Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami sampaikan Laporan Pengukuran dan
Deskripsi BM yang berisi tentang tahapan pekerjaan pengukuran, analisa terhadap data-
data yang diperoleh, tingkat ketelitian hasil ukuran serta kajian dan penunjang lain yang
berkaitan dengan survey dan pemetaan. Laporan ini dilengkapi dengan daftar koordinat
BM dan CP dan deskripsi BM dan CP.
Ir. Fauzan MT
Ketua Tim
Sumba Timur i
Daftar isi
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
Daftar Gambar.........................................................................................................iii
Daftar Tabel..............................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................1-1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1-1
1.2. Maksud dan Tujuan Pekerjaan.......................................................................1-2
1.3. Sasaran Pekerjaan..........................................................................................1-3
1.4. Lokasi Pekerjaan............................................................................................1-3
LAMPIRAN
Sumba Timur ii
Daftar Gambar
Daftar Tabel
1
Pendahuluan
Air merupakan salah satu faktor penentu (determinan) dalam proses produksi pertanian,
oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam penyediaan
air untuk berbagai keperluan usaha tani.
Kebijakan pengembangan daerah irigasi yang ditangani pemerintah pada awalnya dapat
memberikan dampak yang sangat baik, seperti tercapainya swasembada pangan secara
Sumba Timur 1 -1
nasional pada tahun 1984. Seiring dengan perjalanan waktu, keberhasilan tersebut tidak
berkelanjutan karena banyak prasarana irigasi yang mengalami degradasi, baik dari segi
kuantitas, kualitas maupun fungsinya di satu sisi, dan disisi lain terjadi peningkatan
kebutuhan pangan, seiring pertambahan jumlah penduduk.
Kebijakan pengembangan daerah irigasi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
di Provinsi NTT telah berlangsung sejak lama, tersebar diseluruh wilayah Provinsi NTT
yakni di pulau-pulau besar di NTT seperti pulau Flores, pulau Timor dan pulau Sumba,
dan pulau kecil seperti pulau Alor, Lembata, Rote, Sabu dan pulau kecil lainnya.
Pulau Sumba memiliki cukup banyak potensi daerah irigasi yang cukup luas, beberapa
diantara areal irigasi yang selama ini sudah ada diantaranya daerah irigasi Kambaniru
di Kabupaten Sumba Timur, namun kondisinya saat ini sudah banyak sekali mengalami
kerusakan sehingga mengalami penurunan fungsi yang cukup besar. Karena itu perlu
dilakukan review desain untuk mengetahui apakah bangunan dan sistem irigasi yang
ada masih sesuai dengan kondisi saat ini atau sudah mengalami perubahan karena
perkembangan wilayah disekitar lokasi tersebut. Untuk itu, pada Tahun Anggaran 2018,
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat c.q. Satuan
Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Kegiatan Perencanaan dan Program
melaksanakan Pekerjaan “Review Desain DI. Kambaniru di Kabupaten Sumba
Timur” sebagai respon terhadap kondisi jaringan irigasi saat ini.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyiapkan sebuah dokumen Review desain bangunan
dan jaringan irigasi yang lengkap, yang memenuhi ketentuan berdasarkan kriteria
perencaanaan irigasi yang berlaku untuk dipakai sebagai acuan dan pedoman
dikemudian hari dalam rangka pelaksanaan konstruksi bangunan air dimaksud.
Sumba Timur 1 -2
1.3. Sasaran Pekerjaan
Untuk mencapai tujuan itu, sasaran kegiatan ini adalah pengumpulan data melalui
survei topografi, hidrologi, investigasi geologi, identifikasi tataguna lahan, dan
wawancara agar didapatkan serangkaian data teknis, data sosial dan data ekonomi yang
valid, untuk dipakai dalam Review desain beberapa bangunan air seperti Bendung,
Saluran Primer, Saluran Sekunder, Saluran tersier dan bangunan pelengkap lainnya,
agar aman secara teknis, layak secara ekonomi dan sosial.
Sumba Timur 1 -3
Bab
2
Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Untuk itu orientasi lapangan dilakukan dengan menelusuri sepanjang aliran sungai serta
batas areal pemetaan yang ditunjukan oleh petugas yang berwenang dan betul-betul
mengetahui titik-titik batas areal, serta prioritas-prioritas tertentu yang perlu dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dalam orientasi lapangan tersebut tim survey harus membuat
rencana kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai berikut:
Sumba Timur 2 -1
Apabila tidak didapatkan titik referensi berikut CP nya orientasi akan dilakukan
dengan menggunakan referensi lokal atau sesuai dengan rekomendasi Direksi
pekerjaan.
