Anda di halaman 1dari 6
APLIKASI ANALISIS DNA DALAM BIDANG FORENSIK (STUDI PUSTAKA) Elza Ibrahim * Analisis DNA dalam bidang fornsi mera tek yang rai bare dan berkembang pst ssn’ dengan peningkatan Kuala dan kusattasriminalias damping dapat digansan dalam penenous fabungan Eclnsg Permasashannys adalah bngaimaca Ketampuan tals DNA ia dala. mengidetfias idivida pads Fase: ‘anus teracbu. Dari 3.3, rulyar psang bas yang membentuk genom manvsia,terdpat seit 3 juts porta late stp ds ind, Untuk tan dentine DNA dalam bang Totena ego yg aga pets ‘salah lous poimorte DNA termasuk resi urn satelit (Satellite sequence pada hagan Yang tak engkode rod tetetu di genom manus. Bila ekuens foimore DNA pada sis popu diet, poeta ar identifi, Jokuspolimorfik dengtnfekuesi Yang dike dalam sua popula) dapat ph schepe DNA macker, Analisis DNA merupakan sua mode Yang sings potnsel yang devas ini telah ierima seen Jane saga sat cara eatin dalam Bang Trent, scab hanya Sbuuhan seit sumpel a ane dapat dambil dari sea sel bern di scar tubuh: Penggvoaan ancis DNA dan bank data BNA teers bag dengan peat sertamerupakan sara yang pentng saga pelengkao lerhadup bidang kedokteran dan Keo ‘ean git foes linya, Gua efi eta bang Yoresi iajrkan agar etoemetode ny a ‘ikon Pendahuluan [dentifikasi korban dan tersangka dalan suatu kasus kriminalita termasuk penetuan hubun- gan keluarga merupakan obyek utama untuk analisa forensik. Dewasa ini dengan kemajuan feknologi DNA, ilmu forensik menyediakan berbagai sarana yang mengandalkan citi spesifik individu yarg temyata berbeda pada setiap orang. Sebelumnya berbagai cara klasik telah digunakan seperti visualsasi sidik jar antigen golongan darah, perbandingan dengan status sii geligilain-lain, Walaupun demikian metode forensic tadsional tersebut cenderung terbatas jangkauannya an dibutuhkan rekaman dan sarmpel dan sampel yang adekuat sehingga didapaikan hasil yang ‘apat dipertanggungjawablan. Perkembangan akhirakhir ini dalam identifies: genotip ‘memungkinkan penggunaan analisis DNA untuk tujuan tersebut.!2345 Dewasa ini terdapat Kecenderungan peningkatan penggunaan analisis DNA dalam bidang forensik, walaupun Penggunaannya belum secara lua, Hal ini karen tekniktersebut relat masih baru dan metode analisa dan aplikasinya harus menurut prosedur standar intemasional. Namun di beberapa negara maju penggunaan teknik ini telah menjadi suatu sarana forensik yang bersifa rutin, walaupun masihdiperlukan beberapa pertimbangan dalam penyederhanaan teknik analsis DNA untuk mendapatkan hasit yang lebih cepat, penekanan biaya analisis DNA guna penggunaan yang lebih luas, dan pengembangan teknologi agar lebih dikenal dan memungkinkan penghi- tungan probabilitas dalam identifikasi. ‘Aspek yang terakhir masih terus diperdebatkan selama dekade tcrakhir ini.2* Hal ini sisebabkan oleh fakta bahva terdapainya DNA genotyping baru dalam waktu relatif singkat Perdebatan ini bukan ferhadap valiitas dari aplikasi analisis DNA dalam bidang forensik, lo hin, Dr Bg Oral Hoey, Faas oso i Ue ladon 2 tetapi lebih terhadap metode-yang ideal untuk interpretasi" Dalam hal ini kesulitan teknis ‘umumnya berhubungan dengan fakta bahwa tidak seperti analisis biokimia untuk forensik (misalnya, golongan darah), analisis DNA melibatkan pula aspek genetika populasi Dari 3,3 milyar pasang basa yang memibentuk genom manusia, hanya sekitar 1/1000 atau 3 jjta perbedaan diantara setiap individu dalam populasi di dunia,* Untuk melihat perbedaan di antara individu, hanya sebagian kecil dari fraksi DNA yang berbeda yang ditargetkan untuk DNA