RUMAH SAKIT
Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dimana dalam Pasal 25
Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan
setiap orang berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Bab III tentang
Hak dan Kewajiban Pasien dalam Pasal 8 menyatakan bahwa pasien
mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang akan diterima maupun yang telah
diterima oleh pasien dari tenaga kesehatan merupakan salah satu kebutuhan
yang perlu diketahui oleh pasien.
Hak-hak untuk memperoleh informasi merupakan hak asasi pasien yang
paling utama bahkan dalam tindakan khusus diperlukan Informed Consent
(persetujuan tindakan medis) (Notoatmodjo, 2010). Hubungan antara informed
consent dan tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter dapat dikatakan
bahwa informed consent merupakan komponen utama yang mendukung adanya
tindakan medis tersebut (Setiawan, 2009).
Informed consent berarti suatu izin (consent) atau pernyataan setuju dari
pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan
informasi dari dokter dan sudah mengerti oleh pasien. Informasi didalam
informed consent mengenai pengungkapan dan penjelasan (disclosure and
explanation) kepada pasien dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasiennya
tentang penegakkan diagnosis, sifat dan prosedur atau tindakan medic yang
diusulkan, kemungkinan timbulnya resiko, manfaat dari tindakan medis, dan
alternative dari tindakan medis tersebut, serta harus didokumentasikan.
Hak-hak pasien menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
terdapat pada penjelasan yang diberikan dokter kepada pasien tentang diagnosis
dan terapi dari dokter yang mengobatinya, hak untuk memperoleh pelayanan
kedokteran, hak untuk memperoleh penjelasan tentang peraturan-peraturan di
Rumah Sakit dan hak untuk memperoleh penjelasan tentang perician biaya rawat
inap, obat, dan sebagainya.
Komunikasi yang efektif antara pasien dan tenaga kesehatan sangat
diperlukan untuk mengkondisikan faktor kurangnya pengetahuan, sikap pasien
terhadap informasi mengenai data kesehatan termasuk tindakan dan pengobatan
yang akan dilakukan dan setelah dilakukan. Komunikasi yang baik akan diterima
oleh pasien dan selama informasi tersebut tidak bertentangan dengan adat
istiadat, kebudayaan, keyakinan serta kepercayaan akan menimbulkan persepsi
yang baik kepada pasien terhadap pelayanan yang diberikan (Notoatmodjo,
2008).
B. Tujuan
1. Mengetahui Hak Rumah Sakit
2. Mengetaui Kewajiban Rumah Sakit
3. Mengetahui Kode Etik Rumah Sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. 2015. Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia (KODERSI) dan Penjelasannya. Jakarta: Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit