Anda di halaman 1dari 90

BUKU AJAR :

ASUHAN KEBIDANAN II
( PERSALINAN )

Endang Buda, S.Pd.,M.Kes


Anita Megawati Fajrin,SST.,M.Kes

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................... Error! Bookmark not defined.
PRAKATA........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
TINJAUAN MATA KULIAH............................................................................ 3

Bagian I . ........................................................................................................ 1
Bagian II ........................................................................................................ 11
Bagian III ...................................................................................................... 28
Bagian IV ...................................................................................................... 33
Bagian V ....................................................................................................... 59
Bagian VI ...................................................................................................... 97
BagianVII....................................................................................................... 117
BagianVIII...................................................................................................... 141
Daftar Pustaka

2
TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Matakuliah
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan Askeb pada ibu dalam
persalinan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan
serta hasil evidence based dengan pokok bahasan : Konsep dasar persalinan, beberapa factor yang
mempengaruhi persalinan, proses adaptasi psikologi dalam persalinan, kebutuhan dasar pada ibu dalam
proses persalinan, asuhan pada setiap kala persalinan, deteksi dini komplikasi persalinan dan cara
penanganannya, askeb pada bayi segera setelah lahir, cara pendokumentasian asuhan masa persalinan.
B. Kegunaan Mata Kuliah
Matakuliah asuhan kebidanan II(Persalinan) merupakan matakuliah yang harus diikuti untuk mencapai
kompetensi lulusan yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat secara menyeluruh dan kesiapan menjadi orang tua.
C. Standar Kompetensi Mata Kuliah
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir.
D. KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti mata kuliah ini, setiap mahasiswa kebidanan harus mampu:
1. Memahami konsep dasar persalinan
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
3. Menjelaskan proses adaptasi fisiologis dan psikologis selama persalinan

4. Mengidentifikasi kebutuhan dasar ibu dalam proses persalinan

5. Melaksanakan asuhan pada ibu bersalin pada setiap kala persalinan

6. Mendeteksi dini komplikasi persalinan dan cara penanggulangannya

7. Melaksanakan asuhan pada bayi segera setelah lahir


8. Mendokumentasikan hasil asuhan persalinan

E. Petunjuk Bagi Mahasiswa Untuk Mempelajari Bahan Ajar Mahasiswa dapat menggunakan buku
ajar untuk menunjang proses pembelajaran matakuliah asuhan kebidanan II (Persalinan) sehingga
mahasiswa dapat mencapai kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Mahasiswa dapat belajar
secara mandiri sebelum dosen pengampu menjelaskan pokok bahasan dalam kelas sehingga proses
pembelajaran dapat dilaksanakan secara aktif.

3
BAGIAN 1
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU DALAM MASA PERSALINAN
A. Pengertian Persalinan  Persalinan:
Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
 Macam-macam persalinan:
• Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
• Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan
operasi Sectio Caesaria.
• Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
 Istilah-istilah yang berkaitan dengan persalinan berdasarkan tuanya umur kehamilan dan berat
badan bayi:

• Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan
kurang dari 500 gr.

• Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat
badan antara 500 gram dan 999 gram.
• Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat
badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
• Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat
badan 2500 gram atau lebih.
• Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

B. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN


1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone
dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun
sehingga timbul his.
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena
isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada
anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.

4
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam
air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan. Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum bisa dipastikan, besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama,sehingga pemicu persalinan menjadi multi
faktor

C. TAHAPAN PERSALINAN (KALA I, II, III, IV)


1. Kala I atau Kala Pembukaan
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi lengkap. Berdasarkan
kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi:
- Fase latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm yang
membutuhkan waktu 8 jam.
- Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi:
• Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam
2 jam.
• Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
• Fase Decelerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.
2. Kala II atau Kala Pengeluaran
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
3. Kala III atau Kala Uri
Dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya placenta.
4. Kala IV
Masa 1 – 2 jam setelah placenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis
masih diakui adanya Kala IV persalinan, meskipun masa setelah placenta lahir adalah masa
dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.

D. TUJUAN ASUHAN PERSALINAN


Sebagai bidan harus mampu menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan pengambilan keputusan
yang tepat terhadap kliennya untuk:
1. Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu dan keluarganya
selama persalinan dan kelahiran.
2. Melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mencegah, menangani komplikasi-komplikasi
dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini selama persalinan dan kelahiran.
3. Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani sendiri untuk mendapatkan
asuhan spesialis jika perlu.
4. Memberikan asuhan yang adekuat kepada ibu, dengan intervensi minimal, sesuai dengan
tahap persalinannya.
5. Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang aman.
6. Selalu memberitahukan kepada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan, adanya penyulit
maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan.
7. Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.
8. Membantu ibu dengan pemberian ASI dini.

Prinsip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan adalah:
a. Rawat ibu dengan penuh hormat.

5
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati pengetahuan dan
pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar sama pentingnya dengan memberikan
nasehat.
c. Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta sopan.
d. Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
e. Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda melakukannya serta meminta izin
dahulu.
f. Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja yang ia inginkan untuk
berbagi informasi ini.
g. Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan tersedia bersama ibu.
h. Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama persalinan, kelahiran dan
pasca salin.
i. Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama persalinan dan kelahiran.
j. Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu (episiotomi, pencukuran dan
enema).
k. Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding and Attachment).

E. TANDA- TANDA PERSALINAN


 Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat:
- Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya menjadi lebih
enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih
sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
- Pollakisuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih
rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas
panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu
untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.
- False labor
3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his pendahuluan yang
sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks.
His pendahuluan ini bersifat:
• Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah.
• Tidak teratur
• Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila dibawa
jalan malah sering berkurang.
• Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix.
- Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa cervix yang tadinya
tertutup, panjang dan kurang lunak namun menjadi: lebih lembut, beberapa menunjukkan
telah terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu,
misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian
besar masih dalam keadaan tertutup.
- Energy Spurt
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan
mulai, setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan
maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan
energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan
kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, persalinan menjadi panjang dan sulit.
- Gastrointestinal Upsets

6
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah
karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.

 Tanda-tanda persalinan:
- Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya sebagai berikut:
• Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
• Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
• Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
• Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
- Bloody show (Lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran dan pembukaan,
lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang
sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah
rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
- Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini
terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan
tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian
persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar
 Kala I
- His belum begitu kuat, datangnya setiap 10 – 15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu
hingga ia sering masih dapat berjalan.
- Lambat laun his bertambah kuat: interval lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama.
- Bloody show bertambah banyak.
- Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam.
- Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah: “Kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi
primi dan 2 cm sejam bagi multi, walaupun ketentuan ini sebetulnya kurang tepat seperti akan
diuraikan nanti”.

 Kala II
- His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya tiap 2 – 3
menit.
- Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan kekuning-
kuningan sekonyong-konyong dan banyak.
- Pasien mulai mengejan.
- Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
- Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his
berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut: “Kepala
membuka pintu”.
- Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa
mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah
symphisis disebut “Kepala keluar pintu”.
- Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan mulut
pada commissura posterior.
- Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya karena
tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut.
- Setelah kepala lahir dilanjut dengan putaran paksi luar, sehingga kepala melintang,
vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan.

7
- Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh badan
anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir.
- Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban
pecah, kadang-kadnag bercampur darah.
- Lama kala II pada primi ± 50 menit pada multi ± 20 menit.
 Kala III
- Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi
disebut “His pengeluaran uri” yaitu his yang melepaskan uri sehingga terletak pada
segmen bawah rahim (SBR) atau bagian atas dari vagina.
- Setelah anak lahir uterus teraba seperti tumor yang keras, segmen atas lebar karena
mengandung placenta, fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat.
- Bila placenta telah lepas bentuk uterus menjadi bundar dan tetap bundar hingga
perubahan bentuk ini dapat diambil sebagai tanda pelepasan placenta.
- Jika keadaan ini dibiarkan, maka setelah placenta lepas fundus uteri naik sedikit
hingga setinggi pusat atau lebih dan bagian tali pusat di luar vulva menjadi lebih
panjang.
- Naiknya fundus uteri disebabkan karena placenta jatuh dalam SBR atau bagian atas
vagina dan dengan demikian mengangkat uterus yang berkontraksi dengan sendirinya
akibat lepasnya placenta maka bagian tali pusat yang lahir menjadi panjang.
- Lamanya kala uri ± 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2 – 3
menit.

8
BAGIAN 2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERSALINAN

Sebenarnya pada setiap persalinan ada 5P (faktor) yang harus diperhatikan :


A. Jalan lahir (passage)
B. Janin (Passanger)
C. Tenaga atau kekuatan (Power)
D. Psikis ibu
E. Penolong

A. PASSAGE
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:
1. Bagian keras: Tulang – tulang panggul (Rangka panggul).
2. Bagian lunak : Otot-otot, jaringan – jaringan dan ligament – ligament.

 RANGKA PANGGUL
- Tulang panggul
1. Os coxae : os ilium, os ischium, os pubis
2. Os sacrum = promontorium
3. Os Coccyangis

- Artikulasi
1. Artikulasi simfisis pubis, di depan pertemuan os pubis
2. Artikulasi sakro – iliaka yang menghubungkan os sacrum & os ilium
3. Artikulasi sakro – koksigium yang menghubungkan os sacrum dan
koksigium

- Ruang panggul
1. Pelvis mayor (False pelvis)
2. Pelvis minor (True pelvis)
Pelvis mayor terletak di atas linea terminalis yang di bawahnya disebut pelvis minor.

- Pintu panggul
1. Pintu atas panggul (PAP) = Inlet, dibatasi oleh linea terminalis (linea inominata)
2. Ruang tengah panggul (RTP) kira – kira pada spina ischiadika, disebut midlet
3. Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet.
4. Ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet dan outlet

Bidang-bidang
- Bidang Hodge: Bidang yang dipakai dalam obstetri untuk mengetahui seberapa jauh
turunnya bagian bawah anak kedalam panggul,ada 4 bidang yaitu:
1. Bidang Hodge I : jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis, sejajar
dengan PAP atau bidang yang terbentuk dari promontorium, linea inominata kiri,
simfisis pubis, linea inominata kanan kembali ke promontorium
2. Bidang Hodge II : bidang yang sejajar dengan PAP, melewati pinggir (tepi)
bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III : bidang yang sejajar dengan PAP, melewati Spina ischiadika

9
4. Bidang Hodge IV : bidang yang sejajar dengan PAP, melewati ujung tulang
coccyangeus.
- Ukuran-ukuran panggul 1. Alat pengukur ukuran panggul :
- pita meter
- jangka panggul : Martin, Oseander, Collin dan Baudeloque
- pelvimetri klinis dengan periksa dalam
- pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli radiology dan hasilnya diinterpretasikan
oleh ahli kebidanan

2. Ukuran-ukuran panggul luar


- DS : Distansia Spinarum, yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior (23-26 cm)
- DC : Distansia Cristarum, yaitu jarak yang terlebar antara kedua crista iliaka
kanan dan kiri (26-29 cm)
- CE :Conjugata Eksterna
(Boudeloque),jarak dari tepi atas simfisis dan ujung processus spinosus
tulang lumbal 5 (18-20 cm). Cara mencari processus spinosus tulang
lumbal 5 : ambil pertengahan jarak antara distansia spina iliaka
posterior superior, tambahkan dengan 3 jari tangan kiri keatas.
- L P : Lingkar Panggul,yaitu jarak dari tepi atas simfisis ke pertengahan
antara spina iliaka anetrior superior dengan trochantor mayor sebelah kanan,
ke pertengahan antara spina iliaka anterior superior dan trochantor mayor
sebelah kiri kembali ke tepi atas simfisis(80-90 cm).

3. Ukuran-ukuran panggul dalam, ada 7 item yang harus dinilai:

Pintu atas panggul:


Promontorium teraba/tidak, normalnya : tidak teraba Linea innominata,normalnya : teraba
1/3 bagian kanan dan kiri
Pintu tengah panggul:
Spina ischiadika menonjol/tidak, normalnya : tidak menonjol
Sacrum,normalnya : cukup cekung
Pelvic side wall(dinding pelvis), normalnya : sejajar Pintu bawah panggul:
Arcus pubis,normalnya : > 900
Mobilitas os coccyangeus, normalnya : cukup

- Jenis panggul (menurut Caldwell & Moloy, 1933) Didasarkan pada ciri-ciri bentuk
PAP, ada 4 bentuk dasar panggul:
• Ginekoid : paling ideal, bulat 45%
• Android : panggul pria, segitiga 15%
• Antropoid : agak lonjong seperti telur 35%
• Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang 5%

Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari keempat bentuk klasik tersebut, misalnya:
• Jenis gineko-android
• Jenis gineko-antropoid
• Dan kombinasi-kombinasi lainnya (ada 14 jenis)

10
 JALAN LAHIR LUNAK
- Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan adalah SBR, serviks uteri dan
vagina. Disamping itu otot – otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat –
alat urogenetal juga sangat berperan dalam persalinan. Bagian lunak (otot-otot dasar
panggul) ada 2 macam:
a. Musculus Levator ani terdiri atas:
 Musculus ilio coccyangeus
 Musculus pubo coccyangeus
 Musculus pubo vaginalis
 Musculus pubo rectalis
 Musculus pubo coccyangeus propius
b. Musculus ischio coccyangeus
B. POWER
Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar
dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari
ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

1. HIS (kontraksi uterus)


a. Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna
dengan sifat – sifat:
- Kontraksi simetris
- Fundus dominant, kemudian diikuti
- Relaksasi
b. Pada saat kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah
bawah rahim dan serviks.
c. Sifat – sifat lainnya dari his adalah : (A) Involuntir (B) Intermitten (C) Terasa sakit (D)
Terkoordinasi dan simetris (E) kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisis,
chemis dan psikis.
d. Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal – hal yang harus diperhatikan dari his
adalah:
- Frekuensi his : adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per
10 menit.
- Intensitas his : adalah kekuatan his (adekuat atau lemah)
- Durasi (lama his) : adalah lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan dengan
detik, misalnya 50 detik.
- Interval his : adalah jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang
tiap 2 – 3 menit.
- Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak.
e. Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada di sudut tuba dimana gelombang his
berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah.
f. Fundus dominant adalah kekuatan paling tinggi dari his yang sempurna berada di fundus
uteri.
g. Kekuatan his yang paling lemah berada pada segmen bawah rahim (SBR).
h. Perubahan – perubahan akibat his:
- Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras / padat karena kontraksi. Serviks tidak
mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul his maka terjadi
pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.
- Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula
kenaikan nadi dan tekanan darah.

11
-Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero – plasenter kurang sehingga
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melembat dan kurang jelas didengar
karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul – betul terjadi hipoksia yang agak
lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan
denyut jantung janin diatas 160 permenit dan tidak teratur.
i. Pembagian his dan sifat-sifatnya:
- His pendahuluan: his tidak kuat & tidak teratur namun menyebabkan keluarnya
bloody show.
- His pembukaan (Kala I) : menyebabkan pembukaan serviks, semakin kuat, teratur
dan sakit.
- His pengeluaran (Kala II) : Untuk mengeluarkan janin; sangat kuat, teratur, simetris,
terkoordinir dan lama ; Koordinasi bersama antara kontraksi otot perut, diafragma
dan ligament.
- His pelepasan uri (Kala III) : kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan
plasenta.
- His pengiring (Kala IV) : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian), terjadi
pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.

2. Tenaga mengejan
a. Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak
keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.
b. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat
lagi.
c. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu
menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya
kebawah.
d. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling
efektif sewaktu ada his.
e. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps
f. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.

C. PASSANGER
Faktor yang berpengaruh terhadap persalinan selain faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak
janin, presentasi janin, bagian terbawah, serta posisi janin, juga ada plasenta dan air ketuban.

JANIN

1. Sikap (Habitus) :
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki
dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.

2. Letak (Situs):
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya Letak Lintang dimana
sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan
sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.
 Letak membujur (longitudinal):
• Letak Kepala (97%) : (1)Letak fleksi = LBK (95,5%), (2)Letak defleksi : Letak puncak
kepala, Letak dahi & letak muka (1,5%)

12
• Letak sungsang = letak bokong (2,5 – 3 %): L. Bokong sempurna (complete breech),
L. Bokong (Frank breech), L. Bokong tidak sempurna
(Incomplete breech)
 Letak lintang (Tarnsverse lie) : (0,5 – 2%)
 Letak miring (Oblique lie)
• Letak kepala mengolak
• Letak bokong mengolak

3. Presentasi:
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada
palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong,
presentasi bahu dan lain-lain.

4. Bagian terbawah janin:


Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.
5. Posisi janin
 Untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri,
depan atau belakang terhadap sumbu ibu (materal – pelvis). Misalnya pada letak
belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.
 Untuk menentukan presentasi dan posisi janin maka harus dapat menjawab
pertanyaan pertanyaan berikut:
• Bagian janin apa yang terbawah?
• Di mana bagian terbawah tersebut?
• Apa indikatornya?
 Ada 6 variasi dari penunjuk arah (indikator) dari bagian terbawah janin :
• Letak Belakang Kepala (LBK)
- Indikator : ubun-ubun kecil (uuk)
- Variasi posisi :
1. Ubun-ubun kecil kiri depan : uuk ki – dep
2. Ubun-ubun kecil kiri belakang : uuk.ki – bel
3. Ubun-ubun kecil melintang kiri : uuk.mel.ki
4. Ubun-ubun kecil kanan depan : uu.ka-dep
5. Ubun-ubun kecil kanan belakang : uuk.ka-bel
6. Ubun-ubun kecil melintang kanan : uuk.mel-ka
• Presentasi dahi
- Indikator : teraba dahi dan ubun – ubun besar (uub)
- Variasi posisi :
1. Ubun-ubun besar kiri depan : uub.ki-dep
2. Ubun-ubun besar kiri belakang : uub.ki-bel
3. Ubun-ubun besar melintang kiri : uub.mel-ki
4. Ubun-ubun besar kanan depan : uub.ka-dep
5. Ubun-ubun besar kanan belakang : uub.ka-bel
6. Ubun-ubun besar melintang kanan : uub.mel-ka
• Presentasi muka
- Indikator : dagu (mento)
- Variasi posisi :
1. Dagu kiri depan : d.ki-dep
2. Dagu kiri belakang : d.ki-bel
3. Dagu melintang kiri : d.mel-ki
4. Dagu kanan depan : d.ka-dep

13
5. Dagu kanan belakang : d.ka-bel
6. Dagu melintang kanan : d.mel-ka
• Presentasi bokong
- Indikator adalah
sacrum - Variasi posisi
adalah:
1. Sakrum kiri depan : s.ki-dep
2. Sakrum kanan depan : s.ka-dep
3. Sakrum kanan belakang ; s.ka-bel
4. Sakrum melintang kanan : s.mel-ka

Letak lintang
- Menurut posisi kepala :
Kepala di kiri : LLi kep ki
Kepala di kanan : LLi kep ka
- Menurut arah punggung
1. Punggung depan (dorso-anterior) : PD
2. Punggung belakang (dorso-posterior) :
PB
3. Punggung atas (dorso-superior) : PS ( S= superior)
4. Punggung bawah (dorso-inferior) :
PI ( I= inferior )
- Presentasi bahu (skapula) :
1. Bahu kanan :
Bh.ka.
2. Bahu kiri :
Bh.ki.
- Tangan menumbung :
1. Tentukan apakah :
tangan kiri : ta-ki
tangan kanan : ta-ka
2. Indikator adalah ketiak (axilla)
- Ketiak menutup / membuka ke kiri
- Ketiak menutup / membuka ke kanan

PLASENTA (URI)
A Plasenta
 Berbentuk : bundar,ukuran 15cm x 20 cm
 Tebal : 2,5- 3cm
 Berat : ± 500-600 gram
 Tali pusat : Panjang 25-60 cm, terpendek
dilaporkan 2,5 cm, terpanjang ± 200 cm
B Uri terbentuk sempurna pada minggu ke-16 dimana desidua parietalis & desidua kapsularis telah
menjadi satu.Sebelum terbentuk sempurna fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum.

