Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya

merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam

jumlah yang cukup, aman, bermutu, bergizi, beragam dengan harga yang

terjangkau oleh kemampuan daya beli masyarakat. Oleh karena itu,

ketersediaan dan keamanan makanan harus diperhatikan.

Makanan penting di dalam kehidupan manusia, karena dari makanan

manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat

bekerja dengan optimal. Makanan yang dimakan tidak harus mempunyai

bentuk yang menarik, namun memenuhi nilai gizi dan aman dalam arti tidak

mengandung mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang

membahayakan kesehatan tubuh. Untuk itu diperlukan adanya pengamanan di

bidang pangan agar masyarakat terhindar dari mengkonsumsi makanan yang

berbahaya bagi kesehatan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari

sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya

yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan

makanan atau minuman.

1
Keamanan makanan merupakan aspek yang sangat penting dalam

kehidupan sehar-hari. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang

menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan

yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian

terhadap hal ini, telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa

penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat

tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya

penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan makanan yang berbahaya

Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, mulai

dari pengawet sampai pemberi aroma dan pewarna. Pewarna makanan banyak

digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama berbagai produk jajanan

pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil ataupun

industri besar. Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat

pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil

dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Timbulnya penyalahgunaan

tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat

pewarna untuk pangan, dan disamping itu juga harga zat pewarna untuk

industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk

pangan

Dalam hal ini, zat pewarna seperti halnya citarasa merupakan suatu

pelengkap daya tarik makanan, minuman, serta bumbu masak. Penambahan

zat pewarna dalam makanan, minuman, dan bumbu masak mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap selera dan daya tarik konsumen.

2
Dalam hal ini Saus merupakan penyedap makanan yang sangat digemari

oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Saus tomat dan saus cabai banyak

dikonsumsi sebagai bahan pelengkap saat mengkonsumsi baso, mie pangsit

atau mie ayam, gorengan maupun sebagai bahan tambahan pada nasi goreng,

dan makanan lainnya. saus tomat dan saus cabai yang saat ini banyak beredar,

banyak mengandung bahan pengawet dan berbahan kimia berbahaya. Bahan

pengawet pada sebagian besar produk saus lokal di sejumlah daerah melebihi

batas maksimum yang ditetapkan Departemen Kesehatan. Juga dalam saus

tersebut terdapat berbagai kandungan kimia berbahaya produk tersebut

menggunakan cairan pewarna kimia, potasium fosfat, ekstrak cabai, sakarin,

dan beberapa bahan kimia lainnya sebagai bahan saus.

Salah satu jenis produk makanan yang biasanya menggunakan bahan

tambahan makanan berupa zat pewarna adalah saus. Saus merupakan cairan

kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna menarik yang

mempunyai aroma dan rasa yang merangsang/pedas.

Saus biasanya ditambahkan dalam makanan sebagai pelengkap untuk

menambah cita rasa makanan. Saus yang sering dikonsumsi adalah saus cabe

yang banyak dijumpai di pasaran sehingga dengan mudah dapat dibeli oleh

konsumen

Pada jajanan anak sekolahan tak jarang terdapat saus untuk menambah cita

rasa makanan tersebut dan di khawatirkan anak sekolah tersebut

mengkonsumsi saus yang mengandung zat berbahaya karena saus yang

3
dipakai pedagang tesebut adalah saus dalam kemasn plastik yang di isi ulang

oleh sang pedagang tersebut.

Alasan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian

tentang analisa penggunan zat pemanis sintetis dalam hal ini aspartam pada

saus cabe yang di jual bersama jajanan anak sekolah.

2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah saus pada bakso jajanan anak SD mengandung aspartam?


2. Apa bahaya yang akan di timbulkan dari aspartam bagi kesehatan?
3. Apakah anak SD sering menggunakan saus paa jajanan bakso?

3. Ruang Lingkup Kajian

Dalam karya tulis ini penulis melakukan pembatasan masalah dan hanya

membahas mengenai aspartam sebagai pemanis buatan untuk saus yang dijual

dengan jajanan bakso anak SD.

Agar permasalahan dalam penelitian tidak meluas maka peneliti perlu

menetapkan batasan masalah sebagai berikut :

1. Sampel penelitian ini diambil di Kawasan SD di Tamansari bawah.


2. Jenis pemanis buatan yang diteliti pada sampel yaitu jenis pemanis buatan

aspartam.

Kami melakkan pembatasan kajian agar karya tulis yang kami susun lebih

terarah dan juga efektif dalam penyusunannya.

4. Tujuan Penelitian

Karya tulis ini di susun dengan tujuan sebagai berikut.

4
1. untuk mengetahui seberapa sering anak SD mengkonsumsi saus.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya zat pemanis sintetis yang digunakan pada

saus yang di jual bersama jajanan bakso anak SD


3. untuk mengetahui bahaya zat aspartam bagi kesehatan anak sekolah

5. Kerangka Pemikiran

Makanan penting di dalam kehidupan manusia, karena dari makanan manusia

mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan

optimal. Makanan yang dimakan tidak harus mempunyai bentuk yang menarik,

namun memenuhi nilai gizi dan aman dalam arti tidak mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang membahayakan

kesehatan tubuh. Untuk itu diperlukan adanya pengamanan di bidang pangan agar

masyarakat terhindar dari mengkonsumsi makanan yang berbahaya bagi

kesehatan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik

yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku

Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,

dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Penggunaan bahan tambahan pada makanan semakin meningkat, terutama

setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis

bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh.

Penambahan bahan tambahan ke makanan merupakan hal yang dipandang perlu

untuk meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran.

