PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
bemper mobil dengan Cr dengan tujuan: (a) mencegah korosi, dan (b) agar penampilan lebih
menarik.
Reaksi redoks adalah gabungan reaksi kimia yang terjadi pada sel elektrokimia. Reaksi
oksidasi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat melepas elektron. Pada sel
elektrokimia oksidasi terjadi di anoda. Reaksi reduksi adalah suatu perubahan kimia dimana
suatu zat menangkap elektron. Pada sel elektrokimia reduksi terjadi di katoda. Pada reaksi
redoks, zat yang mengoksidasi disebut oksidator, sedangkan zat yang mereduksi zat lain
disebut reduktor. Suatu reaksi reduksi dapat menimbulkan potensial listrik tertentu, yang
disebut potensial elektroda (E) dan semakin mudah suatu unsur mengalami reduksi, maka
makin besar potensial elektrodanya. Harga potensial elektroda yang sebenarnya dalam suatu
reaksi reduksi tidak dapat dihitung, sebab tidak ada reaksi reduksi yang berlangsung tanpa
diikuti rekasi oksidasi. Oleh karena itu harga potensial elektroda yang dipakai adalah harga
potensial standar. Itulah sebabnya harga potensial elektroda lebih tepat disebut potensial
reduksi standar atau potensial elektroda standar (E0). Elektroda yang dipakai sebagai standar
dalam menentukan harga potensial elektroda adalah elektroda hidrogen. Cara memperoleh
dengan mengalirkan gas hidrogen murni pada elektroda platina (Pt) yang bersentuhan dengan
asam (ion H+), sehingga terjadi keseimbangan sebagai berikut:
H2 2H+ + 2e-
Harga potensial elektroda dari reaksi ini ditetapkan 0 volt. Kemudian harga potensial
elektroda standar dari semua reaksi reduksi adalah harga yang dibandingkan terhadap
potensial elektroda standar hidrogen.
Berdasarkan harga E0 maka dapat disusun suatu deret unsur mulai dari unsur dengan
harga E0 terkecil sampai terbesar yang disebut “deret volta”, yaitu :
5
Contoh reaksi pada katoda, Ag+(aq) + e → Ag(s)- , bila katoda mensuplai 1 mol elektron
maka dihasilkan 1 mol endapan Ag. Pada sistem SI, 1 mol e- setara dengan 96.494 Coulomb
(C), dan biasanya digunakan, 1 mol e setara dengan 96.500 C. Coloumb adalah jumlah
muatan listrik yang melawati satu titik circuit listrik bila arus 1 Ampere (A) mengalir selama
1 detik (S).
Jadi: 1 C = 1 A. 1 S
Dengan mengukur kuat arus (I) dan lamanya arus (t) dapat ditentukan jumlah muatan
Coulomb (Q), dan dari jumlah muatan Coulomb dapat ditentukan jumlah mol elektron,
sehingga memperoleh jumlah mol zatnya.
Dalam Hukum elektrolisis, Michael Faraday menemukan :
1. Jumlah bahan yang terdekomposisi saat elektrolisa berbanding lurus dengan kuat arus (I)
dan waktu (t) dalam laruran elektrolit.
2. Jumlah perubahan kimia oleh satuan arus listrik sebanding dengan banyaknya arus yang
mengalir (I).
Pernyataan tersebut dirumuskan sebagai:
𝑊= 𝑒.𝐼.𝑡 / 96500
dengan W: massa endapan pelapis (g); I: kuat arus (A), t: waktu (detik); e: berat
ekivalen kimia (massa atom dibagi dengan valensinya). Dari rumus tersebut, volume
endapan diperoleh dengan perhitungan :
Volume (cm3) = massa endapan (g) / densitas (g/cm3) = W/ρ
dengan ρ : kerapatan logam pelapis (g/cm3) dan W: massa endapan (g). Sehingga
untuk mendapatkan nilai ketebalan:
Ketebalan (cm) = Volume (cm3) / luas permukaan (cm2)
Hukum Faraday dapat menjelaskan pengaruh penambahan waktu pada proses
elektroplating. Semakin lama waktu yang digunakan, maka lapisan logam yang dihasilkan
juga semakin besar. Ketebalan lapisan logam juga dipengaruhi oleh berat equivalen kimia
sebuah unsur kimia yang digunakan sebagai anoda. Dalam persamaan juga dapat diketahui
bahwa semakin besar jumlah deposit lapisan logam (jumlah berat edapan) maka semakin
besar pula ketebalan dari lapisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu yang digunakan
pada proses pelapisan dan variasi anoda mempengaruhi jumlah deposit lapisan dan juga
ketebalan lapisan yang terbentuk.