C Implantasi uri pada fundus uteri depan/belakang

14
D Fungsi uri
a. Nutritif : alat pemberi makanan pada janin
b. Respiratif : alat penyalur zat asam (O2) & pembuangan CO2
c. Ekskresi : alat pengeluaran sampah metabolisme.Ginjal, hati, usus belum
berfungsi baik sehingga alat pembuangan  sisa metabolisme dibuang
melalui uri yang dapat menghubungkan janin dengan dunia luar secara
tidak langsung.
d. Penghasil hormon,antara lain:
1. Korionik gonodotropin:
 Merangsang korpus luteum menjadi korpus luteum gravidarum sehingga tetap
mengeluarkan estrogen, progesteron dan korpus luteum berfungsi sampai uri sempurna.
 Bersifat khas kehamilan sehingga dapat dipakai sebagai hormon tes kehamilan
 Puncaknya bisa tercapai pada hari ke 60
 Setelah persalinan dalam uri tidak dijumpai
2 Korionik somato mammotropin
 Hormon untuk metabolisme protein
 Menimbulkan pertumbuhan janin
 Mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak 3 Estrogen:
 Tumbuh kembang otot rahim
 Retensi air dan garam
 Perkembangan tubulus payudara sebagai persiapan ASI
 Melaksanakan sintesis protein
5 Progesteron, awal kehamilan dibuat oleh korpus luteum dan plasenta
 Penenang otot rahim selama hamil
 Bersama estrogen mengaktifkan tubulus dan alveolus payudara
 Menghalangi proses pematangan folikel degraaf shg. tidak terjadi ovulasi.

6 Alat penyalur antibodi (imunisasi)


Janin mempunyai kekebalan pasif sampai umur
4 bulan & selanjutnya kekebalan tsb. berkurang. Antibodi yang dibentuk ibu melalui
uri menyebabkan bayi kebal terhadap infeksi. Antibodi disalurkan melalui ASI
sehingga kolosterum harus diberikan.

7 Sebagai barier / pertahanan


Sel trofoblas bertindak sbg. barier terhadap beberapa bakteri/virus.obat-obatan yang
dapat membahayakan tumbuh kembang janin dalam uterus, dihalangi masuk melalui
plasenta ; seperti:tetrasiklin,(perubahan gigi, gangguan pertumbuhan tulang belakang
), setreptomisin ( gangguan keseimbangan, gangguan pendengaran), preparat sulfa
(gangguan metabolisme bilirubin, menimbulkan kern ikterus) & obat-obatan narkosa (
mempengaruhi jantung & pernafasan ).

E Pembagian Uri
a. Bagian janin/fetal portion:
 Vili korialis yang berasal dari korion, ruangruang interviler
 Amnion yang tampak licin,dibawah amnion berjalan cabang-cabang pembuluh darah tali
pusat, tempat insersi tali pusatpada bagian fetal
b. Bagian maternal/maternal portion :terdiri atas beberapa kotiledon (± 15-20 kotiledon)
c. Tali pusat, tali pusat berhubungan dengan plasenta = insertio
 Bila ditengah :disebut insertio sentralis
 Agak ke pinggir :disebut insertio lateralis ( para sentralis)
 Bila di pinggir uri : disebut insertio marginalis

15
 Kadang tali pusat berada diluar uri dan hubungan dengan uri melalui selaput janin :
disebut insertio velamentosa.
F Tipe-tipe plasenta
Menurut bentuknya
 Plasenta normal
 Plasenta suksenturiata (satu lobus terpisah)
 Plasenta bilobus (2 lobus)
 Plasenta trilobus (3 lobus)
Menurut perlekatannya ( plasenta belum lepas ):
 Plasenta normal : jonjot khorion ( villi chorialis), melekat pada endometrium tak sampai
membran basal
 Plasenta adhesiva: implantasi yang kuat jonjot khorion (villi chorialis), melekat erat
pada endometrium tak sampai membran basal
 Plasenta akreta : implantasi yang kuat jonjot khorion (villi chorialis), melekat pada
endometrium sampai menembus membran basal.
 Plasenta inkreta : melekat sampai menembus otot rahim (myometrium)
 Plasenta perkreta : melekat atau menembus serosum / peritoneum
Plasenta sudah lepas : Plasenta Incarserata : plasenta sudah lepas, tertahan dalam cavum uteri
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
CATATAN: Endometrium dalam keadaan hamil disebut decidua, adapun lapisan decidua dari luar
kedalam, sbb:
a. Endometrim parietalis
capsularis
basalis
b. Myometrium
c. Perimetrum

AIR KETUBAN ( Liquor Amnii )


1 Letak
Didalam ruangan yang dilapisi oleh selaput janin
( amnion dan korion)
2 Ciri-ciri kimiawi
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan ± 1000-1500 cc, berwarna putih keruh,
berbau amis dan manis
3 Komposisi
 Air : 98%, sisanya
 Garam organik, bahan organik, bila diteliti benar terdapat: rambut lanugo ( rambut
halus berasal dari bayi), sel-sel epitel, verniks kaseosa ( lemak yang meliputi kulit
bayi)
4 Faal/ fungsi
 Untuk proteksi janin
 Mencegah perlekatan janin dengan amnion
 Agar janin dapat bergerak dengan bebas
 Regulasi terhadap panas & perubahan suhu
 Mungkin untuk menambah suplai cairan janin dengan cara ditelan/diminum  keluar melalui
kencing janin
5 Asal air ketuban
 Kencing janin
 Sekresi dari epitel amnion
6 Cara mengenali air ketuban

16
 Dengan : kertas lakmus,sifat air ketuban adalah: basa, artinya : bila kertas lakmus
(warna biru) dimasukkan kedalam cairan yang keluar dari jalan lahir, warnanya tetap
biru, berarti cairan tsb. adalah ketuban, tetapi bila kertas lakmus tsb. berubah
menjadi merah berarti cairan tsb. adalah urine (karena urine sifatnya asam)
 Makroskopis:
Bau amis, adanya lanugo,verniks kaseosa
Bercampur mekonium
 Mikroskopis: lanugo & rambut
 Laboratorium,kadar urea(ureum) rendah dibanding dengan air kemih.

17
BAGIAN 3

KEBUTUHAN DASAR SELAMA PERSALINAN


Kebutuhan dasar bagi ibu bersalin
A. Dukungan fisik dan psikologis
a. Setiap ibu yang akan bersalin, akan muncul perasaan takut, khawatir, atau cemas terutama
pada primipara. Hal ini dapat meningkatkan nyeri, otot-otot mejadi tegang & ibu mejadi cepat
lelah yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan
b. Bidan adl orang yang diharapkan ibu sbg pendamping persalinan yang dapat diandalkan &
mampu meberikan dukungan, bimbingan & pertolongan persalinan
c. Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan
kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif & ikut serta dalam kegiatan yang
sedang b’langsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada
seorang pendukung yang hadir
& memantau ibu yang sedang bersalin
d. Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat (suami, keluarga, teman, perawat,
bidan, dokter). Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah terlibat sejak masa
kehamilan. Mereka dapat membuat laporan tentang kemajuan ibu & secara terus-menerus
memonitor kemajuan persalinan
e. Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran :
1) Selama bersama pasien, bidan harus konsentrasi penuh untuk mendengarkan &
melakukan observasi
2) Membuat kontak fisik : mencuci muka pasien, menggosok pungggung, memegang tangan
pasien dll.
3) Menempatkan pasien dalam keadaan yakin ( bidan bersikap tenang & bisa menenangkan
pasien)
f Ada 5 kebutuhan dasar bagi ibu bersalin menurut Lesser & Keane :
1) Asuhan fisik & psikologis
2) Kehadiran pendamping secara terus-menerus
3) Pengurangan rasa sakit
4) Penerimaan atas sikap & perilakunya
5) Informasi & kepastian tentang hasil persalinan yang aman
g Dalam Cochrane Database, suatu kaji ulang sistematik dari 14 percobaan yang melibatkan
5000 wanita memperlihatkan bahwa kehadiran secara terusmenerus selama persalinan &
kelahiran akan menghasilkan :
1) Kelahiran dengan tindakan (forseps, vaccum, SC) mejadi berkurang
2) APGAR Score < 7 labih sedikit
3) Lamanya persalinan mjd semakin pendek
4) Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan mereka
h Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terus-menerus dalam bentuk dukungan
mempunyai keuntungan : sederhana, efektif, biaya murah, resiko rendah, membantu
kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik, dan bersifat sayang ibu

B. Kebutuhan makanan dan minuman


Pemberian nutrisi dapat berupa air putih, the manis (yang digunakan untuk tambahan energi).
Pada saat persalinan tjd p’ningkatan konsentrasi asam hodrokrolik yang mrpk substansi
berbahaya, untuk mengatasi hal tsb wanita walaupun sudah memasuki fase aktif bolah makan
sesuai keinginannya. Kekurangan makanan & minuman dapat meningkatkan resiko terjadinya

18
regurgitasi & aspirasi pada saluran pernafasan dimana makanan tidak dapat dicerna dalam perut
yang dapat menyebabkan radang paru
(sindrow medelson’s)

C. Kebutuhan glikogen dan cairan


Glikogen & cairan dapat jg diperoleh melalui IV, konsentrasi glukosa yang didapat dari cairan
infus dap meningkatkan glukosa darah pada janin shg dapat menyebabkan hiperinsulin pada
janin.

D. Kenyamanan
Menggosok gigi atau megunakan penyegar mulut dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan mulut
pada ibu

E. Kebutuhan eliminasi
a. Kandung kemih
Biasanya ibu dianjurkan mengosongkan kandung kemih selama persalinan. Blas yang penuh
dapat memperlambat turunnya kepala janin serta menghambat kontraksi uterus. Hal ini dapat
menyebabkan luka memar & dapat mjd vistula vesiko vagina.
b. Retensio urine Retensio urine b’hubungan dg hipotonik kontraksi uterus. Seorang ibu yang
tidak dapat pergi ke kamar mandi untuk mengosongkan blasnya akan mengalami kesulitan
dalam berkemih. Bidan dapat memberikan kenyamanan untuk mengatasinya. Suara air
mengalir dapat m’bantu merangsang mikturisi, jika tidak dapat kencing dapat dilakukan
kateterisasi.

POSISI UNTUK PERSALINAN


Posisi Alasan/Rasionalisasi
Duduk atau Lebih mudah bagi bidan untuk
setengah duduk membimbing kelahiran kepala bayi &
mengamati/mensupport perineum
Posisi merangkak • Baik untuk persalinan dg
punggung yang sakit
• mbantu bayi melakukan rotasi
• Peregangan minimal
pada perineum
Berjongkok atau berdiri • MEbantu penurunan kepala bayi
• Memperbesar ukuran panggul :
menambah 28% ruang outletnya
• M’perbesar dorongan
untuk
meneran (bisa m’beri kontribusi
pada laserasi perineum)
Berbaring miring ke kiri • Memberi rasa santai bagi ibu
yang letih
• Memberi oksigen yang baik bagi
bayi
• Membantu mencegah terjadinya
laserasi

19
Mengapa tidak boleh bersalin dalam posisi terlentang/lithotomi ?
• Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi krn tekanan pada vena kava inferior o/ kavum uteri
yang mengakibatkan ibu pingsan & hilangnya oksigen bagi bayi
• Dapat menambah rasa sakit
• Bisa memperlama proses persalinan
• Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
• Membuat buang air lebih sulit
• Membatasi pergerakan ibu
• Bisa membuat ibu merasa tak berdaya
• Bisa membuat proses meneran mejadi lebih sulit
• Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
• Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung

20
BAGIAN 4
MEMBERIKAN ASUHAN PERSALINAN
KALA I
A Perubahan Fisiologi
1. UTERUS
• Kontraksi uterus mulai dr fundus & terus meyebr depan & kebawah abdomen. berakhir dg
masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus uteri.
• Aksi Uterus
• Dominasi fundus bermula dari fundus & merembet ke bawah
• Berlangsung paling lama & paling kuat di fundus
• Mecapai puncak kontraksi bersamaan pada seluruh bagian uterus & mereda besamaan serviks
membuka + pengeluaran janin
2. SERVIKS
• Effacement ( penipisan )
Panjang serviks berkurang secara teratur sampai menjadi sangat pendek
• Dilatasi
Berhubungan dg pembukaan progesif dr serviks. Untuk mengukur digunakan ukuran cm dg jari tangan
• Lendir darah ( blood show )
Pada umumnya ibu akan mengeluarkan lendir darah sedikit / sedang dari serviks
• Polarisasi
- Keharmonisan neuro-musculer yang menonjol antara segmen uterus selama persalinan
- Segmen atas berkontraksi dengan kuat untuk mendorong pengeluaran janin
- Segmen bawah berkontraksi sedikit untuk pembukaan serviks

3. PEMBENTUKAN SEGMEN ATAS & BAWAH RAHIM


• Akhir kehamilan rahim menjadi dua segmen secara anatomis berbeda
• SAR terjadinya kontraksi tebal serta berotot
• SBU berkembang dari istmus & memanjang 8 – 10 cm

4. PENGELUARAN SECARA PROGRESIF

CINCIN RETRAKSI FIDIOLOGI CINCIN RETRAKSI BANDL


Terbentuk antara segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Fisiologi Patologis
Secara perlahan akan naik saat Dapat terlihat diatas
SAR mulai berkontraksi simphisis pubis pasa
& beretraksi persalinan yang terhambat
SBR akan menipis untuk
penurunan kepala janin
Setelah serviks sepenuhnya
membuka & janin mengalami
penurunan maka cincin
retraksi tidak akan naik lagi

5. PENIPISAN SERVIKS
- Serabut otot yang mengelilingi lubang pada leher rahim akan tertarik ke atas oleh SAR
yang beretraksi

21
- Serviks menyatu ke dalam SBR
Pada primigravida, lubang luar leher ramih akan
tetap tertutup hingga serviks menjadi rata di atas
bagian janin yang mengalami penurunan
Multigravida lubang luar serviks mulai
membuka sebelum penipisan selesai.
Pada multiparitas serviks tidak akan menipis
dengan sepenuhnya.

6. PEMBUKAAN SERVIKS
Proses pembesaran lubang luar serviks dr tertutup
rapat menjadi lubang yang cukup besar untuk
kelahiran bayi.
Penuh : 10 cm
Terjadi akibat kerja uterus serta tekanan yang
berlawanan oleh kantong membran & bagian janin
yang turun
Kepala janin yang menekan serviks akan membantu
pembukaan secara efisien
Tekanan pada serviks fundus uterus berkontraksi

7. JANIN
Janin dengan lambat melakukan manuver melewati
panggul ibu ( penurunan janin)

8. KONTRAKSI DAN RETRAKSI


Tidak seluruhnya terjadi kontraksi pada serabut otot uterus tetapi sebagian serabut otot yang
lain manahan sebagian dari pemendekan otot uterus dan juga saat relaksasi tidak rileks
sepenuhnya RETRAKSI
Durasi
bervariasi tergantung paritas, psikologis, posisi bayi,
bentuk dan ukuran panggul, dll
9. PERDARAHAN
Akibat pembukaan serviks, sumbatan pada seviks akan menghilang lendir campur darah
Darah berasal dari pembuluh- pembuluh darah halus yang pecah dalam pelepasan chorion

10. FAKTOR- FAKTOR MEKANIS


Terbentuknya Air
Pendahuluan
Segmen uterus bagian bawah melebar, chorion akan terlepas, tekanan intra uterin meningkat sehingga
akan menyebabkan bagian air yang terlepas akan menggembung ke bawah kedalam lubang rahim
yang sedang membuka.
Kepala yang turun & masuk kedalam lubang serviks akan menutup lubang serviks tersebut sehingga
bagian air pertama ( air pendahuluan ) & air kedua ( air susulan ) :
Tekanan Umum Cairan

22
Tekanan yang terjadi diseluruh bagian uterus & juga terhadap tubuh janin disebabkan
membran masih tetap utuh sehingga tekanan kontraksi uterus pada cairan akan diteruskan
keseluruh bagian uterus
Pecahnya Membran
Fisiologi ( akhir kala I )
Terjadi ketika serviks telah membuka hampir 100%

B. Perubahan Psikologis
Perubahan sikap & perilaku kebanyakan wanita yang akan bersalin biasanya dipengaruhi oleh
support yang diperoleh. Dari Essentials Of Maternity Nursing disebutkan beberapa respon
psikologis yang dapat diobservasi pada kala 1 persalinan adalah :
a. Verbal Interaction ( Interaksi Verbal )
b. Body Postur and Set ( sikap tubuh & cara istirahat )
c. Perceptual Acuity (kemampuan pemahaman terutama dalam menerima pengalaman persalinan)
d. Energi Level ( tingkat kekuatan tubuh : lelah, kurangistirahat)
e. Discomfort Or Pain ( reaksi ibu terhadap kontraksi rahim )
f. Cultural Background ( latar belakang budaya )

Dukungan Terhadap Perubahan Psikologis


Lingkungan
Teman yang mendukung
Mobilitas
Pemberian informasi teknik relaksasi
Percakapan
Dorongan semangat

