Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN BBDM INDIVIDU

SKENARIO 1 MODUL 2.1

“JETLAG”

Mata Kuliah : Sistem Saraf Pusat, Organ Sensuum,


dan Endokrin

Dosen Tutorial : dr. Innawati Jusup, M.Kes, Sp.KJ

Grup/Kelompok : 11

Nama : Swara Wida Shakti

NIM : 22010115120031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2016
Tanggal : 17 Februari 2016

Moderator : Ardita Harfanti P

Sekretaris : Arillia Putri P

SKENARIO 1

JETLAG

Tn. Wicakosono setelah lulus S3 di Amerika, pulang ke Indonesiadengan


pesawat terbang. Sampai di Indonesia jam 19.00 WIB. Namun sampai subuh dia tidak
dapt tidur. Gagguan tidur malam hari ini berlangsung tiga hari, sehingga dia kemudian
berobat ke spesialis saraf. Tn. Wicaksono bahkan sampai meminta dokter spesialis
tersebut untuk memeriksa EEG.

A. PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI SINGKAT
a. Apa hubungan EEG dengan ketidakbisaan tiduran pasien?
Jetlag adalah gangguan tidur dalam siklus sirkardian yang tidak berfungsi
secara normal. Berhubungan karena terletak pada nucleus
suprachiasmatikus pada bagian ventral anterior hipotalamus. Maka EEG
bertujuan untuk memeriksa aktivitas pada bagian tersebut.

b. Apa saja penyebab jetlag selain perbedaan zona waktu?


Kondisi awal sebelum berangkat, bisa karena kelelahan dan udara kering
dipesawat sehingga memicu sakitnya kepala. Jetlag juga bisa disebebkan
alcohol, usia, sering berpergian, dehidrasi, dan stress, konsumsi kafein,
produksi melatonin dengan tidur.

c. Apakah pengaruh atau gangguan insomnia selain jetlag?


Stres, mengonsumsi kafein, diabetes, efek samping pengobatan, alkohol,
kagiatan yang tidak teratur, pola tidur yang berubah secara drastis,
suasana tidur yang tidak baik, gangguan neurologis atau riwayat cidera
otak.
d. Bagaimana cara mengatasi jetlag?
Menyesuaikan diri dengan tujuan, mengkonsumsi melatonin, menghindari
konsumsi alcohol, mengindari mengkonsumsi kafein, perbanyak minum
air putih dan sari buah.

e. Dimana lokasi dari bagian otak yang terkena insomnia?


Letak lokasi pada bagian otak terdapat di nucleus superchiasmaticus
yang ada pada bagian ventral anterior hipotalamus.

2. SKEMA

JETLAG FAKTOR

INSOMNIA

MEKANISME PENYEBAB CARA NEURON


MENGATASI YANG
TERLIBAT

3. RELEVANSI
1) ANATOMI
DIENCEPHALON
Diencephalon merupakan kumpulan nucleus yang terletak mulai
dari Commissura Ephitalamica (posterior) membentang ke depan sampai
foramen interventriculus Monroi. Di sebelah lateral dibatasi oleh Crus
posterior Capsula interna, Cauda nucei caudati, dan atria terminalis.
Ventricuus tertius memisahkan behana diencephalon kanan dan kiri yang
simetris. Diencephalon dibagi menjadi empat bagian:
1) Epithalamus
2) Thalamus
3) Hypothalamus
4) Subthalamus

Corpus Geniculatum medial dan lateral membentuk sub bagian


dari Thalamus yaitu Metathalamus.

EPITHALAMUS

Epithalamus terdiri dari:

1) Habenula dengan nuclei Habenula


2) Commissura Habenularum (Habenularis)
3) Stria medullaris
4) Corpus Pineale (Glandula Pinealis)
5) Commissura Epithalamica (Posterior)

CORPUS PINEALE (GLANDULA PINEALE/EPIPHYSIS)


Merupakan massa kecil berbentuk kerucut pada dinding psterior
ventriculus tertius, basisnya dengan tangkai pendek melekat pada
Commissura Habenulae dan Commissura Epithalamica (posterior).
Bangunan ini merupakan kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon Melatonin. Hormon ini merupakan amin yang hubungannya
dengan fungsi gonade belum jelas. Secara experimental menghambat
fungsi gonade baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui
hypophysis anterior). Melatonin dihasilkan oleh se pinakosit yang
merupakan paraneuron.

