Anda di halaman 1dari 10

Pengolahan sampah sistem GALFAD, di SARBAGITA

PENGOLAHAN SAMPAH SISTEM GALFAD (GASSIFICATION, LAND FILL, ANAEROB


DIGESTION) DI TPA SARBAGITA BALI

PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi dengan


segala dinamikanya di Provinsi Bali, khususnya di wilayah SARBAGITA (Denpasar, Badung,
Gianyar, Tabanan) telah mengakibatkan terjadinya peningkatan timbulan sampah yang semakin
cepat. Kondisi tersebut secara otomatis telah membawa akumulasi permasalahan yang semakin
kompleks. Berbagai macam cara telah diterapkan untuk mengatasinya, tetapi hasilnya belum
memuaskan, bahkan kecenderungannya semakin sulit dikendalikan. Permasalahan tersebut
ditambah lagi dengan semakin sulitnya mencari lokasi untuk Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah, sehingga semakin kompleknya permasalahan sampah yang harus dihadapi.

Pemerintah Daerah di wilayah SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan)


membuat kesepakatan untuk menerapkan sistem pengelolaan persampahan secara regional dan
terpusat dengan aplikasi teknologi pengolahan sampah terpadu yang disebut dengan IPST
(Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu). Lokasi TPA Sargabita ada di TPA Suwung. Dari 24 Ha
lahan di TPA Suwung, 10 Ha digunakan untuk TPA Sarbagita.

IPST SARBAGITA

SARBAGITA merupakan pusat pengolahan sampah terpadu dengan konsep berbasis 3 R


(Reduce, Reuse, Recycling) di TPA. Untuk jangka panjang pengelolaan sampah di kota
Denpasar akan dilakukan secara terpadu dengan bekerjasama dengan 3 kabupaten lain dengan
nama SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Pusat pengelolaan sampah
terpadu dilakukan di TPA Sampah Suwung, bekerjasama dengan pihak ketiga yang bertujuan
mengelola sampah menjadi energi yang dapat dimanfaatkan yaitu energi listrik.

Sampah yang akan diterima di TPA SARBAGITA diperkirakan 800 ton/hari. Dengan komposisi
75% sampah organik dan 25% sampah non organik, dengan keadaan 55% sampah organik basah
dan 20% sampah organik kering. Sampah non organik sebagian berupa plastik dan kertas.
Diperkirakan 175 ton/hari sampah dapat menghasilkan sekitar 2.5 MW listrik.

Diperkirakan sekitar 1 H lahan dibutuhkan untuk TPA Sarbagita, penggunaan lahan minimal
untuk jangka waktu 20 tahun.

Tujuan pengolahan sampah


1) Mengolah sampah untuk dijadikan produk (output) yang bernilai ekonomi;
2) Meminimalisasi dampak lingkungan terhadap kehidupan sekitar dan merehabilitasi lahan
TPA;
3) Menyatukan kegiatan pemanfaatan nilai ekonomis sampah (organik dan non organik) menjadi
listrik, kompos, bahan daur ulang dan produk ekonomi lainnya;
4) Membuka peluang kerja dan peluang ekonomi untuk mensejahterakan masyarakat sekitar;
5) Memperpanjang usia pakai TPA karena jumlah sampah yang terbuang ke landfill sangat
minimal.

SISTEM GALFAD

IPST merupakan aplikasi teknologi pengolahan sampah yang didalamnya terdapat perpaduan
komponen pengolahan sampah seperti unit pemilahan, unit gasifikasi dan pirolisis, unit
pengomposan, unit daur ulang dan unit landfill. Lebih jelasnya dalam Gambar 1 berikut ini :

Sistem pengolahan sampah di IPST adalah menggunakan Sistem GALFAD (Gassification, Land
Fill, Anaerob Diggestion). Tujuan strategis dari fasilitas yang ditawarkan adalah pemanfaatan
potensi sampah sebagai sumber daya yang sudah tercemar (contaminated resource). Hal ini
berarti dengan menggunakan teknik pemisahan yang sesuai, berbagai jenis sampah dapat dipakai
pads berbagai jenis peralatan konversi energi sehingga dapat memaksimalkan efisiensi konversi
sampah menjadi energi yang bernilai ekonomis.