C. Manajemen Kala I I.Mengidentifikasi Masalah


1. Pemeriksaan Fisik
Tujuan : menilai kesehatan & kenyamanan fisik ibu & bayinya untuk membuat keputusan
klinik, untuk menentukan diagnosis serta mengembangkan rencana asuhan yang paling
sesuai. a. Pemeriksaan Abdomen Kegunaannya untuk :
Menentukan TFU
Memantau kontraksi uterus
Memantau DJJ
Menentukan presentasi
Menentukan penurunan bagian terbawah
janin

b. Menentukan TFU
- Pastikan tidak ada kontraksi
- Ukur TFUdengan pita pengukur mulai dari atas symphisis rentangkan hingga fundus
uteri mengikuti aksisi / linea medialis pada abdomen
c. Memantau Kontraksi Uterus
- Gunakan jarum detik
- Letakkan tangan diatas uterus & rasakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun
waktu 10 menit
- Tentukan durasi / lama setiap kontraksi berlangsung

23
- Pada faseaktif minimal terjadi 2x kontraksi dalam 10 menit, lama kontraksi 40 detik /
lebih

2. Pemeriksaan Janin
a. Memantau DJJ
Gunakan jarum detik & sebuah fetoskop
pinard atau dopler untuk memantau DJJ
Dengan fetoskop dengarkan DJJ yang
dihantarkan melalui dinding abdomen
Tentukan punctum maximum dari DJJ
Nilai DJJ selama & segera setelah kontraksi
uterus
Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik
Jika DJJ < 120 atau > 160 pertimbangkan
adanya gangguan sirkulasi uteroplacenter
pada janin
Jika DJJ < 100 atau >180 baringkan ibu
kesisi kiri & anjurkan ibu santai. Lakukan penilaian ulang DJJ 15 menit kemudian
untuk menentukan apakah DJJ tetap abnormal. DJJ tidak mengalami perbaikan,
siapkan untuk segera dirujuk.
b. Menentukan Presentasi
Pemeriksaan berdiri disamping ibu, menghadap kearah kepalanya ( lutut ditekuk)
Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan ( hati- hati tapi mantap ) pegang
bagian bawah abdomen ibu tepat diatas sympisis pubis. Bagian bawah janin atau
presentasi dapat diraba
Jika bagian bawah janin belum masuk PAP bagian tersebut masih dapat
digoyangkan. Jika sudag masuk PAP maka bagian tersebut tidak dapat
digoyangkan lagi.
Untuk menentukan bagian bawah janin kepala atau bokong, pertimbangkan bentuk,
ukuran dan kepadatan bagian tersebut, jika bulat, keras & mudah digoyangkan
mungkin presentasi kepala. Jika tidak beraturan, lebih besar, tidak keras & sulit
digoyangkan mungkin bokong. Presentasi sungsang berarti terbalik &
diidentifikasi dengan bokong sebagai kebaliakn kepala.
Jika presentasi bukan kepala, lihat kewenangan bidan & nilai kemampuan diri
sendiri ( bidan )
c. Menentukan Penilaian Bagian Terendah Janin
Nilai penurunan kepala janin ( jika presentasi kepala ) dg hitungan perlima bagian
kepala janin yang busa dipalpasi diatas symphisis pubis ( ditentukan oleh jumlah
jari yang ditempatkan dibagian
kepala diatas symphisis pubis ) Kepala Janin adalah :
• 5/5 : jika seluruh kepala janin dapat dirabadiatas symphisis pubis
• 4/5 : jika sebagian besar kepala janin berada diatas symphisis pubis ( dapat
diraba 4 jari )
• 3/5 : jika 3 jari bagian kepala janin berada diatas sympisis
• 2/5 : jika 2 jari bagian kepala janin berada diatas symphisis berarti hampir
seluruh kepala turun kedalam panggul( bulatnya tidak dapat diraba & kepala
janin sudah tidak dapat digoyangkan )
• 1/5 : jika hanya 1 jari bagian kepala janin teraba diatas symphisis

24
• 0/5 : jika kepala sudah tidak teraba dari luar ( seluruh kepala sudah masuk
panggul )
Rujuk primigrafida yang berada pada fase aktif persalinan kepala masih teraba 5/5
dengan alasan :
• Kepala harus sudah masuk kedalam rongga panggul pada fase aktif kala 1
persalinan
• Bila kepala tidak turun mungkin diameternya lebih besar dibanding dengan
rongga panggul ibu
• Bila ada dugaan CPD untuk mendapatkan untuk mendapatkan keluaran yang
optimal sebaiknya ibu segera dirujuk kefasilitas yang yang dapat melaksanakan
SC
• Bila Kepala janin tidak turun resiko untuk terjadi tali pusat menumbung
> tinggi pada saat KK pecah
 Rujuk ibu apabila terdapat salah satu atau lebih penyulit sbb :
• Riwayat bedah sesar
• Perdarahan pervaginam
• Persalinan kurang bulan ( usia kehamilan < 37 mgg )
• Ketuban pecah dengan mekonium kental
• Ketuban pecah lama ( > 24jam )
• Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
• Ikterus
• Anemi berat
• Tanda gejala infeksi
• Preeklamsia / hipertensi dalam kehamilan
• TFU 40 cm / lebih
• Gawat janin
• Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
• Presentasi majemuk
• Presentasi bukan belakang kepala
• Kehamilan ganda / gemelli
• Tali pusat menumbung
• Syok

3. Menentukan diagnosa
Menetapkan normalitas kehamilan
Setelah pemeriksan selesai, tentukan diagnosa. Pada pemeriksaan kehamilan tidak ckp.kita membuat
diagnosa kehamilan saja, tetapi kita harus dapat menjawab pertanyaan sbb:
1. Hamil atau tidak
2. Primi atau multigravida
3. Tuanya kehamilan
4. Anak hidup atau mati
5. Anak tunggal atau kembar
6. Letak anak
7. Anak intra uterin atau ekstra uterin
8. Keadaan jln lahir
9. Keadaan umum penderita
Semua ini dikemukakan sbg. ikhtisar pemeriksaan kmd.dibuat prognosa persalinan

Hamil atau tidak


Tanda kehamilan dibagi 2 golongan:

25
a. Tanda pasti= tanda2 obyektif(oleh pemeriksa):
 Mendengar djj
 Melihat, meraba, mendengar pergerakan janin
 Rontgen: melihat rangka janin(USG)

b. Tanda mungkin=
 Tanda obyktif yang. diperoleh pemeriksa.
 Tanda subyektif yang. dirasakan penderita
Tanda mungkin
1. Pembesaran,perubahan bentuk dan konsistensi rahim.dengan VT: uterus membesar, bentuk rahim
bundar, konsistensi menjadi Lunak disebut tanda Hegar
2. Perubahan pada serviks: menjadi lunak, diluar kehamilan: keras
3. Kontraksi Braxton Hicks: saat palpasi/ VT; rahim yang.lunak tiba2 menjadi keras
karena berkontraksi
4. Ballotement: pada bulan ke 4&5: janin kecil dibanding dg.banyaknya air ketuban,bila rahim digoyang
tiba2 akan melenting, karena seluruh badan janin yang melenting disebut ballotement intoto
5. Meraba bag. anak: dapat dilakukan bila anak sudah besar, kadang2 tumor padat seperti : myoma, fibroma
dll dapat menyerupai bentuk anak.
6. Pembesaran perut
7. Cioasma gravidarum
8. Adanya amenorrhoe: bisa disebabkan oleh hal2 lain seperti: TBC,typhus, psichis,misalnya:perubahan
lingkungan
9. Mual dan muntah, ibu merasakan pergerakan janin
10. Sering kencing
11. Perasaan dada berisi dan agak nyeri

1-7 merupakan tanda obyektif,8-11 tanda subyektif. Juga terkenal suatu keadaan disebut Pseudocysis
/kehamilan palsu degan tanda-tanda:
 Perut besar tetapi krn. Kembung
 Merasakan adanya pergerakan anak => pergerakan usus
 Mammae membesar.mual, muntah kadang timbul hyperpigmentasi
Perbedaan antara
Primi Multi
1. Buah dada tegang lembek, menggantung
2. Puting susu runcing tumpul
3 Perut Tegang & menonjol lembek dan
kedepan tergangtung
4 Striae lividae Lividae dan albicans
5. Perineum utuh berparut
6. Vulva tertutup menganga
7. Hymen perforatus Carunculae
myrtiformis
8. Vagina Sempit& teraba rugae Longgar, selaput lendir
licin
9. Portio Runcing,ost. Uteri ext. Tumpul, terbagi dalam
tertutup bibir depan &bibir
belakang

Tuanya kehamilan dapat. diduga dari:

26
 Lamanya amenorrhoe: ibi2 sering lupa HT
 Dari TFU : Pada gemelli, hydramnion dan
Molahydatidosa,fundus uteri lebih tinggi dari pada tua kehamilan,pada olyango hydramnion:
lebih rendah dari pada semestinya.
 Dari besarnya anak : terutama kepala anak
 Dari saat mulainya merasa pergerakan anak
 Dari saat mulainya terdengar djj
 Dari masuk/ tidaknya kepala kedalam rongga panggul.
8 bulan 10 bulan
1 Perut Lebih kecil Lebih besar
2 Epigastrium Tegang Lembek
3 Pusat Mendatar Menonjol
4 Kepala Kecil, blm.turun ke Besar,kepala sudah.
PAP turun kedalam rongga
panggul pada primi
gravida
Pada primi gravida kepala anak pada bulan terakhir ber-angsur2 turun ke dalam rongga panggul; bila
belum turun harus diingat: kemungkinan panggul sempit/keadaan patologis lain (plasenta praevia,
hydramnion, gemelli ).

4. Asuhan Kala I Penggunaan Partograf


1) Pengertian
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama :
• Mencapai hasil observasi & kemajuan persalinan dg menilai pembukaan serviks melalui vt
• Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, dg demikian juga dapat
melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
Jika digunakan secara tepat, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
• Mencatat kemajuan persalinan
• Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan & kelahiran
• Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit
• Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai & tepat
waktu Partograf harus digunakan :
• Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf hrs digunakan baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan
memantau penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi & membantu keputusan
klinik baik persalinan normal maupun disertai dg penyulit.
• Selama persalinan & kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas, BPS, rumah sakit, dll
)
• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kpd ibu selama
bersalin & kelahiran ( Sp.OG, bidan, dokter umum, residen, mahasiswa )
Pencatatan selama fase laten persalinan
• Kala 1 persalinan dibagi menjadi 2 :
Fase laten : pembukaan serviks < 4 cm
Fase aktif : pembukaan serviks 4 – 10 cm
• Selama fase laten semua asuhan, pengamatan & pemeriksaan hrs dicatat secara terpisah
dalam catatan kemajuan persalinan atau pada KMS ibu hamil
• Kondisi ibu & bayi hs dinilai & dicatat secara seksama, yaitu :
DJJ : setiap 1/2 jam
Frekuensi & lamanya kontraksi uterus: setiap1/2 jam

27
Nadi : setiap ½ jam
Pembukaan serviks : setiap 4 jam
Penurunan : setiap 4 jam
TD & suhu tubuh : setiap 4 jam
Prduksi urin, aseton, protein : setiap 2- 4 jam

Jika ditemukan tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu & bayi harus sering dilakukan.
Pencatatan selama fase aktif persalinan : partograf
a. Informasi tentang ibu :
• Nama ibu, umur
• Gravida, para, abortus ( keguguran )
• No catatan medis / nomor puskesmas
• Tanggal &waktu mulai dirawat ( jika dirumah, tanggal & waktu penolong persalinan
mulai merawar ibu )
• Waktu pencahnya selaput ketuban
b. Kondisi Janin
• DJJ
• Warna & adanya air ketuban
• Penyusupan ( molase ) kepala janin
c. Kemajuan pesalinan :
• Pembukaan serviks
• Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
• Garis waspada & garis bertindak

d. Jam dan waktu :


• Waktu mulainya fase aktif persalinan
• Waktual saat pemeriksaan atau penilaian
e. Kontrksi uterus :
• Frekuensi dan lamanya
f. Obat- obatan & cairan yang diberikan :
• Oksitosin
• Obat- obatan lainnya & cairan iv yang diberikan
g. Kondisi ibu
• Nadi, tekanan darah & tempratur tubuh
• Urine ( volume, aseton atau protein )

2) Mencatat Temuan Pada Partograf


a. Informasi tentang ibu
Lengkapi baian awal ( atas ) partgraf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan ( tertulis sebagai ”jam”) pada partograf & perhatikan kemampuan
ibu datang dan fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
b. Kesehatan & Kenyamanan Janin
1. DJJ
• Nilai &catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda gawat janin. Catat
DJJdg memberikan tanda titikpada garis yang sesuai dg angka yang
menunjukkan DJJ, kemudian hubungkan setiap titik dg faris yang tidak putus
• Kisaran normal DJJ diantara garis tebal angka 180 dan 100x/ menit. Tetapi
penolng hrswaspada jika DJJ< 120 atau > 160 x/ menit.

28
2. Warna & adanya air ketuban
• Nilai air ketuban setiap kali VT & nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Gunakan lambang : U : ketuban utuh ( belum pecah )
J : ketuban sudah pecah & warna jernih
M: ketuban sudah pecah & air ketuban bercampur mekonium
D : ketuban sudah pecah & bercampur darah
K : ketuban sudah pecah & tidak ada air ketuban ( kering )
• Mekonium dalam air ketuban tkd selalu menunjukkan gawat janin jika ada mekonium,
pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda- tanda gawat janin slm proses persalinan.
Jika ada gawat janin, ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika
mekonium kental, segera rujuk.
3. Molase ( penyusupan kepala janin )
Penyusupan indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dg bagian keras panggul ibu. Setiap kali melakukan VT
nilai penyusupan kepala. Gunakan lambang :
0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dg mudah dapat dipalpasi
1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling bertumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang kepala janin tumpang tindih & tidak dapat dipisahkan.
c. Kemajuan Persalinan
Kolom & lajur kedua untuk mencatat kemjuan persalinan. Masing-masing kolom
menunjukkan waktu 30 menit.
1. Pembukaan serviks
• Nilai & catat pembukaan seviks tiap 4 jam ( lebih sering dilakukan bila ada
tanda penyulit )
• Angka 0- 10 yang tertera paling kiri adlh besarnya dilatasi serviks, setiap
angka/ kolom menunjukkan besarnyapembukaan serviks
• Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan ( pembukaan 4 cm ) catat
pembukaan serviks digaris waspada dng menulis tanda ”X”
• Selanjutnya catat setiap kali melakukan VT, kemudian hubungkan dg garis
utuh ( tidak putus )
2. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin Beri tanda ”O” untuk menunjukkan
penurunan bagian bawah janin pada garis waktu yang sesuai
• Contoh, jika kepala bisa palpasi 4/5 tuliskan tanda ”O” dinomor 4 kemudian
hubungkan tanda ”O” dari setiappemeriksaan dg garis yang tidak terputus.
3. Garis waspada & Garis bertindak
• Garis waspada dimulai pada pembukaan 4cm & berakhir pada titik dimana
pembkaan lengkap diharapkan terjadi jk laju pembukaan 1 cm perjam
• Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada, maka
hrs dipertimbangkan adanyan penyulit ( misal fasememanjang, macet, dll )
• Garis bertindak tertera dg garis waspada, dipisahkan 8 kotak atau 4 lajur
kesisi kanan
• Jika pembukaan serviks berada disebelah kanan bertindak, maka tindakan
untuk menyelesaikan persalinan hrs dilakukan. Ibu harus tiba ditempat
rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Dibagian bawah partograf ( pembukaan serviks & penurunan ) terdapat kotak yang
diberi angka 1-16 setiap kotak menyatakanwaktu 1 jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan
2. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

29
• Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh & berkaitan dg 2 kotak waktu 30
menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya
• Saat ibu masuk fase aktif catat pembukaan serviks digaris waspada, kemdian
catat waktu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai
• Contoh, jika VT 6 cm pada pukul
15.00 tuliskan ”X” digaris waspada
yang sesuai dg angka 6 dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu
dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri )
e. Kontraksi uterus
• Setiap 30 menit, raba & catat jumlah kontraksi dalam 10 menit & lamanya
kontraksi dalam satuan detik
• Nyatakan lamanya kontrakai dg :
 Beri titik- titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
< 20 detik
 Beri gais- garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lama
nya 20- 40 detik
 Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya >
40 detik
f. Obat- obatan & cairan yang diberikan 1. Okaitosin
Jika tetesan ( drip ) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV & dalam tetesan permenit
2. Obat- obatan lain & cairan IV
Catat semua pemberian obat- obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang
sesuai dengan kolom waktunya.
g. Kesehatan & kenyamanan
1. Nadi, TD dan suhu
• Nilai & catat nadi ibu tiap 30 menit, beri tanda titikpada kolom yang sesuai
• Nilai dan catat TD tiap 4 jam, beri tanda panah pada kolom yang sesuai (  )
• Nilai & catat suhu tiap 2 jam, catat pada kotak yang sesuai
2. Volume urin, protein atau aseton
Ukur & catat jumlah urin sedikitnya tiap 2 jam ( setiap kali ibu berkemih ) jika
memungkinkan, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
h. Asuan, pengamatan & kuputusan klinik lainnya:
Asuhan, pengamatan & atau keputusan klinik mencakup:
• Jumlah cairan per oral yang diberikan
• Keluhan sakit kepala atau penglihatan kebur
• Konsultasi dg penolong persalinan lainnya
( obsgin, bidan, dokter umu )
• Persiapan sebelum melakukan rujukan
• Upaya rujukan PERINGATAN :
• Fase laten persalinan didefinisikan sbg pembukaan srviks <4 cm. Biasanya fase laten
berlangsung > 8 jam
• Dokumentasikan asuhan, pengamatan & pemeriksaan selama fase laten persalinan pa da
catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada KMS
• Fase aktif persalinan didefinisikan sbg pembukaan serviks dari 4-10 cm. Biasanya selama
fase aktif terjadi pembukaan serviks sedikitnya 1 cm
• Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif dimulailah pencatatan pada garis waspada
dipartograf
• Jika ibu datang pada fase aktif persalinan, pencatatan kemajuan pembukaan serviks
dilakukan pada garis waspada

30
• Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan seviks umumnya tidak akan melewati
garis waspada.
Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf
• Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat ha- hal yang terjadi selama
proses persalinan & keahiran serta tindakan yang dilakukan ( sejak persalinan kala 1 – IV
termasuk bayi baru lahir )
• Nilai & catat asuhan yang diberikan pada ibu nifas terutama slm kala IV untuk
memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit & membuat keputusan
klinik
( mencegah terjdinya perdarahan post partum )
• Unsur- unsur yang harus dicatat:
 Data dasar
 Kala I
 Kala II
 Kala III
 Bayi baru lahir
 Kala IV