genotyping. Walaupun demikian dalam penggunaan DNA tersebut sebagai marker terda- pat suatu seleksi yang luas untuk diperbandingkan. Materi genetik mempunyai derajat polimor- fik yang tinggi Karena itu genotip dari tap individu merupakan suatu ciri yang spesifik bagi individu tersebut, kecvali pada kembar identik. Dalam prakteknya saat ini belum memungkin- Jkan penggunazn semua lokus yang berbeda dalam analisis DNA, Walaupun demikian dengan penggunaan DNA marker yang dipilih untuk melihat regio DNA dengan derajat polimorfik ‘yang tinggi, probabilitas identifikasi positif (dan alternatif eksklusi posti) biasanya lebih tinggi ‘ibandingkan metode forensik tradisional. Demikian pula regio yang tidak mengkode produk tertentu (merupakan 99 % dari seluruh genom) sangat berguna karena pada regio inilah terda- pat urutan tasa DNA yang berulang-ulang yang disebut satelit. Pada manusia regio satclit ‘meliput 30 % dari genom dengan derajat polimorfik yang tinggi." Dewasa ini sidik DNA = DNA genotyping = DNA analysis = DNA finger printing = DNA profiling) dapat dikatakan merupakan suatu sarana rutin dalam identifikasi manusia ferutama di negara maju, telapi belum merupakan pilihan yang utama karena prosesnya lama, biasanya mahal dan belum dikenal secara meluas dalam analisis forensik dibandingkan metode tradisional. Tyjuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas metode dan teknik yang sesuai untuk analisis DNA dibidang forensik. Selain itu juga untuk membandingkan DNA genotyping dengan metode forensik tradisional Analisis DNA di Bidang Forensik Metode Analisis DNA di bidang forensik dimutai dengan pengambitan sampel. Ukuran sampel yang dianjurkan terdapat pada tabel 1, tetapi dengan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) ukuran sampel pada dasarnya jauh lebih sedikit, bahkan sampai satu sel sekalipun.! ‘abel L. Ukuran sampel yang dianjurkan untuk Analisis DNA." Bile Amplifkasi dengan PCR tidak digunakan. MACAMJARINGAN KUANTITAS (a) Darah so* Semen lo Hat, ginjl, kuti 1s* cot 25" Keterangan: Sermo el berint mislays twang, 80 olkel rmbt dea lan spat Daly bento ork sept deter Febibbesar dar 18mm Sampel dikumpulkan dengan hati-hati, harus dihindarkan kontaminasi dengan DNA sing. CCaranya, operator menggunakan sarung tangan dan penempatan sampel lebih baik pada secar- ik kertas dasipada dalam kantung plastik guna mencegah rusaknya DNA karena infeksi oleh jamur, Suatu keuntungan bahwa DNA merupakan materi yang kuat, walaupun diambil dari bercak darah atau semen yang sudah berumur lebih dari 10 tahun. Jaringan yang dibekukan atau spesimen yang difiksasi dengan etanol atau buffer formaldehid lebih baik digunakan untuk Jaringan yang berasal dari autopsi. Sampel Kering ditempatlan pada tempat yang sejuk dengan dessicant atau dalam keadaan boku, Jaringan autopsi dibungkus dengan alumunium foil dan ditempatkan dalam kantung plas- tik untuk segera dibekukan pada temperatur -20°C sampai -80°C. Penting mencatat keadaan spesimen, Kemungkinan-kemungkinan kontaminasi DNA asing, temperatur tuang penyimpanan dan informasi yang berguna dikemudian hari Classic Restriction Fragment Length Polymorphisms (RFLP) disebabkan karena perubahan sepasang basa pada DNA. Perubahan pada suatu basa menyebabkan hilangaya atau bertam- bahnya sisi enzim restriksi, selanjutnya terjadi suatu fragmen restrksi yang lebih panjang atau lebih pendek, Ukuran polimorfisme yang dikenal sehagai DNA marker dapat digunakan seba- fai sidik jari DNA. DNA dapat disolasi dari setiap sel yang berinti (ermasuk juga DNA mitokondria yang diturunkan secara