5
Bahan tambahan tersebut diantaranya pewarna, penyedap rasa dan aroma,

antioksidan, pengawet, pemanis, dan pengental. 1 Pasal 1butir (1) undang-undang

no 18 tahun 2012 tentang pangan.

Keamanan makanan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat atau

bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan zat itu

secara alami terdapat dalam bahan makanan atau makanan. Keamanan makanan

merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan

yang melebih kadar yang ditentukan dinas kesehatan. Kurangnya perhatian

terhadap hal ini, telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan

kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya

proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat

penggunaan bahan tambahan makanan yang berbahaya jika berlebihan digunakan.

Salah satu jenis produk makanan yang biasanya menggunakan bahan tambahan

makanan berupa zat kimia adalah saus, Saus merupakan cairan kental (pasta) yang

terbuat dari bubur buah berwarna menarik yang mempunyai aroma dan rasa yang

merangsang/pedas. Saus dalam istilah masak-memasak berarti cairan yang

digunakan sewaktu memasak atau dihidangkan bersama-sama makanan sebagai

penyedap atau agar makanan kelihatan bagus. Kata "saus" berasal dari bahasa

Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa Latin salsus yang berarti "digarami."

Dalam hal ini Saus merupakan penyedap makanan yang sangat digemari oleh

hampir seluruh lapisan masyarakat. Saus tomat dan saus cabai banyak dikonsumsi

sebagai bahan pelengkap saat mengkonsumsi baso, mie pangsit atau mie ayam,

6
gorengan maupun sebagai bahan tambahan pada nasi goreng, dan makanan

lainnya. saus tomat dan saus cabai yang saat ini banyak beredar, banyak

mengandung bahan pengawet dan berbahan kimia berbahaya. Bahan pengawet

pada sebagian besar produk saus lokal di sejumlah daerah melebihi batas

maksimum yang ditetapkan Departemen Kesehatan. Juga dalam saus tersebut

terdapat berbagai kandungan kimia berbahaya produk tersebut menggunakan

cairan pewarna kimia, potasium fosfat, ekstrak cabai, sakarin, dan beberapa bahan

kimia lainnya sebagai bahan saus.

Dari permasalahan tersebut beberapa waktu yang lalu terjadi sebuah kasus

dimana sebuah pabrik saus di bandung yang bermerek (SinarSari, unggulsari dan

Indosari) digerebek pihak kepolisian karena diduga menggunakan bahan kimia

berbahaya dalam pembuatan saus tersebut. saus yang dibuat oleh pabrik tersebut

bahannya bukan dari cabai atau tomat layaknya kebanyakan saus dan sambal.

Selain itu, komposisinya tidak sesuai dengan yang tertera dalam bungkus

kemasannya. Saus tomat dan cabai ini berbahan ampas tapioka (onggok), ekstrak

bawang putih, ekstrak cabai leoserin capsikum, saksrin, garam, cuka, pewarna

sunset, perwarna jenis poncau, potasium fospat, dan bibit cairan tomat . Jadi saus

tomat dan cabai tersebu, tidak pakai cabai atau tomat sama sekali. Tapi pakai

esens rasa tomat dan cairan kimia ekstrak cabai. Pada awalnya bahan dalam

pembuatan saus tersebut memang berbahan tomat dan cabai asli namun seiring

berjalanya waktu pabrik tersebu menggunakan bahan-bahan kimia dalam

campuran saus nya. pemilik pabrik beralasan bahwa penggunaan bahan kimia

tersebut dikarenakan pabriknya kebetulan kehabisan bahan baku tomat dan cabai,

7
sehingga menggunakan bahan kimia dalam campurannya. saus tomat dan cabai

tersebut dipasarkan ke pasar-pasar tradisional di Kota Bandung dan di seluruh

Jawa Barat. Pabrik ini sudah beroperasi selama 14 tahun. Dalam sehari, pabrik

rumahan tersebut bisa membuat saus palsu hingga 200 ton dengan keuntungan

mencapai Rp 100 juta per harinya.

Dalam Undang-Undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

telah diatur mengenai apa yang tidak boleh dilakukan oleh pelaku usaha dalam

Pasal 8 ayat (1), dan sanksi pidana tercantum dalam Pasal 62 ayat (1). Bagi Pelaku

usaha yang 5 http://regional.kompas.com/read/2015/01/27/04192611/Pabrik Saus

Berbahan Kimia Berbahaya Menghasilka Omzet.Rp.3 Miliar Per Bulan melanggar

ketentuan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

Selain itu bahan yang di guinakan dalam pembuatan saus tomat dan cabai

tersebut menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan apabila di

konsumsi dalam jangka waktu yang panjang penggunaan bahan kimia telah di

larang oleh pemerintah dalam campuran bahan pangan. Dalam Undang-Undang

no 18 tahun 2012 Pasal 75 ayat (1) menyatakan bahwa, Setiap Orang yang

melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan

tambahan Pangan yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan

dan/atau bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan Pangan. Bila

melanggar ketentuan tersebut diancam pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

atau denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), yang

diatur dalam Pasal 136 Undang-Undang no 18 tahun 2012 tentang pangan.

8
Sejatinya bahan kimia yang dicampurkan pada makanan sebagai bahan

tambahan sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh apalagi bila takaran dan

pemberian zat atau bahan kimia pada makanan tersebut terlalu tinggi dengan

takaran yang tidak jelas, apalagi bila di konsumsi secara terus menerus maka akan

berakibat buruk bagi kesehatan tubuh. Telah adanya peraturan perundang

undangan yang mengatur mengenai penggunaan bahan kimia sebagai bahan

tambahan pada makanan, mengenai jenis bahan tambahan tersebut,dan umlah

takaran yang di perbolehkan dalam campuran bahan makanan. Juga kewajiban

para pelaku usaha terdadap konsumennya.