3) Dukungan Dalam Persalinan


• Kehadiran pendamping persalinan ( bidan, keluarga, teman )
• Rasa nyaman ( lingkungan, kebutuhan, eliminasi )
• Dorongan semangat
• Pemberian informasi tentang kemajuan persalinan
• Kelengkapan dan sterilisasi alat pertolongan persalinan
• Penerimaan sikap dan perilaku ibu.
4) Pengurangan Rasa Sakit
a. Penyy Simpkin mejelaskan cara- cara mengurangi rasa sakit, yaitu :
• Mengurangi sakit disumbernya
• Memberikan rangsangan alternatif yang kuat
• Mengurangi reaksi mental yang negatif, emosional dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit
b. Pendekatan- pendekatan untuk mengurangi rasa sakit menurut Varney’s Midwifery:
• Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam persalinan
• Pengaturan posisi
• Relaksasi & latihan pernafasan
• Istirahat & privasi
• Penjelasan mengenai proses / kemjuan/ prosedur yang akan dilakukan. Asuhan diri
• Sentuhan dan masase
• Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament sacroliaka
• Pijatan ganda pada pinggul
• Penekanan pada lutut
• Kompres hangat & kompres dingin
• Berndam
• Pengeluaran suara
• Visulisasi & pemusatan perhatian
• Musik
5) Persiapan Persalinan
Dikenal dg istilah “ baksoku”
B : Bidan
A : Alat ( alat partus, perlengkapan ibu & bayi )
K : Kendaraan

31
S : Surat persetujuan ( Informed Consent )
O : Obat ( infuse, oksitosin, dll )
K : Keluarga
U : Uang
6) Pemenuhan Kebutuhan Fisik & Psikologis Ibu dan
Keluarga
a. Pemenuhan kebutuhan fisik, meiputi :
• Kebutuhan makanan & minuman
• Kebutuhan cairan (iv )
• Kebutuhan eliminasi
• Posisi saat bersalin
b. Pemenuhan kebutuhan psikologis, meliputi :
• Kehadiran pendamping persalinan (bidan, keluarga, teman )
• Kenyamanan
• Penerimaan atas sikap & perilakunya
• Informasi tentang kemajuan persalinan
7) Tanda Bahaya Kala I
Segera rujuk ketempat berfasilitas lengkap bila : Ketuban pecah > 24 jam
• Perdarahan pervaginam ( curiga plasenta previa, solusio plasenta )
• Ibu dg hipertensi ( bahaya preeklamsi, eklamsi )
• Ibu dengan riwayat SC
• Ibu dengan anemia
• Partus lama, partus tak maju
• Riwayat bayi basar

8) Pendokumentasian kala I

I. Pengertian
Metode adalah: suatu cara kerja sistematis yang memudahkan pelaksanaan kegiatan bidan
dalam memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak serta KB dalam lingkup tanggung
jawabnya secara tepat guna dan berhasil guna.
Dokumentasi adalah : suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi, data atau fakta
yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan.

II. Macam2 Metode Pendokunmentasian


a. SOAP
Adalah cara mencatat informasi tentang pasien yang berhubungan dg. masalah pasien yang
terdapat pada catatankebidanan.
S = subyetif, catatan yang. berhubungan dg. masalah dari sudut pandang pasien,ekspresi
pasien mengenai kekawatiran dan keluhannya dicatat sbg. kutipan langsung/ringkasan
yang berhubungan dengan diagnosa (DS). Pada bayi/anak kecil DS dapat diperoleh dari
orang tua.DS ini dapat. digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
O = obyektif, data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dg.
diagnosa. Data fisiologi, hasil observasi yang jujur, infornasi kajian teknologi
(laboratorium, sinar x, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang.
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan
ditegakkan.
A = assesment atau analisa pengkajian yaitu: masalah/diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data/ informasi subyektif& obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan.
Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan
obyektif,dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu

32
yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru
cepat diketahui dan dapat diikuti shg. dapat diambil tindakan cepat.
P = planning (perencanaan) yaitu:membuat rencana saat itu atau yang akan datang, ini
untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga
mempertahankan kesejahteraannya.Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari
kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil
harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses
persalinannya serta harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi
atau rujukan.
Q
c. SOAPIE
S,O,A,P = diatas, ditambah dg.
I = implementasi yaitu: pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi
masalah,keluhan atau mencapai tujuan pasien ( persalinan).Tindakan ini harus disetujui
oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.Oleh
karena itu ,pilihan pasien harus sebanya mungkin menjadi bagian dari proses ini.Apabila
kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. E =
evaluasi yaitu: tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah penting untuk
menilai ke efektifan asuhan yang diberikan.Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus
dari penilaian ketepatan tindakan.Kalau kriteria tujuan tidak tercapai,proses evaluasi dapat
menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif shg. Dapat mencapai tujuan.
d. SOAPIER
S,O,A,P,I,E = diatas, ditambah dengan
R = revisi atau perbaikan,dimana komponen evaluasi dapat. Menjadi suatu petunjuk
perlunya perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan atau menunjukkan perubahan
dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi baru atau rujukan.
e. SOAPIED
S,O,A,P,I,E = diatas, ditambah D= dokumentasi.

33
BAGIAN 5

ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II

A. Memberikan Asuhan pada ibu bersalin kala II


1. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan
Tekanan Darah
• Meningkat selama proses persalinan
• Kenaikan sistole 15 (10-20) mmhg
• Kenaikan diastole 5-10 mmhg
Metabolisme
• Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara perlahan
• Terjadi akibat aktivitas otot rangka dan kecemasan ibu
• Menyebabkan terjadinya peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan
Suhu
• Meningkat 0,5-1 C
• Disebabkan peningkatan metabolisme tubuh
Pernafasan
• Meningkat karena peningkatan metabolisme
Perubahan Renal
• Poliuria sering terjadi
• Disebabkan kenaikan anfka filtrasi glomerula serta peningkatan aliran plasma ginjal.
Perubahan Hematologi
1.Hb akan meningkat selama persalinan sebesar 1,2 gr % dan akan kembali pada masa pra
persalinan pada hari pertama pasca kelahiran
2.Peningkatan leukosit secara progresif pada awal kala II hingga mencapai ukuran jumlah
maksimal.

Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis meliputi :
• persepsi terhadap rasa sakit
• takut dan cemas
• kepribadian
• kelelahan
• pengharapan

2. Asuhan sayang Ibu dan posisi meneran


Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu.
Cara yang paling mudah membayangkan mengenai Asuhan Sayang Ibu adalah dengan
menanyakan pada diri kita sendiri,”Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau
“Apakah asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”.

Beberapa prinsip dasar Asuhan Sayang Ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa para
ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran dan mengetahui dengan
baik mengenai proses persalinan dan asuhan akan mereka terima, mereka akan mendapatkan
rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin.et al,2000). Disebutkan pula bahwa hal tersebut
diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum cunam dan sectio caesaria serta
persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin, et al, 2000)

34
Prinsip-prinsip umum sayang ibu :
a. Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak dengan tenang dan berikan
dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
b. Menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarga
c. Menganjurkan suami atau angota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya
d. Mewaspadai tanda-tanda penyulit selama persalinan dan melakukan tindakan yang sesuai jika
diperlukan
e. Selalu siap dengan rencana rujukan

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk : a. Memberikan dukungan emosional


b. Membantu pengaturan posisi
c. Memberikan cairan dan nutrisi
d. Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur
e. Pencegahan infeksi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran asuhan sayang ibu :


a. Penolong yang trampil
Penolong yan memiliki pengetahuan dan keterampilan serta dapat melakukan semua
intervensi dasar kebidanan. Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki yaitu :
1) Penatalaksanaan persalinan, kelahiran dan masa nifas
2) Mengenai komplikasi-komplikasi
3) Mendiagnosis, menatalaksana atau merujuk ibu dan bayi ke tingkat asuhan yang lebih tinggi
jika terjadi komplikasi yang memerlukan intervensi
b. Kesiapan menghadapi kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi bagi ibu dan
keluarga Diantaranya adalah :
1) Mengenali tanda-tanda bahaya
2) Merencanakan penatalaksanan komplikasi
3) Menghemat uang atau mengakses dana
4) Mengatur transportasi
5) Merencanakan rute
6) Merencanakan tempat untuk melahirkan
7) Memilih pemberian asuhan
8) Mengikuti instruksi untuk asuhan diri sendiri
c. Kesiapan menghadapi kelahiran dan kesiapan mengahadapi komplikasi bagi pemberi
asuhan Seorang tenaga medis yang akan memberi asuhan harus siap dan bisa :
1) Mendiagnosis dan menatalaksana masalah dan komplikasi dengan actual dan tepat waktu
2) Mengatur rujukan ke tingkat asuhan yang lebih tinggi bila diperlukan
3) Memberikan konseling untuk berpusat pada ibu tentang kesiapan menghadapi persalinan dan
kelahiran serta kesiapan menghadapi komplikasinya
4) Mendidik masyarakat mengenai keisiapan menghadapi persalinan san kelahiran serta
mengenai kesiapan menghadapi persalinan
5) Mengenali dan merespon tanda-tanda bahaya
6) Menyusun rencana serta menentukan siapa yang berwenang untuk mengambil keputusan
disaat keadaan darurat
7) Membuat rencana untuk segera dapat mengakses dana (tabungan atau dana masyarakat)
8) Mengidentifikasi dan merencanakan upaya yang harus dilakukan untuk mendapatkan
darah/donor darah dengan segera bila diperlukan

35
Dukungan emosional
Mendukung dan menganjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu
selama persalinan dan kelahiran. Menganjurkan mereka untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali langkah-langkah yang mungkin akan dangat membantu
kenyamanan ibu. Menghargai keinginan ibu untuk didampingi oleh teman atau saudara yang
khusus
(Enkin, et all, 2000).

Hasil penelitian (Randomized Controlled Trials) telah memprlihatkan efektifnya dukungan


fisik, emosional dan psikologi selama persalinan dan kelahiran. Dalam Cochrane Batabas,
suatu kajian ulang sistematik dari 14 percobaan-percobaan yang melibatkan 5000 waqnita
memperlihatkan bahwa kehadiran seorang pendamping secara terus menerus selama
persalinan dan kelahiran akan menghasilkan :
a. Kelahiran dengan bantuan Vaccum dan Forcep semakin sedikit atau kecil
b. Sectio sesarea untuk membantu kelahiran menjadi berkurang
c. Apgar score kurang dari 7 lebih sedikit
d. Lamanya persalinan yang semakin pendek
e. Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan

Bekerjasama dengan anggota keluargan untuk :


a. Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu
b. Membantu ibu bernafas pada saat kontraksi
c. Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.
d. Menyeka muka ibu dengan lembut, menggunakan kain yang dibasahi dengan air hangat atau
dingin
e. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman

Posisi Meneran
Posisi meneran adalah posisi yang nyaman bagi ibu bersalin. Ibu bersalin dapat berganti
posisin secara teratur selama kala II, karena hal ini seringkali mempercepat kemajuan
persalinan dan ibu mungkin merasa meneran secara efektif pada posisi tertentu yang dianggap
nyaman bagi ibu.
Tujuan posisi meneran dalam persalinan adalah :
1) Memberi kenyamanan dalam proses persalinan
2) Mempermudah dan memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi
3) Mempercepat kemajuan persalinan

Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin :


1) Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan
2) Lama kala II lebih pendek
3) Laserasi perineum lebih sedikit
4) Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan

Macam-macam posisi dan keuntungan


1) Duduk atau setengah duduk
• Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/
mensupport perineum
• Membantu turunnya kepala janin jika persalinan berjalan
• Memberi kesempatan untuk istirahat diantara kontraksi
• Mengurangi rasa nyeri hebat

36
2) Jongkok atau berdiri atau bersandar
• Membantu penurunan kepala bayi
• Memperbesar ukuran panggul : menambah 28 % ruang outletnya
• Memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada laserasi
• Mengurangi rasa nyeri yang hebat
3) Merangkak
• Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit
• Membantu bayi melakukan rotasi
• Peregangan pada perineum minimal
• Mengurangi keluhan haemorroid
4) Tidur berbaring ke kiri
• Memberi rasa santai bgi ibu yang letih
• Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi
• Membantu mencegah terjadinya laserasi

Dalam melakukan persalinan ibu bersalin tidak dianjurkan dalam posisi telentang (utotomi)
karena posisi ini memiliki kerugian :
a. Menyebabkan supine hipotensi, ibu bisa pinsan, bayi kekuranganO2
b. Meningkatkan rasa sakit
c. Memperlama persalinan
d. Ibu sulit bernafas
e. B.a.k sulit
f. Membatasi gerak ibu
Apabila ibu berbaring telentang maka berat uterus (isi janin, cairan, ketuban dan lain-lain)
akan menekan vena cava inferior, hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah ibu
ke plasenta sehingga menyebabkan hipoksia/defisiensi O2 pada janin. Posisi ini juga akan
menyulitkan ibu untuk meneran

3. Mekanisme persalinan normal


Penurunan
Kepala masuk pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang dengan posisi paling sering
adalah ubun2 kecil di kiri (dalam keadaan sinklitismus  berarti diameter biparietal janin sejajar
bidang pelvis ), sutura sagitalis tepat berada ditengah-tengah antara simpisis dengan
promontorium, ke 2 os parietal sama tinggi dan keduanya masuk panggul dalam waktu
bersamaan, bisa juga kepala masuk pintu atas panggul dalam keadaan asinklitismus:

a. Posterior : os parietal belakang lebih rendah dari pada yang depan sehingga sutura
sagitalis lebih dekat ke simfisis dan diameter biparietal sebesar 9,5 cm terletak miring
terhadap bidang pelvis  ini mekanisme yang normal,bisa juga dengan
b. Anterior :terjadi bila perut kendor (perut gantung).

Fleksi :
Dagu bayi mendekat kedada bayi, terjadi segera setelah kepala yang terdorong menemui
tahanan baik dari tepi P.A.P,. serviks ,dinding / dasar panggul.
Putar Paksi Dalam:
Perputaran kepala pada sumbu vertikal sehingga occiput berputar ke depan kearah simfisis
pubis : saat UUK masuk dipintu tengah panggul dengan adanya otot dan fasia dari musculu
levator ani  UUK berputar 450 kedepan. Dengan semakin kepala didasar panggul, kepala
akan berputar lagi 450 sehingga sutura sagitalis berada dalam posisi antero- posterior dan UUK

37
dibawah simfisis dengan sub occiput sebagai hypomoklion, lahirlah berturut-turut: dahi,
mata,hidung. mulut, dagu , kepala,akan berputar lagi ke posisi semula.
Defleksi
Mekanisme lahirnya kepala lewat perineum, terjadi setelah putar paksi dalam selesaidan
kepala mencapai dasar panggul.
Putar Paksi Luar
Berputarnya kepala pada sumbu vertikal unyuk menyesuaikan kembali dengan sumbu badan.
Ekspulsi
Pengeluaran bagian demi bagian tubuh janin, mulai dari bahu depan, bahu belakang dan
akhirnya seluruh tubuh janin lahir. Pada saat bahu depan dibawah simfisis pubis acromion
depan bertindak sebagai hypomoklion untuk lahirnya bahu belakang.

4.Asuhan kala II
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan sendiri terhadap
panggul ibu.penyesuaian posisi berupa fleksi, rotasi dari janin hal ini penting untuk kelahiran
melalui vagina oleh karena janin harus menyesuaikan diri dengan ruangan dalam panggul.
Mekanisme persalinan.
 Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan posisi,
serta meneranan dalam kala II oleh ibu.
 Fiksasi/ engagement ialah tahap penurunan pada waktu diameter bipariental dari kepala
janin telah masuk panggul ibu
 Fleksi adalah sangat penting bagi penurunan selama kala II.Melalui fleksi ini diameter
terkecil dari kepala janin dapat masuk dalam panggul dan terus menuju dasar panggul
pada saat kepala berada pada dasar panggul tahanannya akan meningkat sehingga fleksi
yang bertambah besar saangat diperlukan supaya diameter terkecil dapat terus turun.
 Rotasi internal dari kepala akan membuat diameter anteroposterior ( yang lebih panjang)
dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior panggul ibu.
Pemantauan ibu
 Kontraksi
Dalam mengawasi dalam persalinan hendaknya memuat daftar catatan tentang his :
Frekuensi, adalah jumlah his dalam waktu tertentu,biasanya permenit atau persepuluh
menit.
Amplitudo atau intensitas
 Tanda-tanda kala II Ibu ingin meneran
Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
Pengeluaran darah dan lendir meningkat
Kepala telah turun didasar panggul
 Keadaan Umum
Nadi ibu setiap 30 menit
Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
DJJ setiap selesai meneran
Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30
menit dan pemeriksan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi
Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium
atau bercampur darah)
Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan) atau tali pusat berada disamping
atau diatas kepala
Putaran paksi luar segera setelah kepala lahir
Adanya kehamilan kembar dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan

38
 Kemajuan Persalinan
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala II :
Penurunan yang teratur dari janin dan jalan lahir.
Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukan kemajuan kurang baik pada persalinana kala II`:
Tidak turunnya janin dijalan lahir
Gagalnya pengeluaran pada fase akhir

5. Menolong Persalinan sesuai APN.


Manuver tangan dan langkah langkah dalam melahirkan:
Saat kepala bayi mendorong atau membuka vulva, sekitar 5-6 cm letakkan kain atau handuk
bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan segera bayi setelah lahir. Letakkan kain bersih dan
kering yang dilipat 1/3nya dibawah bokong ibu. Lindungi perineum dengan satu tangan atau
dibawah kain bersih dan kering dan letakkan ibu jari dan empat jari tangan tersebut dilipat
paha pada kedua sisi perineum. Letakkan tangan yang lain pada kepala bayi. Berikan tekanan
yang lembut dan tidak keras pada kepala bayi dengan menggunakan tangan lainnya dan
biarkan kepala bayi keluar secara bertahap di bawah tangan tersebut. Perhatikan perineum
pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau
desinfeksi tingkat
tinggi untuk membersihkan mulut dan hidung bayi dari lendir dan darah.

Periksa tali pusat pada leher


Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Raba leher
bayi apakah ada lilitan tali pusat, jika lilitan longgar dileher bayi, lepaskan melewati kepala
bayi. Jika tali pusat melilit leher beyi dengan erat, klem di kedua tempat dan potong tali pusat
diantara kedua klem tersebut.
Melahirkan bahu
• Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga
terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi.
• Setelah rotasi eksternal, letakkan satu tangan pada masing-masing kepala bayi dan (secara
biparietal) beritahukan pada ibu untuk menahan pada kontraksi berikutnya.
• Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan dan luar secara lembut atau kearah tulang
punggung ibu hingga bahu anterior tampak pada arcus pubis.
• Angkat kepala bayi kearah atas dan luar atau mengarah ke langit-langit untuk melahirkan bahu
posterior bayi.

