. lokasi;

c. Menilai dan menentukan titik 3. Memberdayakan Sumber Daya


berangkat mencapai visi Manusia
Dalam upaya mewujudkan visi Sumber daya manusia adalah pelaku
organisasi, UNJ harus memahami utama dalam sebuah organisasi. Tanpa
betul posisi awal tentang kondisi riil sumber daya manusia yang memadai,
yang dimilikinya. Oleh karena itu, sebuah organisasi akan menghadapi
proses analisis SWOT yang obyektif permasalahan besar yang akan
dan komprehensif menjadi sangat berdampak pada terancamnya eksistensi
menentukan. Dengan pemahaman organisasi. Oleh karena itu, sebuah
kondisi awal pada saat akan organisasi harus menjadi organisasi
melangkah dan tahu dengan jelas arah belajar yang ditandai oleh setiap sumber
dan tujuan (visi) yang akan dicapai, daya manusianya terus belajar; belajar
maka memudahkan UNJ dalam dalam menghadapi dan memecahkan
mengatur strategi pencapaiannya. setiap tantangan dan permasalahan yang
dihadapi oleh organisasinya, bahkan
Merujuk pada pendapat Marquardt,12 belajar untuk menciptakan berbagai
terdapat sepuluh strategi utama untuk inovasi untuk mengembangkan
melakukan transformasi organisasi organisasinya.
menjadi organisasi belajar
(Marquardt, 1996), yang dapat Dalam konteks organisasi UNJ, sumber
diadopsi oleh UNJ, yaitu: daya manusia yang harus terus
1) menangani berbagai konferensi diberdayakan agar memberi kontribusi
dan penelitian untuk yang positif bagi terbentuknya organisasi
mengembangkan visi organisasi belajar adalah para dosen, karyawan, dan
belajar; para pimpinan, baik tingkat universitas,
2) membangun dukungan dari para fakultas, lembaga, dan unit pelaksana
top manajer untuk menjadi teknis. Sebagai anggota organisasi,3
organisasi belajar ; mereka memiliki tugas dan tanggung
3) menciptakan iklim akademik jawab yang sama untuk mengembangkan
lingkungan UNJ untuk melakukan UNJ sebagai organisasi belajar melalui
belajar berkelanjutan; proses belajar yang tiada henti.
123
123
124 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
4. mendorong para pimpinan
Untuk mendorong setiap anggota universitas, fakultas, lembaga dan
organisasi (UNJ) menjadi pemelajar unit pelaksana teknis lainnya untuk
sepanjang hayat, maka UNJ harus menjadi model pemelajar sepanjang
memberi kebebasan, kekuatan, dan hayat;
semangat untuk terus belajar; 5. mengundang pemimpin untuk lomba
memaksimalkan pemberian delegasi proses belajar dan proyek;
otorisasi dan tanggung jawabnya; 6. menyeimbangkan belajar dan
melibatkan mereka dalam merencanakan kebutuhan perkembangan individu
dan mengembangkan organisasi; serta dan organisasi;
menjaga keseimbangan kebutuhan 7. mendorong dan meningkatkan
organisasi dan kebutuhan individual partisipasi pelanggan (mahasiswa,
(Organization equilibrium), mengembang- sekolah, depdiknas, dll) dalam
kan budaya kerja dalam tim, dan tidak organisasi belajar;
kalah pentingnya adalah 8. menyediakan kesempatan belajar
memberdayakan pegawai agar mampu bagi masyarakat;
