Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-
sel tubuh yang tumbuh dan berkembang secara abnormal, diluar kewajaran dan sangat
liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal berubah dengan pertumbuhan yang
sangat cepat, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh tubuh dan tidak berbentuk.
Kanker dapat terjadi disetiap bagian tubuh (Junaidi, 2007).
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang
tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)
maupun dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan oleh kerusakan DNA dan menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembelahan sel pada jaringan dan organ (Lodish, 2000).
Sel kanker timbul dari sel tubuh yang normal, tetapi mengalami transformasi
atau perubahan menjadi ganas oleh bahan-bahan yang bersifat karsinogen (agen
penyebab kanker) ataupun karena mutasi spontan. Transformasi sejumlah gen menjadi
gen mutan disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal
yang terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia). Sel
neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang
pada akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel
(Lodish,2000).
(Nafrialdi,2007).
a) Pembedahan
b) Terapi Radiasi
c) Kemoterapi
Tumor tumbuh secara cepat sehingga banyak memiliki sel yang sedang
bereplikasi dan membelah dan karenanya paling rentan terhadap kemoterapi.Akan
tetapi, sel sehat juga rentan terhadap efek merusak dari kemoterapi.Kemoterapi sering
digunakan sebagai tambahan untuk pembedahan atau terapi radiasi, namun dapat pula
digunakan secara tersendiri.Kemoterapi juga digunakan untuk tujuan
paliatif.Kemoterapi biasanya menyebabkan penekanan atau supresi sumsum tulang,
yang akhirnya menyebabkan keletihan, anemia, kecenderungan perdarahan, dan
peningkatan risiko infeksi (Corwin, 2008).
d) Imunoterapi
Selain pengobatan secara medis yang telah disebutkan diatas, ada juga
pengobatan secara herbal untuk mengobati penyakit kanker. Obat herbal adalah obat-
obatan yang dibuat dari bahan tumbuhan, baik itu tumbuhan yang sudah dibudidayakan
maupun tumbuhan liar. Obat herbal merupakan salah satu bagian dari obat
tradisional.Dalam obat tradisional mencakup juga obat yang dibuat dari bahan hewan,
mineral, atau gabungan dari bahan hewan, mineral, dan tumbuhan (Mangan, 2009)
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh
dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek
terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat
dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme
(“Sola dosis facit venenum”: hanya dosis membuat racun, Paracelsus) (Tjay, 2010).
Brine Shrimp Lethality Test (BST) adalah salah satu metode skrining untuk
menentukan sifat toksik suatu senyawa atau ekstrak secara akut dengan menggunakan
hewan coba Artemia salina (Meyer, 1982).
Klasifikasi Artemia salina adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Anostraca
Suku : Artemidae
Marga : Artemia
Jenis : Artemia salina
Penetasan telur Artemia salina baik perlu memperhatikan beberapa faktor
yaitu: hidrasi dari kista-kista, aerasi, penyinaran, suhu, derajat keasaman (pH), dan
kepadatan telur dalam media penetasan. Metode BST merupakan langkah pertama
untuk uji toksisitas suatu ekstrak atau senyawa. Metode ini merupakan metode uji
hayati yang sederhana, cepat, murah, dan dapat dipercaya. Daya toksisitas suatu
senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian larva Artemia salina
dengan parameter Lethal Concentration 50 (LC50). Suatu ekstrak dinyatakan bersifat
toksik menurut metode BST ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000 Pg/ml. Cara yang
dilakukan yaitu dengan menghitung semua hewan yang hidup dan hewan yang mati.
Kemudian menghitung Rasio kematian dengan membagi jumlah hewan yang mati
dengan hewan yang hidup. Yang terakhir adalah menentukan persen kematian dengan
cara rasio kematian dikali 100 (Meyer, 1982).
Penggunaan Artemia salina Leach dalam uji sitotoksis dengan metoda BSLT
ini mempunyai beberapa keuntungan,antara lain telur mudah didapat,murah,mudah
disimpan dalam selang beberapa tahun ditempat yang kering dan tidak memerlukan
kondisi aseptis yang khusus,serta memeliki sensitifitas yang lebih tinggi terhadap
senyawa toksik bila dibanding orgisme laut lainnya (Meyer, 1982).
Dalam pengujian sitotoksis dengan metode BSLT ini digunakan larutan sampel
dengan tiga variasi konsentrasi bisa digunakan konsentrasi 1000 µg/ml,100µg/ml dan
10µ/ml. Jika belum mencapai LC50 pada konsentrasi tersebut dapat diturunkan
konsentrasinya. Vial dapat digunakan sebagai wadah unruk yang sudah dibuat dalam
berbagai konsentrasi tersebut. Vial yang digunakan sebanyak 3 dan masing-masin
berisi 10 larva Artemia. Kematian larva dapat diamati setelah 24 jam,jumlah larva yang
mati dalam masing-masing vial dapat digunakan untuk menghitung LC50. Suatu
senyawa dikatakan aktif jika memiliki LC50 < 1000µg/ml (Cassaret, 1975).
5.3 Perhitungan
a = 100
b=0
r=-
maka:
y = b𝑥 + a
50 = 0𝑥 + 100
−50
𝑥= (tidak terdefinisi)
0
Maka konsentrasi:
−50
LC50 = antilog 𝑥 = antilog 0
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Daftar Pustaka
Junaidi,P. 2007. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2. PT. Media Aesculapius. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Lodish, H dkk. 2004. Molecular Cell Biology, 5th ed. WH Freeman:New York.
Nafrialdi, S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi ke-5. Gaya Baru : Jakarta.
Mangan, Y., 2009, Cara Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker, Agromedia Pustaka,
Jakarta
Mayer BNNR, Ferrigni ML. Brine Shrimp, a convinient general bioassay for active
plant constituents. J of Plant Medical Research. 1982;45:31-34.
Casarett, L.J. and J. Doull. 1975. Toxycologi. The Basic Science of Poisons. New
York. Mac Milla. Publ. Co.Inc.:329-330.