Melahirkan sisa tubuh bayi


• Saat bahu posterior lahir, selipkan tangan pada bagian bawah atau posterior kepala bayi kearah
perineum dan biarkan bahu dan bagian tangan bayi lahir ke tangan yang ini.
• Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi
posterior bayi pada saat melewati perineum.
• Gunakan tangan yang ada di belakang atau posterior untuk menahan tubuh bayi saat lahir.
• Gunakan tangan bagian depan atau anterior untuk melahirkan bahu anterior dan untuk
mengendalikan kelahiran siku dan tangan anterior bayi.
• Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan bagian depan di punggung bayi kea rah
bokong dan kaki bayi untuk menahan laju kelahiran bayi saat kaki lahir.Sisipkan jari telunjuk
dari tangan yang sama diantara kaki bayi, pegang dengan mantap bagian mata kaki bayi dan
baru lahirkan kakinya secara hati-hati. lakukan penilaian dg. kepala bayi lebih rendah:
a. Apakah bayi menangis kuat / bernafas tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

39
Bayi ditaruh diatas perut ibu sambil dikeringkan (keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan) tanpa
membersihkan verniks

Mengeringkan dan merangsang bayi


Segera keringkan dan rangsang bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa
bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
Memotong tali pusat
Dengan menggunakan klem, desinfeksi tingkat tinggi atau steril, klem tali pusat 3 cm dari
pusat bayi. Lakukan pengurutan pada tali pusat dari klem ini kearah ibu. Hal ini akan mencegah
darah menyemprot pada saat tali pusat dipotong dan kemudian pasang klem kedua pada sisi
ibu 2 cm dari klem pertama. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan satu tangan
untuk melindungi bayi. Gunakan tangan lain untuk memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting desinfeksi tingkat tinggi atau steril. Setelah memotong
tali pusat, ganti handuk yang telah basah dan selimut bayi dengan selimut dan kain bersih dan
kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik. Handuk basah diganti dengan
selimut bayi yang kering, tutup kepala bayi (topi).
Handuk basah dimasukkan kedalam ember pakaian kotor (ember detergen)
Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan bayi tunggal
Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oxytosin (1 menit setelah bayi lahir) Tali pusat
dipotong, diikat 2x.
Meletakkan bayi dengan posisi tengkurep di dada ibu ( melakukan IMD ), luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada dan.perut ibu.Usahakan kepala bayi
berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu, biarkan bayi
menyusu, jaga kehangatan.
Melakukan / peregangan tali pusat terkendali, saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan ke 2 tangan
Setelah plasenta lahir, cek kontraksi uterus, pastikan kontraksi uterus baik (keras), plasenta
diperiksa, pastikan plasenta lengkap, ditaruh ditempatnya, ajarkan ibu / keluarga cara masase
uterus dan menilai kontraksi

Mengevaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum


Mengevaluasi perdarahan, pesan ibu : bila ada perdarahan banyak, laporkan segera kepada
petugas (bidan)
Vulva dibersihkan dengan air DTT
Ibu dimiringkan dimandikan air bersih, bersihkan tempat tidur dengan chlorin 0,5%, air
DTT, dikeringkan, pasang pembalut serta kain dan pakaian ibu.
Pastikan ibu nyaman, bantu ibu memberikan ASI
Tempatkan semua peralatan dan lepaskan sarung tangan
lakukan dekontaminasi dengan chlorin 0,5 % . Bersihkan celemek dg.larutan klorin
0,5%, dilap.
Mencuci tangan,lepas APD.
Lengkapi partograf
1 jam setelah IMD, berikan bayi hepatitis B

NB : Bayi lahir diberi :


1. Tetes mata
2. Vit K 1 mgr 1M (paha kiri 1/3 atas bagian lateral).sebelumnya lakukan aspirasi.
3. Antropometri : lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut , berat badan, panjang badan
4. Menyuntik oxytosin ibu di 1/3 paha atas bagian lateral
(jangan lupa melakukan aspirasi sebelum menyuntik )

40
Kebutuhan ibu dalam kala II
Kebutuhan dasar bagi ibu bersalin
6. Dukungan fisik dan psikologis
a. Setiap ibu yang akan bersalin, akan muncul perasaan takut, khawatir, atau cemas
terutama pada primipara. Hal ini dapat meningkatkan nyeri, otot-otot mjd tegang & ibu
menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan
b. Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai pendamping persalinan yang dapat
diandalkan & mampu memberikan dukungan, bimbingan & pertolongan persalinan

Asuhan yang sifatnya mendukung slm persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan.
Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif & ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang
pendukung yang hadir & memantau ibu yang sedang bersalin
Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat (suami, keluarga, teman, perawat, bidan,
dokter). Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah terlibat sejak masa kehamilan.
Mereka dapat membuat laporan tentang kemajuan ibu & secara terus-menerus
memonitor kemajuan persalinan
Bidan hrs mampu memberikan perasaan kehadiran :
a. Selama bersama pasien, bidan hrs konsentrasi penuh untnk mendengarkan &
melakukan observasi
b. M’buat kontak fisik : mencuci muka pasien, menggosok pungggung, memegang
tangan pasien dll
c. Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan bersikap tenang & bisa
menenangkan pasien)
Ada 5 kebutuhan dasar bagi ibu bersalin menurut Lesser & Keane :
a. Asuhan fisik & psikologis
b. Kehadiran pendamping secara terus-menerus
c. Pengurangan rasa sakit
d. Penerimaan atas sikap & perilakunya
e. Informasi & kepastian tentang hasil persalinan yang aman
Dalam Cochrane Database, suatu kaji ulang sistematik dari
14 percobaan yang melibatkan 5000 wanita memperlihatkan bhw kehadiran secara terus-menerus slm
persalinan & kelahiran akan menghasilkan :
a. Kelahiran dg tindakan (forseps, vaccum, SC) mejadi berkurang
b. APGAR Score < 7 lebih sedikit
c. Lamanya persalinan menjadi semakin pendek
d. Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan mereka
Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terusmenerus dalam bentuk dukungan
mempuyai keuntungan : sederhana, efektif, biaya murah, resiko rendah, membantu kemajuan
persalinan, hasil kelahiran bertambah baik, dan bersifat sayang ibu
2. Kebutuhan makanan dan minuman
Pemberian nutrisi dapat berupa air putih, the manis (yang digunakan untuk tambahan energi).
Pada saat persalinan tjd p’ningkatan konsentrasi asam hodrokrolik yang mrpk substansi
berbahaya, untuk mengatasi hal tsb wanita walaupun sudah memasuki fase aktif bolah makan
sesuai keinginannya. Kekurangan makanan & minuman dapat m’ningkatkan resiko terjadinya
regurgitasi & aspirasi pada saluran pernafasan dimana makanan tidak dapat dicerna dalam
perut yang dapat menyebabkan radang paru (sindrow medelson’s)

41
3. Kebutuhan glikogen dan cairan
Glikogen & cairan dapat jg diperoleh melalui IV, konsentrasi glukosa yang didapat dari cairan
infus dap meningkatkan glukosa darah pada janin sehiga dapat menyebabkan hiperinsulin pada
Janin.
4. Kenyamanan
Menggosok gigi atau megunakan penyegar mulut dapat membantu mengurangi
ketidaknyamanan mulut pada ibu
5. Kebutuhan eliminasi
a. Kandung kemih. Biasanya ibu dianjurkan mengosongkan kandung kemih selama persalinan.
Blas yang penuh dapat memperlambat turunnya kepala janin serta menghambat kontraksi uterus.
Hal ini dapat menyebabkan luka memar & dapat mejadi vistula vesiko vagina.
b. Retensio urine. Retensio urine berhubungan dg hipotonik kontraksi uterus. Seorang ibu yang
tidak dapat pergi ke kamar mandi untuk mengosongkan blasnya akan mengalami kesulitan
dalam berkemih. Bidan dapat memberikan kenyamanan untuk mengatasinya. Suara air mengalir
dapat mebantu merangsang mikturisi, jika tidak dapat kencing dapat dilakukan kateterisasi.

Penatalaksanaan Kala II
• Setelah pembukaan lengkap, pimpin untuk meneran apabila timbul dorongan spontan untuk
melakukan hal itu
• Beristirahat diantara kontraksi
• Berikan posisi yang nyaman bagi ibu
• Pantau kondisi janin
• Bila ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, anjurkan bernafas cepat/biasa, atur posisi
agar nyaman, upayakan tidak meneran hingga pembukaan lengkap

Perhatikan!
• Bila pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran, anjurkan untuk mobilisasi atau
mengubahubah posisi hingga timbul dorongan untuk meneran
• Bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin meneran setelah 60 menit dari sejak pembukaan
lengkap, pimpin untuk meneran saat kontraksi puncak (beri asupan yang cukup)
• Bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih belum terjadi, rujuk ibu ke fasilitas rujukan

Pemantauan penatalaksanaan kala II


• Nadi ibu setiap 30 menit
• Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
• DJJ setelah meneran atau kontraksi
• Penurunan kepala (palpasi luar) setiap 30 menit atau jika ada indikasi, lakukan periksa dalam
setiap 60 menit
• Kondisi selaput ketuban dan warna cairan ketuban
• Kemungkinan adanya presentasi majemuk
• Putaran paksi luar (setelah lahirnya kepala bayi)
• Pencatatan hasil pemeriksaan dan intervensi Episiotomi
• Tidak dilakukan secara rutin
• Bila tidak tepat waktu dan prosedurnya salah, terjadi peningkatan jumlah perdarahan, laserasi
derajat 3 atau 4 dan kejadian hematoma
• Menyebabkan nyeri pascapersalinan
• Meningkatkan risiko infeksi

42
B. Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi
Indikasi Amniotomi
Jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya,bagaimana melakukan amniotomi:
Saat melakukan PD, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak
teraba adanya tali pusat atau bagian2/ kecil janin lainnya.
• Pegang ½ klem kocher/ kelly memakai tangan kiri dan memasukkan ke dalam vagina dengan
perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput
ketuban.
• Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari-jari tangan kanan anda goreskan klem
kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah
• Tarik keluar dengan tangan kiri klem kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. Tetap
pertahankan jari-jari tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin
dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak
teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina. Cuci dan lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik di dalam larutan klorin 0,5%.Periksa
kembali denyut jantung janin

Pada saat pengeluaran, perhatikan hal-hal berikut:


• Posisi ibu saat melahirkan bayi
• Cegah terjadinya laserasi atau trauma
• Proses melahirkan kepala
• Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi
• Proses melahirkan bahu
• Proses melahirkan tubuh bayi
• Mengusap muka, mengeringkan dan rangsangan taktil pada bayi Memotong tali pusat

C.Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit

1.Temuan keadaan normal dan abnormal dari partograf


Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal partograf secara teliti saat memulai asuhan persalinan.Waktu kedatangan
( tertulis sebagai jam atau pukul pada partograf ) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam
fase laten.Catat waktu pecahnya selaput ketuban.

Kondisi janin
 Denyut Jantung Janin
Catat detik jantung janin (djj) setiap 30 menit (lebih sering bila ada tanda2 gawat
janin).Setiap kotak dibagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit.Catat djj
dengan.memberi tanda titik pada grs.yang sesuai dengan angka yang menunjukkan djj.
Kisaran normal djj terpapar pada partograf diantara garis. Tebal pada angka 180 dan
100.Penolong harus waspada bila djj mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160 Catat
tindakan2 pada ruang yang tersedia.

 Warna dan adanya air ketuban


Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban
jika selaput ketuban pecah. Catat tindakan-tindakan
yang dilakukan pada ruang yang tersedia.Gunakan lambang-lambang berikut ini:
 U : Selaput ketuban masih utuh
 J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

43
 D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
 K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ktuban tidak mengalir lagi(kering)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin.Tetapi
jika terdapat mekonium kental,segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
 Penyusupan atau molase tulang kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang. Seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan
dir thd. Tulang panggul ibu.Semakin besar derajat penyusupan antar tlg.kepala semakin
menunjukkkan resiko disproporsi kepala panggul(CPD).Catat temuan yang ada,gunakan
lambang-lambang berikut ini:
0 : tulang2 kepala janin terpisah, sutura dengan. mudah dapat di palpasi.
1 : tulang2 kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang2 kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan.
3 : tulang2 kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

Kemajuan persalinan, meliputi:


 Pembukaan serviks,catat tiap 4 jam.Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.Tanda “X” harus dicantumkan di garis waktu
yang sesuai dengan. Lajur besarnya pembukaan serviks.,hubungkan tanda x dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh.
 Penurunan bagian terbawah janin, tulisan turunnya kepala dan garis tidak terputus dari 0-5,
tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Beri tanda “O” yang ditulis pada
grs waktu yang sesuai
 Garis waspada dan grs bertindak.
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1cm per jam.
Garis bertindak tertera sejajar dan disebelah kanan(berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada disebelah kanan garis bertindak maka
hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.

Jam dan waktu

 Waktu mulainya fase aktif persalinan


Dibagian bawah partograf ( pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang
diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan 1 jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya
fase aktif, tertera kotak 2 untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap
kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan. 2 kotak waktu 30 menit yang
berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, djj dibagian atas, lajur
kontraksi dan nadi ibu dibagian bawah.

Kontraksi uterus
Dibawah lajur waktu partograf, terdapat 5 kotak dg. tulisan”kontraksi per 10
menit”disebelah luar kolom paling kiri.Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30
menit raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dg. cara mengisi kotak kontraksi
yang tersedia,nyatakan lamanya kontraksi dg :
 Beri titik2di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanyan <20 detik.
 Beri garis2 di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
 Isi penuh kotak yang. sesuai untuk menyatakan kontraksi yang. lamanya >40 detik.

44
Obat2an dan cairan yang. diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin,
obat-obatan lainnya dan cairan IV. Bagian ini dapat juga digunakan untuk mencatat
jumlah asupan yang diberikan.

Kondisi ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf,terdapat kotak atau ruang
untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan (nadi, tekanan
darah dan suhu tubuh) dan volume urine, protein serta aseton.

 Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase persalinan (lebih sering jika diduga
adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang. sesuai.
 Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4jamselama fase persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit) dengan memberi tanda panah pada partograf pada kolom waktu
yang.sesuai.
 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak
atau diduga adanya infeksi ) setiap 2 jam dan catat pada kotak yang. sesuai.

2. Bahu macet,letak: muka, lintang dan sungsang:

Gejala dan Tanda Distosia Bahu


 “Turtle Sign” : kepala terdorong keluar tetapi kembali ke dalam vagina setelah kontraksi
atau ibu berhenti meneran
 Tidak terjadi putaran paksi luar apabila kepala telah lahir
 Kepala tetap pada posisinya (dalam vagina) walau ibu meneran sekuat mungkin

Letak Muka
Pengertian
Terjadi bila sikap janin ektensi maximal sehingga
oksiput memdekat kearah punggung janin dan dagu menjadi bagian presentasinya. Posisi
ditentukan oleh dagu (MENTO) jadi ada posisi
- Left Mento Anterior : dagu kiri depan
- Right Mento Anterior : dagu kanan depan
- Left Mento Posterior : dagu kiri belakang
- Right Mento Posterior : dagu kanan belakang

Etiologi
a) Primer : - Anencephalus
- Hydro cepalus
- Struma
- Kiste leher ( higroma coli)
- Lilitan tali pusat pada leher beberapa kali
b) Sekunder : - Panggul sempit
- Tangan menumbung disamping kepala
- Anak sangat besar
- Plasenta praevia / plasenta letak rendah
- Grande multipara
- Hidramnion dan perut gantung
- Posisi uterus miring

45
Patologi Persalinan
- Dagu dapat berputar kedepan ( mento anterior 80-90%) atau belakang (mento posterior, jarang)
- Bila mento posterior menetap ( posisi mento posterior persistens) maka kepala tak mungkin lahir
karena defleksi kepala sudah maximal, sehingga bisa timbul komplikasi persalinan
Mekanisme Persalinan
- Mula2 terjadi penempatan dahi, kemudian defleksi brtambah
- Garis muka dan letak muka
- Mulut tampak lebih dulu di vulva, dengan leher atas sebagai hipomoklion kemudian terjadi gerakan
fleksi, maka lahir berturut – turut hidung, mata, dahi UUB dan UUK
- Lingkaran kepala pada letak muka adalah : sirkumferensia tracheo parietale 36 cm
- Persalinan akan berlangsung lebih lama

Diagnosis
Palpasi : teraba kepala sangat menengadah, belakang kepala menonjol
Auskultasi : dJJ jelas terdengar pada thorax janin
Pemeriksaan dalam : teraba dagu yang runcing, mulut,hidung dan lekuk mata
Foto Rontgen : tampak kepala sangat menengadah
Penatalaksanaan
- Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi bila janin presentasi muka hendak
dilahirkan vaginal
- Bila sudah pembukaan lengkap dagu masih berada diposterior, didapatkan tanda – tanda disproporsi
atau atas indikasi lainnya, lakukan SC.
Prognosis
- Bagi ibu : - partus akan lebih lama, mudah terkena
infeksi intra partum atau infeksi nifas
- Luka jalan lahir
- Mortalitas 3 %
- Bagi anak : - Caput didaerah muka
- Perdarahan dalam otak
- Mortalitas 15 %

Letak lintang Pengertian:


Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus/mendekati 90 0.

Menurut posisi punggung terbagi atas: - Dorso anterior (di depan)


- Dorso posterior (di belakang)
- Dorso superior (di atas)
- Dorso inferior (di bawah)
Etiologi
Penyebab dari LL sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor,faktor2 tersebut adalah:
- Fiksasi kepala tidak ada: karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta praevia, tumor2
pelvis.
- Janin mudah bergerak:hidramnion, multiparitas anak kecil atau sudah mati
- Gemelli (kehamilan ganda)
- Kelainan uterus:arkuatus, bikornus/septum.
- Kandung kemih yang penuh
Diagnosis
- Inspeksi: perut membuncit kesamping
- Palpasi :
1. F.u lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
2. F.u dan bagian bawah kosong,kecuali kalau bahu sudah masuk kedalam p.a.p.

46
3. Kepala(ballotement) teraba di kiri atau di kanan.
- Auskultasi: Djj setinggi pusat kanan/kiri
- Pemeriksaan dalam(VT):
1. Teraba tulang iga, skapula dan kalau tangan menumbung, teraba tangan.
2. Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan dan ke kiri.
3. Letak punggung ditentukan dg. adanya skapula,letak dada dg. klavikula.
4. Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak pada LL
biasanya ketuban cepat pecah.
- Foto Rontgen:tampak janin dalam LL.

