Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN SAMPUL

MAKALAH

“DEBU DI TEMPAT KERJA”

(Ditujukan untuk tugas mata kuliah Higiene Industri)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8

Anggota

ANALIA J1A117161

NURHADISA J1A117102

WINANDELA B. V. LAWALATA J1A117161

WA ODE KHOFIFAH ENDARWATI J1A117

KELAS K3

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunianya sehingga karya tulis makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan yang waktu diharapkan.

Dalamrangkapenulisankaryatulisilmiahini, penulis mencoba merumuskan


sebuah karya tulis yang membahas tentang “Debu Di Tempat Kerja”. Semua
bahan yang berkaitan mengenai pembahasan ini penulis coba sajikan secara
sistematis, sehingga diharapkan menjadi sebuah makalah yang komperhensif.

Seperti peribahasa “Tak ada gading yang tak retak” oleh karena itu penulis
menyadari bahwa makalah yang disusun ini belum bisa sepenuhnya dikatakan
sempurna. Kritik dan saran yang sekiranya dapat menyempurnakan makalah ini
sangat penulis harapkan dan penulis selalu terbuka untuk dikritik demi kemajuan
selanjutnya yang lebih baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


sehingga dapat terselesaikannya karya tulis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas amal baik dan senantiasa memberikan kemudahan dalam menjalankan
perintah-Nya. Amin.

Penulis

Kendari, Februari 2019

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
1.3 Tujuan Dan Manfaat ........................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................................... 7
2.1 Definisi Debu ...................................................................................................... 7
2.2 Sifat-Sifat Debu .................................................................................................. 8
2.3 Jenis Debu ........................................................................................................... 9
2.4 Konsentrasi dan Ukuran Debu .......................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................ 12
3.1 Mekanisme Timbulnya Debu dalam Paru-Paru ................................................ 12
3.2 Efek Debu Terhadap Pernapasan ...................................................................... 13
3.3 Dampak dan Penyakit Akibat Paparan Debu .................................................... 14
3.4 Evaluasi-Evaluasi Faktor Debu di Lingkungan Kerja ...................................... 19
3.5 Upaya Pengendalian Debu di Lingkungan Kerja .............................................. 21
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 23
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24
LAMPIRAN...................................................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan sektor industri di Indonesia semakin meningkat dan
berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini sejalan
dengan peningkatan antara ekonomi negara. Keadaan seperti ini mendorong
adanya penggunaan bahan–bahan, mesin–mesin atau pun peralatan yang canggih
dalam proses produksi baik jenis maupun jumlahnya.

Peningkatan dan perkembangan pembangunan dalam sektor industri


memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak negatif pada tenaga kerja
salah satunya adalah timbulnya gangguan pada saluran pernafasan karena terpapar
oleh bahan yang dihasilkan selama proses produksi seperti debu.

Manusia memerlukan udara untuk bernapas dan melaksanakan


matabolisme dalam tubuh yang nantinya menghasilkan energi yang digunakan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Dalam udara yang kita hirup, tidak selamanya bersih. Kadang kala udara
tersebut terkandung partikel pencemar yang disebut polutan. Salah satu polutan
tersebut ialah berupa butiran debu yang banyak ditemukan pada industri.

Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan


kerigian besar. Tempat keja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat
menyebabkan berkurangnya kenyamanan kerja, gangguan pengelihatan, gangguan
fungsi paru-paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Apabila debu-
debu yang ada pada ruangan kerja yang konsentrasinya melebihi Buku Mutu
Udara Ambien Nasional maka hal ini akan menimbulkan gangguan kesehatan
pada karyawan. Untuk itu perlu adanya keseimbangan dan keselarasan antara
manusia dan lingkungan kerjanya.

4
Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor
dalam pekerjaan bisa dihindarkan, asal saja dan pimpinan perusahaan ada
kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundang-undangan tidak aka nada
faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapan
perundangan-undangan itu, juga apabila para pekerja tidak mengambil peranan
penting dalam menghindarkan gangguan-gangguan tersebut. Cara mencegah
gangguan tersebut adalah dengan cara substitusi ventilasi umum, ventilasi keluar
setempat (local exhauster), isolasi, alat pelindung diri, pemeriksaan kesehatan
kerja, pendidika tentang kesehatan dan keseklamatan kepada pekerja secara
kontinyu. (Suma’mur, 1996 : 52).

Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf


hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada masyarakat. Salah
satu dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja dan masyarakat di sekitar
daerah perindustrian. Hal ini disebabkan pencemaran udara akibat proses
pengolahan atau hasil industri tersebut. Berbagai zat dapat mencemari udara
seperti debu batubara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun, dan lain-
lain. Selain itu pula, pada lingkungan tersebut banyak melibatkan proses mekanis.