bekerja tanpa arahan langsung dari 9. membangun kerjasama belajar
manajer, atau melaksanakan “continuous jangka panjang dengan vendor dan
improvement” berdasarkan visi bersama. suplier; adn
10. memaksimalkan belajar melalui
Pemberdayaan sumber daya manusia aliansi (alliances) dan kerjasama (join
yang menjadi anggota organisasi UNJ ventures) dengan stakeholders
juga diarahkan agar mereka memiliki (Marquardt, 1996).
komitmen yang tinggi untuk memajukan
UNJ, melepaskan sentimen individu dan 4. Mengelola pengetahuan
mengutamakan kepentingan UNJ, dan Untuk menjadikan UNJ sebagai
berusaha meleburkan diri ke dalam organisasi belajar yang unggul, UNJ
pemikiran kolektif untuk mencapai tingkat harus memperhatikan keberadaan dan
penetrasi dan inovasi yang maksimal. pengembangan subsistem pengetahuan
Membangun keterbukaan antaranggota sebagai basis kerja semua anggota
organisasi juga menjadi prasyarat untuk organisasinya. UNJ harus menyadari
terjadinya organisasi belajar yang unggul. bahwa pengetahuan merupakan
Melalui keterbukaan diharapkan setiap subsistem yang paling vital setelah
anggota organisasi menjadi lebih “well- subsistem belajar. Bahkan kedua sistem
informed”, sehingga dalam setiap ini akan selalu terkait. Pengetahuan yang
pengambilan keputusan didasarkan pada menjadi basis kerja harus terus
data dan fakta yang akurat. dikembangkan, baik melalui proses
belajar adaptif maupun proses belajar
Agar sumber daya manusia yang ada generatif.
dalam organisasi UNJ memberi kontribusi
dalam mendorong UNJ menjadi Keberadaan pengetahuan dalam sebuah
organisasi belajar yang unggul, dapat organisasi belajar ibarat makanan yang
dilakukan dengan cara: menjadi nutrisi yang dibutuhkan untuk
1. mengembangkan kebijakan menumbuhkembangkan tubuh manusia.
organisasi yang memberi hadiah Semua komponen organisasi
kepada para anggota organisasi yang memerlukan pengetahuan. Staf
terus belajar; administrasi memerlukan pengetahuan
2. menciptakan situasi dan kondisi yang yang sangat memadai untuk dapat
memungkinkan terjadinya melayani stakeholders dengan baik dan
pengelolaan-diri tim kerja; memuaskan. Apalagi para dosen, yang
3. memberi kesempatan kepada bertugas memfasilitasi para mahasiswa
karyawan dan dosen untuk terus mengembangkan dirinya untuk menjadi
belajar dan berkarya; “sosok” yang diinginkannya.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 125
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
Untuk menjadi organisasi belajar yang segera diatasi dengan pengetahuan baru
unggul, UNJ harus mampu mengelola yang sebelumnya belum dimiliki
pengetahuan secara sistematis dan organisasi. Sedangkan pengetahuan
sistemik. UNJ harus mengembangkan yang bersifat generatif adalah
suatu sistem agar mampu memperoleh, pengetahuan yang secara sengaja
menciptakan, menyimpan, dan membagi dikembangkan secara proaktif untuk
(sharing) pengetahuan dengan baik, baik mengantisipasi berbagai perkembangan