Prognosa
- Bagi ibu : bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri baik spontan/sewaktu versi dan
ekstraksi,partus lama,KPD dg. demikian mudah dapat infeksi intra partum.
- Bagi janin: angka kematian tinggi(25-40%) yang disebabkan oleh:
1. Prolapsus funiculi.
2. Trauma partus.
3. Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus.
4. KPD.

Penanganan:
- Sewaktu hamil
Usahakan jadi letak membujur dg. cara menyarankan ibu untuk nungging seperti sujud tiap hari
pagi dan sore.

- Sewaktu partus
Janin dapat dilahirkan pervaginam: dg. versi dan ekstraksi/embritomi bila janin sudah
mati/perabdominal
(s.c)

Letak sungsang
I. Definisi
Letak sungsang ialah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri
dan bokong berada di bawah cavum uteri ( Prawirohardjo, 2001 )
II. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus.
Pada kehamilan kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak
lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas disegmen bawah uterus. Dengan demikia
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala.
Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah :
a. Prematuritas, karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak
belum relatif besar.
b. Hydramnion, karena anak mudah bergerak.
c. Plasenta previa, karena menghalangi turunya kepala kedalam pintu atas panggul.

47
d. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.
e. Panggul sempit, walaupun panggul sempit sebagai sebab letak sungsang masih disangsikan oleh
berbagai penulis.
f. Kelainan bentuk kepala : Hydrocephalus, Anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk
PAP.
g. Hamil kembar.
h. Kelainan uterus : myoma uteri, uterus bicornis.

III. Klasifikasi.
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak sungsang sebagai
berikut :
1. Letak bokong murni :
- Teraba bokong.
- Kedua kaki terjungkit keatas sampai kepala bayi.
- Kedua kaki bertindak sebagai splak.
2. Letak bokong kaki sempurna. - Teraba bokong.
- Kedua kaki disamping bokong.
3. Letak bokong tak sempurna. - Teraba bokong.
- Disamping bokong teraba satu kaki.
4. Letak kaki.
- Bagian terendah teraba salah satu kaki atau lutut.
- Dapat dibedakan : letak kaki bila kaki terendah, letak lutut bila lutut terendah.
Untuk menentukan diagnosa letak sungsang, dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaaan
dalam, pemeriksaaan foto abdomen dan pemeriksaan ultrasonografi.
IV. Gambaran klinik
Letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaaan luar dibagian bawah uterus tidak dapat
diraba bagian keras dan bulat, yakni kepala teraba difundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba
bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala.
Sering kali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang
terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,
misalnya dinding perut tebal, uteruys mudah berkontraksi atau banyak air ketuban, maka diagnosa
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.

V. Penatalaksanaan letak sungsang.


1. Saat kehamilan
Diusahakan melakukan versi luar kearah letak kepala. Versi luar ( external versi ) dilakukan
pula pada kasus letak lintang.
2. Pertolongan persalinan sungsang pervaginam. Pertolongan letak sungsang pervaginam yang
tidak dapat atau tidak berhasil dilakukan versi luar adalah : persalinan menurut metode Brach,
persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejan, sedangkan
penolong membantu melakukan hiperlordose. Tekhnik melakukan hiperlordose adalah sebagai
berikut :
- Saat bokong tampak disuntikan oksitosin 5 ul.
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara Brach ( kedua ibu jari pada kedua paha bayi
dan keempat jari kedua penolong lain memegang bokong janin).
- Dilakukan hiperlordose dengan melengkungkan bokong kearah perut ibu.
- Seorang membantu malakukan tekanan kristeler pada fundus uteri saat his dan mengejan.

48
- Lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan kepala bayi.
- Bayi diletakkan diperut ibu untuk pemotongan tali pusat dan selanjutnya rawat bayi
sebagaimana mestinya.

Gemelli
Kejadian = 1 : 80
Pengertian
Kehamilan dengan 2 janin/ lebih
Etiologi
1. Faktor keturunan
2. Faktor bangsa, umur, dan daritas
3. Faktor lain yang belum diketahui
Macam Kehamlan Kembar
1. Kehamilan kembar dengan 2 telur (hamil kembar dizigotik)  2 buah telur dengan 2 sperma
2. Kehamilan kembar dengan 1 telur ( hamil kembar monozigotik)  kehamilan kembar
identik, 1 buah telur dengan 1 sperma

Kesimpulan
Hamil ganda / kembar : kehamilan dengan 2 atau lebih dapat berasal dari :
Satu telur : Monozigotik
Dua telur : Dizigotik
Zyangotik : 4  pembelahan
Morulla : 256 Blastocyt : 512
Embrio :1024 kemudian jadi janin.

MONOZIGOTIK DIZIGOTIK
Kelamin Sama Dapat sama/ berbeda
Kepribadian Sama Berbeda
Plasenta Satu Dua
Peristiwa Pembelahan 2 zyangote Superfecundasi
superfetasi
Keterangan :

49
1. Superfecundasi : Berasal dari 2 telur yang ovulasinya 1 siklus haid Contoh :
Tanggal 15 Desember 19 Desember

Ovulasi Ovulasi 1 siklus :


2X ovulasi
Konsepsi Konsepsi 2X pembuahan

Hamil Hamil

2. Superfetasi
Berasal dari 2 telur yang ovulasinya dari siklus yang berbeda Mis ovulasi tgl 15 Des
ovulasi lagi tgl 15 Januari
Sudah ada konsepsi terjadi lagi ovulasi

jarak 1 bulan
ASAL TELUR
bisa dari indung telur kiri- kiri
bisa dari indung telur kanan - kanan
bisa dari indung telur kiri – kanan
MACAM KEHAMILAN GANDA
1. Kembar 2 : Gemelly
2. Kembar 3 : Triplet
3. Kembar 4 : Quardruplet
4. Kembar 5 : Quintuplet
5. Kembar 6 : Sextuplet
Penyulit Kehamilan kembar
1. Pre eklamsi / eklampsi
2. Hydramion
3. Anemia
4. Persalinan prematur

PERBEDAAN SATU TELUR DUA TELUR


Jenis Kelamin Selalu sama Tidak selalu sama
Wajah Mirip Persamaan seperti
adik kakak
Golongan darah Sama Tidak sama
Cap Tangan dan Sama Tidak sama
Kaki
Plasenta, chorion a) Plasenta biasanya 1, Dua :
dan amnion dengan : - 2 plasenta
- 1 chorion - 2 chorion

50
b) - 2 amnion - 2 amnion
1 plasenta, dengan :
- 1 chorion
- 1 amnion

Diagnosa
Kadang-kadang baru diketahui adanya hamil kembar, setelah anal 1 lahir.
Diagnosa dapat dibuat dengan :
1. Palpasi & Inspeksi
Bila diraba lebih dari 2 bagian besar harus difikirkan kemungkinan subperitoneal / intramural
myoma yang pada palpasi bisa memberi kesan seolah – olah kepala, gerakan janin lebih sering,
pertumbuhan uterus lebih cepat dari biasanya ( pada periksa ulang).
2. Auskultasi
Bila didengar pada 2 tempat yang berjauhan ,djj yang jelas berbeda frekuensinya (paling
sedikit bedanya 10 denyut semenit)
3. X-ray / usg
4. Anamnesis
Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
5. Terapi
a) Waktu kehamilan :
Banyak istirahat, terutama pada bulan-bulan terakhir untuk menghindari terjadinya partus
prematur, makanan mengandung sedikit garam dan diawasi dengan seksama akan gejala-
gejala toxemia gravidarum.
b) Waktu persalinan :
Biasanya lahirnya anak 1 tudak memberi kesulitan. Bila anak 1 sudah lahir, dilakukan
pemeriksaan luar untuk menentukan letak anak 2
Bila anak 2 letak memanjang harus dilakukan VT untuk mengetahui  apakah ada prolapsus funiculi
- Kalau ada prolapsus funiculi anak segera dilahirkan
- Kalau tidak ada prolapsus funiculi ditunggu sampai his kembali,ketuban dipecahkan &
ditunggu partus spontan
Bila dalam waktu 15 menit his belum bisa kembali, diberi infus pitocin sehingga his datang,
ketuban dipecahkan. Anak ke 2 sudah lahir satu jam setelah anak 1. Bila setelah
1 jam belum lahir dilakukan ektraksi indikasi waktu

Bila anak 2 letak lintang ada 2 cara :


- Melakukan versi luar  letak kepala, ket dipecahkan dan tunggu sampai anak lahir spontan
- Atau anak segera dilahirkan dengan versi & extrasi.

Letak & Presentasi Janin


1. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala
2. Letak membujur, presentasi kepala bokong
3. Keduannya presentasi bokong
4. Letak lintang & presentasi kepala
5. Letak lintang & presentasi bokong
6. Dua-duanya letak lintang
7. Letak & presentasi “G9” adalah letak yang brbahaya karena dapat terjadi kunci-mengunci (
interlocking)

51
Pengawasan Terhadap Ibu
1. Kebutuhan akan zat-zat bertambah anemia & defesiensi zat-zat lain
2. Kemungkinan terjadi hidramnion bertambah 10x lebih besar
3. Frekuensi preeklamsi & eklamsi lebih sering
4. Karena uterus yang besar sesak nafas, terdapat oedema & varices pada tungkai dan vulva.
5. Dapat terjadi inersia uteri, HPP & Solusio plasenta sesudah anak 1 lahir.

Janin
 Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar,
potensial lahir prematur yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan.
 Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta , angka kematian bayi ke 2 tinggi dan
sering terjadi kesalahan letak janin sehingga mempertinggi angka kematian janin.

52
BAGIAN 6

ASUHAN BAYI BARU LAHIR


A. Memberikan Asuhan Pada Bayi Segera Setelah Lahir
ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR
PERUBAHAN SISTEM PERNAFASAN
Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah
kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester
kedua dan ketiga (Varney’s, halaman 551). Ketidakmatangan paru-paru terutama akan
mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang
disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan
tidak mencukupinya jumlah surfaktan.

Awal adanya nafas


Dua factor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi.
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernapasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan,
yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.

Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Jadi system-sistem harus berfungsi secara normal.

Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas


Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru.
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai
paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan
paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan

Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.

Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paruparunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan

53
melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-
paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru
dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan
berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

Fungsi system pernapasan dalam kaitanya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan factor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi
jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
I. PERUBAHAN SISTEM SIRKULASI

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua perubahan besar:
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paruparu dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh tubuh.
Ingat hokum yang menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerahdaerah yang mempunyai
resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah.
Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Hal ini terutama penting kalau kita
ingt bahwa sebagian besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen
(asfiksia).

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam system pembuluh darah :


1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paruparu
untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya system pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru). Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup.

Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara funsional
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan
fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan

54
II. PERUBAHAN SISTEM TERMOREGULASI

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahanperubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang
hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin.
Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah
bayi.

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan
suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan
mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang
bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat
ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan,
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.

Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus
adalah 36 5 – 370 C. Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
2. Permukaan tubuh bayi relative lebih luas
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
4. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.

Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6
– 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama
menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.

Gejala hipotermia:
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat
menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan
lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.

Mekanisme terjadinya Hipotermia:


Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:
1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal
: BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal : BBL tidak
langsung dikeringkan dari air ketuban.

55
3. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung diganti.
4. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal : BBL
diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.

III. PERUBAHAN SISTEM METABOLISME

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1
sampai 2 jam).

Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :


1. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin
setelah lahir).
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).

Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan
glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen,
terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang
mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting
menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua
persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir
kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan distress janin merupakan
resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi : kejang-kejang halus, sianosis,
apnu, tangis lemah, letargis, lunglai dan menolak makanan. Bidan harus selalu ingat bahwa
hipoglikemia dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah
kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak.

IV. PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks gumoh dan refleks
batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat
terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan yang
sering oleh bayi sendiri penting contohnya memeberi ASI on demand.

Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat
berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air disbanding orang
dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus.

56
V. PERUBAHAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan
alami maupun yang didapat.

Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi:
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.
2. Fungsi saringan saluran napas.
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus 4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung.

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru lahir
membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum
matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen
asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tuges utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh.

Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena itu,
pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini
terutama kolostrum) dan detekdi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

Evaluasi nilai APGAR


Penilaian APGAR SCORE
Bertujuan menilai kemampuan laju jantung,kemampuan bernafas,kekuatan tonus
otot,kemampuan refleks dan warna kulit Cara
• Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian anda terhadap 5 item tadi.
• Tentukan hasil penilaian sbb:
– Adaptasi baik(normal) : skor 7-10 – Asfiksia ringan- sedang :skor 4- 6
– Asfiksia berat :skor 0- 3

Tanda 0 1 2

A=Apparence Biru/ Tubuh Seluruh tubuh


=Warna kulit pucat merah,ekstremitas merah
biru

P=Pulse - <100x/ menit >100x/menit


=Detik jantung

G=Grimace - Menyeringai Batuk/bersin


=Refleks

57
A=Aktifity Lema Ekstemitas Gerakan aktif
=Tonus otot h sedikit fleksi

R=Respiration - Lambat Menangis


=Usaha kuat
bernafas

Resusitasi Awal BBL


Pengertian
Resusitasi=resuscitation= menghidupkan kembali,pembaharuan
Asfiksia Neonatorum(apnea neonatorum)
Adalah:keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
dilahirkan

Jadi resusitasi neonatus adalah:


prosedur yang.diterapkan untuk BBL yang gagal bernafas secara spontan dan adekuat.
Langkah awal resusitasi
1.Beri kehangatan
 Jaga bayi tetap hangat
- Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu atau dekat perineum.
- Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
- Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi
- Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas,agar tim resusitasi mudah mencapai
bayi dan untuk mencegah kehilangan panas, biarkan bayi telanjang agar panas dari
alat pemancar panas dapat mencapai bayi dan untuk mendapat pandangan penuh.
 Posisikan bayi
Bayi diletakkan terlentang atau miring dengan
leher sedikit tengadah dapat diletakkan gulungan kain atau handuk dibawah bahu.

 Bersihkan jalan nafas


Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion, penolong persalinan harus mengisap cairan dari
orofarings dan hidung dengan kateter penghisap lendir yang disambungkan ke alat penghisap
lendir mekanik untuk mengeluarkan lendir yang menghalangi jalan napas bayi sebelum bahu
dilahirkan.Pengeringan dan penghisapan lendir untuk sebagian besar bayi dapat merangsang
pernapasan bila napas belum adekuat dapat diteruskan rangsangan taktil.
• Cara aman memberikan rangsangan taktil:
1.Menepuk atau menyentil telapak kaki.
2.Menggosok punggung, perut,dada atau ekstremitas bayi. Perangsangan yang terlalu
bersemangat, tidak menolong dan dapat menimbulkan cedera yang berat.

58
Tujuan Resusitasi
Resusitasi BBL bertujuan:
Untuk memulihkan fungsi
pernafasan bayi baru lahir yang
mengalami asfeksia dan
terselamatkan hidupnya tanpa efek
samping dikemudian hari.

Kondisi ini merupakan dilema bagi


penolong tunggal persalinan karena
disamping menangani ibu bersalin, ia
juga harus menyelamatkan bayi yang
mengalami asfeksia.

Kotak PenilaianPerhatikan
diagram alur resusitasi Pada saat
kelahiran, anda harus bertanya
pada diri sendiri, 5 pertanyaan
mengenai BBL: seperti pada kotak
penilaian.

1. Kotak A( Airway= Jalan


pernapasan ).Ini adalah langkah
awal yang dilakukan untuk
menjamin terbukanya jalan napas
dan memulai resusitasi BBL.
– Berikan kehangatan
– Posisikan kepala by.untuk
membuka jln. Napas bila perlu
– Keringkan bayi, beri
rangsangan untuk bernapas dan
posisikan lagi untuk
mempertahankan jalan napas terbuka.
– Berikan oksigen bila perlu.

Penilaian kotak A
Nilai bayi setelah 30 detik.Jika tidak bernapas ( apnu) atau frekuensi jantung dibawah
100x/ menit,anda harus melanjutkan ke kotak B

2. Kotak B ( Breathing=Pernapasan). Bantu usaha napas bayi dengan memberikan ventilasi tekanan
positif menggunakan balon dan sungkup selama 30 detik.

Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi

59
Penilaian kotak B
Setelah 30 detik pemberian vtp anda harus menilai kembali. Jika frekuensi jantung < 60x/ menit,
anda harus melanjutkan ke kotak C.

3. Kotak C (circulation =sirkulasi ). Bantu sirkulasi dengan memulai kompresi dada sambil tetap
melanjutkan ventilasi.

Penilaian kotak C
Setelah 30 detik melakukan kompresi dada,anda harus melakukan penilaian bayi lagi.Jika
frekuensi jantung tetap dibawah 60 x / menit, anda harus melanjutkan kekotak D.

4. Kotak D ( Drugs=Obat-obatan) Berikan epinefrin sambil terus melakukan kompresi dada dan
ventilasi.

Penilaian kotak D
Jika frekuensi jantung tetap dibawah 60 x/ menit, tindakan pada kotak C dan D dilanjutkan dan dapat
diulang.

Saat frekuensi jantung meningkat diatas 60x / menit, kompresi dada dihentikan, VTP tetap
dilanjutkan sampai frekuensi jantung diatas 100 x / menit dan bayi sudah bernapas spontan.

Bagaimana memprioritaskan tindakan anda?


Ada langkah sangat penting yang selalu diulang dalam tindakan resusitasi,yaitu:
• Penilaian BBL
• Memutuskan tindakan yang akan diambil
• Melakukan tindakan

Penilaian berdasarkan 3 tanda utama berikut ini:


• Pernapasan
• Frekuensi jantung
• Warna kulit
Mengapa nilai apgar tidak digunakan selama resusitasi?
Nilai apgar merupakan metode obyektif untuk menilai kondisi BBL dan berguna untuk memberikan
informasi mengenai keadaan bayi secara keseluruhan dan keberhasilan tindakan resusitasi.Walaupun
demikian, tindakan resusitasi harus dimulai sebelum perhitungan nilai Apgar.

60
Jadi nilai APGAR tidak digunakan untuk menentukan apakah seorang bayi memerlukan
resusitasi,langkah mana yang dibutuhkan atau kapan kita menggunakannya

Asuhan Pasca Resusitasi.