Tergantung dari jenis paparan yang terhisap, berbagai penyakit paru dapat
timbul pada para pekerja. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu terhadap
paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi dan melakukan
usaha pencegahan.

Menurut International Labor Organization (ILO), setiap hari terjadi 1.1


juta kematian yang disebakan karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan
pekerjaan. Dari data ILO tahun 1999, penyakit saluran pernapasaan merupakan
salah satu penyebab kematian yang angkanya mencapai 21%. Di USA penyakit
paru akibat kerja merupakan penyakit akibat kerja nomer satu yang dikaitkan
dengan frekuensi, tingkat keparahan dan kemampuan pencegahannya. Biasanya
disebabkan oleh paparan, iritasi atau bahan toksik yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan akut maupun kronis. Pada tahun 2002 tercatat 294.500

5
kasus baru. Sedangkan di Indonesia penyakit atau gangguan paru akibat kerja
disebabkan oleh debu dan angka ini diperkirakan cukup banyak (Widjasesana,
2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme timbulnya debu dalam paru-paru ?
2. Bagaimanakah efek debu terhadap pernapasan ?
3. Apa saja penyakit akibat paparan debu ?
4. Apa saja evaluasi faktor debu di lingkungan kerja ?
5. Apa saja upaya pengendalian debu di lingkungan kerja ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat


1. Untuk mengetahui mekanisme timbulnya debu dalam paru-paru.
2. Untuk mengetahui efek debu terhadap pernapasan.
3. Untuk mengetahui penyakit akibat paparan debu.
4. Untuk mengetahui evaluasi-evaluasi faktor debu di lingkungan kerja.
5. Untuk mengetahui upaya pengendalian debu di lingkungan kerja.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Debu


Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikal
yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan ukuran 1
mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik dalam
maupun di ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu sering dijadikan
salah satu indicator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat
bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap keselamatan kerja, Iwan
(2013) .

Menurut “The Glossary of Atmospheric Chemistry Terms" (IUPAC,


2001), debu adalah partikel kecil, padat dan kering yang diproyeksikan ke udara
oleh kekuatan alam seperti angin, dan letusan gunung berapi, atau oleh proses
mekanis buatan manusia seperti proses menghancurkan, menggiling, pengeboran,
pembongkaran, menyekop, penyaluran, pengayakan, pembungkusan, dan
penyapuan. Partikel debu ini diameternya terdiri dari berbagai ukuran mulai dari 1
µm sampai 100 µm dan menetap perlahan dibawah pengaruh gravitasi bumi.

Sementara itu menurut Mine Safety and Health Administration (MSHA,


1999), debu atau dust adalah partikel padat yang berukuran sangat kecil berukuran
1 sampai 500 mikron yang dibawa oleh udara. Partikel-partikel kecil ini dibentuk
oleh suatu proses disintegrasi atau fraktur seperti penggilingan, penghancuran atau
pemukulan terhadap benda padat. Debu sebagai padatan halus yang tersuspensi
diudara yang tidak mengalami perubahan secara kimia atau pun fisika dari bahan
padatan aslinya.

Debu industry yang terdapat di udara dibagi menjadi menjadi 2, yaitu :

a. Deposit Particulate Matter


Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya

7
sementara di udara. Partikel ini akan segera mengendap karena
daya tarik bumi.
b. Suspended Particulate Matter
Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di
udara dan tidak mudah mengendap. (Pudjiastuti, 2002)

Menurut Suma’Mur (1996: 104), debu adalah partikel-partikel zat padat


yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti
pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan
dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik Secara fisik
debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar yaitu dust udara
aerosol. Debu terdiri dari 2 golongan, yaitu padat dan cair.

Debu yang terdiri atas partikel-partikel padat dapat menjadi 3 macam :


a. Dust
Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang submikroskopik
sampai yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran yang
bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan, umumnya lebih kecil
dari 100 mikron dan bersifat dapat terhirup ke dalam paru-paru
b. Fumes
Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena
kondensasi dari bentuk gas, biasannya sesudah penguapan benda
padat yang dipijarkan dan lain-lain dan biasanya disertai dengan
oksidasi kimiawi sehingga terjadi zat-zat seperti logam
(Cadmium) dan timbal (Plumbum).
c. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik
yang tidak sempurna dan berukuran sekitar 0,5 mikron.

2.2 Sifat-Sifat Debu


Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris,

8
tidak berdifusi, dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer
lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku atau hasil produksi
(Depkes RI, 1994).
Sifat-sifat debu adalah sebagai berikut :

a. Sifat Pengendapan
Yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi
bumi. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel
yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.
b. Permukaan cenderung selalu basah
Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena
permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat
ini menjadi penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat
kerja.
c. Sifat Penggumpalan
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu
basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel
membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan
adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk
gumpalan.
d. Debu Listrik Statik
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain
yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu
mempercepat terjadinya penggumpalan.
e. Sifat Opsis
Opsis adalah partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan
sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.

2.3 Jenis Debu


Menurut macamnya, debu diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu :

9
a. Debu organik adalah debu yang berasal dari makhluk hidup (debu
kapas, debu daun-daunan, tembakau dan sebagainya).
b. Debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur
logam (Pb, Hg, Cd, dan Arsen)
c. Debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa
kompleks (SiO2, SiO3, dll).
d. Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain
debu fisik (debu tanah, batu, dan mineral), debu kimia (debu
organik dan anorganik), dan debu biologis (virus, bakteri, kista),
debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb),
debu radioaktif (uranium, plutonium), debu inert (debu yang tidak
bereaksi kimia dengan zat lain).

Menurut sifatnya, debu diklasifikasikan menjadi :


a. Inert dust
Golongan debu inert tidak menyebabkan kerusakan atau
reaksi fibrosis pada paru efeknya sangat sedikit atau tidak
sama sekali pada penghirupan normal. Reaksi jaringan pada
paru terhadap jenis debu ini adalah susunan nafas alat tetap
utuh, tidak terbentuk fibrosis di paru, reaksi jaringan potensi
dapat pulih kembali, dan tidak merupakan predisposing faktor
penyakit TBC.
b. Proliferative dust
Golongan debu proliferatif di dalam paru akan membentuk
fibrosis, fibrosis ini akan membuat pengerasan pada jaringan
alveoli sehinnga mengganggu fungsi paru.
c. Debu lain
Debu yang tidak termasuk dalam debu inert maupun debu
ganas, yaitu keluhan debu yang tidak ditahan dalam paru,
namun dapat menimbulkan efek iritasi yaitu debu bersifat
asam atau basa kuat. Efek keracunan secara umum misalnya

10
debu arsen, lead, sedangkan efek alergia khususnya debu
golongan organik.

2.4 Konsentrasi dan Ukuran Debu


Konsentrasi debu dalam udara semakin tinggi konsentrasi
kemungkinan mendapatkan keracunan semakin besar. Ukuran partikel debu
besar akan ditangkap oleh daluran nafas bagian atas. Untuk menghitung
konsentrasi debu ini dipakai alat pengukur debu Electro precipitation yaitu
yang mempergunakan aliran listrik dan Dust Midget Impinger yang
mempergunakan tenaga hisapan udara.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme Timbulnya Debu dalam Paru-Paru


a. Mekanisme Timbulnya Debu dalam Paru-paru :
1. Kelembaban dari debu yang bergerak (inertia). pada waktu udara
membelok ketika jalan pernafasan yang tidak lurus, partikel-
partikel debu yang bermasa cukup besar tidak dapat membelok
mengikuti aliran udara, tetapi terus lurus dan akhirnya menumpuk
selaput lender dan hinggap di paru-paru.
2. Pengendapan (Sedimentasi), pada bronchioli kecepatan udara
pernafasan sangat kurang, kira-kira 1 cm per detik sehingga gaya
tarik bumi dapat bekerja terhadap partikel debu dan
mengendapnya.
3. Gerak Brown, terutama partikel berukuran sekitar 0,1 μ, partikel-
partikel tersebut membentuk permukaan alveoli dan tertimbun di
paru-paru.

b. Jalan masuk dalam tubuh:


1. Inhalation adalah jalan masuk (rute) yang paling signifikan di
mana substansi yang berbahaya masuk dalam tubuh melalui
pernafasan dan dapat menyebabkan penyakit baik akut maupun
kronis.
2. Absorbtion adalah paparan debu masuk ke dalam tubuh melalui
absorbs kulit di mana ada yang tidak menyebabkan perubahan
berat pada kulit, tetapi menyebabkan kerusakan serius pada kulit.
3. Ingestion adalah jalan masuk yang melalui saluran pencernaan
(jarang terjadi).

12
3.2 Efek Debu Terhadap Pernapasan
Partikel debu melayang (Suspended Particulated Matter) adalah suatu
kumpulan senyawa dan bentuk padatan maupun cair yang tersebar di udara
dengan diameter yang sangat kecil, kurang dari 1 mikron sampai maksimal
500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan kesehatan umumnya
berkisar antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-
layang dan dapat masuk melalui saluran pernafasan.
Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam
paru-paru. Jalur yang ditempuh hidung, pharinx, tracea, bronchus, bronchioli
dan alveoli. Apa yang terjadi dengan debu ini sangat tergantung dari pada
besarnya ukuran debu.
Debu yang berukuran antara 5 ± 10 mikron bila terhisap akan tertahan dan
tertimbun pada saluran nafas bagian atas; debu yang berukuran antara 3 ± 5
mikron tertahan dan tertimbun pada saluran nafas tengah. Partikel debu dengan
ukuran 1 ± 3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya
karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis sampai alveoli.

Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di


alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1 ± 0,5 mikron berdifusi dengan gerak
Brown keluar masuk alveoli; bila membentur alveoli ia dapat tertimbun disitu.
Bila debu masuk ke dalam alveoli, jaringan mengeras, yang disebut fibrosis.
Meskipun batas debu respirabel adalah 5 mikron, tetapi debu dengan ukuran 5 ±
10 mikron dengan kadar berbeda dapat masuk ke dalam alveoli.

Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan semuanya


bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per milimeter kubik udara. Bila
jumlahnya 1.000 partikel per milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah
itu akan ditimbun dalam paru (WHO, 1993).

Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada


saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai
target organ sebagai berikut :

13
1. Partikel diameter > 5,0 mikron terkumpul di hidung dan tenggorokan.,
ini dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala
faringitis.
2. Partikel diameter 0,5 ± 5,0 mikron terkumpul di paru ± paru hingga
alveoli, ini dapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau
asma.
3. Partikel diameter < 0,5 mikron terkumpul di alveoli dan dapat
terabsorbsi ke dalam darah.

3.3 Dampak dan Penyakit Akibat Paparan Debu


a. Dampak Paparan Debu

Dampak paparan debu terhadap kesehatan manusia tidak sama, hal ini
tergantung pada faktor debu, lama paparan dan faktor tenaga kerjanya sendiri.
Faktor debu meliputi komposisi debu, ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya
larut dan sifat kimiawi. Faktor individual terdiri dari mekanisme pertahanan paru,
anatomi dan fisiologi saluran napas dan faktor imunologis.

Debu yang masuk ke dalam saluan napas, menyebabkan timbulnya reaksi


mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport
mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos di sekitar jalan napas dapat
terangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan ini terjadi biasanya bila
kadar debu melebihi nilai ambang batas. Sistem mukosilier juga mengalami
gangguan dan menyebabkan produksi lendir bertambah. Bila lendir makin banyak
atau mekanisme pengeluarannya tidak sempurna terjadi obstruksi saluran napas
sehingga resistensi jalan napas meningkat. Partikel debu yang masuk ke dalam
alveoli akan membentuk fokus dan berkumpul di bagian awal saluran limfe paru.

Lama paparan juga menentukan berat ringannya dampak paparan. Paparan


yang berlebihan atau waktu yang lama terhadap respirable dust yang berbahaya
(harmful) dapat menyebabkan penyakit pernapasan yang disebut pneumoconiosis.
Penyakit ini disebabkan oleh terkumpulnya atau menumpuknya debu mineral

14
didalam paru-paru dan merusak jaringan paru-paru. Pneumokoniosis biasanya
timbul setclah paparan bertahun-tahun. Apabila kadar debu tinggi atau kadar
silika bebas tinggi dapat terjadi silikosis akut yang bermanifestasi setelah paparan
6 bulan. Dalam masa paparan yang sama seseorang tepat mengalami kelainan
yang berat sedangkan yang lain kelainnya ringan akibat adanya kepekaan
individual. Penyakit akibat debu antara lain adalah asma kerja, bronkitis industri,
pneumokoniosis batubara, siikosis, asbestosis dan kankerparu.

Perhatian terbesar adalah efek kesehatan pada pekerja karena mereka


terpapar secara berlebihan terhadap debu yang membahayakan. Oleh karena itu
untuk mengevaluasi tingkat bahaya kesehatan ditempat kerja, American
Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) telah mengadopsi
sejumlah standar threshold limit values (TLV’s) atau nilai ambang batas (NAB).

Nilai TLV digunakan sebagai pentunjuk atau guidance untuk


mengevaluasi bahaya kesehatan. Nilai TLV(NAB) adalah nilai batas paparan
selama 8 jam kerja dimana tidak ada efek kesehatan yang ditimbulkan. MSHA
menggunakan nilai TLV untuk mengevaluasi kesehatan.

b. Penyakit akibat paparan debu


1. Pneumokoniosis Pekerja Tambang Batubara

Penyakit terjadi akibat penumpukan debu batubara di paru dan


menimbulkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Penyakit ini terjadi bila
paparan cukup lama, biasanya setelah pekerja terpapar lebih daii 10 tahun.
Berdasarkan gambaran foto toraks dibedakan atas bentuk simple dan complicated.
Simple Coal Workers Pneumoconiosis (Simple CWP) terjadi karena inhalasi debu
batubara saja. Gejalanya hampir tidak ada; bila paparan tidak berlanjut maka
penyakit ini tidak akan memburuk. Fibrosis biasanya terjadi karena satuatau lebih
faktor berikut:

1. terdapat silika bebas dalam debu batubara,


2. konsentrasi debu yang sangat tinggi,
3. infeksi mycobacterium tuberculosis atau atipik,

15
4. imunologi penderita buruk.

Gejala awal biasanya tidak khas. Batuk dan sputum menjadi lebih sering,
dahak berwarna hitam (melanoptisis). Kerusakan yang luas menimbulkan
sesak napas yang makin bertambah, pada stadium lanjut terjadi kor
hipertensi pulmonal, gagal ventrikel kanan dan gagal napas.Penelitian
pada pekerja tambang batubara di Tanjung Enim lahun 1988 menemukan
bahwa dari 1735 pekerja ditemukan 20 orang atau 1,15% yang foto
toraksnya menunjukkan gambaran pneumokoniosis.

2. Silikosis

Penyakit ini terjadi karena inhalasi dan retensi debu yang mengandung
kristalin silikon dioksida atau silika bebas (S1S2). Berbagai jenis pekerjaan yang
berisiko tinggi terkena peyakit ini antara lain :

1. pekerja tambang logam dan batubara,


2. penggali terowongan untuk membuat jalan,
3. pemotongan batu seperti untuk patung, nisan,
4. pembuat keramik dan batubara,
5. penuangan besi dan baja,
6. industri yang memakai silika sebagai bahan misalnya pabrik amplas dan
gelas,
7. pembuat gigi enamel,
8. pabrik semen.

Secara klinis terdapat 3 bentuk silikosis, yaitu silikosis akut, silikosis


kronik dan silikosis terakselerasi.

3. Asbestosis

Penyakit ini terjadi akibat inhalasi debu asbes, menimbulkan


penumokoniosis yang ditandai oleh fibrosis paru. Paparan dapat terjadi di therah

16
industri dan tambang, juga bisa timbul pada daerah sekitar pabrik atau tambang
yang udaranya terpolusi oleh debu asbes. Pekerja yang dapat terkena asbestosis
adalah yang bekerja ditambang, penggilingan, transportasi, pedagang, pekerja
kapal dan pekerja penghancur asbes. Pada stadium awal mungkin tidak ada gejala
meskipun foto toraks menunjukkan gambaran asbestosis atau penebalan pleura.
Gelaja utama adalah sesak napas yang pada awalnya terjadi pada waktu aktivitas.
Pada stadium akhir gejala yang umum adalah sesak pada saat istirahat, batuk dan
penurunan berat badan. Sesak napas terus memburuk meskipun penderita
dijauhkan dari paparan asbes; 15tahun sesudah awal penyakit biasanya terjadi
korpul monal dan kematian.

4. Bronkitis Industri

Berbagai debu industri seperti debu yang berasal dari pembakaran arang
batu, semen, keramik, besi, penghancuran logam dan batu, asbes dan silika
dengan ukuran 3-10 mikron akan ditimbun di paru. Efek yang lama dari paparan
ini menyebabkan paralisis silia, hipersekresi dan hipertrofi kelenjar
mukus.Keadaan ini meyebabkan saluran napas rentan terhadap infeksi dan timbul
gejala-gejala batuk menahun yang produktif.

Pada pekerja tambang batubara bila paparan menghilang, gejal klinis dapat
hilang. Pada pekerja yang berhubungan dengan tepung keadaanya Iebih
kompleks. Berbagai komponen debu padi-padian (antigen padi-padian, jamur
kumbang padi, tungau, endotoksin bakteri, antigen binatang, dan debu inert)
berperan menimbulkan bronkitis. Berbagai zat telah dipastikan sebagai penyebab
terjadinya bronkitis industri sedangkan zat-zat lain kemungkinan besar atau
diduga sebagai penyebab.

Pada awal penyakit pemeriksaan faal paru tidak menunjukkan kelainan.


Karena meningkatnya resistensi pemapasan, pada stadium lanjut terjadi obsiruksi
saluran napas yang tepat menjadi ireversibel. Apabila telah timbul obstruksi yang
ireversibel, penyakit akan berjalan secara lambat dan progresif Pemeriksan faal

17
paru berguna untuk menentukan tahap perjalanan penyakit, manfaat
bronkodilator, perburtikan fungsi paru dan menentukan prognosis.

