Anda di halaman 1dari 35

I.

JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Orde Reaksi Pada Laju


Ketengikan Minyak Jagung Dengan
Menggunakan Metode Iodometri
II. TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 16 Oktober 2018 (13.00-
15.30 WIB)
III. TUJUAN PERCOBAAN : Mengetahui besarnya bilangan
peroksida pada minyak jagung serta
mengetahui cara penentuan
ketengikan minyak jagung
IV. DASAR TEORI

Ketengikan oksidatif merupakan ketengikan yang disebabkan oleh


oksidasi oksigen diudara secara spontan jika bahan yang mengandung
minyak dan lemak dibiarkan kontak dengan udara. Minyak atau lemak yang
mudah mengalami oksidasi spontan adalah yang mengandung asam lemak
tidak jenuh. Minyak kelapa sawit dapat mengalami penurunan mutu akibat
adanya ketengikan. Ketengikan adalah proses autooksidasi dan kerusakan
yang terjadi pada bau rasa lemak dan makanan berlemak (John
M.deman,1997). Hal ini disebabkan karena terdapat satu atau lebih ikatan
rangkap yang mudah terserang oksigen sehingga menimbulkan ketengikan
(Ketaren,1986).
Bau tengik yang dihasilkan pada proses ketengikan disebabkan oleh
terbentuknya senyawa-senyawa hasil akhir pemecahan hidroperoksida
seperti asam-asam lemak rantai pendek, aldehid, keton yang bersifat volatil,
rasa tengik juga disebabkan karena terbentuknya aldehid tak jenuh
(akrolein) yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan
(M.Peratenta,dkk.2002). Peningkatan bilangan peroksida hanya sebagai
indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik
(Ketaren,1986).

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


1
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Penyebab tengik pada minyak kelapa dibagi atas tiga golongan,
yaitu :
1. Oxidative rancidity (ketengikan oleh oksidasi),
2. Enzymatic rancidity (ketengikan oleh enzim)
3. Hydrolitic rancidity (ketengikan oleh proses hidrolisis)
Ketengikan oleh oksidasi terjadi karena proses oksidasi oleh oksigen
udara terhadap asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Pada suhu kamar
sampai suhu 100 ºC, setiap satu ikatan tidak jenuh dapat mengabsorpsi dua
atom oksigen sehingga terbentuk persenyawaan peroksida yang bersifat
labil. Pembentukan peroksida ini dipercepat oleh adanya cahaya, suasana
asam, kelembaban udara dan katalis. Ketengikan oleh proses hidrolisis
disebabkan oleh hasil hidrolisis minyak yang mengandung asam lemak
jenuh berantai pendek sedangkan ketengikan enzimatis disebabkan oleh
aktivitas organisme yang menghasilkan enzim tertentu yang dapat
menguraikan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Enzim
peroksidase dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh sehingga terbentuk
peroksida.
Sifat-sifat dan daya tahan minyak terhadap kerusakan sangat
tergantung pada komponen-komponen penyusunnya, terutama kandungan
asam lemaknya. Minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh
cenderung untuk mengalami oksidasi sedangkan yang mengandung lebih
banyak asam lemak jenuh lebih mudah terhidrolisis.
Faktor-faktor yang dapat mempercepat oksidasi pada minyak adalah
suhu, cahaya atau penyinaran, tersedianya oksigen dan adanya logam-logam
yang bersifat sebagai katalisator proses oksidasi. Oleh karena itu, minyak
harus disimpan pada kondisi penyimpanan yang sesuai dan bebas dari
pengaruh logam dan harus dilindungi dari kemungkinan serangan oksigen,
cahaya serta temperatur tinggi. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi
penyimpanan minyak dan lemak, yaitu RH (kelembaban udara) ruang
penyimpanan, suhu (temperatur), ventilasi, tekanan dan masalah
pengangkutan.