dilakukan oleh anggota organisasi secara dan perubahan lingkungan, baik secara
mandiri atau dalam bentuk team learning internal maupun eksternal.
maupun melalui kerjasama dengan
organisasi di luar UNJ. UNJ sebagai sebuah organisasi belajar
harus mampu melakukan keduanya,
Proses memperoleh pengetahuan dapat menciptakan pengetahuan yang bersifat
dilakukan secara internal maupun adaptif dan generatif. Melalui bidang
eksternal. Sebagai organisasi belajar, penelitian sebagai salah satu dari
UNJ dapat memperoleh pengetahuan kegiatan tridarma perguruan tingginya,
dari anggota organisasinya (secara UNJ harus mampu mendorong setiap
internal), baik dosen, staf dan pimpinan, anggota organisasi menciptakan
bahkan para mahasiswa sendiri. Upaya pengetahuan. Hasil dari proses ini bukan
ini dapat dilakukan dengan cara sekedar untuk mempertahankan
memahami dan menyelami pengetahuan eksistensi organisasi, tetapi diharapkan
anggota organisasinya, belajar dari akan mendorong perubahan dalam
pengalaman melalui proses refleksi dan berbagai bidang dalam masyarakat.
diskusi, dan juga menerapkan proses
perubahan yang berkelanjutan. Lembaga Penelitian memiliki peran yang
strategis untuk memfasilitasi proses
Sedangkan proses memperoleh penciptaan pengetahuan yang akan
pengetahuan dari pihak eksternal dapat dilakukan oleh anggota organisasi UNJ.
dilakukan melalui: Baik dosen maupun mahasiswa, atau
• Bekerjasama dari organisasi lain. mungkin juga staf administrasi diberi
• Menghadiri konferensi. kesempatan yang luas untuk melakukan
• Merekrut konsultan. berbagai penelitian untuk
• Membaca materi cetak seperti koran, mengembangkan dan menciptakan
surat elektronik, dan jurnal. pengetahuan, baik yang bersifat adaptif
• Menonton televisi, video, dan film. maupun generatif.
• Memperhatikan trend ekonomi,
sosial, dan teknologi. Ada sejumlah aktivitas yang dapat
• Mengumpulkan data dari konsumen, dilakukan UNJ untuk dapat menciptakan
pesaing, dan sumber lain. pengetahuan, diantaranya melalui belajar
• Merekrut pegawai baru. dengan tindakan (action learning),
• Bekerjasama dengan organisasi lain, pemecahan masalah secara sistematis
membuat aliansi, dan membentuk (systematic problem solving),
usaha bersama (Marquardt, 1996). eksperimen, belajar dari pengalaman
masa lalu (learning form past
Proses menciptakan pengetahuan dapat experiences). Dua kegiatan pertama
dilakukan secara adaptif dan juga secara bersifat adaptif, karena dilakukan untuk
generatif. Pengetahuan yang bersifat mengatasi masalah yang dihadapi,
adaptif diciptakan dalam upaya mereaksi sedangkan dua kegiatan terakhir
dan mengatasi permasalahan yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi
sedang dihadapi. Berbagai perubahan dan dalam upaya perluasan
perkembangan dalam bidang sosial, dan peningkatan kemampuan UNJ
ekonomi, politik, dan teknologi sering sebagai organisai belajar.
menimbulkan masalah yang harus