Pengukuran sudut menggunakan Total Station (Leica TS02 Dan Topcon GTS 255).
Salah penutup yang diijinkan 10 second n, dimana n = jumlah titik pengamatan.
Pengukuran jarak menggunakan Jarak Elektronik (EDM).
Titik tetap BM dibuat di lokasi sebanyak 18 buah. Titik ini terbuat dari beton dipancang
ke dalam tanah dan diperkuat dengan beton cor.
Penelusuran posisi BM lama yang ada dilapangan untuk dijadikan titik referensi dan
Pemasangan BM dan CP baru bila diperlukan, dan bila dilakukan pemasangan baru
maka harus dibuat seperti dibawah:
a) BM dibuat dari cor beton dengan ukuran 20 x 20 cm dan tinggi 100 cm, dipasang
70 cm tertanam di dalam tanah dan dilengkapi dengan rangka besi.
b) Semua BM yang dipasang diberikan nomor urut dan kode/logo BWS NT. II Tahun
2018 sesuai dengan jenis BM yang ada.
c) Konstruksi BM dan CP yang sudah dipasang akan dilengkapi dengan :
Photo-photo yang menunjukan identitas BM dan CP dan dilengkapi dengan
Nama Balai WS. NT. II dan nomor BM/CP
Sketsa lokasi BM dan CP lengkap dengan jarak titik-titik detail tetap yang ada
sekitar pilar tersebut, ini guna memudahkan pencarian lokasi BM dikemudian
hari.
Titik tetap ini dibuat pada tempat yang aman dan terlindung dari kemungkinan
kerusakan ataupun bergeser serta mudah terlihat.
Daftar BM dan CP dapat disajikan pada Tabel 2.1 dan Deskripsi BM dan CP terlampir
pada Lampiran.
Sumba Timur 2 -2
Tabel 2.1. Daftar BM dan CP Review Desain D.I. Kambaniru
Sumba Timur 2 -3
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten
Sumba Timur 2 -4
Lanjutan Tabel 2.1.
Sumba Timur 2 -5
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik polygon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 2.2.
= Sudut mendatar
AB = Bacaan skala horisontal ke target patok B
AC = Bacaan skala horisontal ke target patok C
Pembacaan sudut jurusan polygon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
a. Pengukuran kerangka poligon utama dilakukan secara kring.
b. Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan ketelitian
bacaan sudut 2”.
Sumba Timur 2 -6
d1
d2
A 1
d3
2
B
AB
B
AC
A
C
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini kerangka
dasar horizontal/posisi horizontal (x,y) digunakan metoda poligon.
Semua titik poligon dihitung koordinatnya pada sistem proyeksi UTM.
Pada gambar sketsa kerangka utama dicantumkan hasil hitungan:
Sumba Timur 2 -7
Salah penutup sudut dan jumlah titiknya.
Salah linear poligon beserta harga toleransinya.
Salah penutup sifat datar beserta harga toleransinya.
Jumlah jarak
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur polygon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-
titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.
Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1
Bidang Referensi
D
D
Sumba Timur 2 -8
4. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap
Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah.
5. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan mm.
6. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.
7. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
8. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut:
T 8 D mm
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilo
meter.
Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam
maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang
diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis kontur
untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.
Azimuth magnetis.
Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).
Sudut zenith atau sudut miring.
Tinggi alat ukur.
Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut :
Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur ray,
dimana setiap ray terikat pada titik-titik polygon sehingga membentuk jalur
polygon dan waterpass terikat sempurna.
Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang dibuat. Gundukan tanah, batu-batu
Sumba Timur 2 -9
besar yang mencolok serta garis pantai diukur dengan baik. Juga bangunan-
bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain telah diambil
posisinya.
Pengukuran titik – titik detail dimaksudkan untuk mendapatkan posisi horizontal dan
ketinggian dari titik – titik detail tersebut. Untuk mendapatkan ketinggian titik – titik
detail, dihitung beda tinggi antara tempat berdiri alat terhadap titik detail
bersangkutan. Perhitungan beda tinggi tersebut lazim disebut sebagai hitungan beda
tinggi secara tachimetri, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Alat berdiri dititik 1, Prisma berdiri dititik a, di bidik prisma pas pada garis segitiga
yang ada di reflektor di dapat bacaan sudut horisontal jarak datar dan beda tinggi.
