“ DIABETES MELLITUS “
Di Ruang ICU Rumah Sakit Islam Gondanglegi
Oleh:
Mahasiswa Profesi Ners di Ruang ICU RSI Gondanglegi
Mengetahui,
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pembimbing Lahan
(SAP)
: Moderator
: Penyuluh
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.
Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan penderita setiap
tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik
menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah (Infodatin, 2014; Sarwono, dkk, 2007).
Diabetes yang tidak terkontrol, mengacu pada kadar glukosa yang melebihi batasan
target dan mengakibatkan dampak jangka pendek langsung (dehidrasi, penurunan BB,
penglihatan buram, rasa lapar) serta jangka panjang (kerusakan pembuluh darah mikro dan
makro (Mikail, 2012). Menurut PERKENI (2006),terdapat banyak faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga dengan diabetes,
umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Serta terdapat faktor yang
meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan lebih, kurangnya aktivitas
fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan stress.
Pada pasien DM tipe-II umumnya bertubuh gemuk dan proses terjadinya lebih
dipengaruhi oleh lingkungan seperti gaya hidup dan pola makan. Karena, sel-sel sasaran (otot
dan lemak tubuh) yang seharusnya mengambil gula dengan adanya insulin, tidak memberikan
respon normal terhadap insulin. Jenis diabetes ini sering tanpa disertai keluhan, dan jika ada
gejalanya lebih ringan daripada DM tipe-I. Karena itu, DM tipe-II pada usia dewasa
seringkali dapat diatasi hanya dengan diet dan olahraga (Soegondo, dkk, 2005; Hartono,
1995).
3. Sasaran
Keluarga pasien ruang ICU Rumah Sakit Islam Gondanglegi
4. Materi (terlampir)
a. Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus
b. Faktor Penyebab terjadinya Diabetes Mellitus
c. Jenis Pemeriksaan yang digunakan pada penyakit Diabetes Mellitus
d. Mencegahan terjadinya penyakit Diabetes Mellitus
5. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
6. Media
a. Leaflet
7. Pengorganisasian
Pemateri : Vira Ambarwati
Notulen : Riwanda Oktaviani
Moderator : Sahrina Devinar Mayarani
Fasilitator : Riwanda Oktaviani
8. Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu Penyaji Peserta
.
1. 3 menit Pembukaan : Menjawab salam
Salam pembukaan Memperhatikan
Perkenalan
2. 5 menit Penyajian materi :
a. Pengertian Penyakit Diabetes
Mellitus
b. Faktor Penyebab terjadinya
Memperhatikan
Diabetes Mellitus dan gejala-
Menanyakan hal – hal
gejala yang ditimbulkan akibat
yang belum jelas
Diabetes Mellitus.
c. Jenis Pemeriksaan yang
digunakan pada penyakit
Diabetes Mellitus
d. Mencegahan terjadinya penyakit
Diabetes Mellitus
3. 10 menit Diskusi Mengajukan
pertanyaan
Memperhatikan
Memberi tanggapan
9. Evaluasi
Evaluasi terstruktur :
1. Meminta perizinan kepada kepala ruang ICU Rumah Sakit Islam Gondanglegi
2. Penyuluh mempersiapkan metode, media, dan pertanyaan pertanyaan yang akan di
berikan.
3. Meminta salah satu anggota keluarga untuk mengikuti proses penyuluhan
Evaluasi proses :
1. Pasien dapat memahami terkait dengan tujuan instruksionalnya
2. Pasien dapat memahami dan menjelaskan tentang bagaimana penyakit infark
miokard akut, penatalaksaaan serta pencegahannya.
Evaluasi hasil :
1. Pasien dan keluarga mampu memahami dan menjelaskan tentang bagaimana
penyakit infark miokard akut, penatalaksaaan serta pencegahannya.
MATERI PENYULUHAN
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes
Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin.Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa.
Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak
lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan
suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
a) hiperglikemia berpuasa
b) glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c) keletihan dan kelemahan
d) ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a) lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b) gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
c) polidipsia,
d) luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
e) komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka
a) Akut
1. Hipoglikemia dan hiperglikemia
2. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3. Penyakit mikrovaskuler,mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
b) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
1. Neuropati diabetic
2. Retinopati diabetic
3. Nefropati diabetic
4. Proteinuria
5. Kelainan koroner
6. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1. Grade 0 : tidak ada luka
2. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4. Grade III : terjadi abses
5. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsangpembentukan glikogen baru.
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaranasam lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kasetvideo, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1–4 jam, sesudah suntikan
subcutan.
5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara
kembar identik.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa,Budi. 2007.
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas,
Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi keperawatan.
Jakarta : EGC.