6
reaksi dituliskan sebagai laju pembentukan produk, maka laju reaksi akan bernilai positif.
Jika konsentrasi produk setelah reaksi berlangsung t detik adalah x mol dm-3, maka laju
reaksinya + dx/dt. Laju reaksi pada setiap waktu sebanding dengan konsentrasi (C) yang
tersisa pada setiap waktu. Secara matematik dapat dituliskan – dC/dt = k.C, dan dC/dt =
sering kali disebut sebagai differential rate expression dan k = konstanta laju reaksi.
Bentuk persamaan laju reaksi yang lebih umum adalah : Laju = k[A]x[B]y[C]z dan
seterusnya dan orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah semua pangkat yang terdapat
dalam persamaan laju reaksi, orde reaksi total : x + y + z + .... dan seterusnya. Laju reaksi =
perubahan konsentrasi / waktu yang diperlukan untuk perubahan ∆t atau Laju reaksi = ±
∆X/∆t
Tanda negatif digunakan jika X adalah pereaksi dan tanda positif digunakan jika X
adalah produk reaksi. Laju keseluruhan dari suatu reaksi kimia pada umumnya bertambah
jika konsentrasi salah satu pereaksi dinaikkan. Hubungan laju reaksi dan konsentrasi dapat
diperoleh dari data eksperimen. Untuk reaksi, A + B → produk, dapat diperoleh bahwa laju
reaksi dapat berbanding lurus dengan [A]x dan [B]y.
atau ditulis dengan : Laju reaksi = k[A]x [B]y
Disebut hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi, dengan k adalah tetapan laju
reaksi, x dan y merupakan bilangan bulat yang menyatakan orde ke x terhadap A dan orde ke
y terhadap B, sedangkan (x + y) adalah orde reaksi keseluruhan. Hukum laju diperoleh secara
eksperimen dan tidak bergantung pada persamaan stoikiometri. Orde reaksi adalah jumlah
pangkat konsentrasi dalam bentuk diferensial. Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan
bulat kecil, namun dalam beberapa hal pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi
terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri
reaksi.
Reaksi Orde Nol
Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju reaksi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut. Jika [A] adalah konsentrasi dan [A] 0 adalah
konsentrasi pada saat t = 0, maka:
− d[A]/dt = k, dan hasil integral [A]0 − [A] = k.t
Suatu reaski orde satu dapat dinyatakan dengan:
− d[A]/dt = k[A]
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi terhadap waktu:
ln([A]0/[A] = k.t
Suatu reaksi orde dua dapat dinyatakan dengan:
- d[A]/dt = k[A]2
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi terhadap waktu:
1/[A] - 1/[A]0= k.t
Suatu reaski orde dua dapat dinyatakan dengan:
− d[A]/dt = k[A]3
7
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi terhadap waktu :
(1/[A])2 – (1/[A]0)2 = k.t
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Gambar 3.1. Rangkaian alat proses elektroplating atau elektrolisis: (1) bak electroplating;
(2) larutan electroplating; (3) amperemeter; (4) voltmeter; (5) thermometer; (6) anoda; (7)
katoda; (8) heater; (9) sumber arus AC; dan (10) termocontroller.