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


2
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Teori kinetika merupakan dasar untuk menjelaskan kecepatan dari
berbagai proses yang berlangsung selama pengolahan dan penyimpanan
makanan. Kecepatan reaksi dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Laju reaksi dapat ditentukan dengan cara mengikuti perubahan sifat selama
terjadi reaksi. Penentuan laju reaksi dengan cara yaitu :
1. Mengukur intensitas warna
2. Mengukur sifat optik aktif
3. Mengukur daya hantar
4. Mengukur viskositas
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi :
keadaan pereaksi dan luas permukaan, konsentrasi, suhu, katalis, dan
cahaya. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam hukum
laju bentuk diferensial. Orde reaksi adalah ukuran konstribusi setiap
konsentrasi pereaksi atau zat yang berperan dalam laju reaksi. Pada umunya
orde reaksi merupakan bilangan bulat dan kecil namun dalam beberapa hal
pecahan atau nol. Penentuan orde reaksi adalah hal yang essensial
daripada penelitian-penelitian terhadap proses kimia yang menyangkut
analisis hubungan konsentrasi dan waktu. Ada beberapa cara penentuan
orde reaksi yaitu :
1. Substitusi hasil percobaan ke dalam persamaan laju integral
2. Metode aluran linier
3. Metode umur fraksi, termasuk metode waktu paro
4. Metode variasi atau metode differensial
A. Penentuan angka peroksida
Penentuan angka peroksida didasarkan pada pengukuran sejumlah
iod yang dibebaskandari kalium iodide melalui reaksi oksidasi oleh
peroksida pada suhu ruang di dalammedium asam asetat-kloroform.
Angka peroksida menunjukkan tingkat kerusakan darilemak atau minyak.

mL Na2 S2 O3 × N Na2 S2 O3 × 1000


𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 =
Berat sampel (gram)

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


3
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau
produk per satuan waktu. Satuan laju reaksi M/s (Molar per detik).
Sebagaimana diketahui, reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan menuju
produk. Hal ini berarti, selama reaksi kimia berlangsung reaktan digunakan
(dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah produk. Dengan
demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan
maupun peningkatan konsentrasi produk. Secara umum, laju reaksi dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

A B

Laju reaksi berhubungan erat dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi


kimia dengan koefisien reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan
dengan koefisien reaksi masing-masing spesi. Contohnya dalam reaksi 2A
 B, terlihat bahwa 2 mol A dikonsumsi untuk menghasilkan satu mol B.
Hal ini menandakan bahwa laju konsumsi spesi A adalah dua kali laju
pembentukan spesi B.

Hukum laju reaksi (The Rate Law) menunjukkan korelasi antara laju
reaksi (V) terhadap konsentrasi laju reaksi (k) dan konsentrasi reaktan yang
dipangkatkan dengan bilangan tertentu (orde reaksi). Hukum laju reaksi
dapat dinyatakan sebagai berikut:

aA + Bb  Cc + Dd

v = k [A]x [B]y

x dan y adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat


ditentukan melalui eksperimen. Nilai x maupun y tidak sama dengan
koefisien reaksi a dan b.

Bilangan perpangkatan x dan y memperlihatkan pengaruh


konsentrasi reaktan A dan B terhadap laju reaksi. Orde total (orde
keseluruhan) atau tingkat reaksi adalah jumlah orde reaksi reaktan secara
keseluruhan. Dalam hal ini, orde total adalah x + y.

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


4
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
B. Reaksi Orde Satu

Reaksi dengan orde satu adalah reaksi dimana laju bergantung pada
konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan satu. Secara umum
reaksi dengan orde satu dapat digambarkan oleh persamaan reaksi berikut:

A  Produk

Laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan: v = – ∆ [A]/∆ t dan juga


dapat dinyatakan dalam persamaan : v = k [A].

Satuan k dapat diperoleh dari persamaan:

k = v/[A] = M.s-1/M = s-1 atau 1/s

Dengan menghubungkan kedua persamaan laju reaksi

– ∆[A]/∆ t = k [A]

Maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:

ln { [A]t / [A]0 }= – kt
atau
ln [A]t = – kt + ln [A]0
dimana :
ln = logaritma natural
[A]0 = konsentrasi saat t = 0 (konsentrasi awal sebelum reaksi)
[A]t = konsentrasi saat t = t (konsentrasi setelah reaksi berlangsung selama
t detik)

C. Reaksi Orde Dua

Merupakan reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi satu


reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan dua atau konsentrasi dua
reaktan berbeda yang masing-masing dipangkatkan dengan bilangan satu.
Untuk orde dua didapatkan persamaan sebagai berikut:

1 / [A]t = kt + 1 / [A]0

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


5
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
D. Reaksi OrdeTiga

Merupakan reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi satu


reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan tiga atau konsentrasi dua
reaktan berbeda yang masing-masing dipangkatkan dengan bilangan satu.
Untuk orde tiga didapatkan persamaan sebagai berikut:

1 / [A]t = ( kt + 1 / [A]0)2

E. Penentuan Orde Reaksi

1. Bentuk Differensial

a. Metode variasi atau metode differensial non grafik

A + B  hasil/produk

Dengan persamaan : r = k[A]x[B]y

dimana x = orde reaksi untuk reaktan A, y merupakan orde reaksi


untuk reaktan B dan [A] dan [B] merupakan konsentrasi reaktan A
dan B.