1. Pemisahan awal
Komponen utama dari IPST, jika dipandang dari sisi konversi energi adalah :
· Sampah organik, dapat dibiodegradasikan, baik basah maupun kering (contohnya sampah buah-
buahan, dan sampah sayuran);
· Sampah organik, non-biodegradasi, baik basah maupun kering (contohnya plastik dan kayu);
· Komponen yang inert (contohnya besi, kaca dan sisa-sisa bahan bangunan)
Dengan beberapa tingkat penyaringan, sebuah tangki pengapung (floating tank), dan beberapa
metode lain, sampah dapat dipisah-pisah menjadi bagian-bagian yang disebutkan diatas.
Kemudian sampah dimasukkan kedalam mesin pemecah (shredder) untuk dipecah-pecah
menjadi lebih kecil dan memiliki ukuran-ukuran yang sama agar kemudian dapat digunakan
sesuai proses konversi energi yang dipilih. Sampah yang kering, dibuat menjadi lebih kering
dengan menggunakan suatu pengering (dryer). Seluruh proses ini sedapat mungkin dilaksanakan
di dalam ruangan sehingga bau sampah tidak menyebar ke area sekitar instalasi.

2. Mereduksi ukuran partikel


Proses mekanik baik itu dengan degradasi termal dan biologi dapat mereduksi ukuran partikel
menjadi lebih kecil. Untuk proses anaerobic digestion, semakin kecil partikel, semakin besar
juga permukaan yang kontak dengan bakteri. Hal ini mampu mempercepat waktu proses
perubahan sampah dari organik menjadi gas. Reduksi ukuran partikel ini dilakukan di dalam
suatu mesin penghancur (pulverizer). Untuk proses gasifikasi, ukuran partikel sampah di cacah
dengan ukuran tertentu untuk mencegah sumbatan/macet dalam mesin..

3.Gasifikasi (Bukan Incinerator)


Bagian sampah organik kering di cacah, dikeringkan dan dimasukkan dalam sebuah gasifier.
Proses ini terjadi dalam sebuah reaktor tertutup yang dapat menghasilkan produk berupa
synthetic-gas sekaligus dilakukan pembersihan gas buang sebelum dikembalikan ke atmosfer.

Gasifikasi adalah proses dekomposisi termal dari bahan organik dengan mengurangi keberadaan
oksigen. Proses ini dapat mengubah sampah organik menjadi gas (karbonmonoksida dan
hidrogen) yang kemudian dapat dipakai untuk menggerakkan gas engine sebagai mesin
pembangkit listrik. Proses yang akan digunakan pada fasilitas ini sebenarnya adalah bukan
teknologi baru dan sudah digunakan secara komersil di Inggris selama 10 tahun. Perlu dipahami
bahwa modul ini hanya dapat bekerja pada jenis bahan baku yang homogen, yaitu jenis yang
akan diperoleh dari proses pemisahan diatas.

4. Gas Landfill
Tujuan dari pemakaian gas dari landfill adalah untuk menghindarkan gas metan yang sangat
beracun lepas dari tumpukan sampah dimana dalam banyak kasus telah ditumpuk jauh sebelum
sistem GALFAD ini diterapkan.

Setelah menutup tempat sampah dengan lapisan tanah liat, satu jaringan pipa gas perforasi
dimasukkan kedalam tumpukan sampah dan dari pipa tersebut, gas disedot menuju ke sebuah
fasilitas pengolahan gas.

5. Proses anaerobic digestion


Proses ini melibatkan bakteri anaerob. Penguraian oleh bakteri ini biasanya membutuhkan waktu
antara 1 sampai 2 minggu dan dikontrol secara hati-hati untuk menjamin proses sanitasi yang
sempurna. Sesudah proses ini selesai, sisa proses yang berbentuk padat dapat diambil dari bagian
dasar digester. Apabila ingin digunakan sebagai pupuk yang berkualitas tinggi, sisa ini dialirkan
melalui screw press and filter. Bahan yang kering dipisahkan dan selama 2 minggu mengalami
proses pengomposan secara aerobik. Cairan dibawa ke tangki denitrifikasi kemudian menuju
tangki aerasi nitrifikasi untuk menyempurnakan proses aerasi. Sisa – sisa produk lain dibiarkan
atau dikeringkan. Air hasil proses dapat diolah kembali atau langsung disalurkan kembali ke
awal proses.

Hasil dari seluruh ketiga proses ini adalah biogas yang dimasukan terlebih dahulu ke dalam
fasilitas pengolahan gas sebelum menjadi gas bahan bakar bagi mesin pembangkit listrik. Sebuah
ilustrasi dapat diambil yaitu: fasilitas pengolahan sampah dengan kapasitas pengolahan 400 ton/
hari dapat menghasilkan listrik kurang lebih sebesar 10 MW secara kontinyu.

Sebagai hasil dari proses GALFAD, volume sampah dapat berkurang sampai dengan 80%. Hasil
samping dapat diproses menjadi kompos (Apabila kompos ini tidak dapat dijual maka aman
dibuang ke tanah tanpa mengakibatkan pengaruh apapun. Jumlah dari kompos yang dihasilkan
kurang lebih 10 - 15 persen bahan baku yang dimasukkan ke digester dan material untuk
konstruksi jalan.

Kompos dengan yang dihasilkan adalah kompos dengan kualitas rendah. Bila kualitas kompos
diperbaiki, dapat dijual kira-kira 1/3 dari pupuk sintetis (Rp. 15.000/25 kg sak).

6. Mesin Pembangkit listrik


Mesin pembangkit yang akan digunakan adalah gas engine buatan Jenbacher AG, Austria.
Jenbacher adalah manufaktur mesin yang berpengalaman dalam membuat gas engine untuk
pemakaian spesial gas, seperti biogas dan syn-gas.
Buangan gas dengan teknologi ini memiliki emisi yang sangat rendah dan ramah lingkungan. Hal
ini dapat dilihat pads tabel berikut dibandingkan dengan teknologi pembakaran modern
(Insinerator)
Rencana Pengamanan dan Pelestarian Lingkungan
1. Pengamanan Terhadap Tata Perairan
a. Leachate hasil proses clekomposisi sampah diolah di Instalasi Pengolahan Leachate;
b. Kualitas air tanah dimonitor rutin melalui sumur pantau

2. Pengamanan Terhadap Berbagai Gangguan Lainnya


a. Kemungkinan erosi dan longsor – Area IPST dilengkapi saluran drainase dan kemiringan
timbunan dan tanah penutup maksimum 30%;
b. Kemungkinan gangguan bau dan pencemaran udara – di sekeliling IPST ditanami tanaman
penyangga serta untuk mencegah terjadinya akumulasi gas, area isolasi sampah dilengkapi
dengan pipa ventilasi gas (pipa pelepas tekan);
c. Kemungkinan penebaran sampah dan pembiakan serangga – residu sampah yang masuk area
isolasi diberi lapisan tanah penutup (lapisan penutup harian, lapisan penutup antara dan lapisan
penutup akhir);
d. Kemungkinan gangguan estetika/ keindlahan pandangan – lokasi dipagar dan diberi tanaman
barrier;
e. Kebersihan lingkungan clan jalur angkutan – truk sampah sebelum meninggalkan lokasi telah
dibersihkan

3. Pengamanan Terhadap Lahan Isolasi Sampah Yang Sudah Penuh

- Pengolahan air leachate berlanjut;


- Pemantauan tata perairan berlanjut;
- Penanaman tanaman penutup diatas bekas lahan isolasi sampah
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA. Sampah)

Tempat Pembuangan Akhir Sampah atau TPA. Sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau
menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.
Sebelum kita membuat atau merencanakan membangun Tempat Pambuangan Akhir Sampah, terlebih
dahulu harus dilakukan STUDY ANDAL karena suatu TPA Sampah sudah pasti akan menimbulkan dampak
negatip. Dengan melalui STUDY ANDAL maka beberapa dampak negatip yang telah diprediksi akan
timbul diusahakan dikelola sehingga tidak melampaui nilai ambang batas yang telah ditetukan oleh
Pemerintah RI dalam Peraturan Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (AMDAL).
Bila melalui STUDY ANDAL tersebut lokasi terpilih tidak memenuhi syarat maka harus dicari lagi lokasi
lain yang sesuai dengan SK_SNI mengenai TPA Sampah dan hasil dari STUDY ANDAL dampak negatip
yang diprediksi akan timbul tersebut harus dikelola sehingga tidak mencemari lingkungan.
Ada beberapa metoda atau cara penimbunan sampah yang Kita Kenal Seperti:

a. Metoda Open Dumping


b. Metoda Control Landfill
c. Metoda Sanitary Landfill
d .Metoda Improved Sanitary landfill
e. Metoda Semi Aerobic Landfill

a. Open Dumping
Cara ini cukup sederhana yaitu dengan membuang sampah pada suatu legokan atau cekungan tanpa
mengunakan tanah sebagai penutup sampah, cara ini sudah tidak direkomendasi lagi oleh Pemerintah RI
karena tidak memenuhi syarat teknis suatu TPA Sampah, Open dumping sangat potensial dalam
mencemari lingkungan, baik itu dari pencemaran air tanah oleh Leachate (air sampah yang dapat
menyerap kedalam tanah), lalat, bau serta binatang seperti tikus, kecoa, nyamuk dll.

b. Control Landfill
Control landfill adalah TPA sampah yang dalam pemilihan lokasi maupun pengoperasiannya sudah mulai
memperhatikan Syarat Teknis (SK-SNI) mengenai TPA sampah.
Sampah ditimbun dalam suatu TPA Sampah yang sebelumnya telah dipersiapkan secara teratur, dibuat
barisan dan lapisan (SEL) setiap harinya dan dalam kurun waktu tertentu timbunan sampah tersebut
diratakan dipadatakan oleh alat berat seperti Buldozer maupun Track Loader dan setelah rata dan padat
timbunan sampah lalu ditutup oleh tanah, pada control landfill timbunan sampah tidak ditutup setiap
hari, biasanya lima hari sekali atau seminggu sekali.
Secara umum control landfill akan lebih baik bila dibandingkan dengan open dumping dan sudah mulai
dipakai diberbagai kota di Indonesia.

c. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun
di TPA sampah yang sudah disiapkan sebelumnya dan telah memenuhi syarat teknis, setelah ditimbun
lalu dipadatkan dengan menggunakan alat berat seperti buldozer maupun track loader, kemudian
ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup setiap hari pada setiap akhir kegiatan. Hal ini dilakukan
terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana yang telah ditetapkan.

d. Improved Sanitary Landfill


Improved Sanitary landfill merupakan pengembangan dari sistem sanitary landfill, dilengkapi dengan
isntalasi perpipaan sehingga air sampah atau LEACHATE (dibaca :licit) dapat dialirkan dan ditampung
untuk diolah sehingga tidak mecemari lingkungan, bila air sampah yang telah diolah tersebut akan
dibuang keperairan umum, maka harus memenuhi peraturan yang telah ditentukan oleh Pemerintah RI.
mengenai buangan air limbah.
Pada Improved Sanitary landfill juga dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan Gas yang dihasilkan oleh
proses dekomposisi sampah di landfill

e. Semi Aerobic Sanitary Landfill


Sistem ini merupakan pengembangan dari teknik improved sanitary landfill, dimana usaha untuk
mempercepat proses penguraian sampah oleh bakteri (dekomposisi sampah) dengan memompakan
udara (Oksigen) kedalam timbunan sampah. Teknologi ini sangat mahal tetapi sangat aman terhadap
lingkungan.

Diposting oleh Agus Sopandie di 03.45 Tidak ada komentar:

Label: Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Beranda

Langganan: Postingan (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

 ▼ 2009 (1)
o ▼ Agustus (1)
 Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Mengenai Saya

Agus Sopandie

Lihat profil lengkapku


Sistem Pengolahan Sampah

Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk
kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human wastetidak termasuk didalamnya) dan umumnya
bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah
tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.

Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan
sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge, ed.,
1991).

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak
ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan
sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,
pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :

1. Penimbulan sampah (solid waste generated)

Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi
ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena itu dalam menentukan metode
penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku
dan jenis dan kegiatannya.

Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan
suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh
Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi
timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota
sedang adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.

2. Penanganan di tempat (on site handling)

Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang
dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di
mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai
ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penanganan sampah pada tahap selanjutnya.

Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting),
pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini
adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)

3. Pengumpulan (collecting)

Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya
dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.

4. Pengangkutan (transfer and transport)

Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan
sampah atau lokasi pembuangan akhir.

5. Pengolahan (treatment)

Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang
tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :

a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan


(compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah


sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski
merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini
disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.

c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari
bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat
proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk
buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang
lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun
cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.

d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi
listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang
cukup besar dengan kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik
sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk
menekan biaya proses pengelolaan.
6. Pembuangan akhir

Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana
sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi.
Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang
direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-
kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.

Dewasa ini masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian dari
semua fihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin
berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani dengan
baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi
bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan. Beberapa permasalahan yang
timbul dalam sistem penanganan sampah sistem yang terjadi selama ini adalah :

a. Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber sampah sampai ke
tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-pilah sehingga kalaupun akan diterapkan teknologi
lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk pemilahan menurut jenisnya
sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan memerlukan dana maupun menyita waktu.

b. Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya :

- Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya cocok bagi kota yang
masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. bila kota menjadi semakin bertambah
jumlah penduduknya, maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik jumlah dan jenisnya.
Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.

- Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit penyakit lain juga
dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang
pada akhirnya akan mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai