MAKALAH
Disusun Oleh :
KELOMPOK 8
Anggota
ANALIA J1A117161
NURHADISA J1A117102
KELAS K3
KENDARI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunianya sehingga karya tulis makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan yang waktu diharapkan.
Seperti peribahasa “Tak ada gading yang tak retak” oleh karena itu penulis
menyadari bahwa makalah yang disusun ini belum bisa sepenuhnya dikatakan
sempurna. Kritik dan saran yang sekiranya dapat menyempurnakan makalah ini
sangat penulis harapkan dan penulis selalu terbuka untuk dikritik demi kemajuan
selanjutnya yang lebih baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam udara yang kita hirup, tidak selamanya bersih. Kadang kala udara
tersebut terkandung partikel pencemar yang disebut polutan. Salah satu polutan
tersebut ialah berupa butiran debu yang banyak ditemukan pada industri.
4
Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor
dalam pekerjaan bisa dihindarkan, asal saja dan pimpinan perusahaan ada
kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundang-undangan tidak aka nada
faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapan
perundangan-undangan itu, juga apabila para pekerja tidak mengambil peranan
penting dalam menghindarkan gangguan-gangguan tersebut. Cara mencegah
gangguan tersebut adalah dengan cara substitusi ventilasi umum, ventilasi keluar
setempat (local exhauster), isolasi, alat pelindung diri, pemeriksaan kesehatan
kerja, pendidika tentang kesehatan dan keseklamatan kepada pekerja secara
kontinyu. (Suma’mur, 1996 : 52).
Tergantung dari jenis paparan yang terhisap, berbagai penyakit paru dapat
timbul pada para pekerja. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu terhadap
paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi dan melakukan
usaha pencegahan.
5
kasus baru. Sedangkan di Indonesia penyakit atau gangguan paru akibat kerja
disebabkan oleh debu dan angka ini diperkirakan cukup banyak (Widjasesana,
2010).
6
BAB II
KAJIAN TEORI
7
sementara di udara. Partikel ini akan segera mengendap karena
daya tarik bumi.
b. Suspended Particulate Matter
Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di
udara dan tidak mudah mengendap. (Pudjiastuti, 2002)
8
tidak berdifusi, dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer
lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku atau hasil produksi
(Depkes RI, 1994).
Sifat-sifat debu adalah sebagai berikut :
a. Sifat Pengendapan
Yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi
bumi. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel
yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.
b. Permukaan cenderung selalu basah
Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena
permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat
ini menjadi penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat
kerja.
c. Sifat Penggumpalan
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu
basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel
membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan
adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk
gumpalan.
d. Debu Listrik Statik
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain
yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu
mempercepat terjadinya penggumpalan.
e. Sifat Opsis
Opsis adalah partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan
sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
9
a. Debu organik adalah debu yang berasal dari makhluk hidup (debu
kapas, debu daun-daunan, tembakau dan sebagainya).
b. Debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur
logam (Pb, Hg, Cd, dan Arsen)
c. Debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa
kompleks (SiO2, SiO3, dll).
d. Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain
debu fisik (debu tanah, batu, dan mineral), debu kimia (debu
organik dan anorganik), dan debu biologis (virus, bakteri, kista),
debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb),
debu radioaktif (uranium, plutonium), debu inert (debu yang tidak
bereaksi kimia dengan zat lain).
10
debu arsen, lead, sedangkan efek alergia khususnya debu
golongan organik.
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
3.2 Efek Debu Terhadap Pernapasan
Partikel debu melayang (Suspended Particulated Matter) adalah suatu
kumpulan senyawa dan bentuk padatan maupun cair yang tersebar di udara
dengan diameter yang sangat kecil, kurang dari 1 mikron sampai maksimal
500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan kesehatan umumnya
berkisar antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-
layang dan dapat masuk melalui saluran pernafasan.
Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam
paru-paru. Jalur yang ditempuh hidung, pharinx, tracea, bronchus, bronchioli
dan alveoli. Apa yang terjadi dengan debu ini sangat tergantung dari pada
besarnya ukuran debu.
Debu yang berukuran antara 5 ± 10 mikron bila terhisap akan tertahan dan
tertimbun pada saluran nafas bagian atas; debu yang berukuran antara 3 ± 5
mikron tertahan dan tertimbun pada saluran nafas tengah. Partikel debu dengan
ukuran 1 ± 3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya
karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis sampai alveoli.
13
1. Partikel diameter > 5,0 mikron terkumpul di hidung dan tenggorokan.,
ini dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala
faringitis.
2. Partikel diameter 0,5 ± 5,0 mikron terkumpul di paru ± paru hingga
alveoli, ini dapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau
asma.
3. Partikel diameter < 0,5 mikron terkumpul di alveoli dan dapat
terabsorbsi ke dalam darah.
Dampak paparan debu terhadap kesehatan manusia tidak sama, hal ini
tergantung pada faktor debu, lama paparan dan faktor tenaga kerjanya sendiri.
Faktor debu meliputi komposisi debu, ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya
larut dan sifat kimiawi. Faktor individual terdiri dari mekanisme pertahanan paru,
anatomi dan fisiologi saluran napas dan faktor imunologis.
14
didalam paru-paru dan merusak jaringan paru-paru. Pneumokoniosis biasanya
timbul setclah paparan bertahun-tahun. Apabila kadar debu tinggi atau kadar
silika bebas tinggi dapat terjadi silikosis akut yang bermanifestasi setelah paparan
6 bulan. Dalam masa paparan yang sama seseorang tepat mengalami kelainan
yang berat sedangkan yang lain kelainnya ringan akibat adanya kepekaan
individual. Penyakit akibat debu antara lain adalah asma kerja, bronkitis industri,
pneumokoniosis batubara, siikosis, asbestosis dan kankerparu.
15
4. imunologi penderita buruk.
Gejala awal biasanya tidak khas. Batuk dan sputum menjadi lebih sering,
dahak berwarna hitam (melanoptisis). Kerusakan yang luas menimbulkan
sesak napas yang makin bertambah, pada stadium lanjut terjadi kor
hipertensi pulmonal, gagal ventrikel kanan dan gagal napas.Penelitian
pada pekerja tambang batubara di Tanjung Enim lahun 1988 menemukan
bahwa dari 1735 pekerja ditemukan 20 orang atau 1,15% yang foto
toraksnya menunjukkan gambaran pneumokoniosis.
2. Silikosis
Penyakit ini terjadi karena inhalasi dan retensi debu yang mengandung
kristalin silikon dioksida atau silika bebas (S1S2). Berbagai jenis pekerjaan yang
berisiko tinggi terkena peyakit ini antara lain :
3. Asbestosis
16
industri dan tambang, juga bisa timbul pada daerah sekitar pabrik atau tambang
yang udaranya terpolusi oleh debu asbes. Pekerja yang dapat terkena asbestosis
adalah yang bekerja ditambang, penggilingan, transportasi, pedagang, pekerja
kapal dan pekerja penghancur asbes. Pada stadium awal mungkin tidak ada gejala
meskipun foto toraks menunjukkan gambaran asbestosis atau penebalan pleura.
Gelaja utama adalah sesak napas yang pada awalnya terjadi pada waktu aktivitas.
Pada stadium akhir gejala yang umum adalah sesak pada saat istirahat, batuk dan
penurunan berat badan. Sesak napas terus memburuk meskipun penderita
dijauhkan dari paparan asbes; 15tahun sesudah awal penyakit biasanya terjadi
korpul monal dan kematian.
4. Bronkitis Industri
Berbagai debu industri seperti debu yang berasal dari pembakaran arang
batu, semen, keramik, besi, penghancuran logam dan batu, asbes dan silika
dengan ukuran 3-10 mikron akan ditimbun di paru. Efek yang lama dari paparan
ini menyebabkan paralisis silia, hipersekresi dan hipertrofi kelenjar
mukus.Keadaan ini meyebabkan saluran napas rentan terhadap infeksi dan timbul
gejala-gejala batuk menahun yang produktif.
Pada pekerja tambang batubara bila paparan menghilang, gejal klinis dapat
hilang. Pada pekerja yang berhubungan dengan tepung keadaanya Iebih
kompleks. Berbagai komponen debu padi-padian (antigen padi-padian, jamur
kumbang padi, tungau, endotoksin bakteri, antigen binatang, dan debu inert)
berperan menimbulkan bronkitis. Berbagai zat telah dipastikan sebagai penyebab
terjadinya bronkitis industri sedangkan zat-zat lain kemungkinan besar atau
diduga sebagai penyebab.
17
paru berguna untuk menentukan tahap perjalanan penyakit, manfaat
bronkodilator, perburtikan fungsi paru dan menentukan prognosis.
5. Asma Kerja
Asma kerja adalah penyakit yang ditandai oleh kepekaan saluran napas
terhadap paparan zat di tempat kerja dengan manifestasi obstruksi saluran napas
yang bersifat reversibel. Penyakit ini hanya mengenal sebagian pekerja yang
terpapar, dan muncul setelah masa bebas gejala yang berlangsung antara beberapa
bulan sampai beberapa tahun. Pada tiap individu masa bebas gejal dan berat
ringannyapenyakit sangatbervariasi.
Berbagai debu dan zat di tempat kerja tepat menimbulkan asma kerja. Zat
itu tepat berasal dali tumbuh-tumbuhan seperti tepung gandum, debu kayu, kopi,
buah jarak, colophony, binatang seperti binatang pengerat, anjing, kucing, kutu
ganchim, ulat sutra, kerang; zat kimia seperti isosionat, garam platina, khrom,
enzmm seperti iripsin dan papain. Dapat juga berasal dali obat-obatan seperti pada
produksi piperazin, tetrasiklin, spinamisin dan penisilin sintetik.
Pada individu atopik keluhan asma timbul setelah bekerja 4 atau 5 tahun,
sedangkan pada individu yang notatopik keluhan ini muncul beberapa tahun Iebih
lama. Pada tempat yang mengandung zat paparan kuat seperti isosionat dan
colophony gejala dapat timbul lebih awal bahkan kadang-kadang beberapa
minggu setelah mulai bekerja. Keluhan asma yang khas adalah mengi yang
berhubungan dengan pekerjaan.
6. Kanker Paru
18
Mekanisme terjadinya kanker akibat paparan zat belum diketahui secara
tuntas. Para ahli sepakat paling kurang ada 2 stadium terjadinya kanker karena
bahan karsinogen. Pertama adalab induksi DNAsel target oleh bahan karsinogen
sehingga menimbulkan mutasi sel, kemudian terjadi peningkatan multiplikasi sel
yang merupakan manifestasi penyakit. Zat yang bersifat karsinogen dan dapat
menimbulkan kanker paru antara lain adalah asbes, uranium, gas mustard, arsen,
nikel, khrom, khlor metil eter, pembakaran arang, kalsium kiorida dan zat
radioaktif serta tar batubara.
19
adanya kontak atau masuknya bahan-bahan yang berbahaya kedalam tubuh, yang
antara lain tentang penggunaan alat proteksi perorangan.
2. Metode Evaluasi
20
dianalisa, dan berapakah kadarnya masing-masing, data ini
kemudian dibandingkan standar tertentu guna mengetahui
bagaimana tingkat bahaya dari lingkungan tersebut
Menurut SNI ini, standar pengukuran kadar debu total di udara tempat
kerja dimaksudkan untuk mewujudkan keseragaman dalam melakukan
pengukuran secara nasional dan dalam rangka upaya melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja. Standar ini disusun oleh Sub panitia Teknis Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada Panitia Teknis 94S, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Standar ini telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 11 Nopemper 2003 yang
dihadiri oleh wakil-wakil dari instansi pemerintah, serikat pekerja, perusahaan,
asosiasi profesi dan universitas.
21
seperti melengkapi water sprayer pada sumber.
e. Mengadakan pemantauan terhadap lingkungan kerja yaitu
pemantauan terhadap lingkungan kerja agar dapat diketahui
apakah kadar debu yang dihasilkan sudah melampaui nilai ambang
batas atau baku mutu yang diperkenankan.
f. Alat pelindung diri yaitu upaya perlindungan terhadap karyawan
agar terlindungi dari resiko bahaya yang dihadapi. Misalnya
masker, sarung tangan, kaca mata dan pakaian pelindung.
g. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara
intensif agar karyawan tetap waspada dalam melaksanakan
pekerjaannya.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Mekanisme Timbulnya Debu dalam Paru-paru : Kelembaban dari debu
yang bergerak (inertia), Pengendapan (Sedimentasi), Gerak Brown.
Jalan masuk dalam tubuh: Inhalation, Absorbtion, Ingestion.
2. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama
dalam keadaan melayang- layang dan dapat masuk melalui saluran
pernafasan lalu terjadinya penyakit pada saluran pernafasan.
3. Debu yang masuk ke dalam saluan napas, menyebabkan timbulnya
reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin,
gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag serta
Penyakit akibat paparan debu Pneumokoniosis Pekerja Tambang
Batubara, Silikosis, Asbestosis, Bronkitis Industri, Asma Kerja,
Kanker Paru.
4. Evaluasi-Evaluasi Faktor Debu Di Lingkungan Kerja terbagi 3 yaitu
Evaluasi Lingkungan Kerja Metode Evaluasi, dan Pengukuran kadar
debu total di udara tempat kerja: Standard Nasional Indonesia (SNI16-
7058-2004) .
5. Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan dengn
berbagai cara yaitu Substitusi, Ventilasi umum, Isolasi,
Memodifikasi proses, Mengadakan pemantauan terhadap
lingkungan kerja, Alat pelindung diri, Penyuluhan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja
23
DAFTAR PUSTAKA
Ramdan, Iwan Muhammad. 2013. Higiene Industri. Yogyakarta : Penerbit
Biomtry.
Pradika, Denis Zulkan, Hardjanto, dan Sarsono. 2011. Pengaruh Paparan Debu
Total di Tempat Kerja Terhadap Fungsi Paru Karyawan Di PT. Marunda
Grahamineral Job Site Laung Tuhup Kalimantan Tengah.
24
LAMPIRAN
25