Anda di halaman 1dari 21

Kata Pengantar

Pelaksanaan pekerjaan ‘Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten Sumba


Timur’ didasarkan atas Dokumen Kontrak Nomor HK.02.02/SATKER/BWS-NT
II/KGT-PP/02/II/2018 terhitung mulai tanggal 12 PEBRUARI 2018.

Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami sampaikan Laporan Pengukuran dan
Deskripsi BM yang berisi tentang tahapan pekerjaan pengukuran, analisa terhadap data-
data yang diperoleh, tingkat ketelitian hasil ukuran serta kajian dan penunjang lain yang
berkaitan dengan survey dan pemetaan. Laporan ini dilengkapi dengan daftar koordinat
BM dan CP dan deskripsi BM dan CP.

Demikian Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM ini disampaikan, kepada semua


pihak yang telah membantu terlaksananya pekerjaan ini kami sampaikan terima kasih.

Kupang, Agustus 2018


PT Globetek Glory Konsultan

Ir. Fauzan MT
Ketua Tim

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur i
Daftar isi

Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
Daftar Gambar.........................................................................................................iii
Daftar Tabel..............................................................................................................iii

Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................1-1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1-1
1.2. Maksud dan Tujuan Pekerjaan.......................................................................1-2
1.3. Sasaran Pekerjaan..........................................................................................1-3
1.4. Lokasi Pekerjaan............................................................................................1-3

Bab2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan...................................................................2-1


2.1. Orientasi Lapangan / Survey Pendahuluan....................................................2-1
2.2. Titik Referensi................................................................................................2-1
2.3. Pembuatan Dan Pemasangan Patok BM........................................................2-2
2.4. Pengukuran Detail Topografi.........................................................................2-5
2.5. Perhitungan dan Penggambaran.....................................................................2-11

LAMPIRAN

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur ii
Daftar Gambar

Gambar 2.1. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring


...........................................................................................
2-7
Gambar 2.2. Pengukuran Sudut Antar Dua Patok
...........................................................................................
2-7
Gambar 2.3. Pengukuran Waterpass
...........................................................................................
2-8
Gambar 2.4. Pengukuran Tachymetri
...........................................................................................
2-13

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Daftar BM dan CP Review Desain D.I. Kambaniru


2-3

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur iii


Bab

1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan Undang Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, terdapat 5
(lima) aspek yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air yaitu:1) Konservasi
Sumber Daya Air, 2) Pendayagunaan Sumber Daya Air, 3) Pengendalian Daya Rusak
Air, 4) Sistim informasi data sumber daya air, 5) Peran serta Masyarakat.

Air merupakan salah satu faktor penentu (determinan) dalam proses produksi pertanian,
oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam penyediaan
air untuk berbagai keperluan usaha tani.

Sebagai implementasi dari aspek pendayagunaan sumber daya air, pemerintah


mengambil kebijakan yang salah satunya adalah pengembangan daerah irigasi yang
didalamnya terdapat jaringan irigasi berupa bendung, saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier, dan bangunan pelengkap lainnya untuk menunjang usaha tani padi
sawah dan usaha tani lainnya. Usaha tani padi sawah atau biasa disebut dengan
budidaya padi sawah merupakan salah satu usaha tani utama di Indonesia yang selalu
tergantung dengan air yang dialirkan secara gravitasi dari hulu sampai hilir dalam
jumlah, waktu dan mutu yang tepat.

Keberhasilan swasembada beras tidak terlepas dari peran besar pembangunan,


peningkatan, rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana irigasi secara
intensif oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Kebijakan pengembangan daerah irigasi yang ditangani pemerintah pada awalnya dapat
memberikan dampak yang sangat baik, seperti tercapainya swasembada pangan secara

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 1 -1
nasional pada tahun 1984. Seiring dengan perjalanan waktu, keberhasilan tersebut tidak
berkelanjutan karena banyak prasarana irigasi yang mengalami degradasi, baik dari segi
kuantitas, kualitas maupun fungsinya di satu sisi, dan disisi lain terjadi peningkatan
kebutuhan pangan, seiring pertambahan jumlah penduduk.

Kebijakan pengembangan daerah irigasi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
di Provinsi NTT telah berlangsung sejak lama, tersebar diseluruh wilayah Provinsi NTT
yakni di pulau-pulau besar di NTT seperti pulau Flores, pulau Timor dan pulau Sumba,
dan pulau kecil seperti pulau Alor, Lembata, Rote, Sabu dan pulau kecil lainnya.

Pulau Sumba memiliki cukup banyak potensi daerah irigasi yang cukup luas, beberapa
diantara areal irigasi yang selama ini sudah ada diantaranya daerah irigasi Kambaniru
di Kabupaten Sumba Timur, namun kondisinya saat ini sudah banyak sekali mengalami
kerusakan sehingga mengalami penurunan fungsi yang cukup besar. Karena itu perlu
dilakukan review desain untuk mengetahui apakah bangunan dan sistem irigasi yang
ada masih sesuai dengan kondisi saat ini atau sudah mengalami perubahan karena
perkembangan wilayah disekitar lokasi tersebut. Untuk itu, pada Tahun Anggaran 2018,
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat c.q. Satuan
Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Kegiatan Perencanaan dan Program
melaksanakan Pekerjaan “Review Desain DI. Kambaniru di Kabupaten Sumba
Timur” sebagai respon terhadap kondisi jaringan irigasi saat ini.

1.2. Maksud dan Tujuan Pekerjaan


Maksud kegiatan ini adalah melakukan review desain terhadap kondisi bangunan dan
jaringan irigasi Kambaniru sesuai kondisi lingkungan fisik terkini dan dalam rangka
mengembalikan fungsi penyediaan air bagi irigasi untuk mendukung kegiatan budidaya
padi sawah dan usaha tani lainnya oleh masyarakat setempat.

Tujuan dari kegiatan ini adalah menyiapkan sebuah dokumen Review desain bangunan
dan jaringan irigasi yang lengkap, yang memenuhi ketentuan berdasarkan kriteria
perencaanaan irigasi yang berlaku untuk dipakai sebagai acuan dan pedoman
dikemudian hari dalam rangka pelaksanaan konstruksi bangunan air dimaksud.

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 1 -2
1.3. Sasaran Pekerjaan
Untuk mencapai tujuan itu, sasaran kegiatan ini adalah pengumpulan data melalui
survei topografi, hidrologi, investigasi geologi, identifikasi tataguna lahan, dan
wawancara agar didapatkan serangkaian data teknis, data sosial dan data ekonomi yang
valid, untuk dipakai dalam Review desain beberapa bangunan air seperti Bendung,
Saluran Primer, Saluran Sekunder, Saluran tersier dan bangunan pelengkap lainnya,
agar aman secara teknis, layak secara ekonomi dan sosial.

1.4. Lokasi Pekerjaan


Daerah Irigasi Kambaniru mempunyai beberapa Daerah Irigasi yang mempunyai
bendung sendiri sendiri jadi tidak ada interkoneksi.

Adapun Daerah Irigasi itu adalah sebagai berikut :

a. Daerah Irigasi Kambaniru


b. Daerah Iriasi Kawangu
c. Daerah Irigasi Kadumbul
d. Daerah Irigasi Wanga
e. Daerah Irigasi Patawang
f. Daerah Irigasi Mangili
g. Daerah Irigasi Kadaha
Tetapi karena Daerah Irigasi Kambaniru sudah pernah dilakukan pekerjaan pada tahun
2017 maka areal ini dikeluarkan dari lokasi kajian, sedangkan yang daerah irigasi yang
masuk kajian adalah : Kawangu, Kadumbul, Wanga, Patawang dan Mangili.

