PENDAHULUAN
Air yang berasal dari alam pada dasarnya merupakan air yang dapat digunakan
untuk aktivitas manusia, terutama untuk air minum. Air minum merupakan salah
satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia karena 80% bagian tubuh manusia
terdiri dari air dan untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum tersebut, kota
harus mampu mendistribusikan sumber air bersih kepada masyarakat. Disinilah
peran infrastruktur air minum menjadi sangat penting karena pengolahan air
merupakan kajian yang penting dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat. Hal ini
disebabkan eratnya hubungan antara kesehatan manusia dan kualitas air yang
dikonsumsi, khususnya untuk air minum. Semakin baik tingkat pengolahan air,
maka semakin terjamin kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Seringkali
masyarakat menyepelekan infrastruktur air minum apabila sudah terdapat sumber
air bersih. Hal tersebut adalah kekeliruan dalam sistem penyediaan air minum
yang berkelanjutan. Maka dari itu, perlu adanya suatu sistem yang mengatur
tentang penyediaan air minum di Indonesia serta hukum yang mengatur terkait hal
tersebut.
1.2 Keutamaan
1
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem penyediaan air minum di Indonesia?
1.4. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa air minum merupakan suatu kebutuhan
pokok untuk kelangsungan hidup makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa air
minum manusia tidak bisa melangsungkan kehidupannya dengan baik karena
tubuh manusia membutuhkan air minum terutama untuk menjaga kesehatan.
Teknologi Pengolahan Air Tanah Menjadi Air Minum pada Skala Rumah Tangga.
Teknologi pengolahan air tanah melaui beberapa tahapan yaitu :
1. Aerasi
Aerasi merupakan istilah lain dari tranfer gas dengan penyempitan makna, lebih
dikhususkan pada transfer gas (khususnya oksigen) dari fase gas ke fase cair.
Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen ke dalam air
untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air, dalam campuran tersuspensi
lumpur aktif dalam bioreaktor dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut
dalam air, serta membantu pengadukan air. Pada alat pengolahan air sungai ini
digunakan tray aerator. Yaitu aerator yang disusun secara bertingkat. Tujuan
transfer gas dalam pengolahan air adalah :
Filtrasi atau penyaringan (filtration) adalah pemisahan partikel zat padat dari
fluida dengan jalan melewatkan fluida itu melalui suatu medium penyaring atau
septum, di mana zat padat itu tertahan. Dalam industri, filtrasi ini meliputi ragam
operasi mulai dari penapisan sederhana sampai separasi yang amat rumit (Mc
Cabe, 1999).
4
Sand filter adalah filter yang terbuat dari bahan pasir kuarsa dengan diameter 1 s/d
2 mm yang berguna untuk melakukan penyaringan material non air yang berupa
algae atau golongan ganggang-ganggangan yang terdapat dalam air baku dari
sumber, sehingga tidak sampai mempengaruhi kualitas air pada akhir produk yang
dihasilkan.
Carbon filter adalah karbon aktif sebagai sarana proses filterisasi dengan tujuan
mengadakan penyaringan untuk jenis-jenis material yang terdapat dalam air,
seperti bau, kekeruhan, serta warna-warna yang mungkin timbul pada air baku
dan menyaring kotoran dengan ukuran antara 1 s/d 2 mm. Awalludin (2007)
melakukan penelitian dengan menggunakan media filtrasi dengan campuran
antara media pasir silika dan zeolit dengan perbandingan 40 : 60, dapat
menurunkan kandungan Fe dan Mn secara signifikan dan kualitas air yang
dihasilkan sudah memenuhi standar baku air minum.
3. Adsorbsi
Adsorpsi merupakan peristiwa di mana terikatnya molekul dari suatu fasa gas atau
larutan pada permukaan suatu padatan. Molekul - molekul yang terikat pada
permukaan disebut adsorbat, sedangkan yang mengikat adsorbat disebut dengan
adsorben (Massel, 1996).
Adsorpsi terjadi karena molekul - molekul pada permukaan zat padat atau zat cair
yang memiliki gaya tarik dalam keadaan tidak setimbang yang cenderung tertarik
ke arah dalam (gaya kohesi adsorben lebih besar daripada gaya adhesinya).
Ketidakseimbangan gaya tarik tersebut mengakibatkan zat padat atau zat cair yang
digunakan sebagai adsorben cenderung menarik zat-zat lain yang bersentuhan
dengan permukaannya (Sudirjo, 2005).