9
yang optimum. Hal yang sama dilakukan untuk masing-masing jenis plat. Untuk proses
selanjutnya waktu kontak ini yang digunakan.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum Sesudah
Gambar 4.1 Foto sesudah dan sebelum Cu dan Zn bereaksi setiap 5 menit dalam 20
menit pada arus 0,08 A
7.5
7.4
7.3
W Zn (gram)
7.2
7.1
7
6.9
6.8
0 5 10 15 20
t (menit)
Sebelum Sesudah
Gambar 4.3 Foto sesudah dan sebelum Cu dan Zn bereaksi setiap 5 menit dalam 20 menit
pada arus 0,03 A
Sebelum Sesudah
Gambar 4.4 Foto sesudah dan sebelum Cu dan Zn bereaksi setiap 5 menit dalam 20 menit
pada arus 0,13 A
Tabel 4.2 Perubahan berat Zn pada arus t = 20 menit dan C = 5 gr/L dalam berbagai arus (I)
∆W Zn pada I = 0,03 A ∆W Zn pada I = 0,08 A ∆W Zn pada I = 0,13 A
0,326 gram 0,409 gram 0,609 gram
12
0.7
0.6
0.5
∆W Zn (gram)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0,03 A 0,08 A 0,13 A
Arus Listrik (A)
Gambar 4.5 Hubungan kuat arus yang berbeda terhadap penambahan berat Zn
Dari gambar 4.5 dapat kita lihat bahwa semakin besar kuat arus yang digunakan
selama proses elektroplating, maka berat Seng (Zn) juga akan semakin bertambah. Oleh
karena itu dapat kita simpulkan bahwa kuat arus optimum pada percobaan adalah sebesar
0,15 A.
Hal ini sesuai dengan Hukum Faraday yang menyatakan:
Jumlah logam yang terbentuk pada elektroda suatu sel, sebanding dengan arus yang
mengalir.
Jumlah logam yang dihasilkan oleh arus listrik yang sama di dalam sel yang berbeda
sebanding dengan berat ekuivalen logam tersebut.
Bila efisiensi arus 100% maka berat logam yang diendapkan adalah berbanding lurus
dengan arus yang mengalir melalui larutan dan sebanding berat ekuvalen logam dan
waktu elektroplating.
Hal ini karena semakin besar nilai kuat arus listrik yang digunakan, maka akan
menyebabkan elektron lebih reaktif (lebih mudah bergerak). Hal ini juga akan
menyebabkan porsi akumulasi pergerakan elektron dan transfer material pada kedua
elektroda juga akan semakin besar (Topayung, 2011).
Gambar 4.6 Sesudah dan sebelum Cu dan Zn bereaksi setiap 5 menit dalam 20 menit pada
3 gr/L , arus 0,13 A
13
Seb
elu
m
Sesudah
Gambar 4.7 sesudah dan sebelum Cu dan Zn bereaksi setiap 5 menit dalam 20 menit pada
7 gr/L , arus 0,13 A
Tabel 4.3 Perubahan berat Zn pada arus 0,13 A dalam berbagai konsentrasi
∆W Zn pada 3 gr/L (gram) ∆W Zn pada 5 gr/L (gram) ∆W Zn pada 7 gr/L (gram)
CuSO4 CuSO4 CuSO4
0,416 gram 0,609 gram 0,727 gram
0.8
0.7
0.6
∆W Zn (gram)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
3 5 7
Konsentrasi CuSO4 (gr/L)
Gambar 4.8 Perubahan berat Zn pada arus 0,13 A dalam berbagai konsentrasi
Pada gambar 4.8 dapat diketahui bahwa nilai perubahan berat Zn mengalami
kenaikan setiap penambahan waktu kontak. Semakin bertambah kepekatan atau konsentrasi
suatu larutan elektrolit juga mengakibatkan penambahan berat Zn semakin besar.
Berdasarkan pada percobaan, konsentasi 7 gr/L larutan CuSO4 memberikan hasil perubahan
berat Zn yang paling besar. Hal ini disebabkan karena konsentasi 7 gr/L larutan CuSO 4
merupakan konsentrasi optimum, karena pada saat konsentrasi tersebut, nilai perubahan
berat dari Zn adalah yang paling besar dibandingkan dengan pada konsentrasi 3 gr/L dan 5
gr/L. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi 7 gr/L merupakan konsentrasi yang
memiliki pH paling optimum dibandingkan dengan konsentrasi 3 gr/L dan 5 gr/L
(Rahayuningwulan, 2010).