Orde reaksi dapat ditentukan dengan metode isolasi, dimana dengan


mencari konsentrasi yang sama. Misalnya untuk mencari orde reaksi
B dapat ditentukan dengan mencari konsentrasi A yang sama.
Berikut ini persamaan laju reaksi bentuk differensial:

Orde 0

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


6
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Orde 1

Orde 2

Satu pereaksi

Dua pereaksi

Orde 3

Orde n

b. Metode differensial grafik

Persamaan

dx/dt = r = k (a-x)n

diubah ke dalam bentuk ln r = ln k + n ln (a-x)t

2. Bentuk Integral

a. Merupakan suatu metode trial and error. Yakni perubahan


konsentrasi dengan waktu yang diukur, dan harga k dihitung dengan
menggunakan orde reaksi akan diperoleh persamaan yang
memberikan harga k yang konsisten.

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


7
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Berikut ini persamaan yang dapat digunakan;

Orde 0
dx
k
dt

Orde 1

dx
 k (a  x)
dt
dx
dx
 k (a  x)   k dt
dt (a  x)
dx
  k  dt
(a  x)
 ln (a  x)  kt  c

Jika t = 0, x= 0 maka:
a
k t  ln
ax

Orde 2

𝑥
kt = 𝑎 (𝑎−𝑥)

Orde 3

1 1
kt = 2(𝑎−𝑥)² − 2𝑎²

b. Integral Grafik

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik


dari data eksperimen.

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


8
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
V. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) Gelas kimia 1 buah
b) Gelas ukur 2 buah
c) Erlenmeyer 250 mL 3 buah
d) Buret 1 buah
e) Kaki tiga 1 buah
f) Corong 1 buah
2. Bahan
a) Minyak jagung 25 mL
b) CH3COOH glasial 7,2 mL
c) Larutan Na2S2O3 0,1 M secukupnya
d) Aquades secukupnya
e) Kloroform 4,8 mL
f) KI jenuh ± 4 tetes
g) Amilum 1% ± 4 tetes

VI. ALUR PERCOBAAN


1. Tahap perlakuan sampel

25 mL minyak jagung

- Dimasukkan ke dalam gelas kimia


- Dididihkan dengan lama pemanasan 15,
30, 45, 60, 120 menit
- Dibiarkan ditempat terbuka

Sampel

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


9
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
2. Tahap penentuan bilangan peroksida

2 mL dari sampel
masing-masing pemanasan

- Ditambah 3,6 mL CH3COOH glasial


- Ditambah 2,4 mL kloroform
- Ditambah 1 mL larutan KI jenuh
- Didiamkan selama 1 menit dengan seawktu-waktu
digoyang
- Ditambah 6 mL aquades
- Ditambah 2 tetes amilum 1%
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M

Volume Na2S2O3

3. Titrasi blanko

3,6 mL CH3COOH + 2 mL aquades

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


- Ditambah 2,4 mL kloroform
- Ditambah 1 mL larutan KI jenuh
- Didiamkan selama 1 menit dengan seawktu-waktu
digoyang
- Ditambah 6 mL aquades
- Ditambah 2 tetes amilum 1%
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M

Volume Na2S2O3

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


10
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
VII. HASIL PENGAMATAN

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Perc Sebelum Sesudah
1. Tahap perlakuan sampel - Minyak jagung: - Minyak Berdasarkan percobaan ya
25 mL minyak jagung larutan jagung dilakukan dapat disimpulk
berwarna dipanaskan: bahwa Semakin lama pemanas
- Dimasukkan ke dalam
kuning berwarna maka warna sampel miny
gelas kimia
kuning semakin pekat.
- Dididihkan dengan lama
Asam lemak tak jenuh
- Pada tabung:
pemanasan 15, 30, 45, 60,
t15: kuning (+)
120 menit
t30 : kuning
- Dibiarkan ditempat
(++)
terbuka
t45: kuning
Sampel (+++)
t60: kuning
(++++)
t120: kuning
(+++++)
- Sampel
berbau tengik