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 1 -3
Bab

2
Metode Pelaksanaan Pekerjaan

2.1. Orientasi Lapangan / Survey Pendahuluan


Orientasi lapangan atau survei pendahuluan tahap awal pelaksanaan pengukuran di
lapangan yang tujuannya untuk mengetahui secara pasti batas areal pengukuran, serta
kondisi topografi seluruh areal pengukuran, untuk selanjutnya dapat disusun rencana
kerja secara detail dan menyeluruh.

Untuk itu orientasi lapangan dilakukan dengan menelusuri sepanjang aliran sungai serta
batas areal pemetaan yang ditunjukan oleh petugas yang berwenang dan betul-betul
mengetahui titik-titik batas areal, serta prioritas-prioritas tertentu yang perlu dilakukan.

Berdasarkan pengamatan dalam orientasi lapangan tersebut tim survey harus membuat
rencana kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai berikut:

 Jaringan titik-titik poligon utama, dan pengikatnya,


 Jaringan titik-titik poligon sekunder yang dibuat mengikuti alur saluran existing,
 Posisi BM dan patok-patok lainnya,
 Rencana jalur raai pengukuran situasi detail,
 Jadwal pelaksanaan pengukuran, dan lain sebagainya.

2.2. Titik Referensi


 Titik referensi x dan y diikatkan dengan BM yang telah diketahui sesuai
rekomendasi direksi pekerjaan.
 Apabila disekitar lokasi terdapat titik referensi berikut control pointnya yang telah
diketahui dan direkomendasikan oleh Direksi maka orientasi arah titik referensi dan
control point tersebut yang digunakan.

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -1
 Apabila tidak didapatkan titik referensi berikut CP nya orientasi akan dilakukan
dengan menggunakan referensi lokal atau sesuai dengan rekomendasi Direksi
pekerjaan.
 Pengukuran sudut menggunakan Total Station (Leica TS02 Dan Topcon GTS 255).
Salah penutup yang diijinkan 10 second  n, dimana n = jumlah titik pengamatan.
 Pengukuran jarak menggunakan Jarak Elektronik (EDM).

2.3. Pembuatan Dan Pemasangan Patok BM


Setelah diketahui jalur pengukuran dan batas kawasan, maka segera dipasang BM
dengan ukuran yang telah ditentukan sesuai spesifikasi teknis.

Titik tetap BM dibuat di lokasi sebanyak 18 buah. Titik ini terbuat dari beton dipancang
ke dalam tanah dan diperkuat dengan beton cor.

Penelusuran posisi BM lama yang ada dilapangan untuk dijadikan titik referensi dan
Pemasangan BM dan CP baru bila diperlukan, dan bila dilakukan pemasangan baru
maka harus dibuat seperti dibawah:

a) BM dibuat dari cor beton dengan ukuran 20 x 20 cm dan tinggi 100 cm, dipasang
70 cm tertanam di dalam tanah dan dilengkapi dengan rangka besi.
b) Semua BM yang dipasang diberikan nomor urut dan kode/logo BWS NT. II Tahun
2018 sesuai dengan jenis BM yang ada.
c) Konstruksi BM dan CP yang sudah dipasang akan dilengkapi dengan :
 Photo-photo yang menunjukan identitas BM dan CP dan dilengkapi dengan
Nama Balai WS. NT. II dan nomor BM/CP
 Sketsa lokasi BM dan CP lengkap dengan jarak titik-titik detail tetap yang ada
sekitar pilar tersebut, ini guna memudahkan pencarian lokasi BM dikemudian
hari.
Titik tetap ini dibuat pada tempat yang aman dan terlindung dari kemungkinan
kerusakan ataupun bergeser serta mudah terlihat.

Daftar BM dan CP dapat disajikan pada Tabel 2.1 dan Deskripsi BM dan CP terlampir
pada Lampiran.