123
123
126 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Permasalahan lain yang tidak kalah (BAPSI) harus didorong untuk mampu
pentingnya dalam mengelola mengelola pengetahuan dengan
pengetahuan sebagai basis kerja dan menggunakan basis data yang dapat
pengembangan organisasi adalah diandalkan.
bagaimana UNJ sebagai organisai belajar
mampu menyimpan pengetahuan yang Proses penyebaran/pengiriman
dimilikinya dan dengan mudah diakses pengetahuan merupakan salah satu
bila diperlukan. Permasalahan ini proses yang mempengaruhi kualitas
sebenarnya terkait dengan masalah manajemen pengetahuan dalam sebuah
manajemen sistem informasi. organisasi belajar. Dalam sebuah
Sehubungan dengan ini Marquardt organisasi belajar diperlukan suatu sistem
mengingatkan bahwa pengetahuan penyebaran dan pengiriman
seharusnya disimpan dengan pengetahuan yang cepat dan akurat
memperhatikan hal-hal berikut:15 kepada seluruh bagian atau anggota
• Tersusun dan tersimpan dengan baik organisasi. Bagi UNJ, tuntutan ini harus
sehingga sistem bisa menemukan disikapi dengan mengembangkan suatu
dan mengirimkan informasi dengan mekanisme yang memungkinkan semua
cepat dan benar. sivitas akademika dapat memperoleh
• Dibagi menjadi beberapa kategori pengetahuan yang berkembang dengan
seperti fakta, kebijakan, atau cepat dan akurat.
prosedur
• Tersusun sehingga informasi bisa Mekanisme yang dikembangkan baik
dikirimkan dengan jelas dan cara dengan memanfaatkan teknologi
yang singkat kepada pengguna. informasi dan komunikasi maupun secara
• Bersifat akurat, tepat waktu, dan manual. Hal yang penting di sini adalah
tersedia bagi setiap orang yang kejelasan mekanisme tersebut sehingga
membutuhkan (Marquardt, 1996). semua anggota organisasi memahami
bagaimana mereka dapat mengirim dan
Di samping itu, proses manajemen menerima pesan dengan baik.
pengetahuan juga harus memperhatikan
latar belakang anggota organisasi (dosen, Beberapa cara yang dapat ditempuh oleh
staf, mahasiswa, atau stake holders organisasi dalam pengiriman
lainnya) sebagai pengguna. Ini penting pengetahuan, yaitu:
mengingat masing-masing pengguna 1. Dalam bentuk komuniksi tertulis
memiliki karakteristik yang berbeda, perseorangan, seperti dalam bentuk
seperti kebutuhannya, tujuan memo, laporan, surat, papan
pekerjaannya, keahliannya, manfaat pengumuman terbuka.
informasi dan lokasi para anggota 2. Melalui pelatihan, seperti konsultasi
organisasi mengakses dan internal, kursus formal, dan pelatihan
memanfaatkan pengetahuan tersebut. kerja.
3. Mengadakan konferensi internal.
Untuk kepentingan manajemen 4. Melakukan briefing.
pengetahuan yang memadai, UNJ harus 5. Menggunakan publikasi internal,
mengembangkan suatu sistem informasi seperti video, teks, audio.
yang berbasis TIK, yang dikelola secara 6. Melaksanakan tur (Marquardt, 1996).
profesional. Dalam kaitan ini optimalisasi
peran dan fungsi Pusat Komputer Mengingat peran manajemen
(Puskom) dan Pusat Pengembangan pengetahuan yang sangat vital dalam
Teknologi Informasi (PPTI) menjadi suatu sebuah organisasi seperti UNJ agar dapat
keniscayaan. Demikian juga dengan menjadi organisasi belajar yang unggul,
semua Biro Administrasi yang ada, maka UNJ harus dapat
khususnya Biro Administrasi mengimplementasikannya dengan
Pengembangan Sistem Informasi merujuk pada sepuluh strategi utama