5. Asma Kerja

Asma kerja adalah penyakit yang ditandai oleh kepekaan saluran napas
terhadap paparan zat di tempat kerja dengan manifestasi obstruksi saluran napas
yang bersifat reversibel. Penyakit ini hanya mengenal sebagian pekerja yang
terpapar, dan muncul setelah masa bebas gejala yang berlangsung antara beberapa
bulan sampai beberapa tahun. Pada tiap individu masa bebas gejal dan berat
ringannyapenyakit sangatbervariasi.

Berbagai debu dan zat di tempat kerja tepat menimbulkan asma kerja. Zat
itu tepat berasal dali tumbuh-tumbuhan seperti tepung gandum, debu kayu, kopi,
buah jarak, colophony, binatang seperti binatang pengerat, anjing, kucing, kutu
ganchim, ulat sutra, kerang; zat kimia seperti isosionat, garam platina, khrom,
enzmm seperti iripsin dan papain. Dapat juga berasal dali obat-obatan seperti pada
produksi piperazin, tetrasiklin, spinamisin dan penisilin sintetik.

Pada individu atopik keluhan asma timbul setelah bekerja 4 atau 5 tahun,
sedangkan pada individu yang notatopik keluhan ini muncul beberapa tahun Iebih
lama. Pada tempat yang mengandung zat paparan kuat seperti isosionat dan
colophony gejala dapat timbul lebih awal bahkan kadang-kadang beberapa
minggu setelah mulai bekerja. Keluhan asma yang khas adalah mengi yang
berhubungan dengan pekerjaan.

Gejala pada tiap individu bervaliasi, kebanyakan membaik pada akhir


pekan dan waktu libur. Ananinesis riwayat penyakit yang rinci penting untuk
menegakkan diagnosis.Ada individu yang terserang setelah paparan beberapa
menit, pada individu lain sering timbul beberapa jam sesudah paparan dengan
gejala yang mengganggu pada malam berikutnya.

6. Kanker Paru

18
Mekanisme terjadinya kanker akibat paparan zat belum diketahui secara
tuntas. Para ahli sepakat paling kurang ada 2 stadium terjadinya kanker karena
bahan karsinogen. Pertama adalab induksi DNAsel target oleh bahan karsinogen
sehingga menimbulkan mutasi sel, kemudian terjadi peningkatan multiplikasi sel
yang merupakan manifestasi penyakit. Zat yang bersifat karsinogen dan dapat
menimbulkan kanker paru antara lain adalah asbes, uranium, gas mustard, arsen,
nikel, khrom, khlor metil eter, pembakaran arang, kalsium kiorida dan zat
radioaktif serta tar batubara.

Pekerja yang berhubungan dengan zat-zat tersebut dapat menderita kanker


paru setelah paparan yang lama, yaitu antara 15 sampai 25 tahun. Pekerja yang
terkena adalah mereka yang bekerja di tambang, pabrik, tempat penyulingan dan
industry kimia.

3.4 Evaluasi-Evaluasi Faktor Debu di Lingkungan Kerja


1. Evaluasi Lingkungan Kerja

Evaluasi faktor lingkungan kerja kimia dimaksudkan sebagai usaha teknis


untuk mengetahui secara baik kualitatif maupun kuantitatif faktor apa yang
terdapat di lingkungan kerja tersebut.

Dalam menyelanggarakan evaluasi lingkungan, idealnya harus diketahui


secara menyeluruh tentang prose-proses operasi-operasi tertentu, bahan baku,
produk, hasil-hasil samping dan cara dan cara pembuangan sisa-sisa produksi
dengan sendirinya haruslah dipelajari proses-proses dan operasi-operasi dimana
dalam hal ini biasanya telah secara otomatis diketahui oleh para teknisi yang
langsung berkecimpung dibidang produksi dengan dipahami secara menyeluruh.

Pentingnya pengetahuan tentang derajat toksisitas suatu bahan atau produk


adalah jelas, bahwa bahan-bahan tersebut tidak boleh ditangani dengan
sembarangan, dalam arti para pekerja berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk-
petunjuk kerja yang tersedia, seta harus pula diperhatikan tentang metode-metode

19
adanya kontak atau masuknya bahan-bahan yang berbahaya kedalam tubuh, yang
antara lain tentang penggunaan alat proteksi perorangan.

Dalam evaluasi ini untuk mengetahui secara pasti bagaimana tingkat


bahaya dari suatu aspek kimia lingkungan kerja perlulah diselenggarakan
penyelidikan secra teknis oprasional ke lokasi-lokasi dimana diduga adanya
aspek-aspek tertentu. Lokasi-lokasi dapat dipelajari dimana letaknya berdasarkan
hasil analisa proses-proses dan oprasi–oprasi pengolahan dari suatu perusahaan
atau industri yang menjadi subyek.