materal dapat digunakan), DNA tersebut dapat dipotong, dengan enzim restrksi. Biasanya digunakan enzim dengan 4 recognition sites (Hinfi, Mbol, ‘Alul, Ha IID untuk sidik jari DNA karena akan dihasilkan distribusi fragmen DNA (panjang berkisar 1,5 - 30 kb) yang sesuai untuk teknik pemisahan menggunakan gel elektroforesis dengan agarose (0,7 %). Sidik jari DNA dilihat melalui_klasfikasi bentuk pita dari ukuran-ukuran fragmen pada elektroforesis kemudian ditransfer dalam membran imobilisasi (Southern blots). Analisis DNA yang sederhana sekalipun yaitu dengan single locus DNA markers dapat sangat poteasial untuk identifikasi dalam sistem multialel, walaupun analisis multilokus dapat lebih efektif). Pengeta- huan tentang frekuensi polimorfisme DNA di dalam suatu populasi memungkinkan perkiraan ‘kuantitatif dari probabilitas diterima atau tidaknya identitas atau hubungan Keluarga. Untule tmendapat probabiltas identifkasi yang tinggi, lokus polimorfk yang diketahui frekuensinya dalam suatu populasi dapat diplin sebagai markers. Di samping itu sebanyak mungkia mark- ers genetik dapat digunakan; sebagai contoh menggunakan 3 lokus VNTR (Variable Number Tandem Repeat) memberikan potensi rata-rata | dari S00 orang, Enam lokus memberikan 1 dari 200,000 orang dan 12 lokus 1 dari 90 juta.” Fiksasi DNA dengan PCR untuk sampel jumlah Keel dapat meningkatkan sensitftas anal sis DNA. PCR telah dipermudah dengan penggunaan heat-stable enzyme taq polymerase dari ‘Thermophilus aquaticus dan dilengkapi dengan pengatur temperatur yang otomatis. Harus diperhatikan penanganan sampel supaya tidak terjadi kontaminasi. Karena kontaminasi DNA asing yang sangat keel selalipun dapat menyebabkan kesalahan yang besar, Untuk tujuan amplifikasi DNA dengan PCR, destruksi inti sel dan pemanasan sampel biasanya sudah cukup. Kirackira 25-1000 ng dari DNA manusia digunakan pada setiap reaksi PCR yang dapat ‘memproduks jumlah sekuens target yang tidak terbatas.? Tingkat Kepercayzan Analisa DNA. Analisis DNA hanya dapat dipercaya bila mengguna- kan prosedur dasar genetika molekuler yang dapat menunjukkan perbedaan antara individu. Dewasa ini validitas dari pendelatan analisis DNA yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dlasar tidak lagi diragukan.* Walaupun demikian tidak berarti dari hasil analisis DNA tidak ada ‘kesalahan. Misalnya, Keraguan tentang kualitas masih tetap diperdebatkan seperti juga teknik forensik lainnya, Kemungkinan Kesalahan yang terjadi dalam Kesalahan analisis DNA antara Jain kontaminasi dari sampel oleh DNA asing, destruksi DNA seat penyimpanan atau persia- 2 pan, dan keslahan dalam perbandingan statistik terhadap popula dan penetpan probabilitas identifikasi.' 23436 Dari seluruh Kesalahan tersebut, 2 sumber kesalahan pertama dapat dicegah dengan jalan melakukan prosedur yang tepat dan hati-hati, baik dalam pengambilan sampel, penyimpanan ddan persiapan (Iihat 2,1). Kesalahan yang terakhir biasanya hanya merupakan suatu ketidakpas- tian yang relatif, yang tidak dapat secara total menghilangkan hasil dari suatu analisis DNA dalam penentuan identifikasi. Walaupun demikian, penting bahwa probabilitas yang sebenarnya diketahui pasti. Bagaimanapun juga hasil analis DNA cukup optimum, mengingat resolving power dari analis DNA tersebut. Penggunaan analisis DNA dapat ditingkatkan pada banyak kasus-kasus kriminalitas jika terdapat datadatasebelumnya (record) dari tersangka, Karena biasanya kriminalitas ‘berat dilakukan oleh orang yang sama berulangkali. Bank data DNA digunakan sebagai pelengkap atas data tradisional dari