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


11
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Peroksida aktif

hidroperoksida

Radikal bebas

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


12
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
2. - Minyak panas: - Minyak Berdasarkan hasil percobaan
2 mL sampel
larutan panas + asam dapat disimpulkan bahwa
- Ditimbang dari masing-masing berwarna asetat semakin lama waktu pemanasan
pemanasan kuning. glasial:terben makabilangan peroksida
- Ditambah 3,6 mL CH3COOH - Asam asetat tuk 2 lapisan, semakin besar.
glasial Glasial: larutan putih keruh - Orde reaksi secara teori :1
- Ditambah 2,4 mL kloroform tidak berwarna. dan larutan - Orde reaksi secara grafik : 3
- Ditambah 1 mL larutan KI jenuh - Kloroform: berwarna KI(aq) + ROOH(l) + H2O(aq) - Orde reaksi secara non
- Didiamkan selama 1 menit dengan larutan tidak kuning → KOH(aq) + ROH(aq) + I2 grafik: 3
seawktu-waktu digoyang berwarna. - + kloroform: CH3(CH2)14COOH (aq) + KI
- Ditambah 6 mL aquades - KI jenuh: larutan (aq) + H2O (l) →
- Ditambah 2 tetes amilum 1% larutan berwarna CH3(CH2)14COH (aq) + I2 (aq)
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 berwarna putih keruh + 2 KOH (aq)
Volume Na2S2O3
kuning jernih. - + KI jenuh: 2S2O33-→ S4O62- + 2e
I2 + 2e → 2I-
- Na2S2O3: larutan
larutan tidak berwarna 2S2O33- + I2→ S4O62- + 2I-
berwarna. kuning
- Amilum 1%: - + aquades :
larutan tidak terbentuk 2
berwarna. fasa yaitu

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


13
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
- Aquades: larutan
larutan tidak berwarna
berwarna. kuning dan
putih keruh
- + amilum
1%: larutan
berwarna
biru
kehitaman
- Dititrasi
dengan
larutan
standar
Na2S2O3 :
terbentuk 2
lapisan yaitu
larutan tidak
berwarna dan
larutan

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


14
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
berwarna
kuning pudar
- V t15= 0,22
mL
- V t30= 0,24
mL
- V t45= 0,35
mL
- V t60= 0,37
mL
- V t120= 0,74
mL

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


15
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
3. Titrasi blanko -Minyak panas: - Aquades + 2Na2S2O3 (aq) + I2 (aq)→ Berdasarkan hasil percobaan
3,6 mL CH3COOH + 2 mL aquades larutan asam asetat Na2S4O6 (aq) + NaI (aq) dapat disimpulkan bahwa titras
berwarna glasial +: blanko menunjukkan volume
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kuning. larutan tak Reaksi amilum dengan iod: standar yang diperlukan untuk
- Ditambah 2,4 mL kloroform
- Asam asetat berwarna pembanding.
- Ditambah 1 mL larutan KI jenuh
Glasial: larutan - + kloroform:
- Didiamkan selama 1 menit dengan
tidak berwarna. terbentuk 2
seawktu-waktu digoyang
- Kloroform: lapisan yaitu
- Ditambah 6 mL aquades
larutan tidak larutan tidak Amilum / pati+ nI2 →
- Ditambah 2 tetes amilum 1%
berwarna. berwarna dan
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3
- KI jenuh: larutan tidak
0,1 M
larutan berwarna
berwarna - KI jenuh +:
Volume Na2S2O3 kuning jernih. terbentuk 2
- Na2S2O3: fasa yaitu
larutan tidak larutan
berwarna. berwarna
- Amilum 1%: kuning dan
larutan tidak larutan tidak
berwarna. berwarna.

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


16
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
- Aquades: - Dititrasi
larutan tidak dengan
berwarna. larutan
standar
Na2S2O3 :
terbentuk 2
lapisan yaitu
larutan tidak
berwarna dan
berwarna
kuning pudar
- Volume
blanko: 0,7
mL

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


17
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Penentuan Bilangan Peroksida
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan bilangan
peroksida pada sampel minyak jagung sehingga mengetahui kadar
ketengikan minyak jagung. Pada praktikum ini digunakan prinsip
reaksi redoks dengan metode iodometri yaitu titrasi tidak langsung,
dimana pada titrasi ini sampel tidak langsung dengan I2 , akan tetapi
I2 dihasilkan dari kalium iodida yang selanjutnya dititrasi dengan
natrium tiosulfat sebabgai titrannya.

Hubungan antara bilangan peroksida dan ketengikan yaitu


jika bau tengik yang dihasilkan pada proses ketengikan disebabkan
oleh terbentuknya senyawa-senyawa hasil akhir pemecahan
hidroperoksida seperti asam-asam lemak rantai pendek, aldehid,
keton yang bersifat volatil, rasa tengik juga disebabkan karena
terbentuknya aldehid tak jenuh (akrolein) yang dapat menimbulkan
rasa gatal pada tenggorokan (M.Peratenta,dkk.2002).

Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara titrasi


iodometri, yaitu berdasarkan pada reaksi redoks antara alkali
iodide/KI (sebagai reduktor) dengan senyawa peroksida yang
terkandung dalam minyak atau lemak (sebagai oksidator) dalam
suasana asam untuk melepaskan iodide. Jumlah Iodium yan terlepas
ekuivalen dnegan jumlah senyawa peroksida yang terkandung
dalam minyak atau lemak.

