DEMENSIA VASKULAR
Oleh:
Hayatun Nufus, S.Ked 1830912310117
Pembimbing
BANJARMASIN
Juli, 2019
1
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL 1
2. DAFTAR ISI 2
3. BAB I: PENDAHULUAN 3
7. BAB V: PENUTUP 36
8. DAFTAR PUSTAKA 37
2
BAB I
PENDAHULUAN
Demensia merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada usia tua.
Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya
kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi
luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai
dengan perburukan kontrol emosi, perilaku dan motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit
Alzheimer, pada penyakit serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara primer atau
sekunder mengenai otak 1.
Stroke pada usia lanjut adalah sesuatu yang sering dijumpai. Kaitan antara demensia
dengan stroke adalah kompleks. Katzman melaporkan bahwa penyebab terbanyak kedua
demensia adalah penyakit serebrovaskular (20 - 25%) sesudah penyakit Alzheimer (60-70%).
Jadi selain menyebabkan defisit neurologis fokal, stroke juga dihubungkan dengan demensia.
Sebagian pasien stroke akan mengalami demensia. Diperkirakan sekitar 25% dari penderita
stroke bisa mengalami penurunan kemampuan kognitifnya hingga ke taraf demensia.
Demensia paska stroke iskemik akut berpengaruh terhadap lamanya survival paska stroke
iskemik akut dan memberikan akibat yang signifikan pada prognosis 1,2.
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional yang
disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan iskemik, juga
disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari hipotensi atau hipoksia.
Demensia vaskuler merupakan penyebab demensia terbanyak kedua (20 - 25%) setelah
sesudah penyakit Alzheimer (60 -70%). Persentase pasien stroke yang mengalami demensia
vaskular atau demensia paska stroke dilaporkan berkisar 16 – 48%. Demensia paska stroke
iskemik akut berpengaruh terhadap lamanya survival paska stroke iskemik akut dan
prognosis1.
Pada laporan kasus ini penulis melaporkan pasien dengan gangguan memori dan
fungsi kognitif serta fungsi sosial setelah serangan stroke yang didiagnosa sebagai demensia
vaskular.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang kedua tertinggi di Amerika
Serikat dan Eropa, tetapi merupakan penyebab utama di beberapa bagian di Asia. Prevalensi
demensia vaskular 1,5% di negara Barat dan kurang lebih 2,2% di Jepang. Di Jepang, 50%
dari semua jenis demensia pada individu berumur lebih dari 65 tahun adalah demensia
vaskular. Di Amerika Latin, 15% dari semua demensia adalah demensia vascular3.
Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali lebih besar pada pasien yang telah
mengalami stroke berbanding kontrol. Setahun pasca stroke, 25% pasien mengalami
demensia awitan baru. Dalam waktu 4 tahun berikutnya, resiko relative kejadian demensia
adalah 5,5%. Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan
hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya. Insiden
meningkat sesuai dengan peningkatan umur3.
4
2.3 Etiologi
Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65 tahun
adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3) campuran antara keduanya.
Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen diantaranya adalah demensia Lewy body
(Lewy body dementia), penyakit Pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan
normal, demensia alkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human immunodeficiency virus
(HIV) atau sifilis) dan penyakit Parkinson. Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan
penatalaksanaan klinis berhubungan dengan penyebab yang reversibel seperti kelaianan
metabolik (misalnya hipotiroidisme), defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau
defisiensi asam folat), atau sindrom demensia akibat depresi. Pada tabel berikut ini dapat
dilihat kemungkinan penyebab demensia 3:
5
Gambar 2.1 Perbandingan Persentase Etiologi dari Demensia4
6
2.5 Patofisiologi Demensia Vaskular
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf atau
hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak
faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Telah dilakukan beberapa penelitian yang
sampai sekarang belum mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi6.
7
Gambar 2.3 Mekanisme dari kerusakan white matter oleh faktor resiko cardiovascular dan
Aβ7.
8
Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli atau
trombotik. Area otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia alba
dari hemisfera serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus
6
.
Gambar 2.5. Makroskopis korteks serebral pada potongan koronal dari suatu kasus
demensia vascular. Infark lakunar bilateral multipel mengenai thalamus,
kapsula interna dan globus palidus5.
a. Kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition, text
revision (DSM-IV-TR). Kriteria ini mempunyai sensitivitias yang baik tetapi spesifitas
yang rendah. Rumusan dari kriteria diagnostik DSM-IV-TR adalah seperti berikut5:
11
Perjalanan klinis fluktuatif 2
Kebingungan malam hari 1
Kepribadian relatif terganggu 1
Depresi 1
Keluhan somatic 1
Emosi labil 1
Riwayat hipertensi 1
Riwayat penyakit serebrovaskular 2
Arteriosklerosis penyerta 13 1
Keluhan neurologi fokal 2
Gejala neurologis fokal 2
Skor ini berguna untuk membedakan demensia alzheimer dengan demensia vaskular.
Bila skor ≥ 7 : demensia vaskular. Skor <4 : penyakit alzheimer.