4. Desinfeksi
Air lewat melalui suatu pipa bersih untuk dipanaskan dengan sinar Ultra violet
(UV). Sinar ultra violet (UV) dapat secara efektif menghancurkan virus dan
bakteri. Sistem UV ini tergantung pada jumlah energi yang diserap sehingga dapat
menghancurkan organisme yang terdapat pada air tersebut. Jika energi tidak
5
cukup tinggi, maka material organisme genetik tidak dapat dihancurkan.
Keuntungan menggunakan UV meliputi :
1. UV radiasi tidak cocok untuk air dengan kadar suspended solids tinggi,
kekeruhan, warna, atau bahan organik terlarut. Bahan ini dapat bereaksi dengan
UV radiasi, dan mengurangi performance desinfeksi. Tingkat kekeruhan tinggi
dapat menyulitkan sinar radiasi menembus air dan pathogen.
6
BAB III
METODE KERJA
Identifikasi
Permasalahan
Studi
Literatur
Data
Sekunder
Dalam pembuatan makalah ini hal pertama yang dilakukan adalah identifikasi
permasalahan yang ingin diangkat sesuai tema yaitu sistem penyediaan air
minum. Kemudian melakukan pencarian data dengan studi literatur berupa jurnal,
undang-undang dan makalah. Studi literatur menghasilkan data berupa data
sekunder melalui sistem informasi dan teknologi. Data sekunder tersebut meliputi
standar air minum menurut hukum yang berlaku serta menurut WHO, pengertian
7
air minum dan sistem penyediaan air minum, skematik penyediaan air minum,
sistem pengaliran, sistem distribusi dan jenis pengaliran air minum.
1. Waktu : 3 minggu
2. Lokasi : Kampus Institut Teknologi Sumatera. Jalan Terusan
Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Way Huwi, Jati Agung, Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung 35365
8
3.4. Alat dan Bahan
Alat yang dgiunakan padapembuatan makalah ini yaitu sebuah laptop dan
pena. Bahan yang digunakan adalah buku, kertas berukuran A4, Permenkes
492/Menkes/Per/IV/2010 dan PP No. 82 Tahun 2001.
4. Membuat kesimpulan
9
BAB IV
PEMBAHASAN
Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, melalui
proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi dapat langsung
diminum oleh masyarakat (Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/ 2010).
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis
Depot Air Minum Dan Perdagangannya, yang dimaksud dengan air minum adalah
sumber air baku yang telah diproses terlebih dahulu dan aman untuk diminum
oleh masyarakat.
Kelas air sebagai peringkat kualitas air terdiri dari empat kelas, yakni:
10
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; dan
Masing-masing kelas air di atas mensyaratkan kualitas air tertentu yang dinilai
layak untuk dimanfaatkan untuk kegunaan tertentu. Kualitas air pada masing-
masing kelas air ini tergambar pada instrumen kriteria mutu air. Dengan kata lain,
kriteria mutu air adalah tolok ukur kualitas air untuk setiap kelas air. Terdapat 5
(lima) kelompok tolok ukur atau parameter dalam kriteria mutu air, yaitu fisika,
kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, dan radioaktivitas. Parameter
kualitas air dalam kelompok kimia anorganik salah satu contohnya adalah
tembaga. Informasi lebih detail mengenai jenis-jenis parameter kualitas air dapat
dilihat dalam Lampiran PP No. 82 Tahun 2001.
Kelas air dan kriteria mutu air dalam PP No. 82 Tahun 2001 menjadi acuan
bagi pemerintah atau pemerintah daerah dalam menetapkan kelas air pada sungai-
sungai yang ada di wilayah administratifnya. Penetapan kelas air dilakukan
dengan mempertimbangkan wilayah administratif dari sumber-sumber air.
Penetapan kelas air pada sungai yang berada dalam dua atau lebih wilayah
Provinsi atau merupakan lintas batas wilayah Negara ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Penetapan kelas air pada sungai yang berada dalam dua atau
lebih wilayah Kabupaten/Kota dapat diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi.
11
Penetapan kelas air pada sungai yang berada dalam wilayah Kabupaten/Kota
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal sungai belum
ditetapkan kelasnya, baku mutu airnya dianggap tunduk pada pengaturan Kelas 2.