2. Metode Evaluasi

Untuk melakukan evaluasi faktor lingkungan kerja kimia maka dapat


diambil langkah sebagai berikut:

a. Sampling : Sampling dan analisa dari factor lingkungan kerja


kimia yang merupakan kontaminasi udara ruang kerja
dimaksudkan untuk menganalisa intensitas kontaminan dengan
pengambilan sample udara yang kemudian dianalisa
dilaboratorium
b. Pemilihan alat lapangan dan metode : Dalam penyelenggaraan
suatu penyelidikan untuk mengetahui tingkat bahaya dari suatu
factor manusia memegang peranan penting pula tentang
pemeliharaan alat-alat lapangan dan metode yang dipergunakan
dalam teknis oprasional. Instrumen atau alat-alat dan metode
yang dipergunakan sangat tergantung dari sifat-fisik kimia
apakah berupa aerosol, gas, uap, mist, fume ataukah dalam
bentuk lain. Banyaknya pertimbangan–pertimbangan teknis
analisa yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode analisa
laboratorium mana atau apa yang baik dipakai untuk analisa
bahan kimia di lingkungan kerja.
c. Perbandingan hasil evaluasi dengan standar : Dari hasil analisa
laboratorium harus dibuat data yang lengkap tentang yang

20
dianalisa, dan berapakah kadarnya masing-masing, data ini
kemudian dibandingkan standar tertentu guna mengetahui
bagaimana tingkat bahaya dari lingkungan tersebut

3. Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja: Standard Nasional


Indonesia (SNI16-7058-2004)

Menurut SNI ini, standar pengukuran kadar debu total di udara tempat
kerja dimaksudkan untuk mewujudkan keseragaman dalam melakukan
pengukuran secara nasional dan dalam rangka upaya melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja. Standar ini disusun oleh Sub panitia Teknis Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada Panitia Teknis 94S, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Standar ini telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 11 Nopemper 2003 yang
dihadiri oleh wakil-wakil dari instansi pemerintah, serikat pekerja, perusahaan,
asosiasi profesi dan universitas.

3.5 Upaya Pengendalian Debu di Lingkungan Kerja


Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan terhadap 3 hal
yaitu pencegahan terhadap sumbernya, media pengantar (transmisi) dan
terhadap manusia yang terkena dampak.
a. Substitusi yaitu mengganti bahan yang memiliki bahaya dengan
bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
b. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja agar kadar
debu yang ada dalam ruangan kerja menjadi lebih rendah dari
kadar nilai ambang batas (NAB). Memakai metode basah yaitu,
penyiraman lantai dan pengeboran basah (Wet Drilling). Dengan
alat berupa Scrubber, Elektropresipitator, dan Ventilasi Umum.
c. Isolasi yaitu menutup proses, bahan atau alat kerja yang
merupakan sumber debu agar tidak tersebar ke ruangan lain.
d. Memodifikasi proses yaitu mengubah proses atau cara kerja
sedemikian rupa agar hamburan debu yang dihasilkan berkurang

21
seperti melengkapi water sprayer pada sumber.
e. Mengadakan pemantauan terhadap lingkungan kerja yaitu
pemantauan terhadap lingkungan kerja agar dapat diketahui
apakah kadar debu yang dihasilkan sudah melampaui nilai ambang
batas atau baku mutu yang diperkenankan.
f. Alat pelindung diri yaitu upaya perlindungan terhadap karyawan
agar terlindungi dari resiko bahaya yang dihadapi. Misalnya
masker, sarung tangan, kaca mata dan pakaian pelindung.
g. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara
intensif agar karyawan tetap waspada dalam melaksanakan
pekerjaannya.

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Mekanisme Timbulnya Debu dalam Paru-paru : Kelembaban dari debu
yang bergerak (inertia), Pengendapan (Sedimentasi), Gerak Brown.
Jalan masuk dalam tubuh: Inhalation, Absorbtion, Ingestion.
2. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama
dalam keadaan melayang- layang dan dapat masuk melalui saluran
pernafasan lalu terjadinya penyakit pada saluran pernafasan.
3. Debu yang masuk ke dalam saluan napas, menyebabkan timbulnya
reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin,
gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag serta
Penyakit akibat paparan debu Pneumokoniosis Pekerja Tambang
Batubara, Silikosis, Asbestosis, Bronkitis Industri, Asma Kerja,
Kanker Paru.
4. Evaluasi-Evaluasi Faktor Debu Di Lingkungan Kerja terbagi 3 yaitu
Evaluasi Lingkungan Kerja Metode Evaluasi, dan Pengukuran kadar
debu total di udara tempat kerja: Standard Nasional Indonesia (SNI16-
7058-2004) .
5. Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan dengn
berbagai cara yaitu Substitusi, Ventilasi umum, Isolasi,
Memodifikasi proses, Mengadakan pemantauan terhadap
lingkungan kerja, Alat pelindung diri, Penyuluhan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja

23
DAFTAR PUSTAKA
Ramdan, Iwan Muhammad. 2013. Higiene Industri. Yogyakarta : Penerbit
Biomtry.

Pradika, Denis Zulkan, Hardjanto, dan Sarsono. 2011. Pengaruh Paparan Debu
Total di Tempat Kerja Terhadap Fungsi Paru Karyawan Di PT. Marunda
Grahamineral Job Site Laung Tuhup Kalimantan Tengah.

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat-1
    Tugas Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat-1
    Dokumen4 halaman
    Tugas Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat-1
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • THEODORE
    THEODORE
    Dokumen3 halaman
    THEODORE
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Icu Open - Close System
    Icu Open - Close System
    Dokumen1 halaman
    Icu Open - Close System
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    100% (1)
  • Langkah 4 Egy
    Langkah 4 Egy
    Dokumen2 halaman
    Langkah 4 Egy
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Vitamin
    Metabolisme Vitamin
    Dokumen28 halaman
    Metabolisme Vitamin
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4 Frambusia
    Kelompok 4 Frambusia
    Dokumen31 halaman
    Kelompok 4 Frambusia
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Surveilans Klompok 81
    Surveilans Klompok 81
    Dokumen2 halaman
    Surveilans Klompok 81
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen1 halaman
    Soal
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat-1
    Tugas Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat-1
    Dokumen4 halaman
    Tugas Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat-1
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • 008 Permohonan Izizn Bina Akrab
    008 Permohonan Izizn Bina Akrab
    Dokumen1 halaman
    008 Permohonan Izizn Bina Akrab
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Surat Utk WD 2
    Surat Utk WD 2
    Dokumen1 halaman
    Surat Utk WD 2
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • K3 Kelistrikan Makalah
    K3 Kelistrikan Makalah
    Dokumen32 halaman
    K3 Kelistrikan Makalah
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen1 halaman
    Book 1
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Surat Utk Dosen
    Surat Utk Dosen
    Dokumen1 halaman
    Surat Utk Dosen
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • SURAT UTK Dekan
    SURAT UTK Dekan
    Dokumen1 halaman
    SURAT UTK Dekan
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Sertifikat
    Sertifikat
    Dokumen1 halaman
    Sertifikat
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Surat Utk WD 2
    Surat Utk WD 2
    Dokumen1 halaman
    Surat Utk WD 2
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Tugas Manajemen Data Egy
    Tugas Manajemen Data Egy
    Dokumen3 halaman
    Tugas Manajemen Data Egy
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Tata Ibadah Minggu V Prapaskah, 08 Maret 2020
    Tata Ibadah Minggu V Prapaskah, 08 Maret 2020
    Dokumen3 halaman
    Tata Ibadah Minggu V Prapaskah, 08 Maret 2020
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Sistem Reproduksi Pada Manusia Part 4
    Sistem Reproduksi Pada Manusia Part 4
    Dokumen32 halaman
    Sistem Reproduksi Pada Manusia Part 4
    dill
    Belum ada peringkat
  • Makalah Manajemen Puskesmas Kelompok 4
    Makalah Manajemen Puskesmas Kelompok 4
    Dokumen19 halaman
    Makalah Manajemen Puskesmas Kelompok 4
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Bina Akrab Gohs FKM Uho
    Bina Akrab Gohs FKM Uho
    Dokumen1 halaman
    Bina Akrab Gohs FKM Uho
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • 008 Permohonan Izizn Bina Akrab
    008 Permohonan Izizn Bina Akrab
    Dokumen1 halaman
    008 Permohonan Izizn Bina Akrab
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • SARAN
    SARAN
    Dokumen1 halaman
    SARAN
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Bilal
    Bilal
    Dokumen1 halaman
    Bilal
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Hipermetropi
    Hipermetropi
    Dokumen2 halaman
    Hipermetropi
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Tugas Higene Industri
    Tugas Higene Industri
    Dokumen7 halaman
    Tugas Higene Industri
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Penjelasan Blum
    Penjelasan Blum
    Dokumen2 halaman
    Penjelasan Blum
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat
  • Tugas Higene Industri
    Tugas Higene Industri
    Dokumen7 halaman
    Tugas Higene Industri
    Winandela Bregystiend Viona Lawalata
    Belum ada peringkat