FERMENTASI KARBOHIDRAT
LAPORAN
Praktikum Biokimia
Oleh
Kelompok 7/Offering B
SEPTEMBER 2017
A. TUJUAN
1. Mampu mengetahui kadar etanol dari hasil fermentasi sukrosa menggunakan
ragi tape dan hasil pemurniannya dengan destilasi bertingkat
2. Mampu mengetahui dan memahami hasil fermentasi alkohol
3. Mampu mengetahui dan memahami cara memisahkan etanol dari campuran
fermentasi
4. Mampu mengetahui dan memahami cara menentukan kadar etanol dalam
larutannya dengan metode berat jenis
B. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Klem
2. Mantel pemanas
3. Alat destilasi
4. Tiang penyangga
5. Silicone grease
6. Spon kawat yang kasar
7. Variac
8. Pipet filler
BAHAN
Larutan Ca(OH)2
Iritan
Tidak mudah terbakar
Tidak reaktif
Iritan
Tidak mudah terbakar
Tidak reaktif
Akuades
Tidak berbahaya
K3 PO 4
Iritan
Tidak mudah terbakar
Tidak reaktif
Sukrosa
Iritan
Tidak mudah terbakar
Tidak reaktif
Celite
Iritan
Tidak mudah terbakar
Tidak reaktif
C. PROSEDUR
1. Fermentasi
20,0 g sukrosa
Hasil
2 Distilasi
D. DASAR TEORI
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan
aseton. Fermentasi untuk menghasilkan bioetanol oleh ragi merupakan perubahan
gula-gula heksosa sederhana menjadi bioetanol dan Co2 secara anaerob, udara
tidak diperlukan selama proses fermentasi. Pada proses fermentasi terjadi
pemecahan senyawa induk, dimana 1 molekul glukosa akan menghasilkan 2
molekul bioetanol, 2 molekul Co2 dan pembebasan energi. Secara teoritis bahwa 1
gram gula akan dikonversikan menjadi 0,51 gram bioetanol (51% bioetanol) dan
0,49 gr CO2 (49% CO2)(Chairul dan Silvia, 2013).
Yeast
C6 H12 O6 2C2 H5 OH + 2Co...................... (2.1)
Glukosa Bioetanol Karbon dioksida
E. DATA
Fermentasi
1. Warna larutan Ca(OH)2 sebelum fermentasi : Bening (Tidak
berwarna)
2. Warna larutan Ca(OH)2 sesudah fermentasi : Putih keruh
3. Warna larutan aquades + Na2 HPO 4 + Na3 PO 4 +
Ragi (sebelum fermentasi) : Putih tulang
4. Warna larutan hasil fermentasi : Putih kekuningan
(keruh)
Distilasi
NO Pengamatan Hasil
1 Sukrosa 9,903 g
2 Aquades 50 mL
3 Dinatrium Hidrogen Fosfat (Na2 PO 4 ) 0,258 g
4 Natrium Fosfat (Na3 PO4 ) 0,479 g
5 Ragi 0,992 g
6 Kaca Arloji 20,810 g
7 Air Kapur 80 mL
8 Rentangan Temperatur Distilasi 95-96°C
9 Volume Distilat yang didapat 30 mL
10 Massa Beaker 50 mL (𝑀1 ) 72,127 g
11 Volume Distilat (untuk penentuan ρ) 10 mL
12 Massa beaker dan distilat (𝑀2 ) 62,212 g
12 Massa Distilat 𝑀2 − 𝑀1 9,915 g
(𝑀2 −𝑀1 )
13 Massa Jenis distilat ( ρ = ) 0,9915 g/mL
𝑣
14 % Etanol 5%
F. ANALISIS DATA
Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka dapat dilakukan analisis data
sebagai berikut.
Pada percobaan fermentasi karbohidrat kali ini terdapat dua percobaan
yaitu fermentasi dan distilasi. Dimana pada proses fermentasi ini menggunakan
10,0 g sukrosa yang ditambahkan 50 mL air yang telah dikocok hingga seluruh
sukrosa larut. Kemudian ditambahkan dinatrium hidrogen fosfat sebesar 0,25 g;
1,0 g kalium fosfat dan 1,0 g ragi pada beaker glass 50 mL lalu dikocok sampai
semuanya tercampur digunakan larutan kalsium hidroksida Ca(OH) 2 yang sebelum
proses fermentasi berwarna bening (tidak berwarna). Proses fermentasi tersebut
melibatkan larutan aquades + Na2 HPO 4 + Na3 PO4 yang selanjutnya ditambahkan
ragi (larutan berwarna putih tulang). Selanjutnya proses fermentasi berlangsung
selama 7 hari dengan suhu ruang antara 30° - 35°C. Hasil yang didapat dari proses
tersebut adalah larutan kalsium hidroksida Ca(OH)2 yang berubah warna menjadi
warna putih tulang dan larutan hasil fermentasi yang dihasilkan berwarna putih
kekuningan dengan sedikit keruh. Larutan hasil fermentasi inilah yang selanjutnya
digunakan untuk proses distilasi.
Proses percobaan yang kedua adalah destilasi dengan menggunakan larutan
hasil fermentasi. Pada saat proses destilasi berlangsung, rentangan suhu pada alat
distilasi adalah 95° - 96°C suhu tersebut melebihi 90°C, maka air akan dapat ikut
menguap dan nantinya akan ikut tercampur ke dalam destilat. Sebenarnya
rentangan suhu yang tepat untuk distilasi ialah sekitar 78° - 90°C karena pada suhu
tersebut etanol dapat menguap. Setelah proses distilasi dilakukan, maka dihasilkan
distilat berwarna bening (tidak berwarna) (Vd 1 ) sebanyak 30 mL dan digunakan 10
mL untuk proses penentuan massa jenis.
Untuk menentukan massa jenis, maka diperlukan volume distilat yang
diperoleh dari selisih antara massa gelas ukur + destilat dan massa gelas ukur.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Md = M2 – M1
= 62,212 gram – 72,172 gram
= 9,915 gram
Setelah diketauhi massa destilat Md sebesar 9,915 gram, maka massa jenis etanol
dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :
Md
ρ = Vd2
9,915 gram
ρ = 10 ml
ρ = 0,9915 gram/ml
maka dapat dibuat grafik sebagai berikut :
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Density
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan fermentasi karbohidrat bertujuan untuk mengetahui persen
kadar etanol yang diperoleh dari fermentasi sukrosa menggunakan ragi tape dan
hasil pemurniannya dengan distilasi bertingkat. Fermentasi adalah proses kimia
yang berlangsung oleh adanya mikroorganisme yang mengkatalis reaksi, jenis
mikroorganisme yang dapat digunakan antara lain berupa ragi, bakteri, atau jamur
untuk menghasilkan senyawa-senyawa seperti etanol, butanol, gliserol, asam
asetat, atau asam sitrat (Mulyono, 2009). Pada praktikum ini, praktikan
menggunakan sukrosa, ragi, dan air kapur. Larutan sukrosa dimasukkan kedalam
erlenmeyer A dan air kapur dimasukkan kedalam erlenmeyer B. Agar reaksi
berlangsung secara anaerob pada erlenmeyer B ujungnya ditutup dengan kapas.
Pada awal pengamatan, larutan sukrosa harus berada pada suhu 30-35°C. Hal ini
dilakukan karena mikroorganisme tidak dapat hidup dalam suhu diatas 50°C.
Temperatur memiliki perngaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Air kapur bersifat basa dan mampu mengikat CO 2 . Sedangkan larutan pada
erlenmeyer A bersifat asam yang disebabkan oleh C 2 H5 OH. Selama pengamatan,
terjadi suatu reaksi pada erlenmeyer A yang berisi larutan ragi dan sukrosa, pada
erlenmeyer B yang berisi larutan kapur (Ca(OH)2 ) berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk seperti Saccharomyces sehingga reaksi
mulai terhenti ketika hasil reaksi pada erlenmeyer A mengalir menuju
erlenmeyer B. Setelah reaksi hampir terhenti, muncul gelembung - gelembung
air atau uap air yang merupakan hasil reaksi seperti diatas, keluar melalui selang
kecil. Selain itu, terdapat endapan kapur ( CaCO3 ) yang mengendap pada
erlenmeyer B dan terjadi perubahan warna yang semula bening berubah menjadi
keruh.
Setelah proses pengamatan, sumbat pada erlenmeyer A dibuka dan
menghasilkan bau asam. Sedangkan suhu akhirnya mencapai 34°C. Dari hasil
percobaan tersebut dihasilkan suatu reaksi kimia :
Ca(OH)2 + CO 2 CaCO 3 + H2 O
Waktu fermentasi perlu diperhatikan sehingga membutuhkan waktu 7 hari.
Masa fermentasi yang terlalu cepat akan menghasilkan etanol yang sedikit,
sedangkan masa fermentasi yang terlalu lama akan menyebabkan khamir menjadi
mati (Fatimah, 2013).
Percobaan selanjutnya yaitu metode distilasi bertingkat untuk memisahkan
hasil fermentasi yang memiliki titik didih yang berbeda. Prinsip destilasi adalah
penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih.
Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan
atmosfer. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya
yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni (Sahidin, 2008).
Pada percobaan ini akan dipisahkan campuran hasil fermentasi yang terdiri
dari air dan etanol. Titik didih air adalah 100 o C, sedangkan etanol memiliki titik
didih 78 o C. Pada saat campuran dipanaskan, suhu campuran akan meningkat dan
akan ditunjukkan oleh termometer. Ketika temperatur berada di sekitar 78 o C,
yakni titik didih etanol, temperatur tersebut dijaga agar tetap berada pada titik
didih etanol. Hal ini menunjukkan bahwa pada temperatur 78 o C, tekanan uap
etanol sama dengan tekanan atmosfer, sehingga etanol akan menguap sedangkan
air akan tetap berada pada labu destilasi karena pada temperatur tersebut belum
mencapai titik didih air. Akibatnya air akan tetap berada pada fasa cair dan tidak
ikut menguap bersama etanol. Hal ini karena tekanan uap air belum mencapai
tekanan atmosfer. Uap etanol akan bergerak ke atas dan melalui kondensor. Pada
kondensor dialirkan air secara terus-menerus yang berfungsi sebagai pendingin,
sehingga pada kondensor ini terjadi peristiwa kondensasi atau pengembunan
dimana uap etanol didinginkan sehingga mengembun dan menjadi cairan kembali.
Etanol cair kemudian akan mengalir dari kondensor melalui adaptor, lalu
ditampung pada erlenmeyer, dan disebut destilat (Bahti, 1998). Namun pada
percobaan kali ini rentang suhunya adalah 95 o C-96 o C. Hal ini bisa diakibatkan
karena proses fermentasi yang kurang sempurna. Mengakibatkan konsentrasi air
lebih besar daroi pada etanol. Maka air yang ikut menguap juga cukup banyak.
Hal ini mempengaruhi konsetrasi etanol yang diperoleh.
Pada percobaan ini, massa jenis destilat yang diperoleh adalah 0,9915
gram/ml. Jadi, diperoleh persen komposisi etanolnya sebesar 5%. Penentuan
persen komposisi etanol berdasarkan grafik hubungan antara persentase etanol
oleh berat dengan kerapatan diperoleh nilai regresi sebesar 9.0085 dan nilai
koefisien determinasinya adalah 1. Beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses destilasi antara lain penempatan posisi termometer pada alat
destilasi. Penempatan posisi yang salah dapat menyebabkan uap cairan misalnya
etanol akan menempel pada termometer dan tidak melewati kondensor untuk
melalui proses pengembunan, tetapi akan kembali pada labu destilasi yang berisi
campuran cairan. Akibatnya, jumlah destilat yang diperoleh tidak maksimal.
Selain itu, suhu pada termometer juga harus diperhatikan selama proses destilasi.
Suhu termometer harus selalu dijaga agar tetap berada pada suhu titik didih cairan
yang ingin dipisahkan yakni pada suhu titik didih yang lebih rendah yang akan
diperoleh sebagai destilat (Bahti, 1998).
H. KESIMPULAN
1. Pada percobaan ini, diperoleh massa jenis destilat yang diperoleh adalah 0,9915
gram/ml.
2. Persen komposisi etanol setelah didestilasi sebesar 5%.
3. Penentuan persen komposisi etanol berdasarkan grafik hubungan antara
persentase etanol oleh berat dengan kerapatan nilai regresi sebesar 9.0085 dan
nilai koefisien determinasinya adalah 1.
4. Fermentasi alkohol dilakukan dengan cara mereaksikan sukrosa dengan ragi.
Enzim pada ragi mengubah sukrosa menjadi etanol dan CO 2 . Etanol hasil
fermentasi tersebut dimurnikan dengan cara destilasi bertingkat.
5. Cara menentukan kadar etanol dalam larutan dengan metode berat jenis yaitu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑀2−𝑀1
ρ = 𝑉 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡
I. SOAL
1. Produk apa yang terbentuk dari fermentasi anaaerob karbohidrat
Reaksi anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa
menjadi asam laktat. Proses ini disebut dengan glikolisis. Glikolisis anaerob
adalah proses penguraian karbohidrat menjadi laktat melalui piruvat tanpa
melibatkan oksigen. Proses senyawa kimia secara enzimatis menghasilkan
gas, dalam hal ini adalah penguraian karbohidrat menghasilkan etanol dan
CO2 tanpa melibatkan oksigen
2. Produk apa yang terbentuk jika terjadi fermentasi aerob yang disebabkan
adanya udara pada campuran fermentasi
Hasil akhir dari fermentasi anaerob
- Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya
adalah asamlaktat. Peristiwa ini dapat terjadi di otot dalam kondisi
anaerob, yang disebabkan kelelahan pada tubuh manusia karena bergerak
melebihi kemampuan.
- Fermentasi alkohol
Pada fermentasi alkohol produk akhirnya berupa alkohol karena
asam piruvat diubah menjadi asam asetat + CO 2 selanjutaya asam asetat
diubah menjadi alkohol.
Hasil akhir dari fermentasi aerob
- Fermentasi asam cuka merupakan suatu contoh fermentasi yang
berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri
asam cuka (Acetobacter aceti) dengan substrat etanol.Energi yang
dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan
olehfermentasi alkohol secara anaerob.
Reaksi:
3. Mengapa tidak didapat 100% etanol dengan cara distilasi larutan hasil proses
fermentasi
Secara sederhana distilasi adalah proses pemisahan bahan cairan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Dalam proses ini pengaturan suhu adalah bagian
paling penting. Kalau kita bisa mempertahankan suhu pada titik didih etanol,
kadar etanol yang diperoleh akan semakin tinggi. Meskipun kita sudah
mempertahankan suhu sebaik mungkin. Uap air akan delalu terbawa, ada
sedikit air yang ikut menguap. Ini yang menyebabkan distilasi tidak bisa
menghilangkan semua air. Kadar maksimal etanol yang bisa diperoleh
sekitar 95%.
Dalam proses distilasi terkadang terdapat gangguan sehingga hasil ditilasi
tidak maksimal, salah satunya adalah azeotrop. Azeotrop adalah campuran
dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan.
Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan
tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan
komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah
komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval
suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling
mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu,
misalnya penambahan benzena atau toluena sehingga terbentul azaeotrope
antara etanol-air-benzena dengan titik didih rendah yang akan terdistilasi
sebelum etanol setelah ketiga komponen azeotrop terdistilasi maka
didapatkan etanol absolut.
atau