Langkah pertama pada percobaan ini yaitu ambil 25 mL


sampel (minyak kelapa jagung), lalu didihkan dan biarkan ditempat
terbuka pada waktu 15, 30, 45, 60 menit dan 2 jam. Tujuan dari
pemanasan ini yaitu untuk meningkatkan bilangan peroksida pada
minyak dengan waktu yang berbeda-beda dengan terjadinya
pemecahan hidroperoksida. Bilangan peroksida akan semakin
meningkat apabila warna minyak semakin pekat.

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


18
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Selanjutnya pada masing-masing waktu pemanasan tersebut
diambil 2 mL minyak kelapa jagung, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer kemudian ditambahkan 3,6 mL asam asetat glasial yang
tidak berwarna dan larutan menjadi berwarna kuning muda.
Penambahan asam asetat glasial ini berfungsi untuk memberikan
suasana asam pada sampel dan agar sampel memilki sifat oksidator,
karena pada langkah selanjutnya akan ditambahkan larutan KI jenuh
yang akan teroksidasi. Kemudian ditambahkan 2,4 mL kloroform
yang tidak berwarna dan terbentuk larutan berwarna kuning keruh
(+). Penambahan kloroform berfungsi agar minyak dengan asam
asetat glasial dapat bercampur. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes KI
jenuh berwarna kuning kecoklatan, dan larutan sampel menjadi
berwarna kuning keruh (++). Larutan KI ini berfungsi reduktor,
karena pada hal ini KI mengalami oksidasi menjadi I2. Penambahan
KI disini adalah sebagai kunci untuk menentukan bilangan
peroksida, karena bilangan peroksida dapat ditentukan berdasarkan
jumlah iodin yang dibebaskan dari KI melalui reaksi oksidasi oleh
peroksida.
IO3- + 5I- + 6H+  3I2 + H2O
Kemudian langkah selanjutnya adalah sampel didiamkan
selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 6mL aquades tidak
berwarna sehingga larutan menjadi terbentuk 2 lapisan, yaitu
lapisan atas berwarna kuning muda, lapisan bawah berwarna kuning
keruh. Penambahan ini bertujuan untuk mengencerkan campuran.
Setelah itu ditambahkan 2 tetes amilum 1 % dan larutan terbentuk
2 lapisan, lapisan atas berwarba kuning kecoklatan, lapisan bawah
berwarna kuning kecoklatan keruh. Kemudian larutan sampel
dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 M hingga larutan berubah
menjadi putih keruh. Titrasi ini dilakukan untuk mngetahui kadar I-
dan banyaknya lemak yang mengalami perubahan struktur karena
proses oksidasi. Reaksinya sebagai berikut:
I2 + 2S2O32-  2I- + S4O62-

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


19
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Dan pada percobaan ini didapatkan volume titrasi Na2S2O3
sebagai berikut:
t (menit) 15 30 45 60 120
Volume Na2S2O3 (mL) 0,22 0,24 0,35 0,37 0,74

Sedangkan pada titrasi blanko volume Na2S2O3 yang


digunakan dalam titrasi adalah sebesar 0,7 mL. Pada larutan blanko
tidak mengandung sampel, sehingga jumlah volume Na2S2O3 yang
diperoleh lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pada blanko tidak
memiliki bilangan peroksida, sehingga I2 dari KI yang dibebaskan
lebih sedikit. Oleh karena itu volume Na2S2O3 yang mengikat iod
bebas menjadi lebih sedikit. Sedangkan sampel terjadi oksidasi I2
menjadi I- yang menyebabkan I2 yang dibebaskan menjadi semakin
banyak, sehingga Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk mengikat I- juga
semakin banyak.

Ketengikan minyak diukur dengan menggunakan bilangan


peroksida. Rumus untuk menentukan bilangan peroksida sebagai
berikut:

(𝑎 − 𝑏)𝑥 𝑁 𝑥 8 𝑥 100
𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

dimana:

a = volume Na2S2O3 hasil titrasi

b = volume blanko

N = normalitas Na2S2O3

2. Penentuan Ketengikan Minyak Kelapa Jagung


Penentuan ketengikan minyak kelapa jagung dapat diketahui
berdasarkan bilangan peroksidanya. Semakin besar bilangan
peroksida maka semakin tinggi ketengikan minyak. Bilangan