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -2
Tabel 2.1. Daftar BM dan CP Review Desain D.I. Kambaniru

Lanjutan Tabel 2.1.


Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -3
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -4
Lanjutan Tabel 2.1.

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2018

2.4. Pengukuran Detail Topografi


 Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (Polygon Utama / Cabang)

Pengukuran horisontal selain untuk mengetahui posisi setiap BM yang terpasang,


juga untuk memperoleh data kerangka horisontal sepanjang jalur yang dilalui.
Cara Pengukuran dan batasan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran kerangka horisontal dilaksanakan dengan poligon tertutup yang
diikatkan pada titik referensi (reference point) yang telah ada di lapangan atau
cara lain yang disetujui oleh DIREKSI.
2. Jarak diukur dengan pita ukur baja (seperti pada Gambar 2.1) dan dikontrol
dengan jarak optis.
3. Pengukuran Sudut Jurusan
Sudut jurusan sisi-sisi polygon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -5
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik polygon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 2.2.
 = Sudut mendatar
AB = Bacaan skala horisontal ke target patok B
AC = Bacaan skala horisontal ke target patok C
Pembacaan sudut jurusan polygon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
a. Pengukuran kerangka poligon utama dilakukan secara kring.
b. Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan ketelitian
bacaan sudut 2”.

c. Kesalahan penutup sudut maksimum 10” , dimana N adalah banyaknya titik


poligon.
d. Semua BM maupun CP yang dipasang dilewati jalur poligon.
e. Sudut vertikal dibaca dalam seri dengan ketelitian sudut 5”.
f. Alat ukur sudut yang digunakan Total Station Topcon.
g. Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 50 meter.
h. Selisih sudut antara dua pembacaan  5” (lima detik).

i. Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.


2 2
fx  fy
KI   1 : 5.000
d
dimana: fx = jumlah X , fy = jumlah Y,  d = jumlah jarak

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -6
d1
d2

A 1

d3

2
B

Gambar 2.1. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring

AB
 B

AC

A
C

Gambar 2.2. Pengukuran Sudut Antar Dua Patok

Perhitungan terhadap data pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan


dalam bentuk spreadsheet sehingga koreksi perhitungan dapat dilakukan dengan
tepat dan merata. Hasil perhitungan tersebut diplot dalam bentuk gambar grafik
polygon pengukuran.

 Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini kerangka
dasar horizontal/posisi horizontal (x,y) digunakan metoda poligon.
 Semua titik poligon dihitung koordinatnya pada sistem proyeksi UTM.
 Pada gambar sketsa kerangka utama dicantumkan hasil hitungan:

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -7
 Salah penutup sudut dan jumlah titiknya.
 Salah linear poligon beserta harga toleransinya.
 Salah penutup sifat datar beserta harga toleransinya.
 Jumlah jarak

 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (Waterpass Utama / Cabang)

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur polygon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-
titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan


pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.3.

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 2.3. Pengukuran Waterpass

Spesifikasi Teknis pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :

1. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.


2. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
3. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -8
4. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap
Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah.

5. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan mm.
6. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.
7. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
8. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut:

T  8 D mm 
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilo
meter.

 Pengukuran Situasi Detail

Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam
maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang
diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis kontur
untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.

Pengukuran situasi dilaksanakan memakai metode tachymetri dengan cara mengukur


besar sudut dari polygon (titik pengamatan situasi) kearah titik rinci yang diperlukan
terhadap arah titik polygon terdekat lainnya, dan juga mengukur jarak optis dari titik
pengamatan situasi. Pada metode tachymetri ini didapatkan hasil ukuran jarak dan
beda tinggi antara stasiun alat dan target yang diamati. Dengan cara ini diperoleh
data-data sebagai berikut :

 Azimuth magnetis.
 Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).
 Sudut zenith atau sudut miring.
 Tinggi alat ukur.
Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut :

 Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur ray,
dimana setiap ray terikat pada titik-titik polygon sehingga membentuk jalur
polygon dan waterpass terikat sempurna.
 Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang dibuat. Gundukan tanah, batu-batu

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 -9
besar yang mencolok serta garis pantai diukur dengan baik. Juga bangunan-
bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain telah diambil
posisinya.
Pengukuran titik – titik detail dimaksudkan untuk mendapatkan posisi horizontal dan
ketinggian dari titik – titik detail tersebut. Untuk mendapatkan ketinggian titik – titik
detail, dihitung beda tinggi antara tempat berdiri alat terhadap titik detail
bersangkutan. Perhitungan beda tinggi tersebut lazim disebut sebagai hitungan beda
tinggi secara tachimetri, dapat dijelaskan sebagai berikut :

Alat berdiri dititik 1, Prisma berdiri dititik a, di bidik prisma pas pada garis segitiga
yang ada di reflektor di dapat bacaan sudut horisontal jarak datar dan beda tinggi.

1) Alat yang digunakan adalah TS Topcon GTS 255 dan Leica TS02
sederajat.
2) Pengambilan detail dilakukan secara tachimetris dari titik poligon utama
atau poligon Jalur saluran tersier,sekunder dan area lokasi rencana
topografi.
3) Detail yang diambil meliputi setiap perubahan bentuk morfologi serta
kenampakan yang ada dengan memperhatikan agar penggambaran detail
mencukupi kerapatan dilapangan.
4) Tidak diperkenankan melakukan pengukuran tachimetrris tanpa
pengikatan pada kerangka Horizontal.

 Pengukuran Memanjang dan Melintang

Pengukuran Penampang Memanjang


Bertujuan untuk mengetahui elevasi titik-titik trase yang akan dipakai dalam
perencanaan. Pengukuran dilakukan dengan metode poligon, dimana pada bagian
yang lurus intervalnya 100 meter dan pada tikungan 25 m – 50 m disesuaikan
dengan keadaan tikungan. Pengukuran dilaksanakan dengan alat ukur standar
minimum yaitu Theodolite T0.

Pengukuran Penampang Melintang


Bertujuan untuk mengetahui elevasi titik-titik yang memotong / tegak lurus as
saluran, lebar penampang yang diukur adalah lebar saluran ditambah tanggul
ditambah minimal 10 meter dari kiri dan kanan kaki tanggul luar saluran, tanggul
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 - 10
penahan banjir dan jalan. Interval pengukuran penampang melintang adalah 200
m pada bagian yang lurus dan pada tikungan interval dibuat lebih rapat sesuai
dengan kondisi tikungan. Kerapatan titik maksimum 2 m.

Setiap detail perubahan tanah dan as saluran diukur. Alat ukur yang digunakan
adalah waterpass otomatis atau Theodolite T0.

2.5. Perhitungan dan Penggambaran


1) Perhitungan poligon
 Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini kerangka
dasar horizontal/posisi horizontal (x,y) digunakan metoda poligon.
 Semua titik poligon dihitung koordinatnya pada sistem proyeksi UTM.
 Pada gambar sketsa kerangka utama dicantumkan hasil hitungan:
a) Salah penutup sudut dan jumlah titiknya.
b) Salah linear poligon beserta harga toleransinya.
c) Salah penutup sifat datar beserta harga toleransinya.
d) Jumlah jarak
 Dalam perhitungan poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan
yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan berikut ini:
a) Perhitungan Koordinat Titik Poligon
Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik
poligon A yang telah diketahui sebagai berikut:
XP = XA + dAP sin αAP
YP = YA + dAP cos αAP
Dalam hal ini:
XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan
dAP Sin αAP = selisih absis (α XAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP Cos αAP = selisih ordinat (α YAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP = jarak datar AP definitif
αAP = azimuth AP definitif

b) Perhitungan azimuth
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan
rumus sebagai berikut:

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 - 11
12  1A  1

  AP   A  1  1 180  
 23   21  1  12   2  180

  AP   A  1   2  2 180  
 34   32   3   23   3  180 

  AP   A  1   2   3  3 180  

 4B   43   4   34   4  180  

  43   A  1   2   3   4  4 180  
2) Perhitungan waterpass
 Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi
(BM).
 Syarat geometris
H Akhir  H Awal   H  FH


T  8 D mm 

 Hitungan beda tinggi


H 12  Btb  Btm

 Hitungan tinggi titik


H 2  H 1  H 12  KH

 Dimana:
H = tinggi titik
ΔH = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 - 12
d
 FH
d
T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

3) Perhitungan Situasi Detail


 Untuk pengukuran dengan menggunakan metoda Tachymetri digunakan
rumus-rumus Tachymetri sebagai berikut :
a) Jarak mendatar (D) = Bi’ cos2α
b) Beda tinggi (h) = (A + Bi’) ½ sin 2α

Gambar 2.4. Pengukuran Tachymetri

a) Jarak mendatar
Seperti pada a dan b, garis bidik tegak lurus pada mistar, maka :
CK = (A + Bi)
CK1 = (A + Bi) cos α

Apabila digunakan i' pada mistar vertikal (dengan α kecil, sehingga dapat
dianggab garis-garis Fobj b1 dan Fobj a1 tegak lurus pada garis ba), maka
dengan demikian ba = i = i' cos α. Sehingga :
CK1 = (A + Bi’ cos α) cos α
= A cos α + Bi’ cos2α

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 - 13
Karena D = CK1 (dengan α yang juga kecil, sehingga cos α = cos2α = 1),
maka jarak mendatar D antara titik P dan titik Q menjadi :
D = (A + B’) cos2α
Karena A = p + fobj kecil, maka A cos2α diabaikan terhadap Bi’ cos2α,
sehingga :
D = Bi1 cos2α

b) Beda tinggi
Beda tinggi antara P dan Q adalah :

h = Q1K1 + K1K - KQ
= h1 + CK sinα - h2
= h1 + (A + Bi’ cos α) sin α - h2
Dengan dibuat h1 = h2, maka :
h = (A + Bi’) sin α . cos α
h = (A + Bi’) ½ sin 2α

 Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat
(X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:
TB  T A  H

1 
H   100 Ba  Bb  Sin2m  TA  Bt
2 
Dd = DOCos2m
Dd = 100 (Ba - Bb) Cos2m

di mana:
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
ΔH = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt= bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 - 14
DO = jarak optis (100(Ba-Bb))
m = sudut miring

 Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya


kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan
diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat
sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi
perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta
sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi
Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi
boussole (C) adalah:
C =αg - α m
di mana:
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis
Setiap hasil pengukuran dan perhitungan buku ukur akan diajukan kepada Direksi atau
pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan agar dapat segera dilakukan
penggambaran draft di lapangan.

Penggambaran atau plotting data ukur seluruhnya akan dilakukan di lapangan agar
supaya apabila terjadi suatu kesalahan atau keganjilan dari gambar, maka bisa segera
dicek ke lapangan. Gambar-gambar yang akan dibuat adalah peta situasi sungai/raven,
peta as Bendung, gambar penampang memanjang dan melintang sungai/raven/saluran
pada posisi rencana as Bendung dan saluran.

Proses penggambaran; penggambaran dilakukan langsung dengan menggunakan


program autocad .

Materi yang digambarkan, skala gambar, jenis dan ukuran kertas, ketebalan garis,
notasi-notasi yang digunakan dan lainnya, disesuaikan dengan ketentuan dari Direksi
dan berpegang pada Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Standar
Penggambaran KP-07, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air Direktorat Irigasi dan Rawa.

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM  Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten

Sumba Timur 2 - 15

Anda mungkin juga menyukai