Meskipun telah ada peraturan perundangan yang mengatur hal tersebut, tetap

saja hingga saat ini masih banyak terjadi penggunaan bahan kimia pada makanan.

Seolaholah para pelaku usaha tersebut tidak menghiraukan mengenai larangan

penggunaan bahan kimia pada makanan, juga tidak mempedulikan resiko dan

bahaya bagi para konsumennya. Sebagai konsumen kita harus lebih berhati-hati

dalam memilih makanan, kita dituntut untuk menjadi konsumen cerdas, selain

pintar dalam memilih makanan atau olahan pelengkap makana juga kita sebagai

konsumen dapat ikut serta dalam mengawasi peredaran dan penggunaan bahan

kimia yang di campurkan pada makanan. Penyimpangan yang dilakukan oleh

pelaku usaha dalam hal ini adalah pembuatan saus yang menggunakan bahan

kimia berbahaya yang dilakukan sengaja dan tanpa sengaja meskipun telah

mengetahui dampak yang akan ditimbulkan, tanpa sengaja karena tidak tau

dampak yang akan di timbulkannya, atau dengan alasan lain yang merupakan

pembenaran terhadap tindakan menyimpang yang dilakukan. Pelaku tidak

9
menganggap dirinya melakukan kejahatan karena melakukan rasionalisasi

tindakan kejahatan sebagai bagian dari pekerjaan normal. Disisi lain faktor

ketidak patuhan pelaku usaha terhadap peraturan perundangan, ketidak patuhan

pelaku usaha terlihat pada proses produksi yang dilakukan, dimana ditemukan

ketidak sesuaian dalam penggunaan bahan-bahan pembuatan saus tersebut, dalam

hal ini penggunaan dan pencampuran bahan kimia berbahaya pada produksinya.

Bahwa pembuatan saus tersebut tidak sesuai dengan komposisi yang tertera

dalam dalam kemasan saus tersebut. hal tersebut tentunya sangan merugikan

konsumen karena secara tidak langsung konsumen telah tertipu oleh produk saus

tersebut. hal tersebut dapat dikatakan produsen saus tersebut telah melakukan

penipuan. Selain itu bahan yang di guinakan dalam pembuatan saus cabai dan

tomat tersebut menggunakan bahan yang berbahaya bagi kesehatan apabila di

konsumsi dalam jangka waktu yang panjang. penggunaan bahan kimia telah di

larang oleh pemerintah dalam campuran bahan pangan

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Makanan / Pangan

10
Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan

seharinya. Sebagai kebu-tuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat

gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikonsumsi, karena makanan

yang tidak aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan kera-cunan.

Aneka produk makanan dan minuman yang berwarna-warni tampil

semakin menarik. Warna-warni pewarna membuat aneka produk makanan

mampu mengundang selera, walaupun demikian, konsumen harus berhati-hati.

Badan Pengawas Obat dan Maka-nan (BPOM) sering menemukan produk

makanan yang menggunakan pewarna tekstil. Pada era modern

Makanan adalah segala sesuatu yang kita makan atau minum untuk

menunjang proses kehidupan dan pertumbuhan dalam kondisi yang normal

(Hughes, 1987). Oleh karena itu, makanan yang optimal akan berkontribusi

optimal pula bagi kesehatan.

Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004

adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

2. Jenis Pangan

Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3

kelompok, yaitu :

11
a. Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan.

Pangan segar dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung,

yakni dijadikan bahan baku pengolahan pangan.

b. Pangan Olahan

Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan

cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh :

nasi. Pangan olahan dibedakan menjadi dua, yaitu : pangan olahan siap

saji dan pangan olahan tidak siap saji.

c. Pangan Olahan Tertentu

Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan

bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan

kualitas kesehatan. Contoh : susu rendah lemak untuk orang yang

menjalani diet rendah lemak (Saparinto, 2006).

3. Pengertian Saus

Kata “saus” berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa

latin salsus yang berarti “digarami”. Sedangkan saus dalam istilah masak-

memasak berarti cairan kental yang digunakan sewaktu memasak atau

dihidangkan bersamasama makanan sebagai penyedap atau agar makanan

kelihatan bagus. Saus juga dapat diartikan sebagai cairan kental (pasta) yang

terbuat dari bubur buah berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma

dan rasa yang merangsang /dengan atau tanpa rasa pedas.

12
Saus merupakan salah satu produk olahan pangan yang sangat populer. Saus

tidak saja hadir dalam sajian seperti mie bakso atau mie ayam, tetapi juga

dijadikan bahan pelengkap nasi goreng, mie goreng dan aneka makanan fast food.

Saos adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna

menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang merangsang (dengan

atau tanpa rasa pedas). Saos mempunyai daya simpan panjang karena

mengandung asam, gula, garam, dan seringkali pengawet. Saos tomat dibuat dari

campuran bubur buah tomat dan bumbu-bumbu, berwarna merah muda sesuai

dengan warna tomat yang digunakan. Saos tomat yang baik berwarna merah

tomat, tidak pucat, atau bahkan cenderung berwarna orange, bila pucat dan

berwarna merah kekuningan berarti bukan berasal dari tomat asli melainkan sudah

ditambah dengan bahan-bahan lain serta menggunakan zat pewarna. Saos tomat

yang terbuat dari tomat asli sebenarnya sama sekali tidak memerlukan zat

pewarna

4. Definisi Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya

tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas

makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja

ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,

pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan

(Cahyadi, 2006).

13
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi

pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan

pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi

sifat atau bentuk pangan atau produk pangan.

Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah

senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran

tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau

penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa,

dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan

(ingredient) utama. Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang

tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada

proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang

tidak (Saparinto, 2006).

Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen

Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM).

5. Jenis Bahan Tambahan Pangan

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau

mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan

lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada

14
umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu

sebagai berikut:

a. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam

makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud

penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan

membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.


b. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan

yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara

tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat

perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan

ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja

ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya

yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi.

Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu

pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida),

antibiotik, dan hidrokarbon aromatic polisiklis.


Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila:
a. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan

dalam pengolahan;
b. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang

salah atau yang tidak memenuhi persyaratan;


c. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan;


d. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

15
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang

batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized

as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa).

Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu

ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/ melindungi

kesehatan konsumen. Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan

Tambahan Pangan yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan

Tambahan Kimia) oleh Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/MenKes/Per/X/1999.

6. Pengertian Zat Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan

untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan

kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma,

memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia

sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman

dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan

dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan

substitusi pemanis utama (Cahyadi, 2006).

7. Jenis Zat Pemanis

Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan

pemanis buatan/ sintesis (Cahyadi, 2006) :

16
A. Pemanis Alami
Pemanis alam biasanya berasal dari tanaman. Tanaman penghasil

pemanis yang utama adalah tebu (Saccharum officanarum L) dan bit (Beta

vulgaris L). Bahan pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut

terkenal sebagai gula alam atau sukrosa. Beberapa bahan pemanis alam

yang sering digunakan adalah: Gula umumnya digunakan sebagai padanan

kata untuk sakarosa. Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat.

Beberapa jenis gula dan berbagai produk terkait: Gula Granulasi (Gula

Pasir): kristal-kristal gula berukuran kecil yang pada umumnya dijumpai

dan digunakan di rumah (gula pasir). Gula batu: Gula batu tidak semanis

gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari Kristal bening berukuran

besar bewarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening dan putih

dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambut.

Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahay.

Kristal berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai caramel. Gula

ini kurang manis karena adanya air dalam Kristal. Rumus kimia sukrosa:

C12H22O11 merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-

monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa. Senyawa ini dikenal

sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme

lain seperti tumbuhan. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu

atau gula bit

B. Pemanis Buatan

17
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/PER/IX?1988, pemanis buatan adalah bahan tambahan

makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak

atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.


Pemanis Buatan adalah suatu zat yang dapat menimbulkan rasa

manis atau meningkatkan rasa manis, sedangkan kalori yang dihasilkan

jauh lebih rendah daripada gula. Pemanis sintetik mempunyai senyawa

kimia yang mempunyai rasa manis. Tetapi pemanis buatan hanya

mengandung 2 persen kandungan kalori gula artinya, kandungan kalorinya

jauh lebih rendah daripada gula. Tingkat kemanisan pemanis sintetik

berkisar antara 50-3.000 kali lebih tinggi daripada gula


Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan

digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman

dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa

dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki

sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh,

mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori

terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan,

mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama

8. Aspartam

Aspartam ditemukan secara kebetulan oleh James Schulter pada tahun 1965,

ketika mensintesis obat-obat untuk bisul dan borok. Aspartam adalah senyawa

18
metal ester dipeptida yaitu L-aspartil-L-alanin-metilester dengan rumus

C14H16N2O5 memiliki daya kemanisan 100-200 kali sukrosa (Cahyadi, 2006).

Aspartam atau Aspartil fenilalanin metil ester (APM) dengan rumus kimia

C14H18N2O5 atau 3-amino-N(α-carbomethoxy-phenethyl)succinamic acid, N-L-α-

aspartyl-L-phenylalanine-1-methyl ester merupakan senyawa yang tidak berbau,

berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis.

Aspartam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 60 sampai dengan 220 kali

tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 0,4 kkal/g atau setara

dengan 1,67 kJ/g. Kombinasi penggunaan aspartam dengan pemanis buatan lain

dianjurkan terutama untuk produk-produk panggang dalam mempertegas cita-rasa

buah.

Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal, merupakan salah satu

bahan tambahan pangan telah melalui berbagai uji yang mendalam dan

menyeluruh aman bagi penderita diabetes mellitus. Sejak tahun 1981 telah

diizinkan untuk dipasarkan. Pada penggunaan dalam minuman ringan, aspartam

kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu lama akan

mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain itu, aspartam tidak tahan panas

sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan yang diolah melalui

pemanasan.

Aspartam tersusun oleh asam amino sehingga didalam tubuh akan mengalami

metabolisme seperti halnya asam amino pada umumnya. Bagi penderita penyakit

keturunan yang berhubungan dengan kelemahan mental (phenil keton urea/PKU)

dilarang untuk mengkonsumsi aspartam karena adanya fenilalanin yang tidak

19
dapat dimetabolisme oleh penyakit tersebut. Kelebihan fenilalanin dalam tubuh

penderita PKU diduga dapat menyebabkan kerusakan otak dan pada akhirnya

dapat mengakibatkan cacat mental (Cahyadi, 2006). Universitas Sumatera Utara

Konsumsi harian yang aman (acceptable daily intake) untuk orang dewasa adalah

40 mg/kg berat badan. Peraturan Menkes No. 722 Tahun 1988 tidak menyebutkan

jumlah aspartam yang boleh ditambahkan kedalam bahan pangan. Hal ini berarti

bahwa aspartam masih dianggap aman untuk dikonsumsi.

Aspartam ditemukan secara kebetulan oleh James Schulter pada tahun 1965.

Aspartam kemanisannya 200 kali dari gula dan tidak mempunyai rasa tambahan.

Pada penggunaan dalam minuman ringan, aspartam kurang menguntungkan

karena penyimpanan dalam waktu lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis.

Selain itu, aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan

pangan yang diolah melalui pemanasan.