Perawatan rutin: 90% BBL merupakan bayi bugar
(pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit normal)  perawatan rutin.
Bayi yang. telah mendapat resusitasi akan mempunyai resiko mengalami gangguan setelah tanda2
vitalnya kembali pulih kenormal
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi.
Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan:
I. Resusitasi berhasil : bayi bernafas normal, FJ > 100x/ menit, kemerahan  Perawatan suportif.
Perawatan suportif:
Bayi yang memiliki resiko prenatal dan intrapartum,dg. mekoneum pada air ketuban /kulit gangguan
pada usaha napas dan sianosis,memerlukan tindakan resusitasi saat lahir. Bayi2 ini harus dievaluasi
dan ditangani dibawah alat pemancar panas dan mendapatkan langkah awal dengan benar . Bayi
seperti ini tetap memiliki resiko keadaan memburuk yang berhubungan masalah perinatal dan harus
sering dievaluasi selama masa neonatal dini.
Perawatan lanjut
Bayi yang mendapatkan VTP atau tindakan lebih lanjut yang memerlukan dukungan terus
menerus,memiliki resiko gangguan yang berulang dan beresiko tinggi untuk mendapatkan
komplikasi pada masa transisi pada umumnya harus ditangani dalam ruangan yang dapat
dilakukan pengawasan dan monitoring terus menerus.bila perlu dirujuk ke unit perawatan intensif.

II. Resusitasi tidak berhasil


• Bila bayi gagal bernafas, setelah 10 menit tindakan resusitasi dilakukan maka hentikan upaya
tersebut. Biasanya bayi sudah mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat
dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat
secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah
yang terjadi serta diberikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
• Dukungan moral
Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan rencana yang telah di
diskusikan sebelumnya ternyata belum memberi hasil seperti yang di harapkan. Minta mereka
untuk tidak larut dalam kesedihan, seluruh kemampuan dan upaya dari penolong telah
diberikan dan hasil yang buruk juga sangat di sesalkan bersama, minta agar ibu dan keluarga
untuk tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu.
Bounding Attachment
Secara harfiah kata Bounding Attachment dapat diartikan sebagai :
 Bounding dapat diartikan sebagai ikatan dan  Attachman adalah Sentuhan.
Attachment adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari
orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya. Bonding adalah
masa sensitive pada menit pertama dan beberapa jam setelah kelahiran dimana kontak ibu dan ayah
ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal.( Varney Midwefery )
Menurut Kannel dan Kalus (1998) menyatakan bahwa bounding attachment dapat didefenisikan
sebagai hubungan yang unik antara dua orang yang sifatnya spesifik dan bertahan seiring berjalannya
waktu. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orangtua terhadap anaknya dapat terus berlanjut
bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak
terlihat.( Wals L, Midwifery Community-Based )
Ikatan orangtua terhadap anaknya dimulai dari sejak periode kehamilan dan semakin bertambah
intensitasnya pada saat melahirkan.( Kannel dan Kalus 1998).
Bidan dapat menfasilitasi perilaku ikatan awal antara orang tua dan anaknya dengan cara
menyediakan lingkungan yang mendukung sehingga interaksi yang baik antara ibu dan ayah terhadap
bayinya dapat terjalin dengan baik

61
Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Pada
saat bayi dilahirkan adalah saat yang sangat menakjubkan bagi seorang ibu ketika ia dapat melihat,
memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali. Dan masa tenang setelah
melahirkan disaat ibu merasa rileks , memberikan peluang ideal untuk memulai pembentukan ikatan
batin.
Seorang bayi yang baru melahirkan mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat
mencium, merasa, mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitif terhadap suhu dan sentuhan
dan selama satu jam pertama setelah melahirkan mereka sangat waspada dan siap untuk mempelajari
dunia baru mereka. Kontak kulit ke kulit sangat dianjurkan selain untuuk bayi tetap hangat juga agar
terjadi ikatan batin antara ibu adan bayi segera setalah lahir
Jika tidak ada komplikasi yang serius setelah bayi lahir dapat langsung diletakkan diatas peut ibu,
kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan
kulit membantu bayi tetap hangat

B.Pendokumentasian hasil asuhan:setelah melakukan asuhan pada bayi semua hasil yang didapatkan
harus didokumentasikan.

62
BAGIAN 7

ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA III

A.Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III


Mekanisme pelepasan plasenta
Pada kala III persalinan,otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi.Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya tempat perlekatan plasenta.Karena tempat
perlekatan menjadi semakin kecil,sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat,menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus/ke dalam vagina.

Manajemen Aktif kala III


Tujuan MAK III adalah:untuk menghasilkan kontraksi uterus yang. lebih efektif shg.bisa
mempersingkat waktu,mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika
dibandingkan dg. penatalaksanaan fisiologis.

Keuntungan2 MAK III:


 Persalinan kala III yang. lebih singkat.
 Mengurangi jumlah kehilangan darah dan kejadian retensio plasenta.
MAK III terdiri dari 3 langkah utama:
 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit I setelah bayi lahir.
 Melakukan peregangan tali pusat terkendali  Masase fundus uteri.

Prosedur Pelaksanaan

NO LANGKAH KERJA GAMBAR


I. P EMBERIAN SUNTIKAN OKSITOSIN
1. Siapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk perasat manajemen
aktif kala III.
2. Segera berikan bayi yang telah
terbungkus kain pada ibu untuk diberi
ASI.
3. Letakkan kain bersih diatas perut ibu.

4. Periksa uterus untuk memastikan tidak


ada bayi yang lain.
5. Beritahukan pada ibu bahwa ia akan
disuntik.

6.
Selambat-lambatnya dalam 2 menit
setelah bayi lahir, segera suntikkan

63
Oksitosin 10 IU IM pada 1/3 bagian
atas paha kanan bagian luar.

II. P ENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI


7. Bidan berdiri disamping kanan
ibu.
8. Pindahkan klem kedua yang telah
dijepit sewaktu kala II persalinan pada
tali pusat sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
- Letakkan tangan yang lain pada
9. abdomen ibu (alasi dengan kain)
tepat di atas tulang pubis.
- Gunakan tangan ini
untuk
meraba kontraksi uterus dan
menahan uterus pada saat
melakukan penegangan tali pusat.
- Setelah terjadi kontraksi yang
kuat, tegangkan tali pusat,
kemudian tangan pada dinding
abdomen menekan korpus uteri
ke bawah-atas (dorso-kranial)
korpus.
- Lakukan secara hati-hati untuk
menghindari terjadinya inversio
uteri.
10. Bila plasenta belum lepas, tunggu
hingga ada kontraksi yang kuat
(sekitar 2 / 3 menit).
11. Pada saat kontraksi mulai (uterus bulat
atau tali pusat memanjang), tegangkan
kembali tali pusat ke arah bawah
dengan hati-hati. Bersamaan dengan
itu, tetap lakukan penekanan korpus
uteri ke arah dorso-kranial hingga
plasenta terlepas dari tempat
implantasinya.

64
12. Jika plasenta tidak turun setelah 3040
detik sejak dimulainya PTT & tidak
ada tanda yang menun-jukkan
lepasnya plasenta, jangan teruskan
PTT.
- Pegang klem dan tali pusat
dengan lembut dan tunggu
sampai kontraksi berikutnya. Jika
perlu, pindahkan klem lebih
dekat ke perineum pada saat tali
pusat memanjang. Pertahankan
kesabaran pada saat
melahirkan plasenta.
- Pada saat kontraksi berikutnya
terjadi, ulangi PTT dan lakukan
tekanan dorso kranial pada
uterus secara serentak. Ikuti
langkah-langkah tersebut pada
setiap kontraksi hingga terasa
plasenta terlepas dari dinding
uterus.
13. Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu
untuk meneran sehingga plasenta akan
terdorong ke introitus vagina. Tetap
tegangkan tali pusat ke arah
bawah mengikuti arah jalan lahir

14. Pada saat plasenta terlihat di introitus


vagina, teruskan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan.
Selaput ketuban mudah robek; pegang
plasenta dengan kedua tangan dan
dengan lembut putar plasenta hingga
selaput terpilin.

Lakukan penarikan secara lembut


15. dan perlahan-lahan untuk melahirkan
selaput ketuban.

III. PEMIJATAN FUNDUS UTERI


16 Letakkan telapak tangan pada fundus
uteri.

65
17 Jelaskan tindakan ini kepada ibu,
katakana bahwa ibu mungkin merasa
kurang nyaman. Anjurkan ibu untuk
menarik napas dalam, perlahan dan
berlaku tenang.

18. Dengan lembut tapi mantap, gerakkan


tangan secara memutar pada fundus
uteri sehingga uterus berkontraksi. Jika
uterus tidak berkontraksi dalam waktu
15 detik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri.
19. Periksa plasenta dan selaputnya
untuk memastikan keduanya
lengkap dan utuh :
- Periksa sisi maternal plasenta untuk
memastikan bahwa semuanya
lengkap dan utuh.
- Pasangkan bagian-bagian plasenta
yang robek atau terpisah untuk
memastikan tidak ada bagian yang
hilang
- Periksa plasenta bagian foetal untuk
memastikan tidak ada kemungkinan
plasenta suksenturiata.
- Evaluasi selaput untuk memastikan
kelengkapannya.

20. Periksa uterus setelah satu hingga dua


menit untuk memastikan bahwa
uterus berkontraksi dengan baik. Jika
uterus masih belum berkontraksi,
ulangi pemijatan fundus uteri.
Ajarkan ibu dan keluarganya cara
melakukan pemijatan uterus sehingga
segera dapat diketahui jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik.

21. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit


selama satu jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama
satu jam kedua pasca persalinan.

66
22. Bersihkan tempat tidur dan buat ibu
merasa nyaman. Letakkan instrumen
dan peralatan lainnya ke dalam
larutan klorin untuk dekontaminasi.
Kemudian celupkan kedua tangan
yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin kemudian lepas
dalam keadaan terbalik. Lalu cuci
tangan dengan sabun dan air
mengalir, lalu keringkan.

Pemeriksan plasenta,selaput ketuban dan tali pusat:


 Sangat penting dilakukan inspeksi dan penilaian sebelum menangani penjahitan luka jalan lahir
atau episiotomi
 Jika ditemukan ada fragmen atau bagian dari plasenta yang kurang atau terdapat retensio fragmen
plasenta dll dapat dilakukan eksplorasi karena bila tidak dapat menyebabkan perdarahan
 Segera dilakukan segera setelah plasenta lahir
 Lakukan pengecekan kontraksi uterus kembali sebelum melakukan penjahitan
 Dilakukaan segera setelah penilaian dan inspeksi plasenta
 Siapkan penjahitan dan sedikit demi sedikit lakukan perbaikan berdasarkan bentuk luka
.
B.Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III:
Perdarahan pada kala III:
 Atonia uteri
Pengertian :
Keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menuntup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir
.Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan :
- Melakukan manajemen aktif kala III pada ibu bersalin  dapat menurunkan HPP.
- Pemberian misoprostol per anal : 2-3 tablet (400-600 gr) segera setelah bayi lahir

Faktor Predisposisi
- Regangan rahim berlebihan (gemelli , polihidramnion, anak terlalu besar)
- Kehamilan grademulti
- Kelelahan karena partus lama / partus kasep
- Ibu dengan keadaan umum yang jelek: anemis atau menderita penyakit menahun.
- Mioma uteri yang mengganggu konstraksi rahim
- Infeksi intra uterin ( Korioamnionitis

Diagnosis
Perdarahan masih aktif dan banyak setelah bayi dan plasenta lahir, bergumpal, fundus uteri masih
setinggi pusat / lebih, dengan kontraksi lembek.

Tindakan
- Sikap trendelenburg, memasang infus dan memberi O2
- Merangsang kontraksi uterus dengan cara
Masase fundus uteri dan merangsang punting susu
Pemberian oksitosin (IM , IV )
Pemberian Misoprostol 800 – 1000mg / rectal

67
Memasang tampon kasa utero vaginal  tidak dianjurkan dan bersifat sementara sebelum
tindakan bedah ke RS
- Bila semua tindakan gagal, dilakukan hiterektomi.

 Retensio Plasenta
Pengertian
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus ½ jam setelah anak lahir.

Etiologi
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena plasenta tumbuh melekat lebih dalam .
Menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi 5 bagian
:
- P. Normal : Melekat pada endometrium tak
sampai membran basal
- P. Adhesiva : Melekat erat pada endometrium
tak sampai membran basal
- P. Akreta : Melekat pada endometrium
menembus membran basal
- P. Inkreta : Melekat atau menembus
myometrium
- P. Perkreta : Melekat atau menembus
serosum atau peritoneum
2. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim
akibat kesalahan penanganan kala III yanga akan menghalangi plasenta keluar (plasenta
inkarserata).
- Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan , tetapi bila sebagian
plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan hrs segera dikeluarkan.
- Plasenta mungkin tidak dapat keluar karena : kandung kemih atau rektum penuh, harus
dikosongkan.

Penanganan (Sikap Bidan


- Jika plasenta terlihat dalam vagina, minta ibu untuk mengejan
- Kosongkan kandung kemih/ rektum
- Jika plasenta belum keluar, injeksi oxytosin 10 unit IM
- Jika plasenta belum keluar setelah 30 menit lakukan pemeriksaan tali pusat terkendali :
berhasil : berarti sudah teratasi gagal : rujuk tindakan di RS  Perbaikan KU
(infus tranfusi, antibiotik)
Plasenta manual
 Histerektomi

 Robekan Jalan Lahir


- Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum karena VE atau
versi ekstraksi. Robekan bisa ringan (lecet) luka episiotomy (dari robekan derajat ringan sampai
ruptur perineum totalis (sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina, serviks, daerah
sekitar klitoris, urethra dan yang terberat : ruptur uteri.
- Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya karena adanya robekan atau sisa
plasenta.
- Penanganan: cari sumber perdarahan dengan inspeksi pada vulva, vagina, serviks dengan
memakai spekulum untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah: yang merah

68
segar dan pulsatif sesuai denyut nadi, jangan memimpin persalinan jika pembukaan serviks
belum lengkap.
Semua sumber perdarahan yang terbuka harus diklem, diikat dan luka ditutup dengan
jahitan cat-qut lapis demi lapis sp. perdarahan berhenti
Tehnik penjahitan memerlukan asisten, anesthesi lokal, lampu serta spekulum.

Prosedur pelaksanaan
No Langkah kerja Gambar
I. Penjahitan luka perineum tk. II
PERSIAPAN
1. Siapkan alat dan bahan
yang diperlukan untuk
menjahit luka perineum.

2. Pakai schort sebagai upaya


pencegahan infeksi.

3. Cuci tangan dengan sabun dan air


mengalir lalu keringkan dengan
handuk bersih dan kering.

4. Pakai sarung tangan pada kedua tangan


anda.

5. Bantu ibu mengambil posisi litotomi


sehingga bokongnya berada di tepi
tempat tidur atau meja. Topang
kakinya dengan alat penopang atau
minta anggota keluarga untuk
memegang kaki ibu tetap berada pada
posisi litotomi.

6. Tempatkan handuk atau kain bersih di


bawah bokong ibu.

7. Jika mungkin tempatkan lampu


sedemikian rupa sehingga perineum
bisa dilihat dengan jelas.

69
8. Duduk dengan posisi santai dan
nyaman sehingga luka bisa dengan
mudah dilihat dan penjahitan bisa
dilakukan tanpa kesulitan.
9.
Gunakan kasa DTT untuk menyeka
vulva, vagina dan perineum ibu
dengan lembut, bersihkan darah atau
bekuan darah yang ada sambil menilai
dalam dan luasnya luka. Pastikan
bahwa laserasi/sayatan perineum
hanya merupakan derajat I/II.
Anestesi Lokal
10. Jelaskan pada ibu apa yang akan anda
lakukan dan Bantu ibu merasa santai.

11. Hisap 10 ml lidokain 1% ke dalam spuit


10 ml. (Jika tidak tersedia lidokain 1%,
buat dengan lidokain 2% :
Aquadest => 1 : 1).

12. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok


laserasi / sayatan lalu tarik jarum
sepanjang tepi luka ( ke arah bawah di
antara mukosa dan kulit perineum).
13.
Aspirasi (tarik pendorong tabung
suntik) untuk memastikan bahwa
jarum tidak berada di dalam
pembuluh darah. Jika darah masuk ke
tabung suntik, jangan suntikkan
lidokain dan tarik jarum seluruhnya.
Pindahkan posisi jarum dan suntikkan
kembali.

14. Suntikkan anestesi sejajar dengan


permukaan luka pada saat jarum
suntik ditarik perlahan-lahan.

15.
Tarik jarum hingga sampai ke bawah
tempat di mana jarum tersebut
disuntikkan

70
16. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas
tengah luka dan ulangi langkah ke-
14. Tusukkan jarum untuk ketiga
kalinya dan sekali lagi ulangi langkah
ke-14 sehingga tiga garis di satu sisi
luka mendapatkan anestesi lokal.
Ulangi proses ini di sisi lain dari luka
tersebut. Setiap sisi luka akan
memerlukan kurang lebih 5 ml
lidokain 1% untuk mendapatkan
anestesi yang cukup.

17 PENJAHITAN
Chek apakah masih terasa sakit atau
tidak daerah teranestesi dengan
sedikit cubitan menggunakan pincet.

18 Tempatkan jarum pada pemegang


jarum (nald foedeer) dengan sudut 90
derajat, dan jepit jarum tersebut
hingga kuat.
19
Pasang benang catgut sesuai panjang
luka pada jarum.
20 Bila sudah tidak terasa sakit, pasang
bola tampon bila perlu agar saat
penjahitan tidak terganggu oleh aliran
darah.

21 Buat jahitan pertama 1 cm di atas


ujung laserasi di bagian dalam vagina.
Setelah membuat tusukan pertama,
buat ikatan dan potong pendek
benang yang tanpa jarum.
22 Tutup mukosa vagina dengan jahitan
jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin
himen.

71
23 Tepat sebelum cincin himen,
masukkan jarum ke dalam mukosa
vagina dari belakang cincin hymen
hingga menembus luka robekan
perineum.
Periksa bagian antara jarum di
perineum dan bagian atas laserasi.
Perhatikan seberapa dekat jarum ke
puncak luka.
24 Teruskan jahitan jelujur pada luka
perineum, hingga mencapai bagian
bawah laserasi.

Pastikan bahwa jarak setiap jahitan


jahitan sama dan otot yang terluka
telah dijahit. Jika laserasi meluas ke
edalam otot, mungkin perlu untuk
melakukan satu atau dua lapis jahitan
terputus-putus untuk menghentikan
perdarahan dan / atau mendekatkan
jaringan tubuh secara efektif.
25 Setelah mencapai ujung laserasi, ganti
jarum dengan jarum kulit dan jahit
jaringan subkutis kanan dan kiri
dengan mengarahkan jarum ke atas
menggunakan jahitan jelujur untuk
menutup lapisan subkutikuler.
Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis
kedua. Periksa lubang bekas jarum.
Jahitan lapis kedua ini akan
meninggalkan luka yang tetap terbuka
berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini
akan menutup dengan sendirinya
pada saat penyembuhan luka.
26 Tusukkan jarum dari robekan
perineum ke dalam vagina. Jarum
harus keluar dari belakang cincin
himen.Ikat benang dengan membuat
simpul di dalam vagina. Potong ujung
benang dan sisakan sekitar 1,5 cm, jika
terlalu pendek simpul akan longgar.