Recessus Pinealis:
Merupakan perluasan ventriculus tertius ke dalam corpus pineale.
Commissura Habenulae (Habenularis):
Menghubungkan habenula dan terdaat di lamina cranialis tangkai
corpus pineale.
Commissura Epithalamica (Posterior):
Terdapat di daerah perbatasan mesencephalon dan diencephalon.
Tepatnya di rostral dari colliculus rostralis (superior) di tempat di mana
ventriculus tertius melanjutkan diri sebagai Aquaductus mesencephali
(cerebri) Sylvii, atau pada lamina caudalis tangkai corpus pineale.
Commissua ini mengandung serabut-serabut:
1) Dari nuclei pretectalis
2) Dari neclei commissua epithalamica (posterior)
3) Dari nucleus Intertitialis Darkschewitsch.

LINTASAN VISUAL DARI RETINA SAMPAI KE EPIPHYSIS

Nervus Opticus merupakan kumpuan neurit atau axon sel-sel


multipoler yang terdapat pada stratum ganglioner retina. Nervus Opticus
berjalan ke arah posteromedial meninggalkan foramen opticum. Segera
sesudah melampaui Canalis Opticus, kedua saraf ini bergabung di garis
median membentuk Chiasma Optica.
Setelah melalui chiasma optica, serabut optik tadi disebut sebagai
tractus opticus dan berjalan ke arah dosolateral, mengelilingi pedunculus
cerebri. Sebagian besar tractus ini berakhir pada corpus geniculatum
laterale, dan sebagian kecil meninggalkan tractus opticus sebagai radix
mesencephalicus tractus optici yang akan menuju ke nucleus pretectalis
dan colliculus cranialis.

2) HISTOLOGI
CORTEX CEREBRI
Luas Cortex cerebri adalah 200.000 mm2. Junlah sel-sel neuronya
kurang lebih 14 juta.
Sel-sel pada cortex cerebri:
1) Sel Pyramid
 Dendrit apical pada permukaan otak
 Ada granul padat pada dendrit
2) Sel Stelata
3) Sel spindle/fusiformis
 Pada lapisan dalam cortex
4) Sel Horizontal (Sel Cayal)
 Pada lapisan luar cortex
5) Sel inferted (Martinotty)
 Berbentuk polygonal/segitiga
 Sel yang terbesar adalah Sel BETZ
 Axon langsung ke menuju permukaan
Substansia alba

Substansia grisea

Lapisan-lapisan Cortex Cerebri:


1) Stratum moleculare → sel-sel Cayal
2) Stratum granulare externum → sel pyramid kecil
3) Stratum cellulare pyramidal → sel pyramid dan martinotty
4) Stratum granuler internum → sel stelata
5) Stratum ganglionare → sel pyramid besar dan sel Betz
6) Stratum polymorphocellulare → sel spinale

Sel BETZ
CORTEX CEREBRI
Daerah
Telencephalon
Daerah
Motorik

GLANDULA EPIPHYSIS
1) Bentuk dan Ukuran
a) Kerucut gepeng, 5-8 mm x 3-5 mm
b) Beratnya adalah 120 mg
c) Dibungkus oleh piameter
2) Lokasi
Pada atap diencephalon, daerah posterior ventriculus tertius
3) Jaringan Parenkim
a) Berasal dari jaringan otak
b) Pembuluh darah dari piameter masuk ke parenkim
c) Jenis sel:
 Pinealosit
 Sel-sel interstitial
 Sel glia
 Mastosit
d) Usia tua:
 Jaringan ikat bertambah
 Corpora arenaca : Sand granules
4) Jenis-Jenis Sel Kelenjar Epiphysis
a) Pinealosit
 Sitoplasma Basofil
 Banyak mengandung ribosom bebas
 Granular endoplasmic reticulum
 Tonjolan sitoplasma panjang bercabang, berakhir pada:
 Jaringan pengikat sekat yang vaskuler
 Akhiran percabangan melebar
b) Sel Interstitial
 Mirip astrosit
 Berada di antara pinealosit dan pembuluh darah
 Tonjolan sitoplasma banyak mengandung filamen halus
3) FISIOLOGI
KESADARAN, TIDUR, DAN EEG
Kata kesadaran merujuk pada keadaan sadar tentang dunia luar
dan diri sendiri, termasuk mengetahui alam pikirannya sendiri—yaitu,
kesadaran pikiran, persepsi, mimpi, dan sebagainya. Meskipun tingkat
akhir kesadaran terletak di korteks serebrum dan sensasi kesadaran
dideteksi oleh talamus, pengalaman sadar bergantung pada fungsi
terintegrasi berbagian sistem saraf. Dasar selular dan molekular yang
melandasi kesadaran adalah salah satu pertanyaan yang tidak dapat
dijawab dalam neurologi. Sutau proposal yang terus mendapat dukungan
adalah teori global work-space, yang mengemukakan bahwa
pengalaman kesadaran bergantung pada otak yang berfungsi sebagai
“jaringan otak”, yaitu kondisi ketika beberapa kepingan informasi yang
tidak disadari yang diproses swcar alokal pada waktu yang bersamaan
segera disiarkan ke seluruh otak (yaitu, ke global workspace). Pertukaran
informasi luas yang sangat terkoordinasi ini di antara berbagai korteks
memberikan pengalaman subjektif informasi di bawah “sorotan perhatian
selektif” dalam “teater kesadaran”, menggunakan teater metaforik yang
dihadirkan oleh peneliti yang mengemukakan teori ini—yaitu kita menjadi
sadar akan apa yang akan kita alami hanya ketika informasi yang
diberikan melewati saluran khusus (seperti informasi sendorik)
didistribusikan ke korteks sehingga terbentuk suatu kesatuan pikiran.

Berikut ini dicantumkan keadaan-keadaan kesadaran sesuai


urutan penurunan tingkat keterjagaannya, didasarkan pada tingkat
interkasi antara rangsangan perifer dan otak:
1) Kewaspadaan maksimal
2) Terjaga
3) Tidur (beberapa jenis)
4) Koma
Kewaspadaan maksimal bergantung pada masukan sensorik
pembangkit-perhatian yang “memberi energi” untuk RAS dan selanjutnya
tingkat aktivitas SSP secar akeseluruhan. Di ekstrim yang lain, koma
adalah kehilangan total responsivitas seorang yang hidup terhadap
rangsangan luar, disebabkan oleh kerusakan batang otak yang
menggaggu RAS atau oleh depresi luas korteks serebrrum, misalnya
yang menyertai kekuarang O2.
Siklus bangun-tidur adalah sutau variasi sikli normal dalam
keadaan kesadaran terhadap lingkungan. Berbeda dengan keadaan
terjaga, orang yang tidur tidak secara sadar mengetahui dunia eksternal,
tetapi mereka memiliki pandangan kesadaran dunia internal, misalnya
mimpi. Selain itu, mereka dapat dibangunkan dengan rangsangan luar,
misalnya bunyi alarm.
Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya
keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang
selama tidur. Selama tahap-tahap tertentu, penyerapan O2 oleh otak
bahkan meningkat melebihi normal sewaktu terjaga.
Terdapat dua jenis tidur, yang ditandai oleh pola EEG yang
berbeda dan perilaku yang berlainan: tidur gelombang-lambat dan tidur
paradoksal, atau REM.

POLA EEG SELAMA TIDUR


Tidur gelombang-lambat terjadi dalam empat tahap yang
masing-masing tahapnya memperlihatkan gelombang EEG yang semakin
pelan dengan amplitudo lebih besar (karenanya dinamai tidur
“gelombang-lambat”). Pada permulaan tidur, Anda berpindah dari tidur
ringan (“tidur ayam”) stadium 1 menjadi tidur dalam stadium 4 (tidur
gelombang-lambat) dalam waktu 30 hingga 45 menit; kemudian Anda
berbalik melalui stadium-stadium yang sama dalam periode waktu yang
sama. Pada akhir tiap-tiap siklus tidur gelombang-lambat terdapat
episode tidur paradoks selama 10 hingga 15 menit. Secara paradoks,
pola EEG Anda selama periode ini mendadak berubah seperti dalam
keadaan terjaga, meskipun Anda masih tidur lelap (karena itu dinamai
tidur “paradoks”) (gambar 5-22). Setelah episode paradoks tersebut,
stadium-stadium tidur gelombang-lambat kembali terulang. Anda secar
abergantian mengalami kedu ajenis pola tidur sepanjang malam. Periode
singkat terbangun sering terjadi. Sebagian besar pola tidur taap 4 tidur
dalam terjadi pada beberapa jam pertama tidur, dengan tidur paradoksal
menepati waktu tidur yang semakin banyak ketika mendekati pagi.
(gambar 5-21). Karena kemiripan grafik representadi siklus tidur terhadap
pola langit kota, pola tidur kadang-kadang disebut sebagai arsitektur kota.
Dalam siklus tidur normal, Anda selalu melewati tidur gelombang-
lambat sebelum masuk ke tidur paradoks. Secara rerata, tidue paradoks
menempati 20% waktu tidur total pada masa remaja dan sebagian besar
masa dewasa. Bayi menghabiskan waktu jauh lebih banyak pada tidur
paradoks. Sebaliknya, pada usia lanjut tidur paradoks dan tidur
gelombang-lambat stadium 4 berkurang. Orang yang memerlukan waktu
tidur total lebih singkat daripada normal lebih banyak menghabiskan
waktu tidurnya dalam tidur paradoks dan tidur gelombang-lamba stadium
4 dan lebih sedikit dalam tidur ribgan gelombang-lambat stadium-stadium
awal.

JENIS TIDUR
KARAKTERISTIK TIDUR GELOMBANG-
TIDUR PARADOKSAL
LAMBAT
Memperlihatkan
Serupa dengan EEG pada
EEG gelombang-gelombang
orang yang sadar penuh
lambat
Tonus otot cukup; sering Inhibisi mendadak tonus otot;
AKTIVITAS MOTOR
bergerak tidak ada gerakan
KECEPATAN
JANTUNG,
KECEPATAN Penurunan ringan Ireguler
PERNAPASAN,
TEKANAN DARAH
Jarang (aktivitas mental
adalah kelanjutan dari
BERMIMPI Sering
pikiran-pikiran sewaktu
terjaga)
Lebih sulit dibangunkan
KEBANGKITAN Mudah dibangunkan tetapi cenderung bangun
sendiri
PRESENTASE
80% 20%
WAKTU TIDUR
Memilik empat stadium;
KARAKTERISTIK yang bersangkutan harus
Gerakan mata cepat
PENTING LAIN melewati tidur jenis ini
dulu
4) BIOKIMIA
NEUROTRANSMITTER
Neurotransmitter dihasilkan oleh neuron prasinaps dan disimpan
di dalam vesikula sinaps. Fungsi dari neurotransmitter adalah untuk
mengahantarkan impuls dari neuro pra sinpas ke neuron post sinaps.
MEKANISME NEUROTRANSMITTER

1) Molekul neurotransmitter disintesis dari prekursornya karena


pengaruh enzim
2) Neurotransmitter disimpa dalam vesikel
3) Neurotransmitter yang keluar dari vesikelnya kemudian dihancurkan
4) Aksi potensial menyebabkan vesikel berfusi dengan membran pra
sinaps dan melepaskan neurotransmitternya ke sinaps
5) Neurotransmitter yang terlepas kemudian menempel pada
autoreseptor dan menghambat neurotransmitter lain untuk keluar
6) Neurotransmittre lain yang terlepas kemudian menempel pada
reseptor di post sinaps membran
7) Neurotransmitter setelah melakukan aktivitasnya kemudian
dihancurkan oleh enzim degradasi
4. SENARAI
1) EEG
EEG atau Electroencephalogram adalah alat untuk merekam aktivitas
listrik dari otak dengan menggunakan pena yang menulis di atas
gulungan kertas. Tes ini mampu menunjukkan tanda penyakit Alzheimer
dan Epilepsy. Sumber lain menjelaskan bahwa EEG adalah sebuah
pemeriksaan penunjang yang berbentuk rekaman gelombang elektrik sel
saraf yang berada di otak yang memiliki tujuan untuk mengetahui adanya
gangguan fisiologi fungsi otak.

2) Jetlag
Jetlag adalah akibat dari ketidaksesuaian irama sirkadian setelah
melewati zona watu yang berbeda secara cepat. Jetlag juga dapat
disebabkan Insomnia, kelelahan, dan gangguan saluran pencernaan.
Nama lain Jetlag adalah Syndrome Zona Waktu. Irama sirkadian adalah
proses biologis ritmis yang menyebabkan perubahan fisik, mental, dan
perilaku sesuai dengan siklus cahaya, maka dari itu irama sirkadian
sangat dipengaruhi oleh cahaya.

KESIMPULAN

Jadi, Tn. Wicaksono mengalami susah tidur selama tiga hari yang merupakan
pengaruh dari Jetlag, ketidaksesuaian irama sirkadian setelah melewati zona watu
yang berbeda. Dan juga dipengaruhi oleh produksi hormon melantonin yang berasal
dari kelenjar epiphysis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Diktat Systema Nervosum Centrale . Semarang: Fakultas Kedokteran


Universitas Diponegoro
2. Diktat Organa Sensuu . Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, 1991
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC 2014

Anda mungkin juga menyukai