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 127
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
untuk mengelola pengetahuan yang dipertimbangkan, karena apabila suatu
dikemukakan oleh Marquardt, yaitu: organisasi memutuskan untuk
1. menciptakan harapan yang membuat menggunakan TIK, akan berdampak
setiap orang bertanggung jawab pada sejumlah hal, di antaranya:
untuk mengumpulkan dan mengubah cara menyelesaikan masalah,
mentransfer pengetahuan; akan terjadi penggabungan sejumlah
2. secara sistematis mengambil fungsi organisasi, mengubah iklim
(capture) pengetahuan luar yang kompetisi, menghadirkan peluang-
relevan untuk organisasi; peluang strategi baru, menuntut
3. mengorganisir even-even belajar perubahan dasar, dan mendorong
dengan organisasi untuk mengambil transformasi (Marquardt, 1996).
dan berbagi pengetahuan;
4. mengembangkan cara berpikir dan Salah satu bentuk adopsi TIK yang dapat
belajar yang kreatif dan generatif; mendorong UNJ menjadi organisasi
5. mendorong dan memperkuat inovasi belajar, adalah dengan memanfaatkan
dan penemuan; TIK sebagai sarana untuk melaksanakan
6. melatih staf dalam menyimpan dan Belajar Berbasis Teknologi (Technology-
mengambil pengetahuan; Based Learning). Dengan mengadopsi
7. mendorong tim gabungan dan rotasi model belajar berbasis teknologi akan
tugas untuk memaksimalkan transfer mendorong seluruh anggota organisasi
pengetahuan lintas batas; untuk melek teknologi (technology
8. mengembangkan suatu basis literacy), dan terus belajar sesuai dengan
pengetahuan sekitar nilai-nilai dan kapasitas dan tugasnya masing-masing.
kebutuhan belajar organisasi;
9. menciptakan mekanisme untuk Para dosen akan dituntut untuk terus
belajar mengumpulkan dan belajar mengembangkan bahan ajar,
menyimpan ; dan berbagai strategi pembelajaran, dan
10. mentransfer belajar kelas ke sistem evaluasi yang berbasis TIK. Para
pekerjaan (Marquardt, 1996). mahasiswa dituntut untuk mampu
menggunakan dan memanfaatkan
5. Memanfaatkan teknologi perangkat TIK sebagai media dan
Perkembangan teknologi informasi dan sekaligus sebagai sumber belajarnya.
komunikasi (TIK) terjadi sangat pesat.
Dengan potensinya yang sangat besar, Dengan mengadopsi TIK sebagai salah
TIK akan dan telah membawa dampak satu sub sistem dalam organisasi belajar,
yang luas terhadap berbagai aspek akan menuntut para karyawan untuk terus
kehidupan. Di satu sisi, keberadaan dan belajar bagaimana memanfaatkan dan
pemanfaatan TKI ini membawa manfaat mengembangkan manajemen sistem
yang besar, membuat hidup dan informasi (administrasinya) yang berbasis
kehidupan manusia semakin mudah, TIK; Tentu saja tidak ketinggalan para
namun di sisi lain, keberadaanya tidak pimpinan fakultas, unit, dan universitas
sedikit menimbulkan masalah, terutama juga harus terus belajar dengan
bagi mereka yang tidak mau dan tidak memanfaatkan TIK, untuk mendapatkan
mampu mengikuti perkembangannya. data dan informasi yang akurat sebagai
dasar dalam pengambilan keputusannya
UNJ sebagai organisasi yang akan dan sekaligus untuk mensosialisasi
menjadi organisasi belajar yang unggul, kebijakan yang diambilnya.
harus mampu mengambil sikap yang
bijak dalam menghadapi perkembangan Implikasi dari mengadopsi TIK dalam
TIK ini. Untuk menjadi sebuah organisasi sistem organisasi adalah diperlukan
belajar yang unggul, UNJ harus mampu pengembangan perangkat keras
memanfaatkan TIK ini dengan tepat untuk (hardware), perangkat lunak (software)
memfasilitasi semua anggota dan perangkat manusianya (brainware).
organisasinya terus belajar. Hal ini harus