1) Alat yang digunakan adalah TS Topcon GTS 255 dan Leica TS02
sederajat.
2) Pengambilan detail dilakukan secara tachimetris dari titik poligon utama
atau poligon Jalur saluran tersier,sekunder dan area lokasi rencana
topografi.
3) Detail yang diambil meliputi setiap perubahan bentuk morfologi serta
kenampakan yang ada dengan memperhatikan agar penggambaran detail
mencukupi kerapatan dilapangan.
4) Tidak diperkenankan melakukan pengukuran tachimetrris tanpa
pengikatan pada kerangka Horizontal.
Sumba Timur 2 - 10
penahan banjir dan jalan. Interval pengukuran penampang melintang adalah 200
m pada bagian yang lurus dan pada tikungan interval dibuat lebih rapat sesuai
dengan kondisi tikungan. Kerapatan titik maksimum 2 m.
Setiap detail perubahan tanah dan as saluran diukur. Alat ukur yang digunakan
adalah waterpass otomatis atau Theodolite T0.
b) Perhitungan azimuth
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan
rumus sebagai berikut:
Sumba Timur 2 - 11
12 1A 1
AP A 1 1 180
23 21 1 12 2 180
AP A 1 2 2 180
34 32 3 23 3 180
AP A 1 2 3 3 180
4B 43 4 34 4 180
43 A 1 2 3 4 4 180
2) Perhitungan waterpass
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi
(BM).
Syarat geometris
H Akhir H Awal H FH
T 8 D mm
Dimana:
H = tinggi titik
ΔH = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten
Sumba Timur 2 - 12
d
FH
d
T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)
a) Jarak mendatar
Seperti pada a dan b, garis bidik tegak lurus pada mistar, maka :
CK = (A + Bi)
CK1 = (A + Bi) cos α
Apabila digunakan i' pada mistar vertikal (dengan α kecil, sehingga dapat
dianggab garis-garis Fobj b1 dan Fobj a1 tegak lurus pada garis ba), maka
dengan demikian ba = i = i' cos α. Sehingga :
CK1 = (A + Bi’ cos α) cos α
= A cos α + Bi’ cos2α
Sumba Timur 2 - 13
Karena D = CK1 (dengan α yang juga kecil, sehingga cos α = cos2α = 1),
maka jarak mendatar D antara titik P dan titik Q menjadi :
D = (A + B’) cos2α
Karena A = p + fobj kecil, maka A cos2α diabaikan terhadap Bi’ cos2α,
sehingga :
D = Bi1 cos2α
b) Beda tinggi
Beda tinggi antara P dan Q adalah :
h = Q1K1 + K1K - KQ
= h1 + CK sinα - h2
= h1 + (A + Bi’ cos α) sin α - h2
Dengan dibuat h1 = h2, maka :
h = (A + Bi’) sin α . cos α
h = (A + Bi’) ½ sin 2α
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat
(X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:
TB T A H
1
H 100 Ba Bb Sin2m TA Bt
2
Dd = DOCos2m
Dd = 100 (Ba - Bb) Cos2m
di mana:
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
ΔH = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt= bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM Review Desain D.I. Kambaniru di Kabupaten
Sumba Timur 2 - 14
DO = jarak optis (100(Ba-Bb))
m = sudut miring
Penggambaran atau plotting data ukur seluruhnya akan dilakukan di lapangan agar
supaya apabila terjadi suatu kesalahan atau keganjilan dari gambar, maka bisa segera
dicek ke lapangan. Gambar-gambar yang akan dibuat adalah peta situasi sungai/raven,
peta as Bendung, gambar penampang memanjang dan melintang sungai/raven/saluran
pada posisi rencana as Bendung dan saluran.
Materi yang digambarkan, skala gambar, jenis dan ukuran kertas, ketebalan garis,
notasi-notasi yang digunakan dan lainnya, disesuaikan dengan ketentuan dari Direksi
dan berpegang pada Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Standar
Penggambaran KP-07, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air Direktorat Irigasi dan Rawa.
Sumba Timur 2 - 15