72
27 Ulangi pemeriksaan vagina dengan
lembut untuk memastikan bahwa
tidak ada kasa atau peralatan yang
tertinggal di dalam. Dengan lembut
masukkan jari telunjuk ke dalam
rectum dan rabalah dinding atas
rectum.

28 Jika ada jahitan yang teraba, ulangi


pemeriksaan rectum enam minggu
pasca persalinan. Jika penyembuhan
belum sempurna (misalkan ada fistula
rektovaginal atau jika ibu melaporkan
inkontensia alvi atau feses), ibu segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

29 Cuci daerah genetal dengan lembut


dengan sabun dan air DTT, kemudian
keringkan. Bantu ibu mencari posisi
yang lebih nyaman.

30 Sebelum melepas sarung


tangan, buang sisa bahan bekas
kedalam tempat sampah.
- Letakkan alat-alat ke dalam larutan
klorin selama 10 menit.
- Rendam sarung tangan dengan
memasukkan kedalam larutan klorin
secara terbalik selama 10 menit lalu
cuci.
- Cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir lalu keringkan dengan
handuk
31 Rapikan ibu dan nasehati ibu untuk :
- menjaga perineumnya selalu bersih
dan kering
- hindari penggunaan obat-obatan
tradisional pada perineumnya
- cuci perineumnya dengan sabun dan
air bersih yang mengalir tiga sampai
empat kali per hari.
Kembali dalam seminggu untuk
memeriksa penyembuhan lukanya.
Ibu harus kembali lebih awal jika ia

73
mengalami demam atau
mengeluarkan cairan yang berbau
busuk dari daerah lukanya atau jika
daerah tersebut menjadi lebih nyeri.
Tindakan-tindakan kala III:
Kompresi Bimanual Interna:
Prosedur Pelaksanaan

NO Langkah kerja Gambar


1. Cuci tangan

2. Pakai sarung tangan DTT

3. Bersihkan bekuan darah dan atau


selaput ketuban dari vagina dan
saluran serviks

4. Pastikan kandung kemih


ibu kosong.

Jika penuh atau dapat dipalpasi,


lakukan kateterisasi menggunakan
teknik aseptik

5. Letakkan satu tangan pada dinding


uterus untuk menekan bagian
belakang uterus.

74
6. Masukkan tangan yang lain secara
obstetric hand. Kepalkan tangan dan
letakkan pada fornik anterior dan
tekan dinding anterior uterus.

Lakukan kompresi bimanual 5


menit. Jika uterus sudah
berkontraksi, pertahankan dulu
selama 2 menit

7. Keluarkan tangan perlahan-lahan


dengan mengubah kepalan menjadi
tangan obstetric

8. Masukkan kedua tangan ke dalam


wadah yang berisi larutan klorin 0,5
%.
Bersihkan sarung tangan dari darah
atau cairan tubuh pasien.

9. Lepaskan sarung tangan secara


terbalik dan rendam dalam wadah
tersebut. (hati-hati agar tidak
tersentuh permukaan kulit tangan)

10. Cuci tangan di bawah air mengalir


dengan sabun dan keringkan

75
Kompresi Bimanual Eksterna
Prosedur Pelaksanaan

NO Langkah kerja Gambar


1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
untuk melakukan tindakan kompresi
bimanual eksterna

2. Cuci tangan dengan sabun dibawah air


mengalir dan keringkan

3. Pakai sarung tangan DTT

4. Letakkan satu tangan pada abdomen di


depan uterus tepat berada pada simfisis
pubis

5. Letakkan tangan yang lain pada dinding


abdomen (sejajar dengan fundus uteri).

Usahakan memegang bagian belakang


uterus sebesar mungkin

6. Rapatkan kedua tangan sambil melakukan


kompresi pembuluh darah di dinding
uterus dengan cara menekan uterus
diantara kedua tangan.

Ini akan membantu uterus berkontraksi


dan menekan pembuluh darah

76
7. Masukkan kedua tangan ke dalam wadah
yang berisi larutan klorin 0,5 %.
Bersihkan sarung tangan dari darah atau
cairan tubuh pasien.

8. Lepaskan sarung tangan secara terbalik


dan rendam dalam wadah tersebut.
(hatihati agar tidak tersentuh permukaan
kulit tangan)

9. Cuci tangan di bawah air mengalir


dengan sabun dan keringkan

Manual Plasenta:
Prosedur Pelaksanaan

NO Langkah kerja Gambar


1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
untuk melakukan tindakan manual plasenta

2. Cuci tangan dengan sabun dibawah air


mengalir dan keringkan

3. Pakai sarung tangan DTT

4. Bersihkan daerah sekitar vagina dan


perineum dengan larutan antiseptik,
dimana satu sisi kapas untuk satu usapan
atau dengan menyemprotkan bethadin

77
5. Masukkan tangan kanan ke dalam vagina
secara obstetrik dengan membentuk suatu
kerucut dengan menyatukan jari tangan
ketika masuk ke dalam vagina, sementara
tangan kiri memegang tali pusat dengan
gerakan putaran yang perlahan, selusuri
serviks sampai tangan masuk ke kavum
uteri.

6. Lepaskan pegangan pada tali pusat dan


pindahkan tangan kiri untuk memegang
fundus uteri dari luar untuk mencegah
pergerakan uterus dan membantu uterus
berkontraksi

7. Raba plasenta dari pinggir, selipkan sisi


ulnar tangan kanan diantara pinggiran
plasenta dan dinding uterus dengan
telapak tangan menghadap ke plasenta,
pakailah gerakan mengikis ke samping
untuk melepaskan plasenta

8. Bila seluruh plasenta telah lepas dan


berada pada telapak tangan, lakukan
masase dari luar dengan tangan kiri agar
uterus berkontraksi

9. Tarik secara hati-hati plasenta dengan


tangan kanan pada waktu uterus
berkontraksi

10. Periksa plasenta dan pastikan


kelengkapannya

11. Lakukan eksplorasi kavum uteri dengan


tangan kanan untuk memastikan tidak
adanya ketinggalan sisa plasenta

78
12. Berikan 0,2 mg ergometrin secara
intramuskuler untuk membantu uterus
berkontraksi

13. Masukkan kedua tangan ke dalam wadah


yang berisi larutan klorin 0,5 %.
Bersihkan sarung tangan dari darah atau
cairan tubuh pasien.

14. Lepaskan sarung tangan secara terbalik


dan rendam dalam wadah tersebut. (hati-
hati agar tidak tersentuh permukaan kulit
tangan)

79
BAGIAN 8

Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala IV


A.Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala IV
Pengertian
Masa nifas adalah : masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil.
Involusi alat-alat kandungan
1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
2. Bekas inplantasi uri: plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri
dengan. Diameter 7,5 cm.Seudah 2 mg. menjadi 3,5 cm,mg. ke 6:2,4 cm dan akhirnya pulih.
3. Luka2 pada jln. Lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
4. Rasa sakit yang disebut after pains, disebabkan kontraksi rahim,biasanya berlangsung 2-4 hari
pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu tentang. Hal ini dan bila terlalu
mengganggu dapat diberikan obat2 anti sakit dan anti mules.
5. Lochea adalah : cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
 Lochea rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa2 selaput ketuban, sel2 desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum, selama 2 hari masa persalinan.
 Lochea senguinolenta:berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
 Lochea serosa : berwarna kuning, tidak ada darah lagi, pada hari ke7-14 pasca
persalinan.
 Lochea alba: cairan putih, setelah 2 mg.

A. ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA IV

FISIOLOGI KALA IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot – otot uterus
berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman – anyaman otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah palsenta dilahirkan.

EVALUASI UTERUS
Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.
Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi
uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras.
Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan
terjadi atonia uteri.

PEMERIKSAAN SERVIKS, VAGINA DAN


PERINIUM
1.SERVIKS
Perubahan yang terjadi pada serviks adalah serviks agak menganga seperti corong. Bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan srviks tidak
berkontraksi sehingga seolah- olah ada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk
semacam cincin. Dilihat dari warnanya serviks menjadi merah kehitam- hitaman karena
penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan serviks masih
bias dimasuki oleh tangan pemeriksa, tetapi setelah 2 jam hanya bias dimasuki 2-3 jari.

80
2 .VAGINA DAN PERINEUM
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi
perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas :
 Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada derajat I ini
tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan.
 Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum.
Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur  Derajat III
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot
spingter ani external.
 Derajat IV
=derajat III ditambah dinding rectum anterior
.
Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan t
teknik dan prosedur khusus.

PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT


Selama dua jam pertama pascapersalinan :
 Pantau tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi
setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua.
Jika ada temuan yang tidak normal lakukan observasi dan penilaian secara lebih
sering
 Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam satu
jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua. Jika ada temuan yang tidak
normal tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian.
 Pantau suhu tubuh ibu 1x setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. Jika
suhu tubuh meningkat pantau lebih sering
 Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua
 Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus juga
bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek
 Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan Bantu ibu untuk
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar
nyamandengan cara duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar
tubuh dan kepala bayi diselimuti dengan baik, berikan bayi kepada ibu dan anjurkan
untuk dipeluk dan diberi ASI.
 Lengkapi dengan asuhan esensial bagi bayi baru lahir. Periksa banyaknya urine setiap
15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30
menit pada satu jam kedua

PERKIRAAN DARAH YANG HILANG


Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut dan
memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bias dipenuhi darah tersebut. Jika
darah bias mengisi 2 botol artinya ibu telah kehilangan 1 lt darah. Memperkirakan kehilangan
darah hanyalah sal;ah satu cara u ntuk menilai kondisi ibu. Upaya yang lebih penting adalah
dengan memeriksa ibu secara berkala dan lebih sering selama kala IV dan menilai kehilangan
darahnya dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan
jumlah perdarahan lanjutan dan menilai.

81
B. Melakukan penjahitan luka episiotomi/laserasi

PROSEDUR PELAKSANAAN

NO LANGKAH KERJA GAMBAR


I. P ENJAHITAN LUKA PERINEUM TK. II
PERSIAPAN
1. Siapkan alat dan bahan
yang diperlukan untuk
menjahit luka perineum.

2. Pakai schort sebagai


upaya pencegahan
infeksi.

3. Cuci tangan dengan


sabun dan air mengalir
lalu keringkan dengan
handuk bersih dan
kering.

4. Pakai sarung tangan


pada kedua tangan
anda.

82
5. Bantu ibu mengambil
posisi litotomi
sehingga bokongnya
berada di tepi tempat
tidur atau meja.
Topang kakinya
dengan alat penopang
atau minta anggota
6. keluarga untuk
memegang kaki ibu
tetap berada pada
posisi litotomi.
Tempatkan handuk atau
kain bersih di bawah
bokong ibu.

7. Jika mungkin tempatkan


lampu sedemikian rupa
sehingga perineum bisa
dilihat dengan jelas.

8. Duduk dengan posisi


santai dan nyaman
sehingga luka bisa dengan

mudah dilihat dan


9. penjahitan bisa dilakukan
tanpa kesulitan.

Gunakan kasa DTT untuk


menyeka vulva, vagina
dan perineum ibu dengan
lembut, bersihkan darah
atau bekuan darah yang
ada sambil menilai dalam
dan luasnya luka. Pastikan
bahwa laserasi/sayatan
perineum hanya
merupakan derajat I/II.

83
ANESTESI LOKAL
10. Jelaskan pada ibu apa
yang akan anda lakukan
dan Bantu ibu merasa
santai.
11.

Hisap 10 ml lidokain 1%
ke dalam spuit 10 ml.
(Jika tidak tersedia
lidokain 1%, buat dengan
lidokain 2% :
Aquadest => 1 : 1).

12. Tusukkan jarum ke ujung


atau pojok laserasi /
sayatan lalu tarik jarum
sepanjang tepi luka ( ke
arah bawah di antara
mukosa dan kulit
perineum).

13.
Aspirasi (tarik pendorong
tabung suntik) untuk
memastikan bahwa jarum
tidak berada di dalam
pembuluh darah. Jika
darah masuk ke tabung
suntik, jangan suntikkan
lidokain dan tarik jarum
seluruhnya. Pindahkan
posisi jarum dan
suntikkan kembali.

14. Suntikkan anestesi sejajar


dengan permukaan luka
pada saat jarum suntik
ditarik perlahan-lahan.

84
15. Tarik jarum hingga sampai
ke bawah tempat di mana
jarum tersebut
disuntikkan

16. Arahkan lagi jarum ke


daerah di atas tengah
luka dan ulangi langkah
ke-14. Tusukkan jarum
untuk ketiga kalinya dan
sekali lagi ulangi langkah
ke-14 sehingga tiga garis
di satu sisi luka
mendapatkan anestesi
lokal. Ulangi proses ini di
sisi lain dari luka tersebut.
Setiap sisi luka akan
memerlukan kurang lebih
5 ml lidokain 1% untuk
mendapatkan anestesi
yang cukup.

PENJAHITAN
Chek apakah masih terasa
17 sakit atau tidak daerah
teranestesi dengan sedikit
cubitan menggunakan
pincet.
18
Tempatkan jarum pada
pemegang jarum (nald
foedeer) dengan sudut 90
derajat, dan jepit jarum
tersebut hingga kuat.

19 Pasang benang catgut


sesuai panjang luka pada
jarum.

85
20 Bila sudah tidak terasa
sakit, pasang bola tampon
bila perlu agar saat
penjahitan tidak
terganggu oleh aliran
darah.

21 Buat jahitan pertama 1 cm di


atas ujung laserasi di bagian dalam
vagina. Setelah membuat tusukan
pertama, buat ikatan dan potong
pendek benang yang tanpa jarum.

22 Tutup mukosa vagina dengan


jahitan jelujur, jahit ke bawah ke
arah cincin himen.

23 Tepat sebelum cincin himen,


masukkan jarum ke dalam mukosa
vagina dari belakang cincin hymen
hingga menembus luka robekan
perineum.

Periksa bagian antara jarum di


perineum dan bagian atas laserasi.
Perhatikan seberapa dekat jarum
ke puncak luka.

86
24 Teruskan jahitan jelujur pada luka
perineum, hingga mencapai bagian
bawah laserasi.

Pastikan bahwa jarak setiap jahitan


jahitan sama dan otot yang terluka
telah dijahit. Jika laserasi meluas
ke edalam otot, mungkin perlu
untuk melakukan satu atau dua
lapis jahitan terputus-putus untuk
menghentikan perdarahan dan /
atau mendekatkan jaringan tubuh
secara efektif.
25 Setelah mencapai ujung laserasi,
ganti jarum dengan jarum kulit dan
jahit jaringan subkutis kanan dan
kiri dengan mengarahkan jarum ke
atas menggunakan
jahitan jelujur untuk menutup
lapisan subkutikuler.

Jahitan ini akan menjadi jahitan


lapis kedua. Periksa lubang bekas
jarum. Jahitan lapis kedua ini akan
meninggalkan luka yang tetap
terbuka berukuran 0,5 cm atau
kurang. Luka ini akan menutup
dengan sendirinya pada saat
penyembuhan luka.

26 Tusukkan jarum dari robekan


perineum ke dalam vagina. Jarum
harus keluar dari belakang cincin
himen.

Ikat benang dengan membuat


simpul di dalam vagina. Potong
ujung benang dan sisakan sekitar
1,5 cm, jika terlalu pendek simpul
akan longgar.

87
27 Ulangi pemeriksaan vagina dengan
lembut untuk memastikan bahwa
tidak ada kasa atau peralatan yang
tertinggal di dalam.
28
Dengan lembut masukkan jari
telunjuk ke dalam rectum dan
rabalah dinding atas rectum.
Jika ada jahitan yang teraba, ulangi
pemeriksaan rectum enam minggu
pasca persalinan. Jika
penyembuhan belum sempurna
(misalkan ada fistula rektovaginal
atau jika ibu melaporkan
inkontensia alvi atau feses), ibu
segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan.
29 Cuci daerah genetal dengan lembut
dengan sabun dan air DTT,
kemudian keringkan. Bantu ibu
mencari posisi yang lebih nyaman.

30 Sebelum melepas sarung tangan,


buang sisa bahan bekas kedalam
tempat sampah.
- Letakkan alat-alat ke dalam
larutan klorin selama 10 menit.
- Rendam sarung tangan dengan
memasukkan kedalam larutan
klorin secara terbalik selama 10
menit lalu cuci.
- Cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir lalu keringkan dengan
handuk
31 Rapikan ibu dan nasehati ibu untuk
:
- menjaga perineumnya selalu

88
bersih dan kering
- hindari penggunaan obat-obatan
tradisional pada perineumnya
- cuci perineumnya dengan sabun
dan air bersih yang mengalir tiga
sampai empat kali per hari.
Kembali dalam seminggu untuk
memeriksa penyembuhan lukanya.
Ibu harus kembali lebih awal jika ia
mengalami demam atau
mengeluarkan cairan yang berbau
busuk dari daerah lukanya atau jika
daerah tersebut menjadi lebih
nyeri.

C. Pemantauan selama kala IV=Pemantauan dan evluasi


lanjut sebelumnya(diatas)

89
Daftar Pustaka
Saifudin,A.B.,2001.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Saifudan,A.B.,2002.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO,2001. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Intrapartum, MNH: Jakarta
Mochtar,R.,1998.Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi.Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Prawirohardjo,S.1999.Ilmu Kebidanan Operatif, YBPSP.
Jakarta. Balaskas, J., 1997, Easy Exercises for Pregnancy,
Harper Collins Publishing Ltd. London
Bobak and Jansen, 1984, Essential of Maternity Nursing, Mosby Company
JNPK-KR, 2002, Buku Acuan Persalinan Normal. Jaringan
Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi, Jakarta
Klein, 1995, A Book for Midwife
Penny Smikin, 1991, Pregnancy Childbirth and The Newborn:
The Complete Guide
Prawirohardjo, S., 1997, Ilmu Kebidanan, YBPSP. Jakarta Prawirohardjo, S., 1999, Ilmu Kebidanan
Operatif, YBPSP. Jakarta
Saifudin, A.B., 2002, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Seller, P.M., 2000, Midwifery, Vol. 1 dan 2, 1st Edition, Juta &
Co.Ltd, Cape Town

90

Anda mungkin juga menyukai