14
4.4 Mencari Konstanta Laju Reaksi
0.16
0.14 y = 0.0274x
R² = 0.7255
0.12
0.1
∆W (gram)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 5 10 15 20
t (menit)
Gambar 4.9 Laju pelapisan Cu pada konsentrasi 3 gr/L dan arus 0,15A
0.3
0.25
0.2
∆W (gram)
y = 0.0348x
R² = -0.249
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20
t (menit)
Gambar 4.10 Laju pelapisan Cu pada konsentrasi 5 gr/L dan arus 0,15A
0.3
0.25 y = 0.0478x
R² = 0.4473
0.2
∆W (gram)
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20
t (menit)
Gambar 4.11 Laju pelapisan Cu pada konsentrasi 7 gr/L dan arus 0,15A
Laju reaksi kimia adalah jumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi dalam
satuan waktu tertentu. Bila dibuat sebuah kurva sebagai fungsi waktu, maka akan diperoleh
kurva bahwa slope yang menggambarkan tentang konstanta laju reaksi. Dimana bahwa laju
reaksi orde 1 dapat digambarkan dengan persamaan y = kx, dimana k merupakan konstanta
laju reaksi. Berdasarkan percobaan, nilai konstanta laju reaksi dari larutan dengan
15
konsentrasi 3 gr/l adalah 0,0274/menit, konsentrasi 5 gr/l adalah 0,0348/menit dan
konsentrasi 7 gr/l adalah 0,0478/menit. Konsentrasi 7 gr/l memiliki konstanta laju reaksi
yang paling tinggi sehingga menyebabkan pada konsentrasi tersebut perubahan berat Zn
juga paling besar, karena semakin banyak logam Cu yang melapisi Zn (Prayetno, 2008).
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada praktikum ini waktu kontak optimum terjadi pada t = 20 menit.
2. Pada praktikum ini kuat arus optimum terjadi pada I = 0,13 A.
3. Pada praktikum ini konsentrasi optimum terjadi pada C = 7 gr/L.
4. Pada praktikum ini semakin besar konsentrasi larutan elektrolit CuSO4 maka nilai laju reaksi
semakin besar pada arus dan waktu optimum.
5.2 Saran
1. Sebelum melakukan percobaan sebaiknya anggota membagi tugas agar praktikum yang
dilakukan terkoordinir.
2. Sebaiknya mengecek alat-alat yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan selama
praktikum.
3. Jika ada kendala selama praktikum sebaiknya berkoordinir dengan asisten lab yang berjaga
agar tidak terjadi kesalahan teknis dalam praktikum.
4. Setelah melakukan praktikum sebaiknya alat-alat yang digunakan harus dibersihkan.
5. Dapat menggunakan logam lain yang lebih reaktif contohnya besi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Fogler, H.S. (2006). Elements of Chemical Reaction Engineering. 4th Edition. Prentice
Hall PTR.
Martin S. Silberberg, (2006), Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change, 4th
Edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., ISBN 0-07-111658-3
Mordechay Schlesinger, Milan Paunovic (Editors). (2010). Modern Electroplating, 5th Edition.
John Wiley & Sons, Inc.
Nurhasni, dkk. 2013. Pengolahan Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Koagulasi
Flokulasi. Kimia. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Rahayuningwulan, Diana. 2010. Daur Ulang Air Limbah Industri Pelapisan Logam dengan
Metoda Kimia-Fisika.
Susetyaningshih, Retno, dkk. 2008. Kajian Proses Elektrokoagulasi untuk Pengolahan Limbah
Cair. SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.
Topayung, Daud. 2011. Pengaruh Arus Listrik Dan Waktu Proses Terhadap Ketebalan Dan Massa
Lapisan Yang Terbentuk Pada Proses Elektroplating Pelat Baja. Manado.
18