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


20
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
peroksida juga dapat ditentukan oleh lama pemanasan pada suatu
sampel, semakin lama waktu pemanasan maka semakin besar
bilangan peroksida yang diperoleh.
Ketengikan minyak terjadi karena asam lemak pada suhu
ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon,
alkanol, atau keton, serta sedikit epoksi & alkohol (alkanol). Hasil
oksidasi minyak atau lemak dalam bahan pangan tidak hanya
menyebabkan rasa dan bau tidak sedap, namun juga menurunkan
nilai gizi karena rusaknya vitamin C (karoten & takofenol) dari asam
lemak esensial dalam minyak. Oksidasi terjadi pada ikatan tak
jeniuh dalam asam lemak. Pada suhu kamar sampai dengan 1000 C.
Setiap ikatan tidak jenuh dapat mengadsorpsi 2 atom oksigen,
sehingga terbentuk persenyawaan peroksida yang bersifat labil.
Proses pembentukan peroksida ini dapat dipercepat oleh adanya
cahaya, suasana asam, kelembapan udara, dan katalis. (Ketaren,
1986)

3. Penentuan Orde Reaksi


Penentuan orde reaksi dapat diselesaikan dengan metode
integral, cara grafik maupun non grafik. Digunakan metode integral
karena data yang diperoleh yaitu harga k terhadap t. Pada data yang
didapat digunakan rumus orde 1 dan 2 untuk mendapatkan nilai
yang lebih memungkinkan.
Untuk mengetahui orde reaksi diperlukan harga dari k
(perhitungan terdapat pada lampiran). Dan dengan metode non
grafik didapatkan harga k sebagai berikut:

t (sekon) ln (a-x) (a-x) 1/(a-x) 2(a-x)^2 1/2(a-x)^2


900 1,858 6,41 0,156006 82,1762 0,012169
1800 1,858 6,408 0,156055 82,12493 0,012177
2700 1,856 6,397 0,156323 81,84322 0,012218
3600 1,856 6,395 0,156372 81,79205 0,012226
7200 1,850 6,358 0,157282 80,84833 0,012369

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


21
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai k pada masing-masing
orde, yaitu semakin lama waktu maka nilai orde semakin kecil. Hal
ini tak berpengaruh pada data yang akan dianalisis menggunakan
grafik, karena adakalanya grafik yang dihasilkan lurus dari bawah
ke atas maupun dari atas ke bawah. Dan hasil dari perhitungan k ini
telah sesuai dengan teori, bahwa nilai k pada suatu orde yang
dihitung dengan metode non-grafik memiliki perbedaan yang kecil.
Selanjutnya adalah dengan memasukkan nilai volume titrasi
Na2S2O3 sebagai (a-x), akan didapat nilai ln(a-x) yang kemudian
digunakan dalam pembuatan grafik, dengan data:

ORDE SATU
Series1 Linear (Series1) Linear (Series1)

1.860
1.858
1.856
ln (a-x)

1.854
1.852
y = -1E-06x + 1.8599
1.850 R² = 0.96
1.848
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
t (sekon)

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


22
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
ORDE DUA
Series1 Linear (Series1)

0.1574
0.1572
0.157
0.1568 y = 2E-07x + 0.1557
1/(a-x)

0.1566 R² = 0.9758
0.1564
0.1562
0.156
0.1558
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
t (s)

ORDE TIGA
Series1 Linear (Series1)

0.0124

0.01235

0.0123
1/2(a-x)^2

0.01225 y = 3E-08x + 0.0121


R² = 0.9756
0.0122

0.01215

0.0121
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
t (s)

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa orde reaksi dari


minyak kelapa jagung adalah 1. Hal ini ditunjukkan dari hasil
regresi linier yang diperoleh pada grafik orde 1 yaitu y = -1E-06x
+ 1,8599, R² = 0,96regresi orde 1 ini paling mendekati nilai 1.
Sehingga orde reaksi minyak kelapa jagung adalah 1, dan hal ini
sesuai dengan teori.

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


23
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
IX. KESIMPULAN
1. Ketengikan minyak jagung dapat diketahui secara kualitatif melalui
perubahan warna dan bau yang menyengat, sedangkan secara
kuatitatif diketahui melalui nilai peroksidanya yang semakin lama
pemanasan bilangan peroksida semakin meningkat.
2. Pada proses ketengikan minyak Jagung orde reaksi minyak jagung
adalah satu yang dibuktikan dengan hasil dari metode integral grafik
yang regresinya paling mendekati nilai satu, hal ini sesuai teori yang
menuliskan bahwa reaksi ketengikan minyak berorde satu.

X. JAWABAN PERTANYAAN

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


24
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
XI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Penentuan Orde Reaksi.
http://ustadzkimia.blogspot.com/2009/08/penentuan- orde-reaksi-
pada laju.html. (Diakses pada 20 oktober 2018 pukul 18.34 WIB).
Day, R.A dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga
Suyono dan Yonata, Bertha. 2012. Panduan Praktikum Kimia Fisika III.
Surabaya : Unesa Press.
Hiskia, Achmad.1992.Elektrokimia dan Kinetika Kimia, Penuntun
Belajar Kimia Dasar.PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Ketaren, S.1986.Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan.Universitas Indonesia-UI-Press:Jakarta.

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


25
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
XII. LAMPIRAN FOTO

No Gambar Keterangan

1.

Siapkan Alat yang akan


digunakan berupa: gelas kimia,
erlenmeyer, spatula besi dan
corong

2.

Minyak jagung yang nantinya


akan dijadikan sampel

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


26
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
3.

Proses pemanasan minyak jagung


dalam waktu 15 menit, 30 menit,
45 menit, 60 menit dan 120 menit

5.

Hasil dari minyak panas


ditambahkan asam asetat glasial,
kloroform, KI jenuh dan amilum
1% menghasilkan larutan
berwarna biru kehitaman

6.

Proses Titrasi

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


27
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
7.

Hasil titrasi

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


28
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
XIII. LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui :

⍴ minyak jagung = ⍴ asam linoleat = 0,902 gram/mL

Massa minyak jagung = V minyak jagung x ⍴ minyak jagung

= 2 mL x 0,902 gram/mL

= 1,804 gram

Mr Asam linoleat = 280,4472 gram/mol

1,804 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol minyak jagung = 280,4472 gram/mol

= 6,432 mmol (a)

 Menentukan nilai x
N Na2S2O3 = 0,1 N
t 15 ; V Na2S2O3 = 0,22 mL t 30 ; V Na2S2O3 = 0,24 mL
moleq minyak jagung= moleq
moleq minyak jagung=moleq
Na2S2O3
Na2S2O3
minyak jagung = N x V
minyak jagung = N x V
minyak jagung = 0,1 N x 0,22
minyak jagung 0,1 N x 0,24
mL
mL
minyak jagung = 0,022 mmol
minyak jagung = 0,024 mmol

t 45 ; V Na2S2O3 = 0,35 mL t 60 ; V Na2S2O3 = 0,37 mL

moleq mnyk jagung= moleq moleq mnyk jagung moleq


Na2S2O3 Na2S2O3
minyak jagung = N x V minyak jagung = N x V
minyak jagung = 0,1 N x 0,35 minyak jagung = 0,1 N x 0,37
mL mL
minyak jagung = 0,035 mmol minyak jagung = 0,037 mmol

t 120 ; V Na2S2O3 = 0,74 mL

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


29
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
moleq minyak jagung = moleq Na2S2O3
minyak jagung =NxV
minyak jagung = 0,1 N x 0,74 mL
minyak jagung = 0,074 mmol

t 15 menit ; x = 0,022 mmol

t 30 menit ; x = 0,024 mmol

t 45 menit ; x = 0,035 mmol

t 60 menit ; x = 0,037 mmol

t 120 menit ; x = 0,074 mmol

t 15’ ; (a-x) = 6,432 mmol – 0,022 mmol = 6,410 mmol

t 30’ ; (a-x) = 6,432 mmol – 0,024 mmol = 6,408 mmol

t 45’ ; (a-x) = 6,432 mmol – 0,035 mmol = 6,397 mmol

t 60’ ; (a-x) = 6,432 mmol – 0,037 mmol = 6,395 mmol

t 15’ ; (a-x) = 6,432 mmol – 0,074 mmol = 6,358 mmol

t (s) (a-x) ln (a-x)


900 6,410 1,858
1800 6,408 1,858
2700 6,397 1,856
3600 6,395 1,856
7200 6,358 1,850
a = 6,432 ln a = 1,861
 Menentukan nilai k
1. Asumsi orde 1 ( ln (a-x) = ln a – kt)

t = 900” 900 k = 0,003

ln (a-x) = ln a – kt k = 3,3 x 10-6

1,858 = 1,861 – k(900) t = 1800”

900 k = 1,861 - 1,858 ln (a-x) = ln a – kt


PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG
30
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
1,858 = 1,861 – 1800 k = 0,003
k(1800) k = 1,66 x 10-6
1800 k = 1,861 - 1,858

t = 2700” ln (a-x) = ln a – kt

ln (a-x) = ln a – kt 1,856 = 1,861 –


k(3600)
1,856 = 1,861 – k(2700)
3600 k = 1,861 - 1,856
2700 k = 1,861 - 1,856
3600 k = 0,005
27000 k = 0,005
k = 1,39 x 10-6
k = 1,85 x 10-6

t = 3600”

t = 7200”

ln (a-x) = ln a – kt

1,850 = 1,861 – k(17200)

7200 k = 1,861 - 1,850

7200 k = 0,001
k = 1,52 x 10-6
1 1 1
2. Asumsi Orde 2 ((𝑎−𝑥) − ) =𝑘
𝑎 𝑡

t = 900 “ t = 1800 “

1 1 1 1 1 1
((𝑎−𝑥) − ) =𝑘 ((𝑎−𝑥) − ) =𝑘
𝑎 𝑡 𝑎 𝑡

1 1 1 1 1 1
(6,410 − ) =𝑘 (6,408 − ) =𝑘
6,432 900 6,432 1800

1 1
(0,156 – 0,155) 900 = k (0,156 – 0,155) 1800 = k

1 x 10-6 =k 5,55 x 10-7 =k

1 1 1
t = 2700 “ (6,397 − ) =𝑘
6,432 2700
1 1 1
((𝑎−𝑥) − ) =𝑘
𝑎 𝑡

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


31
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
1 1 1 1
(0,156 – 0,155) 2700 = k (6,395 − ) =𝑘
6,432 3600

3,7 x 10-7 =k (0,156 – 0,155) 3600 = k


1

t = 3600 “
2,7 x 10-7 =k
1 1 1
((𝑎−𝑥) − ) =𝑘
𝑎 𝑡

t = 7200 “

1 1 1
((𝑎−𝑥) − ) =𝑘
𝑎 𝑡

1 1 1
(6,358 − ) =𝑘
6,432 7200

1
(0,157 – 0,155) 7200 = k

2,7 x 10-7 =k

1 1 1
3 Asumsi Orde 3 (2(𝑎−𝑥)2 − ) =𝑘
𝑎2 𝑡

t = 900” t = 1800”

1 1 1 1 1 1
(2(𝑎−𝑥)2 − ) =𝑘 (2(𝑎−𝑥)2 − ) =𝑘
𝑎2 𝑡 𝑎2 𝑡

1 1 1 1 1 1
(2×6,412 − ) =𝑘 (2×6,4082 − ) =𝑘
6,4322 900 6,4322 1800

1 1 1 1 1 1
( − ) =𝑘 ( − ) =𝑘
82,176 41,370 900 82,124 41,370 1800

1 1
(0,0121 – 0,0241) 900 = k (0,0121 – 0,0241) 1800 = k

-1,33x 10-5 =k -0,66 x 10-5 =k

1 1 1
t = 2700” (81,843 − ) =𝑘
41,370 2700
1 1 1
(2(𝑎−𝑥)2 − ) =𝑘 1
𝑎2 𝑡 (0,0122 – 0,0241) 2700 = k
1 1 1
(2×6,3972 − ) =𝑘 -0,44 x 10-5 =k
6,4322 2700

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


32
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
t = 3600”

1 1 1
(2(𝑎−𝑥)2 − ) =𝑘
𝑎2 𝑡

1 1 1
(2×6,3952 − ) =𝑘
6,4322 3600

1 1 1
(81,792 − ) =𝑘
41,370 3600

1
(0,0122 – 0,0241) =k
3600

-0,33 x 10-5 =k

t = 7200”

1 1 1
(2(𝑎−𝑥)2 − ) =𝑘
𝑎2 𝑡

1 1 1
(2𝑥6,3562 − ) =𝑘
6,4322 7200

1 1 1
(80,848 − ) =𝑘
41,370 7200

1
(0,0123 – 0,0241) 7200 = k

-0,16 x 10-5 =k

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


33
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
t
ln (a-x) (a-x) 1/(a-x) 2(a-x)^2 1/2(a-x)^2
(sekon)
900 1,858 6,41 0,156006 82,1762 0,012169
1800 1,858 6,408 0,156055 82,12493 0,012177
2700 1,856 6,397 0,156323 81,84322 0,012218
3600 1,856 6,395 0,156372 81,79205 0,012226
7200 1,850 6,358 0,157282 80,84833 0,012369

ORDE SATU
Series1 Linear (Series1) Linear (Series1)

1.860
1.858
1.856
ln (a-x)

1.854
1.852
y = -1E-06x + 1.8599
1.850 R² = 0.96
1.848
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
t (sekon)

ORDE DUA
Series1 Linear (Series1)

0.1574
0.1572
0.157
0.1568 y = 2E-07x + 0.1557
1/(a-x)

0.1566 R² = 0.9758
0.1564
0.1562
0.156
0.1558
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
t (s)

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


34
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI
ORDE TIGA
Series1 Linear (Series1)

0.0124
0.01235
0.0123
1/2(a-x)^2

0.01225 y = 3E-08x + 0.0121


0.0122 R² = 0.9756

0.01215
0.0121
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
t (s)

PENENTUAN ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK JAGUNG


35
DENGAN METODE TITRASI IODOMETRI

Anda mungkin juga menyukai