123
123
128 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
Di sadari betul bahwa untuk penyediaan sendiri atau dengan kelompok;
berbagai perangkat ini, akan diperlukan 6) menginstal sistem dukungan kinerja
sumber dana yang tidak sedikit. elektronik;
7) merencanakan dan mengembangkan
Di samping penyediaan sejumlah sistem belajar segera (just-in-time);
komputer dengan jumlah yang cukup, 8) membangun kapabilitas dan teknologi
pada aspek perangkat keras ini, perlu perangkat kursus internal;
juga dikembangkan jaringan yang baik 9) mengembangkan kesadaran dan
dan memadai yang dapat penghargaan pada teknologi sebagai
menghubungkan antara “Pusat TIK” alat yang memiliki kekuatan untuk
dengan berbagai unit dan fakultas. belajar mengembangkan organisasi;
Pembangunan jaringan dapat dilakukan dan
dengan menggunakan sistem kabel atau 10) meningkatkan tanggung jawab
tanpa kabel (nircable). manajemen teknologi dan staf
sumber daya manusia (Marquardt,
Pengembangan sarana dan prasarana 1996).
“Pusat TIK” juga harus menjadi perhatian
serius. Demikian juga dengan
penyediaan dan pengembangan sumber E. KESIMPULAN DAN SARAN
daya manusianya yang profesional dalam
TIK harus mendapat perhatian yang lebih. Kesimpulan
Evaluasi dan restrukturisasi Pusat Setiap organisasi, termasuk UNJ, akan selalu
Komputer (Puskom) dan Pusat berhadapan dengan berbagai perubahan,
Pengembangan Teknologi Informasi baik yang berasal dari dalam organisasi
(PPTI) juga perlu dilakukan agar dapat (internal) maupun berasal dari luar organisasi
bekerja secara optimal dan profesional, (eksternal). Setiap perubahan selalu
sehingga mampu melayani semua staf memunculkan masalah yang harus dapat
dan civitas akademika UNJ, melakukan diatasi dengan baik oleh organisasi. Apabila
proses belajar secara berkelanjutan. ia tidak mampu mengatasinya, maka
“kematian” organisasi akan segera tiba.
Untuk mewujudkan UNJ sebagai
organisasi belajar yang ditandai dengan Untuk mengatasi berbagai permasalahan
pemanfaatan teknologi dalam yang muncul, dan sekaligus agar mampu
keseluruhan subsistem organisasinya, mempertahankan eksistensinya, maka setiap
diperlukan suatu strategi yang tepat agar organisasi harus mentransformasi diri
proses penerapan TIK menjadi lebih menjadi organisasi belajar. Dengan menjadi
efektif dan efisien. Marquadt organisasi belajar, maka setiap anggota
mengemukakan terdapat sepuluh strategi organisasi akan terus menerus belajar
utama yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kapabilitasnya, baik secara
menerapkan teknologi dalam sebuah individual, tim, maupun organisasi; baik
organisasi, yaitu: melalui belajar adaptif maupun generatif.
1) mendorong dan menyediakan Melalui belajar maka organisasi akan mampu
fasilitas bagi semua staf untuk dapat memanaj pengetahuan yang dimilikinya untuk
terkoneksi dengan internet; mengatasi setiap permasalahan yang
2) mengembangkan multimedia, pusat dihadapi dan mengantisipasi perkembangan
belajar berbasis teknologi; di masa yang akan datang.
3) membuat atau memperluas
pembelajaran video interaktif; Saran
4) menggunakan teknologi untuk Dalam membangun sebuah organisasi
memperoleh pengetahuan dan ide- belajar yang unggul, UNJ harus mampu
ide dari orang dalam dan luar mengembangkan dinamika belajar yang
organisasi; dilakukan oleh sivitas akademika, melakukan
5) memperoleh dan mengembangkan transformasi organisasi, memberdayakan
kompetensi untuk belajar teknologi sumber daya manusia yang dimiliki, baik
1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 129
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
dosen, karyawan, maupun mahasiswa, Reiser, Robert A., Jaohn V. Dempsey. Trends and
mengembangkan manajemen pengetahuan Issues in Instructional Design and
yang baik, dan memanfaatkan teknologi untuk Technology, Second Edition. New Jersey:
mendukung terjadinya berbagai perubahan Pearson Prentice Hall, 2007
untuk mengatasi dan mengantisipasi Senge, Peter M., The Fifth Discipline: The Art and
berbagai perubahan yang terjadi pada Practice of The Learning Organization. 1990
lingkungan yang akan mempengaruhi Senge, Peter M., School Thar Learn, A Fifth
eksistensi UNJ. Discipline. New York: Doubleday Dell
Publishing Group, Inc. 2000
Universitas Negeri Jakarta, Pedoman Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA Akademik tahun 2002, p. 3
Marquardt, Michael J., Building the Learning Yusuf, Adie E., http://teknologikinerja.wordpress.
Organization, A Systems Approach to com/2008/05/06/organisasi-belajar/
Quantum Improvement and Global Success. didownload Kamis, 11 Desember 2008
New York: McGraw-Hill, 1996