Penetapan kelas air pada suatu sungai dilakukan berdasarkan hasil pengkajian
yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Hasil pengkajian
tersebut berisi informasi mengenai: 1). Keadaan mutu air saat ini (existing
quality); 2). Rencana pendayagunaan air sesuai dengan kriteria kelas yang
diinginkan; dan 3). Mutu air sasaran yang akan dicapai (objective quality).
Berdasarkan pada tiga informasi tersebut penetapan kelas air dilakukan dengan
tujuan untuk mempertahankan kualitas sungai atau untuk mengubah kualitas
sungai dari kelas air yang lebih rendah menjadi kelas air yang lebih tinggi.
Pengkajian untuk penetapan kelas air tersebut erat kaitannya dengan instrumen
berikutnya, yakni baku mutu air (ambien)
Jika menyangkut persyaratan kualitas air baku air minum, maka dasar hukum
yang dipergunakan adalah Permenkes tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Di dalam peraturan tersebut (Mulia, 2005) dimuat persyaratan air
Minum dapat ditinjau dari beberapa parameter, yaitu :
Parameter fisika
Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat
terlarut.
12
1. Tidak Berbau : Air yang berbau dapat disebabkan proses penguraian bahan
organik yang terdapat di dalam air.
2. Jernih : Air keruh adalah air mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat
berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu air yang keruh
sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh partikel
tersebut (Slamet, 2007).
3. Tidak Berasa : Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di
dalam air tersebut.
4. Suhu : Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok
dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya ±
3 ºC dari suhu udara di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-
zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia
yang mengeluarkan atau menyerap energi air (Kusnaedi, 2002).
5. TDS : Total Dissolved Solid/TDS, adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10
-6 -10 -3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain
(Effendi, 2002). Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan
mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.
Parameter Kimia
1. Zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan
beracun serta derajat keasaman (pH).
2. Zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organis
chemicals (zat kimia organik mudak menguap) zat-zat berbahaya dan beracun
maupun zat pengikat Oksigen.
3. Sumber logam pada air dapat berasal dari Kegiatan Industri, pertambangan
ataupun proses pelapukan secara alamiah, atau karena korosi dari pipa penyalur
air. Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan menjadi 3 kategori.
Kategori 1 adalah bahan kimia yang mungkin bersifat carcinogen bagi
manusia. Kategori 2 bahan kimia yang tidak bersifat carcinogen bagi manusia.
13
Kategori 3 adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit kronis tanpa
ada fakta carcinogen.
4. Disolved Oxygen (DO) / Oksigen terlarut Oksigen yang terlarut dalam air
sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup makhluk hidup air. Agar
ikan dapat hidup, dalam air harus mengandung sedikitnya 5 ppm oksigen.
Kurangnya kadar oksigen dalam air disebabkan oleh bakteri, protozoa, cacing,
dan pencemaran detergen. Jika keberadaan oksigen menipis, maka banyak
makhluk hidup dalam air mati dan menyebabkan pergeseran kehidupan air dari
aerobik menjadi anaerobik, karena kehidupan mikroorganisme aerobik diganti
oleh mikroorganisme anaerobik. Hasil penguraian zat – zat organik oleh
mimkroorgaanisme anaerobik adalah gas yang berbau dan beracun, misalnya
H2S.
5. Chemical Oxygen Demand (COD) / Kebutuhan Oksigen Kimia
Chemical Oxygen Demand (COD) menyatakan jumlah oksigen (O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat – zat organik dalam 1 liter sampel air
(sebagai oksidator digunakan K2Cr2O4). Harga COD merupakan ukuran bagi
pencemaran oleh zat – zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi
melalui proses biologis sehingga menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air.
Parameter Mikrobiologis
14
Selain itu parameter yang dilihat adalah Biological Oxygen Demand (BOD)
menunjukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasi) zat organik dalam air. Besar kecilnya BOD dapat menunjukan
tingkat pencemaran air oleh zat organik. Makin besar harga BOD makin banyak
zat organik yang mencemari air dan makin sedikit jumlah oksigen yang terlarut
(DO).
Kontaminasi bahan organik seperti bakteri, dapat terjadi dalam air bersih atau
air minum baik jenis patogen (di antaranya bertahan lama di air) maupun
apatogen. Kelompok bakteri penyebab penyakit perut terkait air minum, antara
lain : Salmonella, Shigella, Leptospira, Escherichia coli (strain patogen), dan
Pseudomonas. Bakteri dalam usus manusia, 90% adalah bakteri coli termasuk E.
coli (strain apatogen) (Jawetz, et al., 1986)
1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air tidak tercemar,
2. Terdapat dalam air bila ada mikroorganisme patogen,
3. Jumlahnya berkorelasi dengan kadar polusi,
4. Mempunyai kemampuan bertahan hidup lebih besar daripada patogen,
5. Mempunyai sifat yang seragam dan mantap,
6. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan,
7. Jumlahnya lebih banyak daripada organisme patogen (hal ini menyebabkan
lebih mudah terdeteksi), dan
8. Mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.
15
Beberapa bakteri atau kelompoknya dievaluasi sebagai organisme indikator, di
antaranya, E. coli dan coliform lainnya, memenuhi hampir semua syarat indikator
ideal. Bakteri tersebut dianggap indikator pencemaran bakteriologis air minum.
1. Air tanpa pengotoran ; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri
koliform dan patogen atau zat kimia beracun.
2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi ; MPN < 50/100 cc
3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN < 5000/100 cc
4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN > 5000/100 cc
5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN > 250.000/100
cc
MPN mewakili Most Probable Number, yaitu jumlah terkaan terdekat dari
bakteri koliform dalam 100 cc air.
Parameter Radioaktivitas
Air minum adalah air yang digunakan manusia untuk keperluan konsumsi.
Syarat-syarat yang harus dimiliki air minum adalah tidak berasa, tidak berbau,
16
tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak
mengandung logam berat ( hal ini merupakan pernyataan menurut departemen
kesehatan).
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.
Meskipun air yang bersumber dari alam dapat diminum oleh manusia, namun
memiliki risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia
coli) atauzat-zat dan unsur-unsur berbahaya lainnya. Kini ada juga air minum isi
ulang yang perlu diperhatikan kesehatannya. Bakteri yang terdapat dalam air
dapat dibunuh dengan merebus air hingga suhu 100 °C, namun banyak zat atau
unsur berbahaya seperti logam tidak dapat dihilangkan menggunakan cara seperti
ini.
Belakangan ini banyak ter dapat krisis air minum di dunia yang terutama
banyak terjadi di negara berkembang yang diakibatkan karena jumlah penduduk
yang terlalu pesat dan pencemaran atau polusi pada air. Minum air putih memang
diperlukan tubuh, akan tetapi jika berlebihan dapat menimbulkan hiponatremia
yaitu suatu kondisi dimanana trium dalam darah menjadi terlalu encer.
Menurut ketentuan dari badan dunia (WHO) layak atau tidaknya suatu air
untuk kehidupan manusia ditentukan menurut persyaratan kualitas secara fisik,
secara kimia dan secara biologis yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Kekeruhan air
17
b. Bau Air
Bau dari air dapat disebabkan karena benda atau unsur asing yang masuk ke
dalam air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena
proses karena bakteri yang menguraikan senyawa organik. Pada peristiwa
penguraian senyawa organik yang disebabkan karena bakteri tersebut
menghasilkan gas – gas yang berbau menyengat dan bahkan dapat bersifat sebagai
racun.
c. Rasa Air
Rasa dapat dipengaruhi karena adanya organisme seperti mikro algae dan
bakteri, adanya limbah padat dan limbah cair seperti hasil dari pembuangan
rumah tangga dan kemungkinan adanya klor atau sisa – sisa bahan yang
digunakan untuk disinfeksi.
d. Warna Air
Warna air hanya terdiri dari warna asli dan warna tampak.Warna asli atau true
color merupakan warna yang diakibatkan karena adanya substansi yang
terlarut.Sedangkan warna yang tampak atau apprent color adalah mencakup warna
substansi yang terlarut beserta dengan zat yang tersuspensi pada air tersebut.
Standar kualitas air minum menurut WHO ini berkaitan dengan kualitas air
yang akan digunakan atau dikonsumsi, agar lebih mengetahui kualitas air minum
bisa menggunakan alat uji kualitas air yang multiparameter. Karena akan
mengukur berbagai parameter kualitas air seperti pH dan TDS.
18
4.6. Skematik Sistem Penyediaan Air Minum
1. Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit
air baku, merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Air
baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Unit Produksi, merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau
biologi. Unit produksi, dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan
perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan
pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
4. Unit Pelayanan, terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan
hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin
keakurasiannya, meter air wajib ditera secara berkala oleh instansi yang
berwenang.
19
4.7. Sistem Pengaliran
1. Sistem Gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan jauh berada
diatas elevasi daerah pelayanan dan system ini dapat memberikan sistem
potensial yang cukup tinggi hingga pada daerah pelayanan terjauh. Sistem ini
merupakan yang paling menguntungkan karena pengoperasion dan
pemeliharaannya mudah dilakukan.
2. Sistem Pemompaan
Sistem ini digunakan bila beda elevasi antara sumber air atau instalasi dengan
daerah pelayanan yang cukup, sehingga air yang akan didistribusikan dipompa
langsung ke jaringan distribusi. Kelemahan sistem ini yaitu, dalam hal biaya yang
besar karena dibutuhkan pompa untuk pengalirannya.
3. Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem
pemompaan. Dimana air baku dari sumber air atau instalasi pengolahan dialirkan
dengan menggunakan pompa atau reservoir distribusi, baik dioperasikan secara
bergantian atau bersamaan dan disesuaikan dengan tofografi daerah pelayanan.
System inilah yang paling sering digunakan.
a. Continuous system
Dalam sistem ini, air minum yang akan disuplay dan didistribusikan kepada
konsumen secara terus menerus selama 24 jam. Sistem ini biasanya diterapkan
bila pada setiap waktu kuantitas air baku dapat mensuplay seluruh kebutuhan
konsumen.
20
Keuntungan dari Continuous system :
b. Intermitten system
Dalam sistem ini, air minum yang akan disuplay dan didistribusikan kepada
konsumen hanya beberapa jam dalam satu hari. Biasanya berkisar anatara 2
hingga 4 jam untuk sore hari. System ini biasanya diterapkan bila kuantitas dan
tekanan air yang cukup tidak tersedia.
Bila terjadi kebakaran pada saat tida beroprasi maka air untuk pemadam
kebakaran tidak dapt disediakan.
Setiap rumah perlu menyiapkan tempat penyimpanan air yang cukup agar
kebutuhan air sehari-hari dapat terpenihui. Dimensi pipa yang digunakan akan
lebih besar akrena kebutuhan air yang disuplay dan didistribusikan dalam
sehari hanya ditempuh dalam jangka waktu pendek.
a. Sistem Percabangan
21
Pada sistem ini ujung pipa dari pipa utama biasanya tertutup sehingga
menyebabkan tertumpuknya kotoran yang dapat mengganggu pendistribusian air.
Apabila terjadi kebocoran pada salah satu pipa-pipa yang lain maka alirannya
akan terhenti, bila pipa yang bocor tersebut diperbaiki.
Dari segi perhitungan lebih mudah, lebih ekonomis, dan lebih mudah
dilaksanakan.
b. Sistem Gird (petak)
Pada sistem ini ujung-ujung pipa cabang disambungkan satu sama lain, sistem ini
lebih dari sitem pipa bercabang. Karena sirkulasinya lebih baik dan kecil
kemungkinan menjadi tertutup atau staguasi.
22
BAB V
KESIMPULAN
1. SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum. Penyelenggaraan pengembangan SPAM
adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola,
memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik
(teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
2. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.
3. Menurut ketentuan dari badan dunia (WHO) layak atau tidaknya suatu air
untuk kehidupan manusia ditentukan menurut persyaratan kualitas secara fisik
berupa kekeruhan, bau, rasa, warna dan temperatur.
4. Klasifikasi Mutu Air dan Kriteria Mutu Air menurut PP No 82 tahun 2001
dibagi menjadi 4 kelas peruntukan air.
5. Dalam Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, yang mencantumkan parameter sebagai standar penetapan kualitas air
minum, meliputi parameter fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktif.
6. Skematik Sistem Penyediaan Air Minum meliputi unit air baku, produksi,
distribusi, pelayanan dan pengelolaan.
7. Sistem pengaliran dalam SPAM meliputi gravitasi, pemompaan, dan
kombinasi.
8. Sistem distribusi SPAM ada dua yaitu continuous system dan intermitten
system.
9. Jenis jaringan dalam SPAM ada dua yaitu sistem petak dan sistem
percabangan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Rendy. 2017. Makalah Sistem Penyediaan Dan Distribusi Air Minum
Lombok Barat. Universitas Nahdlatul Ulama: Nusa Tenggara Barat.
24