Konsumsi harian yang aman untuk adalah 0-40 mg/kg berat badan. Peraturan

menkes No. 722 Tahun 1988 tidak menyebutkan jumlah aspartam yang boleh

ditambahkan ke dalam bahan pangan. Hal ini berarti bahwa aspartam masih

dianggap aman untuk dikonsumsi.

Aspartam memiliki nilai energi 4 kkal/g, tetapi karena dalam penggunaan 100

gr sukrosa dapat diganti dengan 1 g aspartam maka dapat dikatakan bahwa

aspartam merupakan bahan pemanis nonkalori.

9. Efek Samping Aspartam


a. Dada

20
Seseorang yang mengkonsumsi aspartam mungkin akan

mendapatkan sesak napas.Jantung berdebar, tekanan darah tinggi, dan

takikardia (tachycardia) merupakan beberapa efek samping lain dari

aspartam.Seseorang juga bisa mengalami alergi pada pernapasan seperti

asma karena aspartam.

b. Mata
Aspartam bisa menyebabkan sakit atau kebutaan pada satu atau

kedua mata.Zat ini menyebabkan penglihatan kabur atau masalah pada

mata seperti penurunan kemampuan penglihatan, penurunan penglihatan

pada malam hari, mata membesar, dll. Aspartam bisa pula mengurangi

produksi air mata serta membuat seseorang kesulitan dalam menggunakan

lensa kontak.

c. Telinga
Aspartam diketahui memperbesar resiko masalah telinga seperti

tinnitus. Penderita tinnitus seakan mendengar dering atau dengung serta

intoleransi parah pada kebisingan. Aspartam juga memicu gangguan

pendengaran pada seseorang.

d. Endokrinal dan Metabolik


Seseorang dapat kehilangan kontrol diabetes, mengalami

perubahan siklus menstruasi, kehilangan rambut, kehilangan berat badan,

atau PMS parah akibat asupan aspartam.

e. Neurologis
Seseorang yang menggunakan produk aspartam bisa mengalami

sakit kepala, kebingungan, kehilangan memori, dan tremor.Seseorang juga

21
beresiko mengalami pusing, mengantuk berat, nyeri wajah yang tidak

biasa, atau serangan epilepsi oleh produk makanan berbasis aspartam.

f. Psikologis
Efek samping psikologis yang dipicu pleh penggunaan aspartam

meliputi lekas marah, depresi berat, sifat agresif, fobia, gangguan

kepribadian, dan kecemasan.

g. Gastrointestinal
Aspartam dapat menyebabkan mual, sakit ketika menelan, sakit

perut, serta diare yang kadang disertai darah dalam tinja.

h. Alergi Kulit
Efek samping aspartam pada kulit meliputi gatal serta reaksi pada

mulut dan bibir.

i. Lain-lain
Seseorang mungkin juga mengalami pembengkakan kaki, sering

kencing, retensi cairan, dan haus yang berlebihan akibat penggunaan

aspartam. Beberapa gejala kritis akibat konsumsi aspartam adalah tukak

lambung, perilaku agresif, keracunan aspartam, kecanduan aspartam,

hiperaktif pada anak-anak, cacat lahir, dan keterbelakangan mental.


Terdapat metode detoks yang bisa dilakukan untuk orang yang

terpengaruh asupan aspartam.Usahakan menghindari semua produk bebas

gula yang mengandung aspartam.Cobalah minum banyak air serta

secangkir teh hijau karena sangat membantu upaya detoksifikasi

alami.Meskipun pemanis buatan pengganti gula dianggap lebih sehat

dibanding gula alami, namun kenyataannya tidak selalu demikian.Pemanis

22
buatan termasuk aspartam dibuat dari berbagai bahan kimia yang tak

jarang berpotensi menimbulkan efek samping bagi kesehatan.

BAB III

ANALISIS

1. Fenomena

Pemanis buatan semakin banyak digunakan sebagai pemanis dalam makanan.

Hal itu disebabkan karena pemanis buatan memiliki kemanisan yang sama bahkan

lebih jika dibandingkan dengan pemanis alami. Tetapi penggunaan pemanis

buatan yang berlebihan akan menimbulkan dampak toksik yang tidak baik pada

kesehatan.Adapun dampak toksik yang disebabkan oleh pemanis buatan antara

lain sakit kepala/migrain, mulut kering, mual, muntah, diare, dan kanker kandung

kemih (Whitehouse et al., 2008).

Pemanis buatan pada umumnya memiliki ADI (acceptable daily intake) yang

ditentukan. Acceptable Daily Intake diartikan sebagai jumlah maksimum senyawa

kimia yang bisa dikonsumsi setiap hari secara terus menerus tanpa menimbulkan

resiko dalam kesehatan. Acceptable Daily Intake sakarin 5 mg/kgBB/hari,

siklamat 1 mg/kgBB/hari, aspartam 50 mg/kgBB/hari, acesulfam-K 15

mg/kgBB/hari, neotam 2 mg/kgBB/hari, dan sucralose 5 mg/kgBB/hari (FDA,

2006). Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 4

tahun 2014, Acceptable Daily Intake sakarin 0-5 mg/kgBB, siklamat 0-11

mg/kgBB, aspartam 0-40 mg/kgBB, acesulfam-K 0-15 mg/kgBB, neotam 0-

2mg/kgBB, dan sucralose 0-15 mg/kgBB (BPOM, 2014).

23
Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼ waktunya di

sekolah. Anak-anak sekolah lebih banyak mengkonsumsi makanan jajanan kaki

lima.Jajanan banyak dijumpai dilingkungan sekitar sekolah dan rutin dikonsumsi

sebagian besar anak sekolah (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Hasil kajian terbatas

yang dilakukan Badan POM di beberapa sekolah dasar (SD) menemukan

banyaknya anak yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung

kadar pemanis buatan sakarin dengan tingkat yang tidak aman. Penelitian

Indriasari (2006), pada jajanan anak-anak SD mathlaun khoeriyah ditemukan

kandungan aspartam. Mayoritas penduduk Kabupaten Bandung bekerja sebagai

pedagang, petani, dan wiraswasta (BPS, 2015).

Di Indonesia, penggunaan bahan kimia dalam makanan diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/Per/IX/1988 dan SNI 01-354-1994

tentang bahan tambahan makanan. Penggunaan dalam aneka produk makana

sudah ditentukan batasannya oleh pemerintah, yaitu maksimal 1.000 mg/kg3.

Mengingat kepedulian kesehatan sebagian masyarakat di Negara berkembang

seperti halnya Indonesia masih sangat minim. Para produsen lebih suka memakai

bahan sintesis atau kimia karena harganya lebih murah dan keuntungannya lebih

Tingginya kandungan bahan kimia pada beberapa produk makanan olahan seperti

pada saus tomat dan saus cabai tersebut, dapat menimbulkan gejala kejang-kejang

terus menerus, hiperaktif, penurunan berat badan dan dapat menyebabkan

kematian. tentunya dalam hal ini konsumen lah yang dirugikan karena konsumen

sebagai pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

24
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan

Dari permasalahan tersebut beberapa waktu yang lalu terjadi sebuah kasus

dimana sebuah pabrik saus di bandung yang bermerek (SinarSari, unggulsari dan

Indosari) digerebek pihak kepolisian karena diduga menggunakan bahan kimia

berbahaya dalam pembuatan saus tersebut. saus yang dibuat oleh pabrik tersebut

bahannya bukan dari cabai atau tomat layaknya kebanyakan saus dan sambal.

Selain itu, komposisinya tidak sesuai dengan yang tertera dalam bungkus

kemasannya. Saus tomat dan cabai ini berbahan ampas tapioka (onggok), ekstrak

bawang putih, ekstrak cabai leoserin capsikum, saksrin, garam, cuka, pewarna

sunset, perwarna jenis poncau, potasium fospat, dan bibit cairan tomat . Jadi saus

tomat dan cabai tersebu, tidak pakai cabai atau tomat sama sekali. Tapi pakai

esens rasa tomat dan cairan kimia ekstrak cabai. Pada awalnya bahan dalam

pembuatan saus tersebut memang berbahan tomat dan cabai asli namun seiring

berjalanya waktu pabrik tersebu menggunakan bahan-bahan kimia dalam

campuran saus nya. pemilik pabrik beralasan bahwa penggunaan bahan kimia

tersebut dikarenakan pabriknya kebetulan kehabisan bahan baku tomat dan cabai,

sehingga menggunakan bahan kimia dalam campurannya. saus tomat dan cabai

tersebut dipasarkan ke pasar-pasar tradisional di Kota Bandung dan di seluruh

Jawa Barat. Pabrik ini sudah beroperasi selama 14 tahun. Dalam sehari, pabrik

rumahan tersebut bisa membuat saus palsu hingga 200 ton dengan keuntungan

mencapai Rp 100 juta per harinya.5

25
Dalam Undang-Undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

telah diatur mengenai apa yang tidak boleh dilakukan oleh pelaku usaha dalam

Pasal 8 ayat (1), dan sanksi pidana tercantum dalam Pasal 62 ayat (1). Bagi Pelaku

usaha yang melanggar ketentuan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua

milyar rupiah).

2. Kenyataan dan Data

Dari hasil wawancara terhadap beberapa anak sekolah dasar, banyak diantara

mereka menggunakan saus. Serta setelah memakan saus tersebut mereka merasa

rasa saus tersebut manis namun agak pahit. Serta ketika terlalu sering

mengkonsumsinya mereka menjadi sakit perut dan juga diare.

Data yang di peroleh dari beberapa artikel yang pernah di baca oleh penulis

juga menyatakan bahwa banyak saus yang mengandung pemanis buatan seperti

aspartam. Namun, tidak hanya itu bahkan pedangan pedangan jahil bahkan

memodifikasi saus dengan mencampurkan beberapa produk saus yang tidak

mengandung zat berbahaya dengan saus yang mengandung zat berbahaya serta

menambahkan aspartam dan beberapa zat lain agar saus terlihat menarik untuk

dimakan.

Banyak konsumen yang merasa sangat takut mengkonsumsi saus di akibatkan

kebanyakan saus terbuat dari bahan-bahan yang tak layak menjadi pangan dan

berbahaya bagi kesehatan.

26
Namun, dari hasil wawancara itu pula kebanyakan pedagang tidak mengetaui

sumber atau darimana saus itu berasal dan bagaimana cara membuatnya. Steril

atau tidak, dan terbuat dari bahan segar atau tidak, serta mengandung zat kimia

atau tidak. Mereka tidak mengetahui hal tersebut.

Kebanyakan orangtua merasa khawatir mengenai keamanan saus tersebut.

Oleh karena itu banyak orangtua yang melarang anaknya untuk jajan dengan

menggunakan saus.

Serta dalam hal ini, pemerintah kurang memperhatikan makanan yang

dikonsumsi oleh anak-anak sekolah dikerenakan sarana kantin sekolah yang sehat

hanya terdapat di beberapa sekolah yang rata-rata dengan siswanya yang

orangtuanya dengan ekonomi tinggi.

Penambahan zat pewarna pada makanan jika tidak sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dapat menimbulkan akibat yang buruk terhadap konsumen. Seperti

pengujian yang dilakukan oleh lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen

(LP2K) terhadap jajanan anak yang diperdagangkan di Kotamadya yang meliputi

komposisi kimia khususnya untuk mengetahui pengawet yang digunakan,

pemanis buatan, penyedap dan zat warna. Hasil analisis terhadap jajanan tersebut

telah ditemukan pewarna yang dilarang antara lain Rhodamin B (43,10 %),

Metanil Yellow (12,07%) dan pewarna hijau yang dilarang (1,7%). Menurut

LP2K, zat pewarna yang ditambahkan secara tidak bertanggung jawab dapat

mengakibatkan kemunduran kerja otak, sehingga anak menjadi malas, sering

pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar

27
3. Analisis

Berdasarkan analisis dari beberapa jurnal percobaan kimia, memang banyak

saus yang mengandung zat kimia tidak layak salahsatunya aspartam. Meskipun

sebenarnya aspartam tidak terlalu berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah sedikit

serta tidak terus menerus di konsumsi.

Maka bukan hanya isu belaka kalau saus yang beredar dipasaran mengandung

aspartam dan juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Meskipun aspartam

dalam jumlah sedikit tidak akan mengakibatkan penyakit yang berbahaya. Namun

jika dikonsumsi dalam jumlah banyak atau secara berkelanjutan maka akan

berbahaya bagi kesehatan.

Dari hasil analisis dari beberapa jurnal ilmiah, aspartam tidak terlalu bnyak

terkandung dalam saus. Yang lebih banyak yaitu sakarin untuk bahan pemanis

saus tersebut.

Mungkin yang menyebabkan anak sekolah atau konsumen sakit perut setelah

memakan saus adalah zat kimia lain atau bahan baku serta pengolahan yang

kurang tepat serta tidak steril.

Di Indonesia, penggunaan bahan kimia dalam makanan diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/Per/IX/1988 dan SNI 01-354-1994

tentang bahan tambahan makanan. Penggunaan dalam aneka produk makana

sudah ditentukan batasannya oleh pemerintah, yaitu maksimal 1.000 mg/kg3 .

Mengingat kepedulian kesehatan sebagian masyarakat di Negara berkembang

seperti halnya Indonesia masih sangat minim. Para produsen lebih suka memakai

bahan sintesis atau kimia karena harganya lebih murah dan keuntungannya lebih

28
Tingginya kandungan bahan kimia pada beberapa produk makanan olahan seperti

pada saus tomat dan saus cabai tersebut, dapat menimbulkan gejala kejang-kejang

terus menerus, hiperaktif, penurunan berat badan dan dapat menyebabkan

kematian. tentunya dalam hal ini konsumen lah yang dirugikan karena konsumen

sebagai pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan.

Berdasarkan Undang-Undang no 18 tahun 2002 tentang Pangan, Keamanan

Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari

kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,

merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan

dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk

dikonsumsi.

Berdasarkan hal diatas maka pemerintah juga sebenarnya idak tinggal diam

dalam hal pengaturan makanan yang mengandung bahan bebahaya. Namun

sayangnya pengaturan ini hanya secara umum tidak di spesifikan untuk konsumen

anak-anak sekolah. Karena anak sekolah merupak generasi penerus bangsa dan

juga negara.

4. Kajian islam

Dalam permasalahan serta judul yang penulis ambil tidak terlalu berhubungan

dengan bahasan agama. Namun, yang mesti ditekaknkan disini adalah asas agama

islam mengenai penipuan yang dilakukan oleh uknum-oknum yang tidak

29
bertanggung jawab yang telah menambahkan zat berbahaya pada makanan yang

di konsumsi.

Hukum Pidana Islam mengenal satu jenis hukum yang membatasi tingkah

laku manusia agar berbuat baik. Aturan lazim ini dikenal dengan sebutan sanksi.

Dan istilah dalam hukum Islam dinamakan uqubah. Pada dasarnya, pengertian

jinayat itu sendiri mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya,

pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. Di kalangan fuqaha,

perkataan jinayat berarti perbuatan-perbuatan yang terlarang menurut syara’.

Meskipun demikian, pada umumnya, fuqaha menggunakan istilah tersebut hanya

untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti

pemukulan, pembunuhan, penganiayaan, dan lain sebagainya. Dari berbagai

batasan mengenai istilah jinayat di atas, maka, pengertian jinayat dapat dibagi ke

dalam dua jenis pengertian, yaitu pengertian luas dan pengertian sempit.

Klasifikasi pengertian ini terlihat dari sanksi yang dapat dikenakan terhadap

jinayat.

1. Dalam pengertian luas, jinayat merupakan perbuatan-perbuatan yang

dilarang oleh syara’ dan dapat mengakibatkan hukuman had, atau ta’zir.
2. Dalam pengertian sempit, jinayat merupakan perbuatan-perbuatan yang

dilarang oleh syara’ dan dapat menimbulkan hukuman had, bukan ta’zir.

Hukum Pidana Islam merupakan aturan-aturan atau perundang-undangan yang

di tetapkan oleh Allah Swt., dan dengan aturan (hukum) ini menimbulkan sanksi

atau hukuman apabila dilanggar. Aturan ini mengandung substansi berupa

sejumlah larangan terhadap perbuatan-perbuatan tertentu.

30
Sanksi menurut Abdul Kadir Audah dalam bukunya at-Tasyri’al-Jana’i

alIslami adalah balasan yang ditetapkan untuk kemaslahatan umat terhadap

pelanggaran atas perintah Allah/agama.

Adapun mengenai ketentuan sanksi tentang penipuan/tindakan yang

menimbulkan kerugian terhadap konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha

memang tidak dikenal, tetapi perbuatan tersebut dikategorikan sebagai

pelanggaran harta. Dengan demikian, kerugian, bahaya materiil atau jiwa yang

menimpa konsumen sebagai akibat buruk dari produk pelaku usaha. Kerugian

yang di derita konsumen akibat barang cacat dan berbahaya, produk yang cacat

dikarenakan oleh tidak sempurnanya produk. Ini berarti mengurangi nilai atau

manfaat dari produk itu sendiri yang berakibat pada terganggunya kualitas

keamanan dan keselamatan bagi konsumen. Bukan tidak mungkin bahaya-bahaya

dapat mengancam konsumen sewaktu-waktu. Dalam hukum Islam, tidak

dijelaskan secara rinci mengenai kerugian itu sendiri, namun hal ini tersirat dalam

surah an-Nisaa ayat 29-30 yang mana terdapat dua poin penting dari kandungan

ayat ini, pertama, perdagangan ini harus dilandasi dasar suka sama suka di antara

kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Kedua, keuntungan yang di dapat oleh

satu pihak, tidak didapat dari kerugian pihak lain. Hal ini membuktikan

penekanan bahwa dalam hukum Islam memegang prinsip antisipasi terhadap

tindakan pengrugian ini, kerugian di artikan pula sebagai tindakan penipuan atau

al-ghasysy. Dalam konteks ini, penjualan barang cacat dan berbahaya mengarah

pada tindakan pengrugian, hukum penjualan barang cacat dan berbahaya yang

31
tidak di beritahukan tentang sifatnya ini dinyatakan dengan tegas bahwa hal

semacam ini merupakan tindakan penipuan.

Mengenai sanksi terhadap tindakan kerugian/penipuan ini, tidak di jelaskan

secara rinci dalam nash Alquran maupun hadits, bukan berarti bahwa tindakan ini

tidak di berikan sanksi. Melainkan sanksi ta’zir. Sanksi ta’zir diberikan secara

rinci mengenai kadar hukumnya. Sanksi tindak pidana pengrugian dalam hukum

Islam adalah jarimah ta’zir, karena hukumannya tidak diatur langsung dalam

Alquran dan hadits.

Kata ta’zir berasal dari kata ‘azar yang artinya memberikan respect and to

reform. Adapun menurut terminologi ta’zir diartikan sebagai tindakan edukatif

terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi had dan kafaratnya. Tindak

pidana ta’zir tidak ditentukan had dan kafaratnya oleh Alquran dan Hadits,

sehingga bentuk dan kadar hukumnya diserahkan kepada penguasa/hakim.15 Hal

ini senada dengan kaidah:

“Berat ringannya sanksi ta’zir diserahkan kepada imam (hakim) sesuai

dengan besar kecilnya kejahatan yang dilakukan”

Kaidah ini memberikan kewenangan kepada hakim dalam menjatuhkan berat

ringannya hukuman. Sudah barang tentu juga harus dipertimbangkan daya

preventif dan refresif (al-radd’ wa al-jazr) dari hukuman tersebut serta

dipertimbangkan pula daya edukatif dan rehabilitatif bagi yang bersangkutan.

32
Sesuai dengan firman Allah dalam Alquran surah an-Nisaa ayat 59 yang

artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),

dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat

tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya.”

Namun dalam pembagiannya, sanksi jarimah ta’zir terbagi menjadi:

 Sanksi ta’zir yang berkaitan dengan badan yaitu hukum mati dan jilid
 Sanksi ta’zir yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang seperti hukum

penjara dan hukuman buang(diasingkan)


 Sanksi ta’zir yang berkaitan dengan harta seperti denda, penyitaan dan

perampasan dan penghancuran barang


 Sanksi ta’zir yang hukumannya ditentukan sepenuhnya oleh Ulil Amri.

33
BAB IV

KESIMPULAN

Makanan penting di dalam kehidupan manusia, karena dari makanan

manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat

bekerja dengan optimal. Keamanan makanan merupakan aspek yang sangat

penting dalam kehidupan sehar-hari.tk jarang dari berbagai makanan tersebut

mengandung bahan tambahan. Salah satu jenis produk makanan yang biasanya

menggunakan bahan tambahan makanan berupa zat pewarna adalah saus.

Para produsen lebih suka memakai bahan sintesis atau kimia karena

harganya lebih murah dan keuntungannya lebih Tingginya kandungan bahan

kimia pada beberapa produk makanan olahan dapat menimbulkan gangguan

kesehatan.

Penambahan zat berbahaya adalah merupakan tindak pidana penipuan dan

sangat di larang oleh agama. Terutama oleh agama islam. Oleh karena itu, berhati-

hatilah dalam membeli produk dan jangan sekali-kali mengikuti jalan orang yang

salah agar mendapatkan untung yang banyak.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ami, 2014, Curigai Saos Tomat, www.kompas.co.id, [5 Januari 2009].

Anonim. 2016. Membeli Saus ? Perhatikan Warnanya. http://ww.halalguide.info.

[2 Januari 2017].

Esti dan agus Setiadi. 2010. Pengawet Dan Bahan Kimia. www.ristek.go.id. [5

Januari 2017]

Kantor Deputi Bidang Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan

Dan Teknologi. Tentang Pengolahan Pangan Saos . http;//www.ristek.go.id.

[29 Desember 2016]

Margono, Tri, Suryati, dan Hartinah. 2010. Buku Panduan Teknologi Pangan.

http://www.ristek.go.id. [9 Januari 2017].

Rol dan Broto, 2016, Awas, Sejumlah Jajanan Anak-anak Biang ’Kanker’,

www.menkokesra.go.id, [3 Januari 2017].

Tarwiyah dan Kemal, 2011. Tentang Pengolahan Pangan Saos Tomat.

www.ristek.go.id. [27 Desember 2016]

35

Anda mungkin juga menyukai