12
1. Kriteria untuk diagnosis probable vascular dementia:
A. Demensia
Didefinisikan dengan penurunan kognitif dan dimanifestasikan dengan
kemunduran memori dan dua atau lebih domain kognitif (orientasi, atensi, bahasa,
fungsi visuospasial, fungsi eksekutif, kontrol motor, praksis), ditemukan dengan
13
pemeriksaan klinis dan tes neuropsikologi, defisit harus cukup berat sehingga
mengganggu aktivitas harian dan tidak disebablan oleh efek stroke saja.
Kriteria eksklusi yaitu kasus dengan penurunan kesadaran, delirium, psikosis,
aphasia berat atau kemunduran sensorimotor major. Juga gangguan sistemik
atau penyakit lain yang menyebabkan defisit memori dan kognisi.
B. Penyakit serebrovaskular
Adanya tanda fokal pada pemeriksaan neurologi seperti hemiparesis,
kelemahan fasial bawah, tanda Babinski, defisit sensori, hemianopia, dan disartria yang
konsisten dengan stroke (dengan atau tanpa riwayat stroke) dan bukti penyakit
serebrovaskular yang relevan dengan pencitraan otak (CT Scan atau MRI) seperti infark
pembuluh darah multipel atau infark strategi single (girus angular, thalamus, basal
forebrain), lakuna ganglia basal multipel dan substansia alba atau lesi substansia alba
periventrikular yang ekstensif, atau kombinasi dari yang di atas.
14
A. Awitan dini defisit memori dan perburukan memori dan fungsi kognitif lain
seperti bahasa (aphasia sensori transkortikal), ketrampilan motor (apraksia) dan
persepri (agnosia) yang progresif tanpa disertai lesi fokal otak yang sesuai pada
pencitraan
B. Tidak ada konsekuensi neurologi fokal selain dari gangguan kognitif
C. Tidak ada kerusakan serebrovaskular pada CT Scan atau MRI otak
16
2. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret, penyakit
jantung, diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa terapi penggantian
estrogen, dan gambaran EKG yang abnomal.
3. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada hemostatis,
konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres psikologik, paparan zat yang
berhubungan dengan pekerjaan ( pestisida, herbisida, plastik), sosial ekonomi.
4. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah volume
kehilangan jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark.
2.10. Prevensi
Sindrom demensia vaskular biasanya disebabkan oleh stroke. Jadi, prevensi
(terapi primer) atau terapi sekunder stroke adalah kunci untuk mencegah penurunan kognitif
ini. Memodifikasi faktor resiko kemunduran kognitif dapat membantu mencegah stroke dan
demensia vaskular. Faktor resiko yang paling penting adalah hipertensi. Penelitian
kohort epidemiologi dan percobaan intervensi dengan pengobatan antihipertensi
menunjukkan kegunaan obat antihipertensi dalam mencegah demensia vaskular. Pasien
dengan merokok harus berhenti merokok karena dapat menyebabkan perbaikan perfusi
serebral dan fungsi kognitif. Faktor diet seperti hiperkolesterolemia juga dapat berperan.
Sedangkan dalam penelitian yang lain pula mendapati bahwa individu yang
yang melakukan aktivitas yang menstimulasi intelektual seperti interaksi sosial, catur,
crossword puzzle dan bermain alat musik dapat menurunkan resiko demensia secara
signifikan.
18
2.11. Manajemen Terapi3,6
Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:
• Mencegah terjadinya serangan stroke baru
• Menjaga dan memaksimalkan fungsi saat ini
• Mengurangi gangguan tingkah laku
• Meringankan beban pengasuh
• Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya
B. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko demensia vaskular
berhubungan dengan konsumsi lemak total. Asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 yang
rendah juga berhubungan dengan peningkatan homosisteine yang merupakan faktor resiko
stroke.
2. Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk
Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika faktor resiko
vaskular seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes diobati. Agen anti platlet
19
berguna untuk mencegah stroke berulang. Pada demensia vaskular, aspirin mempunyai
efek positif pada defisit kognitif. Agen antiplatelet yang lain adalah tioclodipine dan
clopidogrel.
• Aspirin
Mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir aksi prostaglandin
sintetase seterusnya mencegah sintesis prostaglandin
• Tioclodipine
Digunakan untuk pasien yang tidak toleransi terhadap terapi aspirin atau gagal dengan
terapi aspirin.
• Clopidogrel bisulfate
Obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke reseptor platlet secara direk. Agen
hemorheologik meningkatkan kualiti darah dengan menurunkan viskositi,
meningkatkan fleksibiliti eritrosit, menginhibisi agregasi platlet dan formasi trombus
serta supresi adhesi leukosit.
• Pentoxifylline dan ergoid mesylate (Hydergine)
Dapat meningkatkan aliran darah otak. Dalam satu penelitian yang melibatkan 29
pusat di Eropa, didapatkan perbaikan intelektual dan fungsi kognitif dalam waktu 9
bulan. Di European Pentoxifylline Multi-Infarct Dementia Study, pengobatan dengan
pentoxifylline didapati berguna untuk pasien demensia multi-infark.
20
2.12. Prognosis
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer. Berdasarkan
beberapa penelitian, demensia vaskular dapat memperpendek jangka waktu hidup sebanyak
50% pada lelaki, individu dengan tingkat edukasi yang rendah dan pada individu
dengan hasil uji neurologi yang memburuk.
Penyebab kematian adalah komplikasi dari demensia, penyakit
kardiovaskular dan berbagai lagi faktor lainnya seperti keganasan.
21
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : jalan simpang sungai kuin selatan Gg. Husada
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : tidak bekerja (dulu karyawan swasta)
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Berobat Tanggal : 23 Juli 2019
23
E. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan sama seperti pasien.
Keluarga pasien ada yang hipertensi. Menurut istri pasien, ibu pasien pernah
didiagnosis gangguan jiwa akan tetapi tidak tahu pasti penyakit apa itu.
F. Situasi sosial sekarang
Pasien seorang laki-laki berusia 45 tahun. Pasien sudah menikah dan memiliki
3 orang anak. Pasien saat ini tinggal di rumah milik pribadi, dengan istri dan 2
anak.Saat ini pasien tidak bekerja dan biaya hidup ditanggung anaknya. Pasien tidak
dapat bersosialisasi dengan baik terhadap orang - orang di lingkungan sekitar.
G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya
1. Pasien tidak sadar dia sakit.
VIII. PROGNOSIS
Prognosis ke arah baik
- Respon terhadap pengobatan baik
- Mendapat dukungan sepenuhnya dari keluarga terhadap kesembuhan pasien
27
- Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit serupa dengan pasien
Prognosis ke arah buruk
- Perjalanan penyakit sudah berlangsung selama 5 tahun
- Pasien tidak patuh minum obat
- Pasien tidak dapat bersosialisasi dengan baik
IX. TERAPI
Psikofarmaka :
Haloperidol 5 mg ½-0- ½
THP 2 mg ½-0- ½
Aricept 10mg 1-0-0
Clopidogrel 1x75mg
Amlodipin 5 mg 1 x 1
28
BAB IV
PEMBAHASAN
a. DIAGNOSIS
Fakta Teori
Anamnesis
Pasien laki-laki, usia 45 tahun Diagnosis demensia vaskular menurut DSM-
Pasien lupa terhadap kegiatan sehari- IV adalah menggunakan kriteria sebagai
hari seperti mandi, makan, memakai berikut.
baju sendiri, dan cara solat.
a) Adanya defisit kognitif multipleks yang
Pasien tidak bisa berbicara dengan
dicirikan oleh gangguan memori dan
jelas dan terbatas
satu atau lebih dari gangguan kognitif
saat membeli makanan pasien tidak
berikut ini:
tahu berapa jumlah uang yang
diberikan 1) Afasia (gangguan berbahasa)
Pasien juga terkadang marah-marah
2) Apraksia (gangguan kemampuan
jika kemauan pasien tidak dituruti
untuk mengerjakan aktivitas motorik,
Pasien sering melamun dan berdiam
sementara fungsi mototik normal).
diri.
Pasien seperti tidak mempunyai 3) Agnosia (tidak dapat mengenal atau
semangat hidup, yakni untuk mengidentifikasi suatu benda
meminum obat saja pasien harus walaupun fungsi sensoriknya
dipaksa terlebih dahulu.. normal).
Pasien tidak dapat bersosialisasi
4) Gangguan dalam fungsi eksekutif
dengan baik terhadap orang - orang
(merancang, mengorganisasikan,
di lingkungan sekitar.
daya abstraksi, dan membuat urutan).
b. PENATALAKSANAAN
Fakta Teori
30
a. Farmakoterapi a. Farmakoterapi
Anti manic : Haloperidol, THP
Haloperidol 5 mg ½-0- ½
Penghambat kolinesterase: Aricept
THP 2 mg ½-0- ½
(donepezil)
Aricept 10mg 1-0-0
Anti platelet: Clopidogrel
Clopidogrel 1x75mg
Anti hipertensi: Amlodipin
Amlodipin 5 mg 1 x 1
Farmakoterapi yang diberikan pada pasien ini untuk penyakit stroke yang terdapat pada
pasien sesuai dengan yang ada diliteratur. Berdasarkan teori stroke dapat diberikan:
31
BAB V
KESIMPULAN
Laporan kasus ini menampilkan laki-laki usia 45 tahun dengan penurunan daya ingat
disertai gangguan kognitif yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan fungsi sosial setelah
yang didiagnosis sebagai demensia vaskular. Diagnosis ditegakkan melalui riwayat penyakit
yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gambaran
klinis yang menyokong diagnosis DVa pada pasien ini mengarah ke diagnosis Dva tipe
hipoperfusi dementia .
Terapi untuk demensia vaskular meliputi terapi farmakoterapi berupa terapi untuk
mencegah serangan stroke dan memperbaiki fungsi kognitif dan perilaku.
32
DAFTAR PUSTAKA
33