identifikast kriminal. Bank data DNA mungkin terlihat mahal karena terbatas untuk pelaku kejahatan. Quality control dalam kriminalitas yang berhubungan dengan analisis DNA dan bank data DNA sangat diperlukan. Karena hasil negatif semu mendorong penyelidik mengambil kesimpulan yang salah yang menyebabkan pelaku kejahatan yang sebe- narnya dapat luput. Sebaliknya kelambatan dalam pembuatan profil bank data menyebabkan Ketidaktepatan yang akan meningkatkan kesalahan dengan dimasukkannya target individu yang tidak diperlu- kan, Hal ini karena pembuatan profil awal biasanya hanya oleh sedikit DNA probe yang selan- jutnya diperkuat dengan lokus DNA dalam jumlah yang lebih besar.’ Perbandingan dengan Pemeriksaan Sidik Jari dan Teknik Polimorfik Protein. Sejaksidikjari DNA berkembang dengan pesat dan digunakan sebagai alat untuk tujuen- tujuan forensik maka schaiknya cilakukan perbandingan dengan metode tradisional. Dari selur uh metodealteratif yang ada, pernyataan dari para saksi Kurang dapat diandallan, sedangkan visualisasisidikjari dapat digunakan tetapi Kurang kuat bila dibandingkan dengan anaiss DNA. Karena pada kasus kriminalitas profesional sidik jari sukar ditemukan. Pemeriksaan dengan HLA, antigen golongan darah (ABO) dan marker protein yang lain akan —sangat bberguna tetapi agar dapat diperanggungjawabkan dibutuhkan sampel segar dalam jumlah yang lebih banyak.” Oleh karena itu jenis-enis pemerikszan ini tidak dapat dipergunakan untuk korban kecelakaan, Kriminalitas dengan Koodisi tobu yang hancur alau sudsh mengalami pembusukan, DNA Typing mempunyai keuntungan yang jelas dibandingkan metode-metode tersebut arena analisis DNA lebih kuat dan haaya_membutubkan lebih sedikit sampel sera sedikit pengavetan sampel_dibandingkan metode Klask, dan Karena DNA marker lebih efeti dalam membedakan individu sehingga dapat lebih mudah menjlaskan tersangka yang tidak bersalah dalam suatu kasus_pengadilan. Kirs-kra 37 % dari kasus Federal di USA dengan mengguna- kan teknik ini menyimpulkan eksklusi dari tersangka. XKekurangan yang utama dalam teknik ini dibandingkan dengan metode klask adalah ting- sginya biaya, peralatan dan tenaga yang terbatas. Bagaimana pun teknike ini terus berkembang ddan menjadi populer ke seluruh dunia. Perbandingan dengan Kedokteran Gigi Forensik. ‘Metode kedokteran gigi forensik merupakan cara yang termudah dalam identifikasi, walau- Fy pun tubuh dalam keadaan rusak dan membusuk. Bagaimana pun dalam identifikasi, keuntungan analisis DNA lebih nyata dibandingkan dengan kedokteran / kedokteran gigi forensik, antara Jain, analisis DNA dapat dilakukan terhadap hampir seluruh sampel yang mengandung DNA dan kemungkinan kesalahan interpretasi sangat kecil pada pemeriksian jaringan yang rusak atau obyek yang sangat keel. Dalam penentuan hubungan keluarga, identifikasi.analisis DNA positif sering Kali dapat dilakukan walau tanpa rekaman terdahulu."°"" Sedangkan dalam kkedokteran forensik sangat diperiukan rekaman keadaan gigi geligi. Hal ini sulit dilakukan ‘mengingat jarang dilakukan pembuatan rekaman tersebut oleh dokter gigi*'20"418 ‘Sedangkan kekurangan analisis DNA dibandingkan dengan kedokteran gigi forensik, pera- latan dan tenaga abli untuk analisa DNA belum meluas di seluru dunia dan biaya analisis DNA yang tinggi dan prosedurya yang lebih lambat dibandingkan kedokteran gigi forensik. Dianjurkan untuk efisiensi identifikasi forensik agar mengkombinasikan metode-metode yang, ada, Metode yang lebih cepat dan relatif murah seperti Kedokteran gigi forensik digunakan lebih dahulu, hanya pada Jasus-kasus yang sulit dilengkapi dengan analisis DNA. Jadi anali- sis DNA dapat digunakan sebagai pelengkap atau digunakan tersendiri Penutup Hanya sekitar 1/1000 dari genom manusia berbeda di antara setiap 2 individu untuk tujuan idemtifikasi forensik dengan analisis DNA tidak hanya bagian yang mengkode produk tertentu dari genom yang berguna, tetapi juga bagian-bagian lain dari DNA. Pengetahuan tentang frekuensi polimorfisme DNA dalam suatu populasi, memungkinkan perkiraan kvantitaif dari probabilitas untuk dapat diterima atau tidaknya hubungan kelvarga: Untuk mendapatkan proba- bilitas yang tinggi dari suatu identifikasi, lokus polimorfik yang telah diketahui frekuensinya didalam suatu populasi dapat dipilih sebagai DNA markers. Juga sebanyak mungkin marker enetik dapat digunakan. Karena DNA merupakan sumber yang kuat dan penggunaannya yang meningkat dalam ‘dentifikasi forensik, maka bank data DNA mulai berkembang pesat schingga dapat melengkapi pemeriksaan forensik lainnya, Dalam prakteknya dianjurkan untuk efisiensidentifikast foren- sik dengan meagkombinasikan metode-metode yang ada. Teknik yang lebih cepat dan murah seperti Kedokteran gigi forensik digunakan lebih dahulu, hanya kasus-kasus yang sulit diguna- an analisis DNA. Jadi analisis DNA dapat digunakan sebagai penunjang atau digunakan ter- sendiri Daftar Pustaka 1. McCabe ERB. 1992. Applications of DNA Faerpritig in pediatic practice. J Ped 120 (4 Bagian 1, bal 499.508, 2. Weir BS, 1992, Population genlcs nthe fresie DNA debate, Proceading ofthe National Acedemy of ‘Science ofthe USA 89 28), hal 11654-11659, 3. Epplen IT. ctl. 1992. On’ the potent of simple of epastive DNA for iageriating in clinics, forensic ‘sd evalu tionary dyeanie tudes. Cleat lnvestgtor 70 (11), bal. 1043-1051 4. Nishn RY. 1992. Forensic DNA analysis: Scenic, legal and socal issues. Cancer Investigation 10 (6, hal 353-563, 5. McEwen JE & Reily PR, 1994, A review of sae legislation on DNA foreasic data banking, Am J Hum Genet 54 (6), bal. 951-958. 5. Morton NE” 1994. Genatic structure af forensic populations. Arm} Hum Gonet SS (3), hal 387-5 1. Kisby LT. 1992. DNA Fingering, An Invoduction. WH Preemun & Company: New Yor, bal 51-73. Jeftays A. Wong Z. Wilson V. 1985: Applications of mull cu and snglalocussinetlite DNA probes ia forensic medicine In DNA Technology and Foresis Science, Cold Spring Hasbor Laboratory Pres: New York, hal. 285-283, as 9. Horntra IK & Yang TP. 1993. In vivo footprinting and geno mic sequencing by ligation matted PCR. ‘Analytical Bnchetsy 213 (2), hal, 179-193 10. Stoe-obaasea W. Solneim T & Sakshaung 0. 1990, Dental iden ifction afer the Dash 7 irra acide, st Torghatten, Norlhem Norway, May 6th 1988. Proceeding of the 12th Meeting of Intemational Assocation ‘Of Forensic Scince, Adalaide, Ausra Ostobec 2429. 11. Ligheim AJ. 1994. The Helderberg air disaster forensic cdo tical investigations Forens Odont-Stomat 12), bal 15-18, 12, Figgener L. 1994. The dty ofthe dots to keep recordsignificance and relevance according to German Lav Foreas Odoat Soma 12 (1), il 19.20, 13, Sind LP. Restusson LG & Borewann H. 1994, Accuracy of dental reisrtion ia forensic edontology “among deatss and dental aden J of Forens Odont Somat 12 (1), ha 1214 14: Kall § & Solheim T, 1994, A non-destrctve dental method forage esimation. 3 Forens Qont-Stomsat 12 (Dy hal, 6-11 1, Wenzal A. Andersen L, 1994. A quantitative analyse of substation imagesbasod on bitewing radiographs Yor silat victim satiation in foresic deals. J Forene Odont- Somat 12 (I hal 3

Anda mungkin juga menyukai