uuuuuuuuuuuuu

123
123
130 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
ACUAN PENULISAN

1. Naskah belum pernah dimuat/diterbitkan di jurnal lain, diketik dengan 2 spasi pada kertas kuarto, jumlah
10 sampai dengan 30 halaman dilengkapi abstrak sebanyak 100 - 150 kata. Naskah dikirim ke alamat
redaksi dalam bentuk ketikan dan disertai disketnya. Berkas naskah dalam disket diketik dengan
menggunakan pengolah kata MicrosoftWord, WordStar, WordFerfect.

2. Naskah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan tentang kebijakan, penelitian, pemikiran,
kajian, analisis dan atau reviu teori/konsep/metodologi, resensi buku baru dan informasi lain yang
berkaitan dengan permasalahan teknologi pendidikan informasi.

3. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai
struktur dan sistematika serta persentase jumlah halaman sebagai berikut. (Sistematika/struktur ini
hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan setara dengan
pedoman ini).
a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian (10%).
b. kajian literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (15%).
c. Metodologi yang berisi rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data (10%).
d. Hasil dan Bahasan (50%).
e. Simpulan dan Saran (15%).
f. Pustaka Acuan.

4. Artikel memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan
sistematika serta persentasenya dari jumlah halaman sebagai berikut. (Sistematika/struktur ini hanya
sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri secara setara).
a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penulisan (10%).
b. Kajian literatur dan pembahasan serta pengembangan teori/konsep (70%).
c. Simpulan dan Saran (20%).
d. Pustaka Acuan.

5. Artikel buku resensi selain menginformasikan bagian-bagian penting dari buku yang diresensi juga
menunjukan bahasan secara mendalam kelebihan dan kelemahan buku tersebut serta membandingkan
teori/konsep yang ada dalam buku tersebut dengan teori/konsep dari sumber-sumber lain.

6. Khusus naskah hasil penelitian yang disponsori oleh pihak tertentu harus ada pernyataan
(acknowledgement) yang berisi isi sponsor yang mendanai dan ucapan terima kasih kepada sponsor
tersebut.

7. Pustaka Acuan disajikan mengikuti tata cara standar dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

8. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel dan gambar mengikuti ketentuan dalam pedoman Penulisan
Artikel Jurnal terbitan JIP. Naskah diketik dengan memperhatikan aturan tentang penggunaan tanda
baca dan ejaan yang dimuat dalam pedomam Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(Depdiknas 1987).

9. Pengiriman naskah diserta dengan alamat, nomor telepon, fax atau e-mail (bila ada). Naskah yang
tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali ada permintaan penulis. Kepada penulis akan diberikan
2 eksemplar jurnal tanda bukti pemuatan.

10. Isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.

1234
1234
Jurnal Teknodik 1234
1234
1234 131
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
1234
JURNAL

TEKNODIK
Teknologi Pendidikan
Wahana komunikasi pengembangan dan pendayagunaan teknologi pendidikan

Vol. XIII No. 1 Juni 2009

Pengarah : Sekretaris Jenderal Depdiknas

Pemimpin Umum/
Penanggungjawab : Kepala Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan

Mitra Bestari : Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc.


Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc.

Ketua Penyunting : Dr. Purwanto (Teknologi Pembelajaran)

Wakil Ketua Penyunting : Drs. Waldopo, M.Pd. (Penelitian dan Evaluasi


Pendidikan)

Penyunting Penyelia : 1. Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd. (Teknologi


Pembelajaran)
2. Drs. Rusjdy S. Arifin, M.Sc. (Teknologi
Pembelajaran)
3. Hardjito, S.Ip., M.Si. (Teknologi Pembelajaran)
4. Drs. Bagja Mulya, MM., M.Pd (Manajemen
Pendidikan)

Penyunting Pelaksana : 1. Drs. Kusnandar, M.Pd. (Teknologi Pembelajaran)


2. Uwes A. Chaeruman, S.Pd., M.Pd (Teknologi
Pembelajaran)

Tata Letak : Erdiyansyah Alim

Desain Sampul : Roesno Prihardoyo

Sekretariat : Drs. Nasiruddin

Sirkulasi : Drs. Bambang Susanto, M.Hum.

Homepage : Muhamad Adi Bagus Nuryadi, S.Kom.

Monitoring dan Evaluasi : Drs. Sarjani

Alamat Redaksi: Jl. RE Martadinata, Km 15,5 Ciputat, Jkt - Bgr


PO Box 7/CPA Ciputat 15411
Telp.: (021) 7401851 - 7401852
Fax. : (021) 7401727
Website: http://pustekkom.depdiknas.go.id

123
123
132 123
123
123
123
Vol. XIII No. 1 Juni 2009
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123
123

Anda mungkin juga menyukai

  • DSP
    DSP
    Dokumen93 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen103 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen93 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2014 Desember
    2014 Desember
    Dokumen130 halaman
    2014 Desember
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2004 Desember No 15 Oke
    2004 Desember No 15 Oke
    Dokumen181 halaman
    2004 Desember No 15 Oke
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2015 April Ok
    2015 April Ok
    Dokumen124 halaman
    2015 April Ok
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen112 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen215 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2017 Juni Ok
    2017 Juni Ok
    Dokumen115 halaman
    2017 Juni Ok
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen135 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen119 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen132 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat